BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media sosial sebagai media yang banyak dianut dan diikuti banyak orang menjadi media yang sangat signifikan dan potensial dalam mengubah persepsi penggunanya dalam berbagai hal. Berbagai kegiatan dapat digunakan untuk menaikkan persepsi atau opini yang dibentuk untuk menambah citra seseorang. Media sosial sebagai media online dapat kapan pun diakses oleh para penggunanya sehingga dapat membentuk sebuah persepsi tersendiri, bila media online tersebut mempunyai tujuan sebagai alat pencitraan, dengan beberapa strategi efektif, personal karakter akan mudah terbangun. Persepsi pengguna media sosial dibentuk untuk memahami personal karakter tersebut. Media sosial yang digunakan sebagai alat pembentukan citra seseorang menjadi stimuli untuk persepsi dapat berkembang. Interpretasi merupakan bentukan dari penggunaan media sebagai alat pencitraan dan persepsi dari berbagai individu. Interpretasi inilah yang menghadirkan pendirian seseorang. Pendirian adalah apa yang sebenarnya dirasakan seseorang. Pendirian, sering disebut juga sebagai sikap, merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam batin seseorang (Nova, dalam Kertamukti, 2015). Media sosial seperti Instagram membentuk visualisasi seseorang dengan segala aktivitasnya. Media seperti ini dapat membentuk dan membangun pendapat umum dengan cara visualisasi yang baik dan sesuai dengan pengharapan masyarakat. Instagram merupakan salah satu media baru yang dirilis pada tahun Kata Insta berasal dari kata Instant yang artinya cepat (dalam kategori membuat foto cepat). Kata Gram berasal dari kata Telegram yang berarti mengirimkan informasi kepada orang lain 1

2 dengan cepat. Bila digabungkan menjadi Instant-Telegram yang kemudian disingkat menjadi Instagram. Jadi, Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Kegunaan utama dari Instagram adalah sebagai tempat untuk mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Pengguna dapat melakukan share location guna memberi tahu kepada pengguna lain yang melihat fotonya, dimana lokasi foto tersebut diambil. Pengguna dapat memberikan komentar dan memberi tanda suka (like) pada foto sebagai respon atau umpan balik untuk pengguna lain. Kini Instagram telah memiliki 400 juta pengguna aktif secara global, yang dicapai hanya sembilan bulan setelah menembus angka 300 juta pengguna. Dari 100 juta pengguna terakhir yang bergabung di Instagram, lebih dari setengahnya tinggal di Asia dan Eropa. Indonesia menjadi negara yang berkontribusi pada jumlah pengguna Instagram terbanyak, selain Jepang dan Brazil. Di Indonesia, pengguna aktif per bulan naik dua kali lipat dari tahun ke tahun (berdasarkan data per Maret 2015). TNS, sebuah lembaga riset dari Inggris, memaparkan beberapa temuan dari studi Pengguna Instagram di Indonesia ; Pengguna Instagram di Indonesia 59% adalah anak muda usia tahun yang terdidik dan mapan. 88% pengguna menggunakan filter dan 97% menggunakan fitur search untuk mencari informasi yang lebih spesifik. 97% menuliskan komentar pada postingan yang menandai (mention) teman-teman mereka yang mendorong proses pencarian di Instagram (Edwin, 2016). Instagram juga merupakan salah satu media sosial yang dapat membangun citra seseorang. Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan, atau 2

3 respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak disukai dari objek tersebut. Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana saja. Citra dapat berjalan stabil dari waktu ke waktu, atau sebaliknya bisa berubah dinamis, diperkaya oleh banyak pengalaman dan berbagai jalan pikiran asosiatif. Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda-beda, tergantung pada persepsi yang ada pada dirinya mengenai objek tersebut (Kertamukti, 2015). Selebgram atau Selebritis Instagram adalah sebuah personal brading yang dilakukan oleh individu dalam membangun citra diri mereka. Selebgram dapat dikategorikan sebagai social media influencer, yang berarti pengguna media sosial yang memiliki kredibilitas di beberapa industri spesifik. Selebgram memiliki akses audiens yang banyak, dengan begitu mereka dapat memersuasi orang lain dengan ciri khas yang mereka miliki. Seorang Selebgram bisa jadi bukan lah seseorang yang terkenal lewat dunia hiburan pada awalnya. Mereka terkenal dan menjadi populer berkat konten-konten di media sosial Instagram mereka yang menarik dan beberapa menimbulkan kontroversi. Selebgram berasal dari kata selebriti dan Instagram. Selebriti sendiri adalah seorang publik figur atau seseorang yang banyak dikenal oleh publik (Shimp, 2003). Seseorang dikatakan sebagai Selebgram ketika dirinya memiliki banyak followers atau pengikut di Instagram. Selebgram yang akan diangkat pada penelitian ini berjumlah tiga orang, mereka memiliki pengikut di Instagram lebih dari akun pengguna, dan memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Pertama, Rachel Vennya, pengikut di Instagramnya sudah lebih dari akun. Rachel terkenal lewat citra dirinya yang glamour dan gaya hidup hedonisnya. Kedua, Tiara Pangestika, pengikut di 3

4 Instagramnya sudah lebih dari akun. Tiara, atau yang lebih akrab dengan nama Tipang, terkenal lewat citra dirinya yang pintar, humoris dan kisah asmaranya yang banyak dijadikan relationship goals oleh para pengikutnya di Instagram. Ketiga, Karin Novilda, pengikut di Instagramnya sudah lebih dari akun. Karin, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Awkarin, terkenal lewat citra dirinya yang memiliki gaya hidup bebas sehingga sering kali menimbulkan kontroversi. Ketiganya dipilih sebagai studi kasus pada fenomena citra diri Selebgram di kalangan remaja karena mereka memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda, sehingga pada tahap analisis data dapat dijadikan bahan perbandingan yang lebih jelas dan tidak bias. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana persepsi remaja pengguna Instagram pada citra C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan identitas diri remaja di media sosial Instagram, serta memaparkan persepsi remaja pada citra D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai persepsi remaja pengguna media sosial pada citra diri pengguna lain yang terbentuk di media sosial tersebut. Subjek penelitian diharapkan dapat mengambil manfaat, mengetahui, dan memahami hal positif dan negatif dari keadaan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan 4

5 bagi para orang tua dan guru dalam memerhatikan dan mengawasi serta memberi bimbingan agar anak remaja mereka tidak terjebak dalam perilaku negatif yang dapat merugikan anak, keluarga, sekolah, maupun masyarakat. E. KERANGKA TEORI 1. New Media: Media Sosial Instagram New media atau media online didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital (Creeber dan Martin, 2009). Definisi lain media online adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu (Lievrouw, 2011). New media merupakan media yang menggunakan internet, berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Putri, 2014). Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang mana merupakan sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang kompleks dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan ke depannya. Internet memiliki kemampuan untuk memberikan kode, menyimpan, memanipulasi, dan menerima pesan (Ruben, 1998). Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan, atau dikelola 5

6 oleh sebuah badan tunggal, tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet (McQuail, 2011). Sebagai media komunikasi, internet memiliki peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator atau penyalur pesan (source) kepada komunikan atau penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dengan mempertimbangkan untung atau rugi dalam setiap interaksi. Dari penjelasan new media di atas maka dapat diketahui new media memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat diakses dimana saja dan kapan saja. 2) Sebagai media transaksi jual beli. 3) Sebagai media hiburan contohnya game online, jejaring sosial, streaming video, dan lain-lain. 4) Sebagai media komunikasi yang efisien. Berikut disampaikan pula beberapa kekurangan dari new media, yaitu: 1) Terbukanya informasi menimbulkan kemungkinan pencurian data pribadi. Hal ini biasa dilakukan hacker dengan tujuantujuan tertentu. 2) Terbukanya arus informasi dan komunikasi juga dapat membawa virus yang berkedok aplikasi dengan mudah menyebar. 3) Rasa ketagihan berlebihan, contohnya pada saat bermain game online atau jejaring sosial. 6

7 Berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal dari berbagai literatur penelitian: 1. Menurut Mandiberg (2012), media sosial adalah media yang mewadahi kerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content). 2. Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to cooperate), di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi. 3. Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UCG) di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di institusi media massa. 4. Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. 5. Meikle dan Young (2012) mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to be shared one-to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu. Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, Nasrullah (2016) mengambil kesimpulan bahwa definisi media sosial digital adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna 7

8 merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Instagram adalah sebuah aplikasi jejaring sosial berbagi foto. Awalnya pada tahun 2010 perusahaan Burbn.inc sebuah perusahaan untuk pengembangan aplikasi telepon genggam berfokus pada HTML5. Namun, setelah melalui proses pengemangan, pada akhirnya menjadi Instagram. Instagram pertama kali diluncurkan melalui App Store pada Oktober Pada April 2012 pengguna Android sudah dapat mengunduh aplikasi ini. Di bulan yang sama, Facebook mengambil alih Instagram dengan harga mencapai USD 1 Miliar. Pusat pengembangan aplikasi Instagram berada di San Fransisco. Setiap harinya, lebih dari 5 juta foto diunggah dan total penggunanya sendiri yang aktif sudah melebihi angka 300 juta. Instagram sebagai media sosial berbagi foto memiliki dasardasar dalam penggunaannya. Menurut Landsverk (2014) dalam Pradiatiningtyas (2016), penggunaan Instagram meliputi: 1) Feed: Pada fitur ini pengguna dapat melihat postingan yang diunggah teman yang sudah diikuti. 2) Popular tab : Fitur ini dapat digunakan pengguna untuk melihat foto yang diunggah pengguna lain, dan pada fitur ini pengguna akan melihat foto yang paling banyak disukai setiap waktunya. Jika ingin mencari suatu hal yang lebih spesifik dapat menuliskannya pada kolom username dan hashtags. 3) News & updates: Dengan fitur ini, pengguna dapat berinteraksi dengan pengguna yang diikuti melalui foto yang diunggah. Like dan/atau comment yang diterima oleh pengguna akan memunculkan notifikasi. 4) Like & comment: Fitur di Instagram ini merupakan sebuah apresiasi dan penghargaan tersendiri bagi pengguna Instagram. Jika pengguna tertarik pada suatu foto maka pengguna tersebut dapat memberikan like pada foto 8

9 dengan memberikan double tab atau menekan simbol love, serta dapat meninggalkan komentar pada foto apabila ingin berinteraksi dengan pengguna lain 5) Your profile: Profil dapat dilihat pada square icon, pada profil tersimpan arsip-arsip foto yang pernah diunggah pengguna. 6) Posting: Posting adalah istilah atau bahasa ketika akan mengunggah foto. Saat ini Instagram memiliki fitur baru yaitu InstaStory, dimana pengguna dapat mengunggah momen pada InstaStory yang hanya dapat bertahan selama 24 jam, dengan durasi apabila itu video selama 15 detik, dan fitur Boomerang yaitu gambar bergerak berulang dengan durasi 5 detik. Pengguna pun dapat berkirim pesan dan gambar secara privat lewat direct message yang masuk ke dalam fitur InstaChat. 2. Interaktivitas di Media Baru Williams, Rice, dan Rogers, 1998 (Tankard, 2001 dalam Wiratmi, 2012) mendefinisikan interaktivitas sebagai the degree to which participants in a communications process have control over, and can exchange roles in, their mutual discourse. Dengan kata lain, partisipan mempunyai kontrol terhadap peran, dan dapat bertukar peran di dalamnya. Sesuai dengan perkembangan teknologi, interaktivitas sering didefinisikan sebagai potensi yang dimiliki oleh pengguna atau user untuk menjadi sumber atau penerima dari isi atau konten interaksi. Seperti Williams, 1988 (Lievrouw & Livingstone, 2006 dalam Wiratmi, 2012) yang mendefinisikan interaktivitas sebagai derajat dimana partisipan dalam suatu proses komunikasi saling mengontrol dan bertukar peran dalam perbincangan suatu wacana. Heeter (1989) mendeskripsikan interaktivitas media menjadi enam dimensi yaitu, tersedianya pilihan, usaha dari pengguna, tingkat 9

10 respon dari media, monitoring dengan sistem, informasi yang dapat ditambahkan, dan fasilitas dari komunikasi interpersonal (Lievrouw & Livingstone, 2006 dalam Wiratmi, 2012). Steuer (1992) menyebut interaktivitas sebagai sebuah perkembangan, dimana setiap pengguna dapat berpartisipasi dalam memodifikasi format atau bentuk dan isi dari lingkungan media dalam suatu waktu (Wiratmi, 2012). Tingkat interaktivitas yang terjadi dalam suatu media tergantung dari kadar dimana fitur-fiturnya tidak hanya menghadirkan interaksi dari seorang receiver, tetapi juga menyajikan interaksi bagi orang banyak (Roehm & Hougtvedt, 1999 dalam Wiratmi, 2012). Dalam pandangan fungsional, tingkatan interaktivitas diterjemahkan sebagai kapasitas sebuah interface (sistem) untuk mengadakan sebuah dialog atau pertukaran informasi antara user dengan interface. Berangkat dari definisi yang diungkapkan oleh Heeter (1989) yang menyebutkan bahwa interaktivitas terletak pada aspek teknologi dari media, beberapa peneliti telah mengoperasionalkan konsep fiturfitur fungsional seperti link , feedback, forms, chat room, dan unduhan audio maupun video. Keberadaan fitur-fitur interface tersebut adalah bukti yang cukup dari interaktivitas. Semakin banyak jumlah sebuah fitur yang terkandung dalam sebuah website, semakin besar interaktivitasnya (Sundar, 2003 dalam Wiratmi, 2012). Rogers (1998) membagi interaktivitas ke dalam enam dimensi (Wiratmi, 2012), yaitu: 1. Internet mampu memberikan informasi dari pada sekedar persuasi. 2. Kontrol terletak pada pengguna internet. 3. Aktivitas banyak dilakukan oleh pengguna aktif. 4. Komunikasi yang terjadi dua arah. 10

11 5. Waktu yang digunakan dalam komunikasi lebih fleksibel dari pada terjadwal (periodisasi seperti dalam media cetak). 6. Komunikasi berlangsung pada suatu tempat yang diciptakan oleh para consumer. McMillan (Wiratmi, 2012) membagi interaktivitas ke dalam tiga bentuk interaktivitas, yaitu: 1. User to system: Merupakan tipe interaktivitas yang berarti interaksi dengan teknologi web, seperti mengunduh, me-link ke fitur web tertentu dan meng-klik. Komunikasi ini bersifat satu arah, yaitu pengunjung berinteraksi dengan situs melalui penggunaan poling, pendaftaran sebagai sukarelawan, dan lain sebagainya. 2. User to user: Memiliki karakteristik antar penggunanya ataupun antar pengguna dengan host (pengelola situs) dengan format kirim dan respon yang ditemukan dalam pesan singkat, chat yang dimoderasi, dan juga forum diskusi. 3. User to document: Bentuk interaksi kali ini terjadi dalam konstruksi yang terbagi dalam pesan website, seperti bagaimana pengguna berinteraksi dengan suatu website dengan cara memosting komentar. Menurut McMillan, interaksi ini melibatkan penciptaan ulang, isi atau konten yang dilakukan oleh host ketika ia memosting informasi atau menyajikan informasi yang dapat mengubah isi pesan dari situs tersebut (Lievrouw & Livingstone, 2006 dalam Wiratmi, 2012). Apabila dilihat dari perspektif user-message interaction William, Rice, dan Rogers (1988) dalam (Severin & Tankard, 2001 dalam Wiratmi, 2012) mendefinisikan interaktivitas sebagai tingkatan dimana pada proses komunikasi para partisipan memiliki kontrol terhadap pesan dan dapat bertukar peran dalam dialog mereka. Menambahkan hal tersebut, Steuer (1992) dalam (Wiratmi, 2012) 11

12 mengatakan interaktivitas sebagai kemampuan user atau pengguna untuk mengontrol dan memodifikai pesan-pesan. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengontrol pesan yang mereka terima dan mengatur pesan sesuai kebutuhan mereka. 3. Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya (Slamento, 2005 dalam Kartika, 2013). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa persepsi bukan hanya sebatas pada penginderaan terhadap objek atau lingkungan saja, akan tetapi lebih luas seseorang yang mengalami atau mengamati terhadap objek atau lingkungan yang memberikan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian pandangan atau pendapat. Persepsi seseorang dapat berubah-ubah, misalnya dari baik menjadi buruk atau sebaliknya. Persepsi terjadi melalui proses atau tahapan tertentu, seperti dikatakan Mar at, 2004 (Kartika, 2013), persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat sesuatu. Komponen kognisi akan berpengaruh terhadap prediposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tersebut. Persepsi juga tersirat dalam bentuk sikap, sehingga lainnya suatu proses yang dinamakan persepsi adalah lahirnya suatu sikap dari seseorang yang dapat bersifat positif (baik), biasa saja (cukup baik), atau negatif (tidak baik). Persepsi menurut Thoha, 2001 (Kartika, 2013) meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai 12

13 lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu proses pengamatan terhadap suatu objek yang di dalamnya menyangkut tanggapan kebenaran langsung, dan keyakinan terhadap objek tersebut. Secara umum dan keseluruhan, persepsi dapat diartikan sebagai kesan-kesan, penafsiran seseorang terhadap objek tertentu yang didapat melalui panca inderanya. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa persepsi adalah suatu kesan atau tanggapan sebagai akibat dari adanya suatu proses pengamatan seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi sebagai suatu kesan atau tanggapan yang timbul sebagai akibat adanya suatu proses pengamatan seseorang terhadap objek tertentu menyebabkan persepsi seseorang tidak akan sama dengan orang yang lain. Setiap individu dalam memberikan tanggapan terhadap suatu objek tentunya akan berlainan. Hal ini dikarenakan pandangan seseorang dipengaruhi oleh wawasan, pengalaman, serta pengetahuannya terhadap suatu objek yang dihadapkab. Menurut Mar at, 2004 (Kartika, 2013), persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala berfikir, dan pengetahuannya. Faktor pengalaman, proses belajar, atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek tertentu. Menurut Sarwono, 2001 (Kartika, 2013), yang memengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut: a. Hubungan: Seseorang biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu atau dua objek sama. Dengan adanya memfokuskan perhatian tersebut maka akan terjadi persepsi di antara mereka. 13

14 b. Harapan: Harapan seseorang akan rangsangan yang timbul. c. Kebutuhan: Kebutuhan sesaat atau kebutuhan yang tetap pada diri seseorang akan memengaruhi persepsi orang tersebut. d. Sistem nilai: Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi seseorang. Proses terbentuknya persepsi seseorang terhadap suatu objek lingkungannya didasarkan pada stimulus atau yang sedang dihadapinya. Berkenaan dengan hal tersebut, Thoha, 2001 (Kartika, 2013), mengemukakan bahwa subproses persepsi dapat terdiri dari suatu situasi yang hadir pada seseorang, disini seseorang menghadapi kenyataan yang harus dilihat dan diartikan. Sesuai dengan keadaan tersebut, maka setelah seseorang mengetahui keadaan lingkungannya, semua itu diresapi pada ingatan dan pikirannya. Sampai orang tersebut kemudian mengartikan atau menginterpretasikan tentang lingkungan yang dihadapinya. Proses terakhirnya, orang-orang tersebut akan memberikan umpan balik (feedback). Menurut Krech dan Crutfield, dalam Suwartinah, 2001 (Kartika, 2013), faktor yang menentukan persepsi seseorang adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan: Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan memengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi. b. Kesiapan Mental: Suasana mental seseorang akan memengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. c. Suasana Emosi: Seseorang dalam keadaan sedih, senang, maupun gelisah, akan sangat memengaruhi persepsi terhadap objek rangsangan. 14

15 d. Latar Belakang Budaya: Latar belakang budaya dimana orang tersebut berasal akan memengaruhi dan menentukan persepsi orang tersebut terhadap suatu objek rangsangan. Dengan demikian ada banyak faktor yang memengaruhi persepsi, baik faktor yang terdapat dalam diri maupun yang berasa; dari luar individu. Faktor yang terdapat dalam diri individu dapat berubah pengetahuan yang merupakan hasil dari proses belajar yang menimbulkan wawasan berpikirnya. Pengalaman yang akan melahirkan ciri kepribadian serta kebutuhan tertentu terhadap objek, sedangkan faktor yang berasal dari luar individu, dapat berupa sistem nilai, norma, atau aturan yang ditetapkan lingkungan masyarakat, maupun hasil dari proses perubahan yang terjadi sehingga memengaruhi persepsi. Menurut Rakhmat, 2003 (Kartika, 2013), proses terbentuknya persepsi adalah sebagai berikut: a. Stimulus atau Situasi yang Hadir: Awal mula terjadinya persepsi adalah ketika seseorang dihadapkan pada stimulus atau situasi. Stimulus atau situasi tersebut biasanya berupa penginderaan dekat dan langsung atau berupa lingkungan sosiokultural dan fisik yang menyeluruh dari stimulus tersebut. b. Registrasi: Registrasi disini merupakan suatu gejala yang tampak, yaitu mekanisme fisik untuk mendengar atau melihat suatu informasi, maka mulailah seseorang tersebut mendaftar, mencerna, dan menyerap semua informasi. c. Interpretasi: Tahap selanjutnya setelah informasi tersebut terserap, kemudian proses terakhirnya adalah penafsiran terhadap informasi tersebut. Interpretasi ini merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting karena proses tergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang berbeda dengan orang lain sehingga interpretasi seseorang terhadap suatu informasi atau stimulus akan berbeda dengan orang lain. 15

16 d. Umpan Balik: Merupakan suatu proses yang terakhir, dimana setelah seseorang menafsirkan informasi tersebut, akan muncul reaksi yang baik atau mendukung, cukup baik, dan tidak baik atau menolak. Persepsi merupakan suatu proses seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambar yang bermakna tentang dunia. Persepsi merupakan proses pengamatan atau pengetahuan mengenai suatu objek atau kejadian tertentu dengan menggunakan alat-alat indera tertentu sebagai perantaranya. Persepsi terbentuk melalui tahapan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan proses terbentuknya persepsi menurut DeVitto, 2004 (Kartika, 2013), timbulnya suatu persepsi dapat terjadi melalui tiga tahapan yang saling terkait, saling memengaruhi, bersifat kontinyu, campur baur, dan tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Penjelasan mengenai tahapan dalam proses persepsi DeVitto (Kartika, 2013), adalah sebagai berikut: a. Stimulasi pada alat indera (sensory stimulation): Pada tahap ini, alat-alat indera distimulasi atau dirangsang akan keberadaan suatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki kemampuan penginderaan untuk merasakan stimulus, manusia tidak selalu menggunakannya. b. Stimulasi terhadap alat indera diatur: Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indera diatur menurut berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan prinsip proximitas, atau kemiripan. Sebagai contoh, seseorang memersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai satu kesatuan, dan menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lainnya adalah prinsip kelengkapan (closure). Manusia cenderung memersepsikan gambar atau pesan yang dalam kenyataannya tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagian- 16

17 bagian gambar atau pesan yang tampaknya logis untuk melengkapi gambar atau pesan tersebut. c. Stimulasi alat indera ditafsiran dievaluasi: Langkah ketiga adalah penafsiran evaluasi, kedua istilah tersebut digabungkan guna mengeaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subjektif yang melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat tersebut dan lain sebagainya. 4. Identitas Diri dan Remaja Identitas diri merupakan susunan gambaran diri individu sebagai seseorang. Menurut Michael Hecth (Littlejohn, 2009) pada teori komunikasi tentang identitas, identitas adalah sebuah penghubung utama antara individu dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan hubungan ini terjadi. Identitas yang ada adalah kode yang mendefinisikan keanggotaan individu dalam komunitas yang beragam. Kode yang terdiri dari simbol, seperti bentuk pakaian dan kepemilikan; dan kata-kata, seperti deskripsi diri atau benda yang biasanya individu katakan; dan makna yang individu dan orang lain hubungkan terhadap bendabenda atau atribut-atribut tersebut. Masalah identitas termasuk dalam tradisi sosiokultural dalam tradisi ilmu komunikasi, mengenai gagasan bahwa realitas dibangun melalui proses interaksi yang terjadi pada suatu kelompok (Craig dalam Littlejohn, 2009). Hauge dan Lappergard (2007) pun mendefinisikan identitas sebagai kepribadian (karakter) seorang individu yang menjadi pembeda dengan kepribadian individu lain. Identitas berguna untuk proses interaksi individu dengan individu lain. 17

18 Identitas berguna untuk proses interaksi individu dengan individu lain di kehidupan sehari-hari. Karena menurut Burke (1980 dalam Turner, 2013) individu membawa pandangan umum dari dirinya dalam semua situasi, atau dalam mengidealkan diri, yang bekerja dalam dirinya untuk image diri yang ditunjukkan saat berinteraksi dari waktu ke waktu (Burke, 1980 dalam Turner, 2013). Dalam melakukan proses interaksi dalam media sosial, individu dimungkinkan dapat mengekspresikan identitas, mengeksplornya bahkan bereksperimen dengan identitasnya berdasarkan pada pengalaman yang dia alami saat berinteraksi (Code, 2013). Oleh karena itu muncul istilah identitas online seorang individu. On the Internet, people are able to communicate with each other without being physically in the same space and even completely anonim, McKenna (2007) suggests that in such conditions people are able to share aspects of their inner or true self that might be more difficult to express in the physical world (Jukuri, 2013). Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa identitas online seorang individu bisa berbeda dengan identitas tersebut di dunia atau realitas sosial. Ini merujuk pada anggapan bahwa setiap individu mempunyai multi identitas, setiap individu memiliki banyak identitas dengan pertimbangan dengan siapa individu berinteraksi (Burke, 2001). Terdapat beberapa macam pengguna berdasarkan profil yang ditampilkan dalam jejaring sosial. Bayd & Ellison (2007) menemukan terdapat dua pengguna situs jejaring sosial dalam menjelaskan profilnya, yaitu individu yang mencantumkan profil secara autentik (sama) dan individu yang mencantumkan profil yang bukan dirinya atau fakesters. Remaja adalah salah satu tahap tumbuh kembang seorang manusia. Pada masa remaja, sering kali manusia masih mencari jati 18

19 diri dengan cara mencoba apa saja yang membuat rasa penasaran itu muncul. Ketika rasa penasaran itu dicari tahu secara mendalam dan diaplikasikan ke dalam kehidupannya, maka disitulah remaja mulai melakukan penyeleksian mana yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Walau pun hal tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan remaja itu sendiri. Menurut Sarwono (2004) masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini sering kali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan; di satu keadaan ia masih kanak-kanak, tetapi di lain keadaan ia sudah harus bertingkah seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, sering menyebabkan perilaku-perilaku yang aneh, canggung, dan apabila tidak dapat dikontrol akan menjadi kenakalan dalam usaha untuk mencari identitas dirinya sendiri. Berikut adalah fase masa remaja: a. Masa pra-remaja: tahun Yaitu periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemasakan seksual yang sesungguhnya, tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologi yang berhubungan dengan pemasakan beberapa kelenjar endokrin. b. Masa remaja awal: tahun Yaitu periode dalam rentang perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. c. Masa remaja akhir: tahun Berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 19

20 5. Citra Diri Citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum. Pendapat ini didukung oleh Susanto (2001), citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi kepribadian, karakter, tubuh, dan penampilan inidvidu. Sedangkan menurut Burns (1993) citra diri merupakan sumber utama dari banyak kepuasan, karena citra diri merupakan proses dimana individu menguji kapasitas-kapasitasnya menurut standar dan nilai-nilai pribadinya yang telah diinternalisasikan dari masyarakat. Citra diri seperti yang dijelaskan Hadiwibowo (2003) adalah gambaran seseorang terhadap diri sendiri atau pikiran seseorang tentang pandangan orang lain terhadap dirinya, terkait dengan bagaimana cara seseorang memandang dirinya dan bagaimana berpikir tentang penilaian orang lain terhadapnya. Begitu juga dengan pendapat dari Prakoso (2003) yang menjelaskan bahwa citra diri meliputi perangkat penampilan, tingkah laku, pola berpikir dan emosi, serta kepribadian secara keseluruhan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra diri adalah gambaran tentang diri yang dibuat inidividu mengenai penampilan diri dan perasaan yang meyertainya berdasarkan penilaian dari diri sendiri maupun pandangan orang lain terhadap dirinya. 20

21 F. KERANGKA KONSEP G. SUBJEK PENELITIAN Pemilihan informan dalam penelitian ini didasarkan pada teknik purposif random sampling. Hal ini bertujuan agar informan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan masalah yang diteliti, walaupun tidak mewakili keseluruhan, mengingat bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi pada hasil penelitian. Para informan yang akan dipilih berusia sekitar tahun, memiliki akun Instagram, serta mengetahui ketiga akun 21

22 Para informan memiliki latar belakang kehidupan dan pendidikan yang berbeda agar muncul hasil penelitian yang variatif. H. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode etnografi. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan rinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi yang terjadi (Creswell, dalam Sutisna, 2008). Bogdan dan Taylor (Moleong, dalam Sutisna, 2008) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat memberikan pertanyaan, menganalisis, dan mengonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih jelas (Sutisna, 2008). Studi etnografi merupakan salah satu dari lima tradisi kualitatif (Creswell, dalam Wakhudin, 2009), yaitu biografi, fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus. Penelitian ini disebut juga dengan penelitian alamiah (naturalistic), naturalistic inquiry, atau qualitative inquiry. Model etnografi adalah penelitian untuk mendeskrispikan kebudayaan sebagaimana adanya, Model ini berupaya memelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek studi. Metode ini terkait bagaimana subjek berpikir, hidup, dan berperilaku. 22

23 Ciri-ciri penelitian etnografi adalah analisis data yang dilakukan secara holistik, bukan parsial. Ciri-ciri lain seperti dinyatakan Hutomo (Sudikan, dalam Sutisna, 2008), antara lain: a. Sumber data bersifat ilmiah, artinya peneliti harus memahami gejala empirik (kenyataan) dalam kehidupan sehari-hari. b. Peneliti merupakan instrumen yang paling penting dalam pengumpulan data. c. Bersifat deskriptif, data diteliti, dilihat, dibaca, dikombinasikan, diabstrakan, dan ditarik kesimpulan. d. Digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu atau studi kasus. e. Analisis bersifat induktif. f. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama. g. Kebenaran data harus dicek dengan data lain (data lisan dicek dengan data tulis). h. Pengumpulan data menggunakan purposive sampling dan bukan probabilitas statistik. Deskripsi mendalam penentuan sampel pada penelitian kualitatif metode etnografi, adalah sebagai berikut (Sutisna, 2008): a. Seleksi sederhana, artinya seleksi hanya menggunakan satu kriteria saja. Pada penelitian ini kriteria yang digunakan untuk informan adalah usia, yaitu remaja akhir usia tahun. b. Seleksi komprehensif, artinya seleksi berdasarkan kasus, tahap, dan unsur yang relevan. Pada penelitian ini seluruh informan mengetahui dan mengikuti ketiga akun c. Seleksi kuota, artinya apabila populasi besar jumlahnya, populasi dapat dijadikan beberapa kelompok misalnya menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Pada penelitian ini jumlah informan yang dipilih adalah lima orang, dengan tujuan agar hasil data variatif namun tetap dapat dideskripsikan secara mendalam. Kelima informan berjenis kelamin perempuan dan memiliki status pelajar dan atau mahasiswi. 23

24 d. Seleksi menggunakan jaringan, artinya seleksi menggunakan informasi dari salah satu warga pemilik budaya. Pada penelitian ini seluruh informan menggunakan Instagram untuk melihat akun Selebgram sebagai sumber informasi mereka. e. Seleksi dengan perbandingan antarkasus, dilakukan dengan membandingkan kasus-kasus yang ada, sehingga diperoleh ciri-ciri tertentu. Pada penelitian ini studi kasus yang diambil sejumlah tiga Selebgram agar masing-masing citra dirinya dapat dideskripsikan secara berbeda sebagai pembanding oleh para informan. 24

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model komunikasi yang dimiliki Laswell berbentuk sederhana. Model tersebut menyatakan bahwa terdapat lima unsur model komunikasi yaitu sumber (Source), pesan

Lebih terperinci

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTAGRAM

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTAGRAM SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTAGRAM Eka Indriani eka.indriani@raharja.info Abstrak Saat ini media sosial berkembang sangat pesat salah satunya yaitu media sosial Instagram. Instagram merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau tanggapan. Menurut Slamento (2006: 20), persepsi adalah proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Media Sosial Instagram Media sosial merupakan salah satu produk hasil dari perkembangan- perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini.

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung.

BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING. telah diperoleh pada saat penelitian berlangsung. BAB IV ANALISIS DATA FACEBOOK DAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA PUBLISHING A. Temuan Penelitian Pada penelitian kualitatif dibutuhkan analisis data berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi yang berkembang selalu dibutuhkan manusia untuk mendapatkan informasi dan juga berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan pun semakin luas, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan digital, jangkauan global, interaktivitas, may to many communications,

BAB I PENDAHULUAN. jaringan digital, jangkauan global, interaktivitas, may to many communications, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Internet disebut sebagai sebuah media baru yang sifatnya multimedia dan interaktif. Karakteristik unik dari media baru yang menggabungkan konvergensi, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya

BAB I PENDAHULUAN. tentunya. Salah satu dampak negatif dari era globalisasi adalah munculnya gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang membutuhkan orang lain untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup, untuk itu manusia hidup

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat secara umum. Kebutuhan akan internet sudah sangat tinggi, terutama di kotakota besar yang sudah terfasilitasi

Lebih terperinci

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Nurul Rezekiah Putri 110904102 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Ask.Fm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, secara kodrati manusia hidup bersama dengan orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna situs media sosial saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini sangatlah cepat, dimana perubahan banyak terjadi dalam tatanan kehidupan manusia, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan media baru sebagai perkembangan teknologi media, menandakan bahwa media sendiri berubah, seiring dengan perkembangan teknologi dan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian. 69 BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil penelitian ini adalah data yang kemudian

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. ini dilakukan dengan melakukan observasi, interview online dan offline,

BAB IV PENUTUP. ini dilakukan dengan melakukan observasi, interview online dan offline, BAB IV 4.1 Kesimpulan PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengeskplorasi fenomena komunikasi ewom di Instagram dalam promosi produk kuliner yang dilakukan oleh food Instagrammer professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pengguna media sosial, memeriksa dan meng-update aktifitas terbaru ke dalam media sosial adalah sebuah aktifitas yang lazim dilakukan. Seseorang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI

2015 PERSEPSI SISWI TERHADAP PENCITRAAN IDEAL REMAJA PUTRI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Istilah persepsi berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat. pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dari konvensional ke digital membuat pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Adanya internet menjadi bukti mempermudah pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan komunikasi massa kian pesat dan kompleks, serta menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan manusia. Pemanfaatan teknologi informasi memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi, dan komunikasi saat ini membawa masyarakat Indonesia pada Second era of globalization dimana era ini dikenal dengan era digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Instagram merupakan media sosial yang sangat berkembang pesat di dunia Internet, banyak sekali yang menggunakan media sosial dari berbagai kalangan untuk keperluanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi pada masa kini menyuguhkan media komunikasi yang semakin variatif. Dahulu, kita hanya mengenal media komunikasi tradisional:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet muncul dipertengahan 1990-an sebagai medium massa baru yang amat kuat. Internet adalah jaringan kabel, telepon dan satelit yang menghubungkan komputer.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web

BAB I PENDAHULUAN. berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media sosial saat ini telah menjadi trend dalam komunikasi pemasaran. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini fenomena digital mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kemudahan dalam penggunaannya menjadi kelebihan digital dibandingkan pendahulunya yaitu analog.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah jam hanya untuk mengakses internet dan layanan teknologi baru lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, saat ini individu tidak hanya hidup di dunia nyata, tetapi juga memiliki kehidupan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan teknologi membuat facebook dapat diakses dimana saja, kapan saja dan melalui apa saja. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan Internet memengaruhi cara orang-orang menghabiskan waktu luang. Internet merupakan salah satu cara mudah, relatif murah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sangat berkembang seperti saat ini khususnya dibidang teknologi menjadikan informan lebih mudah untuk mengkomunikasikan dan mengiklankan sesuatu kepada

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Media sosial saat ini sudah menjadi kebutuhan teknologi yang penting bagi kita semua pengguna manfaatnya karena dari media sosial itulah kita bisa mengakses berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipastikan terisolasi dari lingkungan sekitarnya.harold D. Lasswell dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipastikan terisolasi dari lingkungan sekitarnya.harold D. Lasswell dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan satu hal yang wajib untuk dilakukan manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Selama hampir dua puluh empat jam, manusia berkomunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi

Lebih terperinci

Oleh: Qoriah A. Siregar

Oleh: Qoriah A. Siregar RESENSI BUKU Judul : Komunikasi Antarbudaya (Di Era Budaya Siber) Penulis : Rulli Nasrullah Tebal Buku : VIII + 198 hlm Edisi : I, 2012 Penerbit : Kencana Prenada Media Group Buku ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini berangkat dari hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMP Negeri 10 Bandung kelas VII-C selama 2 kali pertemuan pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk penerimanya sehingga dapat bermanfaat dan dapat digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan manusia. Informasi sendiri merupakan data yang sudah diolah/diproses ke dalam bentuk yang sangat berarti

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar 1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Lebih terperinci

Dessy Irmawati, M.T.

Dessy Irmawati, M.T. Dessy Irmawati, M.T. PEMBUATAN AKUN INSTAGRAM DAN TIPS PROMOSI MENGGUNAKAN INSTAGRAM PPM di Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Bantul Tahun 2016 Oleh Dessy Irmawati Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika

Lebih terperinci

INSTAGRAM CAROUSEL, FITUR TERBARU DARI INSTAGRAM

INSTAGRAM CAROUSEL, FITUR TERBARU DARI INSTAGRAM INSTAGRAM CAROUSEL, FITUR TERBARU DARI INSTAGRAM Eka Indriani eka.indriani@raharja.info :: http://ilmuti.org/author/ekaindriani/ Abstrak Pada artikel pertama mengenai Sejarah dan Perkembangan Instagram,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era digital seperti sekarang, semuanya bergantung kepada teknologi, salah satu hasil dari teknologi adalah internet, yang mengandung banyak situs di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era informasi internet memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Internet menjadi media yang banyak digunakan oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1 Gambaran Umum Path adalah nama dari sebuah aplikasi media sosial yang dapat digunakan pada smartphone berbasis Android maupun ios yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Internet kini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Sejak internet masuk ke Indonesia jumlah pengguna internet di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Youtube telah menjadi fenomena yang mendunia yang merupakan situs video sharing yang berfungsi sebagai sarana untuk berbagi video secara online. Situs ini memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim  dan menjelajahi interenet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Whatsapp adalah sebuah aplikasi chatting pada yang biasanya tersedia di bursa smartphone yang memungkinkan penggunanya berbagi gambar dan pesan. Whatsapp adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (2004) memprediksi situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kearah kehidupan yang sangat kompetitif. Andersen (2004) memprediksi situasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, sebagian demi sebagian akan bergeser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan asing dari luar negeri. Hampir setiap hari libur atau weekend kota

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan asing dari luar negeri. Hampir setiap hari libur atau weekend kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota yang ramai dan sering dikunjungi oleh para wisatawan yang berdatangan dari luar kota maupun wisatawan asing dari luar

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber :

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber : BAB I PENDAHULUAN Media sosial adalah sebuah teknologi komunikasi yang saat ini marak digunakan oleh manusia (khususnya remaja) dalam beriteraksi sehari-hari. Dilansir dari website smartbisnis.com, Pengguna

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), batasan usia remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Memasuki era globalisasi yang identik dengan istilah modernisasi, hampir semua aspek kehidupan manusia pada masa kini mengalami berbagai perubahan.

Lebih terperinci

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang membutuhkan, namun sebagian besar orang dari semua kalangan diseluruh dunia. Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Komunikasi memiliki istilah dalam bahasa Inggris yang disebut communication atau dari kata communis yang memiliki arti sama atau sama maknanya atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

INTERNET DASAR DEFINISI INTERNET

INTERNET DASAR DEFINISI INTERNET INTERNET DASAR Modul Pelatihan dan Pendampingan Rumah Kreatif BUMN DEFINISI INTERNET Internet adalah jaringan besar yang saling berhubungan dari jaringan-jaringan komputer yang menghubungkan orangorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Media sosial hadir sebagai media baru dalam berkomunikasi dimana saat ini berkomunikasi tidak hanya secara tatap muka tetapi juga melalui saluran media. Media sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan salah satu hal paling penting dalam kehidupan manusia. Semua manusia pasti berinteraksi dan bersosialisasi dengan cara berkomusikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan metode dan teknik penelitian, yang berupa: persiapan pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Instagram

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Instagram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pada penelitian skripsi ini objek yang diambil oleh penulis adalah media sosial Instagram. 1.1.1 Sejarah Instagram Instagram adalah sebuah aplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan tersebut terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan tersebut terdapat di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berbahasa ada empat ketampilan yang harus dikuasai, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan tersebut terdapat di dalam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu secara konvensional maupun moderen. Secara moderen, komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. itu secara konvensional maupun moderen. Secara moderen, komunikasi dapat BAB I PENDAHULUAN! 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat pada bidang teknologi komunikasi saat ini, memungkinkan berbagai macam cara dilakukan untuk berkomunikasi. Baik itu secara konvensional maupun

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Tuhan Yang Maha

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan manusia dengan bentuk dan fungsi yang sempurna karena manusia memiliki akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi telah memasuki babak baru seiring dengan perkembangan sarana telekomunikasi yang pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Internet (interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial, dan komunikasi adalah hal yang telah menjadi kebutuhan. Pada awalnya manusia hanya bisa berkomunikasi secara verbal atau secara simbolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin berkembang dan maju, terutama dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Seperti yang kita kenal dalam dunia informatika

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg dan mulai resmi dapat di akses secara umum pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia tidaklah pernah dalam kondisi statis. Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia tidaklah pernah dalam kondisi statis. Dinamika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia tidaklah pernah dalam kondisi statis. Dinamika kehidupan manusia merupakan perubahan yang tidak pernah bisa di hindari. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. pengamatan lapangan yang sudah direduksi dan di buat kategori-kategorinya

BAB IV ANALISIS DATA. bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. pengamatan lapangan yang sudah direduksi dan di buat kategori-kategorinya 94 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Pada bab ini analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media Sosial sekarang ini tengah populer di kalangan masyarakat dunia, selain memberikan hiburan, media sosial juga memiliki peranan dalam memberikan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi era digital dewasa ini sangat pesat. Dengan begitu banyak bermunculan teknologi yang semakin canggih dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

2 gambar terbaik untuk mengatur kesan yang baik kepada orang lain. Hal ini terlihat, data dari Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2015 tercatat lebih da

2 gambar terbaik untuk mengatur kesan yang baik kepada orang lain. Hal ini terlihat, data dari Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2015 tercatat lebih da BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya media komunikasi internet dalam kehidupan manusia menghadirkan suatu peradaban baru khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. Ellison dan Boyd dalam

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Problematic Internet Use Problematic Internet use (PIU) didefinisikan sebagai cara penggunaan internet yang menyebabkan penggunanya memiliki gangguan atau masalah secara psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai resiliensi pada mantan pengguna narkoba yang diperoleh dari kisah hidup dan pengalaman subjek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A

U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A U N I V E R S I T A S G U N A D A R M A FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI SOFTSKILL STRATEGI PEMASARAN TOKO ONLINE RAKOENSHOP MELALUI KEKUATAN SOSIAL MEDIA Nama : Wanda Ariyatna Yanuar Npm : 557412654 Kelas

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci