ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI ABSTRAK"

Transkripsi

1 Jurnal keperawatan dan Kebidanan ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI Surya Mustika Sari 1), Titiek Idayanti 2), Vera Virgia 3) 1) Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada, surya.mustikasari@gmail.com 2) Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada, ti2k.nurul@gmail.com 3) Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada, cadhlaq@gmail.com ABSTRAK Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, untuk menciptakan harus dimulai sejak dini. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pelaksanaan IMD merupakan awal kerhasilan dalam pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan kesempatan hidup bayi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah case control dengan pendekatan retrospektif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi usia 0-23 bulan yang memenuhi kriteria penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pelaksanaan IMD. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap editing, coding, scoring dan tabulating. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) digunakan uji regresi menggunakan aplikasi SPSS for windows. Dari hasil penelitian, untuk faktor predisposisi (predisposing factor) yang berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan, diantaranya adalah umur ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Untuk faktor pendukung (enabling factor) yang berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan, diantaranya adalah informasi tentang IMD, tempat bersalin, kondisi bayi dan, kondisi kolostrum (keluar / tidak keluar). Sedangkan untuk faktor pendorong (reinforcing factor), budaya yang dianut ibu berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan. Dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk dapat mensukseskan program inisiasi menyusu dini mengingat persaingan pada level produsen susu formula bergitu gencar dilakukan. Untuk itu dibutuhkan adanya pemahaman dari segi petugas pelayanan kesehatan untuk sebisa mungkin membantu ibu bersalin dalam melakukan IMD. Penyusunan dan pembentukan aturan untuk pelaksanaan IMD merupakan salah satu bentuk dukungan yang dapat dilakukan pemerintah sebagai salah satu pihak yang paling bertanggung jawab terhadap derajat kesehatan ibu dan anak Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, ibu, bayi Halaman 134

2 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, untuk menciptakan harus dimulai sejak dini. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pelaksanaan IMD merupakan awal kerhasilan dalam pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2008). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna meningkatkan kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah lahir, 22 % bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama (setara dengan sekitar satu juta bayi baru lahir setiap tahun di dunia) sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai dalam satu hari pertama, maka hanya 16 % bayi yang dapat diselamatkan. Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan). Selain itu juga, bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya lebih kebal dari bakteri lain di lingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh kolostrum, yang penting untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi sehingga bayi akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusui. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan program tersebut. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 34,5%. Persentase proses mulai mendapat ASI antara 1 6 jam sebesar 35,2%, persentase proses mulai mendapat ASI antara 7 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase proses mulai mendapat ASI antara jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7% (Kemenkes, 2014) Menurut Mahardika (2010 dikutip dalam Nastiti, 2013), keberhasilan inisiasi menyusu dini dipengaruhi olah faktor kesehatan ibu dan anak, motivasi pada ibu, peran orang terdekat dan sikap bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa ibu melahirkan tidak dapat langsung memberikan air susunya pada bayi, dikarenakan air susu ibu tidak bisa keluar. Terdapatnya bayi yang mengalami BBLR sehingga inisiasi menyusu dini tidak dapat dilakukan karena bayi harus mengalami penanganan khusus. Ketidaktahuan dan kurangnya informasi menyusu dini membuat ibu kurang termotivasi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan kurangnya peran orang terdekat dalam hal ini ibu, saudara perempuan atau teman perempuan dalam sosialisasi menyusu dini membuat ibu tidak percaya dan takut untuk melakukan inisiasi menyusu dini. Dalam proses inisiasi menyusu dini, bidan tidak menunggu sampai bayi benar-benar menyusu pada ibu, namun hanya sebatas prosedur melahirkan saja. Setelah bayi lahir, bidan meletakkan bayi di atas dada ibu kemudian saat bayi menangis bayi langsung di angkat untuk di bersihkan dan dikeringkan. Berbagai program dan pelatihan mengenai inisiasi menyusu dini sudah dilakukan oleh pemerintah baik kepada bidan maupun kepada masyarakat / ibu. Namun pada kenyataannya masih ada ibu-ibu yang mempunyai bayi pada saat melahirkan tidak dilakukan IMD. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, kurangnya ketersediaan informasi maupun fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan dari orang Halaman 135

3 Jurnal keperawatan dan Kebidanan terdekat, dukungan dari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan belum adanya promosi Insiasi Menyusui Dini (Rosita, 2008). Selain itu, gencarnya promosi susu formula yang ditawarkan melalui media informasi yang ada menjadikan ibu cenderung beralih menggunakan susu formula dibandingkan dengan ASI Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi usia 0-23 Bulan. TINJAUAN TEORI 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact) merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan ibu, dia akan bergerak di atas perut ibu dan menjangkau payudara. Inisiasi menyusu dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar. Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu. Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu. Reflek menghisap bayi timbul setelah menit setelah lahir. Roesli (2008), menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu menit setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran. 2. Prinsip Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis, sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu. Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu (Rosita, 2008). 3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Rosita (2008), menyatakan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut : a. Ibu. Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin juga menstimulasi hormonhormon lain yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan lancar. b. Bayi. Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrum yang mengandung antibodi dan merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi. 4. Langkah langkah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) Rosita (2008), menyatakan terdapat 10 langkah yang harus dilakukan untuk terlaksananya IMD yaitu : a. Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara yang lain. b. Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu. c. Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan atau Halaman 136

4 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang. d. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang menyelimuti kulit bayi. e. Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap. f. Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya. g. Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi dalam posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu. h. Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih. i. Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi seperti menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa melakukan inisiasi menyusu dini. j. Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali ada indikasi medis. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD. a. Faktor-faktor pendukung. Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal b. Faktor-faktor penghambat. Roesli (2008), menyatakan faktorfaktor penghambat Inisiasi Menyusu Dini adalah adanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang salah atau tidak benar tentang hal ini, yaitu sebagai berikut : 1) Bayi akan kedinginan. Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu, suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1 C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1 C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2 C untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal. 2) Ibu kelelahan. Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan keluarnya oksitoksin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. 3) Tenaga kesehatan kurang tersedia. Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya sementara bayi masih didada ibu dan menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. 4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. Ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan dengan bayi masih didada ibu, berikan kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 5) Ibu harus di jahit. Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu. 6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut American college of obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. 7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran Halaman 137

5 Jurnal keperawatan dan Kebidanan dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. 8) Bayi kurang siaga. Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibatnya obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. 9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan.dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu. 10) Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuhkembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. Selain faktor-faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari (2009) ada beberapa mitos yang menjadi penghambat pelaksanaan IMD yaitu : Kolostrum tidak baik dan berbahaya bagi bayi, bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu, kolostrom dan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum bayi, bayi akan kedinginan saat dilakukan IMD, setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui bayi, IMD merupakan prosedur yang merepotkan bagi petugas kesehatan dokter, perawat, bidan METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian case control dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto selama bulan Juli Agustus Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi usia 0-23 bulan yang memenuhi kriteria penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD, dan pelaksanaan IMD. Data dikumpulkan melalui kegiatan wawancara dan observasi secara langsung. Untuk pengumpulan data digunakan lembar kuesioner. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap editing, coding, scoring dan tabulating. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) digunakan uji regresi menggunakan aplikasi SPSS for windows. Data hasil penelitian selanjutnya ditabulasi dan dideskripsikan sebagai hasil penelitian HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden Tabel 1. Karakteristik responden No Variabel N % 1 Umur ibu Remaja akhir (17-25 tahun) Dewasa awal (26-35 tahun) 2 Pengetahuan tentang IMD Kurang Baik 3 Pendidikan terakhir Pendidikan dasar Pendidikan menengah 4 Pekerjaan ibu Tidak bekerja (IRT) Bekerja 5 Pendapatan keluarga Dibawah UMR Sesuai / Diatas UMR ,5 62,5 41,7 58,3 39,6 60,4 72,9 27,1 56,3 43,7 Odds Ratio Estimate Low Upper Sig 25,50 2,98 217,81 0,000 34,20 3,96 294,88 0,000 12,04 2,33 62,13 0,001 48,00 5,31 433,95 0,000 3,81 1,13 12,90 0,029 6 Tempat bersalin BPM / RB 28 58,3 6,81 1,88 24,69 0,003 Halaman 138

6 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Rmah sakit / Puskesmas 20 41,7 7 Informasi tentang IMD Belum pernah mendapatkan Pernah mendapatkan informasi ,2 45,8 8 Kunjungan ANC Tidak teratur (< 4 kali) Teratur (4 kali / lebih) 9 Kondisi bayi BBL Rendah BBL Normal 10 Kondisi kolostrum Belum keluar Sudah keluar 11 Budaya masyarakat Tidak mendukung IMD Mendukung IMD 12 Pelaksanaan IMD Melakukan IMD Tidak melakukan IMD ,8 81,2 39,6 60,4 54,2 45,8 56,3 43,8 39,6 60,4 3,26 0,97 10,88 0,049 1,39 0,30 6,39 0,671 12,04 2,33 62,14 0,001 4,82 1,38 16,75 0,011 5,69 1,61 20,14 0,005 Dari tabel diatas, sebagian besar responden termasuk dalam kategori dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 30 responden (62,5%), untuk pengetahuan tentang IMD, lbih dari separuh responden memiliki pengetahuan baik tentang IMD yaitu sebanyak 28 responden, untuk latar belakang pendidikan yang dimiliki sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan menengah yaitu sebanyak 29 responden (60,4%), untuk pekerjaan responden dalam penelitian ini sebagian besar tidak bekerja (IRT) sebanyak 35 responden (72,9%) 2. Faktor predisposisi (predisposing factor) Untuk umur ibu, dari hasil penelitian didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 25.50, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.98 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar Dari hasil odds ratio lower bound didapatkan bahwa resiko ibu untuk tidak melakukan IMD sebesar 2,9 kali. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti umur ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian pengetahuan ibu tentang IMD didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 34.20, nilai common odds ratio lower bound sebesar 3.96 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar Dari hasil odds ratio lower bound didapatkan bahwa resiko ibu untuk tidak melakukan IMD sebesar 3,9 kali. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,001 yang berarti pengetahuan ibu tentang IMD memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang pendidikan ibu didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 12.04, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.33 dan common odds ratio upper sebesar 62.13, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,001. Dari hasil tersebut nampak bahwa latar belakang pendidikan ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang pekerjaan ibu didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 48.00, nilai common odds ratio lower bound sebesar 5.31 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,000. Dari hasil tersebut nampak bahwa aktivitas pekerjaan yang dilakukan ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang pendapatan keluarga didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 3.81, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.13 dan common odds ratio upper sebesar 12.90, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,029. Dari hasil tersebut nampak bahwa Halaman 139

7 Jurnal keperawatan dan Kebidanan pendapatan keluarga ibu memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD 3. Faktor pendukung (enabling factor) Dari hasil penelitian tentang informasi IMD, didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 3.26, nilai common odds ratio lower bound sebesar 0.97 dan common odds ratio upper sebesar 10.88, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,003. Dari hasil tersebut nampak bahwa informasi tentang IMD yang diterima ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang tempat bersalin didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 6.81, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.88 dan common odds ratio upper sebesar 24.69, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,049. Dari hasil tersebut nampak bahwa tempat bersalin yang dipilih ibu memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang kunjungan ANC didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 1.39, nilai common odds ratio lower bound sebesar 0.30 dan common odds ratio upper sebesar 6.39, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,671. Dari hasil tersebut nampak bahwa jumlah kunjungan ANC yang dilakukan ibu tidak memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang kondisi bayi didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 12.04, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.33 dan common odds ratio upper sebesar 62.14, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,001. Dari hasil tersebut nampak bahwa kondisi bayi yang dilahirkan memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Dari hasil penelitian tentang kolostrum didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 4.82, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.38 dan common odds ratio upper sebesar 16.75, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,011. Dari hasil tersebut nampak bahwa kondisi kolostrum (keluar / tidak keluar) memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD 4. Faktor pendorong (reinforcing factor) Dari hasil penelitian mengenai budaya yang dianut ibu didapatkan nilai odds ratio dengan nilai estimate sebesar 5.69, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.61 dan common odds ratio upper sebesar 20.14, dan nilai signifikasi dari hasil uji statistik chi-square sebesar 0,005 Dari hasil tersebut nampak bahwa budaya yang dianut ibu setelah persalinan memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD PEMBAHASAN Secara umum beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan IMD (inisiasi menyusui dini) diantaranya adalah : 1. Faktor predisposisi (predisposing factor) a. Umur ibu 25.50, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.98 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai sebesar Dari hasil odds ratio lower bound didapatkan bahwa resiko ibu untuk tidak melakukan IMD sebesar 2,9 kali. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,000 yang berarti umur ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun (Chaniago, 2002). Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin tinggi umur yang dimiliki oleh ibu maka akan semakin matang pula pola berpikir yang dimiliki ibu terutama dalam menyikapi praktik pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Seorang ibu yang telah matang dalam usia, akan berusaha sebaik mungkin untuk dapat memberikan yang terbaik kepada anak yang dimiliki semisal melaksanakan IMD pada awal kehidupan bayi. Namun dari hasil analisa data penelitian didapatkan nilai common odds ratio lower bound sebesar Dari hal tersebut nampak bahwa ibu dengan usia tahun sekurang-kurangnya memiliki resiko sebesar 2,9 kali lipat untuk tidak melakukan IMD. Hal ini dapat terjadi karena ibu dengan usia dewasa memiliki persepsi bahwa IMD yang dilakukan Halaman 140

8 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan belum tentu memberikan jaminan kesehatan yang dimiliki oleh anaknya. Seorang ibu lebih mempercayai penolong persalinan untuk sesegera mungkin melakukan tindakan yang dibutuhkan daripada mementingkan melakukan IMD. Persepsi negatif seperti ini dimungkinkan dapat menurunkan kesempatan bagi ibu dan bayi untuk melakukan IMD. b. Pengetahuan ibu tentang IMD 34.20, nilai common odds ratio lower bound sebesar 3.96 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai sebesar Dari hasil odds ratio lower bound didapatkan bahwa resiko ibu untuk tidak melakukan IMD sebesar 3,9 kali. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,001 yang berarti pengetahuan ibu tentang IMD memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Bloom, 1908 dikutip dalam Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu mengenai IMD secara tidak langsung akan memberikan pengaruh kepada perilaku ibu untuk melakukan IMD itu sendiri. Seorang ibu yang pernah mendapatkan informasi mengenai IMD, secara tidak langsung dalam diri ibu akan terjadi proses untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Selanjutnya ibu akan mencoba untuk memahami mengenai IMD itu sendiri dan berusaha untuk menjelaskan kepada dirinya sendiri secara benar tentang objek yang diketahui dan berusaha untuk menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Berikutnya ibu akan mencoba untuk mengaplikasikan tindakan yang telah dipelajari dengan memperhitungkan baik dan buruknya melakukan IMD. Dari hal ini nampak bahwa seorang ibu yang pernah mendapatkan informasi mengenai IMD cenderung akan berperilaku positif dalam pelaksanaan IMD c. Pendidikan ibu 12.04, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.33 dan common odds ratio upper sebesar 62.13, dan nilai sebesar 0,001. Dari hasil tersebut nampak bahwa latar belakang pendidikan ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD. Pendidikan adalah usaha dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang (Mudyaharjo, 2008) Pendidikan adalah salah satu metode untuk meningkatkan skill dan kemampuan yang dimiliki seseorang. Selain itu, pendidikan adalah upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan transfer informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seorang ibu maka akan semakin matang pula cara berpikir yang dimiliki. Seorang ibu dengan latar belakang pendidikan yang memadai akan menimbang dan berpikir mengenai baik atau buruknya IMD terutama bagi bayi yang dimiliki. Hal ini terjadi karena selama menempuh pendidikan, seseorang akan diajak untuk berpikir secara logis mengenai hal yang baik dan buruk. d. Pekerjaan ibu 48.00, nilai common odds ratio lower bound sebesar 5.31 dan common odds ratio upper sebesar , dan nilai sebesar 0,000. Dari hasil tersebut nampak bahwa aktivitas pekerjaan yang dilakukan ibu memiliki Halaman 141

9 Jurnal keperawatan dan Kebidanan pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan upah atas jasa yang telah dilakukan. Pekerjaan itu sendiri memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya, seseorang yang mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan tentunya akan lebih memahami bagaimana cara menjaga kesehatan di lingkungannya, termasuk tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini jika dibandingan dengan orang yang bekerja diluar bidang kesehatan Pekerjaan yang dimiliki ibu secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tersebut, dan pengetahuan yang dimiliki ibu akan memberikan motivasi terhadap ibu untuk melakukan IMD. Dengan bekerja ibu akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan berbagai informasi yang bermanfaat bagi kesehatannya. Namun dilain pihak ibu yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk dapat berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk sekedar mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi derajat kesehatannya dan keluarga yang dimiliki. Dari hasil penelitian didapatkan nilai odds ratio lower bound sebesar Dari hal ini nampak bahwa ibu yang bekerja beresiko 5 kali lipat untuk tidak melakukan IMD. Resiko ini muncul karena ibu yang bekerja terkadang akan memikirkan pekerjaan yang dimilikinya terutama setelah persalinan terjadi. Tidak semua pekerjaan yang dimiliki ibu memberikan kesempatan kepada ibu untuk bisa menyusui secara eksklusif. Hal ini secara tidak langsung akan menjadi beban bagi ibu sehingga ibu melupakan untuk bisa melakukan IMD setelah persalinan terjadi. e. Pendapatan keluarga 3.81, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.13 dan common odds ratio upper sebesar 12.90, dan nilai sebesar 0,029. Dari hasil tersebut nampak bahwa pendapatan keluarga ibu memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pendapatan keluarga merupakan balas karya atau jasa atau imbalan yang diperoleh karena sumbangan yang diberikan dalam kegiatan produksi. Secara konkritnya pendapatan keluarga berasal dari : 1) Usaha itu sendiri : misalnya berdagang, bertani, membuka usaha sebagai wiraswastawan, 2) Bekerja pada orang lain: misalnya sebagai pegawai negeri atau karyawan, 3) Hasil dari pemilihan: misalnya tanah yang disewakan dan lain-lain. Pendapatan bisa berupa uang maupun barang misal berupa santunan baik berupa beras, fasilitas perumahan dan lain-lain. Pada umumnya pendapatan manusia terdiri dari pendapatan nominal berupa uang dan pendapatan riil berupa barang (Gilarso, 2008). Apabila pendapatan lebih ditekankan pengertiannya pada pendapatan rumah tangga, maka pendapatan merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, informal dan pendapatan subsistem. Pendapatan formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa. Pendapatan informal berupa penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang dan terjadi bila produksi dengan konsumsi terletak disatu tangan atau masyarakat kecil (Nugraheni, 2007). Seorang ibu dari keluarga dengan ekonomi menengah keatas cenderung tidak akan memikirkan mengenai pembiayaan baik selama kehamilan, persalinan maupun pasca persalinan. Hal ini dikarenakan ibu dari keluarga dengan perekonomian menengah keatas akan mampu untuk memenuhi segala kebutuhannya. Namun dari hasil penelitian didapatkan 27 ibu (56,3%) Halaman 142

10 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan dengan pendapatan dibawah UMR. Dariu hasil analisa data didapatkan odds ratio lower sebesar 1,13 yang berarti setiap ibu dengan pendapatan dibawah UMR memiliki resiko 1,1 kali lipat untuk tidak melakukan IMD. Rendahnya angka resiko ini menunjukkan bahwa ibu dengan perekonomian menengah kebawah cenderung akan berusaha untuk meminimalkan kebutuhan pengeluaran yang harus dikeluarkan dengan cara mengoptimalkan segala sesuatu hal yang bermanfaat bagi dirinya dan bayi yang dimiliki. Dengan mengikuti setiap advice yang diberikan seperti melakukan IMD, maka resiko untuk mengeluarkan dana lebih akan semakin dapat diminimalkan karena kondisi bayi dan ibu dalam kondisi optimal. 2. Faktor pendukung (enabling factor) a. Informasi tentang IMD 3.26, nilai common odds ratio lower bound sebesar 0.97 dan common odds ratio upper sebesar 10.88, dan nilai sebesar 0,003. Dari hasil tersebut nampak bahwa informasi tentang IMD yang diterima ibu memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan, informasi yang diperoleh dalam menyampaikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo, 2005). Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah pengetahuan. Tujuan pemberian informasi pada dasarnya adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Ibu hamil yang diberikan informasi mengenai IMD secara tidak langsung dalam diri ibu akan terjadi transfer informasi mengenai IMD itu sendiri. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang tepat dan disampaikan oleh orang yang tepat akan semakin mempercepat proses transfer informasi yang terjadi. Namun dari hasil penelitian yang dilakuan didapatkan nilai odds ratio lower 0,97 yang berarti bahwa ada kemungkinan sebesar 0,9 kali lipat bahwa ibu yang telah mendapatkan informasi tidak akan mau untuk melakukan IMD. Untuk itu perlu dipahami oleh semua tenaga kesehatan bahwa penggunaan bahasa yang tepat dan penyampaian yang benar akan memiliki pengaruh yang sangat berbeda kepada tingkat pemahaman yang dimiliki oleh ibu terutama mengenai IMD. b. Tempat bersalin 6.81, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.88 dan common odds ratio upper sebesar 24.69, dan nilai sebesar 0,049. Dari hasil tersebut nampak bahwa tempat bersalin yang dipilih ibu memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Tempat bersalin merupakan tempat terbaik untuk ibu melahirkan bayinya dimana ibu merasa paling aman dan nyaman. Semakin baik pikiran dan tubuh sang ibu, maka akan semakin rileks dan baik pula respon persalinannya. Banyak sekali pertimbangan yang harus dipikirkan oleh pasangan suami istri yang akan mempunyai anak, seperti pertimbangan menghadapi kehamilan anak pertama, pertimbangan kehamilan anak ke empat atau lebih, pertimbangan karena kehamilan sang istri disertai dengan berbagai penyakit (darah tinggi, kencing manis, kurang darah, obesitas dan lainlain), posisi bayi yang tidak sesuai dengan tempatnya atau sungsang (breech), letak ari-ari yang berada di depan bayi (placenta previa) dimana hal tersebut sangat berbahaya bagi kandungannya dan lain-lain (Anonim, 2013) Momen bersalin adalah tonggak awal, setiap ibu memulai perjalanannya. Untuk itu, seorang ibu bersama dengan suami atau keluarganya harus tepat Halaman 143

11 Jurnal keperawatan dan Kebidanan memilih tempat bersalin. Aspek-aspek yang harus menjadi pertimbangan adalah lokasi, biaya persalinan dan perawatan sesuai budget, fasilitas dan peralatan memadai, keandalan bidan, dokter dan tenaga medis berpraktik, reputasi dan tentu saja kenyamanan. Cara yang benar untuk melakukan pemilihan tempat bersalin adalah pilih tempat bersalin yang ramah terhadap ibu dan bayi, periksa bagaimana dokter/bidan dan perawat di tempat bersalin (rumah bersalin/rumah sakit ibu dan anak/rumah sakit umum), pastikan apakah tersedia peralatan lengkap untuk mengatasi masalah gawat darurat (terutama jika kehamilan yang dialami merupakan kehamilan yang beresiko) atau ketersediaan ruang NICU bila bayi bermasalah, periksa apakah temat bersalin mendukung program ASI ekslusif seperti tersedianya fasilitas rooming-in, program IMD (Inisiasi Menyususi Dini), staf yang mengajarkan ibu untuk menyusui pertama kali. Secara umum tidak ada tempat bersalin yang sempurna. Pilihan terbaik adalah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ibu dan bayi. Dari hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai signifikasi sebesar 0,049. Dari nilai signifikasi tersebut nampak bahwasanya tempat bersalin hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap ibu dalam melakukan IMD karena setiap tempat bersalin dianggap memiliki fasilitas dan pelayanan yang sama apalagi dewasa ini persalinan yang terjadi sudah dibebankan kepada organisasi pembiayaan BPJS sehingga tampak bahwa tempat bersalin hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap pelaksanaan IMD c. Kunjungan ANC 1.39, nilai common odds ratio lower bound sebesar 0.30 dan common odds ratio upper sebesar 6.39, dan nilai sebesar 0,671. Dari hasil tersebut nampak bahwa jumlah kunjungan ANC yang dilakukan ibu tidak memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002). Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan atau asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006) Kunjungan ANC pada dasarnya adalah komunikasi yang dilakukan antara tenaga kesehatan (bidan, perawat, dokter) dengan ibu hamil. Dalam kunjungan ANC tenaga kesehatan diharuskan untuk memberikan advice kepada ibu hamil terkait dengan kehamilan yang dialami, persiapan persalinan, dan persiapan pasca persalinan. Dengan memberikan informasi kepada ibu hamil maka antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil terjadi proses transfer informasi. Salah satu yang harus disampaikan adalah mengenai pelaksanaan IMD. Ibu hamil yang mendapatkan informasi mengenai manfaat IMD secara tidak langsung dalam diri ibu akan terjadi proses awarenes (kesadaran), dimana ibu menyadari manfaat dari melakukan IMD, selanjutnya ibu hamil akan merasa interest (tertarik) terhadap pelaksanaan IMD. Kemudian ibu hamil akan melakukan evaluation (menimbangnimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut (IMD) bagi dirinya dan bayi yang dimiliki. Sampai dengan tahap ini dapat dipastikan ibu hamil akan berusaha untuk melakukan IMD pada saat persalinan nantinya. Namun dari hasil uji statistik chi-square didapatkan Halaman 144

12 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan nilai signifikasi sebesar 0,671 yang berarti jumlah kunjungan ANC yang dilakukan ibu tidak memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD. Terkadang dimungkinkan kondisi persalinan yang dialami ibu hamil menjadikan ibu hamil mengalami nyeri yang hebat sehingga melupakan sesuatu hal yang pernah didapatkan sebelumnya termasuk keinginan ibu untuk melakukan IMD. Untuk menghindarkan hal ini penolong persalinan harus melakukan tindakan untuk menurunkan / meredakan nyeri persalinan yang dialami ibu sehingga ibu bisa melakukan IMD setelah persalinan terjadi d. Kondisi bayi 12.04, nilai common odds ratio lower bound sebesar 2.33 dan common odds ratio upper sebesar 62.14, dan nilai sebesar 0,001. Dari hasil tersebut nampak bahwa kondisi bayi yang dilahirkan memiliki pengaruh yang kuat dalam penerapan praktik IMD Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Kristiyansari, 2009). Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011). Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir merupakan bayi lahir yang dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin Bayi baru lahir tidak semuanya dalam kondisi normal. Beberapa kelahiran bayi seringkali mengalami penyulit seperti terjadinya asfiksia, penyakit kuning dan lain sebagainya. Bahkan bayi baru lahir bisa mengalami BBLR (kurang dari 2500 gram). Bayi dengan gangguan biasanya akan segera dilakukan tindakan asuhan yang bertujuan agar bayi segera mengalami kenaikan berat badan dan berada pada kondisi normal. Dari hasil analisa didapatkan nilai odds ratio lower bound sebesar Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan gangguan akan beresiko 2,3 kali lipat tidak melakukan IMD pada awal kehidupan bayi. Selain itu kebiasaan penolong persalinan untuk secepatnya melakukan pemotongan tali pusat dan membersihkan bayi kemudian menyelimuti bayi menjadikan ibu bayi tidak memiliki kesempatan untuk melakukan IMD e. Kondisi kolostrum 4.82, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.38 dan common odds ratio upper sebesar 16.75, dan nilai sebesar 0,011. Dari hasil tersebut nampak bahwa kondisi kolostrum (keluar / tidak keluar) memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya satu sendok teh. Beberapa ciri penting yang menyertai produksi kolostrum diantaranya adalah : 1) Komposisi kolostrum mengalami perubahan secara berangsurangsur setelah bayi lahir, 2) Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningan dan lebih kuning daripada ASI mature, 3) Kolostrum bertindak sebagai laksatif yang berfungsi membersihkan dan melapisi mekonium usus bayi, serta mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya, 4) Kolostrum lebih banyak mengandung protein (sekitar 10% protein) dibanding ASI mature, 5) Pada kolostrum terdapat beberapa protein yakni Immunoglobulin A (Ig.A), laktoferin dan sel-sel darah putih untuk pertahanan tubuh bayi dari serangan penyakit, 6) Total energi (lemak dan laktosa) berjumlah sekitar 58 kalori/100 ml kolostrum, 7) Kolostrum mengandung banyak mengandung vitamin A, mineral Natrium (Na) dan seng (Zn), 8) Lemak dalam kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan ASI mature, 9) Pada kolostrum terdapat ASI inhibitor, sehingga hidrolisis protein dalam usus Halaman 145

13 Jurnal keperawatan dan Kebidanan bayi menjadi kurang sempurna, yang menyebabkan peningkatan kadar antibodi pada bayi, 10) Volume kolostrum sekitar ml/24 jam (Kristiyansari, 2009) Beberapa masyarakat Indonesia menganggap ASI yang keluar pertama kali adalah kotor dan harus dibuang serta tidak diperbolehkan untuk diberikan kepada bayi karena dapat mengganggu kesehatan bayi. Namun anggapan ini adalah salah. ASI yang keluar pertama kali merupakan kolostrum yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi daripada ASI biasa. ASI itu sendiri terbagi menjadi beberapa tahap yaitu kolostrum (keluar pertama kali), ASI peralihan (transitional milk) dan ASI matang (mature milk). Masingmasing tahap produksi ASI memiliki kandungan tersendiri dan memiliki manfaat tersendiri bagi bayi. Dari hasil penelitian didapatkan nilai odds ratio lower bound sebesar 1.38 yang berarti bahwa ibu bersalin yang kolostrumnya belum keluar setelah persalinan memiliki resiko sebesar 1,3 kali lipat untuk tidak melakukan IMD. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan perawatan payudara terutama pada masa kehamilan dan memperhatikan pola makan pada ibu hamil. Dengan adanya perhatian pada pola makan serta perawatan payudara selama kehamilan, maka kesempatan ibu untuk melakukan IMD akan semakin besar 3. Faktor pendorong (reinforcing factor) a. Budaya yang dianut 5.69, nilai common odds ratio lower bound sebesar 1.61 dan common odds ratio upper sebesar 20.14, dan nilai sebesar 0,005 Dari hasil tersebut nampak bahwa budaya yang dianut ibu setelah persalinan memiliki pengaruh dalam penerapan praktik IMD Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap manusia terhadap berbagai masalah (Azwar, 2011) Beberapa masyarakat di Indonesia setelah bayi baru lahir biasanya akan sesegera mungkin untuk membersihkan bekas tali pusat bayi (ari-ari). Ari-ari secara medis merupakan sebuah organ yang berfungsi untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin di dalam rahim. Lewat ari-ari juga zat-zat antibodi, berbagai hormon dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi. Bagi orang jawa, ari-ari memiliki jasa yang cukup besar sebagai batir bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Oleh karena itu sejak fungsi utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini akan tetap dirawat dan dikubur sedemikian rupa agar tidak dimakan binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara mendhem ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu utama rumah, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari (selapan). Kebiasaan seperti ini secara tidak langsung akan menjadikan keluarga lebih berfokus kepada ari-ari bayi daripada untuk memberikan dukungan kepada ibu dalam melakukan IMD. Dari hasil penelitian didapatkan nilai odds ratio lower bound sebesar Dari analisa ini nampak bahwa masyarakat yang memegang beberapa tradisi kuno memiliki resiko 1,6 kali lipat tidak melakukan IMD. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan pendekatan kepada ibu hamil dan anggota keluarganya bahwa setelah bayi lahir hal terpenting yang harus diperhatikan adalah melakukan IMD. Selanjutnya setelah ibu melakukan IMD maka tradisi budaya untuk membersihkan ari-ari segera dapat dilakukan SIMPULAN 1. Dari hasil penelitian, untuk faktor predisposisi (predisposing factor) yang berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan, diantaranya adalah umur ibu dengan nilai signifikasi sebesar 0.000, pengetahuan ibu tentang IMD dengan nilai signifikasi sebesar pendidikan ibu dengan nilai signifikasi sebesar 0.001, pekerjaan ibu dengan nilai signifikasi sebesar 0. dan pendapatan keluarga dengan nilai signifikasi sebesar Dari hasil penelitian, untuk faktor pendukung (enabling factor) yang Halaman 146

14 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan, diantaranya adalah informasi tentang IMD dengan nilai signifikasi sebesar 0.003, tempat bersalin dengan nilai signifikasi sebesar 0.049, kondisi bayi dengan nilai signifikasi sebesar 0.001, kondisi kolostrum (keluar / tidak keluar) dengan nilai signifikasi sebesar Dari hasil penelitian, untuk faktor pendorong (reinforcing factor) yang berpengaruh terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini pada bayi usia 0-23 bulan adalah budaya yang dianut ibu dengan nilai signifikasi sebesar DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Pemilihan Tempat Bersalin Ideal. Diakses dari : 013/11/09/Pemilihan-Tempat-Bersalin- Ideal- Aprillia, Y., (2010). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro). Azwar, Saifuddin. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chaniago, Amran, Y. S. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia Dewi, Sunarsih. (2011). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Gilarso, T. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Edisi 5. Yogyakarta : Kanisius Henderson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan (Essential Midwifery). Jakarta : EGC Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar Tahun Jakarta ; Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kristiyansari, W. (2009). ASI : Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika Mudyahardjo, Redja. (2008). Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo Persada Nastiti, Budi Puji. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Praktek Inisiasi Menyusu Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangkah Kabupaten Tegal Tahun Semarang ; Universitas Negeri Semarang. Diunduh dari pdf Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta ; Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika Roesli, U Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.Jakarta : Pustaka Bunda Rosita, S ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana Saifuddin, A.B. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Halaman 147

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, BAB II TINJAUAN KASUS A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan (knowledge) adalah BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

Sugiarti dan Vera Talumepa

Sugiarti dan Vera Talumepa GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN PRAKTEK SWASTA TENTANG INISIASI MENYUSU DINI BERDASARKAN KARAKTERISTIK BIDAN DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2008 Sugiarti dan Vera Talumepa ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada kehidupan pertama bayi, karena colostrum mengandung Zat kekebalan tubuh terutama immunoglobulin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka kematian neonatal yang mencapai 40% dari angka kematian anak umur bawah lima tahun (balita) belum dapat diturunkan. Diperkirakan 4 juta bayi baru lahir

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN 60 Lampiran 1 Kuisioner penelitian Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Kode : 1. Nama Ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses menyusui memang proses alami bagi setiap wanita yang melahirkan, tetapi tidak jarang proses ini menjadi begitu membingungkan dan penuh perjuangan bagi ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orang tua dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan

Lebih terperinci

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3.

Petunjuk Pengisian Kuesioner : Usia : tahun. 2. Tamat SD. 3. Tamat SMP. 4. Tamat SMA. 5. Tamat PT. : 1. Ibu Rumah Tangga 2. PNS. 3. Lampiran 1 Kode Responden : Tanggal Pengisian Kuesioner : Petunjuk Pengisian Kuesioner : Berilah tanda silang (x) hanya pada satu jawaban yang sesuai dengan pendapat dan kenyataan yang dimiliki pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat waktu lahir, tubuh bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai periode transisi-periode

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011 HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI USIA 7-12 BULAN DI KOTA SEMARANG Amalia Dinartiana Ni Luh Sumini *) *) Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Primigravida merupakan ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya (Chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang baru pertama kali hamil belum mengetahui pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada umatnya melalui ibu yang menyusui bayinya dengan ASI (Irawati, 2007). ASI sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi

Lebih terperinci

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id GAMBARAN BERAT PLASENTA TERHADAP BERAT LAHIR BAYI Laila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan 19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu 1. Pengertian ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garamgaram organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR Tri Anasari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto ABSTRAK Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dari negara tersebut. AKB menggambarkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.

Lebih terperinci

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN Wahyu Setya Ningsih 1), Ari Andayani 2) 1 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo email: wahyusetya14@yahoo.co.id 2 Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama rohani dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi merupakan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Berdasarkan hasil survey demografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1 Definisi IMD Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK Nur Aini Rahmawati 1), Mila Sari Dwi Jayanti 2) Abstrak : Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI Astri Wahyuningsih 1, Dian Windy 2 Abstrak : Menyusui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan (WHO, 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,

Lebih terperinci

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak sangatlah penting, tidak adanya ikatan kasih sayang antara ibu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Tinjauan Teori Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi serta mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia atau susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu

Lebih terperinci

Melindungi kesehatan ibu :

Melindungi kesehatan ibu : KONSELING MENYUSUI 1/1 MANFAAT MENYUSUI A S I Zat-zat gizi yang lengkap Mudah di cerna, diserap secara efesien Melindungi terhadap infeksi MENYUSUI Membantu bonding dan perkembangan Membantu menunda kehamilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan perjuangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu (Yuliarti, 2010). Laktasi mencakup dua periode penting yaitu periode memproduksi ASI dan mengeluarkan ASI (PERINASIA,

Lebih terperinci

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR Ika Tristanti Dosen STIKES Muhammadiyah Kudus Jl. Ganesha I Purwosari Kudus Email: ika.tristanti@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN Wahyuningsih ABSTRAK Upaya untuk mencegah kematian bayi baru lahir yang baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan sejak dini dengan

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU BIDAN PRAKTEK SWASTA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden : Petunjuk pengisian : Isilah titik-titik pada tempat yang tersedia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan yang membantu penyerapan nutrisi, membantu perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0- BULAN Titiek Idayanti Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto e-mail : tik.nurul@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN Husniyatur Rohmah*, Faizatul Ummah**, Diah Eko Martini***.......ABSTRAK.......

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini atau yang dikenal sekarang dengan IMD merupakan langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan mortalitas bayi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari (Kemenkes RI, 2010; h. 15). Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI Endah Purwaningsih 1), Sri Wahyuni 2) Abstrak : Menyusui adalah memberikan

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 20 Juli 2013 di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang dengan jumlah responden sebanyak

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG Nadia Ulfa Taradisa*,Tumiur Sormin **, Musiana** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antenatal care (ANC) adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditentukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuba dalam Febyanti 2012). Tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG Elda Yusefni (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Data Dinas kesehatan kota Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisiasi Menyusu Dini yaitu memberikan ASI kepada bayi baru lahir, bayi tidak boleh dibersihkan terlebih dahulu dan tidak dipisahkan dari ibu. Pada inisiasi menyusu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin 2.1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin

Lebih terperinci