STRATEGI PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SANTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SANTRI"

Transkripsi

1 STRATEGI PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SANTRI Muh. Khoirul Rifa i STAIN Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung ABTRACT The strategy of boarding school in increasing the quality of santri. The survival of pesantren/ islamic boarding school is the proudness for moslem, especially pesantren environment. Pesantren/ Islamic boarding school teaches kitab kuning/ yellow books until now, nevertherless most of the people assume that the method is conservative and out of date. This studi aimed to increase the quality of santri in pesantren education as an alternative or model. The effort of PPHM asrama putri (dormitory for female students) sunan pandanaran Tulungagung to increase the quality of santri is based on societal need. Thus, the output of Islamic boarding school (pesantren) competitively in society. Kata Kunci: Strategi Pesantren, Kualitas Santri. PENDAHULUAN Sejalan dengan semakin kompleks dan pesatnya perkembangan hidup bermasyarakat, baik yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kehidupan beragama, maka pendidikan yang sedang berlangsung saat ini makin memperoleh perhatian yang lebih besar dari semua pihak. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa pendidikan adalah upaya untuk membentuk manusia seutuhnya dan jelas membutuhkan waktu yang relatif panjang bahkan berlangsung seumur hidup. Pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa memiliki nilai yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan, sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa. Untuk mewujudkan manusia yang berkualitas, tentu saja tidak hanya ditempuh dengan pendidikan secara lahiriah atau jasmaniah, sebab belum dapat dikatakan manusia yang sempurna (berkualitas) bila dalam hidupnya hanya matang secara lahiriah saja, akan tetapi rohaniahnya rapuh. Dengan kata lain, manusia dikatakan berkualitas apabila manusia tersebut sehat dan matang kedua-duanya yaitu antara jasmani dan rohaninya. Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia, tidak bisa terlepas dari peran dan eksistensi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Dalam sejarah perkembangannya, fungsi pokok pesantren adalah mencetak ulama

2 136 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: dan ahli agama. Hingga dewasa ini fungsi pokok itu tetap terpelihara dan dipertahankan. 1 Harus diakui pula bahwa pondok pesantren selain sebagai lembaga keagamaan Islam juga telah membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran besar dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak bisa dipungkiri bahwa pondok pesantren memiliki peran yang sangat vital dalam sejarah peradaban bangsa Indonesia. Kiprah pesantren dalam pembangunan bangsa dimulai sejak pra kemerdekaan sampai saat ini. Bahkan sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, pesantren telah berperan besar sebagai agen pembaharuan sosial khususnya dalam mensukseskan beberapa program pemerintah seperti program transmigrasi, keluarga berencana, gerakan sadar lingkungan dan lain sebagainya. Namun yang paling menonjol adalah bagaimana pesantren telah mampu memberikan pendidikan yang relatif murah dan terjangkau dibanding lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pesantren berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Adapun sebuah pondok pesantren paling tidak mempunyai beberapa elemen dasar sebagaimana dikemukakan Zamakhsyari Dhofier : Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren. 2 Kemampuan pesantren untuk tetap survive hingga kini tentu merupakan kebanggaan tersendiri bagi umat Islam, terutama kalangan pesantren. Hal ini sangat beralasan, sebab di tengah derasnya arus globalisasi, dunia pesantren masih konsisten dengan kitab kuning dan konsep sistem pendidikan yang mungkin oleh sebagian orang dianggap kuno dan konservatif. Padahal, seiring pergeseran zaman, santri membutuhkan sebuah pengakuan formalitas. Sebutlah seperti ijazah serta penguasaan bidang keahlian / ketrampilan tertentu yang dapat mengantarkannya agar mampu menjalani kehidupan. Di antara sekian persoalan dalam sistem pendidikan pesantren, peningkatan kualitas santri merupakan permasalahan mendasar yang harus direalisasikan dan tidak boleh diabaikan dalam agenda pembaharuan pesantren. Bukan saja untuk mengeliminir pandangan miring beberapa pihak yang masih meragukan kualitas out put pesantren yang kurang kompetitif, tetapi lebih pada upaya untuk menyiapkan santri yang mampu menjawab tantangan perkembangan zaman dan mampu beradaptasi dengan perubahan masyarakat global. Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan peserta didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara luas serta meningkatkan kesadaran terhadap alam lingkungannya. 3 1 Depag RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003), 6 2 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren ; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta : LP3ES, 1994), 44 3 Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2003), 90

3 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Untuk merealisasikan out put yang berkualitas, perlu dilakukan perbaikan/pembaharuan di berbagai bidang di antaranya pengembangan SDM pesantren, pengembangan manajemen pondok pesantren, serta pengembangan teknologi informasi dan ekonomi pondok pesantren. Selain itu, manajemen pembelajaran, metodologi belajar-mengajar, visi dan kerangka dasar kurikulum pendidikan sangat penting untuk dikaji ulang dan disempurnakan. Misalnya, sikap yang memandang final dan sempurna terhadap ilmu-ilmu keislaman lama. Seakan ilmu-ilmu keislaman purba itu tidak memiliki cacat epistemologis apapun. Sikap ini bukan hanya tidak produktif, melainkan juga akan mematikan seluruh upaya dan agenda pembaharuan. Contoh lain adalah fokus utama metode halaqah sebagai metode bersama antar santri untuk memahami ajaran kiai / ustadz dan isi kitab, selama ini masih mengacu pada pertanyaan dari sisi apa dan guna memiliki ilmuilmu yang diajarkan kepada santri. Dalam praktiknya, metode ini lebih menekankan cara menghapal tanpa disertai sikap kritis. Metode halaqah perlu ditingkatkan menjadi forum dialog. Melalui dialog akan berkembang bukan saja pertanyaan dari segi apa dan memiliki, tetapi juga pertanyaan dan pemahaman tentang mengapa dan bagaimana perspektif atau perkembangan ilmu-ilmu tersebut di masa mendatang. Dengan begitu santri akan memandang ilmu bukan hanya sebagai sesuatu yang harus dimiliki sebagaimana adanya, tetapi juga memaknainya sebagai sesuatu yang harus dikembangkan sekaligus sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian intelektualnya. Kenyataan menunjukkan bahwa hingga saat ini kebutuhan akan pengembangan belum begitu dirasakan oleh sebagian pimpinan pesantren-pesantren utama. Bahkan kecenderungan untuk kembali pada pola-pola lama terasa muncul kembali. Kecenderungan ini dapat dimengerti, karena setelah pelaksanaan pola pengembangan utama berupa percampuran antara komponen-komponen agama dan non agama (biasanya dinamai pelajaran umum ) dalam kurikulum pesantren selama beberapa puluh tahun, tidak banyak hasil yang diperoleh. Malah porsi komponen agama semakin lama semakin menurun dengan membawa akibat mentahnya lulusan yang dihasilkan oleh pesantren, tidak menjadi agamawan yang berpengetahuan agama mendalam, dan juga tidak menjadi ilmuwan non agama yang cukup tinggi kualitasnya. Yang terjadi adalah pembaruan (akulturasi) yang tidak memperlihatkan identitas yang jelas. Menghadapi kenyataan seperti itu, sebagian pemimpin pesantren-pesantren utama lalu cenderung untuk kembali pada cara salaf, di mana porsi pelayanan pada komponen non agama dalam kurikulumnya hampir tidak ada. 4 Dalam sistem yang berlaku di pesantren, kyai dan ustadz adalah pelaku utama yang memainkan peranan sangat dominan, sementara santri diperlakukan sebagai bejana kosong yang harus dituangi dengan berbagai ilmu. Dalam sistem yang berlaku di pesantren, ketundukan total santri terhadap kyai dan ustadz adalah sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Dalam kondisi yang demikian memang terasa sulit mengandaikan adanya dialog yang berimbang dan komunikasi yang tidak tegang antara santri dan kiai. Pesantren seringkali diklasifikasikan sebagai lembaga pendidikan tradisional dengan berbagai kelemahan dan kekurangannya. Tidak sedikit bahkan masyarakat 4 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi ; Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta : LKiS, 2001), 136

4 138 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: kita yang menilai bahwa pendidikan pesantren tak layak lagi dikembangakan di Indonesia yang telah begitu terbuka. Hubungan antara santri dan kyai yang begitu ketat, menurut mereka tidak akan memungkinkan out put pesantren mampu berkompetisi secara bebas dibandingkan dengan mereka yang dibesarkan dalam sistem pendidikan yang modern. Komentar bernada nyinyir demikian terutama dikaitkan dengan keterbatasan kemampuan kebanyakan pesantren dalam memenuhi perangkat dan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu untuk menyikapi hal tersebut pengelola pesantren harus mampu membuat terobosan baru yang bertujuan mencetak santri yang berkualitas dan cakap ketika diterjunkan ke masyarakat. Terkait dengan metode dan proses pembelajaran di pondok pesantren, Saifudin Zuhri mengemukakan bahwa Pada umumnya pembelajaran di pesantren mengikuti pola tradisional, yaitu model sorogan dan model bandongan. Kedua model ini kyai aktif dan santri pasif. 5 Disadari atau tidak, hingga sekarang ini sistem pendidikan pesantren kita sesungguhnya masih perlu banyak pembenahan baik dalam metodologi pembelajaran yang diterapkan maupun elemen penunjang lainnya. Masa depan pesantren sangat ditentukan oleh faktor manajerial. Globalisasi menempatkan pula nasib umat manusia sebagai keseluruhan menjadi tanggung jawab bersama. 6 Pesantren-pesantren yang ada saat ini sebagian besar masih menerapkan dan mempertahankan nilai-nilai dan pola lama baik dalam manajemen pengelolaan maupun metodologi pembelajarannya. Namun demikian, seiring tuntutan kebutuhan masyarakat yang kian kompleks, respon positif juga diikuti oleh tidak sedikit pondok pesantren. Pesantren-pesantren dimaksud, selain tetap mempertahankan nilai-nilai salaf juga melakukan pengembangan dengan membuka lembaga pendidikan formal, melaksanakan kursus-kursus ketrampilan dan teknologi bagi santri. Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin (PPHM) Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung merupakan pondok pesantren terbesar dalam jumlah santri di wilayah Tulungagung,di samping tetap mempertahankan nilai-nilai salaf juga sangat responsif terhadap perkembangan jaman. Hal ini dibuktikan dengan dibukanya lembaga pendidikan formal di lingkungan pesantren. Selain itu juga penataan manajemen pembelajaran dan pengelolaan pesantren yang telah ditata dengan konsep manajemen modern. Selain mengajarkan kitab-kitab salaf juga membuka lembaga pendidikan formal yang berupa Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI), dan saat ini sedang dirintis Perguruan Tinggi Islam. Selain itu juga masih ada satu lembaga lagi yaitu Madrasah Qur'an (MQ), yaitu madrasah yang dikhususkan bagi santri yang menghafal, memperdalam dan memahami Al-Qur'an. Di samping itu juga telah dilaksanakan pula kursus-kursus ketrampilan bagi santri, yakni kursus menjahit, computer, dan diklat kepemimpinan. Penelitian tentang Strategi Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Santri ini penting dilakukan sebagai upaya serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan 5 ibid., Musthofa Rahman, Menggugat Manajemen Pendidikan Pesantren, dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Semarang : IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar, 2002), 114

5 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam pesantren sebagai pendidikan tertua sekaligus menjadi model dan lembaga pendidikan alternative di era modern ini. Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin (PPHM) Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung? 2) Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam upaya meningkatkan kualitas santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin (PPHM) Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak diantaranya : 1) Menjadi khasanah keilmuan di bidang pendidikan Islam / pendidikan di pondok pesantren, khususnya terkait dengan upaya peningkatan kualitas santri serta dapat memberikan tambahan wawasan dalam usaha meningkatkan kualitas manajemen di lembaga pondok pesantren. 2) Mampu memberikan kontribusi pemikiran, masukan serta bahan evaluasi bagi semua pihak yang terkait dengan peningkatan kualitas santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin (PPHM) Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Menurut pendekatannya penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan penelitian kualitatif yaitu Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 7 Berkaitan dengan jenis penelitian ini, maka penelitian yang dimaksudkan adalah melakukan penelitian/kajian tentang perilaku, presepsi, motivasi, tindakan Pesantren dalam Meningkatkan Kualitas Santri. Data dan Sumber data Menurut Arikunto, sumber data adalah Subyek darimana data dapat diperoleh. 8 Adapun menurut Lofland dan Lofland sebagaimana dikutip oleh Moleong, dijelaskan bahwa Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lainlain. 9 Dalam penelitian yang peneliti lakukan, sumber datanya meliputi tiga unsur, yaitu: 1. Person (manusia), yang menghasilkan data berupa kata-kata dari wawancara dan hasil pengamatan perilaku. Juga menghasilkan berupa rekaman gambar (photo) dari hasil pengamatan perilaku di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin yang kemudian disebut dengan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut 7 Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), 6 8 ibid., Moleong, Metodologi, 157

6 140 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: Tulungagung. Sumber data yang berupa orang adalah seluruh santri dan pengurus pondok serta Pengasuh/Kyai dan Dewan Asatidz PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut - Tulungagung. 2. Place (tempat), yang menghasilkan data berupa kata-kata dan rekaman gambar (photo) melalui proses pengamatan. Sumber data berupa tempat ini bisa berwujud sesuatu yang diam, misalnya PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung sebagai sebuah kesatuan bangunan dan juga bisa berwujud sesuatu yang bergerak, misalnya kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren, aktivitas santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung. 3. Paper (kertas), yaitu sumber data yang menyajikan berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol yang untuk memperolehnya diperlukan metode dokumentasi. Sumber data ketiga ini bisa berasal dari kertas-kertas (buku, majalah, dokumen, arsip, dan lain-lain), papan pengumuman, papan nama dan sebagainya. 10 Metode Pengumpulan data Sesuai dengan penelitian kualitatif, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Metode Observasi Menurut Suharsimi Arikunto Observasi atau pengamatan meliputi pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. 11 Dalam observasi ini, peneliti memilih jenis observasi berperan serta yaitu pengamat menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati dan sebagai pengamat. Dalam hal ini peneliti juga terlibat dalam kepengurusan pondok sekaligus sebagai pengajar di madrasah diniyah (Madrasah Hidayatul Mubtadiin / MHM) PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung. 2. Metode Wawancara Menurut Arikunto, wawancara adalah Dialog yang dilakukan oleh pewanwancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewe). 12 Moleong dalam metodologi penelitian kualitatif menjelaskan pengertian wawancara dengan penjelasan sebagai berikut : Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 13 Di sini penelitilah yang berperan aktif untuk bertanya dan memancing pembicaraan menuju masalah tertentu kepada sumber data atau informan agar memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada, sehingga diperoleh data penelitian. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada pengasuh / kyai, pengurus pondok, pengurus madrasah diniyah, dan kepada beberapa alumni PPHM Ngunut Tulungagung. 3. Metode Dokumentas 10 Arikunto, Prosedur Penelitian, ibid., ibid., Moleong, Metodologi Penelitian, 186

7 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dokumen diartikan surat yang tertulis atau cetakan yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. 14 Menurut Arikunto, Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat legger, dan sebagainya. 15 Moleong menjelaskan definisi dokumen; Setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. 16 Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data dari sumber yang berupa paper, sebagaimana pembagian sumber data pada sub bab sebelumnya. Jenis dokumen yang peneliti ambil adalah dokumen resmi, bukan dokumen pribadi. Dalam dokumen resmi peneliti hanya mengambil dokumen internal saja yang menurut Moleong...berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. 17 Untuk mendapatkan dokumen tersebut, peneliti menemui pengurus yang berkompeten dengan dokumentasi pondok, untuk kemudian peneliti photo copy sebagai data penelitian. Metode Analisis data Pengertian analisis data menurut Furchan adalah Proses yang memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasikan tema-tema dan menyusun hipotesa (gagasan-gagasan) yang ditampilkan oleh data serta upaya untuk menunjukkan bahwa tema dan hipotesa tersebut didukung oleh data. 18 Pada tahap akhir adalah tahap penarikan kesimpulan dari sajian atau paparan data. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan tersebut dijadikan sebagai temuan penelitian. Dilihat dari langkah-langkah operasional yang peneliti gunakan dalam menganalisis data, maka dalam penelitian ini menggunakan metode analisa induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret kemudian ditarik generalisasi generalisasi yang mempunyai sifat umum. 19 Strategi analisis deskriptif kualitatif ini dapat peneliti gambarkan sebagai berikut : Data - Kesimpulan 14 Ananda Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, - Kategoris (Surabaya : Alumni, 2000), 105 Data Klasifikasi Data - Kesimpulan 15 Arikunto, Prosedur Penelitian, Ciri-ciri 16 Moleong, Metodologi Penelitian, 216 umum Data 17 ibid., Furchan, Pengantar Metode, Sutrisno Hadi, Metodologi..., 42

8 142 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pendidikan Pelaksanaan pendidikan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran didukung oleh perangkat yang memadai mulai dari kepengurusan, dewan asatidz, dan sarana prasarana. Materi Pendidikan Dalam upaya efisiensi dan efektifitas pendidikan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut - Tulungagung menerapkan manajemen pengelolaan modern. Di sini selain madrasah diniyah yang wajib diikuti oleh seluruh santri juga terdapat madrasah Al-Qur an khusus bagi santri yang intens memperdalam dan menghapal Al-Qur an. Selain itu juga masih terdapat Taman Pendidikan Al-Qur an (TPQ) yang diikuti oleh anak-anak dari lingkungan sekitar pondok. Seiring perkembangan zaman, PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran sangat responsif dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan dibukanya sekolah formal di bawah naungan institusi pondok, yakni dengan dibukanya SD Islam, SMP Islam, SMA Islam di bawah Yayasan Sunan Giri, dan pada tahun 2007 ini sedang dirintis berdirinya perguruan tinggi Islam. Selain menyediakan sekolah formal di pondok untuk para santri, banyak pula santri yang yang sekolah formal di luar lingkungan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran. Pelaksanaan pendidikan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dilakukan secara klasikal dengan manjerial dan administrasi modern yang telah berjalan dengan baik. Adapun materi pelajaran yang diajarkan di Madrasah Diniyah/Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) adalah : Materi Pelajaran Diniyah Tingkat Ibtidaiyah KELAS FAN PELAJARAN Fiqih Lughot Mabadi Fiqih Ro sun Sirah III Akhlaq Alala Tauhid Tauhid Jawan Tajwid Tarikh Hidayatus Sibyan Tarikh Nabi

9 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam IV V VI Fiqih Lughot Akhlaq Tauhid Tajwid Tarikh Fiqih Lughot Akhlaq Tauhid Tarikh Fiqih Tauhid Lughot Tufatul Mubtadiin Bahasa Arab Matlab Aqidatul Awam Tuhfatul Atfal Nurul Yakin Tanwirul Hija Bahasa Arab Ngawamil Jurjani Wahoya Khoridatul Bahiyah Nurul Yaqin Sulam Taufiq Risalatul Mahid Jauwahir Kalamiyah Jurumiyah Qoidatus Shorofiyah I Tasrif Istilahi Al i lal Materi Pelajaran Diniyah Tingkat Tsanawiyah KELAS FAN PELAJARAN Fiqih Lughot Fathul Qorib Al imrity I Tasrif Lughowy Al i lal Qowaid Shorfiyah II III Tauhid Fiqih Lughot Tauhid Fiqih Lughot Tasawwuf Hadits Tijan Durori + Sanusiyah Fathul Qorib Alfiyyah Qowaid I rob Kifayatul Awam Fathul Mu in Alfiyyah Risalatul Mu awanah Jauharul Bukhori Materi Pelajaran Diniyah Tingkat Aliyah KELAS FAN PELAJARAN I Fiqih Ke-NU-an Hadits Balaghoh Tasawwuf Fathul Mu in Hujjah Ahlu Sunnah J. Bukhori J. Maknun M. Mukminin

10 144 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: II III Fiqih Tasawwuf Fiqih Tasawwuf Hadits Fathul Mu in M. Mukminin Minhajul abidin Ibanah Ahkam Fathul Mu in M. Mukminin Minhajul abidin Ibanah ahkam Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang telah diterapkan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran adalah pola pembelajaran model lama / tradisional yang kental dengan corak salafnya dipadu dengan sentuhan pola-pola pembelajaran modern. Dari data yang peneliti dapatkan, bahwa pelaksanaan pembelajaran kitab-kitab salaf yang kebanyakan orang awam memberikan istilah kitab kuning dilakukan secara klasikal dengan jenjang tingkatan kelas mulai tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah yang merupakan salah satu ciri model pembelajaran modern. Proses pembelajaran dengan materi salaf dan menggunakan pola pembelajaran modern tersebut didukung dengan manajemen dan administrasi pendidikan yang cukup bagus. Untuk evaluasi, juga diadakan ujian di akhir semester. Hasil dari proses pembelajaran, setiap santri diberikan laporan hasil penilaian berupa raport. 20 Walaupun dominan dengan materi-materi pelajaran dari kitab-kitab lama / salaf, namun demikian banyak terobosan yang dilakukan oleh institusi, yakni dengan membuka sekolah umum di dalam pondok dan juga memberikan peluang kepada setiap santri untuk menempuh pendidikan formal di luar pondok. Di sisi lain, untuk pelajaran-pelajaran tertentu pihak pondok mengambil kebijakan untuk tetap menggunakan metode dan pola pembelajaran lama karena dinilai masih relevan untuk mencapai target yang diinginkan. Di antara metode tersebut adalah sorogan, bandongan / halaqoh, mudzakaroh/sawir (diskusi, musyawarah), dan muhafadhloh. Di antara buku pelajaran yang wajib ditulis tangan oleh santri adalah : - Mabadi fiqih. - Ro sun sirah - Alala. - Tauhid jawan. - Hidayatus sibyah. - Tarikh nabi - Matlab. - aqidatul awam. - Tuhfatul atfal - Tanwirul hija. - Ngawamil jurjani. - Khoridatul bahiyah. - Jurumiyah. - Qoidatus shorofiyah I.

11 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Qowaid shorfiyah II. - Al imrity. - Alfiyyah Ibnu Malik, dan - Qowaid i rob. Sedangkan materi muhafadhoh bagi santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran adalah : - Alala. - Hidayatus sibyan. - Aqidatul awam. - Tuhfatul atfal. - Tanwirul hija. - Q. shorof. - Tasrif. - Al-imrity - Tasrif lughowi. - Alfiyyah Ibnu Malik, dan - Jauhar Maknun. Adapun metode khusus yang merupakan amanah Almaghfurllah KH. Ali Shodiq Umman tetap diterapkan di madrasah diniyah, yaitu : - Menata tempat duduk santri dengan rapi. - Mengabsen dan menghitung / mengontrol santri yang masuk. - Lalaran (hafalan materi pelajaran secara bersama di dalam kelas). - Muhafadhoh (dilakukan setelah lalaran, yakni santri berdiri di depan kelas untuk menghafalkan materi pelajaran secara individu). - Qiro ah (membaca materi pelajaran). - Musafahah (tanya jawab santri dengan ustadz). - Membangkitkan semangat santri. Pengembangan Pendidikan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran memberikan respon yang positif terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat di era globalisasi ini. Berbagai terobosan telah dilakukan dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas santri, sehingga out put yang dihasilkan oleh pondok pesantren benar-benar kompetitif. Berikut ini beberapa upaya yang telah dilakukan oleh PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dalam meningkatkan kualitas santri : Membuka Sekolah Umum Berdasarkan hasil observasi lapangan yang peneliti lakukan, untuk memberikan keseimbangan pengetahuan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum, telah dibuka lembaga pendidikan formal di bawah naungan Yayasan Sunan Giri. Sampai saat ini telah berjalan jenjang pendidikan SD Islam, SMP Islam, SMA Islam, dan perguruan tinggi Islam yang masih dalam proses perintisan. Selain itu pihak pondok juga memberikan peluang kepada santri untuk menempuh pendidikan di luar institusi pondok pesantren. Membuka Kelas Khusus Terobosan ini dilakukan untuk lebih mengintensifkan pengelolaan dan pembinaan terhadap santri sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki, yakni

12 146 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: berupa Madrasah Al-Qur an Hidayatul Mubtadiin, yakni diperuntukkan bagi santri yang memperdalam dan menghafal Al-Qur an. Bagi santri yang mengambil program Madrasah Al-Qur an ini, tetap diwajibkan untuk mengikuti kegiatan di Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM/madrasah diniyah). PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dalam usaha meningkatkan kualitas santrinya, membuka banyak lembaga pendidikan, yaitu : Madrasah Diniyah, madrasah ini khusus untuk mempelajari ilmu-ilmu agam Islam. Sistem pembelajaran lembaga ini menggunakan sistem salafi yang mana selain menimba ilmu agama santri diwajibkan untuk menghafal materi tertentu yang dianggap penting dan sebagai alat untuk memahami lebih dalam ilmu pengetahauan Islam seperti ilmu-ilmu nahwu dan shorof. Pelajaran yang diberikan dalam lembaga ini diatur sedemikian rupa sesuai dengan tingkat dan kesinambungan antara pelajaran yang satu dengan yang lainnya dengan tingkatan kelas santri tersebut. Sehingga ketika proses pembelajaran santri mudah memahaminnya. Metode pembelajaran dalam madrasah ini menggunakan metode ala salaf. Masuk santri langsung lalaran kemudian membaca secara bergantian. Sebelum masuk pelajaran ada tanya jawab tentang pelajaran yang kemarin. Di luar kelas dan masih dalam lingkup madrasah diniyah setiap sorenya mulai pukul WIB. Santri wajib mengikuti syawir atau belajar bersama pelajaran yang akan di ajarkan besok pagi. Pesantren itu identik dengan hafalan, untuk meningkatkan pemahaman fan dari ilmu Nahwu diadakan muhafadzoh / hafalan nadzom setiap minggu sekali dan muhafadzoh setiap bulannya satu kali. Jadi santri wajib hafalan empat kali dalam setiap bulannya. Sistem evaluasi madrasah diniyah ini menggunakan system semester, jadi dalam satu tahun terdapat dua semester, yaitu semester pertama dan kedua. Salah satu syarat yang harus di penuhi santri mengikuti semester adalah harus hafalan dari fun nahwu sesuai tingkatanya dan sebanyak yang telah di tetapkan oleh pengurus madrasah diniyah. Misal : untuk pelajaran Alfiyyah ibnu malik harus hafalan 250 bait dalam setiap semesternya. Apabila tidak di penuhi maka akan ada kebijakan lain. Madrasah Al-Qur an, lembaga ini diperuntukkan bagi santri yang ingin memahami, mendalami dan menghafal Al-Qur an. Bagi yang menghafal santri secara bergantian sorogan dengan Kyai secara bergantian sesuai dengan banyak sedikitnya hafalan masing-masing santri. Sedangkan bagi yang tidak menghafal setiap sehabis shalat Isya' mengikuti madrasah al quran yang dibagi dalam beberapa kelas. Dalam madrasah ini santri mendalami dan belajar membaca Al quran dengan di dampingi beberapa guru, biasanya dalam setiap kelas terdapat tiga guru pendamping. Yang mengikuti pelajaran dalam madrasah al quran adalah semua santri yang mukim atau mondok di asrama putri Sunan Pandanaran. Sekolah Formal. Seiring kemjuan Zaman dan untuk menyikapi kemajuaan ilmu pengetahuan pesantren ini akhirya membuka lembaga pendidikan formal dalam bentuk Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI). Lembaga ini di peruntukkan bagi para santri yang ingin menimba ilmu pengetahuan umum. Dalam lembaga formal ini santri di tuntut semaksimal mungkin untuk memahami ilmu-ilmu pengetahuan umum.

13 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Diskusi (Musyawarah Diniyah) Untuk mewujudkan tradisi ilmiah di kalangan santri, maka metode diskusi dimasukkan di dalam materi pelajaran madrasah diniyah. Tradisi diskusi atau musyawarah diniyah ini dilaksanakan secara rutin setiap hari pada pukul WIB di bawah bimbingan santri senior dan mustahiq (wali kelas). Di dalam musyawarah diniyah ini, selain membahas materi-materi pelajaran diniyah juga dibahas tentang pengetahuan-pengetahuan umum. Pada prinsipnya, dari kegiatan diskusi ini diharapkan wacana pemikiran dan pengetahuan santri semakin terbuka lebar, sehingga akan semakin mantap untuk bersosialisasi dengan masyarakat luas. Agenda Kegiatan Harian Santri PPHM Astri Sunan Pandanaran No Waktu Waktu Shalat Shubuh Sekolah Diniyah Makan Pagi + Persiapan Sekolah Formal Sekolah formal Makan siang + Persiapan shalat dhuhur Shalat dhuhur Istirahat (pengajian pengasuh bagi yang mengikuti) Shalat Ashar Musyawarah Diniyah Makan sore + persiapan shalat maghrib Shalat maghrib + pengajian kitab Shalat isya Madrasah Al-Qur an Belajar wajib formal Istirahat malam / tidur Untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta untuk melancarkan pelaksanaan pendidikan, maka dibuat suatu peraturan/tata tertib yang harus dijalankan oleh seluruh santri. Peningkatan Mutu Tenaga Pengajar Tenaga kependidikan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran yang menjadi sentralnya adalah kyai, kemudian guru, ustadz dan ustadzah dari berbagai fan pelajaran, pengurus pondok pesantren, pimpinan unit- unit kegiatan dan tenaga kesekretariatan pondok pesantren. Setiap personil PPHM Asrama Putri Sunan pandanaran ditekankan untuk selalu meningkatkan kinerjanya dan inovatif dalam menjalankan tugasnya. Untuk pimpinan unit kegiatan atau biasa disebut dengan Pembina Himpunan Santri (HS) ditekankan selalu melakukan kaderisasi untuk setiap bidang yang dibinanya. Untuk tenaga pendidik (ustadz) setiap malam diwajibkan mengikuti Syawir Fathul Mu'in dan Alfiyyah Ibnu Malik sebagai pendalaman dan pengembangan pengetahuan terkait ilmu fiqih dan ilmu nahwu dan shorof, serta sorogan Al-Qur an

14 148 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: untuk mendalami dan meningkatkan kefasihan guru dalam membaca Al-Qur an. Semua itu dilakukan sebagai wujud usaha untuk memberikan yang terbaik bagi santri dan mencetak tenaga pengajar yang benar-benar mampu dan mumpuni dengan pelajaran yang dipegangnya. Bukan pendidik yang mengajar karena lebih tua dan lebih dulu belajarnya dengan santri yang diajarnya. Penyediaan Perpustakaan Untuk memberikan stimulus keilmuan bagi santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran, dilakukan dengan senantiasa memberikan motivasi untuk gemar membaca. Untuk menjembatani hal tersebut, pihak pondok telah menyediakan ruang perpustakaan yang komprehensif, walaupun dengan koleksi buku yang masih terbatas 200 eksemplar. Dari perpustakaan inilah diharapkan potensi-potensi intelektual santri akan semakin terasah, sehingga out put yang dihasilkan pesantren yang selama ini sangat handal dalam bidang ilmu agama akan semakin lengkap dengan pengetahuan umum. Pelatihan Ketrampilan dan Kewirausahaan Pelatihan ketrampilan dan kewirausahaan yang diberikan kepada santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran disesuaikan dengan minat dan potensi yang dimiliki oleh santri. Beberapa pelatihan yang dilaksanakan oleh PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran adalah pelatihan ketrampilan menjahit, pelatihan komputer, dan pelatihan kewirausahaan berupa pengelolaan koperasi pondok pesantren, dan perikanan. Di samping kegiatan harian, untuk memberikan wadah bagi pengembangan potensi santri, diadakan kegiatan ekstra sebagai berikut : Kegiatan Ekstra PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran No Waktu Jenis Kegiatan 1 Malam Jum at Jam iyah 2 Jum at Pagi Ro an Umum 3 Jum at Pagi Qora atul Qur an 4 Jum at Pagi Shalawatan 5 Jum at Sore Lalaran 6 Jum at Pagi Musyawarah Diniyah 7 Malam Sabtu dan Ahad Bimbingan Bahasa Inggris 8 Malam Ahad Muhafadhah (mingguan) 9 Jum at Siang Ketrampilan menjahit 10 Jum at Siang Kursus Komputer Penataan Manajemen dan Administrasi Administrasi yang diterapkan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran adalah admnistrasi dalam arti luas, yaitu keseluruhan kegiatan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan pondok pesantren. Administrasi di pesantren ini di serahkan kepada beberapa orang dengan salah satu sebagai leadernya. Dalam merencanakan dan mengelola administrasi di pesantren ini dirumuskan dengan jelas tujuan dari pondok pesantren. Berdasarkan dari tujuan tersebut akan diketahui kegiatan- kegiatan yang harus dilakukan oleh pondok pesantren.

15 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Administrasi di pesantren ini mengatur dan mengawasi berjalannya bidang-bidang yang ada di pondok pesantren. Seperti pembagian kerja dalam bidang pendidikan, tata usaha, dan kesehatan. Sebagai upaya optimalisasi kerja pengurus pondok sehingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Temuan dan Pembahasan Penelitian Pelaksanaan Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung Dari data yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan telah berjalan dengan baik. Terkait pelaksanaan pendidikan, upaya-upaya yang dilakukan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran untuk meningkatkan kualitas santri adalah : a. Menerapkan efisiensi dan efektifitas pendidikan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dengan manajemen pengelolaan modern. Dalam proses pendidikan, pengelolaan dibagi dalam madrasah, yakni madrasah diniyah yang wajib diikuti oleh seluruh santri, madrasah Al-Qur an khusus bagi santri yang intens memperdalam dan menghapal Al-Qur an, serta Taman Pendidikan Al-Qur an (TPQ) yang diikuti oleh anak-anak dari lingkungan sekitar pondok. b. Membuka sekolah formal di bawah naungan institusi pondok, yakni dengan dibukanya SD Islam, SMP Islam, SMA Islam di bawah Yayasan Sunan Giri, dan pada tahun 2007 ini sedang dirintis berdirinya perguruan tinggi Islam. Selain menyediakan sekolah formal di pondok untuk para santri, banyak pula santri yang yang sekolah formal di luar lingkungan PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran. c. Metode pembelajaran yang telah diterapkan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran adalah pola pembelajaran model lama / tradisional yang kental dengan corak salafnya dipadu dengan sentuhan pola-pola pembelajaran modern yang dilakukan secara klasikal dengan jenjang tingkatan kelas mulai tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah. d. Untuk evaluasi, juga diadakan ujian di akhir semester. Hasil dari proses pembelajaran, setiap santri diberikan laporan hasil penilaian berupa raport. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dilakukan secara klasikal telah berjalan dengan baik. Adapun proses pembelajaran dengan materi salaf dan menggunakan pola pembelajaran modern didukung dengan manajemen dan administrasi pendidikan yang cukup bagus. Untuk pelajaran-pelajaran tertentu pihak pondok mengambil kebijakan untuk tetap menggunakan metode dan pola pembelajaran lama karena dinilai masih relevan untuk mencapai target yang diinginkan. Di antara metode tersebut adalah sorogan, bandongan / halaqoh, mudzakaroh/sawir (diskusi, musyawarah), dan muhafadhloh. Upaya PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dalam Meningkatkan Kualitas Santri Dari data yang peneliti peroleh dapat diketahui bahwa beberapa upaya yang telah dilakukan oleh PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dalam meningkatkan kualitas santri : a) Membuka Sekolah Umum.

16 150 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: b) Membuka Madrasah Al-Qur an, Madrasah Diniyah, dan Taman Pendidikan Al- Qur an. c) Diskusi (Musyawarah Diniyah) d) Peningkatan Mutu Tenaga Pengajar e) Penyediaan Perpustakaan f) Pelatihan Ketrampilan dan Kewirausahaan g) Penataan Manajemen dan Administrasi h) Di samping itu, di kepengurusan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin (PPHM) Asrama Putri Sunan Pandanaran terdapat organisasi yang disebut Organisasi Madrasah (OSMA). Organisasi ini pembinanya adalah para guru yang memiliki kemampuan dalam bidang tertentu. i) Sebagai upaya optimalisasi kerja pengurus pondok sehingga bisa mencapai tujuan yang diharapkan, dibuat sebuah panduan kerja. Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran memberikan respon yang positif terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat di era globalisasi ini. Berbagai terobosan telah dilakukan dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas santri, sehingga out put yang dihasilkan oleh pondok pesantren benar-benar kompetitif. Terobosan-terobosan tersebut adalah dengan membuka sekolah umum, membuka madrasah Al-Qur an, madrasah diniyah, dan Taman Pendidikan Al-Qur an, Diskusi (Musyawarah Diniyah), Peningkatan Mutu Tenaga Pengajar, Penyediaan Perpustakaan, Pelatihan Ketrampilan dan Kewirausahaan, Penataan Manajemen dan Administrasi, pembentukan organisasi santri madrasah yang disebut Organisasi Madrasah (OSMA), dan membuat sebuah panduan kerja bagi pengurus. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Santri di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Faktor Pendukung 1. Institusi pesantren tidak menutup diri terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. 2. Dewan Pengasuh senantiasa melakukan komunikasi yang harmonis baik dengan pengurus, dewan asatidz maupun santri secara langsung. Selain itu secara kontinyu dan berkesinambungan, Dewan Pengasuh senantiasa melakukan kontrol / pengawasan terhadap santri, dewan asatidz maupun perkembanan yang terjadi di pesantren. Dalam pola pembinaan kepada santri, Dewan Pengasuh lebih mengedepankan pola keteladanan. 3. Dewan pengasuh selalu memberikan respon yang positif terhadap pemikiranpemikiran baru untuk kemudian dimusyawarahkan bersama. 4. Beraneka ragamnya latar belakang pendidikan santri dan asal daerahnya, justru memberikan nilai positif dengan terjadinya proses transfer pengetahuan secara tidak langsung di antara para santri. 5. Sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai. Faktor Penghambat Lembaga pendidikan yang hari ini paling banyak diminati masyarakat agamis adalah lembaga pendidikan yang menggunakan sistem terpadu. Yaitu lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran umum dan agama seperti PPHM Asrama

17 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Putri Sunan Pandanaran. Sistem terpadu apabila dikelola dengan manajemen yang baik maka akan baik pula hasil yang akan dicapai, tetapi bukan berarti sistem terpadu tidak punya kelemahan dan kekurangan. Faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan sistem terpadu di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran antara lain adalah : 1) Dari segi waktu, dengan adanya penerapan sistem terpadu menjadikan waktu lamanya proses pembelajaran menjadi sempit. Hal tersebut menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Karena pelaksanaan pendidikan madrasah pada waktu sehabis shalat Subuh antara jam Tetapi dalam prakteknya masuk jam 05.45, sedangkan madrasah diniyah setelah masuk harus lalaran nadhoman dulu sampai 15 menit setelah itu santri membaca secara bergantian, sehingga waktu pelajaran baru hanya 30 menit. Waktu yang cuma sedikit itu sangat sulit untuk memberikan pemahaman yang maksimal kepada siswa. Sedangkan sekolah formal mulai jam Pergantian waktu antara madrasah dan formal hanya 30 menit, padahal waktu itu dipergunakan untuk mempersiapkan pelajaran formal dan sarapan pagi. Karena terlalu sempit sebagian santri ada yang tidak sarapan karena sekolah formal sudah masuk. 2) Kurang terjadinya hubungan yang harmonis antara guru formal dan guru madrasah diniyah, hal tersebut berakibat kurang efektifnya proses pembelajaran. Guru formal kadang harus menunggu santri masuk karena belum selesai mempersiapkan diri yang diakibatkan molornya waktu keluar dari sekolah madrasah diniyah. 3) Kurangnya personil kepengurusan, sehingga terjadi rangkap jabatan dan tumpang tindih tugas. Hal ini berakibat tidak maksimalnya fungsi dan peran pengurus dalam melaksanakan tugasnya. 4) Kendala yang berikutnya adalah dari pihak santri sendiri, ketika pergantian waktu pelajaran kadang ada yang kembali ke kamar dan hal itu menyebabkan waktu mulainya pelajaran menjadi mundur dan seterusnya. Solusi yang Dilakukan untuk Mengatasi Faktor Penghambat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Berbagai solusi telah ditempuh oleh PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung dalam mengatasi berbagai faktor penghambat untuk merealisasikan peningkatan kualitas santri. Solusi-solusi tersebut adalah : a) Memberikan waktu kepada santri untuk melakukan musyawarah diniyah yang terjadwal setiap hari pada pukul WIB. Pelaksanaan musyawarah diniyah ini dengan didampingi oleh mustahiq / wali kelas dengan dipandu oleh santri senior. Program ini dilaksanakan untuk mengatasi keterbatasan alokasi waktu pelajaran madrasah diniyah. Dari musyawarah diniyah diharapkan santri lebih mampu mendalami materi-materi yang dipelajari di madrasah diniyah. Di samping membahas materi-materi pelajaran diniyah, ketika musyawarah diniyah ini santri juga diperkenankan melakukan pembahasan masalah-masalah umum dan sosial kemasyarakatan. b) Mengefektifkan kerja pengurus pondok untuk melatih kedisiplinan seluruh santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung.

18 152 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: PENUTUP Kesimpulan 1. Bahwa pelaksanaan pendidikan dalam meningkatkan kualitas santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung telah berjalan dengan baik dan efektif dengan metode klasikal. Adapun proses pembelajaran dengan materi salaf dan menggunakan pola pembelajaran modern didukung dengan manajemen dan administrasi pendidikan yang cukup bagus. Untuk pelajaranpelajaran tertentu pihak pondok mengambil kebijakan untuk tetap menggunakan metode dan pola pembelajaran lama karena dinilai masih relevan untuk mencapai target yang diinginkan. Di antara metode tersebut adalah sorogan, bandongan / halaqoh, mudzakaroh/sawir (diskusi, musyawarah), dan muhafadhloh. 2. Upaya PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut - Tulungagung dalam meningkatkan kualitas santri adalah dengan memberikan respon yang positif terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat di era globalisasi ini. Berbagai terobosan telah dilakukan dalam kerangka untuk meningkatkan kualitas santri, sehingga out put yang dihasilkan oleh pondok pesantren benar-benar kompetitif. Terobosan-terobosan tersebut adalah : b. Membuka Sekolah Umum. c. Membuka Madrasah Al-Qur an, Madrasah Diniyah, dan Taman Pendidikan Al-Qur an. d. Diskusi (Musyawarah Diniyah). e. Peningkatan Mutu Tenaga Pengajar. f. Penyediaan Perpustakaan g. Pelatihan Ketrampilan dan Kewirausahaan h. Penataan Manajemen dan Administrasi i. Pembentukan Organisasi Santri Madrasah (OSMA). j. Pembuatan panduan kerja pengurus. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Santri di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung adalah : Faktor Pendukung 1) Institusi pesantren tidak menutup diri terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. 2) Dewan Pengasuh senantiasa melakukan komunikasi yang harmonis baik dengan pengurus, dewan asatidz maupun santri secara langsung. Selain itu secara kontinyu dan berkesinambungan, Dewan Pengasuh senantiasa melakukan kontrol / pengawasan terhadap santri, dewan asatidz maupun perkembanan yang terjadi di pesantren. Dalam pola pembinaan kepada santri, Dewan Pengasuh lebih mengedepankan pola keteladanan. 3) Dewan pengasuh selalu memberikan respon yang positif terhadap pemikiranpemikiran baru untuk kemudian dimusyawarahkan bersama. 4) Beraneka ragamnya latar belakang pendidikan santri dan asal daerahnya, justru memberikan nilai positif dengan terjadinya proses transfer pengetahuan secara tidak langsung di antara para santri. 5) Sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai.

19 Muh.Khoirul Rifa i, Strategi Pesantren Dalam Faktor Penghambat Faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan sistem terpadu di PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran antara lain adalah : 1) Dari segi waktu, dengan adanya penerapan sistem terpadu menjadikan waktu lamanya proses pembelajaran menjadi sempit. Hal tersebut menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran. 2) Kurang terjadinya hubungan yang harmonis antara guru formal dan guru madrasah diniyah, hal tersebut berakibat kurang efektifnya proses pembelajaran. 3) Kurangnya personil kepengurusan, sehingga terjadi rangkap jabatan dan tumpang tindih tugas. Hal ini berakibat tidak maksimalnya fungsi dan peran pengurus dalam melaksanakan tugasnya. 4) Kendala yang berikutnya adalah dari pihak santri sendiri, ketika pergantian waktu pelajaran kadang ada yang kembali ke kamar dan hal itu menyebabkan waktu mulainya pelajaran menjadi mundur. Solusi yang Dilakukan untuk Mengatasi Faktor Penghambat dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung a. Memberikan waktu kepada santri untuk melakukan musyawarah diniyah yang terjadwal setiap hari pada pukul WIB. Pelaksanaan musyawarah diniyah ini dengan didampingi oleh mustahiq / wali kelas dengan dipandu oleh santri senior. Program ini dilaksanakan untuk mengatasi keterbatasan alokasi waktu pelajaran madrasah diniyah. Dari musyawarah diniyah diharapkan santri lebih mampu mendalami materi-materi yang dipelajari di madrasah diniyah. Di samping membahas materi-materi pelajaran diniyah, ketika musyawarah diniyah ini santri juga diperkenankan melakukan pembahasan masalah-masalah umum dan sosial kemasyarakatan. b. Mengefektifkan kerja pengurus pondok untuk melatih kedisiplinan seluruh santri PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung. Saran Agar upaya PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran dalam meningkatkan kualitas santri bisa mencapai hasil yang diinginkan, peneliti sedikit memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Lembaga PPHM Asrama Putri Sunan Pandanaran a. Agar pembelajaran diatur lebih efektif dan tepat sasaran dengan pengaturan waktu yang baik. Di samping itu perlu diperkuatnya program pembinaan pembinaan ketrampilan dan kewirausahaan sesuai dengan minat dan potensi santri. Untuk lebih baiknya, mungkin perlu dirintis perluasan jaringan dengan berbagai pihak yang berkompeten untuk merealisasikan pendidikan ketrampilan dan kewirausahaan. b. Antara pengurus beserta guru madrasah dengan pengurus beserta guru sekolah formal (khususnya sekolah formal di lingkup pondok), harus sering melakukan komunikasi yang intens. Sehingga harmonisasi pengetahuan santri bisa tetap terjamin kualitasnya. c. Hendaknya personil kepengurusan dibuat lebih ramping menyesuaikan kebutuhan dan kuantitas personil yang ada, dan tidak terjadinya rangkap jabatan di dalam kepengurusan, sehingga kinerja pengurus lebih efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal.

20 154 DINAMIKA, Volume 13, Nomor 2, Nopember 2013: Bagi Santri a. Berupaya terus-menerus untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik bidang keagamaan maupun umum. b. Senantiasa berupaya menjadikan dirinya teladan bagi yang lainnya. c. Memanfaatkan waktu-waktu luang dengan aktivitas yang positif. DAFTAR PUSTAKA Arifin, H. M., Kapita Selekta Pendidikan : Islam dan Umum, Jakarta : Bumi Aksara, Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, Azizy, Ahmad Qodri A., Islam dan Permasalahan Sosial : Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta : LKiS, , Melawan Globalisasi : Reinterpretasi Ajaran Islam; Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta : Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta : PT. Grasindo, Departemen Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, , Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan di Pondok Pesantren, Jakarta : Dirjend Kelembagaan Islam, , Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta : Dirjend Kelembagaan Agama Islam, , Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, , Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Jakarta : Dirjend Kelembagaan Agama Islam, , Pola Penyelenggaraan Pendidikan Pesantren, Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, , Pola Penyelenggaraan Pesantren Kilat; Pendidikan Singkat Ilmu-Ilmu Agama Islam, Jakarta : Dirjend Kelembagaan Agama Islam, Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren : Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta : LP3ES, Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, Fathurrahman, Nanang. dan Moch. Ishom, Panduan Penulisan Karya Tulis Santri, Jakarta : Lima Karsa, 2003.

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang

Lebih terperinci

BAB III PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2 SEMARANG

BAB III PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2 SEMARANG BAB III PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI MADRASAH DINIYAH PONDOK PESANTREN ADDAINURIYAH 2 SEMARANG A. Gambaran Umum Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Addainuriyah 2 Semarang 1. Tujuan Pendidikan Pondok pesantren

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mmenjelaskan metodologi adalah menunjuk pada proses, prinnsip serta

BAB III METODE PENELITIAN. mmenjelaskan metodologi adalah menunjuk pada proses, prinnsip serta BAB III METODE PENELITIAN Suatu bentuk atau model kegiatan apapun agar dapat mencapai target tujuan yang dikehendaki terlebih dahulu harus dipilih dan ditetapkan metode apa yang cocok digunakan untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan 74 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan dalam upaya menyusun skripsi ini adalah termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. BAB I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu guna. mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

BAB III METODE PENELITIAN. menyimpulkan data dengan menggunakan metode atau teknik tertentu guna. mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi. 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Tanpa penelitian ilmu pengetahuan tidak akan bertambah, karena pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Penelitian sebenarnya mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN A. Analisis Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang berlangsung pada saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku peserta didik. Perubahan yang sangat cepat dirasakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan Sesuai dengan penyajian hasil laporan sebelumnya dalam penelitian ini

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan Sesuai dengan penyajian hasil laporan sebelumnya dalam penelitian ini 113 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sesuai dengan penyajian hasil laporan sebelumnya dalam penelitian ini penulis dapat menyimpulkan: 1. Dalam pola kepemimpinannya di Pondok Pesantren Al-Anwar KH. Maimoen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, suatu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, suatu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, suatu penelitian yang menggambarkan sifat-sifat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan selain karena manusia tercipta sebagai makhluk

Lebih terperinci

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif ini, peneliti akan menghimpun data berkenaan dengan peran orang-orang yang

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif ini, peneliti akan menghimpun data berkenaan dengan peran orang-orang yang 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus (case study atau field study) dengan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan

BAB VI PENUTUP. tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda pengembangan pendidikan BAB VI PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasan, yaitu kesimpulan, implikasi dan saran. A. Kesimpulan 1. Kebijakan kiai dalam penyusunan agenda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar bertujuan. Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dimana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung,

BAB III METODE PENELITIAN. dimana peristiwa-peristiwa yang menjadi objek penelitian berlangsung, BAB III METODE PENELITIAN A. Pola Penelitian Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk kategori penelitian lapangan (field reseach). Penelitian lapangan adalah untuk mencari dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia dimulai. Pada tahap awal, pendidikan Islam. muslim atau mubaligh dengan masyarakat sekitar sehingga terbentuklah

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia dimulai. Pada tahap awal, pendidikan Islam. muslim atau mubaligh dengan masyarakat sekitar sehingga terbentuklah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sejak masuknya Islam ke Indonesia maka sejak itu pula pendidikan Islam di Indonesia dimulai. Pada tahap awal, pendidikan Islam berlangsung secara informal. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional pertama yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang awalnya sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih diakui, bahkan semakin memainkan perannya di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. masih diakui, bahkan semakin memainkan perannya di tengah-tengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam diarahkan kepada usaha untuk memberdayakan masyarakat agar mampu mengembangkan potensi fitrah manusia hingga ia dapat memerankan diri secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Salafiyyah-

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Salafiyyah- BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data. Setelah peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Salafiyyah- Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional pada hakikatnya mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia utuh jasmaniah rohaniah,

Lebih terperinci

A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam. Meningkatkan Kefasihan Santri Membaca Al-Qur ān di Pondok

A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam. Meningkatkan Kefasihan Santri Membaca Al-Qur ān di Pondok BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PEMBELAJARAN ILMU TAJWID DALAM MENINGKATKAN KEFASIHAN SANTRI MEMBACA AL-QUR ĀN DI PONDOK PESANTREN NURUL ATHFAL ULUJAMI-PEMALANG A. Analisis tentang Metode Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara produktif, efektif dan efisien, sehingga menghasilkan lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara produktif, efektif dan efisien, sehingga menghasilkan lulusan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan utamanya sekolah, tidak bisa terlepas dari manajemen, karena manajemen marupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN BAB V PEMBAHASAN A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin Kedisiplinan adalah kata kunci keberhasilan pendidikan. Kedisiplinan erat kaitannya dengan kepemimpinan, yang dalam organisasi pendidikan

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN UMUM

2. BAB II TINJAUAN UMUM 2. BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pondok Pesantren 2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren Asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang menunjukkan tempat, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok

Lebih terperinci

BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN

BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN 57 BAB IV USAHA-USAHA KH. MASRUR QUSYAIRI DALAM MENGEMBANGKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL UMMAH PRINGGOBOYO MADURAN LAMONGAN KH. Masrur Qusyairi adalah tulang punggung dalam menentukan perkembangan Pondok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Sugiyono: menyebutkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Hidayatul Muwaffiq. Hal ini dikarenakan pola interaksi yang dikembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah Aliayah Hidayatul Muwaffiq merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berkembang pesat di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatul Muwaffiq.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode secara terminoligi adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian, cara yang paling tepat dan tepat dalam melakukan sesuatu 1. Di dalam penelitian laporan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan kualitatif dengan menggunakan pola pikir: deskriptif-analisisyang mana penulis menggambarkan berbagai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi,

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan, dokumen pribadi, BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan pendekatan penelitian yang bersifat kualitatif, maksudnya yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab kuning merupakan sebuah elemen penting dalam sebuah pondok pesantren. Kitab kuning telah menjadi bahan ajar pesantren dalam kurun waktu yang lama sehingga kitab

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dituangkan pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Pola dan Pendekatan Penelitian Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Seperti yang didefinisikan oleh Bogdan dan Taylor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumedang merupakan salah satu daerah kabupaten di provinsi Jawa Barat yang terletak 6 o 44-70 o 83 LS dan 107 o 21-108 o 21 BT dengan luas wilayah 152.220 Ha yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik sistem pendidikan nasional merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat memperbaiki sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sistem pendidikan modern tak mungkin berjalan baik tanpa melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperjelas arah dan mempermudah pencapaian tujuan penelitian, perlu adanya metode yang harus dilakukan agar hasilnya harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian

Lebih terperinci

Tabel 4.15 Matrik Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Al-Musthofa. Tujuan Isi/Materi Metode Evaluasi

Tabel 4.15 Matrik Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Al-Musthofa. Tujuan Isi/Materi Metode Evaluasi Dari hasil paparan data khusus pondo pesantren Al-Musthofa dan Ar-Rahmat dapat kita lihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.15 Matrik Manajemen Kurikulum di Pondok Pesantren Al-Musthofa Kurikulum Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan lembaga sosial yang banyak tumbuh di pedesaan dan perkotaan. Sebagai kerangka sistem pendidikan Islam tradisional, pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia mulai menunjukkan eksistensinya. Dengan berlandaskan kesatuan NKRI yang penduduknya sangat majemuk meliputi suku,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 terhadap Pengembangan Kurikulum di Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan interaksi simbolik. Pendekatan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah bahwa: Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan merupakan realitas yang tidak dapat dipungkiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aktivitas berupa proses menuju pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan yang terjadi pada peserta didik dalam aktifitas pembelajaran dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas VIII-H di SMP IPIEMS Surabaya serta faktor yang mendukung dan. menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. kelas VIII-H di SMP IPIEMS Surabaya serta faktor yang mendukung dan. menghambat dalam penerapan pendekatan tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen Kecerdasan interpersonal merupakan salah satu hal penting yang harus

Lebih terperinci

PROPOSAL KEGIATAN HAUL DAN KHATAMAN PONPES AL ASROR 2006

PROPOSAL KEGIATAN HAUL DAN KHATAMAN PONPES AL ASROR 2006 PROPOSAL KEGIATAN HAUL DAN KHATAMAN PONPES AL ASROR 2006 LATAR BELAKANG Pondok pesantren (Ponpes) sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam membina umat khususnya

Lebih terperinci

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompleksitas pada permasalahan global seperti sekarang ini, diperlukan penyiapan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala menurunnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di pesantren. Karenanya, penulis mencari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara sederhana pondok pesantren dapat kita artikan sebagai sebuah tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam berbagai masa memegang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pada bab ini, penulis akan menganalisis kebijakan pemerintah kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yaitu, penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan aturan atau ketertiban yang dibuat oleh suatu negara, organisasi, pendidikan, kelompok atau individu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam BAB IV ini dipaparkan tentang: A. Kesimpulan dan B. Saran. meningkatkan kualitas santri adalah:

BAB V PENUTUP. Dalam BAB IV ini dipaparkan tentang: A. Kesimpulan dan B. Saran. meningkatkan kualitas santri adalah: 132 BAB V PENUTUP Dalam BAB IV ini dipaparkan tentang: A. Kesimpulan dan B. Saran. A. Kesimpulan Dari pembahasan dan penelitian yang penulis paparkan pada bab-bab sebelumnya, sebagai akhir dari penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe

lah sebagaimana ditinjau dengan berbagai konsep di atas dan juga agar mempe BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis figur kepemimpinan kyai pondok pesantren dalam membentuk pribadi muslim yang seutuhnya.

Lebih terperinci

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : FRAN WIJAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan : BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil paparan penyajian data hasil penelitian mengenai Implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah peradaban manusia, pendidikan diciptakan sebagai alat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Pendidikan adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data tentang Proses Pembelajaran Muatan Lokal Ta limul Muta allim melalui Kitab Hidayatul Mutaallim Berdasarkan hasil observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu sarana penting dan strategis yang mudah diterapkan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yang mempunyai tujuan menuntun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. 1 Metode dapat diartikan juga sebagai suatu cara atau teknis

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pada Guru SMP Di Lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten) NASKAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di MA Islamiyah Senori Tuban dengan alasan bahwa di MA Islamiyah Senori menggunakan kitab Adab Islamiyah sebagai mata pelajaran akhlak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam 70 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menurut pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Asmuni, Syukri. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ihsan, 1985.

DAFTAR PUSTAKA. Asmuni, Syukri. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ihsan, 1985. DAFTAR PUSTAKA Asmuni, Syukri. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ihsan, 1985. Asrohah, Hanun. Pelembagaan Pesantren Asal Usul Perkembangan Pesantren di Jawa. Jakarta: Departemen Agama RI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan yang telah mengalami perkembangan, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat seperti saat ini telah memicu tumbuhnya revolusi yang besar pada kemajuan dunia. Salah satunya ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam merupakan usaha untuk membimbing keterampilan jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam menuju terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Dalam buku Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Suharsimi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran. BAB III METODE PENELITIAN Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah se kabupaten Kulon Progo menghadapi. budaya sebagai dampak masyarakat ekonomi ASEAN yakni program

BAB V PENUTUP. Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah se kabupaten Kulon Progo menghadapi. budaya sebagai dampak masyarakat ekonomi ASEAN yakni program 207 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari paparan di atas maka hasil penelitian thesis ini disimpulkan sebagai berikut: Inovasi manajemen kurikulum yang dilakukan kepala Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Lebih terperinci