BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Kondisi Umum Kualitas Air Limbah Penelitian ini terletak di Perumahan Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta, seperti pada Gambar 4.1. menunjukkan peta lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada salah satu rumah dan tidak dilakukan secara komunal. Cara pemenuhan kebutuhan pada perumahan ini adalah dengan menggunakan air Pam. Pemrosesan kembali air limbah rumah tangga ini diharapkan dapat digunakan kembali sebagai kebutuhan air non-potable sehingga dapat memanfaatkan, menjaga dan menghemat kebutuhan air. Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian 45

2 digilib.uns.ac.id 46 Limbah rumah tangga pada penelitian ini meliputi air buangan bekas cucian, peralatan dapur dan air kamar mandi. Sumber limbah rumah tangga dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.2. Sumber Limbah Rumah Tangga dari Air Bekas Cucian Gambar 4.3. Sumber Limbah commit Rumah to user Tangga dari Air Cucian Dapur

3 digilib.uns.ac.id 47 Gambar 4.4. Sumber Limbah Rumah Tangga Air Kamar Mandi Kondisi Kualitas Air Limbah Penelitian ini membuktikan bahwa air limbah mengandung bahan-bahan organik dan deterjen, keberadaan kandungan tersebut dapat dilihat dalam hasil pengujian yang diambil pada 30 Oktober 2015 pada Tabel 4.1. Hasil pengolahan air limbah diujikan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit di Yogyakarta. Tabel 4.1. Kondisi Kualitas Air Limbah Sebelum dilakukan Pengolahan No Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji 1 ph SNI Suhu o C 24 SNI DHL mmhos/cm 778 SNI BOD mg/l 64 SNI COD mg/l 163 SNI TSS mg/l 22 In House Methode 7 TDS commit mg/l to user 380 In House Methode 8 Deterjen mg/l SNI

4 digilib.uns.ac.id 48 Kandungan bahan organik yang terdapat pada air limbah rumah tangga di Perumahan Mutihan RT 03/RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta dengan konsentrasi awal tertinggi untuk BOD sebesar 105,02 mg/l (pada Tabel 4.2.) dan COD sebesar 162,5 mg/l (pada Tabel 4.1). Dalam Supradata (2005) merupakan air limbah dengan tingkat pencemaran sedang, besarnya kandungan BOD dan COD dalam air limbah tersebut dapat dipahami, mengingat bahwa limbah domestik tersebut hanya berasal dari kegiatan domestik (penghuni perumahan), dalam pengertian bahwa dari lokasi tersebut tidak terdapat berbagai aktivitas usaha yang potensial menimbulkan polutan bahan organik dalam jumlah yang besar dan atau dengan konsentrasi yang cukup tinggi, seperti: pasar, pusat pertokoan/ mall ataupun rumah makan (restaurant). Limbah rumah tangga di Mutihan ini termasuk kategori gray water, yaitu air limbah berasal dari buangan dapur dan kamar mandi, yang pada umumnya tidak mengandung polutan dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Peraturan Menteri Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, telah mempersyaratkan bahwa batas kandungan BOD dalam air limbah domestik adalah 100 mg/l. Berdasarkan hal tersebut, maka air limbah rumah tangga di Mutihan masih perlu dilakukan pengolahan sehingga kualitas air limbah yang akan dibuang ke perairan umum dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Polutan dalam limbah rumah tangga pada Perumahan Mutihan RT 03/X, Sondakan, Laweyan, Surakarta sebagian besar berupa bahan organik, dengan tingkat pencemaran yang relatif sedang dan debit limbah yang relatif sedikit dan tidak tetap/ fluktuatif, maka sistem pengolahan limbah dapat menggunakan sistem yang sederhana, namun dapat mengakomodasi variasi debit limbah yang ada. Sistem pengolah limbah tersebut dapat terpelihara dengan baik, maka diperlukan sistem pengolah limbah yang mudah dan murah operasionalnya. Salah satu alternatif sistem tersebut adalah sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan Horizontal (HSSF-Wetlands). Pengolahan limbah domestik dengan sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan Horizontl (HSSF-Wetlands) commit sangat to user mengandalkan kemampuan bakteri

5 digilib.uns.ac.id 49 dan tanaman air dalam mengolah limbah sehingga kinerja sistem pengolah limbah ini akan sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan ph larutan limbah, karena kedua parameter tersebut merupakan faktor pembatas kehidupan mikroorganisme air. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa suhu air limbah pada saat awal penelitian sebesar 24,2 o C untuk air limbah pagi hari, dengan ph limbah = 8,0 (air limbah pagi hari). Kondisi ph limbah yang relatif netral, maka sangat menunjang untuk proses pengolahan dengan mikroorganisme, karena tidak perlu melakukan proses netralisasi guna memperoleh kondisi ph ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga dapat menekan biaya pengolahan air limbah tersebut. Kondisi suhu air limbah tersebut relatif normal dari rata-rata suhu air diperairan tropis (25 o C) Perhitungan Luas Kolam untuk Tampungan Grey Water Sesuai hasil analisis perbandingan perhitungan penggunaan tampungan grey water yang digunakan untuk pemanfaatan non potable maka didapatkan hasil perhitungan kebutuhan air baku dan perhitungan dimensi kolam tampungan di Mutihan RT 03/ XI, Sondakan, Laweyan, Surakarta sebagai berikut : 1. Jumlah Kebutuhan Air Baku Jumlah Penghuni Rumah Kebutuhan air rata-rata Kebutuhan air baku perhari = 4 orang = 120 liter/hari (Standar Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum (PU)) = Jumlah jiwa x kebutuhan air rata-rata = 4 x 120 liter/hari = 480 liter/hari = 0,48 m³/hari

6 digilib.uns.ac.id Volume Kolam Tampungan Grey Water Volume = panjang x lebar x tinggi = 1,35 m x 0,55 m x 1 m = 0,743 m 3 > 0,48 m 3 Hasil perhitungan diatas telah didapatkan volume yang dibutuhkan untuk menampung air limbah rumah tangga sebesar 0,743 m 3, sedangkan jumlah kebutuhan air baku sebesar 0,48 m 3. Kolam penampung memenuhi perhitungan sesuai dengan air limbah yang ditampung. Kolam tampungan grey water berada di bawah permukaan tanah seperti pada bak kolam yang lain. Menurut penelitian sebelumnya dalam Supradata, 2005 penempatan kolam lahan basah buatan lebih efektif jika diletakkan di bawah permukaan tanah Sistem Pengaliran Grey water Sistem pengaliran pada lahan basah buatan (constructed weatlands) yang berasal dari limbah rumah tangga yang terdiri dari air limbah kamar mandi, air limbah cucian dan cucian dapur dialirkan pada bak penampungan pertama atau kolam 1 yang berisikan bak pengendapan dan disaring untuk memisahkan air dari suspensi limbah. Air limbah dipompa kemudian dialirkan pada lahan basah buatan atau construsted wetlands yang berisi kerikil, pasir dan tanaman bintang air, diolah selama 24 jam. Endapan air limbah yang sudah terolah disaring terlebih dahulu dengan kerikil pada bagian terakhir bangunan tersebut terdapat pada bak tampungan sebelum dialirkan kembali pada bak penampungan terakhir. Kolam ke -3 yang berisi tampungan air hasil olahan dari lahan basah buatan dengan cara gravitasi sehingga tidak perlu memerlukan pompa dalam pengaliranya.

7 digilib.uns.ac.id 51 Lahan basah buatan (constructed weatlands) ini terdiri dari tiga bagian yaitu kolam 1 untuk menampung limbah grey water dengan kapasitas 0,7425 m 3. Kolam 2 adalah bangunan utama constructed wetlands dengan kapasitas dalam kolam ini adalah 0,875 m 3. Kolam 3 sebagai enampung air hasil olahan, dengan kapasitas pada kolam ini mencapai 0,66 m 3, berikut ini adalah gambar dan foto bak-bak dalam lahan basah buatan (constructed weatlands) Gambar 4.5. Desain Bangunan Lahan Constructed Wetland Tampak Atas dan Foto Constructed Wetland

8 digilib.uns.ac.id 52 Gambar 4.6. Desain Potongan A-A Bangunan Lahan Constructed Wetland 30 cm 30 cm 60 cm Gambar 4.7. Desain Potongan B-B Bangunan Lahan Constructed Wetland

9 digilib.uns.ac.id 53 Gambar 4.8. Kolam 1 Sebagai Bak Penampung dan Penyaring Grey Water Tampak Depan Gambar 4.9. Kolam 2 Sebagai Bangunan Utama (constructed wetland) Tampak Depan

10 digilib.uns.ac.id 54 Gambar Kolam 3 Sebagai Bak Penampung Air Olahan Tampak Depan 4.3. Proses Pengujian Tanaman Bintang Air sebelum dilakukan pengolahan harus diadaptasikan selama 30 hari dengan proses aklimatisasi, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3, setelah proses aklimatisasi selesai maka lahan basah buatan sudah siap untuk dijadikan bak pengolahan. Air limbah hasil pengolahan dari lahan basah buatan, diendapkan dalam selama 24 jam. Sampel air limbah yang pertama diolah pada Jumat, 27 November 2015 pada pukul WIB, sebelumnya diambil sampel pertama pada saluran inlet sebanyak 1,5 liter. Air limbah didiamkan selama 24 jam sehingga pukul WIB air limbah diambil dari saluran outlet sebanyak 1,5 liter. Air limbah dan air hasil pengolahan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 1-3 o C. Lahan basah buatan kemudian dibersihkan dan didiamkan selama 24 jam dengan cara mengalirkan air bersih ke dalam lahan basah tersebut. Air limbah diolah kembali pada hari Minggu, 29 November 2015 dengan cara yang sama dengan sebelumnya.

11 digilib.uns.ac.id 55 Hasil pengolahan air limbah yang menginap di lemari pendingin dibawa untuk diujikan ke Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit di Yogyakarta. Air limbah rumah tangga ini diolah kembali dengan menggunakan lahan basah buatan dan dengan cara yang sama pada hari Rabu, 2 Desember 2015, sehingga pengujian kembali dilakukan pada hari Jumat, 4 Desember Hasil laboratorium/ pengujian air limbah di terima setelah 4 minggu pengujian. Hasil laboratorium/ pengujian air limbah dapat dilihat pada Bab Lampiran. Mengacu dari hasil penelitian terdahulu (Sobriyah dkk, 2015) bahwa waktu tinggal optimal untuk proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem SSF-wetlands berlangsung dalam 1 hari. Berdasarkan waktu tinggal optimal tersebut, maka penggunaan tanaman hias jenis Bintang Air memiliki efektivitas/ kinerja yang tidak jauh berbeda dengan jenis tanaman yang telah umum digunakan dalam SSF- Wetlands, seperti jenis Cattail, sehingga tanaman hias jenis Bintang Air cukup baik apabila digunakan pengolahan air limbah rumah tangga sistem SSF-Wetlands Data Parameter Uji Penelitian yang dilakukan ini adalah proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem lahan basah buatan tipe aliran bawah permukaan horizontal terhadap air limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga (mencuci, mandi & buang air kecil). Air limbah yang digunakan untuk penelitian ini diambil pada pagi hari (pukul WIB) dan pada pukul WIB yang ditempatkan pada masing-masing bak reaktor secara terpisah. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter uji (BOD, TSS dan Deterjen), maka terjadi penurunan konsentrasi parameter uji dengan rincian untuk masing masing parameter uji sebagaimana tersaji pada Tabel 4.2. berikut ini :

12 digilib.uns.ac.id 56 Tabel 4.2. Penurunan Kadar BOD, TSS dan Deterjen No. Waktu Tinggal BOD TSS Deterjen (hari) inlet outlet inlet outlet inlet outlet 1 30-Okt-15 64, , Nov-15 28,21 10, ,2458 0, Nov ,2 8, ,2525 1, Des-15 25,2 9, ,2971 0, Des-15 27,2 8, ,3360 0,5791 Penurunan konsentrasi pencemar dapat terlihat dari kondisi fisik air limbah. Kondisi fisik influen lahan basah buatan terlihat keruh berwarna putih seperti air susu, sedangkan kondisi efluen lahan basah buatan terlihat lebih bening Analisis Penurunan BOD Kebutuhan oksigen biologi atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. BOD merupakan parameter yang memperlihatkan besarnya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk menguraikan bahan organik dalam proses dekomposisi secara biokimia. Pada prinsipnya BOD merupakan indikator dalam mengetahui kandungan bahan organik di perairan, semakin tinggi nilai BOD maka semakin tinggi zat pencemar organik yang terkandung dalam air tersebut. Berdasarkan data hasil penelitian sebagaimana tersaji pada Tabel 4.1. ditas, terdapat perbedaan konsentrasi parameter BOD antara kualitas air limbah inlet dan outlet pada Tabel 4.3. berikut,

13 digilib.uns.ac.id 57 Tabel 4.3. Efisiensi Prensentasi Penurunan BOD No. Waktu Tinggal BOD Efisiensi (hari) inlet outlet Penurunan (%) 1 30-Oct Nov Nov Dec Dec Rata-Rata Grafik 4.1. Efisiensi Prensentasi Penurunan BOD Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka didapatkan bahwa efisiensi penurunan konsentrasi BOD dijelaskan sebagai berikut: BOD dari inlet tertinggi adalah pada sampel percobaan ke-3 = 105,2 Efisiensi BOD hasil pengolahan tertinggi adalah pada sampel \percobaan ke- 3 =92,21 % Rata-rata efisiensi dari pengolahan constructed wetland = 71,91%

14 digilib.uns.ac.id 58 Hasil pengolahan dengan lahan basah buatan (constructed weatlands) bahwa kandungan BOD tertinggi dari 105,2 mg/l menjadi 8,2 mg/l adalah memenuhi syarat Permen No 05/2014, nilai yang disyaratkan 100 mg/l. Penurunan konsentrasi bahan organik dalam sistem wetlands terjadi karena adanya mekanisme aktivitas mikroorganisme dan tanaman, melalui proses oksidasi oleh bakteri aerob yang tumbuh disekitar rhizosphere tanaman maupun kehadiran bakteri heterotrof di dalam air limbah Analisis Penurunan TSS Zat Padat Tersuspensi (TSS) berhubungan erat dengan erosi tanah. Total padatan tersuspensi merupakan bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm yang tertahan pada saringan dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Padatan ini terdiri dari senyawa- senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TSS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga (Sugiharto, 1987 dalam Supradata, 2005). Berikut disajikan Tabel 4.4. Hasil Efisiensi Untuk Penurunan TSS berdasarkan hasil penelitian pada air limbah rumah tangga adalah sebagai berikut :

15 digilib.uns.ac.id 59 Tabel 4.4. Efisiensi Prensentasi Penurunan TSS No. Waktu Tinggal TSS Efisiensi (hari) inlet outlet Penurunan (%) 1 30-Oct Nov Nov Dec Dec-15 Rata-Rata Grafik 4.2. Efisiensi Prensentasi Penurunan TSS Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka didapatkan bahwa efisiensi penurunan konsentrasi TSS dijelaskan sebagai berikut: TSS dari inlet tertinggi adalah pada sampel percobaan ke-3 = 70 Efisiensi TSS hasil pengolahan tertinggi adalah pada sampel \percobaan ke- 5 =95,45 % Rata-rata efisiensi dari pengolahan constructed wetland = 64,76 %

16 digilib.uns.ac.id 60 Nilai TSS sebelum dilakukan pengolahan sudah memenuhi syarat 100 mg/l sesuai dengan Permen No 05/2014. Hasil pengolahan dengan lahan basah buatan (constructed weatlands) bahwa kandungan TSS tertinggi dari 70 mg/l menjadi 8,0 mg/l. Efisiensi penyisihan kandungan air limbah menunjukkan rata-rata 64,76%. Perbedaan laju penurunan TSS pada tiap-tiap reaktor dapat terjadi, akibat perbedaan porositas media yang dibentuk oleh sistem perakaran tanaman dalam reaktor. Telah diuraikan pada Bab 2, bahwa proses pengolahan air limbah dalam sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan tidak hanya terjadi proses biologis, namun juga terjadi proses secara fisik, baik itu melalui proses filtrasi maupun sedimentasi. Penurunan debit air limbah ini akan memudahkan terjadinya proses sedimentasi partikel-partikel solid dalam air limbah. Sistem perakaran tanaman yang terbentuk dalam reaktor tidak tumbuh secara merata pada masing-masing reaktor, sehingga pola aliran air limbah tidak membentuk aliran sumbat yang sama untuk masingmasing reaktor. Mengingat kondisi tersebut, maka debit maupun pola aliran air limbah pada tiap reaktor akan dapat berbeda-beda, tergantung keseragaman ukuran media maupun sistem perakaran tanaman yang terbentuk, dengan demikian maka kecenderungan penurunan TSS pada masing- masing reaktor tidak dapat dibandingkan. Dari data hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi TSS yang cukup besar pada sampel percobaan pertama sebanyak 50%, memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan penurunan BOD. Pada sampel percobaan ke-3 penurunan TSS tidak terlalu signifikan, hanya sebesar 25%. Hal ini dikarenakan tercampurnya air limbah tersebut dengan padatan (lempung) yang dibawa oleh air hujan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat diduga bahwa partikel partikel solid yang terdapat dalam air limbah sebagian besar terbentuk dari bahan organik. Bahan organik yang berbentuk padatan akan tertahan dalam media HSSF Wetland melalui mekanisme filtrasi dan sedimentasi. Padatan yang tertahan dalam media, kemudian oleh bakteri akan didegradasi menjadi unsur yang lebih sederhana dan terlarut dalam air limbah. Penurunan bahan organik solid yang cukup besar akan berpengaruh terhadap konsentrasi TSS dalam air limbah.

17 digilib.uns.ac.id Penurunan Kadar Deterjen Deterjen berasal dari kegiatan pencucian piring dan gelas yang digunakan dalam kegiatan rumah tangga. Deterjen biasanya mengandung fosfor dalam bentuk natrium tripolifosfat. Diperkirakan 3 40 % fosfor yang masuk ke perairan berasal dari fosfat yang terdapat di dalam deterjen. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat di dalam deterjen. Pada masa sekarang surfaktan yang umum digunakan adalah linier alkil sulfonat (LAS). LAS merupakan surfaktan yang dapat dipecahkan oleh bakteri. Masalah utama yang ditimbulkan dalam penelitian ini adalah busa yang dihasilkannya dapat mengganggu lingkungan. Bahan pembentuk utama yang digunakan untuk membentuk deterjen adalah natrium tripolifosfat (Na 5 P 3 O 10 ) Tingginya konsentrasi fosfat dalam air dapat menyebabkan kondisi lewat subur sehingga dapat meningkatkan perkembangan alga serta tanaman air. Deterjen dengan rantai pendek jauh lebih mudah diuraikan daripada deterjen dengan rantai panjang dan bercabang seperti Alkil Benzen Sulfonat. Deterjen dengan rantai panjang dan bercabang ini sangat sulit diuraikan secara alamiah sehingga akan menimbulkan masalah bagi lingkungan tempat ia dibuang. Dalam jumlah berlebih dan tidak dapat diuraikan dengan cepat, menjadikan deterjen sebagai bahan yang dianggap cukup potensial mencemari lingkungan. Pencemaran akibat deterjen mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob. Tingginya masukkan deterjen dalam perairan menyebabkan tingginya kandungan surfaktan. Lahan basah buatan (constructed weatlands) dapat digunakan untuk mengolah air limbah domestik. Sistem ini tidak hanya terfokus pada jenis limbah tertentu tetapi juga pada parameter khusus seperti linear alkyl benzens ulfonates (LAS). Berdasarkan data hasil penelitian sebagaimana tersaji pada Tabel 4.5. di bawah, maka dapat diperoleh efektivitas dari sistem lahan basah buatan dalam mereduksi kandungan penurunan kadar deterjen commit dari to air user limbah rumah tangga.

18 digilib.uns.ac.id 62 Tabel 4.5. Efisiensi Prensentasi Penurunan Deterjen No. Waktu Tinggal Deterjen Efisiensi (hari) inlet outlet Penurunan (%) 1 30-Oct Nov Nov Dec Dec Rata-Rata Grafik 4.3. Efisiensi Prensentasi Penurunan Deterjen Penggunan kadar deterjen dalam limbah rumah tangga mempengaruhi efisiensi penurunanya, apabila penggunaan deterjen yang masuk pada inlet sedikit maka pengolahan lahan basah buatan (constructed weatlands) akan mengolah deterjen dengan jumlah yang sedikit juga.

19 digilib.uns.ac.id 63 Penurunan kadar deterjen dalam air limbah rumah tangga dapat terjadi akibat tanaman Bintang Air yang menyerap fosfat sebagai nutrisi untuk hidup dan pertumbuhannya. Telah diuraikan dalam Bab 2 bahwa tanaman Bintang Air mampu menyerap fosfat sebesar 180 kg/ha/th. Pada Tabel 4.4. dan Grafik 4.3. terlihat bahwa terjadi reduksi yang cukup signifikan untuk nilai penurunan kadar deterjen dari air limbah, yaitu persentase reduksi rata-ratanya adalah 86,55% dengan persentase reduksi maksimum dapat mencapai 98,41%. Konsentrasi penurunan kadar deterjen influen air limbah sudah memenuhi baku mutu lingkungan saat masuk ke lahan basah buatan, hal ini dimungkinkan karena sedikitnya penggunaan sabun dalam kegiatan pencucian di rumah tersebut Efisiensi yang Diperoleh Efisiensi yang diperoleh dari sistem lahan basah buatan (constructed weatlands) ini diperoleh dari besarnya jumlah air yang dapat dihemat karena digantikan oleh air olahan dari lahan basah buatan (constructed weatlands) ini. Secara rinci jumlah efisiensi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Pompa aquarium (Power Liquide Filter WH-4300) = 35 watt Harga listrik Biaya oprasional = Rp 979/ KWH = (35 x 12 x 979) : 1000 = Rp 420/ hari = (jumlah air yang digunakan kembali x harga air) + biaya oprasional = ( 0,50 m 3 /hari x Rp /m 3 ) + Rp 420/hari = Rp /hari = Rp

20 digilib.uns.ac.id Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Lahan Basah Buatan (Constructed Weatlands), Perhitungan Volume Pekerjaan Dan Durasi Pekerjaan Perhitungan anggaran biaya pembuatan lahan basah buatan (constructed weatlands) di Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta. Perhitungan ini menggunakan analisa biaya konstruksi yang disingkat dengan ABK, Standart Nasional Indonesia (SNI) dan harga upah minimum Kota Surakarta tahun Rencana anggaran biaya kolam lahan basah buatan (constructed weatlands) keseluruhan adalah senilai Rp ,- dengan tipe konstruksi kolam constructed wetland terdiri 3 penampungan bak dari pasangan bata. Pembahasan rencana anggaran biaya (RAB) pembuatan kolam constructed wetland akan dilampirkan pada Bab Lampiran. Berikut rincian perhitungan volume dan Tabel 4.6 Rencana Anggaran Biaya kolam lahan basah buatan (constructed weatlands) di Perumahan Mutihan RT 03/ RW X, Sondakan, Laweyan, Surakarta : Tabel 4.6. Rekapitulasi Pembuatan Kolam Constructed Wetland dan Media T HSP JUMLAH HARGA NO. URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN RP RP I PEKERJAAN PERSIAPAN, GALIAN DAN URUGAN 1 Pekerjaan persiapan lahan (lokasi pekerjaan) 10,00 m² Rp 7.810,00 Rp ,00 2 Pekerjaan galian tanah untuk tangki air 3,75 m³ Rp ,00 Rp ,54 JUMLAH Rp ,54 II 1 PEKERJAAN BETON Kolom beton praktis 10/10 0,06 m³ Rp ,00 Rp ,74 4 Sloop beton bertulang 1,08 m³ Rp ,65 Rp ,94 JUMLAH Rp ,68 III PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN 1 Pasangan bata merah 1pc : 5ps 12,35 m² Rp ,90 Rp ,07 2 Plesteran 1pc : 5ps, tebal 15 mm 12,35 m² Rp ,09 Rp ,24 2 Acian 12,35 m² Rp ,33 Rp ,55 JUMLAH Rp ,62 IV PEKERJAAN INSTALASI PIPA DAN POMPA AIR 1 Pasangan pipa PVC diameter 3" 4 m' Rp ,00 Rp ,00 2 Pasangan pipa PVC diameter 3/4" 4 m' Rp ,00 Rp ,00 3 Pasangan Pipa Aquarium 3 m' Rp 4.000,00 Rp ,00 4 Pemasangan Pompa Air Aquarium 1 unit Rp ,00 Rp ,00 JUMLAH Rp ,00 TOTAL PERENCANAAN Rp ,84

21 digilib.uns.ac.id 65 NO. BAHAN JUMLAH SATUAN HSP JUMLAH HARGA RP RP 1 Tanaman Bintang Air 5.00 bh Rp 30, Rp 150, Pasir Sungai 0.50 m³ Rp 350, Rp 175, Ijuk 6.00 bh Rp 7, Rp 45, Kerikil 0.40 m³ Rp 350, Rp 140, JUMLAH Rp 510, Terbilang : Lima Ratus Sepuluh Ribu Rupiah Berikut ini adalah perhitungan volume pekerjaan dari pembuatan constructed wetland di Mutihan Rt 03/X, Sondakan, Laweyan, Surakarta: I. Pekerjaan Persiapan Pembersihan lahan Volume Total = panjang x lebar = 4m x 2.5m = 10 m 2 II. Pekerjaan Galian Tanah Galian tanah = luas penampang Kolam 1 (Tampungan Grey Water) luas penampang = 1,5750 x 0,7750 = 1,221 m 2 Galian Kolam 1 = 1,221 m 2 x 1 m = 1,221 m 3 Kolam 2 (Constructed Wetland) luas penampang = 2,800 x 0,7250 = 2,030 m 2 Galian Kolam 2 = 2,030 m 2 x 0,7 m = 1,421 m 3 \ Kolam 3 (Tampungan Air Bersih) luas penampang = 1,425 x 0,7750 = 1,1044 m 2 Galian Kolam 3 = 1,1044 m 2 x 1 m = 1,1044 m 3

22 digilib.uns.ac.id 66 III. Pekerjaan Pemasangan Kolom Kolom praktis 10 x 10 untuk dinding kolam Volume = (panjang x lebar x tinggi) x n = (0,10 x 0,10 x 1) x 6 = 0.06 m 3 Sloop Volume = tinggi x lebar x panjang = 0,2 x 0,12 x = 0,2964 IV. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran a. Pasangan Bata Merah 1Pc : 5 Ps Luas Dinding = Total panjang dinding tinggi dinding = 12,35m x 1m = 12,35 m 2 b. Pekerjaan Plesteran dan Pengacian Volume = volume total pasangan batu bata x 1 = 12,35 m 2 x 1 = 12,35 m 2

23 digilib.uns.ac.id 67 V. Pekerjaan Instalasi Pipa dan Pompa Air Pasang Pipa PVC Diameter 3 Panjang = 4 m Pasang Pipa PVC Diameter 3/4 Panjang = 4 m Pompa Aquarium Jumlah = 1 buah Berdasarkan volume pekerjaan maka didapatkan durasi dan nilai bobot pekerjaan beserta kurva s, lama pengerjaan dalam pembuatan kolam lahan basah buatan ini adalah empat minggu, pembuatan lahan basah buatan ini dilaksanakan mulai tanggal 23 Agustus 2015, berikut ini adalah Tabel 4.7 Durasi Pekerjaan dan Nilai Bobot Pembuatan Lahan Basah Buatan dan Grafik 4.7 Kurva S Tabel 4.7 Durasi Pembuatan dan Nilai Bobot Kolam Lahan Basah Buatan No Deskripsi Kegiatan Nilai Bobot (Rp.) Nilai Bobot (%) Durasi Bobot Tiap Minggu 1 Pekerjaan Persiapan, Galian dan Urugan Rp 211, Pekerjaan Beton Rp 446, Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Rp 3,168, Pekerjaan Instalasi Pipa dan Pompa Air Rp 315, Total Rp 4,141, Kegiatan Durasi Biaya Bobot Minggu (Minggu) (Rp.) (%) Pekerjaan Persiapan, Galian dan Urugan 1 Rp 211, Pekerjaan Beton 1 Rp 446, Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 2 Rp 3,168, Pekerjaan Instalasi Pipa dan Pompa Air 1 Rp 315, TOTAL Rp 4,141, PRESTASI PER MINGGU PRESTASI KUMULATIF Grafik 4.4. Grafik Kurva S

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan membuat unit pengolahan limbah lahan basah buatan dengan lebar 3 meter dan panjang 1,5 meter. Unit pengolahan limbah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota besar di Indonesia pada umumnya memiliki masalah tipikal yaitu peningkatan penduduk yang disebabkan oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laundry adalah salah satu penyedia jasa layanan dalam hal cuci mencuci pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands)

Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands) Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Permukaan (Subsurface Flow Constructed Wetlands) Lita Darmayanti, Manyuk Fauzi, Bagus Hajri Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian ini secara garis besar terbagi atas 6 bagian, yaitu : 1. Analisa karakteristik air limbah yang diolah. 2.

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012 Oleh : Rr. Adistya Chrisafitri 3308100038 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ)

PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) PERENCANAAN SUBSURFACE FLOW CONSTRUCTED WETLAND PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI AIR KEMASAN (STUDI KASUS : INDUSTRI AIR KEMASAN XYZ) Oleh : Zulisnaini Sokhifah 3306 100 105 Dosen Pembimbing : Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug. 39 III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Makna, Ciledug yang terletak di Jalan Ciledug Raya no. 4 A, Tangerang. Instalasi Pengolahan Air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kualitas Air Seperti yang di jelaskan di bab bab sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran penuruan kadar yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND) PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN Alisma plantago DALAM SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (SSF-WETLAND) Amalia Masturah 1) Lita Darmayanti 2) Yohanna Lilis H 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Latar Belakang Masalah DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki populasi penduduk yang sangat pesat. Pada tahun 2005,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER Afry Rakhmadany 1, *) dan Nieke Karnaningroem 2) 1)Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) Diperoleh penurunan kadar COD optimum pada variasi tumbuhan Tapak Kuda + Kompos 1 g/l. Nilai COD lebih cepat diuraikan dengan melibatkan sistem tumbuhan

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RAB PADA PERANCANGAN UNIT IPAL DI SENTRAL INDUSTRI BATIK KABUPATEN PEKALONGAN

PERHITUNGAN RAB PADA PERANCANGAN UNIT IPAL DI SENTRAL INDUSTRI BATIK KABUPATEN PEKALONGAN Abstrak PERHITUNGAN RAB PADA PERANCANGAN UNIT IPAL DI SENTRAL INDUSTRI BATIK KABUPATEN PEKALONGAN Triwardaya 1) 1.) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto,

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-35 Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik Laily Zoraya Zahra, dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc

Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc TugasAkhir RE 091324 Dosen Pembimbing: Prof. DR. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc. 19550128 198503 2001 Oleh : Andrew indrawanto 3309100011 Tiap tahun bertambahnya jumlah penduduk Terjadinya banyaknya air

Lebih terperinci

REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH

REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH REMOVAL CEMARAN BOD, COD, PHOSPHAT (PO 4 ) DAN DETERGEN MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR SEBAGAI METODE CONSTRUCTED WETLAND DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH I Wayan Sri Sukmawati**) dan Pungut Asmoro*) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Phapros Tbk, merupakan industri farmasi yang berada di Simongan 131, Semarang. Kegiatan dari industri adalah memproduksi obatobatan. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif D18 Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan, Pengendapan, dan Zeolit-Arang Afiya Asadiya dan Nieke Karnaningroem Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor.

BAB III METODOLOGI. Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur. Pembuatan Reaktor. BAB III METODOLOGI 3.1 Tahapan Penelitian Diagram alir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Studi Literatur Penyiapan Alat dan Bahan Penelitian Pemilihan Tanaman Pembuatan Reaktor Tahap Penjenuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Disain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga buah unit aquaponic, yang digunakan untuk menanam tanaman Genjer (Limnocharis flava), dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu penyebab pencemaran

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN Oleh : Edwin Patriasani Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.Sc LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter

Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah rumah tangga dengan tangki biofilter 1 Ruang lingkup Tata cara ini mencakup persyaratan, kriteria perencanaan dan cara pemasangan

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih F207 Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih Carissa Y. Ekadewi dan Wahyono Hadi Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian,

Lebih terperinci

Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau

Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau Model Fisik Sub Surface Flow Constructed Wetland Untuk Pengolahan Air Limbah Musala Al-Jazari Fakultas Teknik Universitas Riau Taufiq Hidayat, Lita Darmayanti, Bambang Sujatmoko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT Oleh : Agus Mirwan, Ulfia Wijaya, Ade Resty Ananda, Noor Wahidayanti Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk 2.1. Sumber Limbah ini antara lain: Sumber air limbah yang ada di PT. United Tractors Tbk saat Dari proses produksi, (proses produksi/ bengkel, dan cuci unit),

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 85 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Karakteristik Limbah Pemeriksaan karakteristik limbah cair dilakukan untuk mengetahui parameter apa saja yang terdapat dalam sampel dan menentukan pengaruhnya

Lebih terperinci

KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN

KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN 79 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 No. 2 KOMBINASI PROSES AERASI, ADSORPSI, DAN FILTRASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PERIKANAN Luluk Edahwati dan Suprihatin Program Studi Teknik Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat esensial untuk kehidupan, ini disebabkan tubuh mahluk hidup sebagian besar terdiri dari air. Disamping sebagai bagian penyusun tubuh, air esensial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air limbah merupakan air sisa dari suatu kegiatan dan biasanya air limbah dibuang ke sungai, sedangkan air sungai menjadi salah satu sumber air bagi kehidupan mahluk

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dekade terakhir ini perkembangan sektor pariwisata semakin pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan manusia. Salah satu aspek pendukung

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian pemanfaatan air bekas mandi. Penelitian pemanfaatan limbah air bekas bekas mandi di landaskan pada penggunaan

Lebih terperinci

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi Edwin Patriasani 1, Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 ed_win1108@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat di antaranya tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan lingkungan, dan kehidupan sosial budaya. Faktor yang penting

Lebih terperinci

Dosen Magister Ilmu Lingkungan dan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang

Dosen Magister Ilmu Lingkungan dan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Semarang 12-114 PENGOLAHAN EFFLUENT DARI IPAL INDUSTRI FARMASI DENGAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (STUDI KASUS : PT PHAPROS TBK, SEMARANG) Mega Anggraeni 1 Henna Rya Sunoko 2, Hadiyanto 3 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Purwokerto terhadap sampel air yang diambil dari mata air Clikutuk Desa Sunyalangu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL 189 10.1 Beban Air Limbah Domestik Rumah Tangga Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1 Peralatan Yang Digunakan Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu reaktor berskala pilot plant. Reaktor ini mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Hamimal Mustafa R 1), Nurina Fitriani 2) dan Nieke Karnaningroem 3) 1) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan Pt T-22-2000-C PETUNJUK TEKNIS Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH 1 KATA PENGANTAR Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil BAB V ANALISIS PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Hasil pengujian sampel air yang berasal dari air di Masjid K.H.A. Dahlan UMY yang dilakukan oleh BBTKLPP Yogyakarta didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel

Lebih terperinci