HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Regulasi prebiotik dan probiotik Regulasi pangan fungsional yang mengatur probiotik, prebiotik dan sinbiotik yang berlaku di Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Australia dan Indonesia berbeda antara negara yang satu dengan negara lainnya meliputi kelompok, definisi, level konsentrasi, klaim, label dan ketentuan persyaratan keamanan. Pengelompokan prebiotik dan probiotik Regulasi prebiotik dan probiotik di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Australia dan Indonesia dimasukan dalam kelompok pangan fungsional, FOSHU, dietary supplement/food supplement, novel food dan obat, tergantung dari cara penggunaan dan bentuk sediaan, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kelompok yang mengakomodasi prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam regulasi beberapa negara Negara Regulasi Pangan Pangan Fungsional FOSHU Dietary Supplement Food Supplement Novel Food GRAS Amerika Serikat Jepang Uni Eropa Australia Indonesia Prebiotik dan probiotik di negara Amerika, Jepang, Uni Eropa, Australia dan Indonesia dimasukan ke dalam kelompok pangan karena terminologi pangan (konvensional), pangan fungsional, FOSHU dan pangan rekayasa genetika (novel food) dapat dikelompokkan ke dalam pangan. Dietary supplement dan suplemen makanan dapat dikelompokkan dalam suplemen makanan karena bentuk sediaannya adalah kapsul, tablet, kaplet yang berbeda dengan pangan pada umumnya. Pengelompokan pangan fungsional yang mengatur probiotik dan

2 33 probiotik berbeda antara satu negara dengan negara lain sesuai cara penggunaan dan bentuk sediaannya sesuai dengan pangan pada umumnya. Definisi Prebiotik dan Probiotik Umumnya definisi yang digunakan merujuk pendapat para ahli yang telah dipublikasikan. Amerika Serikat dan Australia menggunakan pendapat Gibson dan Roberfroid (1995) yang mendefinisikan prebiotik sebagai bahan makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan bagi inang dengan merangsang secara selektif pertumbuhan dan atau aktifitas satu atau sejumlah jenis bakteri yang berada dalam kolon sehingga dapat meningkatkan kesehatan inangnya. Definisi probiotik yang dirujuk di Amerika Serikat adalah sebagai bakteri hidup dalam kultur tunggal atau campuran yang mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia (Salminen 1998). Australia, Jepang, Uni Eropa dan Indonesia tidak mengatur ketentuan tentang definisi prebiotik, probiotik, dan sinbiotik. Tidak ada standar definisi resmi yang mengatur prebiotik dan probiotik di negara Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia dan Indonesia. Sementara itu, FAO (2007) telah mendefinisikan prebiotik sebagai makanan yang tidak dapat dicerna yang menguntungkan dengan merangsang secara selektif pertumbuhan aktifitas sejumlah bakteri dalam kolon sehingga meningkatkan kesehatan. Sedangkan definisi probiotik adalah organisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat memberi manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO 2002) dan sinbiotik adalah suatu kombinasi prebiotik dan probiotik. Jenis dan Konsentrasi Konsentrasi prebiotik berbeda antara satu negara dengan lainnya tergantung jenis prebiotik dan tujuan penggunaannya misalnya untuk anak atau dewasa. Amerika Serikat (FDA) telah mengatur secara rinci konsentrasi prebiotik berdasarkan jenis prebiotik seperti inulin untuk anak < 1 tahun adalah 6 g/hari, anak > 1 tahun adalah 15 g/hari dan lebih atau sama dengan 2 tahun adalah 20 g/hari sedangkan dewasa g/hari. Sedangkan konsentrasi FOS untuk anak kurang dari 1 tahun adalah 4,2 g/hari, untuk penggunaan umum adalah 20 g/hari namun tidak untuk

3 34 penggunaan susu bayi. Tabel 9 menunjukkan level konsentrasi prebiotik, probiotik dan sinbiotik di beberapa negara. Tabel 9. Level konsentrasi prebiotik, probiotik dan sinbiotik dalam regulasi beberapa negara No Jenis AS Uni Eropa Jepan g Indone sia 1 Prebiotik - 0,8g-100 ml - 10 g/hari a. Inulin <1thn=6g/hari, >1thn=15g/hari, >2thn=20g/hari Dewasa=40-70g/hari b. FOS <1 th=4,2 g/hari umum=20g/hari (tidak susu bayi) ,8 g/100 ml, Australia (draft) Susu Mak. bayi bayi 0,8 g/100 ml 2,5-10g/hari c. GOS Ditunda 2,5g/hari - - 0,8g/10 0 ml Kombinasi - 10% - - Inulin oligogalactos & GOS yl-lactose & 0,8/100 90% ml oligofructosyl -saccharose 2 Probiotik - - >10 7 CFU/ g B.lactis str Bb14 & S. thermophylus str Th4 L. acidophilus, L. Lactis, P. Acidilactici CFU/g (susu bayi) cfu/g CFU/g 0,8 g/100 ml Inulin dan GOS : 0,8 g/100 ml Sinbiotik Uni Eropa telah mengatur ketentuan penggunaan inulin adalah 0,8 g/hari, FOS adalah 2,5-10 g/hari, GOS 2,5 g/hari bahkan untuk penggunaan kombinasi diatur 10% oligogalactosyl-lactose dan 90% oligofructosyl saccharose. Australia (FSANZ) sedang mengajukan usulan regulasi penggunaan inulin, GOS dalam

4 35 bentuk tunggal dan kombinasi pada susu bayi sampai dengan 0,8g/100 ml dan penggunaan inulin dan GOS dalam bentuk tunggal dan kombinasi pada makanan bayi mencapai 0,8 g/100 ml. Sedangkan pada regulasi Indonesia masih mengatur penggunaan prebiotik secara umum yaitu 10 g/hari, belum secara rinci berdasarkan jenis prebiotik dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk kombinasi, seperti ditunjukkan pada Tabel 9. Belum ada konsensus internasional mengenai dosis probiotik, namun dosis minimum yang dianjurkan adalah CFU/hari dan sangat bergantung dari jenis strain mikroorganismenya. Sedangkan untuk Sinbiotik juga belum ada ketentuan yang mengatur tentang level konsentrasi yang digunakan. Klaim Saat ini di beberapa negara hanya klaim kesehatan umum yang diperbolehkan pada makanan yang mengandung probiotik. Umumnya klaim yang digunakan adalah klaim tentang kandungan dan klaim tentang fungsi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Klaim manfaat kesehatan di Amerika Serikat dan Jepang diizinkan namun di Jepang klaim manfaat kesehatan harus mendapat persetujuan dari Departemen Kesehatan sedangkan di Amerika tidak perlu mendapat izin dari FDA. Klaim manfaat kesehatan yang disetujui di Jepang untuk probiotik diantaranya adalah mencapai usus dalam keadaan hidup, meningkatkan bakteri bermanfaat/bifidobacteria/ Lactobacilli usus, menjaga keseimbangan kondisi saluran pencernaan, membantu menjaga kondisi saluran pencernaan, mempertahankan kesehatan usus, membantu keseimbangan flora intestinal dan mematikan bakteri jahat. Klaim manfaat kesehatan di Uni Eropa dilarang karena ketentuan yang berlaku melarang penggunakan klaim pengobatan pada label pangan seperti mengobati atau mencegah penyakit karena menjurus kepada khasiat obat, seperti ditunjukkan pada Tabel 11.

5 36 Tabel 10. Klaim prebiotik dan probiotik di beberapa negara Negara Klaim Prebiotik Klaim Probiotik Amerika Serikat Jepang Untuk meningkatkan kesehatan saluran percernaan - Untuk mengubah kondisi saluran pencernaan - untuk meningkatkan kondisi saluran pencernaan Uni Eropa - Inulin (FOS) merupakan prebiotik, bifidogenik, - Merangsang pertumbuhan bifidobacteria dalam usus - GOS meningkatkan kondisi kesehatan usus. Australia Meningkatkan kesehatan saluran cerna Indonesia Tidak boleh klaim manfaat dan klaim tentang fungsi. - Untuk mengontrol bakteri patogen dan menjaga kesehatan usus - membantu pertahanan tubuh dan membantu menjaga kesehatan tubuh - menjaga kesehatan saluran cerna dan meningkatkan pertahanan tubuh. - Mencapai usus dalam keadaan hidup, - Meningkatkan bakteri bermanfaat/bifidobacteria/ lactobacilli usus, - Menjaga keseimbangan kondisi saluran pencernaan, - Membantu menjaga kondisi saluran pencernaan, - Mempertahankan kesehatan usus, - Membantu keseimbangan flora intestinal dan mematikan bakteri jahat. - Menjaga keseimbangan mikro-flora usus - Mengandung probiotik - Mendukung pencernaan normal - - Tidak boleh klaim manfaat. - Yang diperbolehkan klaim kandungan gizi dan klaim tentang fungsi : Probiotik (Lactobacillus dan Bifidobacterium) dapat membantu mempertahankan fungsi saluran cerna Tabel 11. Klaim kesehatan probiotik, prebiotik dan sinbiotik pada beberapa negara Negara Amerika Uni Jepang Australia Indonesia Klaim Serikat Eropa Klaim Kesehatan -Diizinkan V V -Dilarang V V V

6 37 Sebaliknya FAO/WHO merekomendasikan penggunaan klaim manfaat kesehatan khusus pada makanan yang mengandung probiotik bila didukung dengan bukti ilmiah seperti klaim khusus yang menyatakan bahwa probiotik dapat menurunkan insiden terjadinya diare rotavirus pada bayi akan lebih informatif bagi konsumen daripada klaim umum yang menyatakan dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Hal ini lebih sesuai dengan Codex General Guidelines on Claims (CAC/GL (Rev ) untuk mencegah informasi yang menyesatkan. Di Jepang klaim kesehatan untuk prebiotik (Oligosaccharides, Raffinose, Lactolose) yang disetujui adalah untuk meningkatkan kondisi saluran pencernaan atau dapat meningkatkan kondisi saluran pencernaan. Berbeda dengan di Indonesia klaim prebiotik yang disetujui adalah hanya klaim kandungan gizi, sedangkan klaim fungsi inulin sebagai serat pangan boleh mencantumkan klaim fungsi yaitu dapat membantu menyehatkan saluran pencernaan (BPOM RI 2005). Label US the Nutrition Labelling and Education Act 1991 mengizinkan makanan klaim kesehatan tanpa persetujuan Food and Drug Administration (FDA). Sementara The Federal Trade Commission (FTC) berwenang mengatur iklan. Ketentuan persyaratan label pangan yang mengandung probiotik di Indonesia hampir sama dengan yang direkomendasikan FAO/WHO (2002). Hal ini menunjukkan pada saat penyusunan ketentuan probiotik, Indonesia mengacu pada rekomendasi FAO/WHO kecuali persyaratan klaim manfaat kesehatan, ditunjukkan pada Tabel 12. Yang menarik pada keterangan yang harus dicantumkan pada label di Indonesia adalah ukuran rumah tangga yang dianjurkan untuk menggambarkan dosis probiotik yang tepat yang berhubungan manfaat terhadap kesehatan, padahal pada peraturan tersebut dinyatakan bahwa label dan iklan tidak boleh mencantumkan klaim tentang manfaat terhadap kesehatan. Hal ini menunjukan Indonesia dalam menyusun peraturan mengacu pada ketentuan WHO yang seharusnya disesuaikan dengan ketentuan Indonesia yang melarang mencantumkan klaim manfaat terhadap kesehatan.

7 38 Tabel 12. Keterangan yang harus dicantumkan pada label produk probiotik AS UE Jepang Australia Indonesia FAO/WHO (2002) Genus, spesies dan strain Genus, spesies dan strain Genus, spesies dan strain Genus, spesies dan strain Genus, spesies dan strain Genus, Species, strain designation Jumlah minimum probiotik yang hidup pada akhir masa shelflife Minimum viable numbers of each probiotic strain at end of the shelf life - - Tabel nilai gizi dan kalori - Informasi mengenai jumlah probiotik secara akurat terhadap efek fisiologisnya Kondisi penyimpanan yang tepat Nama dan alamat orang atau perusahaan Informasi mengenai jumlah probiotik secara akurat terhadap efek fisiologisnya Kondisi penyimpanan yang tepat Nama dan alamat orang atau perusahaan - Ukuran rumah tangga yang dianjurkan untuk menggambarkan dosis probiotik yang tepat yang berhubungan health claims - Informasi mengenai jumlah probiotik secara akurat terhadap efek fisiologisnya Efek terhadap kesehatan dan petunjuk umum untuk kesehatan Tanda FOSHU, saran penggunaan dan peringatan, memasak, atau penyimpan (bila diperlukan) Nama dan alamat orang atau perusahaan Informasi mengenai jumlah probiotik secara akurat terhadap efek fisiologisnya - Health claims The suggested serving size must deliver the effective dose of probiotics related to the health claim - Kondisi penyimpanan yang tepat Proper storage conditions Nama dan alamat orang atau perusahaan Informasi rinci nama perusahaan yang dapat dihubungi untuk informasi bagi konsumen Corporate contact detail for consumer information -

8 39 Sementara itu untuk keterangan yang harus dicantumkan pada produk prebiotik sesuai dengan ketentuan label pangan yang umum berlaku. Ketentuan Evaluasi Keamanan dan Manfaat Persyaratan penting untuk persetujuan FOSHU di Jepang adalah manfaat yang dibuktikan secara ilmiah termasuk uji klinis, aman dikonsumsi dan analisa komponen aktif. Di Amerika Serikat, berdasarkan the US Federal Food Drug and Cosmetic Act, status GRAS dengan persyaratan senyawa atau mikroorganisme tersebut mempunyai sejarah keamanan digunakan dalam pangan sebelum 1 Januari 1958 atau telah diakui oleh para ahli karena aman. Uni Eropa telah mengembangkan pedoman untuk mengatur pangan fungsional dan pangan novel. Di peraturan novel food Uni Eropa diperlukan analisis keamanan dan studi gizi tambahan. Mikroorganisme yang tidak digunakan secara tradisional dalam produksi pangan dipertimbangkan sebagai pangan novel dan diatur dalam Regulation (EC) No. 258/97. Aplikasi yang diperlukan produsen untuk FOSHU di Jepang diantaranya adalah dokumentasi ilmiah yang menunjukkan dasar medis dan gizi untuk klaim kesehatan, dasar dosis rekomendasi pangan fungsional dari ingredien fungsional, informasi yang menunjukkan keamanan dari ingredien, informasi karakteristis kimia dan fisika, metode uji yang relevan, analisis komposisi dan paper ilmiah yang membuktikan klaim kesehatan. Disamping itu diperlukan dokumentasi yang menunjukkan bukti klinik dan gizi dari efek fungsional produk untuk mempertahankan kesehatan, dokumentasi yang menunjukkan bukti klinik dan gizi dari jumlah yang digunakan pada produk atau komponen fungsionalnya. Tabel 13 menunjukkan ketentuan evaluasi keamanan dan manfaat di beberapa negara.

9 40 Amerika Serikat Tabel 13. Ketentuan evaluasi keamanan dan manfaat di beberapa negara Negara Prebiotik Probiotik Status GRAS Definisi, data proses produksi, data aplikasi pangan, sejarah penggunaan sebelum tahun 1958, perkiraan pemberian di Amerika Serikat, perkiraan konsumsi penambahan inulin dan oligofructosa oleh populasi orang Amerika Serikat, efek fisiologis, gizi dan metabolismenya, keamanan dibandingkan karbohidrat, data pemberian pangan, studi manusia dan data toksisitas hewan. Jepang Uni Eropa Dokumentasi ilmiah yang menunjukkan dasar medis dan gizi untuk klaim kesehatan, dasar dosis rekomendasi pangan fungsional dari ingredien fungsional, informasi keamanan dari ingredien, informasi karakteristis kimia dan fisika, metode uji yang relevan, analisis komposisi dan paper ilmiah yang membuktikan klaim kesehatan. Dokumen nilai gizi dan klinis yang menunjukkan efek kesehatan pangan dan ingrediennya termasuk hasil test pada orang Jepang. Inulin dan FOS telah dijual sebelum diberlakukan peraturan pangan novel Didukung data ilmiah yang diterima secara umum. Review data yang berhubungan dengan manfaat yang diharapkan dan pertimbangan keamanan dengan beberapa studi sesuai pedoman yang umumnya diterima. Status GRAS dengan persyaratan senyawa atau mikroorganisme tersebut mempunyai sejarah keamanan digunakan dalam pangan sebelum 1 Januari 1958 atau telah diakui oleh para ahli karena aman. Dokumentasi ilmiah yang menunjukkan dasar medis dan gizi untuk klaim kesehatan, dasar dosis rekomendasi pangan fungsional dari ingredien fungsional, informasi keamanan dari ingredien, informasi karakteristis kimia dan fisika, metode uji yang relevan, analisis komposisi dan paper ilmiah yang membuktikan klaim kesehatan. Dokumen nilai gizi dan klinis yang menunjukkan efek kesehatan pangan dan ingrediennya termasuk hasil test pada orang Jepang. Analisis keamanan dan studi gizi tambahan (Novel food). Mikroorganisme yang tidak digunakan secara tradisional dalam produksi pangan dipertimbangkan sebagai pangan novel dan diatur dalam Regulation (EC) No. 258/97. Australia - - Indonesia - Hasil pengujian manfaat probiotik dilakukan berdasarkan uji coba pada orang Indonesia minimal 20 orang FAO (2007) untuk prebiotik FAO/WHO (2002) untuk probiotik 1)spesifikasi/karakterisasi produk meliputi sumber, asal, kemurnian, komponen dan struktur kimia, 2) karakterisasi fungsi dengan uji in vitro/hewan terhadap formulasi produk, pembawa, konsentrasi dan jumlahnya 3) analisis keamanan dengan uji in vitro, uji hewan, dan atau fase 1 studi pada manusia bila bukan GRAS. Studi pada manusia dilakukan secara acak buta ganda dengan jumlah sampel dan outcome produk bermanfaat, 1) identifikasi strain meliputi genus, spesies, strain atau deposit strain dari koleksi kultur internasional, 2) karakterisasi fungsi dengan uji in vitro dan uji hewan 3) analisis keamanan secara in vitro dan atau uji hewan dan fase 1 studi pada manusia secara acak buta ganda dan kontrol placebo fase 2 studi manusia atau desain lain yang mendekati dengan ukuran sampel dan outcome yang mendekati untuk menguji bila strain/produk bermanfaat 4) fase 3 uji manfaat untuk membandingkan probiotik dengan standar

10 41 Sementara prosedur klaim prebiotik (FAO 2007) dilakukan dengan 1) spesifikasi/karakterisasi produk meliputi sumber, asal, kemurnian, komponen dan struktur kimia, 2) karakterisasi fungsi dengan uji in vitro/hewan terhadap formulasi produk, pembawa, konsentrasi dan jumlahnya 3) analisis keamanan dengan uji in vitro, uji hewan, dan atau fase 1 studi pada manusia bila bukan GRAS. Studi pada manusia dilakukan secara acak buta ganda dengan jumlah sampel dan outcome produk bermanfaat, bukti minimum korelasi outcome fisiologi dan modulasi mikrobiota pada tempat yang spesifik. Studi independen kedua lebih disukai untuk mengkonfirmasi hasil. Pertimbangan keamanan bakteri harus mempunyai sejarah aman digunakan sepanjang rute penggunaan direkomendasikan, frekuensi, tidak memproduksi metabolit pada produk akhir yang berbahaya, resisten antibiotik, sensitifitas pada terapi antibiotik dan spesies yang menghasilkan toksin mamalia atau hemolisin. Untuk evaluasi probiotik menurut FAO/WHO (2002) dilakukan dengan 1) identifikasi strain meliputi genus, spesies, strain atau deposit strain dari koleksi kultur internasional, 2) karakterisasi fungsi dengan uji in vitro dan uji hewan 3) analisis keamanan secara in vitro dan atau uji hewan dan fase 1 studi pada manusia secara acak buta ganda dan kontrol placebo fase 2 studi manusia atau desain lain yang mendekati dengan ukuran sampel dan outcome yang mendekati untuk menguji bila strain/produk bermanfaat 4) fase 3 uji manfaat untuk membandingkan probiotik dengan standar. Indonesia mempersyaratkan hasil pengujian manfaat probiotik dilakukan berdasarkan uji coba pada orang Indonesia minimal 20 orang. Sementara Jepang untuk persetujuan produk probiotik dibutuhkan dokumen nilai gizi dan klinis yang menunjukkan efek kesehatan pangan dan ingrediennya termasuk hasil test pada orang Jepang. Analisis Gap Regulasi antar Negara Setelah melakukan perbandingan dan analisa atas informasi yang disajikan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :

11 42 1. Berdasarkan regulasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, Jepang, dan Indonesia, pengelompokan prebiotik dan probiotik dapat dimasukan sebagai pangan meskipun istilah yang digunakan berbeda seperti pangan konvensional, pangan fungsional, FOSHU dan pangan rekayasa genetika (novel food). Disamping itu, prebiotik dan probiotik dapat juga termasuk dalam kelompok supplemen seperti dietary supplement dan food supplemen. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan regulasi yang mengatur prebiotik, probiotik dan sinbiotik juga berbeda tergantung cara penggunaan dan bentuk sediaannya. Pelaku usaha yang akan melakukan ekspor atau impor produk mengandung prebiotik, probiotik dan sinbiotik tentunya harus menyesuaikan dan memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di negara tersebut. 2. Berdasarkan regulasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang, ketentuan prebiotik telah diatur secara spesifik khususnya jenis dan konsentrasi prebiotik yang digunakan pada makanan. Sedangkan regulasi di Indonesia, ketentuan mengenai prebiotik diatur secara umum. Regulasi di keempat negara telah mengatur secara spesifik jenis prebiotik yang digunakan seperti Inulin, Fructo-oligosaccarides (FOS), dan Galactooligosaccarides (GOS) bila ditambahkan ke dalam makanan, bahkan Amerika Serikat telah mengatur konsentrasi jenis prebiotik berdasarkan usia secara spesifik untuk anak<1tahun, anak>1tahun, anak>2 tahun dan dewasa. Sementara Australia sedang mempertimbangkan status regulasi dari inulin, fructo-oligosaccharides (FOS) dan GOS serta kombinasinya ditambahkan pada pangan umumnya dan pangan tujuan khusus seperti untuk bayi dan anak kecil, yang sebelumnya dilarang digunakan. Sedangkan regulasi di Indonesia tidak spesifik jenis prebiotik yang diizinkan seperti Fructo-oligosaccarides (FOS), Galacto-oligosaccarides (GOS) dan inulin. Adanya kesenjangan regulasi ini akan berdampak bagi petugas dalam melakukan pengawasan premarket dan post-market produk pangan yang mengandung jenis prebiotik yang spesifik seperti inulin, FOS dan GOS karena regulasi pangan fungsional di Indonesia yang diacu tidak menyebutkan secara spesifik jenis dan konsentrasinya. Dampak negatif juga akan dirasakan oleh pelaku usaha yang

12 43 akan melakukan perdagangan (ekspor/impor) produk pangan prebiotik ke Amerika Serikat karena masalah penggunaan GOS yang masih ditunda dan Australia karena pelarangan penambahan inulin, FOS dan GOS pada pangan khusus sementara di negara lain diijinkan beredar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hambatan perdagangan sehingga perlu diharmonisasikan dengan praktek perdagangan internasional sehingga akan menurunkan hambatan perdagangan. 3. Berdasarkan regulasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia dan Jepang, klaim yang diijinkan digunakan untuk prebiotik umumnya klaim tentang kandungan gizi dan klaim tentang fungsi. Regulasi di Amerika Serikat dan Jepang mengijinkan klaim manfaat kesehatan sementara di Uni Eropa dilarang. Sementara itu Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pangan Fungsional (BPOMRI 2005) yang berlaku di Indonesia hanya mengizinkan klaim kandungan gizi dan melarang mencantumkan klaim fungsi dan klaim tentang manfaat kesehatan. Tabel 14 menunjukkan gap regulasi antar negara dengan hasil riset prebiotik. Sedangkan ketentuan inulin sebagai serat pangan di Indonesia dapat mencantumkan klaim fungsi yaitu dapat membantu menyehatkan saluran pencernaan. Regulasi di Uni Eropa dan Jepang membolehkan klaim fungsi inulin dan GOS untuk meningkatkan kondisi saluran pencernaan dan merangsang pertumbuhan bifidobacteria dalam usus dan mendukung kondisi kesehatan usus. Hal ini sesuai dengan hasil riset yang telah dilakukan secara in vitro, in vivo dan pada manusia yang menunjukkan efek dari penggunaan prebiotik yaitu inulin (Kapiki et al. 2007), GOS dalam bentuk tunggal (Ben 2004) maupun kombinasi dengan inulin dalam ratio 9:1 (Fanaro et al. 2005) dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme Bifidobacteria dan Lactobacilli. Adanya ketentuan yang berbeda untuk klaim fungsi untuk prebiotik dan serat pangan di Indonesia perlu mendapat perhatian dari pihak yang terkait agar tidak terjadi standar ganda yang dapat membingungkan pengawas atau pelaku usaha. Tabel 14 menunjukkan gap regulasi antar negara dengan hasil riset prebiotik.

13 44 Negara Amerika Serikat Tabel 14. Gap regulasi antar negara dengan hasil riset prebiotik Klaim Prebiotik yang diijinkan Untuk meningkatkan kesehatan saluran pencernaan Jepang Untuk mengubah kondisi saluran pencernaan untuk meningkatkan kondisi saluran pencernaan Uni Eropa - Inulin (FOS) merupakan prebiotik, bifidogenik, - Merangsang pertumbuhan bifidobacteria dalam usus - GOS meningkatkan kondisi kesehatan usus. Australia Meningkatkan kesehatan saluran cerna Indonesia Tidak boleh klaim manfaat dan klaim tentang fungsi. Jenis Prebio -tik GOS Hasil Riset Prebiotik Jumlah Bifidobacteria dan Lactobacilli meningkat FOS Menurunkan Ph medium Merangsang populasi bakteri instestinal, Meningkatkan penyerapan Ca, Mg, dan Phosphat Inulin - Menunjukkan sifat bifidogenik - Meningkatkan populasi Bifidobacteria GAP Klaim yang diijinkan telah didukung dengan hasil riset Klaim meningkatkan penyerapan Ca, Mg dan Phosphat belum diizinkan walaupun telah didukung hasil riset Indonesia merupakan negara yang tidak boleh klaim fungsi walaupun telah ada hasil riset yang mendukung klaim fungsi tersebut 4. Berdasarkan regulasi di Uni Eropa, Australia, Jepang, dan Indonesia, ketentuan probiotik mengenai kultur probiotik dan konsentrasi telah diatur umum sementara regulasi di Amerika Serikat telah mengatur secara spesifik

14 45 strain mikroba dan konsentrasi yang digunakan pada suatu produk pangan. Dibandingkan dengan regulasi di Amerika Serikat yang secara spesifik telah membatasi penggunaan dan konsentrasi mikroorganisme pada produk tertentu seperti Bifidobacterium lactis B12 dan Streptococcus thermophilus Th4 pada produk susu bayi dengan konsentrasi cfu/g maka regulasi di Indonesia belum menyebutkan strain probiotik secara spesifik namun masih secara umum Lactobacillus dan Bifidobacterium. Padahal menurut hasil riset probiotik secara in vitro, in vivo dan uji pada manusia menunjukkan bahwa strain spesifik probiotik dapat memberikan efek fungsional tertentu. Setiap probiotik mempunyai semua sifat fungsional tertentu karena ditentukan oleh strain tertentu contohnya L. salivarius strain UUCC118 dapat mempengaruhi flora saluran pencernaan. Namun demikian, dapat dicatat bahwa pada peraturan pangan fungsional yang ditetapkan di Indonesia telah mengakomodir bilamana proses seleksinya telah mencapai tingkat strain, sebaiknya spesifikasi dari strainnya diinformasikan karena efek fisiologi sangat terkait dengan jenis-jenis strain spesifik. Disamping itu pertimbangan keamanan merupakan persyaratan untuk membuktikan strain probiotik aman dan tanpa kontaminasi. Jumlah konsentrasi mikroba hidup yang harus terdapat pada produk probiotik masih belum ada konsensus internasional namun konsentrasi yang umumnya digunakan sebesar 10 6 sampai 10 9 CFU/g. Jumlah ini diharapkan dapat sampai usus dalam keadaan hidup sesuai kriteria probiotik agar organisme yang dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat memberi manfaat bagi kesehatan (FAO/WHO 2001). Untuk itu ketentuan yang tegas tentang kultur mikroba dengan strain yang spesifik yang diijinkan di Indonesia diperlukan agar menjadi acuan petugas dalam melakukan pengawasan dan pelaku usaha dalam perdagangan. Tabel 15 menunjukkan gap regulasi antar negara dengan hasil riset probiotik.

15 46 Amerika Serikat Tabel 15. Gap regulasi antar negara dengan hasil riset probiotik Negara Klaim Probiotik yang diijinkan Jenis Probiotik Hasil Riset Probiotik GAP - Untuk mengontrol bakteri patogen dan Lactobacillus GG, Menurunkan bakteri pathogen menjaga kesehatan usus Bifidobacterium sp (Staphylococcus aureus, - membantu pertahanan tubuh dan B2420, Lactobacillus Streptococcus pneumoniae and b- membantu menjaga kesehatan tubuh acidophilus 145 hemolytic streptococci) - menjaga kesehatan saluran cerna dan meningkatkan pertahanan tubuh. Jepang - Mencapai usus dalam keadaan hidup, - Meningkatkan bakteri bermanfaat/bifidobacteria/ lactobacilli usus, - Menjaga keseimbangan kondisi saluran pencernaan, - Membantu menjaga kondisi saluran pencernaan, - Mempertahankan kesehatan usus, - Membantu keseimbangan flora intestinal dan mematikan bakteri jahat. Uni Eropa - Menjaga keseimbangan mikro-flora usus - Mengandung probiotik - Mendukung pencernaan normal Lactobacillus rhamnosus HN001 Bifidobacterium lactis HN019 Australia - Lactobacillus salivarius strain UCC118 Indonesia - Lactobacillus dan Bifidobacterium dapat membantu mempertahankan fungsi saluran cerna Lactobacillus casei, L bulgaricus dan S thermophilus Meningkatkan respon imun Dapat meningkatkan fungsi imun sel Mempengaruhi flora saluran pencernaan dan kolonisasi Menurunkan kejadian diare Klaim yang berhubungan dengan saluran pencernaan telah didukung dengan hasil riset Klaim menurunkan kejadian diare dan klim meningkatkan fungsi imun sel yang telah didukung dengan hasil riset belum disetujui sebagai klaim.

16 47 5. Menurut FAO/WHO (2002) untuk mengevaluasi probiotik diperlukan detail mengenai genus/spesies/strain, uji in vitro untuk menguji potensial probiotik, pertimbangan keamanan yang merupakan persyaratan untuk membuktikan strain probiotik aman dan tanpa kontaminasi, uji in vivo menggunakan hewan dan manusia dan klaim kesehatan serta label. Adanya persyaratan mengenai uji coba produk probiotik yang dibuktikan pada sejumlah orang seperti orang di Jepang dan minimal 20 orang di Indonesia merupakan hambatan dalam perdagangan walaupun hal ini penting untuk mengetahui efeknya terhadap kesehatan. Regulasi di Indonesia belum ada pedoman yang mengatur prosedur klaim dan metode pengujian secara detail dilakukan baik untuk strain probiotik yang telah mempunyai sejarah penggunaan aman digunakan maupun strain probiotik yang merupakan inovasi baru. 6. Komponen yang diklaim sebagai prebiotik/probiotik harus dapat dikarakterisasi/identifikasi untuk setiap produk/strain meliputi sumber, asal, kemurnian, komposisi kimia, struktur dan karakterisasi fungsional dengan uji in vitro/uji hewan pada formulasi produk untuk mengevaluasi keamanan secara in vitro/hewan atau pada manusia secara acak, buta ganda dan dikontrol. Bukti korelasi antara outcome fisiologik yang dapat diukur dengan modulasi mikrobiota pada tempat tertentu (FAO 2007). Prosedur klaim yang dilakukan FAO (2007) dan FOSHU di Jepang dapat digunakan sebagai gambaran acuan bagi Indonesia untuk prosedur klaim. Inulin dan FOS telah diketahui mempunyai sejarah aman digunakan, pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman pada saluran pencernaan pada beberapa studi orang dewasa yang mempunyai pengalaman. Adanya klaimklaim probiotik yang membutuhkan studi klinis di Indonesia maka industri pangan dan pemerintah terkait membutuhkan pedoman lebih rinci untuk menerapkan peraturan pangan fungsional tersebut. 7. Berdasarkan regulasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan Jepang, ketentuan tentang sinbiotik belum diatur, begitu juga dengan ketentuan di Indonesia. Untuk itu regulasi tentang sinbiotik perlu diatur untuk mengakomodasi produk-produk sinbiotik yang beredar di Indonesia.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan 26 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Seluruh tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan di Jakarta serta supermarket di wilayah Jakarta Timur. Pengumpulan

Lebih terperinci

KAJIAN REGULASI PANGAN FUNGSIONAL : STUDI KASUS PREBIOTIK, PROBIOTIK DAN SINBIOTIK YUNIDA NUGRAHANTI SOEDARTO

KAJIAN REGULASI PANGAN FUNGSIONAL : STUDI KASUS PREBIOTIK, PROBIOTIK DAN SINBIOTIK YUNIDA NUGRAHANTI SOEDARTO KAJIAN REGULASI PANGAN FUNGSIONAL : STUDI KASUS PREBIOTIK, PROBIOTIK DAN SINBIOTIK YUNIDA NUGRAHANTI SOEDARTO SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari bahwa fungsi pangan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tercermin dalam ketahanan pangan. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Standarisasi Nasional (1995), es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan minuman terhadap kesehatan, sehingga memicu berkembangnya produk-produk pangan yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Masalah Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah pengembangan santan menjadi minuman susu kelapa. Santan kelapa sebagai bahan baku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus PENDAHULUAN Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan manfaat kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus mampu menunjang aktivitas manusia. Produksi produk pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare akut merupakan masalah utama kesehatan anak di seluruh dunia. Di negara berkembang rata-rata 3 episode per anak per tahun pada anak berusia di bawah 5 tahun tapi

Lebih terperinci

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia Fermentasi Susu Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13 Produk Fermentasi Susu Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia mengandung 5% laktosa, 3,3% protein, ph 6,6-6,7, a w ~1.0

Lebih terperinci

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Teknologi Pengelolaan Kualitas Air KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA SEAMOLEC, 2009 LATAR BELAKANG Akuakultur ikan, krustasea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World

Lebih terperinci

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pangan siap santap berupa makanan cair atau berupa bubur instan merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat sekarang. Saat ini produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan sehat maka tuntutan konsumen terhadap bahan pangan juga mulai bergeser. Bahan pangan yang saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 200; FAO/WHO, 2002;

Lebih terperinci

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia Fermentasi Susu Nur Hidayat Mikrobiologi Industri Produk Fermentasi Susu Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia mengandung 5% laktosa, 3,3% protein, ph 6,6-6,7, a w ~1.0 1 2 Produk Fermentasi Susu

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoghurt adalah poduk koagulasi susu yang dihasilkan melalui proses fermentasi bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Strepcoccus thermophilus, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak abad II sebelum Masehi susu kedelai sudah dibuat di negara Cina, dan kemudian berkembang ke Jepang. Setelah Perang Dunia II baru berkembang ke Asia Tenggara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia, terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil dari segala ciptaannya. Sekecilkecilnya makhluk ciptaannya

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGKAJIAN KOMPONEN DAN/ATAU KLAIM

PROSEDUR PENGKAJIAN KOMPONEN DAN/ATAU KLAIM LAMPIRAN IX PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.09909 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN KLAIM DALAM LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN PROSEDUR PENGKAJIAN KOMPONEN DAN/ATAU KLAIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik didefinisikan sebagai mikroorganisme hidup yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan saluran pencernaan (FAO/WHO,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogurt merupakan produk semi solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis bakteri asam laktat (BAL), yaitu Streptococcous thermophilus

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rebung merupakan salah satu bahan makanan yang cukup populer di masyarakat. Rebung pada pemanfaatannya biasa digunakan dalam kuliner atau makanan tradisional masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup berkumpul di dalam suatu medium yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogurt adalah pangan fungsional yang menarik minat banyak masyarakat untuk mengkonsumsi dan mengembangkannya. Yogurt yang saat ini banyak dikembangkan berbahan dasar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Pangan fungsional mendapat nilai tertinggi kedua berdasarkan hasil penilaian konsumen terhadap pangan berdasarkan kepentingannya (Astawan, 2010),

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%.

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia kini menjadi masalah kesehatan serius yang terjadi di hampir seluruh Negara di dunia, baik di Negara yang tergolong berkembang maupun yang tergolong ke dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-P Formulasi dan Daya Terima Susu Fermentasi yang Ditambahkan Ganyong (Canna edulis. Kerr) sebagai Minuman Sinbiotik Serta Daya Hambatnya Terhadap Pertumbuhan E.coli. Oleh: Babang Yusup

Lebih terperinci

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Advertisement of Nutrition Message in Food Product Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tren penggunaan pesan terkait kesehatan oleh produsen semakin meningkat, sehingga memberikan konsekuensi penting

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM

BAB I. PENDAHULUAN. bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM merupakan penyebab

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK 1. Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D. 2. Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D. 3. Tiyas Tono Taufiq, S.Pt, M.Biotech

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan yang halal lagi baik dari rizqi yang terdapat di bumi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman-nya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan sejahtera yang meliput fisik, mental,dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi kesehatan inangnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk probiotik diharapkan mengandung sel probiotik hidup dalam jumlah tertentu, namun aktivitas metabolismenya diharapkan tidak menyebabkan perubahan pada produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Probiotik Minuman probiotik merupakan salah satu penemuan besar yang tak lepas menelisik sejarah penggunaan mikroba dalam makanan. Awal tahun 1900, Elie Metchnikoff yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya peningkatan konsumsi masyarakat akan daging dan bergesernya pola konsumsi masyarakat dari mengkonsumsi daging segar menjadi daging olahan siap konsumsi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu produk pangan fungsional yang berkembang saat ini dan baik untuk kesehatan usus adalah produk sinbiotik. Produk sinbiotik merupakan produk yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO,2001) dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan pengetahuan tentang pangan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan telah meningkatkan minat masyarakat terhadap pangan fungsional. Pangan fungsional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT... DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1

BAB I PENDAHULUAN. unik: sepertiga spesies bakteri dalam mulut terdapat di lidah.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut merupakan habitat yang menyediakan keragaman spesies mikroba, diperkirakan terdapat lebih dari 1000 spesies bakteri yang ada di rongga mulut. Dorsum lidah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri yang memiliki beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini dikarenakan asam - asam organik yang dihasilkan

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuatu yang serba instan, praktis, dan efisien. Diantaranya terlihat pada perubahan pola

I. PENDAHULUAN. sesuatu yang serba instan, praktis, dan efisien. Diantaranya terlihat pada perubahan pola I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi terkini pola gaya hidup masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada sesuatu yang serba instan, praktis, dan efisien. Diantaranya terlihat pada perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya

BABI PENDAHULUAN. pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat mengalami peningkatan. Hal ini mendorong timbulnya kecenderungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis makanan atau mmuman fungsional yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis makanan atau mmuman fungsional yang banyak BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu jenis makanan atau mmuman fungsional yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini adalah produk probiotik. Makanan atau minuman probiotik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus menerus. Suryana (2004) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI BAB II DESKRIPSI INDUSTRI 2.1. Pengertian Suplemen Makanan Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Durian Lay (Durio kutejensis) atau dikenal juga dengan sebutan Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio. Buah durian lay tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan dalam melakukan kolonisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan dalam melakukan kolonisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup dapat tetap hidup dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Margolles et al. (2009), sumber terbaik untuk isolasi probiotik

I. PENDAHULUAN. Menurut Margolles et al. (2009), sumber terbaik untuk isolasi probiotik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Probiotik pada awalnya dikemukakan oleh ilmuwan Rusia Elie Metchnikoff pada tahun 1907. Perkembangan selanjutnya mulai diperkenalkan konsep probiotik oleh Fuller (1989)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan makanan mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Berawal dari istilah empat sehat lima sempurna, dimana setiap orang disarankan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PROBIOTIK PRAMUDYA KURNIA PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROBIOTIK PRAMUDYA KURNIA PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PROBIOTIK PRAMUDYA KURNIA PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PENDAHULUAN Probiotik adalah mikroorganisme hidup (kebanyakan bakteri) yang sama atau bersifat sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah cairan yang dihasilkan dari sekresi kelenjar mammae hewan mamalia yang fungsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak hewan yang baru lahir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β-(2 1)-Dfruktosil-fruktosa

BAB I PENDAHULUAN. glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β-(2 1)-Dfruktosil-fruktosa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inulin merupakan polimer unit-unit fruktosa dengan gugus terminal glukosa. Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β-(2 1)-Dfruktosil-fruktosa (Roberfroid,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

Pengembangan Produk Tepung Pisang dengan Indeks Glikemik Rendah dan Sifat Prebiotik sebagai Bahan Pangan Fungsional

Pengembangan Produk Tepung Pisang dengan Indeks Glikemik Rendah dan Sifat Prebiotik sebagai Bahan Pangan Fungsional HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II TAHUN 2009 Pengembangan Produk Tepung Pisang dengan Indeks Glikemik Rendah dan Sifat Prebiotik sebagai Bahan Pangan Fungsional Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian lebih dibandingkan permasalahan kesehatan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian lebih dibandingkan permasalahan kesehatan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah gizi merupakan masalah kompleks yang masih mendapatkan perhatian lebih dibandingkan permasalahan kesehatan lainnya. Persoalan gizi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

PERATURAN-PERATURAN DALAM KEMASAN PANGAN

PERATURAN-PERATURAN DALAM KEMASAN PANGAN PERATURAN-PERATURAN DALAM KEMASAN PANGAN Kemasan produk pangan selain berfungsi untuk melindungi produk, juga berfungsi sebagai penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan kepada konsumen.

Lebih terperinci

InfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI Volume 10, No.5 September 2009 ISSN 1829-9334 INFORMASI NILAI GIZI PRODUK PANGAN Manfaat & cara pencantuman DAFTAR ISI Informasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT SINBIOTIK FILTRAT UWI UNGU (Dioscorea alata) DENGAN TAMBAHAN KULTUR Bifidobacteria breve DAN Lactobacillus casei SKRIPSI

KARAKTERISTIK YOGHURT SINBIOTIK FILTRAT UWI UNGU (Dioscorea alata) DENGAN TAMBAHAN KULTUR Bifidobacteria breve DAN Lactobacillus casei SKRIPSI KARAKTERISTIK YOGHURT SINBIOTIK FILTRAT UWI UNGU (Dioscorea alata) DENGAN TAMBAHAN KULTUR Bifidobacteria breve DAN Lactobacillus casei SKRIPSI Oleh : Khalimatul Janah NPM 0933010016 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA Materi yang akan disampaikan meliputi: Sistem Hayati : - Bacteria - ragi (yeast) - jamur Obat yang diuji: 1. Antibiotika (bactericide, fungicide) 2. Vitamin (Vit.B,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, permintaan masyarakat terhadap produk pangan fungsional semakin meningkat. Global Industry Analysis memprediksi pertumbuhan produk pangan fungsional mencapai

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat disebut sebagai sinbiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat disebut sebagai sinbiotik 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Sinbiotik Kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat disebut sebagai sinbiotik atau eubiotik (Gourbeyre et al., 2010). Sinbiotik atau eubiotik adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang difermentasikan oleh bakteri asam laktat. Yogurt mempunyai rasa yang unik yaitu mempunyai rasa asam dan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kandungan Gizi Susu Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah, maka protein susu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit kronis dan residif, gatal dan ditandai dengan kelainan kulit lain seperti xerosis, ekskoriasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang salah satunya disebabkan

Lebih terperinci

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT) Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id Tujuan Aturan Label dan Iklan Pangan (PP 69/1999) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim. HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan penelitian meliputi pembiakan kultur pada media susu skim. Pembiakan kultur starter pada susu skim dilakukan untuk meningkatkan populasi kultur yang

Lebih terperinci

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produk pangan fungsional yang banyak dikembangkan saat ini adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan probiotik merupakan produk

Lebih terperinci

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi Mencermati Label dan Iklan Pangan Purwiyatno Hariyadi Hanya dengan menonton televisi atau membaca surat kabar kita bisa merasakan adanya perubahan arah yang terjadi pada industri pangan. Perubahan itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dari negara tersebut. AKB menggambarkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam saluran pencernaan unggas khususnya sekum dan tembolok, terdapat populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri tersebut umumnya bersifat fermentatif.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING

PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING PENDAHULUAN & NUTRITION LABELING Teti Estiasih 1 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 2 Teti Estiasih -THP - FTP - UB 1. PENDAHULUAN Teti Estiasih -THP - FTP - UB Pendahuluan Industri pangan, badan pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini

BAB VI PEMBAHASAN. Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini BAB VI PEMBAHASAN Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini mengambil batasan usia termuda 6 bulan karena pengaruh pemberian asi ekslusif terhadap durasi dan konsistensi feses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta mengkonsumsi produk pangan yang baik untuk pencernaan. Probiotik berkembang makin pesat sejalan dengan makin banyaknya

I. PENDAHULUAN. serta mengkonsumsi produk pangan yang baik untuk pencernaan. Probiotik berkembang makin pesat sejalan dengan makin banyaknya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin meningkat berpengaruh pada perubahan gaya hidup khususnya pola makan seharihari. Pola makan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan fungsional adalah pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti

Lebih terperinci