ROAD MAP SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) &

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROAD MAP SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) &"

Transkripsi

1 ROAD MAP SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) & Direktorat Aparatur Negara Kedeputian Politik Hukum Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas TA 2017

2 Daftar Isi BAB I Keterbukaan: Kunci Utama Penyelenggaraan Pemerintahan I.A Dorongan Regulasi...1 I.B Dorongan Kebermanfaatan... 3 I. C Tantangan Keterbukaan Pemerintah Hari Ini...7 BAB II Open Government Indonesia dan Signifikasinya Bagi Keterbukaan Pemerintah II.A Awal Terbentuk Sekretariat Open Government Indonesia...11 II.B Visi Sekretariat Nasional OGI.11 II.C Misi Sekretariat Nasional OGI 12 II.D Nilai-Nilai Dasar Sekretariat Nasional OGI 12 II.E Fungsi Sekretariat Nasional OGI 13 II.F Kerangka Kelembagaan..13 II.G Praktik Baik Open Government Indonesia 18 BAB III Arah Kebijakan, Program dan Ukuran Keberhasilan Pemerintah Terbuka III.A Alur Berfikir dan Sasaran Arah Kebijakan 21 III.B Arah Kebijakan dan Program Pemerintah Terbuka...22 III.C Ukuran Keberhasilan 25 III.D Strategi Arah Kebijakan..28 BAB IV Monitoring dan Evaluasi IV. Monitoring dan Evaluasi Periodik..34 IV. Monitoring dan Evaluasi Tahunan: GSAR dan IRM.34 BAB V Penutup..36 2

3 I. Keterbukaan: Kunci Utama Penyelenggaraan Pemerintahan Visi besar membangun desain pemerintah terbuka sejatinya tidak datang dari luar dan tidak pula diciptakan serta-merta, melainkan telah dikonsepkan secara matang bersamaan dengan embrio terbentuknya Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan dari rekam jejak pembuatan kebijakan yang ada, mulai dari ragam konstitusi, hingga regulasi turunan yang dibuat, selalu berupaya untuk mengejawantahkan proses tersebut. Adanya dorongan keterbukaan yang dibentuk oleh founding fathers ini nyatanya juga bukan tanpa alasan. Karena setidaknya terdapat dua elemen dalam penyelenggaraan pemerintahan yang mendapatkan kebermanfaatan akan hal tersebut; (1) pemerintah, sebagai pihak penyelenggara (2) masyarakat, sebagai penerima layanan publik sekaligus pengawas penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itu, aspek dorongan regulasi dan kebermanfaatan penyelenggaraan pemerintah terbuka secara mendalam akan dibahas dalam sub bab berikut. I.A Dorongan Regulasi Bila dirunut sejak awal, pentingnya mendorong praktik keterbukaan di Indonesia sudah lahir sejak terbentuknya Undang-Undang Dasar Dalam pasal 28F UUD 45 misalnya, dengan jelas menekankan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan Informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Kemudian, pada pasal 23 ayat 1 UUD 45 telah ditetapkan pula bahwa pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan secara akuntabel dan terbuka. Berangkat dari dua pilar konstitusi ini, sudah dapat dipahami bawa esensi keterbukaan untuk mendukung akuntabilitas pemerintahan memang mutlak adanya. Selain itu, melalui dua landasan konstitusi tersebut pula dapat dipahami bahwa mendorong keterbukaan pemerintah sejatinya tidak hanya dilakukan di ranah sempit atau terbatas pada sektor informasi, melainkan juga dalam artian luas, yakni di seluruh sektor penyelenggaraan pemerintah. Menyadari pentingnya esensi untuk mendorong keterbukaan yang lebih luas, semangat keterbukaan pun terus direalisasikan pemerintah melalui regulasi turunan yang berbentuk Undang-Undang di berbagai sektor, salah satunya Pelayanan Publik. Dalam asas Undang-Undang 25/2009 tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa dalam proses penyelengaraan pelayanan publik, pemerintah harus mampu menjunjung tinggi asas keterbukaan, akuntabilitas, kesamaan hak dan partisipatisi masyarakat. Melalui regulasi ini, kembali dapat dipahami bahwa pemerintah telah dengan jelas mendeklarasikan pentingnya menjalankan keterbukaan demi menghasilkan kinerja terbaik dalam sektor pelayanan publik. 1

4 Bahkan, untuk mengikat komitmen keterbukaan penyelenggaraan pemerintah di berbagai sektor, pemerintah juga telah mengeluarkan Undang-Undang 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Secara garis besar Undang-Undang ini menekankan empat asas utama yang harus diterapkan di tiap tingkat penyelenggaraan pemerintah: (1) hak setiap orang untuk memperoleh informasi; (2) kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana; (3) pengecualian bersifat ketat dan terbatas; (4) kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan informasi. Lebih jauh, untuk memastikan praktik keterbukaan pemerintah tidak hanya terjadi di pusat, melainkan di seluruh daerah di Indonesia, maka Undang-Undang No 23/2014 tentang Pemerintah Daerah juga telah diterbitkan. Melalui undang-undang tersebut, secara jelas menyebutkan bahwa dalam penyelenggaran pembangunan daerah terdapat asas-asas yang harus diterapkan seperti: transparansi, akuntabilitas, responsivitas partisipatif, efisien, efektif, terukur dan berkeadilan. Ini juga berlaku bagi seluruh mekanisme pengelolaan seluruh aspek di daerah, seperti keuangan daerah, pelayanan publik hingga perumusan kebijakan. Berangkat dari kokohnya pijakan konstitusi serta ragam regulasi tersebut, maka sudah sepantasnya keterbukaan menjadi agenda utama pembangunan di Indonesia. Menyadari hal tersebut, pemerintah pun menuangkan urgensi pentingnya keterbukaan ke dalam visi besar pembangunan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari poin utama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun yang menekankan tentang pembangunan pemerintahan yang demokratis dan berlandaskan hukum melalui pemantapan kelembagaan demokrasi, penguatan peran masyarakat sipil dan penegakan hukum secara adil, konsisten, dan tidak diskriminatif. Untuk memastikan poin tersebut berjalan, RPJPN pun diturunkan ke dalam berbagai tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) lima tahunan, di mana dalam cycle Road Map ini disusun, RPJMN telah memasuki periode III ( ). Adapun cita-cita utama RPJMN, selaras dengan semangat utama RPJPN yaitu membangun pemerintah yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan cara mendorong transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan serta meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan. Amanat ini selanjutnya diejawantahkan kembali ke dalam satu dari sembilan Agenda Pembangunan Nasional di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla ( ), yang dikenal dengan Nawa Cita. Secara gamblang, Nawa Cita menegaskan tentang pentingnya kehadiran pemerintah yang mampu membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Di mana keterbukaan, 2

5 akuntabilitas, inovasi dan partisipasi publik menjadi jalur kunci untuk meraih tujuan tersebut. Keberadaan aspek dorongan regulasi sejatinya juga memiliki ragam penjelasan, salah satunya ialah hakikat kebermanfaatan bagi pihak penyelenggara, dalam hal ini pemerintah, sekaligus pihak penerima penyelenggaran pemerintah, yaitu masyarakat. Oleh karena itu, penting rasanya untuk menggali lebih jauh kebermanfaatan keterbukaan pemerintah ini, agar kedua belah pihak dapat lebih termotivasi untuk mengawal amanat besar keterbukaan pemerintah ini. I.B Dorongan Kebermanfaatan Tema pemerintah terbuka (Open Government) sejatinya turut memperluas orientasi transparansi pemerintah. Awalnya, orientasi transparansi hanya berfokus pada akuntabillitas perumusan kebijakan publik semata. Namun, dalam konsep pemerintah terbuka, fokus transparansi juga digunakan untuk memastikan adanya efektivitas dan efisiensi pelayanan publik yang tercipta melalui skema kolaborasi dengan seluruh stakeholder penyelenggaraan pemerintahan, utamanya masyarakat. Di mana dalam hal ini, cara-cara inovatif digunakan untuk meraih cita-cita tersebut. Oleh karena itu, penyelenggaran pemerintahan harus dipastikan tidak lagi hanya bersifat top down, di mana pemerintah terus membuka transparansi tanpa feedback dari masyarakat. Namun juga harus bersifat bottom up, di mana masyarakat secara sukarela menyampaikan aspirasi dalam penyelenggaraan pemerintah. Sumbangsih metode penggunaan teknologi yang inovatif juga dapat digunakan untuk memastikan mekanisme ini berjalan. Dengan begitu, roda pemerintahan dapat berjalan seimbang dan output kebijakan pemerintah dapat lebih efektif dan tepat sasaran. Lebih jauh, manfaat lain yang bisa didapatkan dengan berjalannya skema pemerintah terbuka atau Open Government adalah: Mempermudah Akses Informasi dan Data Asas utama pemerintah terbuka (Open Government) ialah memastikan seluruh data pemerintahan yang bersifat publik dapat diakses oleh semua pihak dengan mudah. Hal Ini tentu sangat vital bagi seluruh stakeholder di dalam sebuah negara, termasuk penyelenggara pemerintahan itu sendiri. Sebagai contoh: antar instansi pemerintah lebih mudah menjalankan fungsinya dengan ketersediaan data akurat di setiap instansi pemerintahan, sehingga apabila diperlukan, tiap instansi hanya perlu bertukar pakai data tanpa harus melakukan pengumpulan dari awal. Selain itu, kemudahan akses informasi dan data ini juga menjadi penting bagi seluruh elemen masyarakat seperti: (1) pelajar atau mahasiswa yang memerlukan data pendukung dapat menyelesaikan tugas dengan mudah, dengan kehadiran data 3

6 pemerintah yang lengkap, akurat dan mudah diakses, (2) wirausahawan dapat memulai usaha dengan tepat karena ketersediaan data pemerintah mendukung proses riset pasar dan kebutuhan konsumen, (3) masyarakat sipil dapat membuat program pembinaan desa yang tepat sasaran dan tepat guna dengan adanya bantuan data akurat dari pemerintah tentang profil dan perkembangan desa. Meningkatkan Akuntabilitas Badan Publik, Mengurangi Praktik Korupsi Dalam skema Open Government, pemerintah wajib memastikan seluruh data aspek penyelenggaraan pemerintahan dapat diakses oleh publik secara terbuka dan transparan. Mulai dari tahapan perencanaan hingga monitoring dan evaluasi, semua harus dapat diakses oleh publik secara mudah, transparan dan akuntabel. Dengan adanya skema tersebut, maka secara otomatis masyarakat dapat turut mengawasi lebih jauh penggunaan anggaran publik dan dampak yang dihasilkan dari anggaran tersebut. Dengan begitu, masyarakat dapat mengidentifikasi apabila terdapat penyalahgunaan anggaran yang dapat merugikan negara. Secara otomatis, masyarakat dapat secara aktif berkontribusi dalam mencegah praktik korupsi. Lebih jauh, relevansi keterbukaan data pemerintahan untuk mengurangi praktik korupsi dapat dilihat dari persilangan penilaian dari The Open Data Barometer, sebuah laporan tahunan yang dikeluarkan oleh lembaga internasional World Wide Web Foundation, untuk menilai barometer keterbukaan data di sebuah negara, dengan Corruption Perceptions Index, sebuah laporan tahunan yang dikeluarkan oleh lembaga internasional Transparency International, untuk menilai indeks praktik korupsi dalam penyelengaraan pemerintahan di sebuah negara, berikut ini 1 : Tahun Open Data Barometer Score Corruption Perceptions Index Score , , , ,35 37 Dari tabel tersebut, dapat dipahami bahwa seiring dengan meningkatnya score keterbukaan data pada Open Data Barometer Score, maka nilai Corruption Perceptions Index pun meningkat. Ini berarti terdapat satu garis lurus yang menyatakan bahwa seiring dengan keterbukaan data pemerintah yang meningkat, maka rasa kepercayaan publik terhadap pemerintah pun akan meningkat. Sehingga persepsi publik akan praktik korupsi yang mungkin dilakukan pemerintah pun menurun. 1 Open Data Labs Research Report 2016: Connecting the dots: Building the case for open data to fight corruption 4

7 Meningkatkan Kualitas Pembuatan Kebijakan Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa konsep pemerintah terbuka setidaknya berangkat untuk memastikan dua hal yakni: transparansi pemerintahan dan kolaborasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah. Adapun tujuan utama dari hal ini ialah untuk memastikan pembuatan kebijakan yang berdasarkan pada fakta lapangan atau evidence-based policy-making. Dengan begitu, pembuatan kebijakan akan menjadi tepat sasaran dan tepat guna, sehinga tidak terjadi pemborosan anggaran publik. Skema yang dibuat untuk memastikan proses ini berjalan ialah dengan membangun berbagai saluran aspirasi publik di setiap lini pembuatan kebijakan. Saluran aspirasi ini dapat dibuat secara konvensional ataupun digital, menyesuaikan kondisi penyelenggaraan pemerintahan. Aspirasi masyarakat ini, sejatinya harus menjadi aspek kunci dalam perumusan kebijakan pemerintah agar substansi kebijakan yang dibuat menjadi lebih kaya. Dengan begitu, hasil kebijakan yang dikeluarkan juga menjadi lebih berkualitas dan tepat guna. Asumsikan apabila pembuatan kebijakan tidak sama sekali melibatkan masyarakat, murni top down atau hanya prosedural bottom up. Tentu, kebijakan tidak akan dapat benar-benar mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat, karena pihak yang mengakses kebijakan tidak diberikan ruang untuk turut terlibat. Oleh karena itu, penting adanya skema keterlibatan pembuatan kebijakan bottom up yang substansial melalui penerapan Open Government (pemerintah terbuka). Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik: Citizen is The King Salah satu hal utama yang diharapkan dengan adanya praktik keterbukaan pemerintah ialah terjadinya peningkatan pelayanan publik. Sebuah kondisi di mana masyarakat dapat merasakan pelayanan yang maksimal di seluruh sektor penyelenggaraan pemerintah. Ini menjadi penting, mengingat bahwa pelayanan publik adalah hak dasar yang harus dapat diakses oleh seluruh warga negara Indonesia dengan baik, mudah dan nyaman. Untuk mewujudkan pelayanan publik yang nyaman, maka terdapat keharusan pemerintah menyediakan saluran penilaian atas pelayanan yang diberikan. Elemen ini kemudian dijadikan tolak ukur penilaian evaluasi kinerja badan publik serta dasar perumusan kebijakan publik ke depan. Selain itu, untuk mengakses pelayanan publik yang baik, masyarakat juga harus tahu secara jelas alur pelayanan, biaya yang dibutuhkan serta estimasi waktu yang dihabiskan. Dengan begitu, kenyamanan dalam pelayanan dapat dirasakan seutuhnya. 5

8 Open Government memastikan skema ini berjalan dengan baik. Dengan cara memastikan platform keterbukaan informasi dalam layanan benar-benar berjalan. Selain itu, skema Open Government juga memastikan adanya saluran aspirasi publik bagi layanan yang didapatkan. Bahkan bukan hanya itu, berbagai aspirasi juga harus dapat ditindaklanjuti dan dikelola dalam pembuatan kebijakan. Secara singkat melalui skema ini dapat dipahami bahwa masyarakat adalah konsumen dan konsumen adalah raja dalam sistem pelayanan publik. Investasi Asing Dalam Negeri Meningkat Selain faktor utama ekonomi seperti suku bunga dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), birokrasi dan regulasi adalah pertimbangan utama yang digunakan sebuah negara untuk berinvestasi di negara lain. Semenjak Indonesia memutuskan untuk mengadopsi demokrasi dan menerapkan asas transparansi serta akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi, tren menunjukkan bahwa Investasi Penanaman Modal Asing/Luar Negeri di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya ( ) 2 : Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri Tingkat Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri dalam satuan (juta US$) Dalam kurva tersebut, terlihat bahwa tingkat realisasi investasi asing di Indonesia terus-menerus meningkat. Bila hal ini disilangkan dengan Open Data Barometer Score dan Corruption Perceptions Index Score di Indonesia tiga tahun terakhir yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik benang merah bahwa dengan adanya keterbukaan data yang mendorong penurunan tingkat korupsi di sebuah negara, maka hal tersebut juga akan memberi nilai tambah investasi sebuah negara. 2 Data BPS: Realisasi Investasi Penanaman Modal Luar Negeri Menurut Provinsi 1 ( juta US$), idak termasuk Sektor Minyak & Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis atau sektor, Investasi Porto Folio (Pasar Modal) dan Rumah Tangga 6

9 Ini karena faktor seperti birokrasi bersih yang didukung dengan regulasi serta penerapan yang kuat atas nilai-nilai transparansi dan akuntabilitas juga menjadi pertimbangan sebuah negara memutuskan investasi di negara lain. Oleh karena itu, menjadi sangat penting dan siginifikan bagi Indonesia untuk memastikan praktik keterbukaan pemerintah terus berjalan. Dengan begitu, bukan hanya kemudahaan akan akses data atau penyelenggaran pemerintahan bersih saja yang didapat, namun investasi asing dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia juga dapat terus ditingkatkan. I.C Tantangan Keterbukaan Pemerintah Hari Ini Secara umum, komunitas global melihat Indonesia telah mencapai kemajuan yang relatif baik pada aspek keterbukaan pemerintah. Hal tersebut dapat terlihat dari kajian The World Justice Project di tahun 2015 yang menilai kadar keterbukaan pemerintah melalui beberapa aspek: (1) publicized laws and government data, (2) right to information, (3) civic participation, and (4) complaint mechanisms. Dari penilaian tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-32 dari 102 negara yang disurvey dengan total skor 0,58 dari 1 3. Di bawah ini merupakan gambaran pemeringkatan tersebut 4 : Selanjutnya, terkait keterbukaan dokumen anggaran, Indonesia juga telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari data The Open Budget Index tahun 2016, di mana keseluruhan data terkait penganggaran telah dibuka kepada publik, seperti penggambaran pada tabel dibawah ini 5 : 3 The World Justice Project Open Government Index 2015 Report. 4 Ibid 5 Hasil survey The Open Budget Index 2016 dapat diakses melalui: 7

10 Sumber : Open Budget Survey 2016, International Budget Partnership Sementara pada inisiatif keterbukaan data, Indonesia juga dianggap menunjukkan keseriusan mengupayakan penyediaan data terbuka bagi publik. Hal tersebut dapat dilihat dari insiatif Satu Data yang diluncurkan sejak tahun 2014 dan rencananya akan dilembagakan melalui Peraturan Presiden di tahun Adapun tujuan dari dibentuknya insiatif ini ialah untuk meningkatkan interoperabilitas dan pemanfaatan data pemerintah, baik untuk internal antar instansi pemerintah serta untuk publik secara luas. Selain itu, Inisiatif Satu Data juga memastikan bahwa data pemerintah yang dimiliki setidaknya memiliki 3 prinsip utama yaitu: satu standar data, satu metadata baku dan interoperabilitas data 6. Selain inisiatif Satu Data, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) juga turut meluncurkan LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat) di tahun yang sama. LAPOR! adalah sarana aspirasi dan pengaduan berbasis media sosial yang dapat diakses publik secara terbuka 7. Dari beberapa pemaparan di atas, tergambar bahwa sejatinya Indonesia telah memiliki fondasi yang cukup untuk mendukung berkembangnya praktek pemerintahan terbuka. Hal tersebut dapat dilihat dari kerangka regulasi yang memadai, inovasi keterbukaan yang sudah mulai berkembang serta gerak penerapan yang mulai konsisten. Meski demikian, bukan berarti tidak ada tantangan yang masih harus diselesaikan pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang benar-benar menjalankan prinsip Open Government. Karena pada kenyataannya, dalam laporan yang dihasilkan oleh Open Government Review di tahun 2016, Indonesia tercatat masih memiliki beberapa tantangan besar untuk dapat 6 Standardisasi Satu Data Indonesia, dapat diakses melalui portal Satu Data Indonesia: 7 Data keterhubungan LAPOR! SP4N hingga April

11 benar-benar mewujudkan keterbukaan pemerintahan yang substansial dan bermanfaat luas bagi masyarakatnya. Tantangan tersebut antara lain 8 : ü Kementerian/Lembaga belum memiliki komitmen terhadap proses keterbukaan dan belum mampu menerjemahkan tujuan umum pemerintahan terbuka menjadi tujuan-tujuan khusus. ü Keikutsertaan legislatif dan yudikatif dalam proses reformasi Open Government masih sangat terbatas. ü Belum adanya integrasi antar berbagai agenda pemerintah yang berbeda, sekaligus upaya saling menguatkan, termasuk dalam Prioritas Presiden, tujuan Rencana Pembangunan jangka pendek, menengah, panjang; Rencana Aksi OGP, serta berbagai agenda reformasi lainnya. ü Lemahnya koordinasi baik secara horisontal (antar pemerintahan pusat dan kementerian) dan vertical (antar pemerintah pusat dan pemerintah tingkat daerah yang terdesentralisasi) untuk mempertahankan rasa memiliki terhadap inisiatif keterbukaan pemerintah (Open Government). ü Minimnya kapasitas daerah dan mendorong budaya yang mendukung prinsipprinsip Open Government diantara aparatur sipil negara. Selain itu, meskipun World Governance Indicator World Bank 2014 dalam laporan OECD menunjukkan bahwa posisi Indonesia di dalam salah satu Indikator penilaiannya yaitu; Voice and Accountability meraih peringkat tertinggi bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Namun apabila peringkat tersebut dibandingkan dengan negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) lainnya, Indonesia masih berada dalam kelompok peringkat terendah 9. Adapun indikator Voice and Accountability sendiri didasarkan pada beberapa aspek seperti: pemilu, kebebasan berekspresi, kebebasan berasosiasi dan kebebasan media. Hal inilah yang juga harus jadi catatan pemerintah untuk terus mengakselerasi keterbukaan dengan baik. Kemudian, dalam hal penerapan Undang-Undang Keterbukaan Informasi No.14/2008, menurut Global Right to Information Rating di tahun 2015, Indonesia juga masih menduduki peringkat 30 dari total 111 negara dengan skor 101 dari maksimal score 150: 10 Indikator Nilai Maksimal Nilai Hak Akses Informasi 6 6 Cakupan Informasi Prosedur Permintaan Informasi yg dikecualikan OECD Public Governance Reviews, Open Government in Indonesia, OECD OECD Public Governance Reviews, Open Government in Indonesia, OECD Global Right to Information Rating; 9

12 Mekanisme gugatan Sanksi 8 3 Promosi Total Melalui tabel penilaian di atas, dipahami bahwa Indonesia masih memiliki banyak tantangan terkait beberapa hal yaitu; (1) penerapan prosedur permintaan data/ informasi, (2) pengidentifikasikan informasi yang dikecualikan dan tidak dikecualikan, (3) pelaksanaan mekanisme gugatan terkait sengketa data, serta (4) penegakkan sanksi bagi produsen data/informasi yang tidak memberikan/mempublikasikan data/informasi. Keseluruhan hal inilah yang masih menjadi permasalahan dan harus dibenahi. Kemudian, tantangan pada isu korupsi, efektifitas pemerintahan, peningkatan infrastruktur, peningkatan capaian layanan kesehatan, pendidikan, peningkatan jaring pengaman sosial, tingkat kemiskinan penduduk dan pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk, masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Oleh karena itu, masih menjadi visi utama bagi pemerintah Indonesia untuk dapat memastikan bahwa berbagai praktik keterbukaan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Maka penting rasanya untuk terus mengawal penerapan praktik Open Government di Indonesia. Dengan demikian, di tahun 2012 bersama dengan 67 negara di seluruh dunia, Indonesia berkomitmen dalam insiatif Open Government Partnership. Melalui komitmen ini, Indonesia memastikan bahwa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia akan terus menerapkan asas-asas Open Government, seperti: transparansi, akuntabilitas, inovasi dan partisipasi di level pemerintahan pusat seperti kementerian/ lembaga dan di level pemerintahan daerah. Untuk memastikan hal tersebut berjalan, maka pemerintah juga mendirikan sebuah Sekretariat Nasional Open Government Indonesia yang berfungsi untuk terus mengawal proses keterbukaan tersebut. II. Open Government Indonesia dan Signifikasinya Bagi Keterbukaan Pemerintah II.A Awal Terbentuk Sekretariat Open Government Indonesia Open Government Indonesia (OGI) merupakan bentuk konkret keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengawal proses reformasi sektor publik di Indonesia secara menyeluruh, 10

13 baik pada tingkat pusat maupun daerah. Inisiatif ini lahir atas konsensus dan komitmen bersama antara Indonesia, sebagai salah satu founding fathers, dengan 76 negara di seluruh dunia yang tergabung dalam gerakan Open Government Partnership. Melalui inisiatif Open Government Indonesia diharapkan akan lahir ide, inisiatif, dan praktik keterbukaan pemerintah yang dapat mengakselerasi pencapaian target dan prioritas nasional. Utamanya di dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Selain itu, pemerintah juga menggunakan semangat Open Government sebagai wadah untuk membuka pintu sebesar-besarnya bagi seluruh lapisan masyarakat agar dapat berkolaborasi dan berperan aktif di dalam menentukan prioritas penyelenggaraan pemerintah di Indonesia. Sebagai upaya untuk mengejawantahkan semangat Open Government secara konkret, di tahun 2012 pemerintah memasukan agenda Open Government ke dalam salah satu program prioritas melalui Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian (UKP4). Namun seiring dengan perubahan rezim kepemimpinan, di tahun 2014 UKP4 resmi dibubarkan dan amanat mengemban agenda Open Government diberikan kepada Kementerian PPN/Bappenas, Kantor Staf Presiden, dan Kementerian Luar Negeri sebagai tiga Kementerian penanggung jawab utama dan beberapa kementerian lain yaitu; Kementerian PAN/RB, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Dalam Negeri dan Komisi Informasi Pusat. Untuk memastikan skema keterbukaan pemerintah berjalan, maka ketujuh lembaga tersebut berkoordinasi untuk memimpin beroperasinya sebuah Sekretariat Nasional yang dinamakan Sekretariat Nasional Open Government Indonesia. Adapun pembentukan sekretariat ini merupakan wujud pengejawantahan konkret dari Keputusan Presiden No 13/2014 tentang Penetapan Keanggotaan Indonesia pada Open Government Partnership, yang menekankan bahwa pemerintah Indonesia akan secara konsisten mendukung praktik keterbukaan di dalam negeri. II.B Visi Sekretariat Nasional OGI Sebagai salah satu mekanisme penggerak keterbukaan pemerintahan di Indonesia, visi dan misi Sekretariat Nasional OGI adalah sebagai berikut. Visi Sekretariat Nasional OGI: Menjadi pendorong dan katalisator yang efektif bagi terciptanya sistem tata kelola pemerintahan yang terbuka, partisipatif, akuntabel, dan inovatif di tingkat nasional dan daerah dengan penjelasan sebagai berikut: o Pemerintahan yang terbuka merujuk kepada sistem tata kelola pemerintahan yang transparan kepada masyarakat dalam berbagai aspeknya, mulai dari perencanaan pembangunan, pelaksanaan dan pemantauan hasil dan dampak dari pembangunan 11

14 o Efektif merujuk kepada pelaksanaan fungsi pendorong keterbukaan yang diperankan dengan baik oleh Sekretariat Nasional OGI, pemangku kepentingannya beserta perangkatnya; o Keterbukaan pemerintahan merujuk kepada prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka kepada masyarakat dalam berbagai aspeknya, mulai dari perencanaan pembangunan, pelaksanaannya, dan pemantauan hasil dan dampak dari pembangunan; o Berintegritas bermaknakan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas dan menghindarkan diri dari praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme; o Inklusif adalah prinsip pelibatan seluas mungkin komponen-komponen dalam masyarakat dalam pelaksanaan pemerintahan; o Akuntabel merujuk kepada sistem tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan responsif terhadap aspirasi publik. o Partisipatif memiliki makna proses pelaksanaan program-program pembangunan oleh pemerintah yang aktif melihat potensi berkolaborasi dengan gerakan dan inisiatif terkait di dalam maupun luar negeri; dan melibatkan secara aktif masyarakat dalam berbagai aspeknya sebagai subyek dan bukan obyek dari program-program tersebut; o Inovatif adalah sebuah sikap yang dituntut dari pelaksana pemerintahan yang mengedepankan pengetahuan mendalam dan secara terus menerus berupaya mencari terobosan-terobosan dan pembaharuan dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, termasuk di dalamnya. II.C Misi Sekretariat Nasional OGI Untuk mencapai visi di atas, Sekretariat Nasional OGI memiliki beberapa misi sebagai berikut: Semakin meluasnya keterlibatan Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah dalam semangat Open Government. Terwujudnya perbaikan tata kelola data di Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Terlaksananya fungsi koordinasi dan supervisi dalam pelaksanaan komitmen keterbukaan pemerintah. Terwujudnya kinerja kelembagaan Sekretariat Nasional yang efektif dan efisien. II.D Nilai-Nilai Dasar Sekretariat Nasional OGI Sekretariat Nasional OGI didorong oleh empat arah kebijakan yang berbasiskan pada nilainilai dasar sebagai berikut: a. Mendorong keterbukaan dan akuntabilitas Bersama-sama dengan lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat sipil lainnya, Sekretariat Nasional OGI mendorong terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang terbuka dan akuntabel baik itu dalam penyusunan kebijakan publik ataupun dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan negara dan pemerintahan. b. Inklusivitas dan partisipatif Di dalam pelaksanaan seluruh aspek dalam kegiatannya, Sekretariat Nasional OGI secara konsisten menjalankan praktek-praktek inklusivitas dan partisipatif di mana para pemangku 12

15 kepentingan non-pemerintah (masyarakat sipil, akademisi, swasta) terlibat secara aktif, baik dalam perencanaan (penyusunan Rencana Aksi), pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi. c. Inovasi-inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka Sekretariat Nasional OGI mendorong terciptanya inovasi-inovasi yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam hal penyelenggaraan keterbukaan pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta mendokumentasikan inovasi-inovasi tersebut dan mereplikasinya pada para pemangku kepentingan lainnya. d. Ko-kreasi dan Kemitraan yang Setara Strategi yang juga diterapkan di lingkungan OGP ini mensyaratkan adanya sebuah kemitraan yang setara antara pemerintah, masyarakat sipil, dan aktor-aktor non-pemerintah lainnya. Strategi ini diterapkan dalam berbagai aspek kegiatan Sekretariat Nasional OGI. Ko-kreasi bermaknakan keterlibatan para pemangku kepentingan dalam proses penyusunan Rencana Aksi, dalam proses implementasi kegiatan-kegiatan untuk memenuhi komitmen-komitmen yang ada di dalam Renaksi melalui kelompok-kelompok kerja yang ada, dan dalam proses pemantauan dan evaluasi melalui Independent Review Mechanism (IRM) dan mekanismemekanisme lainnya. II.E Fungsi Sekretariat Nasional OGI Untuk memaksimalkan capaian misi dan sasaran strategis, sekretariat nasional Open Government Indonesia berfungsi sebagai: 1. Fasilitator penyusunan rencana aksi sebagai acuan dan rencana kerja pemerintah (pusat maupun daerah) untuk memajukan program dan komitmen pemerintah yang lebih terbuka dan pelayanan publik yang lebih optimal; 2. Memfasiltasi Peer Learning atas pembelajaran implementasi komitmen dalam Rencana Aksi Nasional maupun daerah; 3. Memastikan pencapaian komitmen-komitmen yang dimiliki oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang berpartisipasi di dalam Rencana Aksi OGI terukur. II.F Kerangka Kelembagaan Dalam rangka mendukung dan memfasilitasi pencapaian tujuan-tujuan di atas, maka perlu dibentuk Tim Koordinasi Strategis Open Government. Pembentukan Tim Koordinasi ini didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor Kep. 51/M.PPN/HK/08/2016 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Pelaksanaan Rencana Aksi Keterbukaan Pemerintah (Open Government Indonesia). Tim Koordinasi Strategis terdiri atas Tim Pengarah, Penanggung Jawab dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah (Steering Committee), diketuai oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Pengarah dibantu oleh sebuah Tim Pelaksana yang diketuai oleh Deputi Politik, Hukum dan Pertahanan Keamanan 13

16 Bappenas. Selanjutnya, dalam menjalankan operasional sehari-hari, Sekretariat Nasional dikepalai oleh Kepala Tim Pelaksana, yaitu pejabat Eselon II dari Bappenas. Berikut penjelasan tugas pokok dan fungsi dari Tim Koordinasi Strategis Open Governent Indonesia: o Tim Pengarah yang dikepalai oleh Menteri PPN / Kepala Bappenas, berfungsi untuk : o Menetapkan arah kebijakan nasional sebagai landasan pelaksanaan rencana aksi keterbukaan pemerintah (Open Government) untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. o Menetapkan program strategis pelaksanaan keterbukaan pemerintah. o Menyelesaikan permasalahan dan hambatan pelaksanaan rencana aksi yang tidak dapat diselesaikan oleh Tim Pelaksana. o Menyampaikan laporan secara berkala. o Penanggung Jawab yang dikepalai oleh Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Kementerian PPN/Bappenas, berfungsi untuk: o Bertanggung jawab atas pelaksanaan koordinasi strategis dan bertugas memberikan laporan pelaksanaan rencana aksi secara berkala kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku ketua Tim Pengarah. o Tim Pelaksana yang dikepalai oleh Direktur Aparatur Negara, Kementerian PPN / Bappenas, berfungsi untuk: o Merumuskan kebijakan dan strategi operasional keterbukaan pemerintah. o Menyusun rencana aksi keterbukaan pemerintah. o Memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan rencana aksi keterbukaan pemerintah. o Melaksanakan komunikasi dan sosialissi secara berkala dengan para pemangku kepentingan. o Melaporkan kemajuan pelaksanaan rencana aksi keterbukaan pemerintah kepada Tim Pengarah. o Melakukan koordinasi lintas instansi dalam rangka pelaksanaan rencana aksi keterbukaan pemerintah. o Tenaga Pendukung o Membantu pelaksanaan tugas Tim Pelaksana dalam pengumpulan data dan informasi, menyiapkan serta mengolah bahan untuk perumusan rekomendasi kebijakan o Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Tim Pelaksana Meskipun tugas dan fungsinya tidak tertuliskan secara tersurat di dalam Surat Keputusan Menteri, namun dalam menjalankan visi besar Open Government, Tim Koordinasi Strategis Open Government juga didukung oleh sebuah Sekertariat Nasional Open Government Indonesia yang diisi oleh tiga tenaga ahli profesional dan dipimpin oleh seorang Kepala Sekretariat Nasional. Keempat tenaga ahli profesional tersebut terbagi ke dalam tiga bidang keahlian yang terdiri dari: Kepala Sekretariat Nasional Kepala Sekretariat Nasional bertanggung jawab untuk : 14

17 o Bertanggung jawab untuk membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan keseluruhan tugas dan fungsi yang berkaitan dengan Open Government Indonesia maupun keanggotaan Indonesia di Open Government Partnership seperti :Menyusun rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Sekretariat Nasional; o Membantu national focal point dalam pelaksanaan koordinasi antar-pemangku kepentingan dalam Open Government Partnership dan Open Government Indonesia; o Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tenaga ahli di lingkup Sekretariat Kebijakan Publik Tenaga Ahli bidang Kebijakan Publik bertanggung jawab untuk : o Bidang Kebijakan Publik Bertanggung jawab untuk membantu menyiapkan dan menyusun kerangka kebijakan keterbukaan pemerintah dan membantu proses penyusunan rencana aksi sebagai acuan dan rencana kerja pemerintah (pusat maupun daerah) untuk memajukan program dan komitmen pemerintah yang lebih terbuka dan pelayanan publik yang lebih optimal; o Melakukan identifikasi dan analisis atas kebijakan dan program yang terkait dengan isu Open Government; o Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan Rencana Aksi; o Mengkoordinasikan pertemuan, diskusi, dan dialog antar-pemangku kepentingan terkait inisiatif Open Government; Penggapaian dan Komunikasi Publik Tenaga Ahli bidang Penggapaian dan Komunikasi Publik bertanggung jawab untuk : o Bertanggung jawab untuk membantu menyusun strategi penggapaian dan komunikasi publik dan mengkoordinasikan kampanye keterbukaan pemerintahan kepada publik maupun instansi-instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah. o Merumuskan dan melaksanakan strategi komunikasi, sosialisasi dan kampanye tentang inisiatif Open Government; o Menyiapkan dan/atau bertanggung jawab terhadap konten dari semua media publikasi Sekretariat OGI, baik yang dimuat melalui media tradisional ataupun media sosial; o Membangun kemitraan antar-stakeholders kunci terkait Open Government; o Membangun komunikasi dengan Open Government Partnership Secretariat (Support Unit); o Mengelola manajemen pengetahuan yang mampu merekam, mengkodifikasi, dan mengeskalasi pengalaman-pengalaman baik dalam pelaksanaan keterbukaan pemerintahan dan langkah-langkah diseminasi pengetahuan tersebut Desain Grafis o Tenaga Ahli bidang Desain Grafis bertanggung jawab untuk : o Menyiapkan dan mengkoordinasikan penggunaan desain dan image branding Sekretariat OGI; o Menyiapkan desain layout, spesifikasi dan hal-hal teknis lainnya terkait dengan penerbitan laporan, infografis, presentasi publik (powerpoint/audiovisual presentation), halaman website, poster/banner, brosur dan materi publikasi lainnya; 15

18 o Bertemu dengan pemangku kepentingan utama untuk mendiskusikan hal-hal teknis terkait kepentingan penerbitan ataupun publikasi dari Sekretariat OGI; Selain Sekretariat Nasional Open Government Indonesia, dalam menjalankan fungsinnya, Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia juga didukung oleh Organisasi Masyarakat Sipil. Saat ini terdapat tujuh elemen Organisasi Masyarakat Sipil yang tergabung dalam Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Bappenas tersebut, diantaranya; (1) Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), (2) Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro), (3) Indonesian Parliementary Center (IPC), (4) Perkumpulan Media Lintas Komunitas (MediaLink),(5) International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), (6) Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) dan (7) Indonesian Center for Enviromental Law (ICEL). Dalam struktur Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia, secara spesifik Organisasi Masyarakat Sipil berfungsi untuk: o Memberikan masukan secara aktif dalam proses penyusunan kebijakan dan strategi keterbukaan pemerintah melalui penyusunan rencana aksi, sebagai perwujudan partisipasi masyarakat. o Terlibat aktif dalam proses pemantauan dan evaluasi kemajuan pelaksanaan rencana aksi keterbukaan pemerintah untuk menjalankan skema check and balances praktik keterbukaan pemerintah. o Menjadi sarana uji publik dalam berbagai kebijakan pemerintahan terbuka demi terciptanya elemen partisipasi yang substansial. 16

19 Organogram struktur kelembagaan Sekretariat Nasional OGI dapat ditemukan dalam Lampiran. ORGANOGRAM SEKRETARIAT NASIONAL OPEN GOVERNMENT INDONESIA DEWAN PENGARAH: TINGKAT MENTERI: Bappenas, Kemlu, KSP TIM PELAKSANA: Ketua: KSP Wakil Ketua: Perwakilan OMS Anggota: Bappenas, Kemlu, KSP, Kemdagri, Kemkominfo, Kemenpan RB, KIP, Perwakilan OMS Pertemuan Konsultatif OMS Sekretariat Daerah OGI Ketua: Bappeda Anggota: SKPD, PPID, Komisi Informasi dan perwakilan OMS daerah KELOMPOK KERJA Ketua Bersama: Perwakilan Pemerintah dan OMS Anggota: Pemerintah dan OMS KETUA TIM PELAKSANA: Bappenas KEPALA SEKRETARIAT NASIONAL Pertemuan Konsultatif OMS Daerah KEBIJAKAN PUBLIK DAN KOORDINASI DESAIN GRAFIS PENGGAPAIAN DAN KOMUNIKASI PUBLIK KEUANGAN DAN ADMINISTRASI 17

20 II.H Praktik Baik Open Government Indonesia Sejak diluncurkannya Sekretariat Nasional Open Government Indonesia di tahun 2012 hingga peta jalan ini dibuat, tentu sudah banyak pencapaian yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia, baik ketika Sekretariat Nasional Open Government Indonesia masih berada dibawah koordinasi Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian (UKP4) ataupun saat Sekretariat berada dibawah koordinasi Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Luar Negeri dan Kantor Staf Presiden. Adapun beberapa pencapaian tersebut antara lain; o Mendorong pendirian dan perluasan penggunaan Portal Satu Data Indonesia Pendirian portal Satu Data Indonesia diawali dari kebutuhan data yang akurat dengan standardisasi yang sama untuk mempermudah proses pengambilan kebijakan dalam instansi pemerintahan. Selain itu, inisatif ini juga dibutuhkan untuk mempermudah publik mengakses ragam data pemerintah sesuai dengan hak atas informasi yang tertulis dalam Undang-Undang No 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Oleh karena itu, di tahun 2014 portal Satu Data yang sebelumnya bernama Open Data, diluncurkan oleh pemerintah di bawah inisasi UKP4 sebagai perwujudan konkret menjalankan aspek pemerintah terbuka (Open Government). Sampai dengan dokumen ini dirumuskan, Satu Data telah diadaptasi oleh 36 institusi publik yang terdiri dari: Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, dan akan terus dikembangkan melalui rencana aksi Open Government Indonesia setiap tahunnya. o Mendorong pendirian dan perluasan penggunaan LAPOR! SP4N Berangkat untuk mendorong elemen partisipasi masyarakat dalam penerapan semangat Open Government, LAPOR! SP4N (Layanan Aspirasi Pengaduan Online Rakyat) berbasis media sosial, dinisasi oleh UKP4 di tahun 2012 dan terus dikembangkan oleh Kantor Staf Presiden hingga saat ini. Misi besar LAPOR! ialah menjadi sistem aspirasi pengaduan masyarakat terpadu nasional. Sehingga melalui LAPOR! nantinya laporan keberbagai instansi pemerintahan dapat didisposisikan dan ditindaklanjuti. Hingga April 2017, LAPOR! sudah terhubung dengan 34 Kementerian, 54 Lembaga, 29 Pemerintah Kota, 87 Pemerintah Kabupaten, 24 Pemerintah Provinsi, 111 Perguruan Tinggi Negeri, 17 Kopertis, 131 Perwakilan RI di Luar Negeri, dan 115 BUMN di Indonesia. Untuk memastikan, perluasan penggunaan LAPOR! di berbagai instansi Kementerian/Lembaga serta Pemerintah Daerah, Sekretariat Nasional Open Government dengan konsisten terus mendukung replikasi program LAPOR! SP4N melalui Rencana Aksi tahunannya. o Mengakselerasi Pembentukan dan Optimalisasi Fungsi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Salah satu pilar inisiatif Open Government ialah aspek transparansi di mana masyarakat dapat mengakses informasi serta data publik dengan mudah dan 18

21 terbuka. Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengakselerasi pembentukan infrastruktur penunjang keterbukaan, salah satunya Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Menyadari siginifikansi dari hal ini, maka Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia dengan konsisten mendorong pembentukan PPID di berbagai instansi baik Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah melalui penyusunan rencana aksi setiap tahunnya. Berikut gambaran peningkatan jumlah PPID sejak tahun 2012, di mana hal tersebut secara konsisten dilembagakan dalam rencana aksi tahunan Open Government Indonesia. 11 Perkembangan Jumlah PPID Kota Kabupaten Propinsi Lebih jauh, Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia juga akan terus berkomitmen untuk memastikan pendirian wadah keterbukaan dalam bentuk PPID ini berjalan optimal. Hal tersebut akan diwujudkan melalui rencana aksi tahunan Open Government Idonesia. Dengan begitu, pilar transparansi dalam insiatif pemerintah terbuka dapat diaplikasikan dengan baik. o Mendorong Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Sebagai bentuk konkret pengejawantahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, Tim Koordinasi Strategis Open Government Indonesia juga mendorong terbentuknya kebijakan satu peta agar situasi sosial, politik dan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia dapat terintegrasi dengan jelas di dalam satu gambaran peta. Selain itu, peta ini juga berfungsi sebagai salah satu basis pembuatan kebijakan pemerintah agar menjadi tepat guna dan sasaran. Dengan kehadiran one map policy ini, harapannya koordinasi antar instansi pemerintah 11 Data per januari

22 dalam proses pembuatan kebijakan akan menjadi lebih mudah dan terorganisir dengan baik. Melalui pembelajaran dari praktik baik, menandakan bahwa sejak masa didirikannya hingga saat ini, Tim Koordinasi Open Government Indonesia sudah memberikan kontribusi nyata untuk pembangunan keterbukaan di tanah air. Oleh karena itu, menjadi penting untuk terus mempertahankan dan mengelola keberadaan tim tersebut, sebagai etikat baik dan berkelanjutan dari pemerintah untuk mengawal proses keterbukaan di Indonesia. 20

23 III. Arah Kebijakan, Program dan Ukuran Keberhasilan Pemerintah Terbuka III.A Alur Berfikir Peta Jalan Pemerintah Terbuka Arah kebijakan Open Government Indonesia merupakan pijakan prioritas per fase yang dirumuskan untuk mempermudah pemerintah mencapai visi keterbukaan. Adapun dua fase pengimplementasian yaitu: dan Periodesasi ini didasarkan pada siklus Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode ketiga dan siklus RPJMN keempat dalam satu cycle Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN). Selain itu, penetapan jangka waktu juga mempertimbangkan bahwa proyeksi proses demokratisasi yang diharapkan tetap berjalan hingga tahun Sedangkan untuk substansi arah kebijakan dan strategi dalam peta jalan ini, dipandu oleh sebuah alur berpikir yang didasarkan pada elemen yang dikawal oleh Open Government Indonesia untuk merubah kondisi keterbukaan hari ini menjadi kondisi ideal. Adapun elemen yang dikawal dalam semangat Open Government Indonesia adalah: amanat dan regulasi keterbukaan, nilai-nilai keterbukaan dan kemitraan internasional (Open Government Partnership). Melalui pengamalan ketiga elemen yang dikawal sebagai dasar kebijakan ini, terumuskan arah kebijakan dan strategi untuk menuju sebuah visi keterbukaan pemerintah, yaitu: terciptanya sistem tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, efektif dan efisien melalui pemanfaatan inovasi dan pelibatan masyarakat secara luas dalam proses perumusan kebijakan di seluruh sektor pelayanan publik. Berikut secara singkat penggambaran alur berpikir dalam peta jalan ini: Elemen yang dikawal: 1. Dasar kebijakan Keterbukaan 2. Nilai Keterbukaan 3. Kemitraan Nasional Kondisi Keterbukaan Hari ini Arah Kebijakan Program-program Visi Terciptanya sistem tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, efektif & efisien melalui pemanfaatan inovasi dan pelibatan masyarakat secara luas dalam proses perumusan kebijakan di seluruh sektor pelayanan publik. 21

24 III.B Sasaran Kebijakan Peta Jalan Pemerintah Terbuka Dalam peta jalan pemerintah terbuka ini, stakeholder yang akan dijadikan sasaran utama yaitu lembaga eksekutif yang dibagi dalam dua ranah yakni: (1) Pemerintah Pusat dan (2) Pemerintah Daerah. Adapun pemilihan sasaran kebijakan ini dikarenakan lembaga eksekutif adalah lembaga pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan undang-undang, salah satunya dalam bentuk pelayanan publik. Oleh karena itu, lembaga eksekutif, baik di pusat maupun di daerah, harus bisa memastikan bahwa pelayanan yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut ialah dengan melakukan praktik keterbukaan dua arah, di mana pemerintah melakukan praktik transparansi serta akuntabilitas dan masyarakat turut berpartisipasi. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka lembaga eksekutif akan menjadi sasaran utama dalam kebijakan pemerintah terbuka. Kemudian dalam peta jalan pemerintah terbuka ini, pemilihan lokus pemerintah pusat dan daerah dibedakan untuk memastikan bahwa praktik keterbukaan mampu memberikan manfaat yang nyata pada publik. Seperti yang diketahui bahwa sejak diberlakukannya sistem otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki ruang improvisasi untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri. Oleh karena itu, penetrasi keterbukaan pemerintah harus dilakukan secara holistik yaitu pada level pusat dan daerah. Pada tingkat pusat peta jalan ini berfokus pada: Kementerian, Lembaga dan Badan Publik 12. Sedangkan pada tingkat daerah, peta jalan ini berfokus pada unsur penyelenggara Pemerintah Daerah: Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 13. Dalam merumuskan peta jalan pemerintah terbuka ini, arah kebijakan dan program pada lembaga eksekutif di tingkat pusat dan daerah dibedakan dengan dasar pertimbangan; (1) setiap lembaga memiliki grand desain keterbukaan yang berbeda (2) setiap lembaga memiliki kondisi keterbukaan yang berbeda, (3) setiap lembaga memiliki landasan operasional yang berbeda. III.C Arah Kebijakan dan Program Peta Jalan Pemerintah Terbuka No Institusi Arah Kebijakan Program Program Pemerintah Pusat Pengoptimalan sarana partisipasi publik dalam proses 1. Mendorong ketersediaan regulasi operasional yang menjamin partisipasi publik dalam proses 1. Memastikan regulasi yang menjamin partisipasi publik dalam proses perumusan dan penganggaran 12 Per 2017 total kementerian/lembaga di Indonesia sejumlah 162 yang terdiri dari (Kementerian, lembaga non structural, lembaga non kementerian, lembaga structural dibawah kementerian negara) 13 Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah juga unsur penyelenggara pemerintah daerah, namun bukan sasaran dalam peta jalan ini. 22

25 No Institusi Arah Kebijakan Program Program Pemerintah Pusat perumusan kebijakan Pengoptimalan kualitas pelayanan publik perumusan dan penganggaran kebijakan. 2. Mengakselerasikan ketersediaan platform partisipasi publik (digital dan / konvensional) di instansi publik. 3. Memperluas praktik kolaborasi/kemitraan dengan berbagai stakeholder; masyarakat, inisiatif lain, media, akademisi, sektor privat, masyarakat sipil dll dalam proses perumusan dan penganggaran kebijakan 1. Mengakselerasi terciptanya inovasi pelayanan publik diberbagai sektor (konvensional dan/digital) 2. Mengintegrasikan inovasi pelayanan publik 3. Memastikan adanya mekanisme transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik 4. Mendorong konektivitas sarana pengaduan di instansi publik kebijakan berjalan dengan optimal. 2. Mendorong pemanfaatan platform partisipasi publik (digital dan/konvensional) oleh publik. 3. Memastikan adanya partisipasi aktif dari berbagai stakeholder dalam praktik kolaborasi/ kemitraan. 1. Mengoptimalkan inovasi pelayanan publik diberbagai sektor (konvensional dan/ digital) 2. Mengintegrasikan inovasi pelayanan publik 3. Memastikan mekanisme transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik berjalan dengan maksimal 4. Memastikan sarana pengaduan pelayanan publik responsif 3 Pemerintah Akselerasi 1. Memastikan praktik 1. Memastikan 23

26 No Institusi Arah Kebijakan Program Program Pusat penguatan keterbukaan informasi publik 4 Pemerintah Pusat 5 Pemerintah Pusat Akselerasi perbaikan Tata Kelola Data Optimalisasi Peran Indonesia di OGP transparansi pada sektor-sektor prioritas 2. Memastikan ketersediaan regulasi operasional pendukung keterbukaan informasi publik dalam sistem layanan informasi 3. Mendorong ketersediaan platform digital/spbe untuk mempermudah akses data/informasi oleh publik 1. Mendorong perbaikan tata kelola data di berbagai instansi publik 2. Membentuk knowledge center praktik keterbukan sebagai sarana pembelajaran untuk mempermudah keterbukaan informasi publik. 1. Memperkuat peran, tugas dan fungsi Tim Open Government Indonesia melalui penguatan kelembagaan/ landasan regulasi. 2. Berperan aktif dalam kerjasama internasional Open pemanfaatan transparansi pada sektor-sektor prioritas oleh publik 2. Mengoptimalkan penerapan regulasi operasional pendukung keterbukaan informasi publik dalam sistem layanan informasi 3. Mendorong pemanfaatan platform digital/spbe untuk memberikan akses informasi yang lebih luas 1. Mendorong keterhubungan data instansi publik dengan Satu Data Idonesia untuk perbaikan tata kelola data 2. Meningkatkan kualitas data dan pemanfaatan knowledge center praktik keterbukaan untuk mempermudah keterbukaan informasi publik. 1. Melaksanakan koordinasi aktif antar stakeholder dalam Tim Open Government Indonesia sesuai dengan landasan regulasi. 2. Berperan aktif dalam kerjasama OGP 24

27 No Institusi Arah Kebijakan Program Program Government Partnership (OGP) melalui forum internasional dan kelembagaan. melalui: forum, struktur kelembagaan serta pelibatan institusi lain dalam kerjasama OGP 6 Pemerintah Daerah Perluasan Komitmen Keterbukaan di Daerah Mengoptimalkan keterbukaan pemerintah daerah pada 5 pilot project pemerintah daerah dan beberapa daerah baru, baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun desa. 1. Meningkatkan kualitas keterbukaan pemerintah daerah 2. Memperluas praktik keterbukaan pemerintah daerah baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota maupun desa. III.D Ukuran Keberhasilan Peta jalan pemerintah terbuka dan ditujukan untuk mencapai beberapa arah strategis pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pada pemerintah pusat, yaitu: (1) Pengoptimalan sarana partisipasi publik dalam proses perumusan dan penganggaran kebijakan (2) Pengoptimalan kualitas pelayanan publik. (3) Akselerasi penerapan keterbukaan informasi publik. (4) Optimalisasi peran Indonesia di OGP. Kemudian, arah strategis pada pemerintah daerah; (1) Mendorong perluasan komitmen Open Government di Daerah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing. Berdasarkan hal tersebut maka, ukuran keberhasilan dapat diukur melalui beberapa indikator dibawah ini: Arah Kebijakan Program Indikator Target Dua Tahunan: Siklus Renaksi Pengoptimala n sarana partisipasi publik dalam proses perumusan kebijakan dan penganggaran Mendoro ng ketersedi aan dan pelaksana an regulasi Ketersedi aan & pemanfaa Regulasi operasion al partisipasi Keterhub ungan & pemanfaa 12.5% dari total memiliki regulasi 54.3% instansi terhubun 25% dari total memiliki regulasi 60% instansi terhubung LAPOR! 50% dari total memiliki regulasi 73% instansi terhubung LAPOR! 75% dari total memiliki regulasi 86% instansi terhubung LAPOR! 87.5% dari total memiliki regulasi 93% instansi terhubun 25

28 Arah Kebijakan Pengoptimala n kualitas pelayanan publik Akselerasi Penerapan keterbukaan informasi publik Program Indikator Target Dua Tahunan: Siklus Renaksi tan platform partisipasi publik dan perluasan kolaboras i dgn publik transpara nsi & akuntabili tas pelayana n publik Inovasi pelayana n publik Mendoro ng ketersedi aan & penerapa n regulasi operasion al keterbuka an Praktik transpara nsi meningka t Platform digital utk akselerasi keterbuka an tan LAPOR SP4N! Pelaksana an FKP Indeks Kepatuha n Ombuds man PeGI (E-gov) Regulasi operasion al keterbuka an Pemering katan Keterbuk aan Informasi Publik (E- PeGI gov) g LAPOR! - 1% total melaksanaka n FKP 50 skor ratarata 2.64 skor rata-rata 12.5% dari total memiliki regulasi 84.7 skor rata-rata 2.64 skor rata-rata 58.5 skor ratarata 2.76 skor rata-rata 25% dari total memiliki regulasi 2% total melaksanakan FKP 75 skor ratarata 3 skor ratarata 50% dari total memiliki regulasi 3% total melaksanaka n FKP 92 skor ratarata 3.22 skor rata-rata 75% dari total memiliki regulasi g LAPOR! 4% dari total melaksan akan FKP 100 skor rata-rata 3.33 skor rata-rata 87.5% dari total memiliki regulasi skor rata-rata 2.76 skor rata-rata 92.2 skor ratarata 3 skor ratarata 97.2 skor rata-rata 3.22 skor rata-rata 99.7 skor rata-rata 3.33 skor rata-rata Akselerasi Perbaikan Tata Kelola Data Mendoro ng perbaikan Keterhub ungan dengan 19.7% dari total 31.1% dari total terhubung 53.9% dari total terhubung dgn 76.7% dari total terhubung 88.1% dari total 26

29 Arah Kebijakan Program Indikator Target Dua Tahunan: Siklus Renaksi tata kelola data dan keterhub ungan dengan SDI Satu Data Indonesia (SDI) Data Set Satu Data Indonesia terhubun g dgn SDI 2300 data set dgn SDI SDI dgn SDI terhubun g dgn SDI 4300 data set 8300 data set data set data set Membent uk dan meningka tkan kualitas knowledg e center Data Set knowledg e center 14 Persiapan infrastruk tur dan data knowledg e center 10 data set 20 data set 30 data set 35 data set Kontribusi dalam OGP Penguata n kelembag aan dan pelaksana an regulasi Institusio nalisasi kelembag aan OGI Ketersedi aan Road Map dan Renstra Ketersediaan SK 2018 Pelaksanaan Road Map dan SK Pelaksanaan Road Map dan SK Pelaksana an Road Map dan SK Kontribusi aktif di OGP Peran Indonesia di OGP High Level Forum OGP Kontribusi aktif sebagai SC Kontribusi aktif Kontribusi aktif Kontribusi aktif Mendorong Perluasan Komitmen Open Government di Daerah Meningka tkan kualitas keterbuka an pemerint ah daerah EKPPD skor ratarata Kepatuha n Ombuds man skor ratarata daerah skor ratarata 78.5 skor rata-rata daerah skor rata-rata 89 skor ratarata daerah skor rata-rata 99.5 skor rata-rata daerah skor ratarata skor ratarata daerah Pemering katan Keterbuk aan Informasi Publik 64.5 skor rata-rata daerah 68.4 skor rata-rata daerah skor rata-rata daerah skor rata-rata daerah skor ratarata daerah Raport akuntabili tas skor ratarata skor rata-rata skor rata-rata skor rata-rata skor ratarata 14 Dataset yang dimaksudkan ialah satu bundle narasi lengkap dengan data dukung. 27

30 Arah Kebijakan Program Indikator Target Dua Tahunan: Siklus Renaksi Memperl uas praktik keterbuka an daerah daerah Jumlah pelaksana an FKP Keterhub ungan & Pemanfaa tan LAPOR! Keterhub ungan dgn Satu Data Indonesia Komitme n Renaksi daerah - 1% dari total daerah melaksanaka n FKP 25,5% pemda terhubun g dgn LAPOR! 0.72% daerah terhubun g dengan SDI 5 daerah tergabun g renaksi 36.1% pemda terhubung dgn LAPOR! 1.5% daerah terhubung dengan SDI 10 daerah tergabung renaksi 2% dari total daerah melaksanakan FKP 57.3% pemda terhubung dgn LAPOR! 4.5% daerah terhubung dengan SDI 15 daerah tergabung renaksi 3% dari total daerah melaksanaka n FKP 78.5% pemda terhubung dgn LAPOR! 7.5% daerah terhubung dengan SDI 20 daerah tergabung renaksi 4% dari total daerah melaksan akan FKP 89.1% pemda terhubun g dgn LAPOR! 9% daerah terhubun g dengan SDI 25 daerah tergabun g renaksi III.E Strategi Arah Kebijakan Apabila arah kebijakan adalah target yang disusun untuk memastikan terwujudnya visi pemerintah terbuka, maka strategi arah kebijakan merupakan metode atau cara yang digunakan untuk mempermudah proses pencapaian arah kebijakan tersebut. Dalam merumuskan strategi, peta jalan ini membaginya menjadi dua yaitu strategi arah kebijakan umum dan strategi arah kebijakan khusus. Dalam strategi arah kebijakan umum, dipaparkan tentang metode atau cara umum yang dapat dilakukan seluruh instansi dalam melakukan keterbukaan. Sedangkan dalam strategi arah kebijakan khusus, dipaparkan tentang metode atau cara yang secara spesifik ditujukan pada lembaga terkait. III.E.1 Strategi Arah Kebijakan Umum Secara umum, Open Government Partnership menggabungkan tiga unsur utama untuk mengakselerasi dan mempertahankan kemajuan dalam reformasi pemerintahan yang terbuka: (1) membangun komitmen politik tingkat tinggi, (2) memberdayakan aktor (reformer) di pemerintahan, dan (3) mendorong pelibatan organisasi masyarakat sipil yang efektif untuk berpartisipasi dalam perumusan dan implementasi kebijakan pemerintah. Dalam konteks pemerintahan Indonesia, ketiga unsur tersebut sesuai untuk diaplikasikan, namun terdapat pula satu unsur kunci yaitu: berjalannya siklus renaksi sesuai dengan 28

31 perencanaan pembangunan pemerintah, yang harus terus diselaraskan agar dapat menghasilkan capaian yang maksimal. Berikut penjelasan strategi arah kebijakan: 1. Memastikan Komitmen Politik dari Pemerintah (High Level Political Commitment) Komitmen dari pemerintah di tingkat top leader sangat memiliki peran penting. Dukungan politik tingkat tinggi harus menjadi bagian dari Open Government, sehingga ruang yang diperlukan untuk aktor-aktor perubahan (pejabat negara) di tingkat menengah mendapatkan dukungan konkret untuk mengambil inisiatif dan dapat melaksanakan aksi-aksi yang ambisius. Ini dikarenakan konteks kerja dan kewenangan birokrasi yang bersifat hirarkis, sehingga apabila pemerintah mampu memastikan terwujudnya komitmen keterbukaan dari pimpinan, maka proses penerapan keterbukaan pada jajaran menengah maupun bawah dalam satu instansi publik akan lebih mudah terealisasikan. 2. Memperluas Dukungan reformer dari Pemerintah Terkait Implementasi Prinsipprinsip Pemerintah Terbuka. Dukungan politik tingkat tinggi dari pemerintah sulit dilaksanakan tanpa aktor-aktor di jajaran pemerintahan di level teknis. Kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah yang bertanggung jawab l terhadap kebijakan keterbukaan pemerintah (Open Government) harus didukung kepemimpinan yang kuat dan memiliki kapasitas untuk membangun visi dalam mengkoordinasikan keseluruhan pemerintahan mencapai tujuan keterbukaan. Aktor-aktor ini dimaksudkan untuk memperbaiki koordinasi baik secara horisontal (antar pemerintahan pusat dan kementerian) dan vertikal (antar pemerintah pusat dan pemerintah tingkat daerah yang terdesentralisasi) untuk mempertahankan rasa memiliki terhadap inisiatif keterbukaan pemerintah (Open Government) secara umum. Begitu juga dengan urgensi aktor-aktor yang mampu membangun kapasitas daerah dan mendorong budaya yang mendukung prinsip-prinsip Open Government di antara aparatur sipil negara, sehingga pemahaman serta dukungan terhadap reformasi keterbukaan pemerintah (Open Government) menjadi fokus sektor publik. 3. Memperdalam dan Memperluas Keterlibatan Organisasi Masyarakat Sipil dan Masyarakat Luas. Membumikan Open Government Indonesia (OGI) dapat dilakukan dengan mengajak seluruh komponen masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam perencanaan dan implementasi aksi OGI. Hal ini akan tercapai jika Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang terlibat dalam OGI baik secara kualitas maupun secara kuantitas meningkat. Diperlukan keseluruhan strategi pemerintah yang lebih terstruktur dan konsisten untuk mendorong keterlibatan warga negara. 29

32 Promosi perlu dilakukan secara masif untuk mendorong budaya keterlibatan warga negara dengan cara memberitakan output serta keberhasilan kepada publik dan aparatur sipil negara. Pemerintah juga perlu memberikan ruang yang besar dan dukungan kepada OMS dalam peningkatan kapasitas organisasi untuk terlibat dalam kegiatan tata laksana pemerintahan. Pemerintah juga harus memfasilitasi koordinasi antar instansi untuk melibatkan warga negara yang sudah ada, dan memperdalam analisa nilai tambah dari konsultasi publik. Perlu diperhatikan, bahwa Pemerintah juga harus berfokus pada pembangunan kapasitas pejabat publik dalam mengolah informasi yang diterima ketika konsultasi, seperti dalam musrenbang, dan untuk melaporkan keputusan pemerintah kepada publik. Dengan berbagai instrument ini, diharapkan akan memberikan interest kepada publik untuk terlibat aktif dalam perencanaan dan implementasi pemerintahan terbuka baik di tingkat nasional maupun daerah. 4. Siklus Renaksi Sejalan dengan Perencanaan Pembangunan. Penyusunan Rencana Aksi Open Government Indonesia (OGI) sejauh ini belum menjadi satu dengan siklus perencanaan pembangunan, sehingga penetapan target aksi yang ambisius masih menjadi tantangan. Oleh karena itu, penyusunan Renaksi OGI harus seirama dengan siklus perencanaan pembangunan, mulai dari penyusunan Renja (Rencana Kerja) di setiap kementerian/ lembaga/ pemerintah daerah dan diusulkan sebelum penyusunan anggaran. Harapannya, seluruh aksi yang ditetapkan berkaitan dengan perencanaan pembangunan baik jangka menengah (RPJMN/D, Renstra ) maupun jangka pendek (RKP/D, Renja ) serta seluruh program dan kegiatan ditopang dengan anggaran yang memadai. Mengaitkan proses perencanaan inisiatif keterbukaan pemerintah (Open Government) dengan kelanjutan hasil kerja strategis, terutama dengan cara menyediakan sumber daya yang memadai untuk mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja tersebut, akan menjamin capaian target rencana aksi yang signifikan dan memastikan keberlanjutan inisiatif ini. III.E.2 Strategi Arah Kebijakan Khusus Berbeda dengan strategi arah kebijakan umum, dalam strategi arah kebijakan khusus terdapat spesifikasi metode atau cara yang digunakan untuk memastikan arah kebijakan dapat terlaksana di tiap sasaran arah kebijakan. Strategi arah kebijakan khusus ini dirumuskan dengan asumsi bahwa setiap instansi publik memiliki fungsi, tugas, kondisi dan komitmen yang berbeda-beda. 30

33 A. Pemerintah Pusat: Kementerian, Lembaga dan Badan Publik Strategi arah kebijakan khsusus yang diterapkan pada pemerintah pusat adalah dengan membagi periodesasi sektor pelayanan publik yang akan dipenetrasi lebih jauh. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, menginfusi keterbukaan tidak dapat dilakukan secara sporadis, namun harus sistematis dan terarah. Adapun periodesasi sektor akan dibagi sebagai berikut: a. Periodesasi , peta jalan pemerintah terbuka berfokus pada sektor pelayanan publik yang berkaitan dengan; Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan dan Ekonomi. Basis pemilihan ini dikarenakan ketiga sektor tersebut merupakan empat sektor prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional. b. Periodesasi , peta jalan pemerintah terbuka berfokus pada sektor; Kesehatan, Pendidikan, Kemiskinan, Ekonomi dan Kependudukan. Sektor sebelumnya tetap diperdalam dengan memperluas jangkuan pada sektor prioritas lainnya. B. Pemerintah Daerah: Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa. Strategi arah kebijakan khusus yang diterapkan pada pemerintah daerah adalah dengan melakukan penetrasi dari satuan pemerintah yang lebih tinggi ke satuan pemerintah yang lebih rendah. Basis pemilihan daerah yang akan dilakukan penetrasi terlebih dahulu, didasarkan pada tiga tolak ukur, yaitu: (1) Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Daerah (EKPPD) 2015, (2) Kepatuhan Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Terhadap Standar Pelayanan Publik Sesuai UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik tahun 2015 (3) Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Provinsi Berikut penggambaran persilangan ketiga indikator tersebut 15 : Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (Akuntabilitas) EKPPD (Evaluasi Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Daerah) (Akuntabilitas, Transparansi, Partisipasi) Kepatuhan Standard Pelayanan Publik (Transparansi & Akuntabilitas) Diagram: Persilangan penilaian elemen keterbukan daerah 2015 Secara umum, EKPPD menggambarkan beberapa aspek pengelolaan aparatur negara seperti; (1) kelembagaan, (2) personalia, (3) ketatalaksanaan, (4) regulasi dan (5) budaya kerja yang secara sederhana mengukur aspek; transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan pemerintah daerah. Namun, kelima hal tersebut 15 Secara ideal, pemeringkatan Keterbukaan Informasi badan publik yang dikeluarkan Komisi Informasi Pusat seharusnya juga tercantum dalam indikator basis pemilihan daerah ini, hanya saja pada tahun 2015, hasil pemeringkatan tidak dipublikasikan, secara utuh untuk keseluruhan daerah. 31

RENCANA AKSI KETERBUKAAN PEMERINTAH

RENCANA AKSI KETERBUKAAN PEMERINTAH RENCANA AKSI KETERBUKAAN PEMERINTAH 2016-2017 A. Pengantar Rencana Aksi Keterbukaan Pemerintah atau Open Government Indonesia (Renaksi OGI) 2016-2017 adalah Renaksi yang ke-empat sejak Indonesia bergabung

Lebih terperinci

SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA)

SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT NASIONAL KETERBUKAAN PEMERINTAH (OPEN GOVERNMENT INDONESIA) 2017-2019 Direktorat Aparatur Negara Kedeputian Politik Hukum Pertahanan dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi Open Government Indonesia 2015

Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi Open Government Indonesia 2015 Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi Open Government Indonesia 2015 Daftar Isi: 3 3 5 10 Pendahuluan: Rencana Aksi Open Government Indonesia 2015 Pencapaian Rencana Aksi Komitmen Unggulan 2015 Penutup (Lessons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia

Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Seri Pembelajaran PATTIRO: Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Oleh: Ahmad Rofik 1 Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia Implementasi UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Open Government Indonesia 2015

Laporan Pelaksanaan Open Government Indonesia 2015 Laporan Pelaksanaan Open Government Indonesia 2015 Daftar Isi: Pendahuluan: Rencana Aksi Open Government Indonesia 2015 Pencapaian Rencana Aksi Komitmen Unggulan 2015 Penutup (Lessons Learned dan Rekomendasi)

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi Open Government Indonesia

Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi Open Government Indonesia Laporan Pelaksanaan Rencana Aksi 2016 Open Government Indonesia Indonesia Midterm Self-Assessment Report of The 4th National Action Plan 2016-2017 Daftar Isi A. Pendahuluan 4 B. Dinamika Rencana Aksi Open

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS Sesuai tugas dan fungsi Dinas Komunikasi dan InformatikaKabupaten Pacitan berperan melaksanakan uruan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, bidang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN 2011-2015 5.1. Visi Paradigma pembangunan moderen yang dipandang paling efektif dan dikembangkan di banyak kawasan untuk merebut peluang dan

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif 12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas MEMBANGUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Paparan Draft Rencana Aksi

Paparan Draft Rencana Aksi Paparan Draft Rencana Aksi 2016-2017 Open Government Indonesia Jakarta, 4 April 2016 Alur Pikir Renaksi CLUSTER I Penegakan Hukum dan Pencegahan Korupsi No Aksi Kementerian / Lembaga Sasaran Indikator

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

GOVERNMENT DI INDONESIA. Dadang Trisasongko

GOVERNMENT DI INDONESIA. Dadang Trisasongko CAPAIAN DAN PENGALAMAN OPEN GOVERNMENT DI INDONESIA Dadang Trisasongko OPEN GOVERNMENT PARTNERSHIP (OGP) OGP diluncurkan tahun 2011. Anggotanya mulai 8 negara di tahun 2011 hingga mencapai 68 di tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Isu kemiskinan masih menjadi isu strategik dan utama dalam pembangunan, baik di tingkat nasional, regional, maupun di provinsi dan kabupaten/kota. Di era pemerintahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) ARIFIN RUDIYANTO Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017 Pada 2016, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 258,7 juta jiwa dan sekitar 85 persen

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Permasalahan yang dihadapi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Pengarus-utamaan Open Government dalam Pembangunan Nasional

Pengarus-utamaan Open Government dalam Pembangunan Nasional + Pengarus-utamaan Open Government dalam Pembangunan Nasional Maryati Abdullah, Anggota Komite Pengarah Open Government Partnership (OGP) Koordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia + Open Government

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KAB. TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RPJMD KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI PEMERINTAH PROPINSI SUMATERA BARAT DALAM MELAKSANAKAN KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASINYA 2013-2014 Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2016 KEMENPAN-RB. Pelayanan Publik. Inovasi. Kompetisi. Tahun 2017. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OECD Kajian Open Government. Indonesia HAL-HAL POKOK

OECD Kajian Open Government. Indonesia HAL-HAL POKOK OECD Kajian Open Government Indonesia HAL-HAL POKOK 2016 OECD KAJIAN OPEN GOVERNMENT INDONESIA HAL-HAL POKOK APA YANG DIMAKSUD DENGAN KAJIAN OPEN GOVERNMENT OECD? Kajian Open Government OECD mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG H a l I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi pada saat ini merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan adanya informasi maka kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 2015

PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 2015 PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 205 BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 205 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat-nya, atas taufiq, hidayah dan karunia-nya

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG SATU DATA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan adanya partisipasi publik sangat penting dalam mendorong kelancaran proses pemilihan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR INOVASI PELAYANAN PUBLIK Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR HAKEKAT PEMERINTAH ADALAH PELAYAN MASYARAKAT o TIDAK MELAYANI DIRI SENDIRI, TETAPI MELAYANI MASYARAKAT o MENCIPTAKAN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu siklus dalam proses menentukan kebijakan melalui urutan pilihan yang tepat dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG SATU DATA INDONESIA (VERSI 9)

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG SATU DATA INDONESIA (VERSI 9) RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG SATU DATA INDONESIA (VERSI 9) Forum Konsultasi Publik 18 Mei 2017 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2 STRUKTUR RANCANGAN PERPRES Bab I. Bab II. Ketentuan Umum Tujuan dan Strategi

Lebih terperinci

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan

Lebih terperinci

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6016 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 9) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas pelayanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci