BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hartono Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Limbah Laundry Pengertian air limbah menurut Ehless dan Steel, sebagaimana dikutip Chandra (2007) adalah cairan buangan dari rumah tangga, industri dan tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk lainnya serta mengganggu kelestarian lingkungan (Sumantri, 2015). Air limbah memiliki karakteristik secara fisika, kimia, dan biologi. Secara fisik, air limbah memiliki karakteristik yang diamati suhu, warna, bau dan kekeruhan. Karakteristik air limbah secara kimia yaitu terdapat berbagai macam kandungan dalam air limbah seperti bahan-bahan organik dan anorganik. Kandungan tersebut mencakup ph, BOD, COD dan bahan kimia berbahaya seperti fosfor, nitrogen, dan klorida. Pada karakteristik biologi umumnya terkandung berbagai macam organisme seperti bakteri, jamus, dan organisme air sejenis (Sperling, 2007). Berdasarkan sumber penghasilnya, air limbah dibagi menjadi dua jenis yaitu air limbah industri dan air limbah domestik (Helmer dan Hespanhol, 1997). Air limbah domestik menurut Suyasa (2015) adalah air hasil buangan dari perumahan, bangunan, perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya. Air limbah domestik dikarakteristikan sebagai grey water dan black water. Grey water adalah limbah domestik yang berasal dari air bekas cucian piring, air bekas mandi dan cuci pakaian. 7
2 8 Sedangkan black water adalah air limbah yang dikelurkan melalui toilet, urinoir dan bidets (Cahyadi, 2008). Air limbah laundry berasal dari sisa proses kegiatan mencuci pakaian. Maka dari itu, air limbah tersebutdapat digolongkan ke dalam kategori grey water. Menurut Tjandraatmadja dan Diaper (2006), pengaruh perubahan kualitas grey water selama 10 tahun terakhir ini adalah berubahnya formula pada produk laundry seperti deterjen, softener, pemutih, dan jenis produk laundry lainnya Kandungan Deterjen dalam Limbah Laundry Air limbah Laundry umumnya mengandung deterjen karena dalam aktvitas laundry selalu menggunakan deterjen dalam proses kegiatannya. Secara umum komponen penyusun deterjen adalah surfaktan, builders, bleaching agent dan bahan aditif (Smulders dalam Hudori, 2008). Surfaktan berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Surfaktan dalam deterjen dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu; anionik, nonionik, kationik, dan zwitterionik (Yu, et al, 2008). Jenis surfaktan anionik merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam kegiatan laundry dikarenakan biaya pembuatannya yang mudah dan murah. Surfaktan jenis ini merupakan produk terbesar hingga saat ini. Dalam kelompok surfaktan ini, jenis yang umum adalah Alkyl Benzene Sulfonates (ABS), Linear Alkyl Benzene Sulfonates (LAS) dan jenis lainnya (Yu, et al, 2008). Pada awalnya surfaktan jenis Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) yang digunakan dalam komposisi deterjen. ABS dikenal sebagai hard detergent karena sifatnya yang tahan penguraian biologis. Oleh karena itu ABS dikenal sebagai senyawa pencemar yang toksik terhadap biota air (Chonnell dalam Hudori, 2008). Pada tahun 1965 mulai dikenal Linear Alkyl Benzene
3 9 Sulfonates (LAS), sebagai surfaktan LAS dapat menurunkan tegangan permukaan dan mengemulsi lemak sehingga sebagai dimanfaatkan sebagai pelarut lemak dan denaturasi protein. Jenis surfaktan lainnya juga digunakan sebagai pembersih pakaian seperti Nonylphenol dan Sodium Lauryl Ether Sulphate dari kelompok surfaktan nonionik (Hudori, 2008; Yu, et al, 2008). Setelah surfaktan, kandungan lain yang penting adalah builder yang berguna untuk meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara meengikat mineral-mineral yang terlarut, sehingga surfaktan dapat berfungsi dengan lebih baik. Selain itu, builder juga dapat membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung dengan lebih baik serta membantu mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Senyawa kompleks yang sering digunakan dalam builder adalah natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat, flourescent dan fosfat (Hudori, 2008). Dalam deterjen umumnya jenis builder yang digunakan adalah builder dalam bentuk Sodium Tripolifosfat (STPP) (Tjandraatmadja dan Diaper, 2006). STPP dalam deterjen bereaksi dengan ion magnesium dan ion kalsium yang terdapat dalam air dengan tujuan untuk mengurangi keberadaan ion magnesium dan ion kalsium bebas dalam air yang dapat mengurangi efektivitas surfaktan. Reaksi antara STPP dan ion-ion tersebut membentuk padatan dan senyawa lain yang mengandung fosfat. Senyawa fosfat tersebut digunakan untuk mencegah kembalinya kotoran menempel pada bahan yang sedang dicuci. Kesadahan air yang digunakan untuk mencuci akan mempengaruhi penggunaan terhadap deterjen karena tingkat kesadahan air dipenguhi oleh kandungan ion magnesium dan ion kalsium dalam air. Padatan yang terbentuk akibat pengikatan ion magnesium dan ion kalsium oleh builder akan lebih tinggi bila air yang digunakan untuk mencuci tersebut memiliki tingkat kesadahan yang tinggi, dibandingkan sebaliknya padatan yang
4 10 terbentuk oleh builder akan lebih rendah bila air yang digunakan memiliki tingkat kesadahan yang rendah (Kohler, 2006; Hudori, 2008;Yu, et al, 2008). Kandungan softener dan pemutih yang terkandung dalam deterjen bertujuan untuk melengkapi dan memaksimalkan pembersihan dan perawatan pada serat pakaian. Softener dan pemutih tersebut mengandung bahan-bahan berupa senyawa berbasis sodium. Keunggulan dari sodium adalah kemampuan sodium sebagai pelarut partikel-partikel dalam air, namun sodium sulit dipisahkan dari air kecuali menggunakan metode pembalikan osmosis. Kandungan sodium akan mempengaruhi kadar garam dalam air (salinitas) dan akan berdampak pada penurunan kualitas air apabila langsung dibuang ke perairan (Patterson, 2000) Karakteristik Limbah Laundry Air limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan laundry mempunyai komposisi dan kandungan yang bervariasi. Hal ini disebabkan variasi kandungan kotoran pada bahan yang akan dicuci, komposisi, jenis dan jumlah deterjen yang digunakan serta teknologi yang dipakai untuk mencuci (Hudori, 2008). Karakteristik dari air limbah laundry yang diperoleh dari penelitian Hudori (2008) dan Padmanabha (2015) disajikan dalam tabel berikut.
5 11 Tabel 2.1 Karakteristik Limbah Laundry Parameter Nilai Satuan Hudori (2008) Padmanabha (2015) Suhu 23,6 26,0 - ⁰C ph 8,67-10,53 8,6 - Surfaktan 256,87-363,72 - mg/l COD 599,44-754,35 346,84 mg/l BOD - 182,78 mg/l TSS - 48,65 mg/l Total Fosfat 7,36-7,84 7,30 mg/l Sumber : Hudori (2008); Padmanabha (2015) Tingginya nilai parameter pada air limbah laundry tentunya akan menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pencemaran badan air. Kualitas air limbah laundry tersebut tidak sesuai dengan baku mutu baku mutu yang tercantum dalam peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2015 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup Parameter Total Fosfat Total fosfat merupakan parameter yang mengukur keseluruhan fosfat dalam air. Fosfat merupakan senyawa yang tersusun atas unsur P (Fosfor) dan O (Oksigen). Menurut Suyasa (2015) bentuk utama dari fosfat dalam air alam atau air limbah adalah fosfor organik, orthofosfat dan polifosfat. Fosfor organis biasanya terdapat pada air buangan permukiman seperti tinja dan sisa makanan. Pada daerah pertanian biasanya
6 12 orthofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke sungai melalui saluran drainase dan aliran hujan. Orthofosfat juga dapat menjadi senyawa fosfor organis melalui proses biologis oleh bakteri maupun tanaman. Sedangkan polifosfat berasal dari air buangan permukiman maupun industri yang menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti yang berasal dari industri pencucian, logam dan sebagainya (Suyasa, 2015). Kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air minum adalah 0,2 mg/l sedangkan untuk perairan alami berkisar antara 0,005-0,02 mg/l (Suyasa, 2015). Fosfor merupakan bahan yang menjadi nutrient bagi mikroorganisme dalam menyeimbangkan bahan organik dalam air serta menjadi nutrisi bagi pertumbuhan tanaman air. Jumlah kandungan fosfor yang berlebih dalam perairan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang tidak terkendali serta menyebabkan eutrofikasi. Pada keadaan eutrofikasi tanaman air dapat menghabiskan oksigen dalam air pada malam hari dan pada siang hari pancaran sinar matahari ke dalam air akan berkurang akibat terhalangnya sinar matahari oleh tanaman untuk masuk ke dalam air, sehingga proses fotosintesis berkurang dan oksigen yang terlarut dalam air juga berkurang (Carty, et al, 1997; Sperling, 2007; Yunarsih, 2013). Bila kadar fosfat pada air alam sangat rendah (<0,01 mg/l), pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrofik (Allaerts dalam Suyasa, 2013) Parameter Amonia Amonia merupakan senyawa yang terdiri atas unsur nitrogen dan hidrogen serta dikenal memiliki bau menyengat yang khas. Amonia (NH3) dapat terbentuk sebagai hasil penguraian/pembusukan protein yang terdapat dalam limbah atau sampah organik, baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun industri. Gas Amonia
7 13 (NH3) menimbulkan bau yang tidak normal dalam air dan jika terhirup dalam pernafasan oleh manusia dapat berakibat mengganggu kesehatan. Gas amonia yang menimbulkan bau menyengat dan bersifat racun dapat ditemukan pada ph tinggi (basa) sedangkan pada ph rendah (asam) akan terbentuk ion NH4+ (Wahyuni, 2014; Sari, 2013). Konsentrasi amonia dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan suhu. Pada musim panas saat suhu meningkat, konstentrasi amonia di perairan sangat rendah, disebabkan oleh aktivitas bakteri pada suhu ini meningkat sehingga proses nitrifikasi dan nitrafikasi berlangsung dengan baik. Sedangkan pada musim hujan saat suhu lingkungan rendah, menyebabkan pertumbuhan bakteri menurun sehingga proses nitrifikasi berjalan lambat menyebabkan konsentrasi amonia meningkat (Titiresmi, 2006). Tingginya kadar amonia berkontribusi terhadap terjadinya proses eutrofikasi, sehingga menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan dan mengganggu proses fotosintesis. Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut pada air. Jika kadar oksigen terlarut dalam perairan menurun, maka dapat menyebabkan proses respirasi biota akan terganggu bahkan menyebabkan kematian (Widiyanto dalam Wahyuni, 2014). Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup, standar baku mutu parameter Amonia untuk air limbah adalah 5 mg/l Parameter ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan "keasaman" di sini adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air (Sumartini, 2008 dalam
8 14 Pahlewi, 2012). Air akan mengalami sifat basa atau asam tergantung dengan besar kecilnya nil ph. Bila nilai ph pada air diatas ph normal (niilai ph diatas 7,5) maka air tersebut akan bersifat basa, sedangkan air yang mempunyai nilai ph dibawah ph normal (nilai ph diatas 6,5) maka air tersebut bersifat asam (Sumantri, 2015). Sebagaian besar biota air sensitif terhadap perubahan ph dan menyukai ph diantara nilai ph 7 sampai 8,5. Pada nilai ph yang kurang dari 4 sebagian akan menyebabkan kematian pada biota air akibat ketidakmampuan beradaptasi dengan nilai ph yang rendah yang berarti air bersifat sangat asam. Selain itu, ph juga dapat berpengaruh pada peningkatan toksisitas pada suatu zat. Amonium yang sifatnya nontoksik pada ph rendah akan menjadi toksik pada ph yang tinggi akibat tidak terionisasi dalam air dengan ph yang tinggi (Sumantri, 2015; Carty, et al, 1997; Effendi, 2003). Berdasarkan baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup, standar baku mutu parameter ph untuk air limbah adalah Constructed Wetlands Constructed Wetland (CW) adalah sistem yang dirancang dan dibangun dengan memanfaatkan proses alamiah yang melibatkan tanaman, tanah, dan kumpulan mikroba yang terkait untuk membantu dalam proses pengolahan air limbah (Vymazal, 2010). CW merupakan salah satu instalasi pengolahan air limbah yang memiliki keuntungan dari segi biaya yang lebih murah, perawatan yang lebih mudah, keberlanjutan instalasi mampu hingga 15 tahun, serta dapat memudahkan dalam penentuan lokasi instalasi (Cattin, 2012). Pada proses pembuatan dan fungsinya CW hampir menyerupai lahan basah (Wetlands) pada umumnya (Mara, 2004). Menurut Tuladhar, et al (2003), CW
9 15 merupakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis yang dirancang untuk meniru proses yang ditemukan diekosistem lahan basah alami. Kualitas air limbah yang keluar dari sistem ini dapat dikontrol/diatur sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembuatnya, karena sistem pengolahan ini direncanakan untuk suatu tujuan pengolahan limbah, perencanaan meliputi debit limbah, beban organik, kedalaman media, jenis tanaman, dan lain-lain, sehingga (Supradata, 2005). Dalam sistem Wetlands terdapat proses pengolahan limbah yang terintegrasi antara proses pengolahan limbah dengan filtrasi, sedimentasi serta degradasi secara biologi untuk memisahkan berbagai polutan yang ada dalam air limbah (Moshiri, et al, 1993; Gauss, et al, 2008). Pada CW tanaman air dan makrophyta berperan sebagai penyedia oksigen dan karbon untuk mengubah senyawa amonia dalam air limbah menjadi senyawa nitrit (nitrifikasi) melalui reaksi oksidasi. Tanaman air dan makrophyta juga melakukan penyerapan nutrisi serta polutan terlarut kemudian digunakan untuk proses biologis tanaman dan disimpan pada bagian-bagian tertentu pada makrophyta (Cattin, 2012). Media filter yang digunakan dalam CW juga menentukan hasil pengolahan air limbah. Peran media filter dalam CW adalah sebagai penyimpan berbagai bahan yang terkandung pada air limbah kemudian ditransformasi secara kimia dan biologi menjadi bahan yang tidak bersifat polutan serta sebagai nutrisi bagi keberlansungan tanaman air dan mikroorganisme yang ada dalam sistem CW (DuPoldt, et al, 1998; Cattin, 2012). Batu Vulkanik merupakan salah satu media filter yang dapat digunakan dalam sistem CW. Batu vulkanik memiliki pori-pori batuan yang banyak sehingga dapat memaksimalkan pemisahan senyawa kimia anorganik seperti fosfor dan nitrogen.
10 16 Kandungan senyawa aluminium dalam bentuk alumina (Fe2O3) dan silica dalam batu vulkanik juga merupakan senyawa yang mampu menyerap fosfor dan memisahkannya dari air limbah dalam jumlah yang besar (Ballantine and Tanner, 2011). Jenis batu lain juga dapat digunakan sebagai media filter dalam sistem CW adalah batu kapur, batuan sungai, dan jenis batuan lainnya sesuai dengan kondisi geografis pada masing-masing lokasi instalasi. Penggunaan media filter dalam sistem CW harus dalam keadaan bersih sehingga tidak menggangu proses pengolahan yang dilakukan (Cattin, 2012). Constructed Wetlands (CW) umumnya dibagi dalam dua jenis berdasarkan format alirannya, yaitu Sistem Aliran Permukaan atau Free Water System (FWS) yang sering disebut Surface Flow Constructed Wetland (SFCW) dan Sistem Aliran Bawah Permukaan atau Subsurface Flow Constructed Wetland (SSFCW) (Leady dalam Supradata, 2005). 1 2 Gambar 2.1 Surface Flow Constructed Wetland (SFCW) (1) dan Subsurface Flow Constructed Wetland (SSFCW) (2) Sumber : USDA (1995) dalam Halverson (2004) Surface Flow Constructed Wetland (SFCW) SFCW memiliki konsep pembuatan yang hampir sama dengan wetlandsa lami. SFCW umumnya menggunakan tanah pada bagian bawah, tanaman muncul di permukaan air, dan aliran air berada di atas permukaan air (Halverson, 2004). Aliran
11 17 air limbah pada sistem SFCW mengalir diatas permukaan air secara horizontal. Pada SFCW menggunakan luas tertentu dengan komposisi tanah, air, serta berbagai jenis tanaman air dan makrophyta dengan berbagai sifatnya di dalam air baik itu jenis tanaman air yang mengapung, tidak muncul ke atas permukaan air, maupun yang muncul ke atas permukaan air (Gauss, et al, 2008; Cattin, 2012). Menurut Vymazal (2010), FWS atau bisa disebut dengan SFCW efisien dalam menghilangkan senyawa organik melalui degradasi mikroba dan pengendapan partikel koloid. Padatan tersuspensi secara efektif dihilangkan melalui pengendapan dan penyaringan melalui vegetasi yang lebat (Vymazal, 2010) Subsurface Flow Constructed Wetland (SSFCW) SSFCW umumnya dibangun dengan bahan yang berpori (misalnya tanah, pasir, atau krikil) sebagai substratnya. Aliran air limbah pada sistem ini mengalir dibawah permukaan air dan masuk melalui substrat secara horizontal maupun vertikal. Berdasarkan sistem aliran dasar SSFCW dapat dibedakan menjadi dua, yaituhorizontal Flow Subsurface Flow Constructed Wetland (HFSFCW) dan Vertical Subsurface Flow Constructed Wetland (VFSFCW) (Halverson, 2004) Horizontal Flow Subsurface Flow Constructed Wetland (HFSFCW) Teknologi instalasi pengolahan air limbah dengan HFSFCW pertama kali diteliti di Jerman pada tahun Konstruksi pada instalasi ini terdiri dari cekungan dangkal yang dipenuhi dengan pasir kasar atau kerikil sebagai media filternya. Tanaman yang digunakan dalam instalasi ini adalah tanaman yang muncul diatas permukaan dan tidak memungkinkan untuk menggunakan tanaman yang mengapung maupun tanaman yang tidak munculdi permukaan air (Gauss, et al, 2008). Peran penting dari tanaman dalam
12 18 instalasi ini adalah untuk penyediaan substrat (akar) untuk pertumbuhan bakteri yang menempel dan menyerap unsur hara. HFSFCW memiliki aliran yang sama dengan SFCW yaitu mengalir secara horizontal namun melalui bagian bawah permukaan air. Pada instalasi ini air limbah akan masuk melalui inlet kemudian melalui media filter pada bawah permukaan secara horizontal kemudian akan keluar melalui saluran outlet dan air limbah setelah dilakukan pengolahan akan dikumpulkan atau dibung (Vymazal, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Vymazal (2014) yang menerapkan HFSFCW sebagai instalasi pengolahan air limbah domestik, efisiensi penurunan nilai parameter COD sebesar 87%, BOD sebesar 96% dan TSS sebesar 93%. Sedangkan, pada penelitian Albuquerque, et al(2009) memiliki efisiensi penurunan nilai parameter Amonia sebesar >62% dan nitrat sebesar %. Gambar 2.2 Horizontal Flow Subsurface Flow Constructed Wetland Sumber : Gauss, et al (2008)
13 Vertical Flow Subsurface Flow Constructed Wetland (VFSFCW) VFSFCW dikembangkan sebagai alternatif dari instalasi HFSFCW. Konstruksi instalasi ini sama dengan konstruksi yang digunakan dalam HFSFCW. VFSFCW dan HFSFCW juga memiliki pengaruh yang sama dalam fungsi menghilangkan kontaminan namun terdapat perbedaan pada sistem alirannya. Intsalasi ini memiliki sistem aliran dibawah permukaan air secara vertikal melalui media filter (Halverson, 2004; Gauss,et al, 2008). Namun, pada instalasi ini penyebaran air tidak berlangsung secara cepat bila dibandingkan dengan HFSFCW (Vymazal, 2010). Jenis tanaman air yang digunakan dalam instalasiini sama dengan jenis tanaman yang digunakan pada instalasi HFSFCW. Fungsi tanaman dalam instalasi ini sebagai pendukung proses penyerapan air limbah. Pada instalasi ini biasanya menggunakan pasir, bebatuan ataupun kerikil sebagai media filter. Pada lapisan filter, terjadi proses pengolahan air limbah serta adanya penambahan hidrolik yang berselang-seling sehingga lapisan filter terisi dengan air yang meningkatkan proses nitrifikasi. Menurut Vymazal (2010), VFSFCW sangat efektif dalam menghilangkan kontaminan organik dan padatan tersuspensi (Gauss, et al, 2008; Vymazal, 2010). Berdesarkan penelitian Pillai (2012) yang menggunakan tanaman serai (Cymbopogon flexuosus) dalam pengolahan air limbah domestik menggunakan instalasi VFSFCW, dapat menurunkan kekeruhan sebesar 76%, COD sebesar 73%, BOD sebesar 80%, fosfat sebesar 41% dan TSS sebesar 73%.
14 20 Gambar 2.3 Vertical Flow Subsurface Flow Constructed Wetland Sumber : Gauss, et al (2008) 2.6. Batu Vulkanik Batu vulkanik merupakan jenis batuan yang berasal dari magma atau lava yang mengalami pendinginan dan pengerasan di permukaan bumi. Pembekuan yang sangat cepat dan membentuk berbagai jenis kristalisasi batuan, namun kristal pada batu vulkanik sangat kecil dan hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop (Gillaspy, 2014). Batu vulkanik memiliki kandungan unsur oksida silika (SiO2), oksida alumina (Al2O3), danbesi oksida (Fe2O3) yang cukup tinggi. Batu vulkanik mengandung sekitar 53% silika dan 18% alumina dalam kondisi yangbersifat reaktif (Basari, 2012). Beberapa jenis batu vulkanik yang berasal dari pembekuan lava antara lain, Batu Rhiolit, Batu Dasit, Batu Andesit, dan Batu Basalt (McBirney, 2007). Batu rhiolit merupakan batuan dengan dominasi kandungan Silikon dioksida (73%) dan alumina (14,0%) (McBirney, 2007). Permukaan Batu Rhiolit umumnya halus dengan tekstur mirip seperti kaca (glassytexture) dengan warna yang terang
15 21 umumnya mengandung senyawa besi dan magnesium yang kurang dalam batuan (Gill. 2010). Batu Dasit merupakan jenis batuan dengan dominasi kandungan mineral yang sama dengan Batu Rhiolit yaitu silika dioksida (69,2%) dan alumina (15,2%.) Tekstur batu Dasit kasar namun tersusun atas partikel-partikel halus (Fine-grained) dengan sifat warna terang dengan kandungan mineral pemberi warna yang hampir sama dengan Batu Rhiolik (McBirney, 2007; Gillaspy, 2010). Batu Andesit merupakan jenis batuan dengan dominasi warna abu-abu dikarenakan mineral pemberi warna dalam Batu Andesit yaitu mineral pemberi warna terang dan mineral pemberi warna gelap berada pada komposisi yang mendekati keseimbangan. Struktur Batu Andesit Halus dengan titik-titik hitam atau 31 putih yang terbentuk karena persebaran mineral-mineral di dalam batu. Kandungan Silika dioksida dalam batu Andesit sebesar 60%, sedangkan kandungan alumina dalam Batu Andesit Sebesar 16% (McBirney, 2007; Gillaspy, 2010). Batu Basalt merupakan jenis batuan yang memiliki struktur batu basalt halus sehingga sulit mengidentifikasi secara tepat kandungan berbagai jenis kandungan mineral yang ada terutama jenis mineral yang berukuran sangat kecil dengan identifikasi mikroskopik (Gillaspy, 2010). Batu Basalt secara umum berwarna hitam ataupun abu-abu gelap sesuai dengan kandungan mineral yang menyusun batu tersebut. Batu Basalt terutama jenis basalt tinggi alumina mengandung 49,2% silika dioksida dan 17,7% alumina (McBirney, 2007).
16 Arang Arang merupakan salah satu jenis material alternatif yang dapat digunakan dalam pembuatan komposit. Secara ilmiah pemanfaatanarang terus mengalami perkembangan. Selain digunakan sebagai bahan bakar, arang juga dikembangkan dalam bidang pengolahan air. Pemilihan material arang dikarenakan bahan baku pembuatan arang mudah didapat, murah dan arang mempunyai sifat penyerap (adsorben) yang dapat membantu pada proses penjernihan air (Pahlewi, 2012). Arang yang merupakan residu dari proses peruraian panas terhadap bahan yang mengandung karbon sebagian besar komponennya adalah karbon.untuk meningkatkan daya serap pada arang, maka arang perlu diubah menjadi arang aktif melalui proses aktivasi. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan melakukan pemanasan pada temperatur tinggi. Arang yang belum diaktivasi dapat dibedakan dengan arang yang sudah diaktivasi berdasarkan sifat pada permukaannya. Permukaan pada arang yang belum diaktivasi masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang menghambat keaktifannya, sedangkan permukaan arang aktif relatif telah bebas dari deposit, permukaannya luas dan pori-porinya telah terbuka, sehingga memiliki daya serap tinggi(lempang, 2014; Napitupulu, 2009) Arang aktif mempunyai kemampuan daya serap yang baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan anorganik, baik berupa larutan maupun gas. Arang aktif yang berperan sebagai absorben akan menyerap logam-logam berat dengan penyerapan ion-ion bebas yang ada pada air.proses adsorpsi pada arang aktifterjadi melalui tiga tahap dasar. Pertama, zat terjerap pada arang aktifbagian luar, lalu bergerak menuju pori-pori arang aktif, selanjutnya terjerap ke dinding bagian dalam dari arang aktif (Lempang, 2014; Rahayu, 2009; Sihombing 2007).
17 23 Beberapa bahan yang mengandung banyak karbon dan dapat digunakan sebagai arang akif adalah kayu, serbuk gergajian kayu, kulit biji, sekam padi, tempurung kelapa, gambut, bagase, batu bara, lignit dan tulang binatang (Lempang, 2014).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair Limbah cair merupakan hasil kegiatan yang sengaja dibuang dalam bentuk cair. Limbah cair merupakan campuran antara air dengan bahan-bahan lainnya baik yang larut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu penyebab pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha dari laundry di dalam perkembangan aktivitas masyarakat saat ini (Antara dkk.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa laundry saat ini terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya kesibukan di masyarakat. Jasa laundry ditawarkan oleh berabagai industri seperti industri laundry
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair Air limbah merupakan kombinasi, cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perkantoran dan industry yang kadang-kadang hadir bersama air tanah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biofilter Biofilter adalah reaktor biologis dengan bangun tetap (fixed bed film) dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang menempel pada permukaan media yang kaku
Lebih terperinciDETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho
Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk
Lebih terperinciBAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan
BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Resirkulasi Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang sudah digunakan dengan cara memutar air secara terus-menerus melalui perantara sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, ini disebabkan tubuh mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun tubuh, air esensial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan dan biasanya air limbah dibuang ke sungai, sedangkan air sungai menjadi salah satu sumber air bagi kehidupan mahluk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha laundry yang menawarkan jasa cuci dan setrika saat ini sangat diminati oleh masyarakat. Kehadiran jasa laundry memberikan dampak positif yaitu dapat memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya
Lebih terperinciANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR
NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan kimia sintetis pada umumnya digunakan oleh kegiatan industri dan domestik untuk menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis. Salah satu produk yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya yang mengandung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
1 I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah sumber kehidupan utama bagi makhluk hidup, karena itu kebersihan air dan terbebasnya air dari berbagai polutan sangatlah penting. Namun, pada kenyataannya
Lebih terperinciFaktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni
Lebih terperinciPENENTUAN KUALITAS AIR
PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis
Lebih terperinciBAB 1 KIMIA PERAIRAN
Kimia Perairan 1 BAB 1 KIMIA PERAIRAN Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di perairan A. Definisi dan Komponen Penyusun Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi makhluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.
Lebih terperinciPROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL
PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012
Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Kondisi Umum Kualitas Air Limbah Penelitian ini terletak di Perumahan Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui
Lebih terperinciPERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK
PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika
Lebih terperinciMengapa Air Sangat Penting?
Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan 2.2. Ekosistem Mengalir
4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Perairan Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciPENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER
PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota besar di Indonesia pada umumnya memiliki masalah tipikal yaitu peningkatan penduduk yang disebabkan oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota. Permasalahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman
Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni
Lebih terperinciY. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:
Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016: 45-50 48 MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 1, Februari 2016 Studi Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah RSUD
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang
BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah binatu mengandung sisa deterjen, pewangi, pelembut, pemutih, dan senyawa aktif metilen biru yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi, air sangat penting bagi pemeliharaan bentuk kehidupan. Tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari
Lebih terperinciKUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal bewarna kehijauan, bewarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan bewarna merah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat
Lebih terperinciANION TIOSULFAT (S 2 O 3
ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting
Lebih terperinciOleh: ANA KUSUMAWATI
Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
Lebih terperincitidak bernilai ekonomi adalah limbah. Limbah yang dihasilkan ada dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair. Sarana laboratorium di SMK Santo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang pendidikan di Indonesia saat ini merupakan upaya untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan taraf hidup manusia dengan jalan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan
Lebih terperinciLIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.
LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya.
Lebih terperinciPengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands)
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands) Lita Darmayanti, Manyuk Fauzi, Bagus Hajri Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membutuhkan air dalam semua aspek kehidupan, untuk memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air berperan pada semua proses dalam tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA ANALITIK
MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen
Lebih terperinciSOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA
SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinci