ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA"

Transkripsi

1 ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: TRI WAHYU PUTRANTO PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN MANAJEMEN BISNIS POLITEKNIK NEGERI BATAM 2012

2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama NIM Tanda Tangan Tanggal : TRI WAHYU PUTRANTO : :.. : 28 Juni 2012

3 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA Oleh: TRI WAHYU PUTRANTO Batam, 28 Juni 2012 Dosen Pembimbing Seto Sulaksono Adi Wibowo, SE., M.Sc Dosen Penguji I Dosen Penguji II Sinarti, SE., M.Sc. Ak Marihot Nasution, SE

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir ini. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Akuntansi Politeknik Negeri Batam. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : (1) Arniati, SE., M.Si., Ak. selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan selama masa pekuliahan; (2) Seto Sulaksono Adi Wibowo, SE., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun tugas akhir ini; (3) Para Accont Representative, Supervisor dan Kepala Seksi Waskon KPP Madya Batam yang banyak membantu dalam penyusunan tugas akhir ini. (4) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan (5) Sahabat-sahabat saya Erwien, Marisa dan Margareth yang selalu memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Batam, 28 Juni 2012 Penulis, Tri Wahyu Putranto

5 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Politeknik Negeri Batam, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : TRI WAHYU PUTRANTO NIM : Program Studi : Akuntansi Jenis Karya : Tugas Akhir/Skripsi/Karya Ilmiah demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Negeri Batam Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas tugas akhir saya yang berjudul: ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik Negeri Batam berhak menyimpan, mengalih media/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Batam Pada tanggal: 28 Juni 2012 Yang menyatakan (Tri Wahyu Putranto)

6 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Otoritas... ii Lembar Pengesahaan... iii Kata Pengantar... iv Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... v Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Transfer Pricing Metode Penentuan Harga Pasar Wajar Analisis FAR (fungsi, aset dan resiko) Istilah-istilah di dalam Transfer Pricing BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM KPP MADYA BATAM Metodologi Penelitian Gambaran Umum KPP Madya Batam BAB IV PEMBAHASAN Praktik Transfer Pricing yang Sering Dilakukan oleh Perusahaan Perlakuan Perpajakan Terhadap Praktik Transfer Pricing Antisipasi dan Persiapan KPP Menghadapi Keberatan dan Banding BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran... 58

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Transaksi Antar Wajib Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa dengan Menerapkan Harga Wajar... 9 Tabel 2.2 Transaksi Antar Wajib Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa dengan Penerapan Harga Khusus (Tidak Wajar) Tabel 4.3 Analisis Fungsi Aset dan Resiko Tabel 4.4 Kriteria Pencarian Perusahaan Pembanding Tabel 4.5 Perusahaan Pembanding Tabel 4.6 Besarnya MTC perusahaan pembanding Tabel 4.7 Perhitungan MTC perusahaan pembanding Tabel 4.8 Laporan Laba (Rugi) PT XYZ Batam Tahun Tabel 4.9 PPh terutang PT XYZ Batam tahun

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Susunan Organisasi KPP Madya Batam Gambar 4.1 Kepemilikan Modal PT XYZ Gambar 4.2 Transaksi dengan Pihak Afiliasi... 33

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 2 Lampiran Khusus 3A SPT Tahunan PPh Badan Lampiran 3 Lampiran Khusus 3A-1 SPT Tahunan PPh Badan Lampiran 4 Lampiran Khusus 3A-2 SPT Tahunan PPh Badan... 61

10 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : TRI WAHYU PUTRANTO : Akuntansi : Analisa dan Penenganan Praktik Transfer Pricing Sebagai Upaya untuk Mengamankan Penerimaan Negara Tugas Akhir ini membahas mengenai bagaimana melakukan analisa dan penanganan terhadap praktik transfer pricing menurut ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Metode analisis data yang penulis lakukan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan suatu metode analisis yang menggambarkan keadaan variabel-variabel, dalam penelitian ini penulis menggambarkan prosedur analisa terhadap transaksi yang memiliki indikasi transfer pricing. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu ditingkatkan kerjasama dengan negara-negara lain dalam bidang perpajakan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam penanganan praktik transfer pricing dan perlunya pembekalan secara berkesinambungan terhadap petugas pajak supaya penangan transfer pricing dapat sesuai dengan peraturan perpajakan yang ada sehingga uapaya penerimaan negara dapat tercapai secara optimal. Kata kunci: Transfer pricing, ketentuan perpajakan, pajak

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak cara yang ditempuh oleh pengusaha/wajib pajak untuk melakukan penghindaran pajak. Penghindaran pajak adalah segala upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau bahkan menjadi tidak terutang sama sekali pajak yang seharusnya terutang dan dibayar oleh wajib pajak. Salah satu cara penghindaran pajak adalah dengan melakukan praktik transfer pricing. Transfer Pricing adalah suatu praktik penerapan harga khusus yang diterapkan oleh/antar pengusaha atau perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Dengan adanya penerapan harga khusus yang tidak sesuai dengan harga pasar ini, wajib pajak berusaha untuk memperkecil besarnya nilai transaksi yang dilakukan sehingga memperkecil besarnya pajak yang harus dibayar. Perusahaan yang memilki cabang/anak perusahaan di beberapa negara sengaja mentransfer labanya ke negara yang menetapkan pajak yang lebih rendah (contoh: pajak di Singapura sebesar 17% lebih kecil dari pajak yang berlaku di Indonesia yaitu 25%) Praktik seperti ini tentunya akan merugikan negara, karena sumber pemasukan negara berupa pajak jadi berkurang. Sudah menjadi tanggung jawab Kantor Pelayanan Pajak untuk melakukan optimalisasi penerimaan negara dengan meningkatkan analisis terhadap transaksi-transaksi yang memiliki indikasi adanya praktik transfer pricing berdasarkan aturan perpajakan yang berlaku. 1

12 Praktik transfer pricing sudah berlangsung sejak lama, di Indonesia sendiri sejak tahun 1993 sudah diterbitkan aturan yang mengatur tentang transfer pricing yaitu dengan terbitnya SE-04/PJ.7/1993 tentang petunjuk penanganan kasus-kasus transfer pricing. Penanganan praktik transfer pricing di lapangan tidak semudah seperti tertuang didalam aturan yang ada, karena tidak sedikit kasus transfer pricing yang mengalami kekalahan atas banding yang diajukan oleh wajib pajak di pengadilan pajak. Sebagaimana dipublikasikan dalam website pengadilan pajak setidaknya secara nasional sudah terdapat 4 kasus banding wajib pajak terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atas praktik transfer pricing yang dimenangkan oleh wajib pajak. Di KPP Madya Batam sendiri pernah terjadi satu kasus banding terhadap SKPKB atas praktik transfer pricing yang dimenangkan oleh wajib pajak. Hal ini terjadi karena kurang kuatnya Kantor Pelayanan Pajak dalam menetapkan data pembanding untuk menentukan harga wajar atas praktik transfer pricing. Kasus banding yang dimenangkan oleh wajib pajak tentu akan merugikan negara, karena selain berhak atas pengembalian pajak yang sudah dibayarkan, wajib pajak juga akan mendapatkan imbalan bunga sebesar 2% perbulan maksimal 24 bulan dari pokok pajak yang sudah dibayarkan tersebut apabila terjadi keterlambatan pengembalian kelebihan pajak, yaitu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya putusan banding sampai dengan dilakukan pengembalian kelebihan pajak. Bahkan untuk tahun pajak sebelum tahun 2008 atas putusan banding yang dimenangkan oleh wajib pajak, wajib pajak akan mendapatkan imbalan bunga sebesar 2% perbulan maksimal 24 bulan dari pokok pajak yang 2

13 sudah dibayarkan tersebut sejak tanggal pembayaran sampai tanggal putusan banding. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul ANALISA DAN PENANGANAN PRAKTIK TRANSFER PRICING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Praktik transfer pricing yang seperti apakah yang sering dilakukan oleh para pengusaha/perusahaan yang ada di Batam. 2) Bagaimanakah perlakuan perpajakan yang berlaku terhadap praktik transfer pricing. 3) Bagaimanakah persiapan/antisipasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Batam dalam menghadapi keberatan ataupun banding dari wajib pajak terhadap produk hukum yang dikeluarkan atas transaksi transfer pricing tersebut. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian lebih terfokus, maka penulis melakukan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 3

14 1) Batasan Data. Data yang digunakan adalah data wajib pajak yang memiliki indikasi praktik transfer pricing yang disamarkan nama dan identitas lainnya terkait dengan adanya ketentuan rahasia jabatan terhadap data-data wajib pajak, sebanyak 2 (dua) wajib pajak. 2) Batasan lapangan. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di KPP Madya Batam sebagai tempat kerja penulis. 3) Batasan Aspek. Agar penelitian ini lebih mengarah kepada tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi aspek penelitian yaitu pada aspek perpajakan yang terkait dalam praktik transfer pricing, mulai dari mengindentifikasi praktek transfer pricing sampai dengan produk hukum yang dikeluarkan, serta persiapan Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam terhadap keberatan dan banding wajib pajak. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1) Untuk mengetahui praktik-paktik yang dilakukan oleh para pengusaha yang memiliki indikasi adanya transfer pricing. 2) Untuk mengetahui ketentuan perpajakan dalam menentukan langkahlangkah untuk mengidentifikasi praktik transfer pricing dan produk hukum yang dikeluarkan. 4

15 3) Untuk mengetahui persiapan dan antisipasi Kantor Pelayanan Pajak dalam menghadapi keberatan/banding dari wajib pajak. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti: 1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh selama perkuliahan dengan praktik nyata di dunia kerja. 2) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam, dapat menjadi referensi sebagai upaya melakukan analisa terhadap praktik-praktik yang memiliki indikasi adanya transfer pricing sehingga penerimaan Negara dapat tercapai. 3) Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan para pembaca mengenai praktik-praktik yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki indikasi praktik transfer pricing, dan bagaimana perlakukan perpajakannya. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam menyusun tugas akhir penulis akan membagi menjadi 5 (lima) bab yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam pendahuluan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian 5

16 dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Menjelaskan landasan teori dan konsep yang mendasari penyusunan penelitian ini. BAB III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai metodologi penelitian yang terdiri dari: objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. Pada bab ini pula penulis akan menguraikan gambaran umum KPP Madya Batam yang terdiri dari sejarah awal berdirinya, visi dan misi, kegiatan dan struktur organisasi. BAB IV Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menguraikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah yang terdiri atas bagaimana perlakuan perpajakan terhadap praktik transfer pricing dari pemeriksaan sampai produk hukum yang dihasilkan dan persiapan KPP Madya Batam terhadap keberatan dan banding dari wajib pajak. BAB V Penutup Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran yang diberikan kepada KPP Madya yang diperoleh dari pembahasan yang juga merupakan jawaban singkat dari rumusan masalah dari penelitian. 6

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transfer Pricing Transfer pricing dari sisi ekonomi dapat diartikan sebagai penentuan harga barang atau jasa oleh suatu unit organisasi dari suatu perusahaan kepada unit oganisasi lainnya dalam perusahaan yang sama (Horngren dalam Kurniawan, 2011). Transfer pricing dari sisi perpajakan didefinisikan sebagai harga yang dibebankan oleh suatu perusahaan atas barang, jasa, dan harta tidak berwujud kepada perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (Lyons dalam Kurniawan, 2011). Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak nomor SE- 04/PJ.7/1993 tentang petunjuk penanganan kasus-kasus transfer pricing, secara universal transfer pricing dapat diartikan sebagai transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dalam hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau biaya dari satu wajib pajak ke wajib pajak yang lain, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang atas wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa tersebut. Praktik transfer pricing sering dilakukan oleh perusahaan yang berada di negara yang menetapkan tarif pajak yang lebih rendah dari tarif pajak Indonesia (25%) sebagai contoh adalah Singapura (17%). Gambaran sederhananya dapat terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2. Ilustrasi total pajak yang ditanggung oleh perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa tetapi tidak melakukan praktik transfer pricing dapat dilihat 7

18 dalam contoh PT Y di Indonesia yang melakukan penjualan unit produk kepada PT W Ltd di Singapura dengan harga wajar sebesar Rp ,- per unit. Keterangan secara lengkap terdapat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Transaksi Antar Wajib Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa Dengan Menerapkan Harga Wajar PT W Ltd di PT Y di Indonesia Keterangan Singapura 17% Total Group (Rp) tariff 25% (Rp) (Rp) Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Usaha Laba (Rugi) Sebelum Pajak PPh terutang Laba (Rugi) setelah Pajak Ilustrasi total pajak yang ditanggung oleh perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa yang melakukan praktik transfer pricing dapat dilihat dalam contoh PT Y di Indonesia yang melakukan penjualan unit produk kepada PT W Ltd di Singapura dengan menerapkan harga khusus per unit sebesar Rp ,- (seharusnya harga wajar sebesar Rp ,- per unit). Keterangan secara lengkap terdapat pada tabel

19 Tabel 2.2 Transaksi Antar Wajib Pajak yang Memiliki Hubungan Istimewa Dengan Penerapan Harga Khusus (Tidak Wajar) PT W Ltd di PT Y di Indonesia Keterangan Singapura 17% Total Group (Rp) tariff 25% (Rp) (Rp) Penjualan Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Biaya Usaha Laba (Rugi) Sebelum Pajak PPh terutang Laba (Rugi) setelah Pajak Berdasarkan kedua contoh tabel diatas, dapat diketahui bahwa dengan penerapan harga khusus, perusahaan secara total dalam grup melakukan penghindaran pajak sebesar Rp ,- (Rp ,- Rp ,-) dan penghindaran pajak di Indonesia sebesar Rp ,- (Rp ,- Rp ,-). Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 disebutkan bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila terdapat hal-hal sebagai berikut: 1. Wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 % pada wajib pajak yang lain. 2. Wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua/lebih wajib pajak dibawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung, 9

20 seperti ketergantungan bahan baku atau teknologi suatu perusahaan terhadap perusahaan lain. 3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah (saudara kandung) maupun semenda (karena pernikahan) dalam garis keturunan lurus (orang tua/mertua dan anak/anak tiri) dan/atau kesamping (saudara dan ipar) satu derajat. 2.2 Metode Penentuan Harga Pasar Wajar Dalam transaksi antar wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa, Undang- Undang memberikan kewenangan kepada aparat pajak untuk melakukan koreksi terhadap transaksi yang dianggap tidak wajar antara wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2011 tetang perubahan PER-43/PJ/2011 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, ditetapkan bahwa dalam menentukan harga wajar atau laba wajar terdapat 5 (lima) metode yang dapat digunakan secara hirarki mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor 5, metode tersebut adalah: 1. Comparable Un-controlled Price/CUP (harga pasar sebanding), yaitu dengan membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi atau keadaan yang sebanding. 2. Resale Price Method/RPM (harga jual kembali), yaitu dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara 10

21 pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan dalam kondisi wajar. 3. Cost Plus Method/CPM (harga pokok plus), dilakukan dengan menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa pada harga pokok penjualan yang telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. 4. Profit Split Method/PSM (pembagian laba), yaitu dengan mengidentifikasi laba gabungan atas transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut dengan menggunakan dasar yang dapat diterima secara ekonomi yang memberikan perkiraan pembagian laba yang selayaknya akan terjadi dan akan tercermin dari kesepakatan antar pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 5. Transaksional Net Margin Method/TNMM (laba bersih transaksi), dilakukan dengan membandingkan persentase laba bersih operasi terhadap biaya, penjualan, aktiva, atau terhadap dasar lainnya atas transaksi antara pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan persentase laba bersih operasi yang diperoleh atas transaksi sebanding dengan pihak lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau persentase laba bersih operasi yang 11

22 diperoleh atas transaksi sebanding yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa lainnya. 2.3 Analisis FAR (Fungsi, Aset dan Resiko) Wajib pajak diminta untuk menunjukkan analisis kesebandingan serta analisis fungsi, aset dan resiko (FAR) untuk mengetahui apakah sudah menerapkan prinsip kewajaran atau belum. Menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 tentang panduan pemeriksaan kewajaran transaksi afiliasi, disebutkan bahwa analisis FAR adalah analisis terhadap fungsi-fungsi yang dilakukan oleh tiap-tiap entitas yang terlibat dalam suatu transaksi, dengan mempertimbangkan aset yang dimiliki dan digunakan serta resiko yang ditanggung. Tujuan dari melakukan analisis FAR adalah untuk mengidentifikasi perbedaan substansi usaha para pihak yang terlibat dalam transaksi yang diperbandingkan, baik dalam transaksi afiliasi maupun transaksi independen yang memberi pengaruh terhadap hasil transaksi dan menyimpulkan karakter dari para pihak yang terlibat dalam transaksi sebagai dasar untuk menyimpulkan substansi usaha para pihak tersebut, karena terdapat kemungkinan bahwa status legal wajib pajak tidak sama dengan substansi usaha yang sebenarnya. Sebagai contoh PT AA dalam akte pendirian disebut sebagai perusahaan pabrikasi, tetapi setelah dilakukan analisis FAR, diketahui bahwa PT AA adalah perusahaan pabrikasi dengan fungsi terbatas (terbatas pada pengadaan bahan baku dan proses produksi barang jadi) atau umum disebut contract manufacturing yaitu perusahaan melakukan produksi berdasarkan pesanan perusahaan induk saja. 12

23 2.4 Istilah-istilah dalam Transfer Pricing : Pada prinsipnya transfer pricing dapat melibatkan baik transaksi domestik maupun global. Dalam aspek pajak penghasilan, transfer pricing domestik tidak membawa implikasi yang signifikan karena potensi penggalian pajaknya (walaupun digeser dari satu ke lain badan) masih dalam satu ketentuan pemajakan yang sama (Gunadi, 2007). Beberapa istilah yang digunakan dalam analisis terhadap praktik transfer pricing adalah sebagai berkut: 1) Pajak, menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, SH. adalah suatu kewajiban dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Resmi, 2009). Definisi pajak sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2) Wajib Pajak, sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud dengan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 3) Self Assessment, sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, yang dimaksud dengan self 13

24 assessment adalah suatu konsep dasar dalam perpajakan wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 4) Pemeriksaan, sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 5) Prinsip kewajaran (arm s length principle), menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 yang dimaksud dengan arm s length principle adalah sebuah prinsip yang mengatur bahwa dalam hal kondisi transaksi afiliasi sama dengan kondisi transaksi independen (yang tidak melakukan transaksi afiliasi) yang menjadi pembanding, maka harga dan keberadaan transaksi afiliasi tersebut harus sama dengan harga dan keberadaan transaksi independen yang menjadi pembanding, demikian juga sebaliknya. 6) Prinsip kelaziman usaha (ordinary practice of bussines), menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 prinsip kelaziman usaha adalah sebuah prinsip yang mengatur bahwa hasil dan keberadaan suatu transaksi afiliasi harus sama 14

25 dengan hasil dan keberadaan transaksi independen yang dilakukan oleh pelaku usaha lainnya dalam kelompok industri wajib pajak jika kondisi transaksi afiliasi sama dengan kondisi rata-rata transaksi independen dalam kelompok industri wajib pajak, demikian juga sebaliknya. 7) Sebanding, menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 yang dimaksud sebanding adalah suatu keadaan transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa tidak memiliki beda yang material terhadap penentuan hasil transaksi dibandingkan dengan kondisi transaksi antar pihak independen yang akan ditetapkan sebagai pembanding, atau apabila terdapat perbedaan yang material perbedaan tersebut dapat disesuaikan. 8) Analisis kesebandingan, menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 yang dimaksud dengan analisis kesebandingan adalah analisis atas kondisi dari transaksi wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk diperbandingkan dengan kondisi dari transaksi antar pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 9) Data pembanding internal, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2011, yang dimaksud dengan data pembanding internal adalah data harga wajar atau laba wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh wajib pajak dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 10) Data pembanding eksternal, menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2011 yang dimaksud dengan data pembanding eksternal 15

26 adalah data harga wajar atau laba wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh wajib pajak pembanding dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. 11) Indikator tingkat laba, menurut Surat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Direktorat Jenderal Pajak nomor S-153/PJ.04/2010 yang dimaksud dengan indikator tingkat laba (profit level indicator) adalah tingkatan hasil transaksi yang diperbandingkan dalam menerapkan prinsip kewajaran, yang dapat berupa harga atau laba kotor (gross prifit), atau laba bersih operasi (net operating profit). 12) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), sesuai dengan Undang- Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud dengan surat ketetapan pajak kurang bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 13) Surat Keputusan Keberatan, sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud dengan surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak. 14) Putusan Banding, sesuai dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang dimaksud dengan putusan banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding wajib pajak terhadap surat keputusan keberatan. 16

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA BATAM 3.1 Metodologi Penelitian Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa yang memiliki indikasi praktik transfer pricing dan bagaimana analisa dan penanganan terhadap praktik transfer pricing dari sudut pandang perpajakan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah: a) Wawancara Wawancara adalah komunikasi langsung secara tatap muka atau melalui telepon dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa Account Representative, Kepala Seksi Waskon (pengawasan dan konsultasi) dan Supervisor yang ada di KPP Madya Batam. Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan terdapat dalam lampiran tugas akhir ini. b) Dokumentasi Penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen berupa data perusahaan-perusahaan yang 17

28 memiliki hubungan istimewa, data perusahaan yang menjadi pembanding dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang terkait dengan transfer pricing Metode Analisis Data Metode analisis data yang penulis lakukan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan suatu metode analisis yang menggambarkan keadaan variabel-variabel yang meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan yang sedang diuji. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menggambarkan prosedur analisa terhadap transaksi yang memiliki indikasi transfer pricing dan bagaimana penerapaan metode perhitungan harga wajar atau laba wajar terhadap transaksi-transaksi yang mempunyai hubungan istimewa. 3.2 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak sudah ada sejak pada masa penjajahan Belanda, ketika itu masih bernama Djawatan Padjak dibawah departemen Van Financien, kemudian Van Financien berubah menjadi Zaimubu pada masa penjajahan Jepang, setelah kemerdekaan Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dan akhirnya pada tahun 1989 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Tujuan dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) ini adalah: 1. Untuk meningkatkan penggalian potensi pajak di wilayahnya. 18

29 2. Dalam rangka sistem self assessment, maka Direktorat Jendral Pajak (DJP) bermaksud memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat. 3. Baik intensifikasi (menggali potensi wajib pajak yang sudah terdaftar) maupun ekstensifikasi (menetapkan orang pribadi maupun badan yang sudah memenuhi syarat untuk menjadi wajib pajak) menjadi lebih efektif. 4. Untuk memacu penerimaan pajak negara sehingga menjadi salah satu unsur penting sumber dana pembangunan. 5. Pengelolaan pungutan pajak menjadi lebih tertib dan terarah. Mulai tahun 2002 Direktorat Jendral Pajak mulai melakukan modernisasi birokrasi secara bertahap dengan membentuk Kantor Pelayanan Pajak yang memfokuskan pada wajib pajak tertentu untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan meningkatkan penerimaan negara, yaitu dengan dibentuknya Kanwil Khusus, KPP Wajib Pajak Besar (LTO/Large Tax Office), KPP Madya (MTO/Middle Tax Office) dan KPP Pratama. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya mengelola wajib pajak besar jenis badan dalam skala regional (lingkup kantor wilayah) dan juga terbatas jumlahnya. Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya juga tidak ada kegiatan ekstensifikasi, jumlah wajib pajaknya sudah tetap sekitar yang ditetapkan Direktorat Jenderal Pajak, jika suatu saat ditambah wajib pajak-nya berasal dari seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah kantor wilayah. Jenis pajak yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya sama dengan pajak yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Wajib Pajak Besar, yaitu hanya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai. 19

30 Pada tahun 2006 sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 238/KMK.01/2006 dibentuklah KPP Madya Batam yang beralamat di jalan kuda laut no.1 Batam sebagai realisasi modernisasi birokrasi Direktorat Jendral Pajak (DJP) di lingkungan kantor wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatra bagian tengah. Selain KPP Madya Batam pada saat itu dibentuk juga KPP Madya Pekanbaru yang mencakup wilayah Kantor Wilayah Riau dan Kepulauan Riau kecuali kota Batam dan Tanjung Pinang. KPP Madya Batam melakukan administrasi pepajakan terhadap wajib pajak badan yang memiliki omset menengah keatas, selebihnya termasuk wajib pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama. Pada awalnya KPP Madya Batam hanya melakukan administrasi perpajakan terhadap 300 wajib pajak badan saja, namun kemudian bertambah seiring dengan berjalannya waktu mengingat perkembangan pertumbuhan kegiatan usaha di Batam, dan sampai dengan saat ini terdapat wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Batam Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Sedangkan yang menjadi misi dari Direktorat Jenderal Pajak dilihat dari beberapa segi, yaitu: 1) Segi Fiskal Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang 20

31 perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi. 2) Segi Ekonomi Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijaksanaan perpajakan yang meminimalkan distorsi. 3) Segi Politik Mendukung proses demokratisasi Struktur Organisasi Susunan organisasi KPP Madya Batam dapat dilihat pada gambar 3.1. MENTERI KEUANGAN DIRJEN PAJAK KANTOR WILAYAH RIAU DAN KEPULAUAN RIAU KEPALA KANTOR KPP MADYA BATAM Subbagian Umum SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI SEKSI PEERIKSAAN SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI Kelompok Jabatan Fungsional Gambar 3.1 Susunan Organisasi KPP Madya Batam Sumber: Sistem Informasi Kepegawaian DJP 21

32 Keterangan : 1. Kepala Kantor 2. Seksi Pelayanan 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 7. Seksi Penagihan 8. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 9. Seksi Pemeriksaan 10. Subbagian Umum 11. Pegawai Fungsional = 1 orang =10 orang = 13 orang = 9 orang = 10 orang = 9 orang = 4 orang = 4 orang = 2 orang = 7 orang = 21 orang Pembagian tugas dan tanggung jawab : 1) Kepala Kantor Merupakan pimpinan tertinggi Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam, yang bertanggung jawab untuk menjalankan Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam untuk dapat melayani masyarat dan mencapai target penerimaan pajak. 2) Subbagian Umum Bagian ini bertugas mengelola semua kebutuhan kantor maupun karyawan, meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga diantaranya penggajian, cuti pegawai, sarana-prasarana kantor, disiplin pegawai bahkan sampai kebutuhan obat-obatan untuk pegawai. 3) Seksi Pelayanan Bagian ini memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kepada wajib pajak, 22

33 dapat dikatakan mereka adalah front liner di kantor pelayanan pajak, memberikan penyuluhan ketentuan formal perpajakan, penerimaan surat pemberitahuan (SPT) dan menerima permohonan atau surat lainnya dari wajib pajak. 4) Seksi Penagihan Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penerbitan dan penyampaian surat teguran, surat paksa dan surat perintah melakukan penyitaan, pembuatan usulan pelelangan dan usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. 5) Seksi Pengolahan Data dan Informasi Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan data, pengelolaan akses dan keamanan sistem komputer, pelayanan dukungan teknis komputer, serta melakukan penyiapan, pencetakan dan pengiriman laporan kinerja. 6) Seksi Pemeriksaan Bagian ini bertangung jawab untuk melakukan mengelola administrasi kegiatan sebelum maupun setelah pemeriksaan seperti membuat usulan pemeriksaan, membuat Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan setelah diperoleh hasil pemeriksaan diinput pada Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak (SIMPP). Pelaksanaan pemeriksaan pajak dilakukan oleh pejabat fungsional pemeriksa pajak. 23

34 7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 Bagian ini bertanggung jawab untuk melakukan penatausahaan terkait dengan free trade zone (FTZ) Batam, Bintan dan Karimun, mulai dari menerima dokumen PPFTZ 03 (pemberitahuan pabean free trade zone 03), melakukan perekaman dan mengelola data PPFTZ 03, sampai dengan memberikan penyuluhan kepada wajib pajak terkait dengan FTZ. 8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2,3 dan 4 Bagian ini mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan wajib pajak, pemantauan proses administrasi perpajakan, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan bagi wajib pajak, melakukan penerbitan, pembetulan dan penyimpanan produk-produk hukum. Pada seksi ini terdapat 1 (satu) kepala seksi untuk tiap-tiap seksi yang membawahi beberapa Account Representative yang bertugas melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak-wajib pajak yang menjadi tanggung jawabnya, pembagian wajib pajak ini biasanya dilakukan berdasarkan kesamaan KLU (klasifikasi lapangan usaha). 9) Pejabat Fungsional Pemeriksa Pemeriksaan pajak yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Batam bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan dilaksanakan oleh pejabat fungsional pemeriksa pajak. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak digunakan Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK) untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang optimal dan mempercepat proses pemeriksaan. 24

35 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Praktik Transfer Pricing yang Sering Dilakukan oleh Perusahaan Berdasarkan hasil wawancara kepada para Account Representative, Kepala Seksi Waskon dan Supervisor diketahui bahwa hampir 20% wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pajak (KPP) Madya Batam memiliki indikasi praktik transfer pricing dan semua wajib pajak tersebut berstatus sebagai wajib pajak PMA (penanaman modal asing). Terkadang perusahaan PMA ini sengaja dibuat oleh perusahaan induk di luar negeri untuk membuat anak perusahaan di Indonesia sebagai cost centre saja (tempat untuk mengalokasikan biaya), hanya untuk memanfaatkan biaya tenaga kerja atau bahan baku yang rendah sedangkan keuntungan ditransfer ke perusahaan induk yang berada di negara yang menerapkan tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan tarif pajak Indonesia. Bentuk transfer pricing yang sering dilakukan adalah pengalihan barang berwujud berupa barang hasil produksi dari anak perusahaan di Batam kepada perusahaan induk di luar negeri. Perusahaan yang paling banyak memiliki indikasi transfer pricing adalah perusahaan yang bergerak di bidang assembling (contract manufacturing) yang melakukan pekerjaan berdasarkan pesanan perusahaan induk dan kemudian menjual semua barang jadi tersebut kepada perusahaan induk. Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya praktik transfer pricing atas transaksi yang dilakukan wajib pajak, kantor pelayanan pajak dapat menerapkan 2 (dua) cara, yaitu: 25

36 1. Melalui lampiran khusus 3A, 3A-1 dan 3A-2 SPT Tahunan PPh Badan. 2. Analisa terhadap laporan keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan Melalui Lampiran Khusus 3A SPT Tahunan PPh Badan Perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment dengan demikian wajib pajak diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang, termasuk dengan adanya transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa harus dilaporkan oleh wajib pajak, karena hal ini akan mempengaruhi besarnya pajak yang terutang. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa ini akan dilaporkan oleh wajib pajak dalam lampiran khusus 3A SPT Tahunan PPh Badan sebagai lampiran yang tidak terpisahkan dari SPT Tahunan PPh Badan. Lampiran khusus 3A SPT Tahunan PPh Badan berisi pihak-pihak yang memiliki kategori hubungan istimewa dan rincian transaksi yang dilakukan wajib pajak dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa tersebut. Rincian transaksi ini terdiri dari jenis transaksi yang dilakukan, nilai transaksi, metode penetapan harga yang digunakan dan alasan penggunaan metode tersebut. Selain mengisi lampiran khusus 3A, wajib pajak juga wajib mengisi lampiran khusus 3A-1 yang berisi tentang pernyataan transaksi dalam hubungan istimewa dan lampiran khusu 3A-2 yang berisi tentang pernyataan transaksi dengan pihak yang merupakan penduduk negara tax haven country, selain wajib untuk mengisi lampiran khusus tersebut wajib pajak juga wajib menyampaikan dokumen transfer pricing atau sering disebut dengan TP Doc (transfer pricing documentation). Transfer pricing documentation berisi tentang gambaran usaha 26

37 wajib pajak, pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, kedudukan dan fungsi perusahaan dalam transaksi afiliasi, metode transfer pricing yang digunakan dalam menentukan harga transfer dan data pembanding yang digunakan. Kantor Pelayanan Pajak akan melakukan pengujian terhadap metode transfer pricing yang diterapkan oleh wajib pajak sebagaimana ditunjukan dalam TP Doc wajib pajak, apakah sudah mencerminkan kewajaran atau tidak. Penetapan metode penentuan harga wajar yang sesuai oleh wajib pajak menunjukkan bahwa wajib pajak sudah menerapkan prinsip kewajaran dalam transaksi dengan pihak afiliasi dan tidak dikategorikan melakukan praktik transfer pricng. Wajib pajak yang menggunakan metode penentuan harga wajar yang tidak tepat sehingga tidak menggambarkan kewajaran maka dapat dikategorikan bahwa wajib pajak melakukan praktik transfer pricing dan Direktorat Jenderal Pajak berhak untuk menentukan harga transaksi maupun laba yang wajar dan menetapkan besarnya pajak yang seharusnya terutang Analisa Terhadap Laporan Keuangan dan SPT Tahunan PPh Badan Wajib pajak yang kedapatan tidak mengisi atau menyampaikan lampiran khusus 3A, 3A-1 dan 3A-2 SPT Tahunan PPh Badan, indikasi praktik transfer pricing juga dapat dilihat dari laporan keuangan, yaitu dari pendapatan dan pajak terutang yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT Tahunan PPh Badan. Wajib pajak yang melaporkan kerugian secara terus-menerus atau melaporkan laba yang terlalu kecil tetapi perusahaan masih dapat terus beroperasi atau terlihat adanya transaksi wajib pajak yang hanya kepada satu atau dua perusahaan saja terlebih 27

38 lagi dengan perusahaan yang ada diluar negeri yang menerapkan tarif pajak yang lebih rendah dari Indonesia, maka dapat dikategorikan bahwa wajib pajak memiliki indikasi praktik transfer pricing. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan memberikan tugas kepada Account Representative (AR) yang menangani wajib pajak bersangkutan untuk melakukan visit (kunjungan) ke lokasi usaha wajib pajak jika kondisi-kondisi tersebut terjadi. Account Representative akan melakukan survei terhadap kondisi nyata perusahaan untuk mengetahui kegiatan usaha perusahaan yang sebenarnya, skala produksi perusahaan, jumlah pegawai yang digunakan, jumlah mesin produksi yang dimiliki dan apabila diperlukan dapat dimintakan dokumen-dokumen pendukung transaksi wajib pajak. Hasil visit yang bertentangan dengan kondisi yang digambarkan dalam laporan keuangan wajib pajak maka dapat dikatakan bahwa wajib pajak memiliki indikasi praktik transfer pricing dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan harga transaksi atau laba yang menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. 4.2 Perlakuan Perpajakan Terhadap Praktik Transfer Pricing Undang-Undang Pajak Penghasilan no. 36 tahun 2008 pasal 18 (3) menyebutkan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode 28

39 harga penjualan kembali, metode biaya-plus atau metode lainnya. Dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak yang sudah menggambarkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha terhadap praktik transfer pricing dilakukan analisa penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha transaksi wajib pajak sampai dengan dikeluarkannya produk hukum yang mewajibkan wajib pajak membayar kekurang bayaran pajak penghasilan. Wajib pajak yang tidak puas terhadap putusan tersebut dapat mengajukan keberatan dan banding berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan. Setelah ditemukan adanya indikasi transfer pricing Kantor Pelayanan Pajak melakukan analisa penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi afiliasi yang dilakukan oleh wajib pajak. Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per-32/PJ./2011 tentang perubahan atas Per- 43/PJ./2010 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antar wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, disebutkan bahwa analisa penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding. 2) Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat. 3) Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antar wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 4) Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau 29

40 laba wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Implementasi aturan perpajakan dalam penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas praktik transfer pricing akan penulis sajikan dalam penelitian ini dengan menampilkan penanganan terhadap perusahaan yang telah dilakukan di lapangan, namun sehubungan dengan rahasia jabatan maka penulis akan memberikan inisial terhadap perusahaan di Batam yang melakukan praktik transfer pricing sebagai PT XYZ dan perusahaan induk yang ada di Singapura sebagai WHY Ltd., laporan keuangan yang ditampilkan juga sudah diolah oleh penulis untuk menjaga kerahasiaan perusahaan Melakukan Analisis Kesebandingan dan Menentukan Data Pembanding Analisis kesebandingan harus memperhatikan beberapa hal yaitu bahwa transaksi yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antar pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa apabila tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan atau terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material atau signifiikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba, sebagai contoh: PT A melakukan transaksi kepada PT Q di Singapura sebagai perusahaan afiliasi dengan perjanjian FOB shipping point dan ditemukan data pembanding PT B yang melakukan transaksi barang dengan karakteristik yang sama namun 30

41 dengan perjanjian FOB destination, maka PT B dapat dijadikan sebagai pembanding dengan mengeluarkan biaya pengiriman dan asuransi jika ada, maka transaksi tersebut baru dapat dikategorikan sebanding. Selaian perbedaan kondisi tersebut juga harus diperhatikan sumber data pembanding yang diperoleh, apabila tersedia data pembanding internal dan data pembanding eksternal dengan tingkat kesebandingan yang sama maka data yang wajib digunakan sebagai pembanding untuk penentuan harga wajar atau laba wajar adalah data pembanding internal, namun apabila data pembanding internal menyebabkan hasil penerapan suatu metode transfer pricing tidak handal, maka digunakan data pembanding eksternal meskipun terdapat data pembanding internal, sebagai contoh apabila terdapat data pembanding internal berupa penjualan produk yang sama kepada pihak independen tetapi penjualan tersebut dilakukan karena terjadi kelebihan produksi atau karena produk yang dihasilkan terdapat beberapa kesalahan sehingga produk tersebut dijual dengan harga yang tidak wajar. Sebelum melakukan analisis kesebandingan, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap usaha PT XYZ, karakteristik produk yang dihasilkan, bentuk transaksi dengan perusahaan afiliasi dan analisis FAR (fungsi, aset dan resiko) dan diperoleh data sebagai berikut: 1. Profil PT XYZ a. PT XYZ didirikan di Batam pada tahun 1994, berdasarkan akta notaris NN, dan beralamat di Batam. b. Gambaran umum dan produksi PT XYZ. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri utama plastic injection moulding dengan menggunakan bahan utama 31

42 berupa resin. Product references PT XYZ antara lain: Plastic Injection Moulding, dapat berupa: Thermoplastic Injection Moulding Thermoset Injection Moulding Secondary Process, dapat berupa: Terminal Pin Insertion Components Assembly Spray Painting/Silk-Screening/Tempo Printing/Pad Printing UV Coating & Printing Laser Marking Sorting & Rework (Metal/Rubber/Plastics) c. Kepemilikan saham PT XYZ Perlu diketahui besarnya kepemilikan saham pada PT XYZ untuk mengetahui adanya hubungan istimewa berdasarkan kepemilikan saham. Diketahui bahwa 92% saham PT XYZ dimiliki oleh WHY, Ltd Singapura dan 8% saham PT XYZ dimiliki oleh Mr. Holeongkong (orang pribadi). Dari data ini dapat diketahui bahwa PT XYZ di Batam memiliki hubungan istimewa dengan WHY, Ltd di Singapura, karena memiliki penyertaan modal lebih dari 25%. WHY,Ltd Singapura Mr. Holeongkong, Singapura 92% 8% PT XYZ Batam Gambar 4.1 Kepemilikan Modal PT XYZ 32

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Adapun yang menjadi visi Direktorat Jenderal Pajak adalah : Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system

Lebih terperinci

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM

METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM METODE PENETAPAN HARGA WAJAR TERHADAP PRAKTIK TRANSFER PRICING DI KPP PRATAMA BATAM TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh : Muhammad Fadli 3110911009 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan memerlukan biaya untuk menjalankan fungsinya serta melangsungkan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo Menurut pengumuman Nomor PENG-03/PJ.09/2007 tentang pengumuman, menjelaskan pembentukan Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU

BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU 42 BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK BADAN DAN ORANG ASING SATU 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Badan dan Orang Asing Satu Sebelum diterapkannya sistem administrasi modern, Kantor

Lebih terperinci

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya pengadaan dana dalam jumlah uang yang cukup besar dan berkesinambungan untuk membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-43/PJ/2010 TANGGAL 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA DALAM TRANSAKSI ANTARA WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia Sesuai dengan keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia No. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Kosambi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kosambi dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/KMK.01/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/KMK.01/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/KMK.01/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9 Agustus 2007 tentang Penerapan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Sukabumi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukabumi terbentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 tanggal 9

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pada tahun 1983 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah. BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : Jawatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1983 telah terjadi momentum penting dalam sistem perpajakan yang dirombak dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Kedua

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying. Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying. Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Gambaran umum KPP Pratama Bandung Cibeunying Sejarah pajak mula mula berasal dari Negara perancis pada jaman pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada jamannya beliau terkenal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Instansi Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang beriorentasi pada pelayanan dan pengawasan, maka stuktur organisasi Direktorat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan pemecahan dari Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM. 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM. 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK.01/2001,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Pada mulanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok adalah kantor bank yang digunakan oleh Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA

BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA BAB III GAMBARAN UMUM KPP PMA LIMA 3.1. Gambaran Umum KPP PMA Lima Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima (KPP PMA Lima) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK/0172001

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor 29 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Madya Tangerang Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dimana struktur organisasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meningkatnya kebutuhan dana pembangunan mendorong pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih intensif. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sistem perpajakan di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-barang BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Pajak Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi, yaitu : a. Jawatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian KPP Jakarta Kebayoran Lama, yang kini berubah menjadi KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pajak Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota Sejarah umum dari kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Selatan adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN PETISAH A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1894, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Ditjen Pajak. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 206.2/PMK.01/2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah menggalakkan pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1092, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Instansi Vertikal. Ditjen Pajak. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 167/PMK.01/2012

Lebih terperinci

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan roda pembangunan. Pajak bersumber dari masyarakat. Landasan hukum pemerintah dalam memungut pajak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT 2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pratama Kemayoran Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pratama Kemayoran mulai berdiri sejak tahun 1994 dengan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT A. Pengertian Pajak 1. Menurut S.I Djajadiningrat (Resmi,2011

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA PEKANBARU. 2.1 Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Madya Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA PEKANBARU. 2.1 Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Madya Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA PEKANBARU 2.1 Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Madya Pekanbaru Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya P ekanbaru, beralamat di JL.MR.SM. Amin ( Ring

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PKLM. A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PKLM. A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PKLM A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008 dengan membawahi tiga kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Pajak

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Pajak BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah direktorat jenderal dibawah Kementerian Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak dinamakan Kantor Belasting dan kemudian berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan tanpa adanya kontraprestasi langsung sehubungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Cibeunying. saat itu dikenal dengan Oor Logs-Overgangs Blasting (Pajak Penghasilan).

BAB II GAMBARAN UMUM. 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Cibeunying. saat itu dikenal dengan Oor Logs-Overgangs Blasting (Pajak Penghasilan). BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Cibeunying Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada jaman pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada jamannya beliau terkenal

Lebih terperinci

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI PERANAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP JUMLAH PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEBIH BAYAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Lamhot,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur. 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur. 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur KPP Madya Jakarta Timur, yang beralamat di Gedung MTO Jakarta- Gambir, Lantai 14-15, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu :

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. Perpajakan Indonesia terdiri dari dua periode, yaitu : BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Perpajakan Indonesia Negara Indonesia yang merupakan bekas jajahan pemerintah Hindia Belanda, undang-undang perpajakan merupakan warisan dari penjajahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Pesanggrahan berdiri sejak 5 Oktober 2015, KPP Jakarta Pessanggrahan ini merupakan pisahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inpeksi Pajak, pada saat

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. ObjekPenelitian Objek Penelitian dalam penulisan ini adalah sebuah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Tebet yang melayani wajib pajak dalam pelaporan dan pelunasan yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu dapat melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ -

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ - BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ - 0º 45ʼ Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor pajak pemerintah gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan yang sangat tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data laporannya. 3.1.1 Sumber Data Dalam penulisan laporan tugas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P

2016, No pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2120, 2016 KEMENKEU. Wajib Pajak. Jenis Dokumen. Informasi Tambahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.03/2016 TENTANG JENIS DOKUMEN DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 kantor pelayanan pajak masih disebut kantor inspeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam BAB II PROFIL INSTANSI 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktik di

Lebih terperinci