BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak jatuh dari langit, tetapi diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat, (Damono, 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra dapat melahirkan kreativitas bagi pembaca. Seniman akan berusaha menciptakan sesuatu yang baru berbentuk kesenian lain, mengubah bentuk karya sastra menjadi karya yang baru dan berbentuk lain, sehingga karya sastra yang dibaca dan berbentuk tulisan bisa memunculkan sebuah karya seni berbentuk lain, seperti yang diungkapkan Sapardi Djoko Damono bahwa dalam perkembangan kegiatan kesenian, sudah sangat lumrah satu jenis kesenian mengambil kesenian lain sebagai sumbernya. (Damono, 2012:4). Alih wahana dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain yang diminati oleh masyarakat di dunia perfilman adalah alih wahana dari novel menjadi film. Novel dibaca dan dinikmati oleh seorang penikmat karya sastra dan seorang seniman yang mendalami seni perfilman, novel yang menggugah jiwa akan dikembangkan dan dialihwahanakan menjadi kesenian lain. Novel yang dialihwahanakan menjadi film telah menjadi fenomena dalam kancah perfilman dan kesusastraan Indonesia. Fenomena mengenai novel yang dialihwahanakan kini lebih meningkat di kalangan masyarakat, hal ini menimbulkan rasa penasaran pembaca, apakah novel yang difilmkan akan sama dengan isi novelnya atau tidak. Film hasil alih wahana

2 2 dari novel menimbulkan berbagai respons pembaca. Ada beberapa pembaca dengan respons positif yaitu merasa puas setelah menonton film hasil alih wahana karena isi film sesuai dengan isi novel ataupun isi film sesuai dengan imaji pembaca. Ada pula respon negatif yaitu kekecewaan yang timbul karena isi film tidak sesuai dengan isi novel atau isi film tidak sesuai dengan imaji pembaca. Dalam proses alih wahana dari karya sastra ke bentuk film akan didapati ketidaksesuaian dengan bentuk awal karya sastra (tulisan), baik ketidaksesuaian yang disengaja atau tidak disengaja, atau bahkan penyimpangan yang terlalu jauh dari bentuk awalnya. Hal inilah yang menarik untuk diteliti, sejauh mana ketidaksesuaian itu terjadi dalam proses alih wahana. Sapardi Djoko Damono mengungkapkan sebagai berikut. Proses pengubahan akan menghasilkan jenis kesenian yang berbeda dari sumbernya. Oleh sebab itu, membandingkan keduanya merupakan studi yang penting, terutama dalam kaitannya dengan usaha untuk memahami hakikat masing-masing jenis kesenian itu, (Damono, 2012:85). Hakikat ini penting digarisbawahi untuk menjadi sebuah kajian dalam alih wahana. Ketika sebuah novel dialihwahanakan menjadi sebuah film, maka suatu perubahan dalam proses alih wahana merupakan hal yang wajar dikarenakan novel merupakan hasil kreasi seorang penulis. Sementara itu, film dalam penggarapannya merupakan hasil pemikiran dan kreasi bersama sehingga bisa menimbulkan berbagai macam ide dan konsep dalam alih wahana novel menjadi film. Alih wahana dari novel ke film berhubungan dengan daya kreativitas sutradara dan penulis skenario. Sebelum novel dialihwahanakan menjadi film ada proses yang mendasar dan menjadi acuan dalam penggarapan film yaitu skenario,

3 3 sebagaimana diungkapkan Sapardi Djoko Damono bahwa skenario adalah titik pertemuan sekaligus titik perpisahan antara sastra dan film. (Damono, 2012:102). Banyak novel yang dialihwahanakan menjadi film di antaranya, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wick (Buya Hamka) difilmkan pada 19 Desember 2013, Sepatu Dahlan (Krisna Pabhicara) difilmkan pada10 April 2014, Supernova (Dewi Dee Lestari) difilmkan pada 11 Desember 2014, Marmut Merah Jambu (Raditya Dika) difilmkan pada 8 Mei 2014, Laskar Pelangi (Andrea Hirata) difilmkan pada 25 September 2008, Sang Pemimpi (Andrea Hirata) difilmkan pada Juli 2006, Edensor (Andrea Hirata) difilmkan pada 24 Desember 2013, Negeri 5 Menara (A. Fuadi) difilmkan pada 1 Maret 2012, 5 Cm (Dony Dhirgantoro) difilmkan pada 12 Desember 2012, Ayat-ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada 28 Februari 2008, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada 11 Juni 2009, Dalam Mihrab Cinta (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada 23 Desember 2010, dan Cinta Suci Zahrana (Habiburrahman El Shirazy) difilmkan pada 22 Desember Pada kesempatan ini dipilih Cinta Suci Zahrana yang dialihwahanakan ke film. Struktur alur, karakter, dan latar dalam novel merupakan satu karakter yang menjadikan novel memiliki kekuatan sebagai novel. Alur cerita Cinta Suci Zahrana dilukiskan melalui perjalanan pendidikan Zahrana dari tamat SMP sampai ke perguruan tinggi. Zahrana selalu lulus dengan nilai terbaik sejak mengenal bangku sekolah. Zahrana kuliah di jurusan Teknik Arsitektur di UGM dan jurusan Teknik Sipil di perguruan tinggi swasta di Jogja dalam waktu bersamaan. Setelah diwisuda dari UGM, Zahrana ditawarkan untuk menjadi dosen

4 4 di UGM dan akan dikuliahkan ke Delft University Belanda, tetapi Zahrana menolaknya karena tidak mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, sehingga Zahrana menjadi dosen di Universitas Swasta Semarang, dan melanjutkan S2 di ITB, agar bisa dekat dengan kedua orang tuanya. Kecemerlangan karier tidak sebanding dengan kehidupan cinta Zahrana, berkali-kali gagal karena keyakinan pada jodoh yang tepat dan kecintaan kepada kedua orang tuanya, meskipun demikian berkali-kali terjadi konflik dengan ayah dan ibunya. Cintanya yang suci, ketaatan dan ketenangannya dalam mengambil keputusan, akhirnya membawa kebahagiaan. Zahrana menikah dengan Hasan mantan mahsiswa yang pernah dibimbing skripsinya ketika Zahrana masih menjadi dosen. Setelah menikah keduanya berbulan madu di Beijing karena bersamaan dengan Zahrana yang mendapat beasiswa dari Fudan University, dan Hasan memilih meninggalkan kuliahnya di Malaysia demi mengikuti Zaharana kuliah di Beijing dan pada akhirnya Hasan juga berencana kuliah di Beijing. Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy difilmkan pada 22 Desember 2011, diskenarioi oleh Misbch Yusa Biran, disutradarai oleh Chaerul Umam dan diproduksi oleh Sinema Art Picture. Film Cinta Suci Zahrana adalah film yang menggugah kesadaran penontonnya untuk membuat keseimbangan dalam hidup, menyeimbangkan karier akademik dan karier membina rumah tangga yang sentosa, menyeimbangkan ilmu pengetahuan dan cinta. Tidak mengutamakan akademik hingga melupakan untuk berumah tangga, khususnya seorang wanita jika terlambat menikah, maka secara otomatis orang

5 5 akan menyebutnya sebagai perawan tua. Maka dari itu, keseimbangan dalam hidup memang diperlukan agar tidak terjadi ketimpangan. Alih wahana dari novel ke film mengalami proses pengubahan karena tidak mungkin novel Cinta Suci Zahrana 276 halaman yang tertulis sama dengan film yang divisualkan, tanpa dilakukan penghilangan dan pengurangan bagianbagian tertentu yang dianggap kurang perlu ketika dialihwanakan. Sebagai contoh, dialog panjang antartokoh tidak mungkin dibiarkan seperti aslinya. Dunia perfilman membutuhkan banyak pertimbangan terkait dengan estetik film seperti latar, penokohan, dialog, visual, musik, pencahayaan dan akting. Waktu yang singkat dalam film juga berpengaruh, sedangkan novel tidak berkaitan langsung dengan waktu. Jadi, tidak bisa dipungkiri bahwa novel yang dialihwahanakan menjadi film itu mengalami perubahan. Novel Cinta Suci Zahrana setelah dialihwahanakan mengalami perubahan dari segi latar, penokohan, dan dialog. Perubahan inilah yang dianalisis lebih lanjut dengan kajian alih wahana, dengan rumusan masalah sebagai berikut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy alih wahana dari novel ke film, dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah unsur intrinsik novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy;

6 6 2) Perubahan-perubahan apa saja yang terdapat dalam proses alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy; 3) Bagaimanakah makna alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya sastra dalam bentuk novel yang dialihwahanakan menjadi film. Dalam hal ini juga membahas tentang alih wahana agar dapat memberikan informasi kepada pembaca yang ingin mendalami sastra bandingan khususnya tentang alih wahana, dan memberi sumbangan dalam mengembangkan ilmu sastra Indonesia Tujuan Khusus Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan tujuan khusus penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui unsur intrinsik novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy; 2) Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terdapat dalam proses alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy;

7 7 3) Untuk mengetahui makna alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemanfaatan teori struktural dalam menganalisis sebuah fiksi dan pemanfaatan teori struktural karya sastra dan aspek intrinsik novel yang mencakup tema, alur, tokoh, penokohan, dan latar. 2) Mampu menghasilkan sebuah implementasi teori alih wahana dari novel ke film yang meliputi perbedaan, persamaan, pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi dari novel ke film. 3) Mampu memberikan penafsiran makna dari perubahan-perubahan novel ke film dan tujuan yang hendak dicapai alih wahana dari novel ke film Manfaat Praktis 1) Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan penelitian mengenai alih wahana dari novel menjadi sebuah film. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan bagi peneliti sastra bandingan khususnya kajian alih wahana. 2) Bacaan yang menambah khazanah pengetahuan tentang novel dan film di tanah air. 3) Apresiasi terhadap alih wahana karya sastra dan seni pada umumnya di tanah air.

8 8 1.5 Kajian Pustaka Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, novel Cinta Suci Zahrana belum pernah dibicarakan dalam bentuk skripsi, baik kajian sosiologi sastra, psikologi sastra, stilistika, maupun alih wahana di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Dalam pengamatan peneliti di beberapa situs internet ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang kajian transformasi di antaranya Transformasi Media Novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El Shirazy ke film ( akses :20). Peneliti membatasi penelitiannya pada aspek perbedaan dan persamaan antara novel Dalam Mihrab Cinta dan film Dalam Mihrab Cinta. Fokus penelitiannya pada lima objek yaitu tokoh, alur, setting, dialog, dan peristiwa. Data dan sumber data dalam penelitiannya berupa cuplikan peristiwa, tokoh, dan setting dalam novel dan film Dalam Mihrab Cinta yang dianggap berbeda antara novel dan filmnya. Tidak ada pembahasan secara khusus tentang unsur intrinsik novel. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah perubahan tokoh, alur, setting, dan dialog. Sedangkan perbedaannya adalah objek penelitian dan proses alih wahana dari novel ke film serta makna perubahan alih wahana dari novel ke film. Transformasi Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka ke dalam film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Analisis Kernel dan Satelit dengan Kajian Ekranisasi (Ekranisasi_novel_ke_film.pdf. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan penulis, tidak ada pembahasan khusus tentang unsur intrinsik novel dan fokus kajiannya ada tiga

9 9 yaitu perubahan alur, perubahan latar tempat, dan perubahan ending. Penelitian tersebut juga tidak mengkaji makna perubahan alih wahana dari novel ke film. Kaitannya dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang penciutan/pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi dari novel ke film. Penulis menambah kajian dalam penelitian untuk membedakan dengan penelitian tersebut yaitu mengkaji unsur intrinsik pada bab yang khusus dan makna alih wahana dari novel ke film. Kidung Interaktif di Panggung Elektronik: Alih Wahana Sastra Bali Tradisional di Radio dan Televisi. Oleh I Nyoman Darma Putra. Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Udayana. Materi ini disampaikan dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya yang dilaksanakan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, di Denpasar, Jumat-Sabtu, Mei Tulisan ini membahas fenomena alih wahana dalam tradisi sastra Bali tradisional. Tulisan ini memfokuskan pada kajian munculnya alih wahana sastra tradisional Bali dari teks yang biasa disajikan dalam kegiatan ritual (panggung ritual) ke pentas di radio dan kemudian di televisi (panggung elektronik). Tetapi tulisan ini tidak membahas bagaimana perubahan yang terjadi terhadap unsur-unsur intrinsik sastra tradisional Bali setelah dialihwahanakan penyajiannya melalui media elektronik. Alih Wahana dari Cerpen ke Drama Panggung Refleksi dari Lomba Drama Modern Bali Oleh Maria Matildis Banda. Dosen Prodi Sastra Indonesia Universitas Udayana. Materi untuk Seminar Nasional Sastra dan Budaya dilaksanakan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, di Denpasar, Jumat-Sabtu, Mei Tulisan ini membahas bagaimana perubahan yang

10 10 terjadi pada cerpen setelah dialihwahanakan menjadi drama panggung. Tulisan ini membahas perubahan mendasar dari sisi alur, perwatakan, dan latar cerita sebagai unsur intrinsik cerpen. Selanjutnya menjelaskan beberapa perubahan cerpen yang terdapat dalam drama panggung. Analisis yang dilakukan oleh penulis dalam karya tulis ini berbeda dengan analisis di atas. Perbedaannya terletak pada objek analisis dan pembahasannya, objek yang akan dianalisis oleh penulis adalah novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy difilmkan pada 22 Desember 2011 diskenarioi oleh Misbach Yusa Biran, disutradarai oleh Chaerul Umam dan diproduksi oleh Sinema Art Picture. Penulis mengkaji secara khusus unsur intrinsik novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, proses alih wahana dari novel ke film, dan makna alih wahana dari novel ke film. Pengamatan penulis di beberapa situs internet tidak ditemukan pembahasan novel Cinta Suci Zahrana dengan kajian alih wahana. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti novel dan film Cinta Suci Zahrana untuk mengkaji lebih jauh penciutan/pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi setelah novel Cinta Suci Zahrana difilmkan. 1.6 Landasan Teori Teori Struktural Pendekatan struktural sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Sebuah karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna.

11 11 Tujuan analisis struktural adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra (Pradopo, 1995:141). Menurut Teeuw (1984:135), analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang bercerita tentang kehidupan manusia dan segala yang terjadi di sekitar lingkungannya. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 2012:11). Menurut Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:6) novel adalah sebuah cerita yang memuat beberapa kesatuan persoalan disertai dengan faktor penyebab dan akibatnya. Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan, kejujuran dan permasalahan kemanusiaan lainnya yang disajikan pengarang, tokoh yang bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya. Setiap karya sastra memiliki sesuatu yang menjadi pondasi dalam keutuhan struktur novel, misalnya tema. Tema menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiyantoro; 2012:68) merupakan gagasan dasar umum yang menopang

12 12 sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema memiliki generalisasi yang umum, lebih luas, dan abstrak. Semua kejadian ada kronologisnya atau urutan kejadiannya dan di dalam karya sastra itu disebut dengan istilah Plot. Plot Merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Menurut Abrams (dalam Siswanto, 2013:144) plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapantahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. Sedangkan Sudjiman (dalam Siswanto, 2013:144) mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian. Gambaran watak seorang tokoh dalam karya sastra disebut dengan istilah penokohan. Penokohan Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2012:165) adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Nurgiyantoro, (2012:166) juga menjelaskan penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan

13 13 dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Kejadian atau peristiwa terjadi di suatu tempat dan suasana yang berbeda dalam karya sastra disebut dengan istilah Latar. Latar atau setting menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012: 216) disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Staton (dalam Nurgiyantoro, 2005:216) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasikan oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Penelitian ini akan menggunakan teori struktural khususnya tema, plot, penokohan, latar, dan dialog berdasarkan pandangan teoritis di atas Teori Alih Wahana Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam proses pengubahan karya sastra menjadi karya seni lain seperti film, yaitu alih wahana, ekranisasi, dan transformasi. Penulis dalam penelitian ini menggunakan istilah alih wahana dikarenakan alih wahana tidak sekadar bertumpu pada perubahan karya sastra menjadi karya seni lain dan pelayarputihan dari karya sastra menjadi film. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini banyak novel yang biasanya dikategorikan sebagai sastra populer, diangkat ke layar perak setelah sebelumnya diubah bentuknya menjadi skenario film. Jika diteliti dengan cermat akan tampak perbedaan antara karya sastra dan film, menyangkut sejumlah unsur strukturnya.

14 14 Alih wahana dari novel ke film misalnya, tokoh, latar, alur, dialog, dan lain-lain harus diubah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan jenis kesenian lain (Damono, 2009: ). Alih wahana mencakup kegiatan penerjemahan, penyaduran, dan pemindahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain. Wahana berarti kendaraan, alih wahana adalah proses pengalihan dari satu jenis kendaraan ke jenis kendaraan lain. Sebagai kendaraan suatu karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Wahana diartikan juga sebagai medium yang digunakan untuk mengungkapkan, mencapai, atau memamerkan gagasan atau perasaan. Jadi, pada intinya pengertian itu adalah pemindahan dan pengubahan. Dalam arti yang lebih luas, istilah ini bahkan mencakup pengubahan dari berbagai jenis ilmu pengetahuan menjadi karya seni (Damono, 2012:1). Ekranisasi adalah suatu pengubahan wahana dari kata-kata menjadi wahana gambar. Di dalam novel segalanya diungkapkan dengan katakata,sedangkan dalam film ilustrasi dan gambaran diwujudkan melalui gambar. Eneste (1991:60) menyebutkan bahwa ekranisasi adalah suatu proses pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam film (Ecran dalam bahasa Prancis berarti layar ). Ekranisasi mengakibatkan beberapa perubahan pada karya sastra, Damono (2009:123) mengungkapkan bahwa banyak hal yang menyebabkan perubahan harus dilakukan jika sebuah karya diubah menjadi media lain, seperti film. Novel bisa dibaca kapan saja dan dalam situasi yang sama sekali ditentukan oleh pembaca, sementara pemanggungan dan film dibatasi waktunya.

15 15 Dalam film, proses alih wahan itu mempertimbangkan banyak hal yang antara lain menyangkut latar dan penokohan. Setelah novel dialihwahanakan atau diekranisasikan tentu hasilnya akan berbeda dengan bentuk awalnya. Damono (2009:127) mengungkapkan bahwa perbedaan dan persamaan di antara karya sastra dan film bisa menjadi bahan studi yang penting dalam sastra bandingan. Adegan, dialog, penokohan dan latar bisa dibanding-bandingkan untuk mengusut ideologi apa yang ada dibalik perubahanperubahan tersebut. Terjadinya perbedaan antara novel dengan film adalah proses kreatif penulis skenario dan sutradara yang membuat film tidak sama dengan bentuk awalnya (novel), di antaranya adalah penciutan/pengurangan, penambahan, dan perubahan variasi yang akan digunakan dalam penelitian ini Penciutan/Pengurangan Penciutan dikenal dengan istilah penghilangan menurut Eneste (1991:61) salah satu langkah yang ditempuh dalam proses transformasi sastra ke film adalah penciutan. Penciutan adalah pengurangan atau pemotongan unsur cerita dalam sastra, dalam proses alih wahana. Penciutan dapat dilakukan terhadap unsur sastra seperti cerita, alur, tokoh, latar, maupun suasana. Dengan adanya proses penciutan atau pemotongan maka tidak semua hal yang diungkapkan dalam novel akan dijumpai pula dalam film. Dengan demikian berarti akan terjadi pemotongan-pemotongan atau penghilangan bagian di dalam karya sastra dalam proses alih wahana ke film.

16 16 Menurut Wildan (2012) untuk melayarputihkan novel kita tidak mungkin semua hal yang terjadi dalam novel diceritakan dalam film, maka dari itu terjadi pemotongan kejadian-kejadian. Sutradara pasti sudah mempertimbangkan hal-hal penting dalam novel yang akan difilmkan Penambahan Novel dan film merupakan dua karya seni yang berbeda, novel ditulis oleh sastrawan atau sastrawati yang tertuang dalam bentuk buku dan merupakan apresiasi dari buah pikir mereka. Film adalah karya seni yang diciptakan oleh beberapa orang seniman seperti penulis skenario, sutradara, dan produser. kedua karya dimodifikasi sedemikan rupa sehingga mampu melahirkan karya yang bermanfaat untuk dibaca, dinikmati dan menarik saat ditonton. Eneste (1991:65) menjelaskan bahwa kemungkinan yang dapat terjadi dalam proses transformasi sastra ke bentuk film adalah penambahan (perluasan). Seperti halnya dalam kreasi penciutan, dalam proses ini juga biasa terjadi pada ranah cerita, alur, penokohan, latar, maupun suasana. Penambahan yang dilakukan dalam proses alih wahana ini tentu memiliki alasan, baik alasan pentingnya penambahan, alasan relevansinya dengan cerita secara keseluruhan, ataupun karena alasan lain Perubahan Variasi Selain penciutan dan penambahan, alih wahana memungkinkan terjadinya perubahan variasi-variasi tertentu antara novel dengan film. Variasi di sini bisa

17 17 terjadi dalam ranah ide cerita, gaya penceritaan, dan lain-lain. Terjadinya variasi dalam alih wahana dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain media yang digunakan, persoalan penonton, dan durasi waktu pemutaran. Dalam alih wahana, pembuat film merasa perlu membuat variasi-variasi dalam film, sehingga terkesan film yang didasarkan atas novel itu tidak seasli novelnya (Eneste, 1991:65). Proses kreatif yang dilakukan oleh sutradara dengan cara mengadakan penambahan, pengurangan, dan pemunculan variasi-variasi alur cerita. Bermacam-macam penambahan, pengurangan dan pemberian variasivariasi tersebut adalah sebagai akibat medium yang berbeda antara film hasil alih wahana dengan novel yang diadaptasi, sehingga mengakibatkan pula terjadinya perubahan fungsi khususnya dalam alur cerita. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka. Membaca novel secara berulang dan menandai bagian-bagian yang menjadi objek penelitian. Menyimak film secara berulang-ulang, untuk mencermati dialog, latar, tokoh, penokohan, dan alur. Kemudian dianalisis perbedaan dan persamaan antara novel dengan film.teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik simak,baca, dan mencatat bagian-bagian novel dan film yang menjadi objek penelitian. Dasar kajian ini adalah novel kemudian dibandingkan dengan film. Hal-hal yang dibandingkan adalah alur dalam novel, penokohan dalam novel, setting dalam novel, dan dialog dalam novel kemudian dibandingkan dengan film.

18 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan penelitian sastra pada umumnya. Sastra bandingan membutuhkan tahap-tahap yang lebih taktis. Salah langkah dalam pengumpulan data, hasil penelitian akan sia-sia. Pembacaan harus terus-menerus dilakukan sehingga memperoleh data akurat. Oleh karena itu langkah pengumpulan data perlu dicermati agar menemukan data yang sahih dan valid (Endraswara, 2014:171) Metode yang digunakan dalam tahapan pengumpulan data adalah metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan berupa teknik baca catat. Studi kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu membaca novel dengan seksama, disimak, dan dicatat bagian yang menjadi objek penelitian dalam novel. Dalam menganalisis film teknik yang digunakan adalah menyimak, mendengarkan, dan mencatat dialog dalam film. Data yang telah terkumpul dibandingkan persamaan dan perbedaannya antara novel dengan film Metode dan Teknik Analisis Data Dalam tahapan ini metode yang digunakan adalah metode formal dan metode deskriptif analitik. Metode formal adalah metode yang digunakan dalam analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra (Ratna, 2009:49). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode deskriptif tidak semata-mata hanya menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya mengenai data yang ada (Ratna, 2009:53).

19 19 Dalam teknik pengolahan data kedua metode di atas digabungkan dengan cara novel dan film dideskripsikan melalui latar, alur, tokoh, penokohan dan dialog dengan maksud untuk menemukan unsur-unsur perbedaannya di antara novel dan film Cinta Suci Zahrana. Data yang telah dideskripsikan tersebut dianalisis sesuai dengan teori yang digunakan Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Pada tahapan ini digunakan metode deskripsi, yakni dengan mendeskripsikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Data yang telah diolah disusun ke dalam format penelitian berupa skripsi dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Format penelitian dalam bentuk skripsi dijabarkan sebagai berikut. Bab I pendahuluan mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian. Bab II pembahasan tentang unsur intrinsik novel meliputi tema, plot, penokohan, latar, dan dialog. Bab III pembahasan tentang proses alih wahana dari novel ke film Cinta Suci Zahrana melingkupi persamaan dan perbedaan latar, alur, tokoh, penokohan dan dialog dengan berpijak pada novel. Bab IV penjelasan singkat tentang makna alih wahana dari novel ke film secara umum. Bab V simpulan dan saran merupakan uraian singkat tentang hasil penelitian dan saran untuk perbaikan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Alih Wahana dari Novel ke Film

Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Alih Wahana dari Novel ke Film Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy: Alih Wahana dari Novel ke Film Mohamad Sanin 1*, Maria Matildis Banda 2, I G.A.A. Mas Triadnyani 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Alih Wahana Kegiatan alih wahana dalam beberapa tahun terakhir menjadi hal yang sering dibicarakan. Bahasan yang sering dijadikan pembicaraan dan bahan studi adalah pengubahan

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil cipta, kreasi, imajinasi manusia yang berbentuk tulisan, yang dibangun berdasarkan unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik. Menurut Semi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni ekspresif berdasarkan persepsi, sikap, pandangan, dan tanggapan terhadap fenomena, baik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra pada era modern sekarang ini sudah memiliki banyak definisi dan berbagai penafsiran dari masyarakat. Sastra selalu dikaitkan dengan seni dan keindahan sehingga

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI Rizky Nur Istiqomah *, Prof. Dr. Agus Maladi Irianto. M.A., Laura Andri R.M., S.S., M.A. Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susastra adalah seni ekspresi, yaitu ekspresi kehidupan. Bahan yang dipakainya adalah pengalaman. Tindakan, emosi, dan pikiran adalah tiga bagian besar kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dalam berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan (transformasi) dari bentuk awal ke bentuk yang baru. Misalnya, dari syair menuju bentuk/rupa, dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang tokoh utama dalam novel tentu sudah banyak diteliti. Berikut ini peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Rochimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra berfungsi menghibur dan sekaligus bermanfaat bagi pembacanya. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan, memberikan makna terhadap kehidupan (kematian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Seorang pengarang bebas untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua macam sifat yaitu, karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non imajinasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW

EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW EKRANISASI CERITA NOVEL AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA AGNES DAVONAR DENGAN FILM AYAH, MENGAPA AKU BERBEDA? KARYA SUTRADARA FINDO PURWONO HW Yeni Putri 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari lahirnya berbagai ragam karya sastra. Keragaman karya sastra ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Membicarakan sosiologi dan sastra adalah membicarakan sampai di mana hubungan antara sosiologi dan sastra. Secara institusional objek sosiologi dan sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang dibantu dengan penelitian kuantitatif elementer (berupa angka-angka nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu multimedia, animasi merupakan hasil dari kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa melalui sebuah aplikasi multimedia sehingga menghasilkan gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA KARYA UMAR KAYAM SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA Sun Suntini Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden Flower Berdasarkan Pendekatan Struktural. Film yang akan penulis analisis diadaptasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci