Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik"

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi: Sirait, M. (2017). Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H ). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik Marudut Sirait Teknik Industri, Universitas Brawijaya Jln. MT. Haryono 165, Malang, Jawa Timur ABSTRAK Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi dampak lingkungan pada setiap rantai pasok daur ulang plastik jenis Polyethylene (PE) mulai dari proses transportasi pengambilan sampah plastik, proses sortir, pembersihan, proses daur ulang dan sampai distribusi hasil daur ulang, berupa biji plastik ke konsumen/perusahaan di Jawa Timur. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan sepanjang rantai pasok daur ulang plastik adalah dengan pendekatan Life cycle assessment (LCA). Studi LCA ini digunakan untuk menila potensi kerusakan lingkungan untuk menghasilkan 1 ton biji plastik PE. LCA daur ulang plastik ini hanya fokus pada pengunaan energy dan emisi gas CO2 sebagai gas penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Selanjutnya, untuk mengekspresikan pengunaan energi dan emisi gas CO2 metode yang digunakan adalah metode single score, seperti energy demand dan metode global warming gas. Hasil penilaian menunjukkan bahwa, pengunaan energi paling besar sepanjang rantai pasok daur ulang plastik terdapat pada bagian proses produksi (proses pemanasan, pendinginan dan pemotongan) yaitu sebesar MJ diikuti pada proses distribusi biji plastik ke konsumer sebesar 6710 MJ, proses pengemasan sebesar MJ dan proses transportasi sebesar 616 MJ. Untuk emisi gas CO2, penghasil emisi gas CO2 terbesar juga terdapat pada proses produksi sebesar 1486 KgCO2eq, diikuti oleh proses distribusi ke kostumer sebesar 89,2 KgCO2eq, kemudian pada proses pengemasan sebesar 126 KgCO2 eq, dan yang terakhir adalah pada proses transportasi bahan baku dari supplier sebesar 45 KgCO2Eq. Kata kunci Daur ulang plastik, Pengunaan energy, Emisi Gas CO 2, life cycle assessment. I. PENDAHULUAN Sejak ditemukannya plastik pada tahun 1968, pengunaan plastik sangat luas di seluruh dunia sebagai bahan penganti bahan logam dan kayu untuk kebutuhan manusia. Plastik menjadi material primadona karena materialnya yang kuat, ringan dan murah. Implikasinya, plastik menjadi bahan utama pada pembuatan produk peralatan elektronik, industri otomotif, kemasan makanan, kemasan air mineral dan peralatan rumah tangga. Sebagai akibatnya, pengunaan plastik dari tahun ke tahun semakin meningkat di seluruh dunia yang mengakibatkan penumpukan sampah plastik dari berbagai produk dan kemasan. Saat ini Indonesia sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 187 juta ton setelah negara China sebagai negara terbesar penghasil sampah plastik dengan kontribusi sebesar 263 juta ton (Hidayat, et al, 2016). Di Indonesia, menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2016) yang menyatakan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun, sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Hasilnya, sampah plastik, seperti botol air mineral, kantong plastik sangat mudah ditemui di berbagai tempat di Indonesia, sehingga sampah plastik menjadi persoalan serius bagi semua negara, termasuk Indonesia. Sampah plastik telah menjadi musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup karena telah membawa dampak yang negatif terhadap lingkungan tanah, air, laut dan udara. Sampah plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola, karena untuk menguraikan sampah plastik dibutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun sampai sampah bekas plastik itu benar- H-108

2 Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik benar terurai (Boustead, I, 2005). Bahkan diperlukan waktu 1000 tahun untuk dapat terurai oleh tanah secara sempurna atau terdekomposisi. Juga pada saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah sehingga menurunkan kulitas tanah. Tindakan pembuangan sampah plastik ke laut juga membawa dampak yang merusak terhadap lingkungan biota laut, termasuk kematian ikan dan biota laut lainnya. Dampak lingkungan yang lain yang penting dikelola adalah pada polusi udara, terutama produksi gas pembentuk pemanasan global, seperti gas CO 2 selama proses produski dan transportasi palstik. Sebagai tambahan, selama proses produksi sampai tahap akhir, sampah plastik menghasilkan gas- gas pembentuk rumah kaca ke atmosfer yang menyebakan pemanasan global (Awaja F, Pavel D., 2005). Untuk merespon dan mengatasi persoalan sampah tersebut, sejumlah negara mulai mengurangi penggunaan plastik, khususnya kantong plastik seperti negara, Australia, Fiipina, Irlandia, Swedia, Denmark, Taiwan, Skotlandia, Hongkong, Finlandia, Jerman, dan Swiss. Indonesia melalui Kementrian Lingkungan Hidup (KLHK, 2016) menargetkan penurunan sampah plastik Indonesia sebesar 1.9 ton sampai pada tahun Juga berbagai metode dan strategi sudah diperkenalkan untuk mengurangi sampah plastik. Saat ini metode yang paling banyak digunakan dan paling efisien adalah dengan metode daur ulang (recycling) dan pembakaran sampah plastik (Shen L, Worrell E, Patel MK, 2010,). Faktor ekonomis juga mendorong munculnya usaha usahan untuk mendaur ulang sampah plastik (Awaja F, Pavel D., 2005). Di Indonesia, khususnya di Jawa timur banyak bermunculan usaha-usaha daur ulang plastik baik yang formal maupun yang tidak formal. Disisi lain, selain membawa dampak terhadap ekonomi, usaha daur ulang plastik juga membawa dampak negatif terhadap penurunan kulitas lingkungan sehingga perlu dikelola dengan manajemen yang baik. Untuk itu perlu dilakukan penilaian dan evaluasi dampak lingkungan terhadap usaha daur ulang plastik. Saat ini penelitian tentang penilaian dampak lingkungan terhadap pengunaan plastik dan daur ulang plastik sudah ada dilakukan, seperti penelitian mengenai analis dampak lingkungan pada sampah kantong plastik (Hidayat et al, 2015), juga Ilhandika et al,(2017) melakukan penilaian dampak lingkungan pada daur ulang sampah plastik. Tetapi saat ini belum ditemukan penelitian yang fokus melakukan penilaian dan evaluasi terhadap pengunaan energi dan emisi gas CO 2. pada daur ulang sampah plastic. Oleh karena itu, makalah ini mencoba melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pengunaan energi dan polusi udara berupa gas emisi CO 2 yang dihasilkan pada setiap rantai pasok pada daur ulang sampah plastik. Hal ini sangat penting dalam mengurangi pengunaan energi dan menurunkan gas karbon untuk mengurangi dampak pada perubahan iklim dan pemanasan global yang menjadi masalah global saat ini. II. MATERIAL DAN METODE A. Material Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah plastik yang didapatkan dari berbagai daerah di Jawa Timur, seperti Malang, Pasuruan, Surabaya dan Sidoarjo. Bahan baku yang digunakan adalah sampah plastik yang dihasilkan dari plastik sebesar 1 ton yang diproduski pada perusahhan XYZ di kota Pasurauan Jawa Timur. B. Methodologi Untuk melakukan evaluasi dan penilaian terhadap dampak lingkungan pada setiap rantai pasok pada proses daur ulang plastik, pada makalah ini menggunakan pendekatan life cycle assessment ( LCA). Tahapan implementasi LCA mengikut ISO dan (Sirait, M, 2016) dengan tahap-tahap sebagai berikut. Tahap I, penentuan tujuan dan Skope, tahap II adalah analisa inventori, tahap III adalah penilaian dampak dan tahap IV adalah interpretasi. Selanjutnya, tiap tahap akan dijelaskan seperti berikut ini. 1. Tahap I : Penentuan Tujuan dan batas. Tujuan dari studi LCA ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi pengunaan energy dan produski gas emisi CO2 pada setiap rantai pasok daur ulang plastik PE. Batasan untuk LCA ini adalah dimulai dari proses transportasi bahan baku dari supplier dari berbagai daerah di Jawa Timur, seperti Malang, Surabaya dan Pasuruan (Gambar 1). Selanjutnya unit yang akan digunakan dalam perhitungan adalah untuk menghitung dampak lingkungan 1 ton biji plastik PE yang dilakukan pada salah satu usaha di Jawa Timur. 2. Tahap II. Analisa Inventori H-109

3 Sirait. Tujuan dari inventori ini adalah untuk mengidentifikasi input ( bahan baku, energy), proses (mesin) dan Output ( limbah) yang dihasilkan selama proses pembentukan biji plastik. Proses Inventori pada tiap rantai pasok daur ulang plastik seperti pada table 1 dibawah ini. Tabel 1 Inventori rantai pasok daur ulang plastik Tahap Input Proses Output Sumber data Transportasi Energi, Gasolin Truk, Perhitungan Manufacturing Pemanasan Pendinginan Pemotongan Energi Listrik Mesin Pemanas Pompa Mesin Pemotong, Pengepakan, Disribusi Energi Truk, Tujuan dan Batasan Perhitungan Hischier R., 2007 Perhitungan Energi Transportasi 3.2 Ton sampah plastik Energi Proses Manufakturing Proses Pemanasan Proses Pendinginan Proses Pemotongan Transportasi Energi Transportasi Boundaries 1 Ton Biji Plastik Pengemasan Distribusi ke Konsumen Gambar 1 Frame Work LCA rantai pasok daur ulang plastik 3. Tahap III. Penilaian dampak. Karena malaklah ini fokus pada pengunaan energy dan produksi emisi gas CO 2, maka penilaian dampak yang akan dianalisa adalah jumlah pengunaan energi dan polusi udara emisi gas CO 2. Meode penilaian yang digunakan untuk menilai pengunaan energy dan polusi udara emisi gas CO 2 adalah dengan metode single score. Untuk Pengunaan energi adalah dengan metode energy demand dan global warming gas 4. Tahap. IV. Interpretasi. H-110

4 Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik Pada tahap ini akan dilakukan evaluasi dan interpretasi terhadap dampak lingkungan sebelum melakuakn pengambilan keputusan terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan untuk produksi 1 ton biji plastik. III. HASIL DAN DISKUSI Hasil penilaian dan evaluasi pengunaan energy dan produksi emisi gas CO 2 setiap rantai pasok daur ulang plastik dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 dan kemudian dibahas seperti dibawah ini. A. Pengunaan Energi Pengunaan energi pada setiap rantai pasok pada proses daur ulang plastik yang dimulai dari tahap transportasi bahan baku, tahap manufacturing (pemanasan, pendinginan, pemotongan), pengemasan dan distribusi ke pelanggan ditunjukkan pada gambar 1. Gambar 1 menjelaskan bahwa selama proses daur ulang palstik untuk memproduksi 1 ton biji plastik mengunakan beberapa sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable energy), seperti sumber energy dari fosil, nuclear, biomas. Juga digunakan sumber energi yang dapat diperbaharui ( renewable energy) seperti energi dari air, biomas, angin, matahari, angin dan geothermal. Hasil penilaian mununjukkan jumlah energy yang dibutuhkan untuk semua tahapan rantai pasok daur ulang plastik untuk memproduksi 1 ton biji plastik adalah sebesar MJ dengan proses manufacturing memiliki kontribusi paling besar dengan kontribusi sebesar MJ dengan kontribusi masing-masing proses adalah sebagai berikut, proses pemanasan MJ, pendinginan 2960 MJ dan pemotongan 592 MJ ), proses distribusi 6710 MJ, proses pengemasan MJdan proses transportasi bahan baku dari supplier sebesar 616 MJ. Pegunaan energi, terutama energi listrik selama proses produksi biji plastik mengakibatkan pengunaan energi pada tahap ini menjadi pengguna energi yang paling besar. Sebaliknya pada tahap pengiriman bahan baku sampah plastik memiliki kontribusi paling kecil, karena pengunaan energy (bensin dan solar) paling sedikit disbanding dengan siklus yang lain. Penggunaan Energi Distribusi Total Renewable, Water Renewable, wind, solar, Renewable, Biomas Non Renewable, Biomas Non Renewable, Nuclear Packaging Pemotongan Pendinginan Pemanasan Non Renewable, Fosil Transportation Bahan Baku MJ Gambar 2 Penggunaan energy pada rantai pasok daur ulang plastik H-111

5 Sirait 3.2. Emisi Gas CO 2 Emisi Gas CO2 Distribusi Packaging Pemotongan Pendinginan Pemanasan CO2 Uptake Co2 From Land Transformation Biogenic Co2 Fosil Co2 Transportation KgCO2eq Gambar 3 Produksi emisi gas CO2 pada rantai pasok daur ulang sampah plastik Hasil penilaian dampak lingkungan berupa emisi gas CO 2 pada setiap rantai pasok untuk mendaur ulang plastik untuk menghasilkan 1 ton biji plastik ditinjukkan pada gambar 1 dibawah ini. Emisi gas CO 2 eqivalen didapatkan dari penjumlahan produksi CO 2 fosil, CO 2 Biogenik, CO 2 from land Transformation dan CO 2 Uptake. Dari hasil penilaian dengan Software Simparo 18, menunjukkan bahwa total emisi CO 2 yang dihasilakan selama siklus hidup produk untuk menghasilkan 1 ton biji plastik adalah sebesar 2099 KgCO 2eq, dimana penyumbang terbesar adalah pada proses manufacturing sebesar 1486 KgCO 2eq dengan kontribusi tiap proses sebagai berikut, yaitu proses pemanasan kontribusi 1279 KgCO 2eq, pendinginan dengan kontribusi 171 KgCO 2eq, dan kontribusi proses pemotongan sebesar 35 KgCO 2eq), disusul proses distribusi biji plastik sebesar 442 KgCO 2eq, kontribusi pengemasan sebesar 126 KgCO 2eq dan transportasi bahan baku sebesar 45 KgCO 2eq. Produksi terbesar polusi emisi gas CO 2 terdapat pada proses siklus proses manufaktur. Hal ini disebabkan pengunaan energi yag cukup besar selama proses pembentukan biji plastik. Disisi lain Proses transportasi bahan baku dari supplier mempunyai kontribusi paling kecil dari total jumlah emisi gas CO 2 selama siklus hidup daur ulang plastik disebabkan tahap ini mengunakan energi paling kecil dibanding dengan tahap lainnya. Sebagai tambahan peningkatan jumlah emisi gas CO 2 berbanding lurus dengan pengunaan energi. Dengan kata lain, semakin tinggi pengunaan energi maka emisi gas CO 2 juga akan meningkat. Sehingga untuk mengurangi emisi gas CO 2 adalah dengan cara mengurangi penggunaan energi secara efisien dan efektif. Pengurangan emisi gas CO 2 perlu diperhatikan karena emisi gas CO 2 merupaka gas utama pembentuk gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim di dunia. IV. PENUTUP Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Proses daur ulang plastik melibatkan beberapa rantai pasok, mulai dari proses pengiriman bahan baku, proses produksi, proses pengepakan dan proses pendistribusian produk jadi berupa biji plastik tipe PE. 2. Penilain dampak lingkungan yang fokus pada pengunaan energy dan polusi udara berupa emisi gas CO2 mengunakan metode LCA untuk menilai dampak lingkungan daur ulang plastik untuk sebesar untuk menghasilkan 1 ton biji plastik. H-112

6 Evaluasi Penggunaan Energi dan Emisi Gas CO2 pada Rantai Pasok Daur Ulang Sampah Plastik 3. Pengunaan energi pada rantai pasok daur ulang plastik adalah MJ dengan proses manufacturing memiliki kontribusi paling besar dengan kontribusi sebesar MJ dengan kontribusi masing-masing proses adalah sebagai berikut, proses pemanasan MJ, pendinginan 2960 MJ dan pemotongan 592 MJ ), proses distribusi 6710 MJ, proses pengemasan MJdan proses transportasi bahan baku dari supplier sebesar 616 MJ. 4. Produksi emisi gas CO2 selama proses daur ulang plastik adalah 2099 KgCO2eq, dimana penyumbang terbesar adalah pada proses manufacturing sebesar 1486 KgCO2 dengan kontribusi tiap proses sebagai berikut, yaitu proses pemanasan kontribusi 1279 KgCO2, pendinginan dengan kontribusi 171dan kontribusi proses pemotongan sebesar 35 KgCo2eq), disusul proses distribusi biji plastik sebesar 442 KgCO2eq, kontribusi pengemasan sebesar 126 KgCO2eq dan transportasi bahan baku sebesar 45 KgCo2eq. 5. Pengunaan energi sangat berhubungan dengan produski emisi gas CO2. Semakin tinggi energy yang digunakan akan menghasilkan polusi emisi gas CO2 jugan akan tinggi. DAFTAR PUSTAKA Awaja F, Pavel D., 2005, Recycling of PET. Eur Polym J. 41(7): Hidayat, A., Tama, I.P. and Kusuma, L., Analisis dampak lingkungan pada proses produksi kantong plastik dengan metode life-cycle assessment (lca). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, 3(9). Hischier R., 2007, Life Cycle Inventories of Packaging and Graphical Papers. ecoinvent-report No. 11. Part II - Plastics. Dübendorf: Swiss Center for Life Cycle Inventories. Boustead, I, 2005, PET Bottles. Brussels: Association of Plastics Manufacturers, Europe. Ilhamdika, M., Sirait, M. and Hamdala, I., 2017., Analisis dampak lingkungan dari proses daur ulang plastik dengan pendekatan life cycle assessment (LCA). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri, 5(13), pp.p International Organization for Standardization, 2006, Environmental management --- Life cycle assessment --- Requirements and guidelines. Geneva. Kementrian Lingkungan Hidup dan Hutan Indonesia, 2016, Pengelolaan Sampah Plastik di Indonesia Sirait, M., 2016, Potensi Dampak Lingkungan Pada Proses Produksi Liquid Cristal Display (LCD) Komputer, Journal of Engineering and Management in Industrial System, 4(1), pp Shen L, Worrell E, Patel MK, 2010, Open-loop recycling: A LCA case study of PET bottle-to-fibre recycling. Resources, Conservation and Recycling.55(1): H-113

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama sampah yang berupa kantong plastik. seperti di Kenya dan Uganda malah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik merupakan jenis limbah padat yang susah terurai dan volumenya terus meningkat. Peningkatan jumlah sampah plastik karena plastik relatif murah, praktis dan

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Jatmiko Wahyudi 1* 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati *Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

PENGERTIAN BOTOL PET DAN GELAS

PENGERTIAN BOTOL PET DAN GELAS PERBANDINGAN LIFE CYCLE ASSESSMENT KEMASAN BOTOL PLASTIK PET DAN BOTOL GELAS Dedy Bagus Prasetyo, Machrus Alwi Surya, Nunik Irma Restyana, Titin Hamidah FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permasalahan lingkungan sampai dengan saat ini masih menarik banyak perhatian Warga Negara, Perusahaan, Lembaga serta Pemerintah dari sekitar belahan dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi barang yang siap dimanfaatkan oleh konsumen, yang dalam setiap kegiatannya membutuhkan sumber energi

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK

PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK PENERAPAN KONSEP GREEN MANUFACTURING PADA BOTOL MINUMAN KEMASAN PLASTIK Wisma Soedarmadji 1*, Surachman 2, Eko Siswanto 3 1,2,3 Universitas Brawijaya, Fakultas Teknik Mesin, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan mencapai 10,4 miliar di tahun 2100 (Andrady, 2003). Meningkatnya populasi menuntut peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor

BAB I PENDAHULUAN. ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi PR besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subbab ini menjelaskan latar belakang dari penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini berangkat dari konsep sustainability dan penerapan konsep sustainable manufacturing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di

BAB 1 PENDAHULUAN. di bumi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah penggunaan emisi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada masa sekarang ini, isu lingkungan merupakan masalah utama di dunia. Isu lingkungan ini muncul karena semakin banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan plastik dalam pemanfaatannya di kehidupan manusia memang tak dapat dielakkan, sebagian besar penduduk di dunia memanfaatkan plastik dalam menjalankan aktivitasnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pemakaian bahan bakar terutama bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya laju

Lebih terperinci

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Nama NIM Tugas :Wiwi Widia Astuti :E1A012060 :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar selain pangan dan air karena hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini cukup besar, salah satunya

Lebih terperinci

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,

Lebih terperinci

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai keunggulan-keunggulan seperti kuat,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar.

KUESIONER PENELITIAN. tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar. KUESIONER PENELITIAN Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe pilihan. Pada tipe pilihan berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara anggap benar. A. Pertanyaan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi plastik tahun 2009 hingga tahun 2010 di seluruh dunia meningkat dari 15 juta ton hingga mencapai 265 juta ton, hal ini menegaskan kecenderungan jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia di muka bumi. Tanpa adanya energi, tidak akan ada kerja yang dihasilkan. Pemanfaatan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat selama tiga dekade terakhir. Sifat plastik yang ringan, transparan, mudah diwarnai, tahan terhadap korosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi dan lingkungan merupakan bagian penting yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi seperti saat ini, tuntutan terhadap adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik adalah material sintetis yang berupa senyawa polimer yang unsur utamanya adalah karbon dan hidrogen atau hidrokarbon. Sejak ditemukan material plastik maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) menjadi manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia khususnya bagi perusahaan maju maupun berkembang. Jenis pekerjaan yang sebelumnya

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Limbah plastik merupakan permasalahan serius karena sifatnya nonbiodegradable tidak terurai secara alami oleh mikro organisme serta unsurunsur kimia yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan, lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia adalah masalah energi. Saat ini Indonesia telah mengalami krisis energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu semakin bertambah pula jumlah populasi manusia di bumi, maka dengan demikian kebutuhan energi akan semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang, pengolahan sampah seringkali masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu mengenai permasalahan lingkungan dunia telah menjadi perhatian dari berbagai pihak, terutama beberapa sektor yang terus tumbuh dan menjadi penyumbang turunnya

Lebih terperinci

Life Cycle Assessment

Life Cycle Assessment Life Cycle Assessment Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id Apakah What yang does dimaksud it mean to dengan be Green?? Produksi What is Bersih? Sustainability?? Apakah yang dimaksud dengan Keberlanjutan?

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang dibangun di atas lahan seluas 27 Ha di Dusun Betiting, Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan utama manusia baik sektor rumah tangga, industri, perkantoran, dan lainnya. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

Teknologi Bersih. Kuliah Minggu ke 8 tahun Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Teknologi Bersih. Kuliah Minggu ke 8 tahun Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Teknologi Bersih Kuliah Minggu ke 8 tahun 2011 Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Metabolisme Industri Istilah keberlanjutan merupakan istilah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tas belanja plastik merupakan salah satu benda yang selalu melekat dalam kehidupan kita sehari -hari. Seolah-olah tas belanja plastik telah menjadi bagian di dalam

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global menjadi isu yang penting dikalangan masyarakat akhirakhir ini. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi yang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH

KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH Disusun oleh: Nama : Rima Puspitasari NIM : 11.11.5460 Kelas : 11-S1TI-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA T.A 2011/2012 ABSTRAK Berbagai aktivitas manusia yang memanfaatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN 1 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Kinerja lingkungan dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komoditas agroindustri yang sudah tidak asing lagi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komoditas agroindustri yang sudah tidak asing lagi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas agroindustri yang sudah tidak asing lagi di Indonesia adalah salak. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya bencana lingkungan hidup yang mengancam, bukan hanya kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya bencana lingkungan hidup yang mengancam, bukan hanya kesehatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dicetuskan oleh adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI

KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI 9 KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA ALAM 2: MINERAL DAN ENERGI BI2001 Pengetahuan Lingkungan Proses geologi Sumberdaya mineral & dampak penggunaannya Energi tak terbarukan Efisiensi energi & energi terbarukan Solusi

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat ini Indonesia memiliki indeks pencemaran udara 98,06 partikel per meter kubik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan

Lebih terperinci

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o; L PEI\{DAITULUAIT 1.1 Latar Belakang Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (amanat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih Arsitektur dan Lingkungan Lilis Widaningsih Sustainable : Brundtland Comission (World comission on Environment and Development) tahun 1987 yaitu: Sustainable Development is development that meets the needs

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang melebihi batas. Dengan teknologi yang tepat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Plastik Polyethylene Terephthalate (PET) Pada botol plastik yang transparan dan tembus pandang seperti botol air mineral, botol minuman sari buah, minyak goreng, kecap, sambal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil ribuan ton BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 167.669

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ringan, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan plastik dalam kehidupan manusia semakin lama semakin meningkat. Peningkatan pemanfaatan plastik ini terjadi karena plastik bersifat ringan, praktis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat dunia semakin sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan, ini disebabkan oleh adanya kekhawatiran masyarakat akan dampak dari kerusakan lingkungan.

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini banyak menggunakan peralatan sehari-hari yang terbuat dari plastik. Plastik dipilih karena memiliki banyak keunggulan yaitu kuat, ringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan sebagai sarana transportasi, industri serta alat-alat stasioner lainnya mengakibatkan semakin meningkatnya konsumsi bahan

Lebih terperinci

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm Environment Pollution Prevention merupakan program pengelolaan lingkungan dengan mengupayakan pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dari setiap aktivitas, produk,

Lebih terperinci

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility IDENTIFY ACTIONS MANAGERS CAN TAKE TO MANAGE WITH THE ENVIRONMENT IN MIND Disusun Oleh Kelompok 6 : M Hasan Jauhari Irwan Syah M Haris Andri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alam sebagai penghasil garam. Secara geografis, Indonesia kaya akan sumber daya mineral. Indonesia juga merupakan salah satu negara maritim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara archipelago dengan penyebaran pulau dari ujung Barat hingga ujung Timur hampir mencapai 17.000 pulau. Indonesia dianugerahi dengan potensi sumber

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

USAHA PEMANFAATAN BARANG BEKAS PLASTIK

USAHA PEMANFAATAN BARANG BEKAS PLASTIK USAHA PEMANFAATAN BARANG BEKAS PLASTIK TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Disusun oleh : NAMA : TRI RIYANI NIM : 10.01.2722 KELAS : D3 TI 2A PROGRAM STUDI D3TI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 ABSTRAK Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak orang yang membicarakan masalah pemanasan global, bahkan dalam buku pendidikan lingkungan hidup untuk anak SD pun sudah mulai banyak yang membahas pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan peningkatan perekonomian menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia. Sementara produksi energi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau semisintetik, namun ada bebarapa polimer alami yang termasuk. peran sehingga terjadi peningkatan produksi otomotif dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau semisintetik, namun ada bebarapa polimer alami yang termasuk. peran sehingga terjadi peningkatan produksi otomotif dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer. Istilah plastik mencakup

Lebih terperinci

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting Pemakaian Bahan Baku Exploitasi dan Explorasi Sumber Daya Alam 100% Sumber Daya Alam Tidak Dapat Diperbaharui 10-15% Polutan Udara Pencemaran Udara Emisi Gas (CO, CO2, Sox, NOx) Penipisan Lapisan Ozon

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN Pert 8 MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya lingkungan mendapatkan perhatian yang semakin besar dalam manajemen perusahaan. Peraturan mengenai lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MELALUI PROGRAM ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL( EPCM) UDARA

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MELALUI PROGRAM ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL( EPCM) UDARA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MELALUI PROGRAM ENVIRONMENTAL POLLUTION CONTROL( EPCM) UDARA EVA FANDORA PERENCANA MUDA TRAINING FOR TRAINER JEPANG 22 FEBRUARI S/D 5 MARET 2010 LATAR BELAKANG Program pelatihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu pandangan yang mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang nomor 18 tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah adalah hal

Lebih terperinci

Persediaan Surplus dan Persediaan Mati. Hidayat Wiweko,S.E.,M.Si.

Persediaan Surplus dan Persediaan Mati. Hidayat Wiweko,S.E.,M.Si. Modul ke: Manajemen Persediaan Persediaan Surplus dan Persediaan Mati Fakultas EKONOMI & BISNIS Hidayat Wiweko,S.E.,M.Si. Program Studi Manajemen MODUL 13 : Persediaan Surplus dan Persediaan Mati Perhitungan

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci