JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013"

Transkripsi

1 JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET HARI/TANGGAL PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013 SELESAI PERCOBAAN : Selasa, 19 November 2013 TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar protein yang ada pada sampel dengan menggunakan metode biuret DASAR TEORI : Protein berasal dari kata Yunani kuno proteos yang artinya yang utama. Dari asal kata ini dapat diambil kesimpulan bagaimana pentingnya protein dalam kehidupan. Protein terdapat pada semua sel hidup, kira-kira 50% dari berat keringnya dan berfungsi sebagai pembangun struktur, biokatalis, hormon, sumber energi, penyangga racun, pengatur ph, dan bakan sebagai pembawa sifat turunan dari generasi ke generasi (Girindra, 1993). Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi. Protein sederhana hanya mengandung asam-asam amino. Protein kompleks mengandung bahan tambahan bukan asam amino, seperti derivat vitamin, lipid atau karbohidrat. Protein berperan pokok dalam fungsi sel. Analisis terhadap protein dan enzim darah tertentu digunakan secara luas untuk tujuan diagnostik (Harper, 1995). Protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsip dari metode biuret ini adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954). Reaksi :

2 Biuret adalah reagen yang digunakan untuk menguji kandungan protein suatu bahan makanan. Pengujian biuret dengan cara meneteskan larutan biuret pada bahan makanan yang akan diuji. Jika terkandung protein pada bahan makanan tersebut maka warna biuret yang tadinya warnanya merah kehitaman akan berubah menjadi ungu atau violet. Kandungan senyawa/zat pada reagen biuret : CuSO 4 memberikan kompleks berwarna KOH memberikan suasana basa (mengubah Cu 2+ Cu + ) KNaC 4 H 4 O 6 (Kalium Natrium Tartrat) Cu 2+ untuk menstabilkan kompleks ion Larutan ion Cu 2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein sehingga menghsilkan warna ungu dengan absorbansi dari panjang gelombang ( ) maksimal 540 nm Metode Spektrofotometri Sifat protein jika dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan menghasilakan asam amino karboksilat. Disisi lain protein dapat mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur protein yang menimbulakn perubahan sifat fisika, kimia dan biologi bila Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan

3 gelombang elektromagnetik tertentu contohnya bisa, kokain kuman-kuman dan lain-lain. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube (Yoky 2009). Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometer dapat mengukur serapan di daerah tampak, UV ( nm) maupun IR (> 750 nm) dan menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Monokromator pada spektrofotometer menggunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik sedangkan detektornya menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube. Komponen utama dari spektrofotometer, yaitu sumber cahaya, pengatur Intensitas, monokromator, kuvet, detektor, penguat (amplifier), dan indikator. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Metode Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya tampak cahaya ultra ungu (Ultraviolet). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi cahaya tampak terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya Ultraviolet dapat menyebabkan transfuse electron. Putih Telur Putih telur terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam dan khalazaferous. Empat bagian utama putih telur yaitu lapisan putih telur yang encer bagian luar, lapisan putih telur yang kental, lapisan putih telur encer bagian dalam dan lapisan kalaza. Bagian putih telur diikat dengan bagian kuning telur oleh kalaza, yaitu serabut-serabut protein berbentuk spiral yang disebut mucin. Bahan utama penyusun putih telur adalah

4 protein dan air. Perbedaan kekentalan putih telur disebabkan oleh perbedaan kandungan air (Suryono 2006). Protein sederhana pada putih telur terdiri atas ovalbumin, ovoconalbumin dan ovoglobulin, sedangkan yang kedua termasuk glycoprotein, yaitu ovomucoid dan ovomucin. Ovomucin pada putih telur pada putih telur yang kental lebih besar daripada putih telur yang encer. Ovomucin merupakan fraksi protein putih telur yang membentuk selaput dan berfungsi menstabilkan struktur buih. Pemberian asam asetat yang berlebihan akan mengakibatkan penggumpalan sebagian ovomucin dan memperkecil elastisitas gelembung buih. Kerusakan gejala-gejala ovomucin mengakibatkan air dari protein putih telur akan keluar dan putih telur menjadi encer. Semakin encer putih telur, maka semakin tinggi tirisan buih yang dihasilkan (Suryono 2006). Albumin Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia (kurang lebih 3,4-4,7 g/dl) dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut dalam air dan mengendap pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen utama tubuh (Sarikkuntuk 2006).

5 ALAT DAN BAHAN : 1. Alat : a. Tabung reaksi 9 buah b. Pipet gondok 1 buah c. Gelas kimia 7 buah d. Gelas ukur 1 buah e. Spatula 1 buah 2. Bahan : a. Larutan standar protein b. Larutan sampel protein c. Reagen biuret d. Aquades ALUR KERJA : 1. Pembuatan standar 1 ml larutan standar protein dengan kadar 1mg, 2mg,3mg, 4mg, 5mg per ml protein Ditambah 4 ml reagen biuret Dikocok Diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit Dibiarkan pada suhu ruang selama 10 menit sampai terbentuk warna ungu yang stabil dan sempurna Diukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV-Vis Absorbansi

6 2. Penetapan absorbansi larutan blanko 1ml aquades Ditambah 4 ml reagen biuret Dikocok Diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit Dibiarkan pada suhu ruang selama 10 menit Diukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV-Vis Absorbansi 3. Penetapan absorbansi larutan sampel 1ml lar. Sampel Ditambah 4 ml reagen biuret Dikocok Diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit Dibiarkan pada suhu ruang selama 10 menit Diukur absorbansi pada panjang gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV-Vis Absorbansi

7 HASIL PENGAMATAN : No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan 1. Pembuatan larutan standar Dengan pengenceran bertahap, volume yang digunakan adalah : a. V 1 = 10 ml b. V 2 = 13,3 ml c. V 3 = 15 ml d. V 4 = 16 ml e. V 5 = 10 ml Sebelum : Standar protein (10 mg/ml) : tidak berwarna Aquades : tidak berwarna Larutan standar berbagai konsentrasi : tidak berwarna Reagen biuret : larutan biru jernih Kandungan senyawa/zat pada reagen biuret : CuSO 4 memberikan kompleks berwarna KOH memberikan suasana basa (mengubah Cu 2+ Cu + ) KNaC 4 H 4 O 6 (Kalium Natrium Tartrat) untuk menstabilkan kompleks ion Cu 2+ Larutan ion Cu 2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein sehingga menghsilkan warna ungu dengan absorbansi dari panjang gelombang ( ) maksimal 540 nm Dari sepktrosfotometri UV-Vis didapatkan persamaan : y = 0,0395x + 0,02942 R 2 = 0,99618 Dari microsoft excel didapatkan persamaan : y = 0,040x + 0,014 R 2 = 0,983

8 Sesudah : Larutan standar + r. Biuret : larutan biru jernih (+) Larutan standar + r. Biuret + diinkubasi : larutan biru jernih (++) Kepekatan larutan dari pekat samapi tidak pekat 5mg> 4mg> 3mg> 2mg> 1mg C (mg/ml) A 1 0, , , , ,205 Reaksi :

9 2. Penetapan absorbansi larutan blanko Sebelum : Aquades : tidak berwarna Reagen biuret : biru jernih Sesudah : Aquades + reagen biuret : biru jernih (+)

10 3. Penetapan absorbansi larutan sampel Sebelum : Sampel : tidak berwarna Reagen biuret : biru jernih Sesudah : Sampel + reagen biuret : biru jernih (+) Sampel + reagen biuret + diinkubasi : biru jernih (++) Sampel Absorbansi Sampel 1 0,053 Sampel 2 0,059 Sampel 3 0,054

11 ANALISIS DATA : Pada percobaan Penentuan Kadar Protein dengan Metode Biuret ini bertujuan untuk menentukan kadar proteinn yang ada pada sampel dengan menggunakan metode biuret. Pada percobaan ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan larutan standar yang bertujuan untuk standarisasi larutan yang dianalisis yang digunakan untuk pembuatan kurva standar. Hal ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan standar protein dengan kadar 1mg, 2mg, 3mg, 4mg dan 5mg per ml protein melalui pengenceran bertahap dengan larutan induk standar yang digunakan yaitu 10mg/ml. Volume yang digunakan dalam pengenceran bertahap ini adalah ebagai berikut : Mula-mula larutan induk protein 10 mg/ ml di buat menjadi larutan standar protein 5 mg/ml dengan perhitungan : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 10 mg/ml x V 1 = 5 mg/ml x 20 ml V 1 = 10 ml Setelah itu dilakukan pengenceran dari 5 mg/ml menjadi 4 mg/ml dengan perhitungan : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 5 mg/ml x V 1 = 4 mg/ml x 20 ml V 1 = 16 ml Setelah itu dilakukan pengenceran dari 4 mg/ml menjadi 3 mg/ml dengan perhitungan : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 4 mg/ml x V 1 = 3 mg/ml x 20 ml V 1 = 15 ml

12 Setelah itu dilakukan pengenceran dari 3 mg/ml menjadi 2 mg/ml dengan perhitungan : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 3 mg/ml x V 1 = 2 mg/ml x 20 ml V 1 = 13,3 ml Setelah itu dilakukan pengenceran dari 2 mg/ml menjadi 1 mg/ml dengan perhitungan : M 1 x V 1 = M 2 x V 2 2 mg/ml x V 1 = 1 mg/ml x 20 ml V 1 = 10 ml Setelah itu larutan standar protein tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 4 ml reagen biuret dan dikocok. Fungsi penambahan biuret pada larutan untuk menghasilkan warna ungu karena Cu 2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein. Setelah itu diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit dan diinkubasi lagi pada suhu ruang selama 10 menit sampai warna ungu yang terbentuk stabil dan sempurna. Fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini adalah terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Dari pengukuran didapatkan : C (mg/ml) A 1 0, , , , ,205 Berdasarkan absorbansi dari UV Vis diperoleh persamaan y = 0,0395 x + 0,02942 dengan nilai regresi R 2 = 0, Sedangkan dari excel diperoleh persamaan y = 0,040 x + 0,014 dengan nilai regresi R² = 0,983.

13 Absorbansi Kurva Larutan Standar Protein y = x R² = absorbansi Linear (absorbansi) Konsentrasi Tahap kedua adalah penetapan absorbansi larutan blanko. Pada percobaan ini dilakukan seperti halnya pada pembuatan larutan standar. Tapi disini digunakan aquades sebagai pengganti larutan standar protein. Setelah itu ditambah 4 ml reagen biuret dan dikocok. Larutan menjadi biru jernih. Lalu diinkubasi Setelah itu diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit dan diinkubasi lagi pada suhu ruang selama 10 menit. Fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini adalah terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Diperoleh absorbansi 0,003. Tahap ketiga adalah penetapan absorbansi larutan sampel. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui absorbansi larutan sampel dan membandingkannya dengan absorbansi yang diperoleh dari larutan standar untuk mengetahui konsentrasi sampel. Percobaan ini dilakukan seperti halnya pada pembuatan larutan standar dan penetapan absorbansi larutan blanko. sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah itu diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit dan diinkubasi lagi pada suhu ruang selama 10 menit sampai warna ungu yang terbentuk stabil dan sempurna. Fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini

14 adalah terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Dan diperoleh : Sampel Absorbansi Sampel 1 0,053 Sampel 2 0,059 Sampel 3 0,054 Dari absorbansi yang diperoleh. Dapat diketahui konsentrasi sampel Diperoleh persamaan regresi linier : Sampel 1 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel) 0,053 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,067 = 0,040x x = 1,675 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 2 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel) 0,059 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,073 = 0,040x x = 1,825 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 3 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel) 0,054 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,068 = 0,040x x = 1,700 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Kemudian dirata-rata hasil konsentrasi (x) yaitu :

15 (1,675 mg/ml + 1,825 mg/ml + 1,700 mg/ml)/3 = (5,2mg/ml)/3 = 1,733 mg/ml Jadi rata-rata konsentrasi protein yang diperoleh adalah 1,733 mg/ml. PEMBAHASAN : Tahap pertama yaitu pembuatan larutan standar yang bertujuan untuk standarisasi larutan yang dianalisis yang digunakan untuk pembuatan kurva standar. Hal ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan standar protein dengan kadar 1mg, 2mg, 3mg, 4mg dan 5mg per ml protein melalui pengenceran bertahap dengan larutan induk standar yang digunakan yaitu 10mg/ml. Kami menduga bahwa larutan yang digunakan sebagai standar tersebut merupakan Bovine Serum Albumin (BSA) atau dalam dunia industri biasa disebut Probumin. Dalam bentuk padatan berwarna hijau muda dan jika dalam larutan berwarna kuning-jingga (diperoleh dari data MSDS)(Terlampir). BSA biasa digunakan dalam berbagai penelitian sebagai larutan protein standar yang telah kami buktikan dengan pembacaan berbagai Jurnal penelitian tentang uji kadar Protein dengan metode Biuret. Salah satunya adalah jurnal berjudul Protein Biji Kelor Sebagai Bahan Aktif Penjernihan Air. Tujuan pdilakukannya penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa biji kelor bias digunakan sebagai bio-koagulan karena mengandung protein bermuatan positif yang dapat berperan sebagai kation polielektrolit dan penting dalam agen bio-koagulan. Dalam bagian metode penelitian bagian 2 yaitu untuk menentukan Konsentrasi Protein Biji Kelor, telah disampaikan bahwa disiapkan larutan stok BSA dengan melarutkan 10 mg BSA + 3 tetes NaOH 1 N, kemudian ditambah akuades sampai 10 ml. dalam penjelasan tersebut dapat dinyatakan bahwa larutan BSA bekerja dalam keadaan basa. Hal tersebut parallel dengan Reagen Biuret yang bekerja pada keadaan basa juga. Kemudian dilakukan pembacaan absorbansi pada larutan standar BSA, didapatkan hasil persmaan garis :

16 Dari hasil gaaris yang diperoleh tersebut kami sepakat untuk memberikan komentar yang bernada membangun yaitu : 1. R 2 =0,9205 yang dihasilkan tidak mematuhi standar Nasioanal yaitu kira-kira 0, Seharusnya pembuatan kurva standar BSA dilakukan mulai dari Konsentrasi=0, sedangkan data penelitian dibuat tidak melalui konsentrasi=0 melainkan langung dari konsentrasi 125 ppm Warna yang dihasilkan dari larutan standar berbagai konsentrasi tersebut mempunyai warna biru namun dengan kepekatan warna yang berbeda-beda. Warna biru tersebut terjadi dikarenakan terbentuknya suatu kompleks Cu dengan ikatan Peptida dari asam amino protein saat ditambahkan Reagen Biuret. Reagen Biuret sendiri dibuar dari : CuSO 4 memberikan kompleks berwarna KOH memberikan suasana basa (mengubah Cu 2+ Cu + ) KNaC 4 H 4 O 6 (Kalium Natrium Tartrat) untuk menstabilkan kompleks ion Cu 2+ Agar kompleks tersebut stabil, maka ditambahkanlah KNaC 4 H 4 O 6 (Kalium Natrium Tartrat). Dan juga ditambahkan KOH sebagai pemberi suasana basa. Suasana basa ini diharapkan dapat mengubah bilangan oksidasi (biloks) Cu (mengubah Cu 2+ Cu + ). Perubahan Cu 2+ menjadi Cu + adalah terjadinya transisi

17 elektronik dimana 1e lepas dari Cu 2+, untuk melepaskan electron dibutuhkan energy radiasi sebesar (hv) yang artinya terjadi proses absorbsi energy (hv) ke tingkat yang lebih tinggi. Energy yang diperoleh ini dapat diperoleh dari pemansan dengan tingkat dimana asam amino dalam protein tidak mengalami denaturasi. Setelah itu Cu + yang dibentuk dari Cu 2+ dapat mengalami proses emisi yang artinya melepaskan e dan energy radiasi sebesar (hv). Terjadinya emisi ini yang memunculkan panjang gelombang sesuai menuju keadaan dasarnya (steady state) asal mula terbentuknya warna pada larutan (contohnya : warna biru pada larutan yang ditambahakn reagen Biuret). Panjang gelombang ( ) maksimal 540 nm adalah Panjang gelombang Larutan ion Cu 2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein sehingga menghsilkan warna ungu dengan absorbansi. Namun Untuk reagen biuret, dalam data MSDS dari CAROLINA yang kami dapatkan ada beberapa tambahan zat yang jumalahnya sangat kecil (dalam keadaan trace) namun juga mempengaruhi yaitu Kalium Iodida (KI) dan juga EDTA. Kami telah mencari fungsi keduanya dari berbagqi sumber dan ternyata keduanya berfungsi unutk memperkuat kompleks antara logam Cu dan Ikatan Peptida. Lebih spesifiknya KI untuk meghambat terjadinya proses oksidasi pada Cu dikarenakan tingakt oksidasi pada KI lebih besar dari Cu, sehingga yang teroksidasi dahulu adalah KI bukan Cu. Sementara itu EDTA digunakan untuk menyetabilkan ikatan dikarenakan memiliki pasangan electron yang banyak biasa disebut ligan polidentat. Sehingga keduanya saling menguatkan atau dengan kata lain menyetabilkan ikatan antara Cu dan peptide. Kemudian fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini adalah terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Yang lebih utamanya adalah untuk benar-benar memastikan bahwa terjadi ikatan Cu dan ikatan Peptida yang Mantap (stabil). Dengan reaksi sebagai berikut :

18 Dengan produl reaksi yang dihasilkan dapat diperkirakan bahwa Cu yang diharapkan adalah dalam bentuk Cu +. Dengan bentuk orbital box dengan system d9 maka didapatkan gambar sebagai berikut : Jika Menjadi ion Cu + maka akan kehilangan 1e, sehingga didapatkan 2 orbital box yang tidak berpasangan, nantinya orbital box tersebut akan berikatan dengan O yang masing-masing O akan menyumbangkan 1e. sehingga nantinya akan terbentuk senywa kompleks dengan ligannya adalah asam amino (ikatan Cu- O). Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Dari pengukuran didapatkan : C (mg/ml) A

19 Absorbansi 1 0, , , , ,205 Berdasarkan absorbansi dari UV Vis diperoleh persamaan y = 0,0395 x + 0,02942 dengan nilai regresi R 2 = 0, Sedangkan dari excel diperoleh persamaan y = 0,040 x + 0,014 dengan nilai regresi R² = 0, Kurva Larutan Standar Protein 0.2 y = x R² = absorbansi Linear (absorbansi) Konsentrasi Digunakan hasil dari perhitungan Excel diakrenakan pada hasil pembacaan Absorbansi pada Spektrofotometer UV-Vis tidak dimulai dari sumbu 0 (nol). Tahap kedua adalah penetapan absorbansi larutan blanko. Pada percobaan ini dilakukan seperti halnya pada pembuatan larutan standar. Tapi disini digunakan aquades sebagai pengganti larutan standar protein. Setelah itu ditambah 4 ml reagen biuret dan dikocok. Larutan menjadi biru jernih. Lalu diinkubasi Setelah itu diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit dan diinkubasi

20 lagi pada suhu ruang selama 10 menit. Fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini seperti halnya pada Percobaan Tahap Pertama adalah agar terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Diperoleh absorbansi 0,003. Tahap ketiga adalah penetapan absorbansi larutan sampel. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui absorbansi larutan sampel dan membandingkannya dengan absorbansi yang diperoleh dari larutan standar untuk mengetahui konsentrasi sampel. Percobaan ini dilakukan seperti halnya pada pembuatan larutan standar dan penetapan absorbansi larutan blanko. sampel dimasukkan dalam tabung reaksi. Setelah itu diinkubasi pada suhu 41 o C selama 10 menit dan diinkubasi lagi pada suhu ruang selama 10 menit sampai warna ungu yang terbentuk stabil dan sempurna. Fungsi dilakukan inkubasi pada percobaan ini adalah terjadi penyesuaian larutan dan reaksi yang terjadi pada suhu tersebut. Lalu diukur absorbansi pada panjan gelombang 520 nm dengan alat spektrofotometer UV Vis. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Dan diperoleh : Sampel Absorbansi Sampel 1 0,053 Sampel 2 0,059 Sampel 3 0,054 Dari absorbansi yang diperoleh. Dapat diketahui konsentrasi sampel Diperoleh persamaan regresi linier : Sampel 1 x = 1,675 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 2 x = 1,825 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 3 x = 1,700 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Kemudian dirata-rata hasil konsentrasi (x) yaitu :

21 (1,675 mg/ml + 1,825 mg/ml + 1,700 mg/ml)/3 = (5,2mg/ml)/3 = 1,733 mg/ml Jadi rata-rata konsentrasi protein yang diperoleh adalah 1,733 mg/ml. kami menduga bahwa sampel protein yang kami digunakan dalam prsktikum kami adalah sampel dari telur. Telur merupakan bahan pangan hasil ternak ungags yang memiliki sumber protein hewani yang memilki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi. King ori (2012) menjelaskan bahwa putih telur merupakan salah satu bagian sebuah telur utuh yang mempunyai persentase sekitar 58-60% dari berat telur itu dan mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan kental dan lapisan encer. Pemansan pada telur dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi. Pasteurisasi ini adalah suatu cara pemanasn dengan suhu dibawah 60 o selama kurang lebih 5 menit untuk menghambat pertumbuhan bakeri patogen pada telur. Jadi proses inkubasi pada percobaan ini selain pemantapan ikatan peptide dan Cu juga diharapkan sama dengan proses pasteutisasi untuk membunuh bakteri yang ada agar tidak mengganggu pembacaan absorbansi.

22 KESIMPULAN : 1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan penambahan biuret pada larutan untuk menghasilkan warna ungu karena Cu 2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein. Dengan reaksi : 2. Berdasarkan absorbansi dari UV Vis diperoleh persamaan y = 0,0395 x + 0,02942 dengan nilai regresi R 2 = 0, Sedangkan dari excel diperoleh persamaan y = 0,040 x + 0,014 dengan nilai regresi R² = 0,983. Dengan menggunakan Data Persamaan garis dari Excel dan Metode Biuret didapatkan konsentrasi protein rata-rata = 1,733 mg/ml

23 Absorbansi JAWABAN PERTANYAAN : 1. Buatlah kurva standar konsentrasi vs absorbansi. Dengan bantuan kurva standar tersebut tentukan kadar protein sampel! Kurva Larutan Standar Protein y = x R² = absorbansi Linear (absorbansi) Konsentrasi Perhitungan : Diperoleh persamaan regresi linier : Sampel 1 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel) 0,053 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,067 = 0,040x x = 1,675 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 2 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel)

24 0,059 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,073 = 0,040x x = 1,825 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Sampel 3 y = 0,040x 0,014 ( misal y adalah absorbansi sampel) 0,054 = 0,040x 0,014 0, ,014 = 0,040x 0,068 = 0,040x x = 1,700 mg/ml ( x adalah konsentrasi sampel) Kemudian dirata-rata hasil konsentrasi (x) yaitu : (1,675 mg/ml + 1,825 mg/ml + 1,700 mg/ml)/3 = (5,2mg/ml)/3 = 1,733 mg/ml 2. Apakah peptida akan memberikan reaksi positif terhadap reaksi biuret? jika benar demikian, bagaimana menentukan kadar protein yang tercampur dengan peptida? Ya, karena Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu 2+ akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang dapat diidentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasarnya mempunyai jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat. DAFTAR PUSTAKA : Anna Poedjiadi, Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta. Lehninger AL Dasar Dasar BiokimiaJilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. TIM Dosen Perangkat Pembelajaran Biokimia Petunjuk Praktikum (Karbohidrat, Lipid, Protein). Surabaya: Unesa Press.

25 LAMPIRAN Bahan Larutan standar Larutan sampel dan blanko

26

27

28 Jurnal Yang Digunakan

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias

Lebih terperinci

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas

Lebih terperinci

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN IV PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN UJI BIURET OLEH : NAMA : NURSAN STAMBUK : F1C1 13 028 KELOMPOK ASISTEN : IV : WAODE NURFIARNI SAADAH LABORATORIUM BIOKIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN. LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN Hari/ Tanggal Percobaan : Selasa / 18 Mei 2010 Golongan/ Kelas : I / FKK 2010 Dosen Pembimbing : Muthi Ikawati,M,Sc.,Apt Asisten

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL DOSEN PEMBIMBING : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) PENETAPAN KADAR GULA DARAH 1. Dr. rer.nat Mardyanto, M.Si, Apt.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM IV METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : SERI RAYANI (78) T BARLIAN Tgl Praktikum : Oktober Tujuan Praktikum :. Memahami pengertian dan fungsi spektrofotometri.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN Nama : Ade Tria NIM : 10511094 Kelompok : 4 Shift : Selasa Siang Nama Asisten : Nelson Gaspersz (20512021) Tanggal Percobaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Menentukan kadar besi dalam sampel air sumur secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA. PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA. PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL DENGAN TEKNIK SPEKTROFOTOMETER UV-VIS Disusun Oleh : Nama : Fauzia Budi Mariska NIM : 12312241038 Prodi : Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI TITRASI KOMPLEKSOMETRI I. TUJUAN a. Menstandarisasi EDTA dengan larutan ZnSO 4 b. Menentukan konsentrasi larutan Ni 2+ c. Memahami prinsip titrasi kompleksometri II. TEORI Titrasi kompleksometri adalah

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER)

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER) Laporan praktikum biomedik 3 BM 506 METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER) Kelompok : Melya susanti Sunarti Hari/tanggal : Selasa, 17 maret 2015 TUJUAN PRAKTIKUM i) Mengerti

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963)

Gambar 1. Struktur Telur (Romanoff dan Romanoff, 1963) TINJAUAN PUSTAKA Struktur dan Komposisi Telur Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein yang terdapat pada telur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi 30 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di laboratorium Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi dan Mikrobiologi

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2010 di Area Perlindungan Laut Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. BAB 3 PERCOBAAN Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan. 3.1 Bahan Buah jeruk nipis, belimbing, jeruk lemon, vitamin C baku (PPOMN),

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis AKTA KIMIA INDONESIA Akta Kimindo Vol. 2(1), 2017: 52-57 Penentuan Kadar Besi selama Fase Pematangan Padi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Dianawati, N 1 ; R. Sugiarso, R. D 1(*) 1 Jurusan Kimia, FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV. : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri) LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK IV Nama : Amirul Hadi Ichwan Alamsyah Lubis Group : Pagi ( 08.00 12.00 Wib ) Judul Praktikum : Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri) Tgl Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer) Nama : Kirana Patrolina Sihombing : Zakirullah Syafei Tanggal praktikum : 10 Maret 2015 Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer) Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum Lampiran Lampiran I. Rancangan Percobaan Sampel 2 macam Laaitan standar formaldehid Persiapan sampel dengan berbagai variasi suhu (50,6O,7O,8O,9O,dan 100 V Penentuan waktu kestabilan warna y V Penentuan

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Piridoksin 2.1.1 Uraian Umum Piridoksin Rumus bangun : CH 2 OH OH CH 2 OH CH 3 N. HCl Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak kurang dari

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang * ANALISA KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK SUSU KACANG TOLO (Vigna unguiculata) DAN SUSU KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L) YANG DI KOMBINASI DENGAN KACANG KEDELAI Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI

LAPORAN KIMIA ANALITIK KI Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 3121 Percobaan modul 3 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI Nama : Imana Mamizar NIM : 10511066 Kelompok : 5 Nama Asisten : Fatni Rifqiyati Tanggal Percobaan : 1 November 2013 Tanggal Pengumpulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN

BAB IV. HASIL PENELITIAN 21 menit pada temperatur ruang. Setelah diinkubasi ditambahkan 200 µl Folin, kemudian campuran dinkubasi selama 30 menit pada temperatur ruang, kemudian diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci