PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI APEL (Malus sylvestris Mill.) DI AGROWISATA KRISNA, NONGKOJAJAR, PASURUAN, JAWA TIMUR NURUL HUDA APRILIANTI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI APEL (Malus sylvestris Mill.) DI AGROWISATA KRISNA, NONGKOJAJAR, PASURUAN, JAWA TIMUR NURUL HUDA APRILIANTI A"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI APEL (Malus sylvestris Mill.) DI AGROWISATA KRISNA, NONGKOJAJAR, PASURUAN, JAWA TIMUR NURUL HUDA APRILIANTI A068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 0

2 RINGKASAN NURUL HUDA APRILIANTI. Pengelolaan Pemangkasan Produksi Apel (Malus sylvestris Mill.) di Agrowisata Krisna, Nongkojajar. Pasuruan. Jawa Timur. (Dibimbing oleh WINARSO D. WIDODO) Kegiatan magang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tentang aspek produksi, teknis, dan pengelolaan perkebunan apel pada kondisi yang sebenarnya, serta mempelajari pengelolaan usaha perkebunan apel dengan aspek khusus pengelolaan pemangkasan produksi. Magang dilakukan 6 Februari-6 Juni 00 di Agrowisata Krisna, Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur. Kegiatan magang yang dilakukan selama empat bulan meliputi pekerjaan langsung di lapangan sebagai karyawan lapangan selama satu bulan dan sebagai asisten manajer selama tiga bulan. Kegiatan yang dikerjakan di lapangan sebagai karyawan lapangan meliputi penyulaman tanaman, perompesan, pemangkasan, pelengkungan cabang, pengendalian OPT, pemanenan, dan pengelolaan pasca panen. Kegiatan yang dilakukan sebagai asisten manajer yaitu mengawasi kegiatan karyawan lapangan, mengorganisasikan karyawan, serta membuat laporan kebutuhan fisik dan biaya operasional. Kegiatan lain yang dilakukan antara lain studi banding ke kebun apel di sekitar perusahaan. Pengamatan pengelolaan pemangkasan produksi dilakukan terhadap tanaman contoh yang dipilih secara acak pada satu blok dengan jumlah tanaman sebanyak 800 tanaman. Jumlah tanaman contoh yang dipilih sebanyak 0 tanaman apel kultivar Rome Beauty dan 0 tanaman apel kultivar Manalagi. Lima tanaman dari masing-masing kultivar dipangkas dengan selisih waktu satu minggu, yaitu pada dan dan hari setelah panen. Pengamatan difokuskan pada peubah pembungaan dan pembentukan buah yang meliputi jumlah tunas campuran per cabang, jumlah tunas vegetatif per cabang, waktu pembungaan, jumlah bunga per cabang, tingkat kerontokan bunga, jumlah buah per tanaman, dan pertumbuhan buah. Pengamatan-pengamatan tersebut dilakukan pada tiga cabang per tanaman contoh yang telah dipilih.

3 iii Pemangkasan produksi yang dilaksanakan di Agrowisata Krisna sudah dilakukan dengan baik secara teknis, dilihat dari persentase pecah tunas campuran yang lebih banyak dibanding persentase pecah tunas vegetatif baik pada Rome Beauty maupun Manalagi. Persentase pecah tunas campuran pada kultivar Rome Beauty mencapai 7. % pada tanaman yang dipangkas hari setelah panen dan 8. % pada tanaman yang dipangkas hari setelah panen. Persentase pecah tunas campuran pada kultivar Manalagi mencapai.8% pada tanaman yang dipangkas hari setelah panen dan.0 % pada tanaman yang dipangkas hari setelah panen. Waktu pemangkasan produksi yang tidak serempak menyebabkan adanya tingkat perkembangan yang berbeda antara tanaman yang satu dengan yang lain dalam satu blok, antara lain pada peubah pertambahan jumlah tunas vegetatif dan pertambahan tunas campuran pada Rome Beauty dan Manalagi, serta jumlah buah pada Rome Beauty. Pemangkasan pada hari setelah panen memberikan hasil lebih baik daripada pemangkasan pada hari setelah panen dilihat dari jumlah tunas campuran per cabang, jumlah bunga, serta pertumbuhan buah.

4 iv PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI APEL (Malus sylvestris Mill.) DI AGROWISATA KRISNA, NONGKOJAJAR, PASURUAN, JAWA TIMUR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NURUL HUDA APRILIANTI A068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 0

5 v Judul : PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI APEL (Malus sylvestris Mill.) DI AGROWISATA KRISNA, NONGKOJAJAR, PASURUAN, JAWA TIMUR Nama : NURUL HUDA APRILIANTI NRP : A068 Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr. NIP Tanggal Lulus:..

6 vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 6 April 988 di Salatiga, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Fauzi Ahmad Yulianto dan Ibu Darmini. Riwayat pendidikan penulis bermula dari SDN Tegalrejo I Salatiga yang berhasil diselesaikan pada tahun 000. Tahun 00 penulis lulus dari SLTPN I Salatiga dan melanjutkan studi di SMAN I Salatiga, yang diselesaikan pada tahun 006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 006 melalui jalur USMI, kemudian diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 006. Selama kuliah, penulis tergabung dalam organisasi kemahasiswaan daerah Patra Atlas (Semarang). Penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Pada tahun 007 penulis menjadi koordinator pulang bareng Patra Atlas. Tahun 008 penulis bergabung dalam kepanitiaan Festival Tanaman (FESTA) XXIX dan Masa Pengenalan Departemen (MPD) Herbal. Tahun 009 penulis bergabung kembali dalam kepanitiaan Festival Tanaman (FESTA) XXX dan panitia Temu Keluarga Agronomi (TEGAR) 009 serta panitia Suksesi Patra Atlas.

7 vii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Pengelolaan Pemangkasan Produksi Apel (Malus sylvestris Mill.) di Agrowisata Krisna, Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir Program Sarjana Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada orang tua dan kakak yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Diny Dinarti, M.Si atas bimbingan dan arahan selama magang dan penyusunan skripsi sampai pelaksanaan seminar hasil magang, Dr. Ir. Winarso D. Widodo MS atas bimbingan dan arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi, Ani Kurniawati, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, H. Soepandi sebagai pembimbing lapangan, seluruh karyawan Agrowisata Krisna, Mbak Nurul, dan keluarga atas tempat tinggal dan bantuan selama pelaksanaan magang, serta teman-teman AGH tercinta. Semoga sripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Bogor, Juni 0 Penulis

8 viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... TINJAUAN PUSTAKA... Botani Apel... Syarat Tumbuh... Budidaya Apel... Pemangkasan Tanaman... 9 METODE MAGANG... Waktu dan Tempat... Metode Pelaksanaan... Analisis Data dan Informasi... KEADAAN UMUM... Sejarah Perusahaan... Letak Geografis atau Letak Wilayah Administratif... Keadaan Iklim dan Tanah... Luas Areal dan Tata Guna Lahan... Keadaan Tanaman dan Produksi... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 7 PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI DI AGROWISATA KRISNA... KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... viii ix x

9 ix DAFTAR TABEL Nomor Halaman. Data Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Apel per Pohon Pemupukan di Kusuma Agrowisata Keadaan Klimatologi Nongkojajar Bulan Februari-0 Juni Jumlah Karyawan Agrowisata Krisna Tahun Produksi dan Produktivitas Apel Tahun di Agrowisata Krisna Produksi Rata-Rata Tanaman Apel berdasarkan Umur Tanaman Kultivar dan Karakteristik Apel yang Dihasilkan Agrowisata Krisna Grade Apel di Daerah Nongkojajar Perbandingan Prestasi Kerja Karyawan Agrowisata Krisna dengan Penulis Waktu Pangkas, Pecah Tunas, Bunga Mekar Serempak, dan Muncul Buah.... Jumlah Mata Tunas Awal, Persentase Pecah Tunas Campuran, dan Persentase Pecah Tunas Vegetatif.... Jumlah Tunas Vegetatif dan Tunas Campuran per Cabang Jumlah Bunga pada Rome Beauty dan Manalagi Tingkat Kerontokan Bunga dan Persentase Fruit Set Jumlah Buah pada Rome Beauty dan Manalagi Pertambahan Diameter Buah pada Rome Beauty dan Manalagi 0

10 x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman. Penyambungan Tanaman Hasil Pangkasan pada Apel Pelengkungan Cabang.... Mata Tunas yang Mulai Terdiferensiasi.... Pemberian Pupuk Kandang Gejala Serangan Hama pada Tanaman Apel Gejala Serangan Penyakit pada Tanaman Apel Alat-alat dalam Sortasi dan Grading Produk Olahan Apel Agrowisata Krisna Proses Pembuatan Cuka Apel.... Mata Tunas pada Apel.... Bunga pada Apel Pertambahan Jumlah Bunga pada Kultivar Rome Beauty dan Manalagi Fase Perkembangan Buah pada Apel Rome Beauty Fase Perkembangan Buah pada Apel Manalagi Pertumbuhan Buah pada Kultivar Rome Beauty dan Manalagi... 0

11 xi DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Lapangan di Agrowisata Krisna, Andonosari, Nongkojajar, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur.... Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Asisten Manajer di Agrowisata Krisna, Andonosari, Nongkojajar, Tutur, Pasuruan, Jawa Timur Data Curah Hujan Nongkojajar Tahun Peta Areal Agrowisata Krisna.... Luas Areal Pertanaman Apel Wisata Petik Masing-masing Blok di Agrowisata Krisna Data Produksi Apel Agrowisata Krisna Tahun 008-Maret 00 6

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Konsumsi apel per kapita di Indonesia mengalami peningkatan dari 0. kg per tahun pada tahun 00 menjadi kg per tahun pada tahun 00 berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (006). Produksi apel nasional belum mencukupi permintaan sehingga harus dipenuhi dengan apel impor. Menurut Sarwanto (008), apel menduduki peringkat pertama impor buah Indonesia diikuti oleh pir, jeruk, durian, dan anggur. Volume impor apel Indonesia mengalami kenaikan dari 6 ribu ton pada tahun 00 menjadi ribu ton pada tahun 008. Apel lokal sebenarnya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan apel impor, diantaranya dalam hal kesegaran dan kandungan nilai gizi. Buah impor karena harus melalui alur transportasi yang lama dan harus selalu berada di dalam alat pendingin, kandungan gizinya sudah jauh berkurang (Dimyati dan Sukirno, 007). Hasil penelitian Permatasari (009) menunjukkan bahwa 0 % konsumen bersikap positif terhadap parameter kemasan, harga, label, kualitas, dan kandungan gizi apel lokal, sementara 7 % bersikap netral dan % bersikap negatif. Ketersediaan apel lokal yang lebih sedikit dibandingkan apel impor di pasar merupakan salah satu penyebab konsumen lebih memilih apel impor. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas apel masih sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan nasional dan dapat membuka peluang untuk ekspor. Produksi apel dipengaruhi oleh pelaksanaan teknis budidaya. Kegiatan budidaya apel secara umum meliputi pembibitan, penanaman, pemupukan, perompesan, pemangkasan, pelengkungan cabang, penyiraman, pengapuran, penjarangan buah, dan pengendalian OPT. Pelaksanaan teknis budidaya yang tepat diharapkan dapat meningkatkan produksi apel. Wilayah tropika tidak memiliki musim gugur sehingga pohon apel tidak dapat berbunga apabila tidak dirompes dan dipangkas. Perompesan berguna untuk mematahkan dormansi sebagai pengganti musim gugur, sedangkan pemangkasan untuk mendorong pecahnya tunas dan mempengaruhi banyaknya tunas bunga dan tunas daun (tunas vegetatif) yang terbentuk.

13 Prastowo et al. (006) menyatakan, pemangkasan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber energi (unsur hara dan sinar matahari) untuk memperoleh percabangan yang ideal dan seimbang sehingga distribusi daun merata dalam penerimaan sinar matahari, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil produksi dan mutu buah. Kegiatan magang diharapkan dapat memberikan gambaran tentang produksi apel pada kondisi yang sebenarnya. Magang dilakukan di salah satu sentra produksi apel Indonesia yang bertempat di Agrowisata Krisna, Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur. Tujuan Tujuan dari kegiatan magang ini secara umum adalah untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tentang aspek produksi, aspek teknis, dan pengelolaan perkebunan apel pada kondisi yang sebenarnya. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini dititikberatkan pada aspek pemangkasan produksi.

14 TINJAUAN PUSTAKA Botani Apel Tanaman apel termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Malus, dan spesies Malus sylvestris Mill. Malus sylvestris Mill mempunyai bermacammacam kultivar yang memiliki kekhasan tersendiri. Beberapa kultivar apel unggulan di Indonesia yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble, dan Wanglin/Lali jiwo (Prihatman, 000). Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim temperate. Tanaman apel di daerah tropika dapat dibungakan tanpa tergantung musim dengan mengatur waktu perompesan dan pemangkasan. Satu siklus pembuahan apel membutuhkan waktu.-6 bulan tergantung kultivar dan cuaca sehingga dalam setahun apel dapat dibuahkan - kali (Prihatman, 000). Berbeda dengan kawasan empat musim, pembungaan hanya terjadi pada musim semi, sehingga apel hanya berproduksi sekali setahun (Hakim, 008). Syarat Tumbuh Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan bahan organik tinggi, struktur tanahnya remah dan gembur, serta mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas yang baik sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara, dan kemampuan menyimpanan airnya optimal. Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol, dan Regosol. Derajat keasaman tanah (ph) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7. Tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup untuk tumbuh. Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak untuk ditanami (Prihatman, 000). Curah hujan yang ideal untuk tanaman apel adalah mm/tahun dengan hari hujan 0-0 hari/tahun. Banyaknya bulan basah dalam setahun adalah 6-7 bulan dan bulan kering - bulan. Curah hujan yang tinggi saat

15 berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga diperlukan cuaca cerah saat pembungaan (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 008). Kusumo (986) menyatakan bahwa penggunaan penutup pohon dari bahan plastik yang tembus sinar matahari dapat mengurangi risiko bunga gugur. Untung (99) menyatakan bahwa jika waktu musim hujan dapat dipastikan, maka masa berbuah apel bisa diatur dengan menjadwalkan waktu perompesan daun. Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 0-60 % setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. Suhu yang dibutuhkan antara 6-7 o C, kelembaban udara sekitar 7-8 %. Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah tropika pada ketinggian m dari permukaan laut (dpl) (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 008). Budidaya Apel Kegiatan budidaya apel secara umum meliputi pembibitan, penanaman, perompesan daun, pemangkasan cabang, pelengkungan cabang, pemupukan, penjarangan buah, pengendalian OPT, panen, dan pasca panen. Pelaksanaan teknis budidaya yang tepat diharapkan dapat menghasilkan produksi apel yang optimal. Kemampuan memilih bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan bertanam apel. Bibit yang unggul mempunyai ciri-ciri batangnya lurus, daunnya terlihat segar, dan tidak mudah rontok. Perbanyakan tanaman apel dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif jarang dilakukan karena masa berbuah yang lama dan hasilnya belum tentu bagus (Untung, 99). Teknik perbanyakan yang umum digunakan di Agrowisata Krisna adalah teknik sambung pucuk. Prihatman (000) menyatakan, teknik sambung pucuk (top grafting) dilakukan dengan cara sebagai berikut: batang bawah dipotong pada ketinggian lebih kurang 0 cm dari pangkal akar, kemudian bagian tengah batang bawah dibelah sepanjang - cm. Batang atas dipotong sepanjang lebih kurang cm, daunnya dibuang, kemudian pangkal batangnya diiris berbentuk baji, panjang irisan sama dengan panjang belahan batang bawah. Batang atas disisipkan ke belahan batang bawah sehingga kambium bisa bertemu. Sambungan diikat dengan tali plastik serapat mungkin. Tali plastik sudah dapat dibuka dua

16 sampai tiga minggu kemudian. Bibit hasil sambungan yang kira-kira sudah berumur enam bulan dipotong setinggi cm dari pangkal batang dan daunnya dirompes. Perompesan dilakukan untuk mematahkan dormansi sebagai pengganti musim gugur di daerah temperate. Perompesan dilakukan supaya penguapan berkurang, sedangkan suplai bahan makanan tetap berlangsung. Akibatnya terjadi kelebihan zat makanan dalam tanaman. Pada kondisi ini tunas-tunas lateral akan muncul lebih cepat (Untung, 99). Perompesan umumnya dilakukan sekitar 0 hari setelah panen (Soelarso, 997). Studi yang dilakukan Baiturrohmah (00) menunjukkan, perbedaan waktu rompes berpengaruh nyata terhadap waktu bunga mekar serempak dan persentase kerontokan pentil buah per pohon sampai delapan minggu setelah rompes. Cabang pohon yang tidak dipangkas akan tumbuh lurus ke atas. Hal ini terjadi karena dominansi tunas apikal dan perlu diatasi dengan pemangkasan dan pelengkungan cabang (Kusumo, 986). Untung (99) menambahkan, pelengkungan dilakukan setelah pemangkasan cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas lateral. Arah pelengkungan cabang akan menentukan pertumbuhan tunas. Lengkungan yang terlalu ke atas akan menghasilkan sedikit tunas dan sebagian besar terdapat pada bagian ujung cabang. Tunas yang terlalu ke bawah atau busur lengkungannya pendek akan menghasilkan tunas yang tumbuh rapat di lengkungan tertinggi di bagian ujung cabang, sedang di bagian cabang di antaranya tidak tumbuh. Pelengkungan sebaiknya horizontal agar tunastunas tumbuh merata sepanjang cabang. Posisi tersebut menyebabkan dominansi auksin digantikan oleh etilen, yang dapat merangsang pembungaan. Zat pengatur tumbuh yang umum digunakan adalah Dormex yang mengandung bahan aktif hidrogen sianamida. Dormex diberikan satu kali setelah pemangkasan atau perompesan (Soelarso, 997). Notodimedjo (99) menyatakan, pemberian hidrogen sianamida pada tanaman apel dapat meningkatkan jumlah daun, luas daun, panjang tunas, dan diameter tunas. Hidrogen sianamida tidak bersifat sistemik. Cara kerjanya adalah menghambat kerja enzim katalase yang berperan dalam penguraian hidrogen peroksida (H O ) menjadi air dan oksigen. Penghambatan tersebut menyebabkan hidrogen

17 6 peroksida diuraikan melalui lintasan pentosa fosfat oksidatif. Dengan peningkatan laju lintasan pentosa fosfat tersebut, dihasilkan lebih banyak substansi yang mendasari pertumbuhan baru. Untung (99) menyatakan, umumnya pupuk diberikan setelah daun dirontokkan, muncul bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit atau rusak. Saptarini (00) menambahkan, N berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman, khususnya batang, cabang, dan daun. Tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil. Fungsi P merangsang pertumbuhan akarakar baru dari benih dan tanaman muda, juga mempercepat pembuahan, serta pemasakan biji dan buah. Fungsi K memperkokoh fisik tanaman, mempertahankan bunga dan buah tidak mudah gugur, dan membuat tanaman memiliki daya tahan tinggi terhadap kekeringan maupun gangguan penyakit. Pupuk diberikan di alur yang mengelilingi batang selebar tajuk sedalam lebih kurang 0 cm. Untuk pupuk anorganik ditaburkan secara merata di dalam alur, lalu ditutup dengan tanah. Untuk tanaman dewasa diberikan pupuk organik melingkari tanaman dengan radius satu meter. Pemberian pupuk pelengkap cair dilakukan dengan penyemprotan setelah bunga apel membentuk buah sebesar kelereng sampai satu bulan menjelang panen dengan interval dua minggu (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 008). Dosis dan waktu pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Data Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Apel per Pohon No Pupuk Dosis Organik (Pupuk Kandang) Anorganik NPK (mutiara atau phonska) Pupuk Pelengkap Cair (PPC) 0 kg/pohon 60 kg/pohon 0.- kg/pohon -. kg/pohon Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (008) Umur Tanaman (Tahun) -0 > 0-0 > 0 Waktu Pemberian Awal musim hujan Awal musim hujan Awal dan akhir musim hujan Awal dan akhir musim hujan cc/lt - Setelah buah apel sebesar kelereng Keterangan kali/tahun kali/tahun -

18 Baiturrohmah (00) melaporkan, pemupukan di Kusuma Agrowisata dibedakan atas dasar umur tanaman, yaitu pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) (Tabel ). Pemupukan pada TBM menggunakan pupuk ZA dengan dosis yang berbeda berdasarkan umur tanaman, sedangkan pada TM menggunakan pupuk majemuk NPK (::). Pupuk diberikan di sekitar tanaman dengan kedalaman alur sekitar 0-0 cm dan selebar tajuk yaitu sekitar satu meter dari batang pohon pada TM dan setengah meter pada TBM. Tabel. Pemupukan di Kusuma Agrowisata Umur tanaman (tahun) Pupuk Dosis (g/tanaman) ZA ZA ZA ZA NPK Sumber: Baiturrohmah (00) Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang membatasi produksi apel. Kutu hijau (Aphis pomii), tungau, trips, ulat daun (Spodoptera litura), serangga penghisap daun (Helopelthis sp.), ulat daun hitam, dan lalat buah adalah hama yang sering menyerang tanaman apel. Penyakit yang sering menyerang tanaman apel yaitu embun tepung, bercak daun, jamur upas, kanker batang, dan busuk buah. Pencegahan dilakukan dengan penyemprotan dosis ringan sebelum hama dan penyakit menyerang tanaman atau secara rutin - minggu sekali. Penanggulangan dilakukan dengan penyemprotan sedini mungkin dengan dosis tepat. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat beragam tergantung dengan hama dan penyakit yang dikendalikan dan tingkat populasi hama (Soelarso, 997). Penjarangan buah dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah agar besarnya seragam, kulit baik, dan sehat. Penjarangan dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil), sehingga untuk mendapatkan buah yang baik, satu tunas hendaknya berisi - buah (Prihatman, 000). Ashari (00) menyatakan, penjarangan buah yang dilakukan sedini mungkin dapat memastikan produksi bunga/buah pada musim 7

19 8 berikutnya, sehingga dapat menjamin panen yang kontinyu. Produksi buah secara besar-besaran akan memaksa tanaman mengeluarkan cadangan karbohidrat terlalu banyak, sehingga setelah masa berbuah selesai, pertumbuhan vegetatif tanaman terganggu dan proses pengumpulan karbohidrat untuk pembungaan akan terhambat. Buah apel dapat dipanen pada umur - bulan setelah bunga mekar, tergantung pada kultivar dan iklim. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening). Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa renyah (Prihatman, 000). Pramono (007) menambahkan, jika panen dilakukan saat buah belum siap akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan pembungaan pada musim berikutnya. Pemanenan apel dilakukan dengan cara memetik buah secara manual dengan tangan. Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan. Apel yang sudah dipanen dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang untuk mempertahankan kualitas. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular ke seluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan mutu produk. Penggolongan dilakukan untuk mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis kultivar, ukuran, dan kualitas buah (Prihatman, 000). Buah yang akan dikirim dikemas untuk menghindari kerusakan. Pengemasan biasanya menggunakan kotak kardus dengan ukuran 8 cm x cm x 7 cm, yang dapat menampung kg apel. Dasar kotak kardus diberi potongan-potongan kertas untuk menghindari risiko terkena benturan. Sebelum kotak ditutup, di atas susunan buah apel diberi potongan-potongan kertas lagi. Buah yang dikemas dalam satu kotak besarnya harus seragam agar mudah menyusunnya. Lapisan buah pertama diatur pada bagian lebar kotak -, - buah atau berselang - buah sampai susunan memenuhi panjang kotak. Demikian pula lapisan kedua di atasnya mengisi ruang-ruang di antara buah dari lapisan pertama. Bila tiap-tiap buah diberi sela/ruangan disebut susunan terbuka,

20 dan bila agak rapat disebut susunan tertutup. Susunan terbuka lebih baik untuk sirkulasi udara di antara tiap-tiap buah (Soelarso, 996). 9 Pemangkasan Tanaman Pemangkasan pada apel menurut tujuannya dibagi menjadi pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara sebagai berikut: batang utama tanaman apel dipangkas setinggi 80 cm tepat di atas payungan daun kemudian daun yang ada di bawah pangkasan dirompes agar tumbuh tunas lateral dari pangkasan. Tunas lateral disisakan tiga buah yang tumbuhnya ke segala arah agar semua cabangnya terkena sinar matahari. Setelah tunas-tunas tadi tumbuh menjadi cabang yang panjangnya sekitar satu meter, daunnya dirompes dan payungan daun di ujungnya dipangkas. Cabang yang telah gundul dilengkungkan dengan tali dan diikatkan pada kayu pasak lalu dipasakkan ke tanah sehingga posisi cabang benar-benar mendatar. Tujuan pelengkungan cabang hingga mendatar yaitu agar tunas sekunder tumbuh merata dan teratur di sepanjang cabang. Tiga tunas sekunder yang arahnya baik disisakan untuk dipelihara, tunas lainnya dipangkas. Setelah tunas sekunder panjangnya satu meter, daunnya dirompes dan dilengkungkan sampai mendatar agar tunas tersier tumbuh (Saptarini et al., 00). Pemangkasan pemeliharaan dilakukan setiap diperlukan untuk memelihara bentuk tanaman, mencegah serangan penyakit, dan mengatur arah percabangan sehingga sinar matahari dapat masuk secara merata. Luka bekas pemangkasan juga dapat menjadi sarana penyebaran penyakit. Luka yang besar harus dilumuri dengan parafin, lilin, cat, atau ter supaya tidak kemasukan air dan dihinggapi penyakit. Gunting yang digunakan harus tajam dan licin, sehingga pemangkasan dapat dilakukan sekali potong (Prihatman, 000). Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada bagian-bagian tanaman yang meliputi: tunas yang tumbuh searah batang pokok, ranting yang tumbuh ke dalam, ranting yang bertumpang tindih, ranting yang mulai mengering dan sudah mati, ranting yang sudah tumbuh pada batang bawah, cabang yang tumbuh dekat dengan tanah, dan cabang yang menunduk ke bawah (Info Agribisnis, 009).

21 0 Pemangkasan produksi pada prinsipnya adalah mengubah perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) (C/N rasio) dalam tubuh tanaman. Tidak imbangnya C/N rasio ini dapat mengganggu fase vegetatif dan fase reproduktif tanaman. Tanaman yang C/N rasionya tinggi, rangsangan untuk terbentuknya bunga dan buah semakin tinggi pula (Saptarini et al., 00). Prastowo et al. (006) menyatakan, pemangkasan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber energi (unsur hara dan sinar matahari) untuk memperoleh percabangan yang ideal dan seimbang sehingga distribusi daun merata dalam penerimaan sinar matahari, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil produksi dan mutu buah. Studi yang dilakukan Khaerunnisa (00) menunjukkan bahwa perbedaan waktu pangkas pada apel berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, jumlah kuncup daun, jumlah kuncup bunga, jumlah bunga, dan jumlah buah.

22 METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan, dimulai tanggal 6 Februari 00 sampai dengan tanggal 6 Juni 00. Magang dilaksanakan di Agrowisata Krisna, Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan selama empat bulan meliputi pekerjaan langsung di lapangan sebagai karyawan lapangan selama satu bulan dan sebagai asisten manajer selama tiga bulan. Kegiatan sebagai karyawan lapangan meliputi penyulaman tanaman, perompesan, pemangkasan, pelengkungan cabang, pengendalian OPT, pemanenan, dan pengelolaan pasca panen. Kegiatan yang dilakukan sebagai asisten manajer yaitu mengawasi kegiatan karyawan lapangan, mengorganisasikan karyawan, serta membuat laporan kebutuhan fisik dan biaya operasional. Kegiatan lain yang dilakukan antara lain studi banding ke kebun apel di sekitar perusahaan. Kegiatan pengambilan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode langsung, yaitu melalui pengamatan, wawancara, atau diskusi dengan karyawan. Data pengamatan di lapangan difokuskan pada kegiatan pemangkasan produksi dengan peubah pengamatan meliputi persentase pecah tunas per cabang, jumlah tunas campuran, jumlah tunas vegetatif, jumlah bunga, persentase kerontokan bunga, persentase fruit set, jumlah buah, dan pertumbuhan buah. Pengamatan dilakukan pada lahan seluas satu hektar dengan populasi 800 pohon, terdiri dari 70 Rome Beauty, 6 Manalagi, dan sisanya Anna, Princess Noble, dan Wanglin. Sekitar 87. % tanaman dalam kondisi menghasilkan. Tanaman contoh dipilih sebanyak 0 tanaman apel kultivar Rome Beauty dan 0 tanaman apel kultivar Manalagi. Lima tanaman dari masing-masing kultivar dipangkas dengan selisih waktu satu minggu, yaitu pada dan hari setelah panen (HSP). Pengamatan persentase pecah tunas per cabang, jumlah tunas campuran, jumlah tunas vegetatif, jumlah bunga, persentase kerontokan bunga,

23 persentase fruit set, jumlah buah, dan pertumbuhan buah dilakukan pada tiga cabang per tanaman. Data sekunder diperoleh dengan mengakses arsip kebun yang meliputi sejarah dan keadaan umum perusahaan, lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, curah hujan, luas areal, tata guna lahan, organisasi, sumber daya manusia, data produksi, dan data tentang kegiatan budidaya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, terutama dalam aspek pemangkasan. Analisis Data dan Informasi Hasil dari pengamatan dan pengumpulan data selama kegiatan magang digunakan sebagai bahan analisis dalam penyusunan skripsi. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan ukuran distribusi (frekuensi dan persen), ukuran pemusatan data (rata-rata dan hubungan input-output), dan dengan menggunakan uji t-student. Analisis kuantitatif disajikan dengan menginterpretasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh. Tujuan dari analisis dengan uji t-student ialah untuk mengetahui pengaruh waktu pemangkasan terhadap pembungaan dan pembentukan buah apel.

24 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan Agrowisata Krisna merupakan perusahaan yang bergerak dalam unit usaha hortikultura yang mengelola proses produksi apel mulai dari pengadaan input, teknis budidaya, sampai pemasaran hasil panen. Agrowisata Krisna juga memiliki unit bisnis sampingan berupa industri pengolahan apel dan agrowisata. Pemilik dari agrowisata ini adalah H. Soepandi yang mulai membudidayakan apel pada tahun 968 dengan modal lahan pemberian ayahnya dan dua ekor anak sapi untuk dibelikan bibit apel dari orang Belanda. Tahun 99 Agrowisata Krisna menambah unit bisnis dengan menjadikan kebun apel sebagai tempat wisata petik apel yang bertujuan untuk memperkenalkan daerah Tutur Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur sebagai daerah wisata. Jeruk Valencia, jeruk Jova, jeruk Keprok, plum asal Australia, dan buah naga juga ditanam untuk menambah daya tarik dan variasi komoditas agrowisata. Agrowisata Krisna mulai mengusahakan pengelolaan pasca panen berupa pengolahan apel pada tahun 00. Produk yang dihasilkan antara lain cuka apel, teh apel, wine apel, jenang apel, dan wingko apel. Tujuan dari pengembangan unit bisnis ini, khususnya cuka apel, yaitu untuk meningkatkan nilai produk, memenuhi permintaan cuka apel di pasaran, sebagai upaya pemanfaatan banyaknya apel afkir, dan untuk meningkatkan pendapatan Agrowisata Krisna. Letak Geografis atau Letak Wilayah Administratif Agrowisata Krisna terletak di Dusun Sawah Talun, Desa Andonosari, Kecamatan Tutur-Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lokasi ini terletak pada ketinggian 6 m dpl. Keadaan Iklim dan Tanah Kebun Agrowisata Krisna terletak pada wilayah berbukit dengan jenis tanah Andosol. Suhu maksimum o C dan suhu minimum o C, curah hujan per tahun berkisar antara mm/tahun. Banyaknya bulan kering dalam

25 setahun adalah - bulan dan bulan basah 8-9 bulan. Kelembaban udaranya berkisar 7-8 %. Tipe iklim daerah ini tergolong tropika basah. Keadaan klimatologi Nongkojajar bulan Februari - 0 Juni 00 dapat dilihat pada Tabel. Hujan turun hampir setiap hari dengan curah hujan > 00 mm/bulan. Curah hujan dan hari hujan di Nongkojajar bulan Februari-Juni pada tahun 00 ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir (Tabel ). Curah hujan yang tinggi merupakan salah satu penyebab utama kerontokan bunga pada apel. Tabel. Keadaan Klimatologi Nongkojajar Bulan Februari-0 Juni 00 No Unsur Klimatologi Februari Maret April Mei -0 Juni Curah Hujan Jumlah Hari Hujan Sumber: Balai Benih Induk Nongkojajar (00) Tabel. Curah Hujan dan Hari Hujan Bulan Februari Juni Tahun Bulan Januari Februari Maret April 6 0 Mei Juni 8 9 * CH * HH * Sumber: Balai Benih Induk Nongkojajar (00) Keterangan: *) Data terakhir diambil tanggal 0 Juni 00; CH: Curah Hujan, HH: Hari Hujan Luas Areal dan Tata Guna Lahan Lahan untuk budidaya dan agrowisata di Agrowisata Krisna dibagi dalam empat bidang yaitu Bidang Cengkeh, Miring Timur, Pondok, dan Jurang Gunting dengan luas keseluruhan empat hektar. Terdapat enam blok rotasi panen pada empat bidang ini, dengan populasi tanaman pada masing-masing blok berturutturut sebanyak 00, 800, 00, 800, 700, dan 00 pohon pada blok satu sampai blok enam. Rotasi panen pada masing-masing blok berjarak - minggu. Luas areal budidaya masing-masing blok dapat dilihat pada Lampiran, sedangkan peta kebun Agrowisata Krisna dapat dilihat pada Lampiran.

26 Bangunan untuk menunjang agrowisata meliputi guest house, tempat parkir, kantor, mushola, kamar mandi kantor, gudang peralatan pertanian, gudang fermentasi cuka apel, gudang penyimpanan pestisida dan pupuk, serta mess yang disediakan untuk penjaga dan peserta magang. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan seluas 600 m berdampingan dengan kebun untuk budidaya. Keadaan Tanaman dan Produksi Kultivar apel yang ditanam pada awal usaha adalah Rome Beauty dan Manalagi. Jumlah tanaman yang ditanam pada awal penanaman sebanyak 00 tanaman. Setelah menghasilkan, jumlah tanaman ditambah sebanyak 700 tanaman pada tahun 969, 0 tanaman pada tahun 97, 600 tanaman pada tahun 97, 700 tanaman pada tahun 978, dan 00 tanaman pada tahun 986. Jumlah keseluruhan tanaman apel pada tahun 00 sebanyak 00 tanaman dengan kultivar yang tersedia adalah Rome Beauty, Manalagi, Anna, Wanglin, dan Princess Noble. Proporsi dari lima kultivar tersebut adalah 70 % Rome Beauty, % Manalagi, 0 % Anna, % campuran Wanglin dan Princess Noble. Rome Beauty dan Manalagi merupakan kultivar yang paling banyak dibudidayakan karena produktivitasnya lebih tinggi dan lebih banyak permintaan dari pedagang pengepul dibandingkan kultivar lainnya yang hanya sebagai penambah daya tarik dan variasi komoditas agrowisata. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Agrowisata Krisna merupakan perusahaan milik perorangan yang dipimpin oleh H. Soepandi. Secara umum, pengelolaan kegiatan kerja dibagi menjadi produksi apel segar, pengolahan pasca panen, dan agrowisata. Struktur organisasi dari Agrowisata Krisna dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan jumlah karyawan Agrowisata Krisna tahun 00 dapat dilihat pada Tabel. Karyawan Agrowisata Krisna dibagi menjadi karyawan tetap dan karyawan harian lepas (KHL).

27 Tabel. Jumlah Karyawan Agrowisata Krisna Tahun 00 Bagian Status Kerja Jumlah (Orang) Laki-laki Perempuan Total Pimpinan/Manajer - Produksi apel KHL 6 Agrowisata Karyawan Tetap Pengolahan pasca panen KHL - Sumber: Agrowisata Krisna (00) Manajer bertanggung jawab dalam menentukan semua keputusan baik dalam produksi apel, pengolahan pasca panen apel, dan pengelolaan agrowisata. Pengambilan keputusan mencakup rencana kegiatan harian dan pengelolaan keuangan serta administrasi. Pengelolaan keuangan dan administrasi dilakukan secara sederhana tanpa menggunakan sistem pembukuan yang lengkap. Pengelolaan keuangan meliputi pencatatan penerimaan dan pengeluaran. Manajer bertindak sekaligus sebagai pengawas dan turun langsung ke lapangan untuk mengawasi semua kegiatan kerja yang berlangsung sehingga penyimpangan kerja dapat diminimalkan. Manajer juga bertanggung jawab untuk menyiapkan alat dan bahan, memberikan pengarahan kepada karyawan tetap dan KHL, mengawasi, mengontrol, dan menilai pekerjaan karyawan, serta mengamati kondisi tanaman. Hubungan antara pimpinan dan bawahan yang dilakukan secara langsung (face to face) ini menjadi kekuatan tersendiri karena adanya kedekatan hubungan antara pimpinan dan bawahan. Karyawan lapangan direkrut dari penduduk sekitar lokasi Agrowisata Krisna dan bertugas untuk melakukan semua kegiatan budidaya di lapangan. Agrowisata Krisna selain memproduksi apel segar juga memproduksi apel olahan berupa cuka apel, teh apel, wine apel, jenang apel, dan wingko apel. Kegiatan pasca panen ini dilakukan oleh dua orang karyawan dengan besar upah disesuaikan dengan hasil penjualan dan jam kerja. 6

28 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kegiatan budidaya yang diterapkan. Kegiatan budidaya yang dilakukan di Agrowisata Krisna antara lain peremajaan, perompesan, pemangkasan, pelengkungan cabang, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengendalian gulma, pemanenan, serta pasca panen. Peremajaan Tanaman Apel mencapai produktivitas optimumnya pada umur 0 tahun dan akan menurun pada tahun-tahun berikutnya. Apel biasanya dipelihara sampai umur -0 tahun, setelah itu dibongkar dan ditanami kembali. Tanaman apel di Agrowisata Krisna sudah berumur 6- tahun. Kondisi tanaman sudah tua dan banyak terkena penyakit sehingga banyak cabang yang harus dipangkas. Selain mempengaruhi produksivitas, umur juga mempengaruhi biaya operasional perawatan masing-masing tanaman. Produksi tanaman apel empattahun terakhir di Agrowisata Krisna dapat dilihat pada Tabel. Produksi tersebut merupakan produksi dari kultivar Rome Beauty dan Manalagi. Produksi yang dihasilkan masih rendah dibandingkan dengan produksi rata-rata per pohon per musim yang ditetapkan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (Tabel 6). Produktivitas yang ingin dicapai perusahaan sebesar 0 kg/pohon/musim belum tercapai. Produksi yang berfluktuasi disebabkan karena terdapat tanaman yang dipanen tiga kali dalam satu tahun dan hanya dipanen satu kali pada tahun berikutnya, sehingga produksi cenderung menumpuk di tahun tertentu dan tahun berikutnya mengalami penurunan. Tabel. Produksi dan Produktivitas Apel Tahun di Agrowisata Krisna Tahun Produksi total Produktivitas (kg) (kg/pohon/musim) Sumber: Agrowisata Krisna (00)

29 8 Tabel 6. Produksi Rata-Rata Tanaman Apel berdasarkan Umur Tanaman Umur Tanaman Produksi Rata-rata per Pohon per Musim (kg) Rome Beauty Manalagi tahun 0 0 tahun 0-0 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (008) Peremajaan tanaman total tidak dilakukan atas pertimbangan biaya. Peremajaan hanya dilakukan pada tanaman yang rusak oleh penyakit. Peremajaan dilakukan dengan menyambung batang atas secara langsung di tempat tumbuh batang bawah. Batang bawah maupun batang atas diperoleh dari kebun sendiri. Batang bawah menggunakan apel liar/apel alas (Malus pumilla). Prihatman (000) menyatakan, apel liar mempunyai sistem perakaran yang luas dan kuat, pohonnya kokoh, dan mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Anakan atau siwilan tumbuh dari pangkal batang bawah tanaman produktif. a b Gambar. Penyambungan Tanaman; a) Trubus Malus pumilla sebagai batang bawah, b) Hasil Sambungan Batang Atas dan Batang Bawah Apel liar yang siap digunakan untuk batang bawah adalah siwilan dari batang bawah tanaman yang akan disulam dengan tinggi lebih kurang 60 cm, diameter lebih kurang cm, dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayunya sehingga mudah untuk dilakukan penempelan atau penyambungan (Prihatman, 000). Batang atas diambil dari cabang/batang kultivar unggul yang sehat. Teknik penyambungan yang digunakan di Agrowisata Krisna adalah sambung pucuk (top grafting). Jarak tanam antar tanaman berkisar antara. m x. m sampai

30 9 m x m. Kultivar Manalagi ditanam dalam satu lahan dengan kultivar Rome Beauty karena adanya self incompatibility pada kultivar Manalagi. Secara umum cara penyambungan sudah dilakukan dengan baik. Batang bawah dan batang atas yang digunakan sudah sesuai dengan anjuran Prihatman (000). Peremajaan tanaman tetap perlu dilakukan secara bertahap untuk menggantikan tanaman yang sudah rusak sehingga produksi dapat ditingkatkan. Defoliasi Buatan Apel merupakan tanaman asli daerah temperate yang akan mengalami pengguguran daun secara alami di musim gugur. Di daerah tropika, defoliasi dilakukan secara buatan (perompesan) untuk mematahkan dormansi tunas seperti di daerah asalnya. Perompesan di Agrowisata Krisna dilakukan sebanyak satu kali per musim sekitar 0 hari setelah panen. Soelarso (997) menyatakan, perompesan yang dilakukan sebelum waktunya tidak akan membentuk bunga, melainkan daun yang tumbuh kurang subur. Tanaman yang sudah siap dirompes ditandai dengan tunas yang sudah padat dan daun-daun yang sudah tua tapi belum menguning. Perompesan dapat dilakukan secara manual dan kimiawi. Perompesan secara manual dapat mengakibatkan luka yang memungkinkan tanaman menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit, sedangkan perompesan secara kimiawi harus dilakukan dengan dosis yang tepat karena konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menjadikan tanaman menjadi kering (Soelarso, 997). Agrowisata Krisna menggunakan cara manual dengan pertimbangan lahan yang ada tidak terlalu luas dan sumber daya manusia yang tersedia termasuk murah. Secara teknis, perompesan di Agrowisata Krisna sudah dilakukan dengan baik, namun perlu ditingkatkan pengawasan sehingga efisiensi kerja dapat ditingkatkan. Pemangkasan Tanaman Pemangkasan pada apel dibagi menjadi pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman berumur lebih kurang tiga bulan untuk membentuk rangka tajuk tanaman apel menjadi perdu sehingga memudahkan pelaksanaan

31 0 pemeliharaan dan kegiatan budidaya. Tanaman apel yang tidak dipangkas akan tumbuh ke atas karena dominansi tunas terminal. Pemangkasan cabang yang sakit termasuk pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan ini bertujuan untuk menghindari penyebaran penyakit yang lebih luas ke bagian pohon yang lain. Sebagian besar penyakit menyerang melalui cabang yang luka, baik akibat kesalahan teknik budidaya maupun akibat lingkungan. Luka bekas pemangkasan dapat menjadi sarana penyebaran penyakit sehingga harus dilumuri dengan cat minyak. Alat pangkas yang digunakan harus tajam dan licin sehingga pemangkasan dapat dilakukan sekali potong untuk memperkecil luka yang dihasilkan dan menghindari luka memar pada kulit. Ranting dan cabang sisa pemangkasan dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Pemeriksaan kebun dilakukan beberapa hari sekali oleh manajer untuk melihat kondisi kebun, apakah pemangkasan pemeliharaan perlu dilakukan atau tidak. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memotong mata tunas yang kecil atau mati, tangkai-tangkai bekas petikan buah, serta cabang yang kurus, tidak produktif, atau terserang penyakit. Tujuan dari pemangkasan produksi adalah untuk mendorong pecahnya tunas dan mempengaruhi banyaknya tunas bunga dan daun yang terbentuk. Pemangkasan tidak boleh terlalu dekat dengan mata tunas karena dapat menyebabkan luka pada mata tunas dan mengundang penyakit. Arah pangkas miring ke atas dan keluar dari mata tunas (Gambar ). a b Gambar. Hasil Pemangkasan pada Apel; a) Terlalu Dekat dengan Mata Tunas, b) Hasil Pangkasan yang Benar Pemangkasan produksi di Agrowisata Krisna pada umumnya dilakukan setelah perompesan daun, akan tetapi tidak menutup kemungkinan pemangkasan dilakukan sebelum perompesan untuk menghemat tenaga kerja. Kekurangan dari

32 pemangkasan yang dilakukan sebelum perompesan daun adalah pemangkasan menjadi kurang optimal karena pandangan pekerja tertutup daun yang masih lebat sehingga sulit membedakan tunas yang produktif atau tidak. Penulis tidak membandingkan hasil pemangkasan yang dilakukan sebelum perompesan dengan pemangkasan setelah perompesan karena keterbatasan waktu. Secara teknis pemangkasan sudah dilakukan dengan baik, tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja terlatih yang sudah berpengalaman dalam mengerjakan pemangkasan. Pemangkasan sangat menentukan produksi yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan dengan benar. Pelengkungan Cabang Pelengkungan cabang dilakukan satu kali per musim setelah pemangkasan. Cabang dilengkungkan dengan menggunakan tali yang diikatkan longgar pada tengah cabang, kemudian ditarik kearah luar tajuk dan diikatkan pada patok atau batang bagian bawah apel itu sendiri. Pelengkungan cabang dilakukan untuk mempercepat tumbuhnya tunastunas baru dan mengatur bentuk pohon agar tidak tumbuh terlalu tinggi. Cabang yang dilengkungkan adalah cabang yang sudah gemuk berwarna coklat tapi masih lentur sehingga tidak patah ketika dilengkungkan. Arah pelengkungan cabang sebaiknya ke bidang yang masih kosong sehingga antar cabang tidak saling tumpang tindih dan menghalangi sinar matahari masuk (Gambar ). Gambar. Pelengkungan Cabang Posisi pelengkungan cabang belum terlalu diperhatikan oleh pekerja di Agrowisata Krisna, masih banyak cabang yang pelengkungannya tidak horizontal sehingga menyebabkan tunas lateral tumbuh tidak merata pada cabang. Hal ini menunjukkan pengawasan pekerja yang masih perlu ditingkatkan.

33 Pemberian Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) Pemberian ZPT perlu diikuti dengan pemupukan dan pengairan intensif untuk mengimbangi laju pertumbuhan dan kebutuhan hara pada tanaman. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah Dormex 0 SL dengan kandungan bahan aktif hidrogen sianamida (CH N ) 0 g/l. Notodimedjo (99) menyatakan, pemberian hidrogen sianamida pada tanaman apel dapat meningkatkan jumlah daun, luas daun, panjang tunas dan diameter tunas. Dormex diberikan satu kali dalam setiap musim, paling lambat 0 hari setelah rompes. Pemberian ZPT yaitu dengan cara disemprotkan ke tanaman dengan konsentrasi 0 ml/l atau dapat dioleskan (ditutul) ke mata tunas. Agrowisata Krisna menggunakan cara tutul. Penutulan membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak, tapi membutuhkan volume larutan yang lebih kecil daripada penyemprotan. Selain itu ZPT yang diberikan lebih tepat sasaran, hanya diberikan ke mata tunas yang akan ditumbuhkan, karena pemberian ZPT yang berlebihan dapat menyebabkan mata tunas tumbuh terlalu banyak dan berukuran kecil. Penutulan di musim hujan dicampur dengan bahan perekat agar ZPT tidak tercuci oleh hujan. Curah hujan yang terlalu tinggi merupakan penyebab utama gagalnya bunga menjadi buah, karena bunga rontok sebelum maupun sesudah penyerbukan. Presentase rontok yang tinggi dapat menurunkan hasil panen. ZPT tambahan dengan merk dagang Stop Drop diberikan untuk mempertahankan bunga agar menjadi buah. Perlakuan ini hanya diberikan jika hujan cukup lebat, berlangsung lama pada siang hari, dan tanaman terkena serangan penyakit. Stop drop mengandung bahan aktif -Napthaleneacetic acid sodium salt. %. Dosis yang digunakan sebesar -0 g/00 l air. Zat tersebut diaplikasikan sebanyak satu kali yaitu - hari sebelum bunga mekar untuk mencegah kerontokan bunga. Zat pengatur tumbuh dengan merk Atonik, dan Fujiwan diberikan dengan tujuan untuk menambah bobot buah dan meningkatkan jumlah bunga. Atonik mempunyai kandungan bahan aktif natrium orto-nitrofenol g/l, natrium paranitrofenol g/l, natrium - dinitrofenol 0. g/l, dan natrium nitroguaiakol g/l dengan dosis - ml/ l. Fujiwan mengandung bahan aktif isoprothiolane 00 g/l dan.-ditiolan--ilidenetalonat 00 g/l. Dosis yang diberikan sebanyak

34 0.- ml/l. Selain sebagai ZPT, Atonik dan Fujiwan juga berfungsi sebagai fungisida. Cara pemberiannya yaitu disemprot seminggu sekali setelah rompes sampai waktu muncul bunga. Mata tunas mulai terdiferensiasi dan mengalami pecah tunas - minggu setelah perompesan dan pemangkasan (Gambar ). Tunas yang muncul antara lain tunas campuran, tunas tumpul yang ruasnya rapat seperti taji, dan tunas vegetatif (Kusumo, 986). a b Gambar. Mata Tunas yang Mulai Terdiferensiasi; a) Tunas Campuran, b) Tunas Vegetatif Pemupukan Pemupukan di Agrowisata Krisna umumnya menggunakan pedoman pemupukan dari Kebun Bibit Hortikultura Nongkojajar untuk tanaman dengan umur lebih dari enam tahun. Saat magang dilakukan, pemupukan yang dilakukan hanya pemberian pupuk kandang dari kotoran sapi sebanyak dua pikul per pohon (lebih kurang 0 kg). Pupuk kandang dapat memperbaiki dan mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Untung (99) menyatakan, kandungan pupuk kandang dari kotoran sapi yaitu air 8 %, N 0. %, P 0.08 %, dan K 0.08%. Cara pemupukan yang digunakan yaitu dengan membenamkan pupuk kandang melingkari tanaman dengan radius satu meter (Gambar ). Pemupukan dilakukan setelah perlakukan perompesan karena perompesan menyebabkan kandungan nitrogen di dalam daun-daun hilang sebelum sempat disimpan di dalam jaringan kulit batang Soelarso (997).

35 Gambar. Pemberian Pupuk Kandang Tanaman apel untuk pertumbuhannya membutuhkan air yang memadai sepanjang musim. Pertanaman apel di Nongkojajar pada musim kemarau masih tumbuh baik tanpa pengairan karena iklimnya tergolong tropika basah dan tanahnya mempunyai daya kapiler yang baik sehingga mampu mengikat air. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pengendalian OPT yang tidak dilakukan secara berkala akan menyebabkan produktivitas dari tanaman apel menurun dan membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar. Kehadiran gulma di sekitar tanaman apel menimbulkan persaingan dalam memperebutkan unsur hara, mengundang hama penyakit dan merusak perakaran tanaman apel. Pengendalian gulma dilakukan setiap dua bulan sekali secara mekanis maupun kimiawi yaitu menggunakan herbisida Round Up 86 SL. Round Up mengandung bahan aktif isopropilamina glifosat 86 g/l (setara dengan glifosat 60 g/l). Gulma-gulma yang disemprot dengan Round Up akan kering dalam waktu satu minggu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan menggunakan cangkul dan arit. Gulma hasil penyiangan secara manual dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pemilihan teknik pengendalian didasarkan oleh pertimbangan biaya dan banyaknya gulma yang perlu diatasi. Asal tanaman apel yang bukan berasal dari daerah tropika menyebabkan tanaman apel rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang sering

36 menyerang tanaman apel di Agrowisata Krisna antara lain kutu hijau (Aphis pomii), thrips, ulat grayak (Spodoptera litura), kutu sisik, lalat buah, kelelawar, dan burung. Penyakit yang sering menyerang tanaman apel yaitu embun tepung, bercak daun, kanker batang, busuk batang, busuk buah, dan mata ayam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan sekali seminggu. Pestisida yang digunakan bergantung kepada hama dan penyakit yang sedang menyerang. Kutu hijau, thrips, dan ulat grayak dapat diatasi dengan menggunakan insektisida berbahan aktif deltametrin atau beta sifultrin seperti Decis dan Buldok dengan dosis 0. ml/l. Pengendalian juga dapat menggunakan Dursban dengan bahan aktif klorpirifos 00 g/l, dosis yang digunakan - ml/l. Pengendalian kutu sisik menggunakan pestisida berbahan aktif abamektin dicampur dengan kelas penembus jaringan dimana penembus jaringan tersebut yang akan digunakan untuk menembus lapisan lilin pada kutu sisik sehingga pengobatan akan lebih efektif. Contoh serangan hama pada tanaman apel dapat dilihat pada Gambar 6. a b c d e Gambar 6. Gejala Serangan Hama pada Tanaman Apel; a) Aphis pomii, b) Spodoptera litura, c) Kutu Sisik, d) Lalat Buah, e) Burung Pengendalian penyakit dilakukan selaras teknik budidaya dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan memangkas cabang yang terkena penyakit. Pengendalian secara kimiawi menggunakan penyemprotan dengan pestisida berbahan aktif klorotalonil untuk mengatasi busuk buah, Tebukonazol untuk mengatasi bercak daun, Mancozeb dan Propineb untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur. Contoh gejala serangan penyakit pada tanaman apel dapat dilihat pada Gambar 7.

37 6 a b c d e f g h i m Gambar 7. Gejala Serangan Penyakit pada Tanaman Apel; a) Busuk Buah, b) Mata Ayam, c) Nyawo, d) Embun Tepung, e) Bercak Daun, f) Busuk Batang, g) Jamur, h) Nectrina galligena, i) Kanker Batang Serangan hama dan penyakit meningkat di musim hujan sehingga intensitas penyemprotan ditingkatkan menjadi lima hari sekali. Curah hujan yang tinggi selama pengamatan dilakukan membuat penyemprotan menjadi tidak efisien karena pestisida tercuci oleh hujan. Hal ini diatasi dengan penambahan perekat pada larutan pestisida. Penjarangan Buah Penjarangan buah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas buah agar ukuran buah besar dan seragam, warna kulit baik, buah sehat, memudahkan pemeliharaan buah apel, serta mendapatkan distribusi sinar matahari yang lebih banyak dan merata. Jumlah buah yang terlalu banyak dalam satu tunas dapat terjadi jika digunakan ZPT secara berlebih atau pemangkasan yang tidak tepat sehingga buah mengumpul pada beberapa tunas saja. Penjarangan buah di Agrowisata Krisna dilakukan secara manual dengan tangan enam minggu sesudah bunga mekar total. Pada setiap dompolan disisakan maksimal tiga buah yang besarnya seragam dan sehat. Penjarangan buah biasa

38 dilakukan saat musim kemarau. Di musim penghujan, penjarangan buah jarang dilakukan karena persentase fruit set kecil. 7 Panen Panen dilakukan pada saat buah matang secara fisiologis. Jika panen dilakukan saat buah belum siap akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan pembungaan pada musim berikutnya. Tanaman akan menghasilkan tunas vegetatif yang berlebihan dan pembungaan pada musim berikutnya akan banyak gagal terjadi fruit set. Buah yang dipetik terlalu muda akan cepat menjadi keriput. Buah apel yang menjadi keriput beratnya susut mencapai. %, sedangkan buah apel yang dipetik umur tua makin cepat lunak dan masir, cepat mengalami penurunan padatan total terlarut (PTT) maupun jumlah komponen dan konsentrasi cita rasanya dalam penyimpanan (Soelarso, 997). Ciri-ciri buah yang siap dipanen yaitu ujung buah membuka/merekah dan kulit buah mengkilap. Panen dapat dilakukan lebih kurang 0 hari setelah rompes (HSR) untuk kultivar Manalagi dan lebih kurang 6 HSR untuk kultivar Rome Beauty. Apel Anna merupakan apel yang paling cepat dipanen, yaitu HSR. Apel yang dihasilkan Agrowisata Krisna antara lain Rome Beauty, Manalagi, Anna, Wanglin, dan Princess Noble. Apel yang dijual kepada pengepul hanya apel Rome Beauty, Manalagi, dan Anna, sedangkan Princess Noble, dan Wanglin dikonsumsi untuk pribadi dan pengunjung Agrowisata. Karakteristik apel yang dihasilkan Agrowisata Krisna berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 7.

39 No Kultivar Rome Beauty Tabel 7. Kultivar dan Karakteristik Apel yang Dihasilkan Agrowisata Krisna Ciri-ciri. Rasanya asam manis, segar, tidak beraroma. Daging buah putih kekuningan, keras, tekstur kasar. Bentuk buah bulat, kulit tebal berwarna hijau kemerahan. Bentuk daun panjang dengan ujung menyempit Manalagi. Rasanya manis, agak liat dan kering. Daging buah berwarna putih, jika telah masak beraroma harum. Bentuk buah bulat perpori putih dengan warna hijau merata hingga kekuningan. Berdaun lebar dengan warna hijau tua, halus, dan tipis Wanglin. Rasanya manis, segar, teksturnya renyah. Bentuknya bulat dengan pangkal buah mendatar, kulit berwarna hijau kecoklatan. Daun hijau kelabu, permukaan daun berbulu, dengan ujung daun meruncing Anna. Rasanya agak asam manis, agak keset, dan sedikit berair. Daging buah berwarna kuning. Bentuk buah oval, kulit buah halus, tipis, dan berwarna merah tua kombinasi kuning. Berdaun tebal, berujung runcing, dan berwarna hijau muda, tepi daun bergerigi dan agak melipat ke bawah. Princess noble. Buah berbentuk bulat, warna daging buah putih. Warna buah hijau berbintik-bintik putih. Rasa buah segar dan agak masam. Berdaun tebal, berwarna hijau tua dengan ujung meruncing Agrowisata Krisna melakukan sistem rotasi panen pada setiap bloknya, sehingga dihasilkan kontinuitas produksi apel di kebun. Rotasi panen antar blok satu dengan yang lain berjarak sekitar minggu- bulan yang dapat diatur dengan menentukan waktu perompesan dan pemangkasan. Apel yang dihasilkan oleh Agrowisata Krisna dijual kepada pengepul dengan harga berkisar antara Rp Pengepul untuk daerah Nongkojajar berasal dari daerah sekitar lokasi, Batu, dan Malang. Harga jual apel dipengaruhi musim, apabila bunga mekar saat musim penghujan, produksi akan turun dan harga apel meningkat. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai apabila harga panen total setelah ditimbang kurang dari Rp 0 juta, sedangkan apabila penjualan hasil panen total lebih dari Rp 0 juta maka bisa dilakukan dengan cara kredit, pelunasan dilakukan hari kemudian. Apel yang dipanen dibawa oleh pengepul untuk dilakukan sortasi, grading, dan pengemasan untuk 8

40 didistribusikan ke pasar induk Kramat Jati Jakarta untuk dijual ke pasar-pasar atau supermarket di daerah sekitar Jabodetabek dan Bandung. 9 Sortasi dan Grading Agrowisata Krisna tidak melakukan sortasi dan grading sendiri. Sortasi dan grading dilakukan oleh para pengepul. Grade rata-rata pengepul yang mengambil apel di daerah Nongkojajar dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Grade Apel di Daerah Nongkojajar Grade Jumlah Buah (buah/kg) Manalagi Rome Beauty A -6 - B C D - 9- E Kriil > 0 > Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur (008) Secara umum, produksi apel yang dihasilkan Agrowisata Krisna sebagian besar berada pada grade B dan C, masing-masing sebanyak -0%, sedangkan grade A hanya sekitar.-.0%. Hal ini menunjukkan masih diperlukan peningkatan pemeliharaan tanaman sehingga dapat grade dapat ditingkatkan. Hasil panen diletakkan pada keranjang bambu yang berukuran 0.-. kg/keranjang untuk kemudian diantar ke tempat sortasi. Proses sortasi umumnya menggunakan bantuan alat sortasi seperti yang terlihat pada Gambar 8. Gambar 8. Alat-alat dalam Sortasi dan Grading; a) Keranjang Bambu, b) Alat Sortasi

41 0 Pengolahan Pasca Panen Agrowisata Krisna mulai mengusahakan pengelolaan pasca panen berupa pengolahan apel menjadi cuka apel, teh apel, wine apel, jenang apel, dan wingko apel sejak tahun 00. Produk-produk olahan apel dari Agrowisata Krisna dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Produk Olahan Apel Agrowisata Krisna Pengolahan pasca panen ini bertujuan untuk mengantisipasi banyaknya apel yang rusak dan rontok setiap kali panen dan banyaknya apel yang gugur akibat kelalaian pengunjung agrowisata. Setiap tahunnya, Agrowisata Krisna memanfaatkan lebih kurang % dari jumlah apel yang tidak masuk dalam grade sebagai bahan baku pembuatan apel olahan. Keunggulan cuka apel yang diproduksi di Agrowisata Krisna adalah semua bahan baku dalam proses pembuatan cuka apel ini merupakan buah-buahan asli tanpa ada tambahan bahan kimia. Apel yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan cuka apel tidak dibedakan menurut kultivarnya karena jumlah apel yang digunakan sebagai bahan baku terbatas. Saat proses fermentasi dapat diketahui kultivar apel yang paling banyak digunakan untuk memproduksi cuka apel tersebut dari warna cuka apel yang dihasilkan. Cuka apel yang banyak menggunakan apel Manalagi akan menghasilkan warna kekuning-kuningan dan rasanya tidak terlalu asam dibandingkan dengan cuka apel dari jenis apel lainnya. Princess Noble dan Wanglin akan menghasilkan cuka apel berwarna hijau kekuningan, sedangkan Rome Beauty dan Anna akan menghasilkan cuka apel yang berwarna kuning kehijauan.

42 Tahapan pembuatan cuka apel dapat dilihat pada Gambar 0. Pertamatama apel dicuci dengan air bersih, diparut menjadi potongan-potongan tipis dan panjang (a), diperas dengan menggunakan mesin pres (b), kemudian difermentasikan selama kurang lebih satu tahun (c). Selama proses fermentasi dilakukan -6 kali proses penyaringan endapan. Penyaringan dilakukan agar cuka yang dihasilkan terlihat bersih, jernih, dan bening. Cuka apel yang sudah jadi dikemas dalam botol yang sudah disterilisasi dan dipasarkan (d). a b c d Gambar 0. Proses Pembuatan Cuka Apel; a) Apel Hasil Parutan, b) Mesin Pres Apel, c) Galon untuk Wadah Fermentasi, d) Cuka Apel yang siap Dipasarkan Hambatan yang dihadapi perusahaan yaitu pada produksi dan pemasaran cuka apel yang dijalankan. Cuka apel produksi Krisna sangat bergantung pada hasil panen apel, yaitu sekitar % dari keseluruhan produksi apel, sehingga jumlah cuka apel yang dihasilkan tidak sama setiap tahunnya. Proses awal pembuatan teh apel hampir sama dengan cuka apel. Apel disortir kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada apel. Apel-apel diparut menjadi potongan-potongan panjang dan tipis, kemudian dijemur selama - hari dan disterilkan di dalam oven selama beberapa jam, dan selanjutnya dikemas dalam bungkus plastik berukuran satu ons. Aspek Manajerial Karyawan harian lepas direkrut dari penduduk sekitar lokasi Agrowisata Krisna. Besar gaji yang diterima KHL sebesar Rp /hari untuk tenaga kerja laki-laki dan Rp /hari untuk tenaga kerja wanita. Waktu kerja KHL dimulai dari pukul WIB dengan waktu istirahat pada pukul WIB. Manajer yang sekaligus bertugas sebagai pengawas datang lebih awal

43 untuk memeriksa kelengkapan peralatan dan mengecek kondisi lahan. Tugas KHL biasanya sudah diberikan dari hari sebelumnya sehingga bisa dipersiapkan terlebih apabila manajer berhalangan datang atau datang terlambat. Tenaga kerja laki-laki bertugas untuk mengerjakan pemangkasan, pelengkungan cabang, penyemprotan, serta penjarangan buah. Tenaga kerja perempuan bertugas untuk mengerjakan pemupukan, dan pengendalian gulma secara mekanik. Perompesan, pemberian ZPT, dan pemanenan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja dari luar dengan pertimbangan efisiensi waktu. Upah untuk kegiatan perompesan dan pemberian ZPT yaitu sebesar Rp 8,000.00/hari. Kegiatan pengangkutan pupuk kandang juga dilakukan oleh tenaga kerja dari luar dengan sistem upah berdasarkan jumlah pupuk kandang yang diangkut sebesar Rp /pikul. Upah kegiatan pemanenan sebesar Rp /hari yang ditanggung oleh pengepul. Agrowisata Krisna selain memproduksi apel segar juga memproduksi apel olahan berupa cuka apel, teh apel, wine apel, jenang apel, dan wingko apel. Kegiatan pasca panen ini dilakukan oleh dua orang karyawan dengan besar upah disesuaikan dengan hasil penjualan dan jam kerja. Kegiatan sebagai KHL dilakukan oleh penulis selama satu bulan. Tabel 9 membandingkan prestasi kerja karyawan Agrowisata Krisna dengan standar kerja penulis. Prestasi kerja penulis pada kegiatan perompesan dan penutulan ZPT dapat menyamai prestasi kerja karwayan karena kegiatan ini tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus. Pada kegiatan pemangkasan dan pelengkungan cabang, prestasi kerja penulis lebih rendah daripada karyawan karena kegiatan tersebut membutuhkan keterampilan dan latihan. Penulis masih sulit membedakan tunas produktif dan tidak produktif dalam pemangkasan, serta masih belum terbiasa dalam pelengkungan cabang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dari karyawan. Pada kegiatan pemanenan, prestasi kerja penulis lebih rendah daripada karyawan karena kegiatan tersebut membutuhkan tenaga. Karyawan dalam pemanenan berjenis kelamin laki-laki yang cenderung bertenaga lebih besar. Penulis tidak melakukan kegiatan penyemprotan karena penyemprotan memerlukan tenaga yang besar serta cara yang tepat.

44 Tabel 9. Perbandingan Prestasi Kerja Karyawan Agrowisata Krisna dengan Penulis Kegiatan Perompesan Pemangkasan Penutulan ZPT Penyemprotan Pelengkungan Pemanenan Keterangan: HOK = Hari Orang Kerja ( HOK = jam/hari) Prestasi Kerja Karyawan Penulis pohon/hok pohon/hok 0 pohon/hok 6 pohon/hok pohon/hok pohon/hok 0. hektar/hok - pohon/hok 8 pohon/hok 90 kg/hok 0 kg/hok Perusahaan tidak menerapkan standar kerja sehingga evaluasi kegiatan kerja kurang maksimal. Standar kerja sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan kedisiplinan karyawan dan membantu perusahaan mencapai target kerja. Kegiatan sebagai asisten manajer dilakukan penulis selama tiga bulan. Kegiatan yang dilakukan antara lain membantu mengawasi kegiatan karyawan lapangan, mengorganisasikan karyawan, serta membuat laporan kebutuhan fisik dan biaya operasional. Pengelolaan keuangan meliputi pencatatan penerimaan dan pengeluaran setiap hari kerja. Pengeluaran yang dicatat setiap harinya meliputi biaya operasional yang diperlukan untuk setiap kegiatan yang dilakukan, sedangkan penerimaan meliputi penjualan hasil panen, produk pasca panen, serta agrowisata. Satu orang pengawas bertugas mengawasi karyawan yang tersebar di beberapa blok sehingga pengawasan kurang maksimal. Posisi pengawas sebaiknya dibedakan dengan pemimpin, sehingga pengawasan bisa lebih maksimal dan penyimpangan kerja dapat dihindari.

45 PENGELOLAAN PEMANGKASAN PRODUKSI DI AGROWISATA KRISNA Pemangkasan produksi dilakukan sekali setiap musim setelah perompesan. Perompesan maupun pemangkasan produksi dilakukan setelah panen, yaitu sekitar 0 HSP. Perompesan dan pemangkasan yang dilakukan sebelum waktunya tidak akan membentuk bunga, melainkan daun yang tumbuh kurang subur. Keterbatasan tenaga kerja menyebabkan pemangkasan di Agrowisata Krisna tidak dapat dilakukan secara serempak dalam satu waktu dan harus menyesuaikan dengan kemampuan tenaga kerjanya. Waktu pemangkasan yang tidak serempak menyebabkan adanya tingkat perkembangan yang berbeda antara tanaman yang satu dengan yang lain dalam satu blok. Waktu berbunga dan waktu muncul buah berbeda dalam satu blok, sedangkan panen dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, sehingga ada perbedaan tingkat kematangan saat panen Mata tunas pada Manalagi mulai terdiferensiasi sehingga mengalami pecah tunas pada dua minggu setelah pangkas (MSA), sedangkan Rome Beauty mulai terdiferensiasi pada MSA (Tabel 0). Waktu pecah tunas pada apel memang dipengaruhi oleh kultivar. Soelarso (997) menyatakan, waktu pecah tunas Rome Beauty umumnya terjadi pada hari setelah rompes (HSR) sedangkan Manalagi pada 7 HSR. Kultivar Rome Beauty Manalagi Tabel 0. Waktu Pangkas, Pecah Tunas, Bunga Mekar Serempak, dan Muncul Buah Waktu Pangkas Waktu Pecah Tunas Waktu Bunga Mekar Serempak Waktu Muncul Buah MSA HSP 6 HSP 6 HSP 6 HSP 6 Mata tunas pada apel akan mengalami pecah tunas dan terdiferensiasi menjadi tiga macam tunas yaitu tunas campuran, tunas tumpul yang ruasnya rapat seperti taji, dan tunas vegetatif. Tunas campuran terdiri dari bakal bunga yang

46 disampingnya tumbuh daun. Tunas tumpul bisa tumbuh menjadi bunga dan daun atau hanya daun saja, sedangkan tunas vegetatif hanya terdiri dari daun. Tunas pada kultivar Rome Beauty dan Manalagi lebih banyak terdiferensiasi menjadi tunas campuran daripada tunas vegetatif baik pada pemangkasan yang dilakukan pada HSP maupun HSP (Tabel ). Hal ini sesuai dengan tujuan pemangkasan produksi yaitu untuk memelihara tunas yang produktif saja sehingga pemanfaatan unsur hara dan sinar matahari dapat dioptimalkan untuk meningkatkan hasil produksi dan mutu buah. Tabel. Jumlah Mata Tunas Awal, Persentase Pecah Tunas Campuran, dan Persentase Pecah Tunas Vegetatif Jumlah Mata Tunas (0 MSA) Persentase Pecah Tunas Campuran (%) Persentase Pecah Tunas Vegetatif (%) Rome Beauty Manalagi HSP HSP HSP HSP Rome Beauty lebih banyak menghasilkan tunas campuran daripada Manalagi. Hal ini disebabkan karena tunas pada Manalagi berukuran lebih kecil dan lebih rapat daripada Rome Beauty, sehingga sulit dibedakan antara mata tunas yang diperkirakan produktif dan tidak produktif saat dilakukan pemangkasan. Mata tunas yang produktif dan akan dipelihara mempunyai ciri-ciri lebih gemuk dan lebih padat apabila dipegang daripada tunas yang tidak produktif (Gambar ). a b Gambar. Mata Tunas pada Apel; a) Tunas Produktif, b) Tunas Tidak Produktif Waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas vegetatif dan tunas campuran pada akhir pengamatan (Tabel ). Tanaman yang dipangkas

47 pada HSP mengalami pertambahan tunas vegetatif dan tunas campuran lebih banyak daripada tanaman yang dipangkas pada HSP. Hal ini diduga karena pada tanaman yang dipangkas HSP, cadangan makanan juga termanfaatkan untuk pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menjadi terbuang ketika cabang dipangkas. Hal ini menyebabkan tunas kekurangan zat makanan untuk mendukung pembungaan. Rome Beauty Tabel. Jumlah Tunas Vegetatif dan Tunas Campuran per Cabang tunas vegetatif/ cabang tunas campuran/ cabang Manalagi tunas vegetatif/ cabang 6 tunas campuran/ cabang HSP HSP..9 HSP 8.6. HSP.9.0 Hasil uji Hasil uji * * t-student t-student * * Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf % Jumlah Bunga dan Kerontokan Bunga Bunga apel tumbuh pada ujung tunas. Mahkota bunganya berjumlah lima. Bunga Rome Beauty berwarna putih dengan merah muda di tepinya, sedangkan Manalagi berwarna putih (Gambar ). a Gambar. Bunga pada Apel; a) Bunga Rome Beauty, b) Bunga Manalagi Kuncup bunga mulai muncul pada MSA pada kedua kultivar, dan berbunga serempak pada MSA. Hasil uji t-student (Tabel ) menunjukkan bahwa waktu pangkas tidak berbeda nyata terhadap jumlah bunga pada kedua kultivar. Jumlah bunga pada Rome Beauty lebih banyak daripada Manalagi b

48 (Tabel ), hal ini merupakan akibat dari jumlah mata tunas yang terdiferensiasi menjadi tunas campuran pada Rome Beauty lebih banyak daripada Manalagi. Tabel. Jumlah Bunga pada Rome Beauty dan Manalagi Rome Beauty Jumlah Bunga Manalagi Jumlah Bunga HSP. HSP. HSP. HSP. Hasil uji t-student tn Hasil uji t-student tn Bunga mekar serempak pada MSA pada kedua kultivar dan terjadi kerontokan pada dan 6 MSA (Gambar ). Anomali cuaca mengakibatkan hujan deras masih turun pada bulan April. Tercatat ada 0 hari hujan (HH) dengan ratarata curah hujan sebanyak 6. mm/hari dari tanggal April- April 00, yaitu saat bunga muncul pada tanaman contoh. Rome Beauty mengalami tingkat kerontokan yang lebih tinggi daripada Manalagi saat MSA. Hampir 00 % bunga yang tidak diserbuki sudah rontok pada 6 MSA (Tabel ) sementara sisanya rontok pada minggu berikutnya, sedangkan yang berhasil diserbuki akan membentuk pentil buah (fruit set). 7 Kultivar Rome Beauty Manalagi Gambar. Pertambahan Jumlah Bunga pada Kultivar Rome Beauty dan Manalagi Tabel. Tingkat Kerontokan Bunga dan Persentase Fruit Set Waktu Pangkas HSP HSP HSP HSP Tingkat Kerontokan Bunga ( MSA) Tingkat Kerontokan Bunga (6 MSA) Fruit Set %

49 8 Perbedaan tingkat kerontokan bunga pada kultivar Rome Beauty dan Manalagi ini kemungkinan dipengaruhi oleh genetik masing-masing kultivar. Edigius (006) menyatakan, proses pembungaan tanaman apel telah terjadi sejak kuncup dan mulai terbentuk setelah terbentuknya kuncup terminal, sebelum kuncup membuka. Proses terjadinya kuncup bunga ini dipengaruhi oleh sifat genetik masing-masing kultivar, akumulasi hormon florigen, dan faktor lingkungan. Pembentukan Buah (Fruit Set) Curah hujan yang tinggi menjadi kendala utama dalam pembentukan buah tanaman apel. Ashari (00) menyatakan, hujan di samping dapat membatasi atau mencegah aktivitas lebah secara tidak langsung juga menyebabkan terbatasnya penyebaran tepung sari sehingga mengganggu proses penyerbukan. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kelembaban menjadi tinggi sehingga tepung sari menggumpal. Tepung sari yang menggumpal dapat terganggu fertilitasnya dan terhambat penyebarannya, terutama oleh angin. Fruit set terjadi 6 MSA pada Rome Beauty dan Manalagi. Kultivar Manalagi lebih tahan terhadap hujan dibanding Rome Beauty, terlihat dari presentase fruit set Manalagi yang lebih tinggi daripada Rome Beauty (Tabel ). Pada umumnya, kultivar Manalagi memang menghasilkan lebih banyak buah/pohon daripada Rome Beauty. Pada kondisi optimum, Rome Beauty dapat menghasilkan kg/pohon, sedangkan produksi Manalagi dapat mencapai 0 0 kg/pohon. Uji t-student pada Tabel menunjukkan bahwa perbedaan waktu pangkas mempengaruhi jumlah buah pada Rome Beauty. Jumlah buah kedua kultivar yang dipangkas pada HSP lebih tinggi daripada yang dipangkas pada HSP. Hal ini diduga karena pada tanaman yang dipangkas HSP, cadangan makanan juga termanfaatkan untuk pertumbuhan tunas yang tidak produktif dan menjadi terbuang ketika cabang dipangkas. Hal ini menyebabkan tunas kekurangan zat makanan untuk mendukung pembungaan.

50 Tabel. Jumlah Buah pada Rome Beauty dan Manalagi Rome Beauty Jumlah Buah Manalagi Jumlah Buah HSP. HSP 6.9 HSP 0.7 HSP.9 Hasil uji t-student * Hasil uji t-student tn Keterangan: *= nyata pada taraf %, tn= tidak nyata pada taraf % Buah mulai berbentuk pentil pada MSA. Ruhiyat (008) menyatakan, buah apel mengalami fase-fase perkembangan buah sebagai berikut: fase buah sebesar pentil, fase buah sebesar kelereng, fase buah sebesar telur, fase pemasakan buah, dan fase panen. Semua kultivar akan mengalami fase tersebut, akan tetapi saatnya berbeda untuk masing-masing kultivar. Fase perkembangan buah pada kultivar Rome Beauty dan Manalagi dapat dilihat pada Gambar dan. 9 a b c d e Gambar. Fase Perkembangan m Buah pada Apel Rome Beauty; Fase Pentil, b) Fase Kelereng, c) Fase Telur, d) Fase Tua, e) Fase Panen a b c d e m Gambar. Fase Perkembangan Buah pada Apel Manalagi; a) Fase Pentil, b) Fase Kelereng, c) Fase Telur, d) Fase Tua, e) Fase Panen Gambar 6 menunjukkan pertumbuhan buah pada kultivar Rome Beauty dan Manalagi. Diameter buah terus bertambah sejak pentil buah muncul dengan pertambahan diameter yang relatif sama setiap minggunya.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Apel Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Apel Syarat Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Apel Tanaman apel termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Malus, dan spesies Malus sylvestris Mill.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kegiatan budidaya yang diterapkan. Kegiatan budidaya yang dilakukan di Agrowisata Krisna antara lain peremajaan, perompesan, pemangkasan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 28 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan di lapangan dan menuntut aktifitas fisik. Kegiatan aspek teknis yang penulis laksanakan terdiri atas

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum PT. Kusuma Agrowisata Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif PT. Kusuma Agrowisata (PT. KA) terletak di Desa Ngaglik, Kecamatan Batu, Kota Administratif Batu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING Pengertian Pembentukan dan pemangkasan tanaman merupakan bagian penting dari program pengelolaan (management) tanaman buah-buahan. Pembentukan (training)

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!! NAMA : ELI RUSTIKA DEWI NIM : 11.01.2930 KELAS JURUSAN : 11-D3TI-02 : TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 a. Abstrak I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko 1. Pertumbuhan Apel dan Pengaruh Iklim Apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat

Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat Medha Baskara Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya Email : mbaskara@ub.ac.id Setiap mendengar kata Apel yang terlintas di benak kita adalah buah yang segar,

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci