BAB I PENDAHULUAN. pernah rasakan disebabkan oleh hal hal yang sudah diharapkan tidak berjalan dengan
|
|
- Ivan Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesedihan, kegagalan maupun keterpurukan merupakan hal yang setiap orang pernah rasakan disebabkan oleh hal hal yang sudah diharapkan tidak berjalan dengan sesuai atau disebabkan oleh kejadian tidak terduga (Anggraeni, 2008). Termasuk individu yang di tinggal mati oleh pasangannya. Kematian pasangan memiliki nilai perubahan kehidupan yang paling tinggi dibandingkan peristiwa peristiwa lain dalam kehidupan seseorang yang ditinggalkan (Papalia. D. E, Human Development, 2009). Pada pasangan hidup yang mati mendadak dan tidak terduga seperti kecelakaan, bunuh diri dan sakit dapat menimbulkan duka yang sangat mendalam terlebih karena kematian tersebut tanpa adanya persiapan dan terjadi dengan proses yang sangat cepat. Hal ini juga turut serta mematikan harapan harapan dan mimpi mimpi yang telah dibangun bersama. Kematian pasangan ini merupakan masalah yang paling menyebabkan stress dalam kehidupan orang dewasa (Santrock, 2012). Peristiwa ini membutuhkan penyesuaian tersendiri apabila terjadi di usia dewasa awal, ketika beberapa tugas perkembangan menuntut individu untuk menciptakan sebuah hubungan suami - istri yang harmonis, memiliki keluarga yang hangat, memiliki anak hingga memantau perkembangan anak hingga dewasa serta mencapai kepuasan dalam pekerjaan. Kehilangan pasangan dapat menjadi salah satu fenomena hidup yang menyedihkan bagi seorang wanita. Umumnya wanita akan merasa lebih sulit untuk 1
2 menerima perasaan kehilangan dan menerima kenyataan bahwa pasangan hidupnya telah tiada daripada pria. Perasaan sedih dan kesepian yang dirasakan saat kenangan bersama pasangan muncul pun akan menjadi hal yang mampu membuat wanita semakin terpuruk dalam rasa kehilangan. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk benar-benar pulih dari kesedihan yang dirasakan. Menurut Bell (1991), secara sosial maupun psikologis, peran janda lebih menyulitkan daripada duda, hal ini dikarenakan perkawinan biasanya dianggap lebih penting bagi wanita daripada pria, sehingga akhir dari suatu perkawinan dirasakan oleh wanita sebagai akhir dari peran dasarnya sebagai istri. Wanita secara sosial dipandang kurang agresif dan memiliki keberanian tidak menikah lagi serta lebih memilih untuk membatasi kehidupan sosialnya. Fenomena kehilangan ini menjadi suatu fenomena yang traumatik dan memberikan efek melemahkan diri bagi sebagian wanita namun bagi sebagian yang lain ini menjadi suatu proses kematangan diri untuk menjalani kehidupan tanpa pasangan dan sebagai orang tua tunggal. Inilah proses awal wanita menjadi orang tua tunggal, proses ini tentu tidak mudah dan terasa berat. Perubahan hidup yang tiba-tiba mengharuskan wanita satu-satunya orang yang bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Wanita dituntut menjalankan semua tugas yang dulu ia lakukan bersama pasangannya seperti mengurus rumah, mengurus anak-anak dan sejak kematian suami, seorang ibu harus pula menduduki posisi sang ayah dan bertanggung jawab dalam menjaga perilaku serta kedisiplinan anaknya, kini dengan tugas baru yang harus diembannya itu, ia memiliki tanggung jawab yang jauh lebih sulit dan berat ketimbang sebelumnya. 2
3 Menurut beberapa peneliti, tidak ada stress yang lebih parah daripada stress akibat kematian pasangan hidup. Berdasarkan wawancara awal yang peneliti lakukan pada Tika, yang telah 6 tahun menikah dan 2 tahun ditinggal mati pasangannya. Tentang kehidupannya kini, ia mengatakan, Pastilah kadang kadang suka merasa sepi. Kan biasanya setiap hari bareng, berangkat kerja bareng, pulang kerja bareng. Yaa, sepi. Sewaktu pasangannya meninggal, banyak teman dan sanak saudara yang berdatangan kerumah untuk membantu dan menghibur. Namun meski telah mendapatkan berbagai bantuan dan hiburan yang datang silih berganti, rasa duka tentu saja tidak dapat hilang dalam waktu yang singkat. Rasa duka tentu akan hilang seiring dengan berjalannya waktu, tetapi rasa sedih mungkin tidak akan pernah benar benar hilang. Wawancara awal pada subjek kedua bernama SK berusia 39 tahun, ditinggal mati pasangannya pada tahun 2015, terjadi karena suaminya menderita sakit komplikasi kemudian meninggal. Dalam wawancara awal ini, subjek mengatakan, Sehabis si mas meninggal, aku beberapa kali masuk rumah sakit. Berat badanku juga turun drastis. Dokter bilangnya ya, masih syok, ya memang syok ya, kaget banget. Nggak nyangka. Aku biasa kan ngurus mas sewaktu sakit, anak anak sekolah ya aku sama mas, ngurus dia, sekarang kalo anak anak sekolah ya aku dirumah sendiri. Kehilangan yang dirasakan oleh wanita yang ditinggal mati pasangan akan mempengaruhi bukan saja kondisi psikologis tapi juga kesehatan fisik. Dukacita dapat merusak sistem kekebalan tubuh, merasa pusing, gangguan pencernaan dan nyeri dada. Dukacita juga dapat menyebabkan terganggunya masalah memori, kehilangan nafsu makan, kesulitan berkonsentrasi, mempertinggi resiko kecemasan, depresi, insomnia dan 3
4 disfungsi sosial. Reaksi ini dapat berkisar dari jangka waktu yang cukup pendek dan ringan sampai yang ekstrem dan tahan lama, bahkan sampai bertahun tahun (Stroebe dalam Papalia & Fieldman, 2014). Dukacita juga dapat menyebabkan kehidupan individu menjadi berbeda karena merasakan perasaan kesepian saat melakukan kegiatan sehari hari diakibatkan telah terbiasa melalui hari bersama. Wanita yang ditinggal mati pasangan juga cenderung menarik diri dari lingkungan dan hanya berinteraksi dengan keluarga dan kerabat dekat. Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka diperlukan suatu kemampuan atau kapasitas individu dalam menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan serta penderitaan hidup secara positif sehingga individu dapat memandang permasalahan tersebut sebagai hal yang wajar dan dikenal dengan istilah resiliensi (Reivich & Shatté, 2002). Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu untuk mengatasi dan melakukan adaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan bertahan dalam keadaan tertekan dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma yang dialami dalam kehidupan (Reivich & Shatté, 2002). Secara umum, resiliensi bermakna kemampuan seseorang untuk bangkit dari keterpurukan yang terjadi dalam perkembangannya. Awalnya mungkin ada tekanan yang mengganggu. Namun orangorang dengan resiliensi yang tinggi akan mudah untuk kembali ke keadaan normal. Istilah resiliensi berasal dari kata Latin resilire yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau ilmu fisika. Resiliensi berarti kemampuan untuk pulih kembali dari suatu keadaan, kembali ke bentuk semula setelah dibengkokkan, ditekan, atau diregangkan. Bila digunakan sebagai istilah 4
5 psikologi, resi1iensi adalah kemampuan manusia untuk cepat pulih dari perubahan, sakit, kemalangan, atau kesulitan (The Resiliency Center, 2005). Middleton dkk (dalam Macini & Bonano, 2009) menyatakan bahwa individu yang mengalami stress atau tekanan akibat kehilangan seseorang yang dekat dalam hidup mereka beranggapan akan mengalami kesulitan hidup di masa depan. Penelitian yang dilakukan Luthans, (dalam Yuniar dkk, 2011) menyatakan bahwa resiliensi menjadi faktor yang sangat penting untuk dapat mengubah ancaman ancaman yang ada disekitar menjadi kesempatan untuk beradaptasi demi perubahan kearah yang baik. Sedangkan Siebert (dalam Yuniardi, 2009) menjelaskan bahwa resiliensi ini sangat penting karena orang yang resilien mengetahui bagaimana mengembalikan mental dari suatu kemalangan atau kesengsaraan dan membaliknya menjadi sesuatu yang lebih baik, bahkan dibandingkan keadaan sebelum kemalangan itu sendiri. Mereka maju dengan cepat dalam perubahan yang berlangsung terus menerus karena mereka fleksibel, cerdas, kreatif, secara cepat menyesuaikan diri, sinergik, dan belajar dari pengalaman. Mereka dapat mengendalikan kesulitan kesulitan besar dengan lebih baik meski mengalami berbagai macam kemunduran atau permasalahan, mereka tetap tidak mengeluh dengan kondisi hidupnya. Resiliensi (Reivich & Shatté, 2002) merupakan kapasitas individu untuk merespon secara sehat pada saat ia menghadapi kesulitan atau trauma. Resiliensi terbentuk melalui pemikiran yang memungkinkan individu untuk mencari pengalaman yang baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan. Individu yang memiliki resiliensi yang baik mampu memahami bahwa sebuah kesalahan bukan akhir dari segalanya. Individu dapat mengambil makna dari kesalahan dan menggunakan 5
6 pengetahuan untuk meraih sesuatu yang lebih tinggi. Individu juga akan menguji dirinya dan berusaha memecahkan persoalan dengan bijaksana. Resiliensi juga dianggap sebagai adaptasi positif atau sukses, kompetensi dan fungsi dalam menghadapi pengalaman masa lalu yang mengakibatkan stress (Eeland, Carlson & Sroufe dalam Gaugler, Kane & Newcomer, 2007). Lebih lanjut dijelaskan bahwa resiliensi disebut sebagai kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk berkembang dan bertahan di tengah tengah kesulitan. Penelitian yang dilakukan oleh D Pinay dkk (2003) menyatakan bahwa kematian dari orang terdekat (pasangan, saudara atau teman) tidak berdampak pada fungsi kesehatan fisik pada lansia, akan tetapi kehilangan orang terdekat lebih diasosiasikan sebagai simptom depresi dari kemampuan untuk bertahan akibat kesepian. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa perilaku resilien diperlukan guna menghadapi berbagai kesulitan hidup. Resiliensi merupakan proses yang alamiah terjadi dalam diri individu. Hanya saja, seberapa waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk melewati proses tersebut bersifat individual. Individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa individu dapat mengontrol arah kehidupannya. Optimis membuat fisik menjadi lebih sehat dan mengurangi kemungkinan menderita depresi. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari hari. Menurut Wagnild dan Young (1993) resiliensi ialah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dalam menghadapi kesulitan hidup. Jadi dapat disimpulkan 6
7 bahwa seseorang yang memiliki resilien, maka ia dapat bangkit dari keterpurukannya atau kesulitan dalam hidupnya. Resiliensi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal meliputi pengalaman masa kecil, seperti hubungan dekat dengan lingkungan (Beardsle dalam Wagnild dan Young, 1993), peran model yang dapat menimbulkan kebahagiaan dan kemandirian (Drugs dan Douglas dalam Wagnild dan Young, 1993), dan kontribusi dari dukungan keluarga secara efektif (Richmond dan Beardslee dalam Wagnild dan Young, 1993). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang (karakteristik seseorang). Seseorang yang memiliki resiliensi menurut Rutter (dalam Wagnild dan Young, 1993) dapat dipengaruhi oleh harga diri yang tinggi, keyakinan pada dirinya sendiri, penyelesaian masalah, dan kepuasan hubungan interpersonal. Demikian pula menurut Richmond et. all (dalam Wagnild & Young, 1993) bahwa resiliensi dapat dipengaruhi kedisiplinan diri, kepercayaan diri, rasa ingin tahu, harga diri, dan konsep diri. Resiliensi sebagai kemampuan untuk secara terus menerus mendefinisikan diri dan pengalaman, menjadi dasar untuk proses kehidupan yang menghubungkan antara sumber daya individu dan spiritual (Bronie, 2011). Rutter dalam Lam dan Grossman (1997) menyatakan bahwa resiliensi berkaitan dengan menghadapi stress pada masa lalu dengan menggunakan cara yang memungkinkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kompetensi sosial melalui tanggung jawab yang sesuai. Karena pada dasarnya resiliensi memiliki keterkaitan dengan aspek aspek yang dimiliki oleh diri individu. Connor, Davidson dan Lee (2003) menyebutkan bahwa resiliensi berkaitan dengan kompetensi personal, standar yang tinggi dan keuletan; kepercayaan pada diri sendiri, memiliki toleransi terhadap aspek negatif 7
8 dan kuat atau tegar dalam menghadapi stress; menerima perubahan secara positif dan dapat membuat hubungan yang aman (mampu beradaptasi) dengan orang lain; kontrol atau pengendalian diri dalam mencapai tujuan dan bagaimana meminta atau mendapatkan bantuan dari orang lain; pengaruh spiritual terhadap Tuhan (Sulistyorini, 2011). Resiliensi dianggap sebagai karakteristik kepribadian yang merupakan hasil dari efek negatif stress dan menunjukkan adaptasi. Selain memiliki karakteristik kepribadian tertentu, individu tangguh sering mengandalkan faktor perlindungan untuk membantu menyesuaikan diri dengan masa masa sulit. Model resiliensi menurut Richardson menjabarkan jika individu yang mengalami masalah di kehidupan, mereka akan bergantung pada faktor pelindung internal. Seperti kemandirian dan kesehatan yang baik. Serta faktor pelindung eksternal, seperti hubungan dengan orang lain untuk mengembalikan keseimbangan dalam hidup mereka. Proses ini disebut reintegrasi sebagai tangguh (Wells, 2010). Tahap akhir tiba ketika orang berduka memperbarui minat pada kegiatan sehari hari. Kenangan orang yang meninggal membawa perasaan suka bercampur dengan kesedihan daripada rasa sakit dan kerinduan (Papalia & Fieldman, 2014). Berdasarkan latar belakang masalah yang disertai dengan fenomena dan beberapa penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan, maka dapat diutarakan bahwa setiap orang pernah mengalami kesedihan karena kehilangan orang yang dicintainyadan respon setiap orang pada saat kehilangan tersebut juga pasti berbeda. Sehingga, resiliensi sangat dibutuhkan oleh individu Penelitian Terdahulu 8
9 Agar dapat mendeskripsikan proses resiliensi yang dijalani oleh wakita dewasa awal yang ditinggal mati oleh pasangan hidupnya, berikut merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu dengan konsep yang sama: 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Coiffman, Bonnano & Rafaeli, 2007 dengan judul penelitian Affect Dynamics, Bereavement & Resilience to Loss dan menggunakan metode penelitian Kuantitatif, ditemukan hasil bahwa individu yang ditinggal mati oleh pasangannya cenderung mencapai tingkat resiliensi karena memiliki kontrol perilaku yang baik. Individu menunjukkan hasil resilien bahkan selama masa berduka karena memiliki sifat regulasi diri yang alamiah terlepas dari kesulitan yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak menyenangkan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara SSI (Semi Structured Narrative Interview), menggunakan Skala Symptoms Check List (SCL-90-R; Derogatics, 1983) sedangkan peneliti menggunakan wawancara mendalam, observasi dan triangulasi. Selain itu subjek yang digunakan adalah individu dewasa madya sedangkan subjek peneliti adalah individu dewasa awal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mancini & Bonnano, 2009 dengan judul penelitian Predictors & Parameters of Resilience to Loss: Toward an Individuals Models yang menggunakan metode Desain Penelitian Deskriptif, ditemukan hasil bahwa individu yang resilien adalah individu yang dalam dirinya memiliki faktor dan prediktor yang berkembang dalam diri mereka seperti emosi positif, karakter yang mampu beradaptasi, memiliki kepercayaan yang baik, terus menerus berusaha mencari identitas diri dan faktor dari diberkati seperti mampu mengatasi hal yang 9
10 menekan, bebas dari ketergantungan pada orang lain dan kebiasaan untuk meningkatkan atribusi diri, ditambah dengan adanya dukungan dari teman dekat serta lingkungan hidupnya. Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah peneliti dalam penelitian ini menggunakan studi CLOC (Changing Lives of Older Couples) karena subjeknya adalah dewasa akhir, dan juga metode yang digunakan berbeda. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rossi, Bisconti & Bergeman, 2007 dengan judul penelitian The Role of Dispositional Resilience in Regaining Life Satisfaction after the Loss of a Spouse yang menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress mampu mengolah keinginan individu untuk menjadi resilien karena individu akan berusaha untuk memilih strategi coping yang efektif seperti mencari dukungan dari berbagai sisi (relasi, keluarga, anak) untuk dapat membantu menangani stress yang dialami. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah penelitian ini berfokus pada bagaimana individu memperoleh kepuasan hidup setelah kematian pasangan sedangkan peneliti berfokus pada bagaimana individu mampu menjadi resilien atau bagaimana individu mampu beradaptasi pada situasi baru yang terbentuk akibat kematian pasangan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ott, Lueger, Kelber & Prigerson, 2007 dengan judul penelitian Spousal Bereavements in Older Adults: Common, Resilient and Chronic Grief with Defining Characteristics yang menggunakan metode penelitian Kuantitatif. Didapatkan hasil bahwa terdapat 3 cluster (klasifikasi) pasca berduka pada individu dewasa akhir: umum, resilien dan kronis. 10
11 a. Individu pada klasifikasi umum mampu resilien seiring dengan berjalannya waktu. b. Individu yang cenderung resilien adalah karena mereka sudah mempersiapkan akan datangnya kematian. c. Individu pada cluster kronis cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mampu beradaptasi dengan situasi baru karena ingin menikmati masa tua bersama sehingga membutuhkan dukungan sosial yang kuat untuk berkeluh kesah mengenai apa yang dirasakannya. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini mengklasifikasikan subjek dalam 3 kelompok yaitu umum, resilien dan kronis sedangkan peneliti berfokus pada sifat resilien subjek. Selain itu metode yang digunakan juga berbeda. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Bonnano, 2004 dengan judul penelitian Loss, Trauma & Human Resilience: Have We Underestimate the Human Capacity to Thrive After Extremely Aversive Events? yang menggunakan metode penelitian Desain Penelitian Deskriptif menemukan hasil bahwa: a. Resiliensi Berbeda dengan Pemulihan (Recovery). Resiliensi mencerminkan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan diri yang stabil. Sedangkan pemulihan menggambarkan bahwa individu sebelumnya menunjukkan symptom trauma. b. Resiliensi Hal yang Lumrah. Rasa duka yang muncul pasca kematian adalah wajar. Rasa sedih akan hilang seiring berjalannya waktu karena manusia memiliki masa depan. 11
12 c. Terdapat Banyak Jalan dan Terkadang Hal Tak Terduga untuk Mencapai Resiliensi; kesulitan membuat manusia tumbuh menjadi lebih kuat, melakukan peningkatan kualitas diri, mengatasi represi, dan mampu menghadapi kesulitan dengan emosi positif dan tawa. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah peneliti berusaha mendeskripsikan proses terbentuknya resiliensi sedangkan dalam penelitian ini membandingkan antara resiliensi dengan pemulihan (recovery). 6. Penelitian yang dilakukan oleh Greis, 2011 dengan judul penelitian Fostering Resiliency After a Loss: A Focus on adjustment Disorder Related to Bereavement yang menggunakan metode penelitian Desain Penelitian Deskriptif, ditemukan hasil bahwa bagi mereka yang mengalami kekalutan berlebih yang diakibatkan oleh kematian, bantuan berupa terapi, konseling, bantuan dengan obat dan juga psikoedukasi sangat penting. Setelah berbagai treatment yang diberikan, akan membuat individu mampu untuk membicarakan kematian tanpa merasa sedih secara berlebih, pola tidur menjadi normal kembali dan kembali menjadi individu yang percaya diri. Kesedihan merupakan proses bukan sebuah akhir. Tujuan dari kesedihan adalah antara untuk melupakan atau untuk mampu menangani sebuah kehilangan, tetapi juga untuk tetap mengingat mereka yang telah pergi, untuk memahami perbedaan yang tercipta setelah kehilangan dan untuk menentukan bagaimana membangun hidupnya kembali. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian ini adalah fokus penelitian milik Greis adalah pada individu yang memiliki gangguan (disorder) seperti PTSD dan depresi 12
13 akut, sedangkan peneliti tidak berfokus pada mereka yang memiliki gangguan pasca kematian pasangan. Penelitian terdahulu diatas menggunakan responden yang berada dalam usia dewasa akhir dan responden menunjukkan sifat resilien yang tinggi diakibatkan pada masa dewasa akhir, kebanyakan manusia merasa sudah siap menghadapi kematian. Selain itu, penelitian diatas berfokus pada pengalaman setelah ditinggal mati oleh pasangan. Oleh karena itu, pada penelitian milik peneliti akan melihat tidak hanya proses prospektif tetapi juga proses secara retrospektif untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai sifat resiliensi yang mungkin dimiliki oleh responden Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: a. Retrospektif 1. Bagaimana karakteristik alamiah yang dimiliki oleh responden? 2. Bagaimana proses kehidupan yang dijalani bersama dengan pasangan sebelum terjadi kematian? b. Prospektif 1. Bagaimana wanita dewasa awal beradaptasi dengan lingkungan baru pasca kematian pasangan? 2. Seperti apa reaksi yang muncul pada wanita dewasa awal dalam situasi penuh tekanan? 3. Apa saja perbedaan kehidupan yang terjadi pada masa sebelum dan sesudah kematian pasangan? 13
14 4. Bagaimana resiliensi pada wanita dewasa awal yang ditinggal mati oleh pasangan hidupnya? 5. Siapa sumber terbesar dalam terbentuknya resiliensi? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan resiliensi pada wanita dewasa awal yang ditingga mati oleh pasangan hidupnya Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: Manfaat Teoritis Kajian mengenai resiliensi pada wanita di masa dewasa awal yang ditinggal mati oleh pasangan hidupnya ini dapat menambah pengetahuan masyarakat bahwa setelah kemalangan yang menimpa, manusia dapat terus melanjutkan hidup secara positif Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk: a. Sebagai gambaran dan juga infomasi dalam menyikapi situasi setelah kematian pasangan. b. Sebagai masukan bagi masyarakat bahwa begitu pentingnya untuk membangun resiliensi dan untuk tetap hidup dengan penuh harapan setelah ditinggalkan oleh pasangan hidup. 14
15 1.6. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan yang menerangkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika pembahasan BAB II : Landasan teori yaitu bab memuat bahasan tentang pengertian resiliensi, faktor faktor pembentuk resiliensi dan fungsi fundamental resiliensi. Bahasan mengenai definisi dewasa awal, tugas dewasa awal, tugas perkembangan dewasa awal. Kemudian juga terdapat bahasan penelitian yang relevan dan kerangka berpikir. BAB III : Berisi bahasan mengenai jenis penelitian, design penelitian yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, analisis data dan evaluasi, membahas lokasi dan subjek penelitian, pemilihan informan, sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Bab ini juga membahas mengenai teknik pengumpulan data yang terdiri dari tekhnik wawancara dan teknik observasi.kemudian membahas mengenai teknik analisis data yang berisi tentang reduksi data, penyajian data, verifikasi atau penyimpulan data dan triangulasi. BAB IV : Berisi analisa data, triangulasi data dan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. BAB V : Berisi kesimpulan kesimpulan yang dapat di ambil peneliti dari hasil analisis penelitian dan juga terdapat saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 15
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. harapan yang diperoleh tiba-tiba sirna karena kejadian yang tak terduga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang pernah mengalami kesedihan, kegagalan maupun kekecewaan karena hidupnya yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau harapan yang diperoleh tiba-tiba sirna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dalam pernikahan ada beberapa hal yang menjadi sebuah harapan ketika pasangan suami dan istri menjalani rumah tangga, harapan yang menjadi salah satu kebahagiaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Reivich dan Shatte (2000) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
Lebih terperinciKonsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com
Konsep Krisis danangsetyobudibaskoro.wordpress.com Krisis merupakan suatu titik balik yang memungkinkan individu untuk tumbuh dan berkembang, atau menyebabkan dirinya merasa tidak puas, gagal, dan kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan
Lebih terperinci2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN
RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).
Lebih terperinciRESILIENSI PADA JANDA CERAI MATI. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
RESILIENSI PADA JANDA CERAI MATI NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi HALAMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan banyak sekali problematika yang dialami oleh individu, salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciOLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir
Lebih terperinciRESILIENSI PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
RESILIENSI PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan hidup manusia selalu di mulai dari berbagai tahapan, yang di mulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinciKECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI
KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaulah Marhamah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya, setiap pasangan yang menikah menginginkan terciptanya sebuah keluarga sakinah, mawaddah, warahmah, yakni keluarga yang penuh ketentraman, kebahagiaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Usia Lanjut merupakan bagian dari anggota keluarga dananggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja (adolescence) merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual merupakan komponen integral yang tidak terpisahkan pada semua orang (Stanley
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehadiran anggota baru dalam keluarga sangat diharapkan oleh pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu proses penting dalam kehidupan wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.
Lebih terperinci2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang tua pasti berharap memiliki anak yang dapat bertumbuh kembang normal sebagaimana anak-anak lainnya, baik dari segi fisik, kognitif, maupun emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perceraian di Indonesia semakin meningkat di sepanjang tahun. Berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung RI tahun 2010, angka perceraian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di berbagai Negara. Pada tahun 2005 di Inggris terdapat 1,9 juta orangtua tunggal dan 91% dari angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan hubungan interpersonal dan manusia memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia merupakan makhluk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Pengertian Psychological Well Being Psychological well-being adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tunadaksa seringkali digambarkan sebagai figur yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tunadaksa seringkali digambarkan sebagai figur yang memiliki kekurangan, makhluk lemah dan menjadi beban bagi kehidupan bermasyarakat. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode perkembangan yang dimulai pada usia 65 sampai kematian. Neugarten (dalam Whitbourne & Whitbourne, 2011) membagi lansia ke dalam 3 tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya terutama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO
HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu misteri yang dijalani seseorang. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA
LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang tidak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Sehingga kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Kematian merupakan fakta hidup yang harus diterima oleh semua makhluk yang bernyawa di dunia ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan memberikan banyak pembelajaran bagi manusia. Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan memberikan banyak pembelajaran bagi manusia. Pembelajaran dalam kehidupan dapat berupa keadaan-keadaan yang baik dan buruk. Keadaan yang baik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjalani kehidupan profesional di dunia modern yang serba cepat seperti saat ini merupakan sebuah tantangan hidup. Selain tuntutan untuk mampu bertahan dalam lingkungan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA
0 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PUSPA WARDANI F 100 000 066 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas
Lebih terperinciBAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.
BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pada era globalisasi saat ini berjalan sangat cepat. Pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mendatangkan kepuasan bagi masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinci