BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri perunggasan di negara tropis seperti di Indonesia membawa berbagai kendala yang kompleks. Masalah penyakit dalam industri perunggasan merupakan gangguan dan ancaman yang serius. Kerugian yang ditimbulkan oleh gangguan penyakit pada usaha peternakan tidak hanya kematian, tetapi juga pertumbuhan lambat, produksi telur yang menurun bahkan terhenti sama sekali. Program biosekuriti dalam tata laksana peternakan merupakan suatu hal yang harus dijalankan. Program ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam karena tidak satupun program pencegahan penyakit yang dapat bekerja dengan baik tanpa penerapan program biosekuriti. Pelaksanaan biosekuriti meliputi kegiatan sanitasi kandang, desinfeksi, vaksinasi, pengelolaan waste product, dan isolasi hewan yang sakit. Eratnya hubungan antara penyakit dengan lingkungan, menyebabkan pelaksaan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam tata laksana peternakan ayam. Pelaksaan program biosekuriti memiliki tiga komponen dasar yang harus diperhatikan yaitu mencegah masuknya agen penyakit, mencegah penyebaran agen infeksi, dan menjaga kesehatan ayam (vaksinasi dan manajemen kandang). Penerapan biosekuriti diharapkan dapat menciptakan kondisi lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, menghambat dan mengendalikan penyakit, serta 1

2 menghasilkan output yang unggul dari segi produktivitas dan performance (Kusumawati, 2011). Menurut Winkel (1997) biosekuriti merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Keberhasilan program biosekuriti tergantung dari cara pelaksanaannya. Wabah penyakit dapat masuk peternakan karena pelaksanaan biosekuriti yang tidak dilakukan dengan baik.teknik biosekuriti juga berperan penting dalam keberhasilan program tersebut di peternakan layer. Berdasarkan pemaparan di atas penulis merasa tertarik melakukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pelaksanaan biosekuriti dalam peternakan ayam periode layer sebagai materi tugas akhir karena pelaksanaan biosekuriti merupakan ujung tombak suksesnya peternakan tersebut menghadapi bahaya serangan wabah penyakit yang ada di wilayah sekitar kandang. Pengetahuan tentang penerapan biosekuriti yang baik diharapkan dapat memperbaiki sistem pemeliharaan ayam yang dilakukan sebelumnya sehingga ayam yang dipelihara lebih sehat dan angka kematiannya rendah. 2

3 Tujuan Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui, mengamati, dan mengevaluasi pelaksanaan program biosekuriti di peternakan ayam petelur PT. Januputra Sejahtera Farm Srunen, Cangkringan, Sleman. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah penulis dapat memahami pentingnya penerapan biosekuriti dalam suatu peternakan, sehingga pelaksanaan pemeliharaan unggas dapat berjalan secara optimal. 3

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Biosekuriti Biosekuriti merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare) (Winkel, 1997). Dalam tata laksana usaha peternakan ayam program biosekuriti merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program biosekuriti sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan efektif dalan mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosekuriti (Hadi 2001). Evaluasi terhadap biosekuriti pada peternakan yang sedang berjalan merupakan hal yang penting dalam mengembangkan program yang efektif untuk mencegah penyakit masuk ke dalam kompleks peternakan atau membatasi penyebarannya diantara beberapa kandang.keberhasilan program biosekuriti menyangkut pemahaman mengenai prinsip-prinsip epidemiologi dan ekonomi serta memerlukan kerja kelompok (team-work) untuk memberikan keuntungan yang maksimal. Program biosekuriti memerlukan pendekatan yang berstruktur menyangkut langkah-langkah sebagai perencanaan, penentuan lokasi sumber daya, implementasi (pelaksanaan), pengendalian (pengawasan). Keempat langkah tersebut hendaknya menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi suatu program 4

5 biosekuriti yang bersifat luas (komprehensif) pada perusahaan pembibitan atau kompleks peternakan komersial. Menurut Simon (1998) komponen biosekuriti meliputi suatu hierarkhi dengan tiga tingkatan yang masing-masing berpengaruh terhadap biaya dan keefektifan seluruh program. Biosekuriti Konseptual adalah tingkat pertama, merupakan basis dasar dari seluruh program pencegahan penyakit. Biosekuriti konseptual meliputi pemilihan lokasi usaha peternakan disuatu daerah spesifik untuk memisahkan jenis/umur unggas, mengurangi kepadatan ternak (biodensity), dan menghindari kontak dengan burung atau unggas yang hidup bebas (Simon 1998). Biosekuriti Struktural adalah biosekuriti tingkat kedua meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tataletak (layout) peternakan, pemasangan pagar, pembuatan saluran pembuangan (drainase), jalan-jalan yang dapat dilalui untuk segala cuaca (Simon 1998). Biosekuriti operasional adalah tingkat ketiga, terdiri atas prosedur manajemen dan rutin yang dimaksudkan untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi di dalam kompleks atau perusahaan peternakan (Simon 1998). Anonym (2010), menambahkan ada tiga konsep pendukung biosekuriti yang lainnya yaitu isolasi, pengaturan lalu lintas, dan sanitasi (pembersihan & desinfeksi). Isolasi Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm dan menyebar keluar dari 5

6 farm. Manajemen peternakan (manager/pemilik farm) sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran/ penularan penyakit) dan kotor (wilayah yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya). Contoh penerapan isolasi lainnya yaitu penetapan akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke area farm, penerapan one age farming (peternakan satu umur) pada farm ayam layer atau penerapan pemeliharaan ayam broiler system all in all out. Pengaturan lalulintas Pengaturan lalulintas orang, peralatan, barang atau kendaraan tamu bertujuan agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam peternakan. Pengaturan lalu lintas ini harus dapat mengatur kapan DOC/ bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan), litter/ sekam, kotak telurmasuk kedalam farm. Selain itu juga harus dapat mengatur bagaimana penangan atau pengeluaran bangkai ayam, litter keluar dari lingkungan kandang serta kapan ayam harus di panen atau afkir. Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep ke dua ini. Menurut Ritonga (2008) penanganan lalulintas perlu dilakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap peralatan dan kendaraan yang akan masuk kedalam kandang, dan dihindari terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar farm. Orang yang tidak berkepentingan di dalam kandang dilarang masuk ke kandang. Sopir, salesman,atau petugas lainnya sebaiknya ganti pakaian khusus dan dilakukan penyemprotan sebelum masuk ke area kandang. 6

7 Sanitasi (pembersihan dan desinfeksi) Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi. Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi/ penyemprotan kandang menggunakan desinfektan. Tindakan sanitasi tidak hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja/tamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki (sandal/ sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, mencelupkan alas kaki dalam desinfektan (Antisep, Medisep). Desinfeksi dilakukan secara menyeluruh terhadap orang, peralatan, sumber air, dan material lain yang akan memasuki kandang. Desinfeksi tempat pakan, tempat minum, dan kotoran dilakukan setiap hari (Ritongga, 2008). Vaksinasi Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam. Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi immunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang, oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi 7

8 faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan. Tidak semua vaksin efekstifitasnya sama. Beberapa vaksin memberikan kekebalan yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain, reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Tetapi, kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan.virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya kurang efektif (Ritongga, 2008). Sanitasi Sanitasi merupakan tindakan pengendalian penyakit melalui kebersihan. Oleh karena itu, untuk memperoleh lingkungan yang bersih, higienis, dan sehat maka tindakan sanitasi harus dilaksanakan secara teratur (Sudarmono, 2003). Sanitasi merupakan berbagai kegiatan yang meliputi penjagaan dan pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan dan perlengkapan kandang, penglola kandang, serta orang dan kendaraan yang keluar-masuk komplek perkandangan (Suprijatna dkk.,2005). Menurut Mulyatini (2010), sanitasi adalah cara yang digunakan dalam memberantas atau mengontrol mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap kesehatan ternak. Sanitasi lingkungan Sasaran utama bagi sanitasi lingkungan ini meliputi seluruh kandang dan segala peralatannya, misalnya gudang makanan dan gudang telur parit yang ada di 8

9 sekitar kandang dan gudang. Setelah kandang di kosongkan karena ayam di afkir, kandang tersebut harus segera di cuci, dan selanjutnya didesinfeksi. Sanitasi petugas Petugas adalah mereka yang bekerja di kandang, yang sehari-harinya berhubungan langsung dengan ayam, baik untuk melakukan perawatan terhadap ayam, pengelolaan kandang, penanganan terhadap produksi telur dan sebagainya.sebelum petugas mengawali pekerjaanya di kandang, mereka harus dalam keadaan higienis, bebas kuman. Hal hal yang perlu diperhatikan agar petugas bebas kuman adalah Sebelum petugas masuk ke dalam kandang,alas kaki harus dicelupkan ke dalam larutan desinfektan yang sudah disediakan di depan pintu kandang, Petugas tidak dibenarkan berpindah-pindah dari kandang satu ke kandang lain, terutama pada kelompok-kelompok ayam dengan umur yang berbeda, Petugas harus mengenakan pakaian harian kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi ayam dan kandang dari penyakit luar. Sanitasi terhadap ayam Sasaran sanitasi bukan hanya terbatas pada kandang dan peralatan serta petugasnya, tetapi kelompok ayam yang dikelola juga harus mendapat perlakuan sanitasi. Upaya sanitasi terhadap kelompok ayam ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Ayam-ayam yang sakit segera di pindahkan dari kelompoknya, dan ditempatkan di kandang isolasi untuk mendapatkan penanganan khusus. 9

10 b. Ayam-ayam yang mati, bangkainya harus segera dibasmi dengan dibakar dalam krematorium (Sudarmono,2003). Desinfeksi Penghapushamaan (dekontaminasi) dapat diartikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan atau peralatan (Shane,1997). Salah satu kegiatan dekontaminasi yang dapat dilaksanakan adalah dengan cara desinfeksi. Menurut Shane (1997) desinfeksi adalah kegiatan menghancurkan organisme patogenik. Dekontaminasi yang menyeluruh diperlukan untuk mencapai desinfeksi yang efektif.program pembersihan membutuhkan perencanaan yang diikuti dengan implementasi dan pengawasan untuk memastikan persiapan yang memuaskan terhadap permukaan bagian alat sebelum dilanjutkan dengan pemberian desinfektan (Shane,1997). Dekontaminasi merupakan upaya untuk membersihkan seluruh bagian kandang dan peralatan dari kotoran-kotoran yang menempeldengan jalan mencuci bersih menggunakan detergen atau dengan mengapur dinding kandang sebagai persiapan desinfeksi kandang dan peralatan (Murtidjo,1995).Kegiatan desinfeksi ini menggunakan desinfektan. Desinfektan Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat memusnahkan mikroorganisme atau virus yang dalam keadaan tidak aktif, kecuali spora (Murtidjo,1992). Murtidjo (1995) berpendapat desinfektan merupakan bahan 10

11 kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora.preparat ini tersedia secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu.desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan digunakan untuk benda tidak hidup, misal : ruang operasi, kandang, alat-alat operasi dan sebagainya. Desinfeksi kandang setelah panen mempunyai beberapa tahapan. Menurut Ritonga (2008), tahapan desinfeksi kandang dilakukan dengan cara kotoran ayam diangkat dan sebaiknya langsung di tempatkan di luar kandang pada tempat khusus sebelum diambil pengepul kotoran ayam.seluruh peralatan kandang disingkirkan, tempat pakan dan minum direndam dengan desinfektan pada bak khusus, kemudian seluruh kandang disemprot dengan desinfektan yang dapat bekerja pada zat organik sehingga dapat membunuh kuman secara efektif pada kotoran.kandang kemudian dicuci dan dikeringkan.shane (1997) menambahkan larutan insektisida kerbamat 2% disemprotkan pada bagian langit-langit, dinding, dan lantai kandang untuk mengendalikan kumbang (Alphitobius spp). Macam desinfektan Bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi disebut dengan desinfektan. Ada beberapa jenis persenyawaan desinfektan yang tersedia secara komersial antara lain fenol, alkohol, halogen, logam berat, detergen aldehide, dan 11

12 kemolisator gas (Pelczar dan Chan 1988). Fenol adalah desinfektan derivat dari Phenol dan Kresol. Jenis ini dapat digunakan untuk beberapa macam keperluan karena efektif dan harganya murah. Fenol efektif terhadap jamur, virus, dan bakteri (Murtidjo,1992). Mekanisme kerjanya dengan cara mendenaturasikan protein dan merusak dinding sel (Pelczar dan Chan 1988). Kelebihan Fenol adalah tahan terhadap dampak hambatan dari sisa-sisa bahan organis. Biasanya digunakan untuk dinding kandang, peralatan kandang, kaki dan roda kendaraan, baik dengan rendaman maupun penyemprotan.kelemahannya bersifat toksik pada manusia dan ternak (Murtidjo, 1992). Alkohol efektif terhadap bakteri, jamur, dan virus.kerja bakterisidalnya tergantung pada jumlah kandungan airnya. Kerja alkohol sangat cepat, sebagai contoh Micobacterium sudah mati dalam satu menit. Kelemahan alkohol tidak cocok untuk desinfeksi sempurna, karena spora tidak dapat dimusnahkan oleh alkohol, misalnyapadaalat-alat. Mekanisme kerjanya dengan mendenaturasikan protein, mengganggu sistem dan proses enzim (Mutschler, 1991). Halogen merupakan sintesi dari Iodium dan zat organis. Desinfektan ini efektif terhadap bakteri gram positif maupun negatif, virus, dan jamur. Halogen dapat digunakan untuk sanitasi telur, inkubator, pembersihan kandang ayam, dan rumah potong ayam. Kelebihanyatidak menyebabkan keracunan pada ternak (Murtidjo, 1992). Keluarga halogen beranggotakan unsur-unsur Flour, Klor, Brom dan Iodium. Senyawa yang sering digunakan adalah Iodium dan Klor (Pelczar dan Chan, 1988). 12

13 Klor termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus, dan jamur dalam waktu relatif singkat (Murtidjo, 1995). Tjay dan Rahardja (2002) menyebutkan klor juga efektif terhadap sebagian besar spora. Persenyawaan klor digunakan untuk menghilangkan hama pada air minum (Mutscler, 1991). Klor bekerja dengan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein sel bakteri (Siswandono dan Soekardjono, 1995). Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia (Murtidjo, 1995). Iodium merupakan salah satu zat bakterisid terkuat (Tjay dan Rahardja, 2002). Zat ini efektif terhadap segala macam bakteri, spora, cendawan dan virus (Mutschler, 1991). Mekanisme kerjanya dengan mendenaturasi protein (Tjay dan Rahardja, 2002). Siswandono dan Soekardjono (1995) menganjurkan kegunaan desinfektan ini untuk desinfeksi kulit. Detergen adalah desinfektan dengan aktifitas permukaan. Desinfektan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu senyawa anionaktif dan kationaktif. Zat anionaktif merupakan zat yang bagian molekulnya mengandung gugus lipofil dan hidrofil bermuatan negatif. Menurut Tjay dan Rahardja (2002), zat-zat ini banyak digunakan sebagai bahan shampoo, karena memiliki khasiat bakteriostatis terhadap bakteri gram positif, sedangkan terhadap bakteri gram negatif tidak aktif. Contoh zat anionaktif antara lain sabun, bahan pembersih sintesik. Zat kationaktif disebut juga ammonium kuartener. Molekul aktifnya bermuatan positif. Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini 13

14 bersifat bakterisid dan fungisid kuat sedangkan terhadap spora dan virus kurang aktif. Aktifitasnya dihentikan oleh zat-zat anionaktif, termasuk sabun dan dikurangi oleh zat organis, khususnya protein, nanah, dan logam (Tjay dan Rahardja, 2002). Desinfektan tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat (Murtidjo,1995). Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifatracun yang tinggi. Mekanisme kerja senyawa ini dengan denaturasi protein dan modifikasi dinding dan/ataumembran sitoplasma (Murtidjo,1992). Aldehide merupakan salah satu dari antimikrobial yang sangat efektif. Aldehide efektif terhadap semua mikroorganisme kecuali spora bakteri. Desinfektanini bekerja dengan memecah ikatan halogen dan mendenaturasi protein. Formaldehide atau formalin adalah salah satu persenyawaan spesifiknya (Pelczar dan Chan, 1988). Keunggulan dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan dari senyawa ini adalah sifat racun yang tinggi, sehingga digunakan dengan hati-hati (Murtidjo, 1995). Formaldehide bersifat merangsang DNA baunya tajam (Mutschler, 1991). Kemosterilisator gas merupakan suatu desinfektan yang digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak dapat disterilkan dengan kemosterilisator cairan. Bahan-bahan tersebut antara lain alatsuntik, tabung reaksi, cawan petri, dan pipet. Zat yang biasa digunakan sebagai kemolisator gas adalah etilenokside. 14

15 Senyawa ini dapat mematikan semua bentuk kehidupan pada benda dan udara. Mekanisme kerja dengan menginaktivkan enzim. Kelemahannya adalah mudah terbakar, dapat meledak dalam bentuk murni, dan bekerja lambat (Pelczar, 1988). 15

16 BAB III MATERI DAN METODE Materi Materi yang digunakan dalam penulisan adalah semua kegiatan, sarana dan objek sanitasi dan desinfeksi di PT. Januputra Sejahtera Farm beralamat di Srunen, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta selama tujuh hari, mulai tanggal 27 April sampai 2 Mei. Metode Metode yang digunakan adalah studi-kerja secara aktif. Data diperoleh dari mengikuti pelaksanaan program biosekuriti, yaitu sanitasi dan desinfeksi. Pengamatan kandang yang meliputi tentang tata letak kandang, kepadatan ternak, pembuatan saluran pembuangan. Wawancara secara langsung dengan pekerja kandang dan petugas pengawas kandang di PT. Januputra Sejahtera Farm. 16

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Biosekuritas Sanitasi lingkungan Upaya penjagaan kebersihan lingkungan kandang di PT. Januputra Sejahtera Farm sudah cukup baik, akan tetapi masih banyak terdapat rumput yang tumbuh disekitar kandang. Fadilah dan Polana (2005) menjelaskan, salah satu program sanitasi adalah menjaga kebersihan kandang dan sekitarnya. Selokan yang ditumbuhi rumput merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan yang kurang baik, karenanya rumput yang tumbuh dapat menghalangi aliran air dan dapat menjadi sarang nyamuk dan lalat karena rumput yang dibiarkan tumbuh tanpa dipotong. Nyamuk dan lalat dapat menjadi agen pembawa penyakit. Gambar 1.Kondisi rumput di PT. Januputra Sejahtera Farm 17

18 Pembersihan rumput seharusnya dilakukan setiap rumput terlihat mulai tinggi. Pihak PT. Januputra Sejahtera Farm kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga banyak lalat dan nyamuk menghinggapi rumput yang tinggi di sekitar kandang. Pihak PT. Januputra Sejahtera Farm melakukan penyemprotan rumput hanya dilakukan dua kali dalam satu bulan. Sanitasi peralatan Sistem pembersihan peralatan kandang dilakukan satu minggu sekali. Cara yang dilakukan dalam pembersihan peralatan ini dilakukan dengan menggunakan air sumur. Peralatan makan dan minum dibersihkan pada bagian luar dengan menggunakan lap khusus, sedangkan bagian dalam dibersihkan dengan soda api atau coustic soda (NaOH) pada saat pengosongan kandang. Menurut Shane (1997), peralatan dilepas bagian-bagiannya dan dikeluarkan dari kandang untuk kebersihan. Pembersihan tempat pakan dan minum dilakukan di halaman kandang. Namun, di PT. Januputra Sejahtera Farm pembersihan tempat pakan dilakukan di dalam kandang. Gambar 2.Pembersihan tempat minum 18

19 Pembersihan tempat minum ini dilakukan dengan mengalirkan air dari ujung pipa sampai air yang keluar tampak bersih. Pembersihan tempat pakan di PT. Januputra Sejahtera Farm dilakukan setelah ayam diafkir. Hal ini dimaksudkan untuk menghidari pakan yang basah, menghindari agar ayam tidak terkena air dan bahan yang bisa membahayakan kesehatan ayam. Pembersihan limbah Pembersihan limbah meliputi pembersihan kotoran dan ayam mati. Pembersihan kotoran dalam kandang di PT. Januputra Sejahtera Farm dilakukan dengan cara penyapuan kandang oleh petugas selama dua kali dalam satu hari. Pembersihan kotoran di luar kandang atau di bawah kandang dilakukan setelah proses untuk pengolahan pupuk selesai. Proses pengolahan pupuk ini dilakukan selama satu minggu. Menurut Fadilah (2005), limbah dapat membawa agen penyakit dari periode sebelumnya. Bibit penyaki tmenular biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, fungi, protozoa, parasit, serangga, atau tikus. Gambar 3. Proses pengolahan limbah 19

20 Penanganan limbah ayam mati di PT. Januputra Sejahtera Farm sampai saat ini masih sering terlupakan, ayam yang mati hanya dibuang begitu saja padahal ini merupakan sumber penyakit dan pencemaran lingkungan. Menurut Mulyantini (2010), metoda penanganan ayam mati di industry perunggasan yaitu dengan cara dikubur dan dibakar. PT. Januputra Sejahtera Farm dalam menangani hal ini belum bisa dikatakan baik karena ayam yang mati hanya dibuang begitu saja. Selain dibuang, di lingkungan kandang sering ditemukan ayam mati di dalam kandang dan hanya dibiarkan begitu saja sampai diambil oleh penduduk sekitar. Program isolasi untuk ayam yang sakit tidak ada, akan tetapi disediakan satu flok untuk ayam afkir. Sanitasi kandang Sanitasi kandang dilakukan setelah satu kali periode pemeliharaan ayam. Pelaksaan pembersihan kandang dimulai dengan sanitasi kering dan perbaikan. Sanitasi kering yang dilakukan diantaranya adalah membersihkan kotoran dalam kandang, menyapu dan membersihkan lingkungan kandang serta memperbaiki peralatan kandang yang kurang berfungsi dengan baik. Langkah selanjutnya yaitu melakukan pencucian kandang dengan metode sanitasi basah. Pertama dengan menyemprotkan air biasa bertekanan tinggi ke setiap sudut kandang yang bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel pada bagian kandang. Penyemprotan selanjutnya menggunakan air yang dicampur dengan detergen, yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa agen infeksi yang terdapat pada bagian kandang. Nuroso (2010) menjelaskan, pencucian basah tidak 20

21 harus memakai detergen, tetapi penggunaan detergen tetap dianjurkan. Pencucian basah dengan detergen lebih efektif untuk pembersihan kandang. Upaya sanitasi di PT. Januputra Sejahtera Farm sudah baik. Desinfeksi Desinfeksi lalu-lintas pengunjung Pada pintu masuk kandang (lalu-lintas pengunjung) di PT. Januputra Sejahtera Farm tidak tersedia semprot desinfektan. Tidak ada bak celup kaki pada pintu masuk kandang. Tempat parker berada di kawasan peternakan. Setiap kendaraan yang masuk ke area tidak didesinfeksi, hanya dicuci dengan air hujan yang menggenangi bak celup ban di pintu gerbang. Menurut Fadilah dkk (2007), desinfeksi lalu-lalang pengujung dilakukan di pintu gerbang peternakan. Fasilitas desinfeksi yang diperlukan di pintu gerbang yaitu penyemprotan dan bak celup untuk ban kendaraan, serta ruangan untuk sprayer, mandi, celup kaki, dan ganti pakaian. Selain itu, di luar kawasan peternakan juga dilengkapi tempat parker dan ruang tamu. Standarisasi fasilitas pintu gerbang di PT. Januputra Sejahtera Farm belum tersedia. Desinfektan yang digunakan bersifat tahan terhadap bahan organik, tidak bersifat korosif, dan tahan terhadap panas (Fadilah, 2007).Namun di PT. Januputra Sejahtera Farm tidak ada desinfeksi untuk lalu-lalang pengunjung, sedangkan menurut Fadilah (2007) biosekuriti di pintu gerbang suatu kawasan peternakan unggas merupakan salah satu titik awal keberhasilan peternakan. Hal 21

22 ini menujukan bahwa program biosekuriti lalu-lalang pengunjung di PT. Januputra Sejahtera Farm tidak baik. Desinfeksi kandang Desinfeksi kandang di PT. Januputra Sejahtera Farm dilakukan pada pagi hari, hal ini bertujuan untuk menghindari cuaca yang panas dan mengganggu proses bertelurnya ayam. Desinfektan yang digunakan di PT. Januputra Sejahtera Farm yaitu hanya menggunakan Mediasept dan air, sedangkan alatnya menggunakan sanchin (mesin diesel). Dosis yang digunakan satu liter Mediasept untuk 200 liter air. Mediasept adalah antiseptik dengan bahan aktif Benzalkonium Chlorida yang digunakan untuk desinfeksi kandang, peralatan kandang dan ruang hatchery. Menurut Murtidjo (1992), Benzalkonium tergolong mudah larut dalam air, daya cucinya tinggi, menghilangkan bau, dan tidak merusak kulit. Desinfektan ini dapat dipergunakan untuk merendam telur, sanitasi mesin tetas, kandang, dan peralatan kandang ayam. Tatalaksana desinfeksi di PT. Januputra Sejahtera Farm dilakukan pada saat ayam tetap berada di dalam kandang. Cara penyemprotan desinfektan tersebut yakni langsung mengenai ayam, menurut petugas bahan desinfektan tidak berbahaya apabila tertelan oleh ayam karena menurut petugas dapat menetralisir air dalam tubuh ayam. Kemudian untuk penyemprotan kandang dimulai dari kandang perflok sampai mengenai ayam. Penyemprotan ini menggunankan selang dan kompresor. Pada saat penyemprotan pekerja di PT. Januputra Sejahtera Farm 22

23 tidak menggunakan baju pelindung. Pekerja hanya menggunakan baju yang dikenakan sehari-hari dan hanya memakai alas kaki sandal. Pekerja juga tidak memakai masker. Pelaksanaan desinfeksi di PT. Januputra Sejahtera Farm dua kali dalam satuminggu. Menurut fadilah dkk (2007), penyemprotan kandang dan sekitarnya secara rutin (dua-tiga hari sekali) menggunakan desinfektan. Penyemprotan ini bertujuan membunuh atau menekan perkembangbiakan mikroorganisme yang ada disekitar kandang atau sekitar kandang. Namun pada saat penulis melaksanakan praktek kerja lapang di PT. Januputra Sejahtera Farm pelaksanaan desinfeksi kandang hanya dilakukan satu kali dalam satu minggu. Hal ini pelaksanaan desinfeksi belum maksimal. 23

24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Program biosekurity yang dilakukan di PT. Januputra Sejahtera Farm mulai tanggal 27 April sampai 2 Mei adalah desinfeksi dan sanitasi. Sanitasi yang dilakukan adalah sanitasi lingkungan, peralatan, dan limbah. Sanitasi tersebut belum memenuhi syarat karena masih ada rumput di sekitar kandang, penangan waste product hanya dibuang, dan pembersihan peralatan kandang masih dilakukan di dalam kandang. Desinfeksi yang dilakukan di PT. Januputra Sejahtera Farm hanya desinfeksi kandang, sedangkan untuk desinfeksi lalulintas pengunjung belum ada. Kesimpulan bahwa program biosekurity di PT. Januputra Sejahtera Farm sudah baik namun belum terlalu ketat. Saran Perlunya pedoman pelaksanaan program biosekurity yang tepat dan ketat di PT. Januputra Sejahtera Farm, sehingga penyebaran penyakit tidak akan meluas. Penanganan ayam mati di PT. Januputra Sejahtera Farm seharusnya dilakukan penguburan atau bisa dibakar supaya infeksi penyakit tidak meluas. Desinfeksi lalulintas seharusnya disediakan penyemprot dan bak celup untuk ban kendaraan, serta ruangan untuk sprayer, mandi, celup kaki, dan ganti pakaian. Desinfeksi petugas dan pengunjung dianjurkan menggunakan pakaian khusus 24

25 kandang untuk memasuki area kandang dan peralatan lain seperti sepatu boot, masker, dan sarung tangan agar meminimalkan kemungkinan penyebaran penyakit dari ternak ke manusia atau dari manusia ke ternak. 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN MAKALAH ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN Ditujukan untuk memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah : Mikrobiologi Dosen : Evi Roviati M. Si. S. Si. Di susun oleh : Khumaedullah Ajijul Edo Kuswanto Sri apriyanti TARBIYAH

Lebih terperinci

DESINFEKTANSIA DAN ANTISEPTIKA. Oleh : IMBANG DWI RAHAYU

DESINFEKTANSIA DAN ANTISEPTIKA. Oleh : IMBANG DWI RAHAYU DESINFEKTANSIA DAN ANTISEPTIKA Oleh : IMBANG DWI RAHAYU PENGERTIAN Desinfektansia : senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik patogen dikenakan pada jaringan tak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.

Lebih terperinci

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN 5 A. Latar Belakang LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/Permentan/OT.140/2/2014 TANGGAL: 24 Februari 2014 PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN Burung

Lebih terperinci

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant ASEPTIC DAN ANTISEPTIC FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant DEFINITION WHAT IS ASEPTIC? MEDICAL ASEPTIC SURGICAL ASEPTIC SOURCES OF INFECTION TOOLS AND MATERIALS HOST ENVIRONMEN T PERSONAL

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Berikut ini beberapa manfaat dan dampak positif perkembangan ilmu biologi :

Berikut ini beberapa manfaat dan dampak positif perkembangan ilmu biologi : Manfaat dan Bahaya Ilmu Biologi Manfaat Ilmu Biologi Berikut ini manfaat yang disumbangkan oleh biologi, antara lain : 1. Memberikan pemahaman lebih mendalam kepada diri seseorang yang dapat diterapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Lebih terperinci

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi

Lebih terperinci

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN 2014, No.262 4 A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TANGGAL: 24 Februari 2014 PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan Instalasi karantina hewan (IKH) adalah bangunan berikut peralatan, lahan dan sarana pendukung lainnya yang diperlukan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild Mallard (itik liar) yang secara naluriah masih memiliki sifat-sifat mengeram untuk menetaskan telurnya.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penetasan Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Ilmu Kesehatan Ternak Nomor Kode/SKS : 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas tentang kesehatan ternak, baik pada unggas maupun ternak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix) betina dengan tujuan utama menghasilkan telur konsumsi dan atau pemeliharaan

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran No.1018, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Pembibitan. Itik Lokal. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN

Lebih terperinci

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN 1 INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN PENGERTIAN Infeksi adalah proses ketika seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen/infeksius dan menyebabkan sakit. Nosokomial berasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2 No.1866, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Hewan. Penyakit. Pemberantasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

STERILISASI & DESINFEKSI

STERILISASI & DESINFEKSI STERILISASI & DESINFEKSI Baskoro Setioputro 6-1 Cara penularan infeksi : 1. Kontak Langsung, tidak langsung, droplet 2. Udara Debu, kulit lepas 3. Alat Darah, makanan, cairan intra vena 4. Vektor / serangga

Lebih terperinci

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI. DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. SANITASI DAN HYGIENE STERILISASI & DESINFEKSI DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc. dhinie_surilayani@yahoo.com STERILISASI Proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kondisi biosekuriti pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. Menurut Sugiyono (2016) metode

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba

2014, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tamba No.260, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN Budi Daya. Itik. Pedaging. Petelur. Pedoaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA ITIK PEDAGING DAN ITIK PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416 / MENKES / PER / 1990, tentang syarat-syarat kualitas air disebutkan bahwa air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Bakteri Udara Pada Rumah Sakit Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, karena hampir di setiap

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN Oleh: Siti Marwati Jurusan Penidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Pendahuluan Disadari atau tidak,

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN Kontrol

KUISIONER PENELITIAN Kontrol KUISIONER PENELITIAN Kontrol KAJIAN FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA SEKTOR 4 DI PROPINSI LAMPUNG Tanggal tanggal bulan tahun : - - Nomor Kuisioner : - Waktu mulai : Waktu

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS 1. Dosen melakukan rapat koordinasi dengan asisten terkait dengan rencana pelaksanaan praktikum Industri Ternak Unggas minimal 1 bulan sebelum

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga HANDOUT PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga MATERI PERKULIAHAN Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga 1. Dapur Usaha Boga

Lebih terperinci

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK 2014 PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK DIREKTORAT PERBIBITAN

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK

TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK TATALAKSANA PENETASAN TELUR ITIK SUGENG WIDODO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, BOGOR 16002 RINGKASAN Dengan melaksanakan tatalaksana penetasan telur itik secara baik akan didapatkan hasil yang maksimal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai bibit harus memenuhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS INSTALASI KARANTINA HEWAN UNTUK DAY OLD CHICK (DOC) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Salah satu limbah peternakan ayam broiler yaitu litter bekas pakai pada masa pemeliharaan yang berupa bahan alas kandang yang sudah tercampur feses dan urine (litter broiler).

Lebih terperinci

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS Anna Yuliana Program Studi S1Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA Sandy Saputra 05031381419069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci