Dargito 1. Kata Kunci: Problem Based Learning, Portofolio, danhasil Belajar

Transkripsi

1 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS PORTOFOLIO PADA PELAJARAN PKnMATERI POKOK KAIDAH NEGARA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XIPS 3 SMA NEGERI 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dargito 1 Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan pada SMA N 1 Semarang pelajaran 2015/2016.Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian tindakan ini adalah: Penerapan Problem Based Learning Berbasis Portofolio pada Pelajaran PKn dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XIPS 3 SMA N 1 Semarang. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn khususnya melalui Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas XIPS 3 SMA N 1 Semarang. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XIPS 3 SMA N 1 Semarang.Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata dari Pra siklus sampai siklus II yaitu, Pra siklus (59,6), siklus I (76,8), siklus II (80,2).Kesimpulan dari penelitian ini adalah Model pembelajaran Provlem Based Learning dapat meningkatkan Hasil belajar siswa kelas XIPS 3 SMA N 1 Semarang. Kata Kunci: Problem Based Learning, Portofolio, danhasil Belajar Abstract: The research was conducted at SMAN 1 Semarang in the academic year 2015/2016. The problems will be examined in the study of this action "The Implementation of Problem Based Learning Lessons for Improving Civics Learning Outcomes of Class XIPS 3 of SMA N 1 Semarang in the Academic Year 2015/2016. The aim of this study is: To improve Civics learning using Problem Based Learning method based on portopholio of class X IPS 3 students of SMA N 1 Semarang. This study used an action research in two cycles. Each cycle consists of four phases: design, implementation, observation, and reflection. The sample of this research is XIPS 3 which consist of 29 students. From the analysis we found that the results of student s learning outcome has increased at the average of pre cycle reached59,6, the 1 st reached 76.8, and the 2 nd cycle reached The conclusion of this research is learning model Problem Based Learning can improve student learning outcome. Keywords: Problem Based Learning, Portopholio, and Learning Outcome PENDAHULUAN Strategi Pembelajaran pada hakekatnya adalah prosedur yang sistematis dalam pelaksanaan pengajaran yang merupakan pengejawantahan dari pemahaman pendidik atas tujuan dan organisasi pengajaran serta isi pelajaran.adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan paradigma pendidikan menuntut guru lebih inovatif dalam merancang pembelajaran, artinya 1 Guru SMA Negeri 1 Semarang 44

2 guru harus melakukan reformasi kelas dalam menyusun maupun melaksanakan pembelajaran.strategi dalam hal ini merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan akan dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Apabila komponen tujuan, organisasi dan isi umumnya telah ditetapkan, maka komponen strategi tergantung pada kreativitas dan kualitas profesional Guru sebagai pengelola pembelajaran. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pencasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA dewasa ini menurut A. Kosasih Djahiri ( 2000;2 ) bersoko guru pada aktivitas proses belajar siswa kadar tinggi, multi domain, dan multi dimensional. Ini berarti bahwa saat merancang skenario 45

3 pembelajaran harus diperhitungkan pendekatan yang bervariasi. Hal tersebut sejalan dengan hakekat manusia yang secara faktual selalu utuh dalam berfikir dan berperilaku, serta hakekat kehidupan yang selalu berkorelasi.kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Menurut Mulyasa (2003;101): Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa sekurang-kurangnya 75 % terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Sedangkan dari segi hasil, kualitas pembelajaran dikatakan baik apabila terjadi perubahan perilaku yang positif dari siswa antara lain; kemampuan menggali dan mengolah informasi, mengambil keputusan, menghubungkan variabel. Nurhadi, ( 2004;43 ) Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Pengajaran berbasis inkuri (siswa menemukan sendiri) sebagai salah satu strategi dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar yang memungkinkan terciptanya kualitas pembelajaran. Disamping merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual, inkuiri yang umumnya diterapkan pada pelajaran sains, akan dicoba diterapkan pada pelajaran IPS khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara yang baik, cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menghasilkan lulusan peserta didik yang berkarakter, baik, serta cerdas. Guru tidak perlu mengembangkan perencanaan tertulis seperti silabus karena sudah ada pedoman guru dan pedoman peserta didik, kemudian menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan, mengembangkan rencana pembelajaran tertulis secara singkat tentang apa yang akan dilakukan dalam pembukaan, pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik, serta SIMPULAN pembelajaran (Mulyasa E, 2013). Joyce dkk. mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku kita sebagai guru, dimana model itu diterapkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran guru membantu para siswa dalam memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai, cara berpikir, cara mengekspresikan diri, serta mengajar tentang bagaimana cara belajar (Warsono & Hariyanto, 2012). Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran dalam kurikulum Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah yang 46

4 kontekstual. Siswa belajar tentang bagaimana membangun kerangka masalah, mencermati, mengumpulkan data dan mengorganisasikan masalah, menyusun fakta, menganalisis data, dan menyusun argumentasi terkait pemecahan masalah, kemudian memecahkan masalah, baik secara individual maupun dalam kelompok untuk memperoleh informasi dan mengembangkan konsep-konsep sains (Warsono & Hariyanto, 2012). Etherington mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah model pengajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan pembelajaran melalui suatu keadaan yang nyata. Model ini bersifat kontruktivis dimana siswa lebih terfokus untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, serta keterampilan dalam komunikasi dan kolaborasi dalam melakukan penyelidikan, dan keterampilan sosial yang membutuhkan refleksi dari berbagai perspektif. Peserta didik diminta untuk memanfaatkan semaksimal mungkin keahlian spesialis dari anggota kelompoknya. Peran guru adalah sebagai fasilitator atau arsitek (Etherington M.B., 2011). Kewajiban guru dalam penerapan PBL antara lain : 1) mendefinisikan, merancang, dan mempresentasikan masalah di hadapan seluruh siswa, 2) membantu siswa memahami masalah serta menentukan bersama siswa, bagaimana seharusnya masalah semacam itu diamati dan dicermati, 3) membantu siswa memaknai masalah dan cara-cara mereka dalam memecahkan masalah dan membantu menentukan argumen apa yang melandasi pemecahan masalah tersebut, 4) bersama para siswa menyepakati bentuk-bentuk pengorganisasian laporan, 5) mengakomodasikan kegiatan presentasi oleh siswa, 6) melakukan penilaian proses (penilaian otentik) maupun penilaian terhadap produk laporan. Oleh karena itu, komunikasi dan proses pembelajaran terjalin secara baik antara siswa dan guru. Etherington mengemukakan bahwa ide untuk mempergunakan Problem Based Learning sebagai model pembelajaran karena PBL membutuhkan peserta didik untuk terlibat dalam praktek otentik (proses). Siswa harus mendiagnosis masalah dalam situasi yang sama sebagai ahli. Misalnya dengan wawancara (bertanya) dan menawarkan solusi untuk peserta didik yang lain (Etherington M.M., 2011). Pendekatan PBL untuk memecahkan masalah dunia nyata adalah menguntungkan untuk pendidikan sains dalam pendidikan khususnya dan guru pada umumnya. Membuka untuk mengkritik isi pembelajaran yang akuntabel dan transparan dari guru sekolah, anak-anak sekolah, para pemangku kepentingan publik dan profesional. Hal ini merupakan terobosan untuk bergerak dari kurikulum pembelajaran tradisional berbasis konten (isi) untuk lebih transparan, kurikulum pragmatis yang terbuka untuk pengawasan publik. Koordinator (pemerintah) tentu 47

5 menginginkan guru mengatasi masalah dunia nyata dan kemudian membuat penemuan mereka dan hasil publik unruk peserta didik dalam komunitas lokal. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya (Sudjana M, 2012). Saat ini masih banyak guru yang belum menerapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuannya. Peran guru sangat dibutuhkan karena kemampuan dan pemahaman guru tentang Problem Based Learning sangat penting untuk meningkatkan tingkat keterlibatan guru dalam menciptakan pengetahuan baru dan pengalaman belajar. Suwandi mengemukakan bahwa jika ada guru yang memiliki komitmen untuk senantiasa memperbaiki sistem serta meningkatkan kinerja dlam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, guru tersebut dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) (Suwandi, S., 2009). Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh gutu dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakantindakan nyata yang terencana dan terukur sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada. Pelaksanaan proses pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi peserta didik diperlukan model dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran PKn. Berbagai model pembelajaran yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan merupakan contoh-contoh yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam rangka pelaksanaan pembelajaran yang menantang dan menyenangkan, sehingga guru dalam proses kegiatan belajar mampu memanfaatkan metode atau gabungan metose (multi metode) dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Adanya perubahan pergeseran strategi ini harus diikuti dengan perubahan peran guru dan peran sebagai penyampai bahan pelajaran (tranformator) ke peran sebagai fasilitator, serta peran peserta didik dan pasti menjadi aktif dan kreatif. Proses pembelajaran harus bergeser dari teacher centered ke studnet centered (Kemendiknas, 2010). Pendidikan PBL didasarkan pada latar belakang siswa, harapan, dan kepentingan. Siswa akan termotivasi untuk bekerja lebih keras dengan model 48

6 pengajaran tradisional. Secara umum siswa menghabiskan lebih banyak waktu pada studi mereka ketika belajar dengan model PBL dibandingkan dengan model tradisional. Partisipasi siswa jauh lebih sedikit dalam pembelajaran konvensional, dimana siswa tidak memiliki suara dalam rumusan masalah (De Graaf, E., & Kolmos, A., 2003). Seiring dengan penerapan kurikulum nasional yang berbasis kurikulum 2013, portofolio dipandang sebagai informasi penting untuk mengukur salah satu keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Portofolio adalah kumpulan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik secara detail. Selain itu, sebagai evidensi (dokumen) hasil proses belajar mengajar, portofolio juga menjadi sumber penting untuk menentukan kebijakan guru dan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah (Mulyasa, E., 2013). Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya peserta didik berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan dan di akhir unit program pembelejaran diberikan penilaian sehingga penggunaan portofolio dapat menunjukkan kemampuan peserta didik sebagau suatu authentic assessment atau performance assessment. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian terhadap seluruh tugas yang dikerjakan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Suharno, 2009). Penilaian portofolio dapat dilakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, kemudian menentukan hasil penilaian atau skor (Mulyasa, E., 2013). Pengumpulan dokumen ini memudahkan guru untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu dan juga dapat membangun komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik dengan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sehingga dapat memotivasi peserta untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Proses belajar di SMA N 1 Semarang menetepkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran PKn adalah 75. Hasil ulangandiakhir pembelajaran dari suatu kompetensi dasar pada kelas X IPS 3 yang jumlah siswanya sebanyak 29 siswa, hanya 48,3 % atau 14 siswa yang mendapat nilai diatas nilai Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 75 dan selebihnya harus mengikuti pembelajaran remedial. Berdasarkan observasi di kelas X IPS 3 dalam kegiatan belajar mengajar interaksi guru dan siswa dalam proses belajar hanya berjalan dari satu arah, yaitu dari guru. Proses pembelajaran di dalam kelas menjadi aktivitas guru sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PKn, dapat dirangkum permasalahan yang terjadi di kelas X IPS 3 SMA N 1 Semarang adalah sebagai berikut : 1) Siswa kurang minat 49

7 pada pelajaran PKn. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang masih banyak mengobrol dengan teman, mencorat-coret kertas, bermain sendiri, dan hanya beberapa yang mau menjawab bila diberikan pertanyaan soal dari guru, 2) kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran PKn. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak aktif bertanya, 3) metode ceramah masih dominan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa, 4) masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab rendahnya keaktifan dan prestasi belajar PPKn adalah proses belajar mengajar yang masih berpusat kepada guru (Teacher Centered Learning) dan seharusnya PBM yang terlaksana berpusat pada siswa yang terlibat aktif dalam proses tersebut (Student Centered Learning). Kreativitas guru dibutuhkan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat memotivasi serta memicu minat siswa terhadap pelajaran PKn. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan tentang tindakan meningkatkan suatu keaktifan dan prestasi belajar siswa di kelas X IPS 3 serta tuntutan dalam rangka menyuskseskan implementasi kurikulum 2013 secara utuh dan menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan berbagai potensi peserta didik secara optimal, terutama berkaitan dengan pengembangan karakter, akhlak, dan moral peserta didik. Karenanya perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas X IPS 3 disertai dengan desain, strategi belajar mengajar dan model pembelajaran Problem Based Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk menerapkan Kurikulum 2013 salah satunya adalah pendekatan saintifik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Kemmis dan Mc. Taggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya (Suhadi, 2009). Subyek penelitian adalah siswa kelas X IPS 3 SMA N 1 Semarang tahun pelajaran 2015/2016.Pemilihansubyek penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa subyek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal.obyek penelitian dalam penelitian ini keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian TIndakan Kelas (PTK) menggunakan data-data dari hasil penelitian di lapangan yang diolah secara kuantitatif yaitu analisis yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan 50

8 kesimpulan, dan verifikasi.reduksi data HASIL DAN PEMBAHASAN meliputi penyeleksian data melalui Hasil Penelitian ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang 1. Prasiklus Pembelajaran sebelum pelaksanaan lebih luas. tindakan kelas, guru mengajar secara Penyajian data dilkukan dalam konvensional. Guru cenderung rangka mengorganisasikan data yang menstranfer ilmu pada siswa, sehingga merupakan penyusunan informasi siswa pasif, kurang kreatif, bahkan tidak secara sistematik dari hasil reduksi data bersemangat. Di samping itu dalam dimulai dari perencanaan, pelaksanaan menyampaikan materi guru tanpa tindakan observasi dan refleksi pada menggunakan alat peraga atau media, masing-masing siklus.penarikan pendekatan serta model pembelajaran kesimpulan merupakan upaya pencarian yang kurang tepat sehingga memberi makna data, mencatat keteraturan dan kesan pembelajaran itu berjalan penggolongandata.data terkumpul monoton. disajikan secara sistematik dan perlu diberi makna. Tabel 1. Nilai Tes Pra Siklus NO Kategori Hasil Simbol Kategori Jumlah Persen Tes Siswa A Sangat Baik - 0% B Baik 14 48,3% C Cukup 1 3,4% D Kurang 4 13,8% 5 <55 E Sangat Kurang 10 34,5% % Berdasarkan hasil analisis yang ditabulasikan dalam di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0 % atau kondisi awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Hasil Ketuntasan Siswa Tes Pra Siklus tidak ada, yang mendapat nilai B (baik) NO Kategori Jumlah Persen sebanyak 48,3% atau sebanyak 14 siswa Hasil Tes Siswa 1 Tuntas 14 48,3% dan yang mendapat nilai C (cukup) 2 Tidak Tuntas 15 51,7% sebanyak 3,4% atau 1 siswa, dan yang % mendapat nilai kurang 13,8% atau sebanyak 4 siswa, sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang 34,5 % atau sebanyak 10 siswa. Dari hasil tes 2. Siklus I a. Perencanaan Materi yang dipilih dalam penelitian ini tersebut sebagian besar siswa belum adalah kompetensi dasar mencapai nilai ketuntasanbelajar mendeskripsikan pengertian kaidah dengan data ketuntasan belajar pada Negara Indonesia. Berdasarkan materi 51

9 yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Materi yang dipilih dalam siklus I tentang pengertian kaidah Negara Indonesia. Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 45 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1 kali tatap muka.dengan demikian, selama siklus I terjadi 1 kali tatap muka.pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok kecil dengan memperhatikan heterogenitas baik kemampuan, maupun gender. b. Pelaksanaan Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi Pengertian Kaidah Negara. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut; 1) Sebelum memulai proses belajarmengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. 2) Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. 3) Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. c. Pengamatan Hasil pengamatan pada tentang data Hasil Test pada siklus I dapat dideskripsikan seperti pada tabel beriku ini: Tabel 3. Nilai Tes Siklus I NO Kategori Hasil Simbol Kategori Jumlah Persen Tes Siswa A Sangat Baik 5 17,2% B Baik 12 41,4% C Cukup 8 27,6% D Kurang 4 13,8% 5 <55 E Sangat Kurang - 0% % Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 5 siswa (17,2%), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 12 siswa atau (41,4%), sedangkan dari jumlah 29 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 8 siswa (27,6 %), sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 4 siswa (13,8%), dan yang mendapat nilai E (sangat kurang) tidak ada atau 0 % dengan tingkat ketuntasan belajar dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Ketuntasan Siswa TesSiklus I NO Kategori Jumlah Persen Hasil Tes Siswa 1 Tuntas 17 58,6% 2 Tidak Tuntas 12 41,4% % 52

10 d. Refleksi Pembelajaran menggunakan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip Kaidah Negara Indonesia. Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 58,6. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalammelakukan kegiatan diskusi, karena sebagian siswa belum ada kepedulian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan siswa tersebut belum menguasai materi secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan melalui tindakan pada siklus II. 3. Siklus II a. Perencanaan Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelasaksanaanpembelajaran.dalam siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I. Materi pelajaran dalam siklus II adalah Prinsip dan Unsur-unsur Kaidah Negara Indonesia..Atas dasar materi pelajaran tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut adalah 2 x 45 menit dengan 1 kali tatap muka.pada siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskusi kelompok seperti pada siklus I yaitu siswa dibagi menjadi 6 kelompok dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa. b. Pelaksanaan Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi Prinsip dan Unsur-unsur Kaidah Negara Indonesia.Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Problem Based Learning. Adapun langkah- Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II siswa masih belajar secara kelompok, namun dalam kegiatan kelompok ini siswa tertantang untuk lebih mandiri dalam menguasai materi. Karena disamping belajar secara kelompok langkahnya sebagai berikut: 1) Guru memberikan evaluasi atas kegiatan pembelajaran pada siklus I. 2) Guru memberikan motivasi pentingnya strategi menjelajahi, mencari informasi dan mendiskusikan serta menjelaskan materi kepada teman agar temantemannya cepat dimengerti. Guru melatih siswa untuk menerapkan strategi belajar tutor sebaya dalam berkelompok. 3) Mengevaluasi tugas latihan menjelaskan/ mengajari teman. 4) Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari materi baik dalam satu kelompok maupun secara keseluruhan dalam kelas. 5) Guru memberikan evaluasi dengan portofolio yang dikerjakan siswa. 6) Guru menilai hasil evaluasi. 53

11 c. Pengamatan Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel berikut ini: Tabel 5 Nilai Tes Siklus II NO Kategori Hasil Tes Simbol Kategori Jumlah Siswa Persen A Sangat Baik 10 34,5% B Baik 15 51,7% C Cukup 2 6,9% D Kurang 2 6,9% 5 <55 E Sangat Kurang - 0% % Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 34,5 % atau 10 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 51,7% atau 15 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) dan nilai D (kurang) adalah 6,9% atau sebanyak 2 siswa, sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) tidak ada lagi. Dengan jumlah nilai ratarata 80,2. Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 6. Hasil Ketuntasan Siswa Tes Siklus II NO Kategori Jumlah Persen Hasil Tes Siswa 1 Tuntas 25 86,2% 2 Tidak Tuntas 4 13,8% % ketuntasan sebanyak 25 siswa ( 86,2%) yang berarti sudah ada peningkatan. Nilai Rata-rata kelas pun menjadi meningkat pada Siklus II dengan rentang perolehan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. d. Refleksi Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn, khususnya kompetensi dasar Mendiskripsikan Pengertian dan Prinsip-prinsip Kaidah Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya pada grafik berikut ini dipaparkan hasil refleksi pada siklus II: 54

12 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Grafik Perbandingan hasil belajar siklus I dan II, jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 59,6, sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 76,8. Adapun kenaikan rata rata pada siklus II menjadi 80,2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan diagram dibawah ini: Tabel 7 Perbandingan Nilai Ketuntasan Rata-rata Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II NO URAIAN JUMLAH SISWA RATA-RATA TUNTAS TIDAK TUNTAS 1. Pra Siklus ,6 2. Siklus I ,8 3. Siklus II ,2 Pembahasan Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat individual dan siswa belum ada keberanian dalam menjelaskan materi kepada teman sekelompoknya.dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan kooperatif perlu keluwesan siswa dalam berinteraksi sesama dibaringi kecermatan dan ketepatan. Ada interaksi antar siswa secara individumaupun kelompok, serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya dan 55

13 menjawab antar kelompok, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama inter dan antar kelompok. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan jati dirinya kelompoknya. Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa optimal, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.dari hasil tes akhir siklus I ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan. Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswaterlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan sekalipun kegiatan bersifat kelompok namun ada tugas individual yang harus dipertanggungjawabkan, ada kompetisi kelompok maupun kompetisi individu.dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secara mental maupun motorik, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kooperatif.ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihan bertanya jawab dan bisa mengkaitkan dengan mata pelajaran lain maupun pengetahuan umum, sehingga disamping terlatih ketrampilan bertanya jawab, siswa terlatih berargumentasi, dan berlatih mengajarkan teman sebaya atau sekelompok. Ada persaingan positif antar individu untuk mendapatkan penghargaan dan menunjukkan jati dirinya. Perbandingan Hasil tes pada siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar, dimana hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I. SIMPULAN Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn khususnya materi Pokok Kaidah Negara di kelas X IPS 3 SMA N 1 Semarang tahun pelajaran 2015/2016. Pada akhir tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning terjadi peningkatan nilai rata-rata pada siklus awal 59,6 menjadi 76,8 pada siklus I, dan meningkat menjadi 80,2 pada akhir siklus II. Adapun hasil non tes pengamatan hasil belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Berg, EuweVd Miskonsepsi bahasa Indonesia dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Djamarah, SyaifulBahri Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. 56

14 De Graaf, E. &Kolmos, A Characteristics of Problem Based Learning, Int, J, Eng Ed. (5), Printed in Great Britain. Diperoleh 10 November 2015 dari Etherington, M.B Investigative Primary Science : A Problem Based Learning Approach. Australian Journal of Teacher Education, 36 (9), Diperoleh dari Hamalik, Oemar Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hadari, Nawawi Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Joyce, Bruce dan Weil, Marsh Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon. Masriyah Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press. Mukhlis, Abdul. (Ed) Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-kabupaten Tuban. Mulyasa, E Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Yogyakarta: PT Remaja Rosdakarya. Nur, Moh Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya. Soedjadi, dkk Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press. Sudjana, N Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Suhadi, Langkah-langkah PTK Menurut Kemmis dan Mc.Taggart. Diperoleh 10 November 2015 dari /06/08/langkah-langkahptk-menurut-kemmis-danmctaggart. Suharno, Evaluasi Hasil Belajar. Sebuah Pengantar. Surakarta. Suryosubroto, B Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Suwandi, S Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta. Usman, Uzer Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Widoko Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Warsono&Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori Assesmen, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 57