KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM"

Transkripsi

1 KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

2 KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

3 KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013

4 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah Nama : Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda : Muhammad Amin NIM : Program Studi Jurusan : Manajemen Hutan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Ir. Emi Malaysia, MP Dyah Widyasasi, S.Hut, MP Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP NIP NIP Menyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP NIP NIP Lulus ujian pada tanggal :...

5 ABSTRAK MUHAMMAD AMIN. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Emi Malaysia). Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa kupu-kupu merupakan bagian dari kehidupan di alam, yaitu sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan perkebunan yang menjadi habitat bagi kupu-kupu, dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun jenis kupu-kupu di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupukupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah menangkap kupukupu dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu yang ditemukan dimasukan ke dalam toples. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan buku literatur, sedangkan untuk tumbuhan pakan kupukupu diambil gambarnya secara langsung di lapangan dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan pakan yang ditemukan dengan buku literatur tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian keanekaragaman jenis kupu-kupu di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan keanekaragaman jenis kupu-kupu sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 3 suku (famili), yaitu suku Nymphalidae sebanyak 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. Terdapat 8 jenis tanaman yang menjadi pakan berbagai jenis kupu-kupu yang ada, yaitu: Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa), Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis), Babadotan (Ageratum conyzoides L), Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Tembelekan (Lantana camara), Acmena sp., Globba aurantiaca dan Alpinia sp. Kata kunci: jenis kupu-kupu dan pakan kupu-kupu

6 RIWAYAT HIDUP Muhammad Amin, lahir pada tanggal 5 Juni 1991 di Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke 4 (empat) dari 8 bersaudara dari pasangan Bapak Basri dan Ibu Paisah. Memulai pendidikan pada tahun 1998 di SDN 004 Nunukan, lulus pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Nunukan, lulus pada tahun Kemudian melanjutkan ke SMAN 1 Nunukan dan lulus pada tahun Tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Samarinda, yaitu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan. Aktif dalam organisasi HIMA Manajemen Hutan sebagai Koordinator Seksi Minat dan Bakat pada periode tahun 2012 sampai tahun Pada tanggal 07 Maret sampai 07 Mei 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPT KPHL) Kota Tarakan.

7 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nyalah Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang Tua, yang selalu memberikan doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil. 2. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah. 3. Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP dan Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II. 4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan. 6. Bapak Ir. Gunanto selaku Kepala Laboratorium Konservasi Jurusan Manajemen Pertanian. 7. Ibu Asmahwati, A.Md selaku PLP Laboratorium Konservasi dan Ibu Rusdiana Ningsih, A.Md selaku PLP Laboratorium Silvikultur. 8. Alri Wicaksono, Setiawan May Sagianto, Supardi, Nurman dan semua rekan mahasiswa Angkatan 2010 yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu. 9. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Harapan Penulis semoga informasi yang tersaji di dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Kampus Sei Keledang, Juni Muhammad Amin

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... v vi vii viii x I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Uraian Tentang Serangga... 3 B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga... 6 C. Uraian Tentang Kupu-kupu D. Keadaan Umum Arboretum Politani Samarinda III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan Penelitian C. Prosedur Penelitian D. Analisa Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 70

9 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Tally Sheet Pengamatan Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Arboretum Politani Tanaman Pakan Kupu-kupu di Arboretum Politani Samarinda Kisaran Suhu dan Kelembapan... 63

10 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Pengamatan Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Data Harian Keadaan Suhu pada Saat Pengamatan Data Harian Pengukuran Kelembapan di Arboretum Politani Dokumentasi Penelitian Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Arboretum Politani... 75

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Athyma asura aidita Chetosia hypsea Doleschallia bisaltide Elymnias hypermnestra Faunis stomphax Hypolimnas bolina? Hypolimnas bolina? Hypolimnas bolina phillipines Ideopsis vulgaris Junonia orithya wallacei? Junonia orithya wallacei? Junonia iphita Melanitis leda leda Moduza procris Mycalesis fuscum Parantica agleoides Parantica aspasia-apasia Yphtima sp Papilio demoleus? Papilio demoleus? Papilio memnon? Papilio memnon? Papilio nephelus? Papilio nephelus? Appias libythea? Appias libythea? Catopsilia scylla Eurema blanda... 51

12 29. Letopsia nina malayana Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis) Babadotan (Ageratum conyziodes L) Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Tembelekan (Lantana camara) Acmena sp Globba aurantiaca Alpinia sp Lampiran 38. Penangkapan Kupu-kupu Pengambilan Data Suhu dan Kelembapan Merentangkan Kupu-kupu Menyusun Kupu-kupu ke Dalam Kotak Serangga... 75

13 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Anonim (2007a), kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga dari ordo Lepidoptera yang memiliki kombinasi corak warna yang variatif sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Kupu-kupu merupakan bagian dari kehidupan di alam, yaitu sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perubahan keanekaragaman dan kepadatan populasinya bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kualitas lingkungan. Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan perkebunan yang menjadi habitat bagi kupu-kupu dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun jenis kupu-kupu di alam. Indonesia mewakili lebih dari jenis kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi oleh beberapa negara di Amerika Selatan. Kupu-kupu yang mendominasi adalah jenis Papilionade yaitu 121 dari 573 di dunia. Ada sekitar jenis kupu-kupu di setiap pulau besar, tetapi beberapa diantaranya juga terdapat di pulau-pulau kecil. Persebaran kupu-kupu terbatas pada faktor geologi, kesesuaian lingkungan dan pesebaran tumbuhan pangan (Anonim, 2007a). Penelitian tentang kupu-kupu telah diteliti antara lain oleh: Soekardi (2007), melaporkan menemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 5 famili di areal kampus Unila; Widyasasi, dkk. (2008), menemukan

14 2 sebanyak 43 jenis kupu-kupu dan 8 jenis pakan kupu-kupu di areal Jurusan Manajemen Hutan Poltanesa; dan Ahmad (2011), menemukan sebanyak 24 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 4 famili serta menemukan sebanyak 6 pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupukupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

15 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tentang Serangga Anonim (1992), semua serangga adalah anggota dari phylum Arthopoda yang mempunyai ciri-ciri khusus antara lain: tubuh beruas-ruas dan kaki beruasruas, contoh klasifikasi serangga sebagai berikut: Golongan Phylum Klas Ordo (bangsa) Famili (suku) Genus (keluarga) Spesies (jenis) : Animalia : Arthopoda : Insekta : Hymenoptera : Apidae : Aphis : Aphis mellifera 1. Bagian Tubuh Serangga Menurut Natawigena (1990), bagian tubuh serangga terdiri dari kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). a. Kepala Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga, organ yang terdapat pada kepala adalah: 1) Mulut Keadaan mulut serangga beserta bagian-bagiannya tergantung dari tipe alat mulutnya. Tipe alat mulut tergantung dari stadia perkembangannya dan tergantung dari jenis makanannya. Pada dasarnya zat makanan yang dibutuhkan tidak berbeda dengan yang dibutuhkan oleh binatang lainnya yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

16 4 Makanan serangga sangat bervariasi, pada umumnya terdiri dari bagian tanaman termasuk madu, hewan lainnya baik yang masih hidup atau yang sudah mati, sehingga tipe alat mulut serangga bervariasi. Beberapa tipe alat mulut serangga seperti: a). Tipe alat mulut menggigit mengunyah, misalnya terdapat pada larva dan imago ordo Coleoptera, nimfa dan imago Orthoptera dan larva ordo Lepidoptera. b). Tipe alat mulut mengunyah mengisap, misalnya terdapat pada lebah madu (Aphis cerana) ordo Hymenoptera. c). Tipe alat mulut menjilat mengisap, misalnya terdapat pada lalat rumah ordo Diptera. d). Tipe alat mulut mengisap, misalnya terdapat pada kupu-kupu dewasa ordo Lepidoptera. e). Tipe alat mulut menusuk mengisap, misalnya terdapat pada wereng ordo Homoptera. 2) Mata Pada serangga dewasa maupun nimfa, pada umumnya mempunyai 2 jenis mata yaitu: 1. Mata tunggal Mata tunggal terdapat pada serangga dewasa dan nimfa terdapat pada bagian depan kepala jumlahnya 3 buah dan membentuk segitiga di antara mata majemuk dan berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya.

17 5 2. Mata majemuk Serangga dewasa dan nimfa mempunyai sepasang mata majemuk yang terdapat pada bagian depan kepala, bentuknya berbeda-beda, ada yang cembung, bulat dan lonjong. Mata majemuk tidak dapat digerakan, tidak dapat ditutup. Ada kemungkinan, bahwa mata majemuk bekerja lebih baik dalam mendeteksi benda-benda sasaran bergerak. 3) Antena Semua spesies serangga mempunyai sepasang antena yang terdapat pada kepala di atas mulut yang dapat digerakkan. Fungsi antena umumnya sebagai alat perasa dan alat pencium. Fungsi antena lainnya adalah untuk memandu jalan, mendeteksi cahaya, untuk mengetahui tempat-tempat sumber makanan dan mangsa, untuk menemui betinanya, sebagai alat pendengar dan untuk berkomunikasi (pada semut). b. Dada Bagian tubuh serangga antara kepala dan perut adalah dada. Dada terdiri dari 3 ruas yaitu: dada depan, dada tengah, dada belakang. Ketiga bagian ruas dada tersebut memiliki sepasang tungkai (kaki). Pada dada depan terdapat sepasang tungkai depan, pada dada tengah terdapat sepasang tungkai tengah dan pada dada belakang terdapat sepasang tungkai belakang. Pada dada tengah terdapat sepasang sayap depan dan pada dada belakang terdapat sepasang sayap belakang. Pada jenis serangga yang hanya memiliki sepasang sayap maka sayap tersebut terletak pada dada

18 6 tengah. Secara umum fungsi sayap bagi serangga untuk terbang atau mobilitas. c. Perut Perut serangga pada dasarnya terdiri dari 11 ruas, tetapi ruas ke 11 mengecil. Jumlah ruas perut untuk setiap spesies serangga tidak sama akan tetapi pada umumnya tidak lebih dari 10. Setiap ruas dari perut, pada umumnya memiliki lubang nafas yang terletak di bagian samping kiri kanan perut. Biasanya berjumlah dua pasang terdapat pada dada dan delapan pasang terdapat pada perut. Alat kelamin jantan biasanya terbentuk dari ruas ke 10, sedangkan alat kelamin betina biasanya terbentuk dari ruas ke 8 dan 9. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga Menurut Suratmo (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor Biotik a. Daya Reproduksi dan Survival Daya reproduksi adalah kemampuan reproduksi suatu serangga di dalam periode waktu tertentu dari setiap ekor serangga betina yang dewasa pada keadaan sekeliling yang optimum. Sifat-sifat serangga yang menentukan daya reproduksi adalah: 1) Keperidian adalah kemampuan individu serangga betina untuk menghasilkan telur. 2) Siklus hidup adalah panjang umur serangga mulai dari telur sampai menjadi dewasa (imago).

19 7 3) Perbandingan seks adalah perbandingan antara jumlah serangga jantan dan dan betina yang dihasilkan dari telur-telurnya. 4) Poliembrioni adalah dua serangga atau lebih yang dapat dihasilkan dari telur. 5) Parthenogenesis adalah perkembangan tanpa pembuahan. Daya survival (sintas) adalah kemampuan tubuh, cara hidup dan sifat-sifat dari serangga untuk dapat tetap hidup dengan keadaan sekitarnya. Dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga mempunyai kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya, misalnya ada yang mengeluarkan bau untuk menghindari musuhnya serta kupu-kupu memiliki warna yang mirip dengan tempat dia berada. Daya survival ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Daya reseptif adalah kemampuan serangga untuk menerima rangsangan dari luar dan memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. 2) Daya mobilitas adalah kemampuan serangga baik aktif maupun pasif, tergantung pada organ tubuh yang dimiliki oleh serangga hama. 3) Daya memencar adalah kemampuan serangga untuk menjauhi tempat asalnya pada saat lingkungan menjadi tidak cocok untuk kehidupan serangga tersebut. 4) Daya kompensasi adalah kemampuan yang dimiliki serangga untuk mengimbangi berbagai kelemahan daya-daya yang lain.

20 8 5) Daya adaptasi adalah kemampuan serangga untuk menyesuaikan diri apabila mengalami keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. b. Kualitas dan Kuantitas Makanan Kualitas makanan adalah keadaan makanan sesuai (cocok) atau, serangga hama memilih pakan berupa bagian tumbuhan tertentu. Ada serangga hama yang mengkonsumsi daun, jaringan pengangkutan (xilem dan atau floem), epidermis dan lain sebagainya. Variasi kebutuhan jenis pakan ini dapat terjadi pada spesies yang berbeda, pada stadium perkembangan yang berbeda dalam spesies yang sama maupun pada umur serangga yang berbeda. Kuantitas makanan adalah keadaan makanan dengan jumlahnya cukup atau tidak bagi serangga. Spesies serangga akan semakin banyak variasinya apabila makanan yang tersedia berupa jenis-jenis tanaman inang juga cukup variasinya. Tersedianya makanan dengan kualitas yang sesuai (cocok) dan kuantitas yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat menurun. Faktor-faktor makanan yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu: 1) Banyaknya tanaman inang yang cocok atau disukai. 2) Kerapatan tanaman inang. 3) Komposisi tegakan. 4) Umur tanaman inang.

21 9 5) Adanya tanaman inang lainnya sebagai makanan pengganti bila tanaman inang yang sesuai (cocok) atau disukai telah habis. c. Parasit dan Predator Parasit adalah suatu organisme yang hidup di dalam atau di luar tubuh organisme lain, dimana organisme yang pertama mendapat kebutuhan hidupnya dari organisme kedua sehingga organisme kedua dirugikan. Macam-macam parasit dibedakan atas: 1. Endoparasit adalah parasit yang hidup atau menumpang dalam badan inangnya. 2. Ektoparasit adalah parasit yang hidup atau menumpang di luar badan inangnya. Bila ditinjau dari stadia inangnya yang diserang, beberapa jenis parasit dapat dibedakan: a) Parasit telur yaitu parasit yang menyerang stadia telur. b) Parasit larva yaitu parasit yang menyerang stadia larva. c) Parasit pupa yaitu parasit yang menyerang stadia pupa. d) Parasit imago yaitu parasit yang menyerang stadia imago. Parasit bila ditinjau dari segi kebutuhan hidupnya dapat dibedakan menjadi: a) Parasit obligat yaitu parasit yang tergantung hanya dari satu inang, artinya tidak mungkin bisa hidup tanpa adanya inang. b) Parasit fakultatif yaitu parasit yang hidupnya kecuali menjadi parasit, juga bisa hidup tanpa inang.

22 10 Predator adalah suatu organisme yang hidup bebas di alam, yang untuk hidupnya mendapatkan makanan dengan memangsa dan membunuh mangsanya, baik berupa telur, pupa/nimfa ataupun imago. Biasanya selama hidup predator memerlukan lebih dari satu mangsa. 2. Faktor Abiotik Menurut Suratmo (1982), faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan serangga antara lain sebagai berikut: a. Suhu Serangga adalah binatang berdarah dingin artinya suhu badannya sama dengan suhu lingkungan sekelilingnya, karena tergantung pada suhu (temperatur) di sekelilingnya maka untuk hidup, tumbuh dan berkembang dari telur sampai dewasa, suhu di sekitarnya haruslah berada pada daerah temperatur yang cocok untuk perkembangan hidupnya. Ada zona-zona suhu untuk aktifitas kehidupan serangga: 1) Zona batas fatal atas (> 45 C) pada suhu tersebut serangga tidak dapat bertahan dan akan mati. 2) Zona dorman atas/estivasi (45 C - 38 C) pada suhu tersebut serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif. 3) Zona efektif atas (38 C - 26 C) pada suhu tersebut serangga efektif melakukan kegiatannya. 4) Zona suhu optimum (26 C) pada suhu tersebut serangga melakukan kegiatan tertinggi/optimum. 5) Zona efektif bawah (26 C - 15 C) pada suhu tersebut serangga efektif melakukan kegiatannya.

23 11 6) Zona dorman bawah/hibernasi (15 C - 0 C) pada suhu tersebut serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif. 7) Zona batas fatal bawah (< 0 C) pada suhu tersebut serangga tidak dapat bertahan dan akan mati. b. Hujan/Kelembapan Butiran air hujan yang kecil dan ringan tidak banyak berpengaruh pada serangga, tetapi untuk hujan yang deras dengan butiran yang besar dapat membunuh serangga dan dapat mencampakkan serangga ke tempat yang banyak musuhnya atau ke tempat yang tidak ada makanannya. Selain itu banjir dan hujan lebat dapat mematikan berbagai macam jenis kupu-kupu yang sedang terbang, dapat menghanyutkan larva yang baru menetas. Pengaruh kelembapan pada perkembangan serangga misalnya pada Thrips (ordo Thysanoptera) menghendaki kelembapan di atas 70 % untuk dapat berkembang dengan normal. c. Angin Pengaruh langsung dari angin misalnya karena angin, suatu serangga dapat menyebar ke daerah yang jauh hingga dapat menemukan makanan dan tempat yang baru untuk kehidupan serangga, tetapi dapat juga karena angin suatu serangga dapat terbawa ke tempat yang tidak ada makanannya dan banyak musuhnya. Contoh pengaruh angin yaitu angin yang kencang dapat membunuh kupu-kupu, akibat pengaruh angin maka kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana dapat menyebar dari suatu tempat ke tempat lainnya sehingga dalam waktu yang singkat (pada tahun 1986) telah terjadi

24 12 penjangkitan hama pada tanaman Lamtoro gung meliputi daerah yang sangat luas. d. Cahaya Cahaya adalah faktor yang mempengaruhi bagi serangga. Banyak jenis serangga yang memiliki reaksi positif terhadap cahaya, misalnya tertarik pada cahaya lampu atau api, seperti biasanya terjadi pada malam hari atau yang bergerak aktif pada malam hari. Faktor-faktor abiotik tersebut di atas bersama-sama menentukan suatu keadaan cuaca (dalam jangka waktu yang pendek) atau iklim (dalam jangka waktu yang panjang). Faktor abiotik ini dapat menyebabkan kematian serangga atau dapat pula menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga. C. Uraian Tentang Kupu-kupu Menurut Noerdjito dan Aswari (2003), kupu-kupu dan ngengat merupakan serangga terbang yang mengalami metamorfosa sempurna karena kehidupannya dimulai dari telur-larva-pupa-dewasa. Di dalam menjalani daur hidup tersebut kupu-kupu dan ngengat hanya memerlukan makan pada fase larva dan dewasa. Pada fase larva, kupu-kupu dan ngengat dikenal juga sebagai ulat. Makanan ulat berupa bagian-bagian dari tumbuh-tumbuhan termasuk buah dan biji, oleh karena itu mulut ulat memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk menggigit dan mengunyah. Kupu-kupu dan ngengat (fase dewasa) dapat hidup apabila memakan nektar bunga menggunakan mulutnya yang berbentuk selang penghisap yang disebut probosis.

25 13 Perbedaan antara kupu-kupu dan ngengat dapat dilihat dari prilaku dan bentuknya (Noerdjito dan Aswari, 2003): - Ngengat hinggap dengan kedua pasang sayap terbuka, sedangkan kupukupu tertentu tertutup. - Ngengat aktif pada malam hari dan umumnya tertarik cahaya lampu, sedangkan kupu-kupu aktif di siang hari. - Ngengat mempunyai antena (sungut) pendek dan bentuknya mirip bulu, beberapa jenis ujungnya membesar sedangkan antena kupu-kupu langsing, gilig seperti lidi dengan ujung membesar. - Ulat atau larva ngengat mempunyai kaki semu (kaki perut) kurang dari 5 pasang, sedangkan larva kupu-kupu mempunyai 5 pasang kaki semu (kaki perut). - Pupa ngengat dalam kokon sutera, sedangkan pupa kupu-kupu telanjang dan umumnya pada bagian ujung dilengkapi dengan substansi sutera atau tali sutera untuk menopang pelekatannya pada substrat. 1. Bentuk tubuh Menurut Noerdjito dan Aswari (2003), kupu-kupu mempunyai tubuh yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Seperti serangga lainnya, tubuh kupu-kupu dipotong oleh kerangka luar exosceleton tempat otot dan organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Kepala dan dada dilengkapi dengan otot-otot yang berperan sebagai alat gerak dari bagian-bagian mulut dan sayap. Sebagian besar rangka luar berupa lapisan kitin yang tidak tembus air dan tidak larut dari asam organik. Di alam, serangga mati hanya dapat dirombak dengan bantuan mikro organisme.

26 14 Kepala kupu-kupu gerakannya terbatas, terdiri atas 6 ruas. Tiga ruas pertama berasosiasi dengan 3 komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal dan antena atau sungut. Tiga ruas kepala lainnya berasosiasi dengan bagian mulut. Mandibula (rahang bawah) kupu-kupu yang asalnya sebagai alat penggigit, mereduksi. Maksila beradaptasi sebagai alat pengisap, berbentuk belahan tabung yang bersatu disebut probosis. Apabila tidak sedang digunakan probosis ini digulung, dan dapat dijulurkan kembali untuk mengisap nektar bunga. Palbus labialis, merupakan bagian bibir yang sangat sensitif sebagai alat peraba. Antena, terletak di ujung kepala dan dapat digerakkan ke segala arah, biasanya lembut seperti benang. Pada beberapa famili, antena bagian ujung membesar, berganda, berambut, berbentuk mirip sisir di kedua sisinya atau bahkan berbentuk mirip bulu. Antena juga dilengakapi dengan sel-sel saraf yang befungsi sebagai alat pencium dan peraba. Mata majemuk terletak di kedua sisi kepala, yang tersusun oleh unik optik yang disebut omatidia. Kupu-kupu mempunyai mata yang cukup tajam terutama untuk jarak dekat, sehingga kupu-kupu mampu terbang di antara pepohonan. Di samping mata majemuk, kupu-kupu mempunyai mata tunggal. Mata tunggal ini tersembunyi atau tertutup oleh rambut-rambut halus sehingga mata tunggal sulit dilihat tanpa menyingkapkan rambutrambut tersebut. Fungsi dari mata tunggal ini tidak diketahui sepenuhnya mungkin hanya sebagai alat bantu mempertajam penglihatan dari kerja mata majemuk. Dada kupu-kupu sangat berbeda dengan kepala dan abdomen. Dada ini tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh selaput tipis yang

27 15 merupakan leher sehingga kepala dapat digerakkan. Dada kupu-kupu dilengkapi dengan ruas-ruas yang kuat membentuk kotak yang sepenuhnya berisi otot. Terbagi menjadi dada depan, dada tengah dan dada belakang. Pasangan kaki depan melekat pada dada depan, sedangkan kaki tengah dan pasangan sayap depan pada dada tengah. Dada tengah tempat melekatnya pasangan kaki belakang, ruas dada kedua dan ketiga (tengah dan belakang) merupakan pendukung kuat dari kedua pasang sayap kupu-kupu. Disamping adanya kaki dan sayap, di kedua belah sisi toraks dilengkapi dengan 2 pasang lubang spirakel yang befungsi sebagai lubang pernafasan. Kaki kupu-kupu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia dan tarsus. Tarsus biasanya ada 5 ruas yang dilengkapi dengan sepasang kuku. Jumlah dari ruas-ruas tarsus ini sangat bervariasi tergantung jenis dan kelaminnya. Kaki depan kupu-kupu biasanya sangat sensitif, sangat berguna dalam mengenali adanya nektar, bunga atau pasangannya. Disamping itu kaki kupu-kupu kadang-kadang dilengkapi dengan spina atau taji yang berguna untuk membantu berjalan. Sayap kupu-kupu umumnya berbentuk hampir segitiga, namun beberapa famili kupu-kupu sangat bervariasi. Sayap kupu-kupu ditutupi oleh sisik-sisik halus, di bawah mikroskop bentuknya terlihat sangat beragam ada yang membulat, memanjang dan ada yang mirip anak panah. Sisik-sisik ini yang membuat sayap kupu-kupu menjadi berwarna-warni. Sayap merupakan organ yang terpenting bagi pergerakan kupu-kupu berupa selaput tipis dan dilengkapi dengan vena-vena sehingga memperkuat melekatnya sayap pada toraks. Distribusi vena-vena ini sama pada setiap jenis kupu-kupu. Bentuk atau percabangan dan susunan gurat-gurat atau venasi sayap (apabila sisik

28 16 dihilangkan) dapat merupakan salah satu ciri untuk mengenal jenis kupukupu. Perut kupu-kupu pada dasarnya terdiri atas 10 ruas, dengan ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi alat kelamin. Pada sisi-sisi bagian perut terdapat 6 sampai 7 pasang spirakel. Di dalam perut ini terdapat alat pencernaan, jantung, organ ekskresi dan organ kelamin serta sistem otot yang kompleks. 2. Keanekaragaman Kupu-kupu Menurut Soekardi (2007), jumlah kupu-kupu yang terdapat di dunia diperkirakan kurang lebih spesies dan tersebar di seluruh dunia. Keanekaragaman kupu-kupu melimpah di kawasan tropis seperti di Brazil, Malaysia, dan Indonesia. Sebagian diantaranya dinyatakan sangat langka dan terancam punah. Jumlah spesies yang terdapat di Malaysia telah diketahui tidak kurang dari 1000 spesies sedangkan di Singapura sekitar 380 spesies. Sedangkan Indonesia, di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Walaupun diperkirakan tidak kurang dari 1000 spesies kupu-kupu di pulau Sumatera, tetapi belum ada data yang lengkap mengenai keanekaragaman kupu-kupu di Sumatera. 3. Perilaku Kupu-kupu Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari. Pada malam hari, kupu-kupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat itu kupu-kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. Makin siang, kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan

29 17 aktivitas mencari makan ataupun bereproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendiri-sendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan betina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi. Selanjutnya induk kupu-kupu akan meletakkan telur-telurnya pada daun tumbuhan inangnya. Kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbang rendah antara 10 cm sampai 2 m. Sedangkan, kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi sampai ±10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-bunga dan menjulurkan probosisnya. Perilaku mencari makan dan terbang mulai menurun menjelang sore. Pada pukul 5 sore, beberapa kupu-kupu masih tampak terbang tetapi setelah itu pada pukul 6 sore semua kupu-kupu telah beristirahat. Pada pagi hari yang cerah, kupu-kupu berterbangan dan memulai aktivitas hariannya kembali. 4. Siklus Hidup Kupu-kupu Umur kupu-kupu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, kemudian menjadi larva (ulat). Selanjutnya, larva membentuk kepompong (pupa), baru akhirnya muncul sebagai kupu-kupu/imago. Imago membutuhkan waktu 3 (tiga) hingga 4 (empat) jam untuk penyempurnaan warna dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makan dan pasangan hidupnya (Anonim, 2008 dalam Ahmad, 2011). 5. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kupu-Kupu Menurut Achmad (2007), pakan kupu-kupu, makanan larva (ulat) pertama kali setelah menetas adalah sisa kerabang telurnya sendiri,

30 18 selanjutnya larva (ulat) memakan daun, sedangkan kupu-kupu dewasa memakan beberapa cairan untuk menjaga keseimbangan air dan energi tubunya. Pada umumnya kupu-kupu memakan nektar bunga, tetapi beberapa cairan lain didapat dari tanaman atau pohon dan buah-buahan yang telah busuk dan kotoran burung atau hewan lain. Tipe dan jumlah makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tingkah laku dan sifat-sifat morfologi kupu-kupu. Tumbuhan inang merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan zat-zat kimia yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karakteristik kupu-kupu dewasa. 6. Manfaat Kupu-kupu di Alam Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu memiliki peran ekologi yaitu sebagai agen polinator yang membantu penyerbukan bunga. Di dalam jaring makanan kupu-kupu sebagai hewan herbivora berperan sebagai penyedia makanan bagi pemangsa yang terdapat di dalam ekosistem tersebut, seperti laba-laba, cicak, kadal, semut, burung dan parasitoid. Pemangsa seperti laba-laba menggunakan jaringnya untuk menangkap kupu-kupu, kemudian memangsanya. Cicak dan kadal mengintai kelengahan kupu-kupu dan mencari larva kupu-kupu sebagai santapannya. Semut menunggu kupu-kupu terkapar mati untuk menyantap dagingnya, atau mendatangi larva yang sedang makan daun untuk dijadikan makanannya. Dengan demikian kelangsungan hidup hewan-hewan pemangsa akan terjamin dan kupu-kupu yang lulus hidup masih beterbangan untuk meletakkan telur-telurnya kembali pada daun-daun muda tumbuhan inangnya. Daur hidup kupu-kupu terus berlangsung.

31 19 7. Metamorfosis Kupu-kupu Menurut Mastrigt dan Rosariyanto (2005), metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi hewan baru (fase sempurna) yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum sederhana. Pertamatama mulai dari telur yang diletakkan oleh kupu-kupu pada daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa atau kepompong dan dalam beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru. a. Telur Telur akan menetas antara 3-5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. b. Larva (ulat) Setelah menetas larva akan mencari makan. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4-6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar berbentuk silindris, dan terkadang mempunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika

32 20 larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan dan berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa. c. Pupa (kepompong) Fase pupa apabila dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase). Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 hingga 20 hari tergantung spesiesnya. d. Kupu-kupu (imago) Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering, mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan melakukan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa. 8. Makanan dan Kebiasaan Kupu-kupu Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan

33 21 tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja, sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya (Chici, 2010). 9. Ekologi Kupu-kupu Dalam suatu habitat memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja. Semua individu-individu jenis di dalam habitat tersebut membentuk suatu populasi untuk mempertahankan hidupnya. Setiap jenis kupu-kupu betina dewasa dapat menghasilkan telur dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi sebagian kecil saja yang berhasil mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklus hidupnya. Hal ini menjaga keseimbangan populasi tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap variasi populasi adalah perubahan ratarata laju kelahiran, laju kematian, adanya emigrasi atau imigrasi dalam suatu habitat (Smart, 1975 dalam Saputro, 2007). D. Keadaan Umum Arboretum Politani Samarinda Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terletak pada lingkungan kampus Sungai Keledang kota Samarinda Provinsi Kalimatan Timur. Kegiatan penanaman di Arboretum Politenik Pertanian Negeri Samarinda dilakukan dalam dua tahap penanaman yaitu tahap pertama seluas ± 0,5 ha yang ditanam pada bulan Oktober tahun 1995 dan tahap kedua seluas ± 1,5 ha yang ditanam pada bulan Nopember 1996 (Suwarto, 1999 dalam Ahmad, 2011).

34 22 Penananam tahap pertama dengan luas ± 0,5 ha dengan koleksi jenis campuran antara jenis cepat tumbuh (fast growing species) antara lain: Acacia mangium, Gmelina arborea, Eucalyptus deglupta dan Peronema canescenns, jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae antara lain: Shorea leprosula, Sh. seminis, Sh. Ovalis, Sh. leavis, dan Dryobalanops lanceolata dan jenis tanaman lokal lainya seperti Eusideroxylon zwageri, Aqualaria malaccensis, Aleurites molucana, Mimusops elengi dan Agathis borneensis. Sedangkan pada lokasi penanaman tahap kedua dengan luas ± 1,5 ha dengan koleksi jenis campuran antara lain jenis cepat tumbuh (fast growing species), Paraserianthes falcataria, Acacia mangium, Gmelina arborea dengan jenis jenis Depterocarpaceae antara lain: Shorea stenoptera (tengkawang telor), Sh. leavis, Sh. asamica, Dryobalanops lanceolata dan jenis buah-buahan lokal antara lain: Mangga (Mangifera sp.), Rambutan (Nephelium laplaceum), Enau (Arengapinnata), Durian (Durio Zibetius), Lai (Durio kutaijensis). Jarak tanam untuk jenis cepat tumbuh 1,5x1,5 m dan jarak tanam untuk jenis famili Dipterocarpaceae 1,5x1,5 m. Sedangkan untuk buah-buahan ditanam dengan jarak tanam 5x5 m (Suwarto, 1999 dalam Ahmad, 2011).

35 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu penelitian lebih kurang selama 3 bulan mulai tanggal 20 November 2012 sampai tanggal 24 Febuari 2013 meliputi kegiatan: orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat: a. Jaring serangga untuk menangkap kupu-kupu. b. Toples untuk menyimpan kupu-kupu yang telah diangkap. c. Papan perentang (stand plat) berbagai ukuran untuk merentangkan kupu-kupu yang akan diawetkan. d. Oven untuk mengawetkan kupu-kupu. e. Pinset untuk membantu mengatur kupu-kupu yang akan direntangkan pada papan perentang dan untuk menjepit kapas yang telah diberi alkohol 70%. f. Alat tulis untuk menulis dan mencatat data-data yang diambil dari lapangan. g. Higrometer untuk mengetahui suhu dan kelembapan di sekitar lokasi penelitian. h. Kotak serangga untuk menyimpan kupu-kupu yang telah diawetkan.

36 24 i. Kamera untuk dokumentasi. j. Buku literatur tentang serangga untuk identifikasi jenis kupu-kupu dan buku literatur tentang tumbuhan untuk identifikasi jenis pakan kupukupu. 2. Bahan: a. Alkohol 70% untuk membantu mematikan kupu-kupu yang telah ditangkap. b. Kapas untuk membantu mematikan kupu-kupu. c. Jarum pentul untuk penahan kupu-kupu apabila direntangkan pada papan perentang dalam proses pengawetan. d. Kertas papilot untuk penyimpanan sementara kupu-kupu yang telah diawetkan. C. Prosedur Penelitian 1. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan lokasi penelitian. 2. Persiapan Alat dan Bahan Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian di areal Arboretum dan di laboraturium Konservasi. 3. Penangkapan Kupu-kupu Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan jaring serangga, kemudian dimasukan ke dalam toples yang berisi kapas yang telah diberi alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium Konservasi, selanjutnya kupukupu yang ditemukan dicatat ke dalam tally sheet pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

37 25 Pengamatan dan penangkapan kupu-kupu dilakukan yaitu mulai pada jam karena pada jam-jam tersebut adalah waktu dimana kupu-kupu sedang melakukan aktivitasnya. Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan No Hari/ Tanggal Jenis Kupu-kupu Suhu ( 0 C) Kelembapan (%) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Ket Keterangan: - Pagi (07.15), Siang (12. 15), Sore (16.45) 4. Pengukuran Suhu dan Kelembapan Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan menggunakan alat higrometer. Pengambilan data suhu dan kelembapan dilakukan dengan cara menggantungkan higrometer pada pohon Ulin yang letaknya pada lokasi yang dianggap dapat mewakili seluruh keadaan di areal penelitian. Data suhu dan kelembapan diambil sebanyak tiga kali setiap hari yaitu pada pagi hari jam WITA, siang hari jam WITA dan sore hari jam WITA. 5. Pengambilan Tumbuhan Pakan Kupu-kupu Pengambilan tumbuhan yang menjadi pakan kupu-kupu yang belum diketahui jenisnya dan dibawa ke laboratorium Silvikultur untuk diidentifikasi. 6. Pengawetan Kupu-kupu Mengawetkan kupu-kupu dengan cara kupu-kupu yang telah mati dibentangkan dan diatur pada papan perentang kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan. Menurut Hadikastowo dan Simanjuntak (1988), pengeringan serangga dilakukan menggunakan oven

38 26 dengan temperatur 25 o C selama 1 hari kemudian kupu-kupu yang telah dikeringkan lalu dikeluarkan dari oven dan dimasukan ke dalam kertas papilot. 7. Pengambilan Gambar Mengambil gambar proses penangkapan kupu-kupu, tumbuhan pakan kupu-kupu dan kupu-kupu yang telah diawetkan untuk keperluan dokumentasi penelitian. 8. Identifikasi Kupu-kupu dan Tumbuhan Pakannya Proses pengidentifikasian jenis kupu-kupu ini dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada. Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada. 9. Menyusun Kupu-kupu dalam Kotak Serangga Menyusun kupu-kupu yang telah diidentifikasi ke dalam kotak serangga untuk bahan koleksi kupu-kupu di laboratorium Konservasi. D. Analisa Data Analisa data pada penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu. Dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada. Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

39 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jenis Kupu-kupu Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang dilakukan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan sebanyak 29 jenis yang termasuk dalam 3 famili (suku) yaitu famili Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae. Data harian jenis kupu-kupu yang ditemukan pada saat pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu dapat dilihat pada Lampiran 1. Jenis kupu-kupu dari hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Arboretum Politani No. Famili No. Jenis 1. Nymphalidae 2. Papilionidae 1. Athyma asura aidita 2. Chetosia hypsea 3. Doleschallia bisaltide 4. Elymnias hypermnestra 5. Faunis stomphax 6. Hypolimnas bolina? 7. Hypolimnas bolina? 8. Hypolimnas bolina phillipines 9. Ideopsis vulgaris 10. Junonia orithya wallacei? 11. Junonia orithya wallacei? 12. Junonia iphita 13. Melanitis leda leda 14. Moduza procris 15. Mycalesis fuscum 16. Parantica agliodes 17. Parantica aspasia-apasia 18. Yphtima sp. 1. Papilio demoleus? 2. Papilio demoleus? 3. Papilio memnon?

40 28 Tabel 2. (Lanjutan) No. Famili No. Jenis 2. Papilionidae 3. Pieridae 4. Papilio memnon? 5. Papilio nephelus? 6. Papilio nephelus? 1. Appias libythea? 2. Appias libythea? 3. Catopsilia Scylla 4. Eurema blanda 5. Leptosia nina Dari Tabel 2, menunjukan bahwa jenis kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda didominasi oleh famili (suku) Nymphalidae dengan 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. Deskripsi singkat mengenai famili dan jenis kupu-kupu yang dapat diidentifikas adalah sebagai berikut. a. Nymphalidae Menurut Corbert dan Pendlebury (1956), Stehr (1987) dalam Sitompul (2008), kupu-kupu Nymphalidae merupakan salah satu famili dari ordo lepidoptera yang mempunyai bentuk dan warna yang indah dan menarik, berukuran kecil sampai besar, kaki depan tidak sempurna, seluruh sayap depan tidak lebar dan tidak menyudut, venasi sayap depan lengkap. Sayap mempunyai garis pinggir bergerigi atau tidak rata dan antena panjangnya setengah dari sayap depan. Karakter seks jantan kurang berkembang, ada beberapa diantaranya menunjukkan dimorphism seks dan pada beberapa jenis betina adalah polimorfosis. Telur berbentuk bola, larva hidup bebas, berbentuk silindris, bagian ujungnya meruncing dan mempunyai cabang disebut scoli.

41 29 1) Athyma asura aidita Jenis kupu-kupu Athyma asura aidita yang ditemukan pada saat pengamatan mempunyai ciri-ciri didominasi oleh warna coklat kehitaman, pada sayap depan dan sayap belakang terdapat warna putih yang membentuk bulatan lonjong, pada bagian pinggir sayap terdapat warna putih membentuk bulatan. Panjang lebih kurang 4,0 cm dan lebar 5,5 cm, seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Athyma asura aidita Menurut Anonim (2004), klasifikasi jenis kupu-kupu Athyma asura aidita sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Nymphalidae : Athyma : Athyma asura aidita 2) Chetosia hypsea Kupu-kupu Chetosia hypsea yang ditemukan pada saat pengamatan memiliki warna oranye dan hitam serta bintik-bintik hitam pada sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan pada bagian ujungnya terdapat warna krem yang membentuk seperti garis.

42 30 Panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar 8,0 cm, seperti pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Chetosia hypsea Menurut Anonim (2003), klasifikasi jenis kupu-kupu Chetosia hypsea sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Chetosia Spesies : Chetosia hypsea 3) Doleschallia bisaltide Hasil pengamatan: kupu-kupu ini memiliki sayap depan dan sayap belakang berwarna cokelat, sayap depan dan sayap belakang pada bagian tepi berwarna cokelat tua. Pada sayap belakang terdapat bintik kecil berwarna hitam. Ukuran panjang lebih kurang 6,0 cm dan lebar 7,3 cm, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

43 31 Gambar 3. Doleschallia bisaltide Menurut Anonim (2008), klasifikasi jenis kupu-kupu Doleschallia bisaltide sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Doleschallia Spesies : Doleschallia bisaltide 4) Elymnias hypermnestra Jenis kupu-kupu Elymnias hypermnestra yang ditemukan mempunyai ciri-ciri pada sayap depan memiliki warna hitam dengan sedikit warna biru. Sayap belakang berwarna hitam dan pada bagian tepi berwarna cokelat. Ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Gambar 4. Elymnias hypermnestra

44 32 Menurut Anonim (2008), kupu-kupu jenis Elymnias hypermnestra diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Elymnias Spesies : Elymnias hypermnestra 5) Faunis stomphax Jenis kupu-kupu Faunis stomphax memiliki warna cokelat pada sayap depan dan sayap belakang, mempunyai ukuran panjang lebih kurang 4,9 cm dan lebar 6,0 cm, seperti Gambar 5 berikut ini. Gambar 5. Faunis stomphax Menurut Syaputra (2011), jenis kupu-kupu Faunis stomphax diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Faunis Spesies : Faunis stomphax

45 33 6) Hypolimnas bolina? Jenis kupu-kupu hypolimnas bolina? yang ditemukan pada saat pengamatan didominasi oleh warna hitam. Sayap depan terdapat bintik berwarna putih dan bintik warna biru pada bagian tepi serta terdapat bulatan warna putih membentuk seperti garis. Terdapat bintik-bintik putih yang membentuk seperti garis pada bagian tepi sayap belakang, sayap belakang bergerigi pada bagian tepi dan terdapat bercak putih. Ukuran panjang lebih kurang 5,5 cm dan lebar 7,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini. Gambar 6. Hypolimnas bolina? Menurut Awinda (2012), klasifikasi jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordeo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas Spesies : Hypolimnas bolina? 7) Hypolimnas bolina? Jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina? memiliki warna hitam yang lebih dominan. Pada sayap depan terdapat bercak berwarna putih pada bagian ujung sayap dan bulatan berwarna putih

46 34 membentuk seperti garis. Terdapat bulatan berwarna biru tua keputih-putihan pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 5,2 cm dan lebar 6,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini. Gambar 7. Hypolimnas bolina? Menurut Awinda (2012), klasifikasi jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordeo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas Spesies : Hypolimnas bolina? 8) Hypolimnas bolina phillipines Kupu-kupu jenis Hypolimnas bolina phillipines ini memiliki ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar 9,5 cm, dengan warna dasar hitam. Terdapat corak putih dan biru serta bintik putih pada bagian pinggir sayap depan, serta terdapat bintik putih pada bagian pinggir sayap belakang, seperti pada Gambar 8.

47 35 Gambar 8. Hypolimnas bolina phillipines Menurut Awinda (2012), klasifikasi kupu-kupu jenis Hypolimnas bolina phillipines sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas Spesies : Hypolimnas bolina phillipines 9) Ideopsis vulgaris Jenis kupu-kupu Ideopsis vulgaris berwarna cokelat kehitamhitaman dengan corak berwarna putih berbentuk bintik-bintik, bulatan dan garis-garis yang terdapat pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar 8,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini. Gambar 9. Ideopsis vulgaris

48 36 Menurut Kurniawan (2012), klasifikasi kupu-kupu jenis Ideopsis vulgaris sebagai berikut: Kingdom Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Insecta : Lepidoptera : Nymphalidae : Ideopsis : Ideopsis vulgaris 10) Junonia orithya wallacei? Jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei? yang ditemukan pada saat pengamatan memiliki warna cokelat. Terdapat dua bintik hitam pada sayap depan, dua lingkaran kecil seperti mata berwarna oranye - hitam pada sayap belakang dan terdapat motif seperti rantai yang melewati seluruh bagian tepi sayap. Ukuran panjang lebih kurang 3,0 cm dan lebar 5,2 cm,dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Junonia orithya wallacei? Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia Spesies : Junonia orithya wallacei?

49 37 11) Junonia orithya wallacei? Jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei?, mempunyai corak berwarna hitam, cokelat dan krem serta mempunyai dua bulatan cokelat berbintik hitam pada sayap depan. Sayap belakang berwarna biru dan mempunyai dua bulatan yang berbintik hitam. Mempunyai motif seperti rantai yang melewati seluruh bagian tepi sayap depan dan belakang. Ukuran panjang lebih kurang 3,0 cm dan lebar 5,5 cm, seperti pada Gambar 11 berikut ini. Gambar 11. Junonia orithya wallacei? Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia Spesies : Junonia orithya wallacei? 12) Junonia iphita Jenis kupu-kupu Junonia iphita yang ditemukan berwarna cokelat tua, pada sayap depan dan sayap belakang terdapat bercak warna krem yang membentuk garis. Ukuran panjang lebih kurang 3,7

50 38 cm dan lebar lebih kurang 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini. Gambar 12. Junonia iphita Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia iphita sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia Spesies : Junonia iphita 13) Melanitis leda leda Jenis kupu-kupu Melanitis leda leda memiliki warna cokelat tua. Terdapat bulatan hitam dan berbintik putih berjumlah 4 buah pada sayap depan, pada sayap belakang terdapat bulatan hitam berbintik putih. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 6,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 13.

51 39 Gambar 13. Melanitis leda leda Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Melanitis leda leda diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Melanitis Spesies : Melanitis leda leda 14) Moduza procris Jenis kupu-kupu Moduza procris yang ditemukan mempunyai warna hitam dan cokelat tua, pada sayap depan terdapat dua bulatan kecil yang berwarna putih di bagian ujung sayap, serta bulatan lonjong berwarna putih yang membentuk pada seperti garis pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,3 cm dan lebar 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

52 40 Gambar 14. Moduza procris Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Moduza procris diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Moduza Spesies : Moduza procris 15) Mycalesis fuscum Kupu-kupu jenis Mycalesis fuscum mempunyai warna cokelat, terdapat bintik hitam pada sayap depan dan sayap belakang serta pada sayap depan bagian atas berwarna hitam. Panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar lebih kurang 4,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini. Gambar 15. Mycalesis fuscum Menurut Anonim (2005), klasifikasi jenis kupu-kupu Mycalesis fuscum sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Mycalesis Spesies : Mycalesis fuscum

53 41 16) Parantica agleoides Jenis kupu-kupu Parantica agleoides ini ditemukan memiliki warna cokelat kehitaman, dengan corak bintik-bintik putih dan garisgaris putih pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 7,5 cm, seperti pada Gambar 16 di bawah ini. Gambar 16. Parantica agleoides Menurut Duwiri (2007), klasifikasi jenis kupu-kupu Parantica agleoides sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Parantica Spesies : Parantica agleoides 17) Parantica aspasia-apasia Jenis kupu-kupu Parantica aspasia-apasia ini ditemukan memiliki warna dasar cokelat tua. Terdapat corak bintik-bintik putih, garis-garis putih dan kuning pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,2 cm dan lebar lebih kurang 7,0 cm, seperti pada Gambar 17 berikut ini.

54 42 Gambar 17. Parantica aspasia-apasia Menurut Duwiri (2007), klasifikasi jenis kupu-kupu Parantica aspasia-apasia sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Parantica Spesies : Parantica aspasia-apasia 18) Yphtima sp. Jenis ini ditemukan memiliki warna cokelat tua dan terdapat 2 titik bulat hitam pada sayap depan dan 2 titik bulat hitam pada sayap belakang, dengan ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm seperti pada Gambar 18. Gambar 18. Yphtima sp.

55 43 Menurut Efendi (2009), kupu-kupu jenis Yphtima sp. diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Ypthima Spesies : Yphtima sp. b. Papilionidae Menurut Anonim (1992), famili Papilionidae mempunyai ciri-ciri: sayap lebih besar dari tubuh, sayap belakang dengan perpanjangan seperti ekor yang sangat menyolok, nampak seperti burung layanglayang. Ujung antena berbonggol tetap tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Ukuran tubuh sedang besar. Warna biasanya gelap, putih atau abu-abu dengan bagian-bagian tertentu berwarna gelap. Larva pendek, gemuk, umumnya hijau dengan thoraks melebar. 1) Papilio demoleus? Jenis kupu-kupu Papilio demoleus? memiliki warna cokelat. Tedapat corak berwarna krem berbentuk lonjong dan bulatan-bulatan kecil pada sayap depan dan sayap belakang. Pada sayap belakang terdapat bulatan berwarna merah dan hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 8,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini.

56 44 Gambar 19. Papilio demoleus? Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio demoleus diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio demoleus? 2) Papilio demoleus? Jenis kupu-kupu Papilio demoleus? berwarna hitam dengan corak berwarna putih tulang berbentuk lonjong dan bulatan-bulatan kecil pada sayap depan dan sayap belakang. Pada sayap belakang terdapat bulatan berwarna merah dan hitam. Ukuran panjang lebih kurang 7,5 cm dan lebar lebih kurang 10,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Papilio demoleus?

57 45 Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio demoleus diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio demoleus? 3) Papilio memnon? Jenis kupu-kupu yang ditemukan berwarna hitam. Pada sayap depan terdapat bulatan kecil berwarna merah dan corak warna putih yang membentuk garis-garis. Ukuran panjang lebih kurang 8,0 cm dan lebar lebih kurang 12,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini. Gambar 21. Papilio memnon? Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio memnon diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio memnon?

58 46 4) Papilio memnon? Jenis kupu-kupu Papilio memnon berwarna hitam pada keempat sayapnya. Terdapat garis-garis berwarna abu-abu yang terdapat pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 8,5 cm dan lebar lebih kurang 13,0 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22 di bawah ini. Gambar 22. Papilio memnon? Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio memnon diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio memnon? 5) Papilio nephelus? Jenis kupu-kupu Papilio nephelus? mempunyai warna hitam. Sayap depan terdapat corak warna krem yang membentuk seperti garis. Pada sayap belakang terdapat warna krem yang berbentuk seperti mahkota yang terbalik dan mempunyai bagian sayap seperti ekor. Ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar lebih kurang 8,6 cm, dapat dilihat pada Gambar 23 berikut ini.

59 47 Gambar 23. Papilio nephelus? Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio nephelus diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio nephelus? 6) Papilio nephelus? Jenis kupu-kupu Papilio nephelus? mempunyai warna hitam. Sayap depan terdapat corak warna putih yang membentuk seperti garis. Pada sayap belakang terdapat corak warna putih tulang yang berbentuk seperti mahkota terbalik dan terdapat bagian sayap seperti ekor. Ukuran panjang lebih kurang 7,5 cm dan lebar lebih kurang 11,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 24 berikut ini.

60 48 Gambar 24. Papilio nephelus? Menurut Anonim (2009), Papilio nephelus diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio Spesies : Papilio nephelus? c. Pieridae Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Peridae mempunyai ciri-ciri: rentangan sayap antara mm, warna dasar putih atau kuning dengan beberapa spesies diantaranya berpola dan penuh warna. Sebagian besar spesies dari famili ini adalah hama terutama yang berwarna putih. Telurnya berbentuk seperti kumparan, larva mulus tanpa tonjolan dan nimfanya berkembang dengan kepala di bawah. 1) Appias libythea? Kupu-kupu jenis appias libythea? yang ditemukan berwarna abu-abu kehitaman, terdapat bulatan-bulatan berwarna putih pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 3,4 cm dan lebar kurang lebih 5,4 cm, dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini.

61 49 Gambar 25. Appias libythea? Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Appias libythea diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Appias Spesies : Appias libythea? 2) Appias libythea? Jenis Appias libythea? memiliki warna putih. Sayap depan dan sayap belakang pada bagian pinggirnya terdapat corak warna hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4 cm dan lebar 6 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26. Appias libythea?

62 50 Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Appias libythea diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Appias Spesies : Appias libythea? 3) Catopsilia scylla Kupu-kupu jenis catopsilia scylla mempunyai warna yang berbeda antara sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan berwarna krem, terdapat bintik kecil warna cokelat tua dan warna cokelat tua dibagian tepinya. Sayap bagian belakang berwarna kuning cerah dan terdapat bintik-bintik kecil dibagian tepinya. Ukuran panjang kurang lebih 4,0 cm dan lebar kurang lebih 7,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar 27. Catopsilia scylla Menurut Anonim (2011b), kupu-kupu jenis Catopsilia scylla diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae

63 51 Genus : Catopsilia Spesies : Catopsilia scylla 4) Eurema blanda Jenis kupu-kupu Eurema blanda memiliki warna kuning cerah dengan corak hitam pada keempat bagian ujung sayapnya. Ukuran kupu-kupu yang ditemukan, panjang lebih kurang 2,7 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini. Gambar 28. Eurema blanda Menurut Awinda (2012), jenis kupu-kupu Eurema blanda diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Eurema Spesies : Eurema blanda 5) Leptosia nina malayana Kupu-kupu jenis Leptosia nina malayana memiliki warna putih, terdapat bulatan hitam dan corak warna hitam pada ujung sayap depan bagian atas. Ukuran panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 4,8 cm, seperti pada Gambar 29 di bawah ini.

64 52 Gambar 29. Leptosia nina malayana Menurut Estiara (2012), Leptosia nina malayana dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Leptosia Spesies : Leptosia nina malayana 2. Pakan Kupu-kupu Pada saat pengamatan, ada 8 jenis tanaman yang dijumpai sedang dihinggapi dan sedang diisap nektarnya oleh berbagai jenis kupu-kupu, lebih jelasnya mengenai pakan kupu-kupu tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tanaman Pakan Kupu-kupu di Arboretum Politani Samarinda No. Nama Pakan 1. Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa) 2. Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis) 3. Babadotan (Ageratum conyzoides L) 4. Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) 5. Tembelekan (Lantana camara) 6. Acmena sp. 7. Globba aurantiaca 8. Alpinia sp. Deskripsi singkat mengenai pakan kupu-kupu yang dijumpai saat pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut.

65 53 a) Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa) Asystasia intrusa merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, 2 cm - 3 cm panjangnya, berbiji 4 atau kurang dalam buah kapsul (Junita, 2008 dalam Ahmad, 2011). Biji Asystasia intrusa biasanya ada 4, berukuran kecil dan berwarna hitam bila sudah masak. Bila biji-biji Asystasia intrusa sudah berkecambah dan mulai muncul maka akan terdapat populasi gulma tertentu dalam suatu lahan dan gulma tersebut juga akan menyita hampir semua cadangan yang dapat mendukung pertumbuhan di lahan tersebut bila penyiangan tidak tepat pada saat periode kritis. Dan bila penyiangan tidak dilakukan pada saatnya, maka hasil panen akan berkurang akibat persaingan dengan gulma tersebut (Anonim, 2012). Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 30 di bawah ini. Gambar 30. Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa)

66 54 Menurut Anonim (2012), jenis tanaman Asystasia intrusa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Acanthales Famili : Acanthaceae Genus : Asystasia Spesies : Asystasia intrusa b. Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis) Menurut Anonim (2010a), Jarongan atau dalam latin Stachytarpheta jamaicensis adalah terna tahunan yang tumbuh tegak, tinggi ± 50 cm, tumbuh liar di sisi jalan daerah pinggir kota, tanah kosong yang tidak terawat, daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa tangkai pada bulir-bulir yang berbentuk seperti pecut, panjang ± 4 cm - 20 cm. Bunga mekar tidak berbarengan, kecil-kecil warna ungu, putih. Jenis Stachytarpheta indica Vahl lebih tinggi dan dapat mencapai 1 m 2 m, dipelihara sebagai tanaman pagar hidup, dan mempunyai khasiat sehingga dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 31 di bawah ini.

67 55 Gambar 31. Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis) Menurut Anonim (2010a), jenis tanaman Stachytarpheta jamaicensis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Angiospermae Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Stachytarpheta Spesies : Stachytarpheta jamaicensis c. Babadotan (Ageratum conyzoides L) Menurut Anonim (2010b), nama lain dari bandotan adalah tombalo, siangiat, kombak jomtan, siangik kahwa, rumput tahi ayam (Sumatera), babadotan letik, babandotan beureum, babandotan hejo, jukut bau, ki bau, berokan, wedosan, dus wedusan, dus bedusan, tempuyak (Jawa), dawet, lawet, rukut manooe, rukut wenu dan sopi (Sulawesi). Bandotan dengan nama latin Agerotum conyzoides L merupakan tumbuhan liar tetapi lebih dikenal sebagai tanaman penganggu (gulma). Umumnya tanaman ini tumbuh liar bersama alang-alang, dapat ditemukan di pekarangan rumah, tepi jalan atau selokan, bahkan di kebun atau di ladang. Bandotan termasuk tumbuhan terna semusim, tumbuhnya tegak dan bercabang. Tinggi bandotan mencapai cm. Batangnya bulat berambut panjang dan jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daunnya bertangkai dengan letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, berambut dan warnanya hijau. Bunga bandotan termasuk bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih yang keluar dari ujung tangkai

68 56 dan berwarna putih. Buahnya berwarna hitam dan berukuran kecil. Lebih Jelas dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32. Babadotan (Ageratum conyzoides L) Menurut Anonim (2010b), klasifikasi jenis tanaman Ageratum conyzoides L adalah sebagai berikut: Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Asterales : Asteraceae : Ageratum : Ageratum conyzoides L d. Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Menurut Anonim (2010a), Bauhinia purpurea dikenal dengan sebutan bunga kupu-kupu walaupun bentuk bunganya sendiri lebih mirip bunga anggrek. Warnanya putih, pink pucat, pink, dan merah marun. Yang mirip kupu-kupu adalah daunnya. Sangat cocok sebagai tanaman hias karena bercabang banyak, rimbun daunnya, dan rajin berbunga. bunganya tidak berkelompok tapi muncul di sana-sini hingga cantik dipandang mata.

69 57 Diperkirakan ada 500 species, namun yang populer hanya dari jenis Bauhinia variegata dan Bauhinia purpurea. Ragam bunganya mulai dari putih, kuning pucat, pink, dan ungu. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 33. Gambar 33. Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Menurut Anonim (2010a), klasifikasi jenis tanaman Bauhinia purpurea adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Bauhinia Spesies : Bauhinia purpurea e. Tembelekan (Lantana camara) Menurut Anonim (2012), tembelekan atau dalam bahasa latin Lantana camara merupakan tanaman herbal yang memiliki batang yang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma dan berukuran panjang, beberapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi. Bercabang banyak, ranting berbentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri. Daun tunggal, duduk berhadapan, bentuk bulat telur, ujung meruncing, pinggir daun bergerigi, tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak

70 58 terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, jingga, kuning, dsb. Buah seperti buah buni berwarna hitam mengkilap bila sudah matang. Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian m dpl. Ditemukan pada tempattempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung dan banyak dipakai sebagai tanaman pagar. Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 34. Tembelekan (Lantana camara) Menurut Anonim (2012), klasifikasi jenis tanaman Lantana camara adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Lantana Spesies : Lantana camara f. Acmena sp. Acmena sp. adalah jenis tumbuhan dari famili Myrtacae. Pada saat pengamatan tumbuhan ini sering dihinggapi kupu-kupu. Ciri-ciri dari tumbuhan ini yaitu memiliki bunga berwarna oranye, bunga yang belum

71 59 mekar tampak seperti cabai rawit, letak daun sejajar/berhadapan dan daun yang termuda berwarna putih pada bagian atas daun dan warna putih kehijau-hijauan pada bagian sisi bawahnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 35. Gambar 35. Acmena sp. Menurut Anonim (2007b), klasifikasi jenis tanaman Acmena sp. adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Acmena Spesies : Acmena sp. g. Globba aurantiaca Globba aurantiaca adalah tanaman dari famili Zingiberaceae. Pada saat pengamatan tanaman ini sering dihinggapi kupu-kupu. Ciri-ciri dari tanaman ini adalah memiliki daun yang lebar berwarna hijau, tiap batang hanya memiliki satu daun, buahnya berwarna merah dan bergerombol seperti kopi, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 36.

72 60 Gambar 36. Globba aurantiaca Menurut Anonim (2007c), klasifikasi jenis tanaman Globba aurantica adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberales : Zingiberaceae : Globba : Globba aurantiaca h. Alpinia sp. Menurut Anonim (2008b), Alpinia sp. merupakan salah satu spesies dari famili Zingiberaceae. Tanaman Alpinia banyak menyebar di daerah tropis dan subtropis Asia dan Pasifik dari Jepang ke sebelah timur Polinesia hingga Indonesia. Batang Alpiania dapat tumbuh dari rizoma hingga mencapai 2 meter. Daun berbentuk oblong sederhana dengan ukuran panjang cm dan lebar 5-20 cm, menempel pada batang dengan susunan berseling. Bunga Alpinia sp. berkumpul dalam sebuah karangan dengan bentuk braktea oblong hingga oblong yang menyempit. Biji berbentuk bulatan yang tertutupi oleh kulit biji yang berbentuk seperti kapsul (Anonim, 2008b). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 37.

73 61 Gambar 37. Alpinia sp. Menurut Anonim (2007c), klasifikasi jenis tanaman Alpinia sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberales : Zingiberaceae : Alpinia : Alpinia sp. 3. Pengukuran Suhu dan Kelembapan Data suhu dan kelembapan diambil setiap hari untuk mengetahui keadaan lingkungan di sekitar lokasi pengamatan dengan menggunakan Higrometer. Hasil pengukuran suhu pada peneitian ini mendapatkan data suhu yang sangat tinggi sehingga dianggap eror, hal ini diduga disebabkan oleh kerusakan pengukur suhu pada alat higrometer yang digunakan. Karena hal ini maka data suhu yang digunakan adalah data dari hasil pengukuran Sagianto tahun Data harian suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Kisaran suhu dan kelembapan dapat dilihat pada Tabel 4.

74 62 Tabel 4. Kisaran Suhu dan Kelembapan Pagi Siang Sore No. Faktor Lingkungan Kisaran Kisaran Kisaran 1. Suhu Udara ( o C) Kelembapan Udara (%) Ket: Suhu: Pagi (07.15), Siang (12.00), Sore (16.45) Kelembapan: Pagi (07.15), Siang (12.15), Sore (16.45) B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang dilakukan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan sebanyak 29 jenis kupu-kupu dan 8 jenis tumbuhan pakan kupu-kupu. Kupukupu yang ditemukan sebanyak 29 jenis tersebut termasuk ke dalam 3 famili (suku) yaitu famili Nymphalidae sebanyak 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. Jumlah jenis kupu-kupu dan pakannya ini lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah hasil pengamatan yang dilakukan oleh Ahmad (2011) di areal yang sama yaitu berjumlah 24 jenis kupu-kupu dan pakannya sebanyak 6 jenis. Dari 24 jenis kupu-kupu yang ditemukan tersebut termasuk ke dalam 4 famili, famili yang sama ada yang 3 yaitu famili Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae sedangkan 1 famili berbeda yang hanya ditemukan pada pengamatan Ahmad (2011) adalah famili Lycaenidae. Selain itu dari 24 jenis kupu-kupu yang ditemukan, 10 jenis kupu-kupu diantaranya ditemukan lagi pada penelitian ini. Pakan yang ditemukan pada pengamatan ini berjumlah 8 jenis, pakan kupu-kupu yang sama dari pengamatan sebelumnya ada 1 jenis yaitu Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa). Pakan kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 7 jenis pada pengamatan ini tidak ditemukan pada pengamatan yang dilakukan oleh Ahmad (2011), sedangkan 3 jenis pakan kupu-kupu yang ditemukan pada

75 63 pengamatan yang dilakukan oleh Ahmad (2011), pada saat pengamatan ini masih ditemukan jenis tersebut tetapi tidak dihinggapi kupu-kupu karena tidak ada bunganya. Banyaknya jenis kupu-kupu yang ditemukan diduga dipengaruhi oleh waktu pengamatan yang berbeda dan jumlah pakan kupu-kupu yang lebih banyak. Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh Ahmad (2011) dilaksanakan pada bulan Mei. Keberadaan jenis kupu-kupu dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan inang yang menjadi pakan bagi ulat dan kupu-kupu. Hal ini sesuai dengan Natawigena (1990), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga salah satunya adalah faktor biotik yaitu daya reproduksi dan daya survival; kualitas dan kuantitas makanan; parasit dan predator. Kualitas makanan adalah keadaan makanan sesuai atau tidak dengan yang disukai, sedangkan kuantitas makanan adalah keadaan makanan jumlah cukup atau tidak bagi serangga. Faktor-faktor makanan yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga antara lain: banyaknya tanaman inang yang cocok atau disukai, kerapatan tanaman inang, komposisi tegakan, umur tanaman inang dan adanya tanaman inang lainnya sebagai makanan pengganti bila tanaman yang cocok atau disukai telah habis. Selain faktor biotik yang mempengaruhi perkembangan kupu-kupu, ada faktor abiotik/fisik diantaranya adalah faktor suhu dan kelembapan. Keadaan faktor aboitik/fisik di arboretum Politani pada saat pengamatan sesuai untuk perkembangan kupu-kupu. Kisaran suhu pada saat pengamatan berkisar antara o C dan kelembapan berkisar antara %. Hal ini sesuai dengan Natawigena (1990), menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

76 64 perkembangan serangga adalah faktor fisik yaitu suhu, hujan/kelembapan, angin dan sinar. Ada zona-zona suhu untuk aktivitas kehidupan serangga, diataranya adalah zona suhu efektif yaitu pada suhu tersebut serangga efektif melakukan kegiatannya dengan suhu berkisar antara o C sedangkan zona suhu optimum adalah 26 0 C maksudnya pada suhu tersebut serangga melakukan kegiatan tertinggi atau optimum. Kupu-kupu melakukan aktivitasnya pada siang hari. Pada saat pengamatan di Arboretum Politani, keanekaragaman jenis dan jumlah kupu-kupu paling banyak ditemukan adalah pada pagi hari dan siang hari sedangkan pada sore hari jumlah yang ditemukan lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan Soekardi (2007), yang menyatakan bahwa kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari. Pada malam hari, kupu-kupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat itu kupu-kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. Makin siang, kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan aktivitas mencari makan ataupun bereproduksi.

77 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ditemukan pada saat pengamatan sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 3 suku (famili), yaitu suku Nymphalidae sebanyak 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. 2. Terdapat 8 jenis tanaman yang menjadi pakan berbagai jenis kupu-kupu yang ada, yaitu: Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa), Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis), Babadotan (Ageratum conyzoides L), Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Tembelekan (Lantana camara), Acmena sp., Globba aurantiaca dan Alpinia sp. B. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil pengamatan ini adalah diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu di areal lain di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keanekaragaman jenis kupu-kupu yang ada di lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

78 66 DAFTAR PUSTAKA Achmad, A Potensi dan Sebaran Kupu-kupu di Kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung. (terhubung berkala). (15 Juli 2013) Ahmad, H.S Inventarisasi Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda. Anonim Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Anonim Cethosia hypsea. (14 Juli 2013) Anonim Athyma asura aidita 20V2/CI/index.php/start-page/startpage/showbutterfly/66. (14 Juli 2013) Anonim Mycalesis fuscum. (14 Juli 2013) Anonim. 2007a. Indonesia, Sorga Bagi Kupu-Kupu. (terhubung berkala). (15 Juli 2013) Anonim. 2007b. Wikipedia. file:///f:/download/myrtaceae.htm (20 Juni 2013). Anonim. 2007c. Wikipedia.file:///F:/Download/Zingiberaceae.htm (20 Juni 2013). Anonim. 2008a. Doleschallia bisaltide /6152/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf. (14Juli 2013) Anonim. 2008b. Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Alpinia. Balai Penelitian Tanaman Hias Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura. Jakarta Anonim Papilio. (14 Juli 2013) Anonim. 2010a. Pustaka Herbal. (16 Juni 2013). Anonim. 2010b. Jenis Tanaman Herbal. ageratum-conyzoides/ (16 Juni 2013). Anonim. 2011a. Butterfly of Singapore /05/life-history-of-blue-pansy.html. (14 Juli 2013) Anonim. 2011b. The Butterfly Interest Group Nature Society (Singapore). butterfly.nss.org.sg/expert/catopsilia-scylla/c-scylla.htm. (14 Juli 2013) Anonim Makalah Herbrium. /makalah-herbarium-tugas-herbarium.html (16 Juni 2013).

79 67 Awinda Identifikasi Kupu-kupu (Lepidoptera) di Kawasan PTPN XII (Persero) Banjarsari-Jember. (14 Juli 2013) Chici Kebiasaan dan Makanan Kupu-kupu. (terhubung berkala). (15 Juli 2013) Duwiri, M.U.C Keragaman Jenis dan Penyebaran Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea Ordo lepidoptera di Kampung Mokwam Distrik Minyambou Kabupaten Manokwari. Manokwari Efendi, M.A Keragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera: Ditrysia) Di Kawasan Hutan Koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Estiara, D Kupu-Kupu Pieridae: Leptosia nina. blogspot.com/-2012/10/klasifikas-ilmiah-leptosia-nina-pieridae.html. (14 Juli 2013) Hadikastowo dan Roni Hendrik Simanjuntak Mengumpulkan dan mengawetkan serangga. Penerbit Bharatara. Jakarta. Kurniawan, M Konservasi, Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik. mugikurniawan-.wordpress.com/sisi -keindahan-loh-liang. (14 Juli 2013) Lestari Invetarisasi Pohon Penyusun Tegakan Arboretum yang Berdiameter 5 Cm Keatas di Areal Kampus Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Natawigena, H Entomologi Pertanian. Penerbit Orba Sakti. Bandung Noerdjito, W.A dan Pudji Aswari Metode Survei Dan Pemantauan Populasi Satwa. Seri Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Bidang Zoology (Museum Zoologicum Bogoriense). Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. Saputro, N.A Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu Di Kampus IPB Darmaga. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi Fakultas Kehutanan Instut Pertanian Bogor. Bogor. Sitompul, A.F Keanekaragaman dan Pergerakan serta Stratifikasi Vertikal Kupu-kupu Nymphalidae Pemakan Buah (fruit feeding) di Hutan Cagar Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman. Tesis Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang. Suratmo, G Diktat Perlindungan Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Soekardi. H Kupu-kupu di Kampus Unila. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

80 68 Syaputra, M Pengelolaan Penangkaran Kupu-kupu di PT Ikas Amboina dan Bali Butterfly Park Tabanan Bali. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor Van Mastrigt dan Rosariyanto, /43520/2010etr.pdf?sequence=1 (15 Juli 2013) Widyasasi, D., Emi Malaysia, Rudi Djatmiko Pemanfaatan Kupu-kupu di Areal Jurusan Manajemen Hutan Poltanesa Sebagai Bahan Koleksi. (Hasil Penelitian Dosen Politeknik Pertanian Negeri Samarinda).

81 71 Lampiran 1. Data Pengamatan Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum No. Hari/ Tanggal 1. Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Waktu Penelitian ( ) Jenis Eurema blanda, Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Athyma asura aidita, Papilio demoleus?, Elymnias hypermnesta baliensis, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei?, Appias libythea, Hypolimnas bolina phillipines, Appias libythea?, Faunis stomphax Eurema blanda, Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Melanitis leda leda, Elymnias hypermnesta baliensis, Junonia orithya wallacei?, Doleschallia bisaltide, Hypolimnas bolina phillipines Elymnias hypermnesta baliensis, Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Athyma asura aidita Eurema blanda, Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Doleschallia bisaltide, Appias libythea, Catopsilia scylla, Papilio memnon?, Appias libythea?, Athyma asura aidita, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei?, Moduza procris, Papilio nephelus?, Hypolimnas bolina bolina? Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Doleschallia bisaltide, Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Parantica aspasia-apasia, Papilio memnon?, Yphtima sp., Hypolimnas bolina?, Chetosia hypsea, Appias libythea? Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Yphtima sp., Junonia orithya wallacei?, Doleschallia bisaltide, Appias libythea?, Hypolimnas bolina?, Papilio demoleus?, Papilio nephelus?, Parantica aspasia-apasia, Athyma asura aidita, Chetosia hypsea Leptosia nina malayana, Yphtima sp., Appias libythea?, Eurema blanda Yphtima sp., Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Leptosia nina malayana, Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Doleschallia bisaltide, Parantica aspasia-apasia, Moduza procris, Papilio memnon?, Hypolimnas bolina? Yphtima sp., Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Appias libythea?, Papilio memnon?, Hypolimnas bolina?, Leptosia nina malayana, Junonia orithya wallacei? Eurema blanda, Yphtima sp., Leptosia nina malayana, Junonia orithya wallacei?, Melanitis leda-leda, Elymnias hypermnestra, Faunis stomphax, Appias libythea?, Doleschallia bisaltide, Papilio memnon?, Parantica aspasia-apasia, Athyma asura aidita, Hypolimnas bolina?, Appias libythea? Yphtima sp., Leptosia nina malayana, Appias libythea?, Papilio memnon?, Eurema blanda, Papilio demolues? Leptosia nina malayana, Appias libythea?, Eurema blanda, Faunis stomphax, Yphtima sp., Junonia orithya wallacei?, Papilio memnon?, Appias libythea?, Doleschallia bisaltide, Papilio nephelus?, Parantica aspasia-apasia

82 72 Lampiran 1. (Lanjutan) 13. Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Junonia orithya wallacei?, Eurema blanda, Yphtima sp., Leptosia nina malayana, Faunis stomphax, Appias libythea?, Papilio memnon?, Junonia orithya wallacei? Leptosia nina malayana, Yphtima sp., Faunis stomphax, Hypolimnas bolina?, Eurema blanda, Papilio demolues?, Athyma asura aidita, Papilio nephelus?, Appias libythea?, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei?, Elymnias hypermnestra Yphtima sp., Eurema blanda, Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei?, Faunis stomphax, Hypolimnas bolina?, Appias libythea?, Leptosia nina malayana, Papilio memnon?, Appias libythea? Yphtima sp., Appias libythea?, Junonia orithya wallacei?, Faunis stomphax, Leptosia nina malayana, Eurema blanda, Doleschallia bisaltide, Papilio memnon?, Elymnias hypermnestra, Parantica aspasia-apasia, Junonia iphita, Hypolimnas bolina phillipines, Junonia orithya wallacei?, Appias libythea? Yphtima sp., Eurema blanda, Junonia orithya wallacei?, Parantica agliodes, Leptosia nina malayana, Ideopsis vulgaris Eurema blanda, Yphtima sp., Doleschallia bisaltide, Junonia orithya wallacei?, Faunis stomphax, Appias libythea?, Papilio nephelus, Leptosia nina malayana, Athyma asura aidita, Hypolimnas bolina?, Papilio memnon?, Junonia orithya wallacei?

83 73 Lampiran 2. Data Harian Keadaan Suhu pada Saat Pengamatan Suhu ( C) No. Hari/ Tanggal Pagi Siang Sore Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum at, Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum at, Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Jumlah Rata-Rata 25,77 29,72 29,22 Kisaran Sumber: Sagianto, 2013

84 74 Lampiran 3. Data Harian Pengukuran Kelembapan di Arboretum Politani No. Hari/ Tanggal Kelembapan (%) Pagi Siang Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum at, Sabtu, Sore Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum at, Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Jumlah Rata-Rata 91,05 76,16 87,27 Kisaran

85 75 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Arboretum Politani Gambar 38. Penangkapan Kupu-kupu Gambar 39. Pengambilan Data Suhu dan Kelembapan Gambar 40. Merentangkan Kupu-kupu Gambar 41. Menyusun Kupu-kupu ke Dalam Kotak Serangga

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur

BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU. menetas. Proses ini melibatkan perubahan bentuk atau struktur BAB II PROSES METAMORFOSIS KUPU-KUPU 2.1 Metamorfosis Metamorfosis adalah suatu proses biologi dimana hewan secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Proses ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: SETIAWAN MAY SAGIANTO NIM.

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: SETIAWAN MAY SAGIANTO NIM. KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL MANAJEMEN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: SETIAWAN MAY SAGIANTO NIM. 100 500 037 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

INVENTARISASI JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh HABIB SADEWO AHMAD NIM

INVENTARISASI JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh HABIB SADEWO AHMAD NIM INVENTARISASI JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh HABIB SADEWO AHMAD NIM. 080 500 009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Gejala dan Kerusakan akibat Serangan Hama Oleh : Nama : Arif Hermanto NIM : 0910480021 Kelompok : Selasa, 15.00 WIB Asisten : Mbak Mia JURUSAN ILMU HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati HASIL Jumlah Imago Lebah Pekerja A. cerana Berdasarkan hasil pembuatan peta lokasi sel pupa, dapat dihitung jumlah imago lebah pekerja yang keluar dari sel pupa. Jumlah imago lebah pekerja A. cerana (yang

Lebih terperinci

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi Pengertian Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Adaptasi dibedakan menjadi 3 jenis 1. Adaptasi Morfologi Proses adaptasi yang dilakukan dengan menyesuaikan bentuk

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1

Praktikum Biologi Fapet Unpad: Bagian Insecta IIa. 1 CLASSIS : ARTHROPODA (SERANGGA) Kode MPB2a Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan dan mengetahui karakteristik Apis sp b. Mengetahui serangga-serangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT

Pengendalian serangga hama. Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT Pengendalian serangga hama Silvikultur Fisik mekanik Hayati : (predator, parasitoid, patogen) Genetik Kimiawi Perundangan PHT 1. Pengendalian secara silvikultur -Mengatur komposisi tegakan (hutan campuran)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Serangga Hama pada Tanaman Cabai Berdasarkan hasil pengamatan tanaman Cabai di Tiga Varietas Berbeda selama 10 minggu terdapat 5 famili yakni Famili Aphididae, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial

TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial TINJAUAN PUSTAKA Apis cerana Sebagai Serangga Sosial Apis cerana merupakan serangga sosial yang termasuk dalam Ordo Hymenoptera, Famili Apidae hidup berkelompok membentuk koloni. Setiap koloni terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan apabila tidak dipangkas tanaman ini dapat mencapai tinggi 12 m. Tanaman

Lebih terperinci

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

KEHADIRAN JENIS KUPU-KUPU PADA TEGAKAN JATI DI HUTAN PENDIDIKAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

KEHADIRAN JENIS KUPU-KUPU PADA TEGAKAN JATI DI HUTAN PENDIDIKAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA KEHADIRAN JENIS KUPU-KUPU PADA TEGAKAN JATI DI HUTAN PENDIDIKAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : NUR INDRA DINATA NIM. 070 500 021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

Musca domestica ( Lalat rumah)

Musca domestica ( Lalat rumah) PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III

Lebih terperinci

PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: ANDI RAMLAH NIM.

PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: ANDI RAMLAH NIM. PENGAMATAN HAMA DAUN TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri) DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh: ANDI RAMLAH NIM. 110500002 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik

Prinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Petunjuk Praktikum Entomologi Dasar ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono Laboratorium Entomologi Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian yang dilakukan dalam mengontrol populasi Setothosea asigna dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto dkk., 2010), Konsep ini bertumpu pada monitoring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur TINJAUAN PUSTAKA 1. Penggerek Batang Tebu Raksasa Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi penggerek batang tebu raksasa adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci