BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya minyak bumi berlimpah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bahkan diperkirakan Indonesia memiliki sumber minyak hingga mencapai 3,7 miliar barel (Kurtubi, CPEES, 2013). Angka tersebut belum termasuk sumber-sumber potensial yang belum dieksplorasi sehingga menunjukkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi minyak bumi yang tinggi. Tidak mengherankan jika Indonesia menjadi sasaran investasi para perusahaan minyak asing dari berbagai negara. Memasuki krisis moneter 1998, sektor minyak bumi Indonesia perlahan menjelma menjadi sektor yang cenderung liberal. Keterbukaan sektor minyak bumi terhadap peran asing ini bahkan dilegalkan oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999, Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Undang-Undang tersebut jelas menegaskan tentang pelarangan praktek monopoli di Indonesia, dan mendukung kebebasan pasar termasuk di sektor minyak dan gas (migas). Undang-Undang ini juga membawa dampak kepada Pertamina yang sebelumnya merupakan perusahaan negara dan menjadi satusatunya pemain tunggal yang memonopoli sektor minyak tiba-tiba dihadapkan dengan kenyataan larangan melakukan monopoli. Hal ini ditambah lagi dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang menuai kontroversi. Undang-Undang ini dianggap berisikan kepentingan asing hingga membuat banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengajukan nota keberatan walaupun pada akhirnya tetap disahkan DPR dan Presiden. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 dianggap melegalkan liberalisme di sektor minyak karena isi dari Undang- Undang ini melahirkan berbagai kebijakan liberal di sektor minyak. Menurut 1

2 2 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 pasal 60 menyebutkan, Dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun, Pertamina dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan Peraturan Pemerintah Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tersebut mentransformasi Pertamina dari yang tadinya merupakan perusahaan negara menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Status perubahan Pertamina lalu disahkan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003, Sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1971 perlu dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Peraturan tersebut juga menghilangkan peran monopolistik Pertamina sebagai representasi negara yang bertanggung jawab mengisi kas negara dan sebagai stabilisator sosial ekonomi publik sehingga Pertamina tidak lagi berfungsi sebagai regulator dan kontraktor (Hadi, 2012). Pertamina juga harus berlapang dada menerima equal treatment dimana Pertamina harus bersaing dengan perusahaan asing untuk mendapat wilayah eksploitasi minyak di negaranya sendiri (Hadi, 2012). Selain itu Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 telah membuat harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi ditentukan dengan keadaaan pasar dan tidak lagi dikontrol pemerintah seperti pada Pasal 28 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001, harga bahan bakar minyak (BBM) dan harga gas bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Kedua Undang-Undang tersebut mempromosikan nilai-nilai liberalisme seperti divestasi, kompetisi, equal treatment, privatisasi, deregulasi hingga menyerahkan harga minyak pada mekanisme pasar dunia (Hadi, 2012). Liberalisasi di sektor minyak Indonesia juga bisa terlihat dari 70% energi nasional yang dimiliki Indonesia dikuasai dan diolah oleh pihak asing berdasarkan prinsip-prinsip liberalisasi ekonomi (Fatwani, 2014). Bahkan menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produsen minyak terbesar di Indonesia bukan datang dari

3 3 perusahaan minyak lokal melainkan datang dari perusahaan minyak asing, yaitu Chevron Pasific Indonesia. Selain itu jika kita mencermati dengan seksama maka kita akan menemukan adanya bentrokan kebijakan. Kebijakan-kebijakan yang menganut nilai-nilai liberalisasi tersebut tidak sesuai dengan amanat yang tertera pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Menurut pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara dan ayat (3) yang menyebutkan, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Kebijakan sektor minyak setelah terjadinya krisis moneter 1998 sangat kontras dengan kebijakan sektor minyak yang terjadi pada pemerintahan Soekarno. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan Pemerintah Soekarno sejalan dan selaras dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33. Pada waktu itu, untuk mengakomodasi amanat yang tertera pada Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah di era Soekarno mengeluarkan Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang berisi bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi hanya diselenggarakan oleh negara dan selanjutnya negara mendelegasikan pelaksanaan pengusahaan industri pertambangan minyak dan gas bumi kepada perusahaan milik negara (Nurwidiatmo, 2005). Alhasil lahirlah perusahaan-perusahaan pertambangan migas negara seperti Pertambangan Minyak Negara (Permina), Pertambangan Minyak Indonesia (Permindo) dan Perusahaan Negara Gas Bumi Nasional (Permigran). Melalui aturan ini, pemerintahan Soekarno memperbesar peran dominasi negara dalam mengontrol sektor minyak. Bahkan pemerintahan Soekarno melakukan nasionalisasi terhadap tiga perusahaan minyak asing besar yang beroperasi kala itu. Hal ini menunjukkan bahwa sektor minyak Indonesia kala itu tertutup dan negara sangat mendominasi serta mengontrol jalannya usaha dari hulu hingga ke hilir (Hadi, 2012). Perbedaan kontras kebijakan-kebijakan tersebut lantas menimbulkan pertanyaan besar tentang faktor-faktor apa yang mampu mendorong Indonesia membuka sektor minyaknya. Sektor minyak yang cenderung tertutup di era pemerintahan Soekarno lalu menjelma menjadi sektor minyak terbuka yang justru cenderung liberal ketika memasuki masa krisis moneter 1998.

4 Permasalahan Penelitian Liberalisasi ekonomi semakin terasa di sektor minyak bumi setelah dilegalkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Liberalisasi ini bisa terlihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Pertama, dilakukannya privatisasi terhadap Pertamina sebagai perusahaan minyak bumi negara menjadi persero yang menyebabkan Pertamina harus berkompetisi dengan perusahaan asing untuk mendapatkan wilayah eksploitasi minyak bumi di negaranya sendiri. Kedua, harga bahan bakar minyak (BBM) tidak lagi dibawah kontrol pemerintah melainkan sudah diserahkan kepada mekanisme pasar. Ketiga, 70% energi nasional yang dimiliki Indonesia dikuasai dan diolah oleh pihak asing berdasarkan prinsip-prinsip liberalisasi ekonomi (Fatwani, 2014) sehingga tidak mengherankan jika produsen minyak terbesar di Indonesia bukan datang dari perusahaan minyak lokal melainkan datang dari perusahaan minyak asing. Liberalisasi telah tumbuh subur dengan didukung Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Kedua Undang-Undang tersebut telah mempromosikan nilai-nilai liberalisme seperti kompetisi, equal treatment, divestasi, privatisasi, deregulasi hingga menyerahkan harga minyak bumi pada mekanisme pasar dunia (Hadi, 2012). Keadaan yang kontras jika kita melihat situasi sektor minyak bumi Indonesia di era pemerintahan Soekarno yang tertutup, didominasi dan dikontrol oleh negara. Pada saat itu dominasi negara itu sendiri dijamin oleh negara dalam Undang-Undang No. 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Tidak tanggung-tanggung, Pemerintah bahkan melakukan nasionalisasi terhadap tiga perusahaan minyak bumi asing kala itu. Namun memasuki krisis moneter 1998, sektor minyak bumi berubah menjadi sektor terbuka dengan nilai-nilai liberal. Maka dari itu, tulisan ini bermaksud membahas pertanyaan Apa faktor-faktor yang mendorong terjadinya liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia?

5 Tujuan Penelitian Sehubungan dengan permasalahan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, tulisan ini akan menganalisa faktor eksternal dan internal yang mendorong terjadinya liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia, evolusi pergeseran makna konsep penguasaan negara dari masa ke masa, dan dampak yang dihasilkan dari terjadinya liberalisasi tersebut. Penjelasan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memperkaya pemahaman akademik dan dapat dijadikan dasar pertimbangan para pembuat kebijakan dalam pengambilan keputusan di isu terkait Signifikansi/Kontribusi Melalui analisa berbagai penemuan dan informasi serta pengamatan terhadap hasil observasi, penulis berharap melalui tulisan ini dapat memberikan sumbangan gagasan dan saran terkait kebijakan-kebijakan bagi aktor negara maupun non-negara di sektor minyak bumi. Penulis juga berharap, tulisan ini dapat berkontribusi menjadi masukan, pertimbangan dan perspektif baru untuk pengambil keputusan agar dapat mengambil kebijakan di sektor minyak bumi secara bijak, terutama pada lingkup Undang-Undang tentang minyak bumi, wilayah eksploitasi minyak bumi, perusahaan minyak bumi negara hingga kebijakan di hulu dan hilir minyak bumi Indonesia Literature Review Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Liberalisasi di Sektor Minyak Kudeta Putih Reformasi dan Pelembagaan Kepentingan Asing dalam Ekonomi Indonesia (Hadi, Syamsul., 2012) Menurut buku ini, liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia mulai berjalan secara masif setelah Indonesia menyetujui menerima bantuan dana dari International Monetary Fund (IMF). Berbagai sektor strategis termasuk sektor minyak bumi diliberalisasikan sebagai persyaratan pinjaman IMF. Kesepakatan tersebut tertuang dalam Letter of Intent (LoI) dan menjadi faktor yang mendorong lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Melalui undang-undang tersebut, pemerintah melakukan berbagai reformasi kebijakan termasuk mereformasi harga minyak bumi, lembaga pengelola energi, menghilangkan peran monopolistik Pertamina dan

6 6 membuatnya menjadi powerless. Pertamina yang merupakan perusahaan negara, berubah menjadi persero dan harus bersaing secara equal untuk mendapatkan wilayah eksploitasi minyak di negaranya sendiri. Undang- Undang tersebut dianggap menjadi pintu bagi nilai-nilai liberalisasi untuk masuk ke sektor minyak bumi Indonesia. Sehingga pemerintah Indonesia mengurangi subsidi energi, menaikkan harga listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengelolaan Sektor Minyak Bumi di Indonesia Pasca Reformasi: Analisis Konsep Negara Kesejahteraan (Roziqin, 2015) Menurut Jurnal ini, proses penyusunan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi merupakan akibat dari desakan IMF yang meminta Indonesia mereformasi sektor migas melalui butir ke-80 dan 81 di Letter of Intent (LoI) 20 Januari Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 ini berhasil disahkan sebagai bentuk liberalisasi sebagaimana yang disyaratkan dalam Lol. Sebagai timbal balik, Dewan Direksi IMF di Washington menjanjikan US$ 260 juta dari total bantuan sebesar US$ 5 Miliar sebagai kompensasi. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 ini jelas tidak sesuai dengan semangat yang ada di Pasal 33 Undang-Undang Dasar Dampak dari Undang-Undang No. 22 Tahun 2001, yaitu mulai dari pengilangan, penyimpanan, niaga dan pengangkutan menjadi terbuka terhadap asing. Lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 telah menggeser demokrasi ekonomi menjadi demokrasi liberal dengan prinsip ekonomi pasar, efisiensi pengelolaan sumber daya, transparansi, partisipasi, pasar bebas dan good governance Liberalisasi dalam Politik Ekonomi Internasional Introduction to International Political Economy Fifth Edition (Balaam, D. & Dillman, B., 2014) Menurut buku ini, saat liberalisme orthodoks tidak mampu menjelaskan mengapa Great Depression terjadi, muncul liberalisme Keynesian Theory yang mampu menjelaskan dan memberi solusi. Teori tersebut mengkritisi prinsip liberalisme orthodoks, yaitu invisible hand yang menyerahkan aktivitas ekonomi sepenuhnya kepada mekanisme pasar karena percaya self-interest

7 7 selalu sejalan dengan social interest sehingga tidak perlu ada campur tangan negara di dalamnya. Menurut Keynes, justru self-interest tidak sejalan dengan social interest. Bahkan individu cenderung berpikir rasional dan selfish. Keynes justru percaya bahwa peran pemerintah masih dibutuhkan dalam mekanisme pasar seperti menyuntikkan dana pada saat krisis untuk mengembalikan kepercayaan dan kestabilan pasar. Asumsi konsep Keynes menjelaskan bagaimana sebuah negara akhirnya menerima bantuan dana dari lembaga donor dunia dan menggunakan dana tersebut untuk mengembalikan kepercayaan pasar yang berujung pada keterbukaan sektor ekonomi negara tersebut. The Evolution of Economic Thought. 8th Edition (Brue & Grant, 2013) Menurut buku ini, Keynesian Theory hadir pada awal 1930 sesaat setelah Great Depression dimulai. Pada saat itu fenomena Great Depression sudah tidak mampu lagi dijelaskan dan diselesaikan melalui laissez-fairez. Namun Keynesian Theory mampu menjelaskan dengan kerangka pemikirannya serta menyediakan solusi bagi fenomena tersebut. Keynes melihat bahwa aggregate economics (kondisi ekonomi secara keseluruhan) penting untuk dilihat. Berbeda dengan liberalisme orthodoks yang melihat politik berada pada level di bawah ekonomi, Keynes justru melihat politik merupakan aspek penting untuk dikaji. Keynes juga membantah asumsi liberalisme orthodoks yang menyatakan bahwa pasar dapat mengatur dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan campur tangan pemerintah. Liberalisme menurut Keynes justru masih memerlukan campur tangan pemerintah melalui politik dalam membuat kebijakan moneter dan fiskal karena pasar tidak mampu mengatur dirinya sendiri. Penguasa politik dapat mengatur variabel-variabel kunci ekonomi dan membuka segala konsekuensi ekonomi melalui regulasi pemerintah. Pemikiran Ekonomi Politik Taylor, Smith, Marx dan Keynes (Handoko, 2013) Menurut jurnal ini, konsep Keynesian Theory disusun tidak hanya berdasarkan asumsi ekonomi, namun juga berdasarkan asumsi psikologis, sosial dan politik. Keynes berpendapat bahwa sangat mungkin pemerintah mempengaruhi jalannya pasar dengan mengaturnya lewat kebijakan moneter dan fiskal. Dalam

8 8 kebijakan moneter, pemerintah bisa mengatur unsur konsumsi, subsidi dan investasi. Sedangkan dalam kebijakan fiskal, pemerintah membantu memperlancar jalannya pasar dengan membangun infrastruktur seperti jalan raya dan pekerjaan umum. Tanpa ada campur tangan pemerintah, pasar tidak akan berjalan dengan lancar. Campur tangan pemerintah sekaligus menunjukkan bahwa menurut Keynes, aspek-aspek ekonomis seperti pasar memiliki hubungan erat dengan variabel-variabel politik. Kita tidak akan bisa paham tentang jalannya suatu sektor perekonomian tanpa mengetahui banyak tentang kebijakan negaranya dahulu. Pemahaman Keynes berdasarkan jurnal ini sekaligus menjelaskan bahwa untuk mengetahui keadaan suatu sektor ekonomi, kita harus mengkaji kebijakan negaranya terlebih dahulu Kerangka Pemikiran/Konsep Penulis memulai kerangka pemikiran penelitian ini dengan melihat bagaimana sejarah kebijakan sektor minyak bumi Indonesia mulai dari saat sektor minyak bumi masih tertutup di era pemerintahan Soekarno hingga sektor minyak bumi menjadi terbuka pasca reformasi. Melalui kronologis sejarah tersebut penulis akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong terjadinya liberalisme di sektor minyak bumi dengan menganalisis menggunakan konsep liberalisme Keynesian Theory. Penulis menggunakan Keynesian Theory, sebuah konsep yang muncul setelah terjadinya Great Depression di awal Keynes menawarkan kerangka aggregate economics, sebuah pemikiran untuk memahami ekonomi dengan melihatnya secara keseluruhan. Menurut Keynes, kita tidak akan dapat memahami kebijakan ekonomi suatu negara tanpa melihat kebijakan politik negara tersebut terlebih dahulu. Sistem dan aspek-aspek yang ada pada ekonomi seperti investasi, dan harga memiliki keterkaitan erat dengan variabel-variabel politik (Handoko, 2013). Maka dari itu penulis mencoba mengidentifikasi faktor-faktor pendorong liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia dengan menganalisis hubungan antara kebijakan politik internasional dan regulasi ekonomi sektor minyak bumi Indonesia Preposisi/Working Hypothesis Dari pemaparan yang telah disebutkan di atas maka penulis mencoba

9 9 merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, Apa faktor-faktor yang mendorong terjadinya liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia? Penulis berasumsi terdapat faktor eksternal dan internal yang mendorong terjadinya liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia. Pertama, dari sisi eksternal, penulis melihat jika kesepakatan Letter of Intent antara Indonesia dengan IMF telah mendorong dan mengkondisikan Indonesia harus membuka sektor minyaknya sebagai timbal balik dan bukti komitmen Indonesia ke IMF setelah menerima bantuan dana. Kedua, dari sisi internal, Indonesia membutuhkan lapangan pekerjaan, dan dukungan teknologi dari pihak asing. Tingkat pengangguran yang tinggi membawa banyak jutaan orang hidup di garis kemiskinan. Sektor minyak itu sendiri merupakan salah satu sektor strategis yang dapat mengurangi pengangguran. Maka masuknya perusahaan asing akan membuka lapangan pekerjaan baru di sektor minyak bumi. Sektor ini juga memiliki resiko tinggi dalam pengerjaannya sehingga harus melewati proses rumit dalam mengeksplorasi hingga memproduksi minyak bumi. Maka dari itu diperlukan adanya transfer teknologi canggih dari perusahaan asing untuk bisa mengelola sektor ini Metodologi Dalam menjawab penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan metode penelitian kausal komparatif dimana penulis meneliti hasil perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh variabel-variabel independen (Kumar, 2011). Dalam hal ini penulis melihat perubahan dalam sektor minyak bumi dari yang tertutup menjadi liberal yang disebabkan oleh beberapa faktor pendorong. Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sekunder dimana penulis akan melakukan teknik analisis data kualitatif terhadap sumber data sekunder seperti berbagai buku, jurnal ilmiah, skripsi dan laporan tahunan lembaga-lembaga terkait serta dokumen maupun press release dari website resmi institusi terkait. Beberapa sumber literatur yang digunakan berupa arsip letter of intent dari website IMF, jurnal maupun paper tentang washington consensus dan bretton woods, serta publikasi dari berbagai Kementerian dan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

10 Pembabakan Berikut ini merupakan pemaparan penulis tentang pembabakan dalam penulisan penelitian yang dibuat menjadi empat bab : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini, penulis mencoba memaparkan latar belakang permasalahan secara umum tentang bagaimana kebijakan sektor minyak bumi Indonesia yang telah menjelma menjadi liberal setelah memasuki krisis moneter Sangat kontras dengan kebijakan sektor minyak bumi sebelum terjadinya krisis yang cenderung tertutup. Selanjutnya penulis memaparkan permasalahan penelitian yang muncul akibat permasalahan di atas, yaitu apa faktor-faktor yang mendorong terjadinya liberalisasi di sektor minyak bumi Indonesia? Penulis juga menjelaskan tujuan dari penelitian ini dan apa signifikansi/kontribusi dari penelitian ini. Penulis juga memaparkan literature review sebagai sumber yang dijadikan pedoman penulis dalam merumuskan hipotesa atau jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang mau dibahas. Selain itu dijabarkan pula kerangka pemikiran tentang bagaimana alur pemikiran penulis dalam menyusun penelitian ini. Terakhir, penulis menjelaskan metode dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini BAB II Sejarah dan Konteks Pada awal bab ini, penulis akan memaparkan tentang evolusi makna konsep penguasaan negara terhadap cabang-cabang produksi yang terdapat di dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Penulis mencoba memaparkan makna filosofis konsep penguasaan negara dari era pemerintahan Soekarno hingga Soeharto. Selanjutnya akan dijelaskan saat terjadinya krisis moneter yang membawa Indonesia memasuki era reformasi berbagai hukum, regulasi dan kebijakan. Lahirnya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2001 setelah reformasi membawa terjadinya kontroversi pro dan kontra tentang konsep penguasaan negara. Di akhir akan dipaparkan konsep penguasaan negara menurut putusan Mahkamah Konstitusi. Melalui pemaparan sejarah ini akan terlihat evolusi pergeseran makna konsep penguasaan negara dari masa ke masa.

11 BAB III Pembahasan Pada bab ini, penulis akan memberikan berbagai analisa dari hasil observasi yang telah ditemukan untuk menjawab pertanyaan penelitan yang telah dipaparkan sebelumnya. Sehubungan dengan permasalahan penelitian yang telah dipaparkan, tulisan ini akan membahas mengenai: 1) Bagaimana konsep liberalisme Keynesian Theory dapat menjelaskan terjadinya liberalisasi sektor minyak bumi; 2) IMF sebagai manifestasi dari liberalisme sehingga mendorong lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 melalui Letter of Intent; 3) Kebutuhan akan lapangan pekerjaan dan transfer teknologi mendorong Indonesia dari dalam untuk membuka sektor minyak buminya. Di akhir bab ini penulis juga akan menguraikan dampak liberalisasi secara singkat BAB IV Penutup Pada bab terakhir ini penulis akan memaparkan hasil penelitian secara garis besar dengan disertai pernyataan penulis tentang kesesuaian hipotesa awal dengan hasil akhir analisa. Sebagai penutup penulis akan memberikan saran terkait hasil penelitian. Melalui saran tersebut diharapkan sektor minyak bumi Indonesia akan memiliki kebijakan yang lebih menguntungkan masyarakat di masa mendatang.

12 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya 177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.

Lebih terperinci

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Tanto Lailam, S.H., LL.M. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,

Lebih terperinci

Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite *

Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite * Pembentukan Badan Usaha Milik Negara Khusus (Bumn-K) Untuk Pengelolaan Minyak Dan Gas Bumi, Tepatkah? Oleh : Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 8 Februari 2016; disetujui: 15 Februari 2016 A. Latar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009 Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 51 tentang Pengaturan Monopoli BUMN Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN. Peranan negara dalam kegiatan ekonomi dapat diwujudkan dengan

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN. Peranan negara dalam kegiatan ekonomi dapat diwujudkan dengan 1.1 Latar Belakang PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN Peranan negara dalam kegiatan ekonomi dapat diwujudkan dengan perbuatan administrasi negara, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Pada dasarnya Indonesia memiliki prospek industri minyak bumi yang menjanjikan kedepannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya. Berbagai

Lebih terperinci

Oleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM

Oleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM Oleh : Dr. Hempri Suyatna FISIPOL UGM DASAR PEMIKIRAN Negara wajib memberikan perlindungan dan mengupayakan pemenuhan atas hakhak sosial, politik, ekonomi dan budaya sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas

Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas Disampaikan dalam International Business Integrity Conference 2017 Peran Asosiasi Bisnis dalam Mencegah Korupsi di sektor usaha Migas Disampaikan Oleh: Firlie Ganinduto Ketua Komite Tetap Hubungan Kelembagaan

Lebih terperinci

Rezim Neolib Bergaya Merakyat Wednesday, 26 November :40

Rezim Neolib Bergaya Merakyat Wednesday, 26 November :40 Ini berarti pemerintah memberikan uang cuma-cuma kepada asing. Sudah mereka mengambil migas Indonesia, diberi pasar dalam negeri, ditambah diberi subsidi, dan dilindungi lagi. Sedikit demi sedikit, harga

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki konstitusi sejak disahkannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki konstitusi sejak disahkannya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki konstitusi sejak disahkannya pada tanggal 18 Agustus 1945 yang disebut Undang-Undang Dasar 1945 atau disingkat UUD

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,

Lebih terperinci

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi

Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi Pengaturan Tata Kelola Gas Bumi dalam UU Migas dan Kesesuaiannya dengan Konstitusi Mailinda Eka Yuniza, S.H., LL.M PSE-UGM Yogyakarta, 25 Agustus 2014 TATARAN PENGELOLAAN ENERGI TATARAN (Domain) KONSTITUSI-LEGISLASI-REGULASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI RUU Perubahan Migas RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm, First

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia pada saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam pembentukkannya, desakan ini terjadi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1997-1999

Lebih terperinci

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil A. Konteks Sejak diberlakukan pada tahun 2001, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU 22/2001) telah tiga kali dimintakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA *47271 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 31 TAHUN 1997 (31/1997)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang 111 BAB V PENUTUP A.KESIMPULAN Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang ada dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu: 1. Untuk mengetahui mekanisme masukknya BBM

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di 81 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokus Penelitian Lokus dalam penelitian ini adalah adanya indikasi masuknya ideologi neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di Indonesia. 3.2 Tipe

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015 Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015 Sudah lebih dari 2 (dua) tahun tepatnya 13 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan hasil bumi, baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya. Kekayaan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ternyata menduduki posisi tiga terbawah dalam menerapkan Good Corporate Governance di Asia, hal ini berdasarkan

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah

Lebih terperinci

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017 MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN PENGUSAHAAN DI SEKTOR ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena selalu terdapat kepentingan yang berbeda bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK

RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK BAB XII RESTRUKTURISASI & PRIVATISASI BUMN RASIONALITAS EKONOMI DAN KEPENTINGAN POLITIK Oleh Dewi Triwahyuni KONSEP & LATAR BELAKANG BUMN DEFINSI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan usaha yang

Lebih terperinci

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU sukarmi@kppu.go.id 1 KEBERADAAN HUKUM DAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA KPPU dan Performanya dalam menjalankan UU No. 5/1999 2 - LATAR BELAKANG - 1 Masyarakat belum mampu berpartisipasi

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya

RechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya Kaji Ulang Penawaran Participating Interest Bagi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dalam Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Oleh: Muhammad Yusuf Sihite * Naskah diterima: 20 Januari 2016; disetujui:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK Briefing October 2014 Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK Patrick Heller dan Poppy Ismalina Universitas Gadjah Mada Memaksimalkan keuntungan dari sektor

Lebih terperinci

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-VI/2008 tanggal 30 Januari 2009 atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi 1.5 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam perekonomian nasional selain badan usaha swasta, rumah tangga dan koperasi. Kebersamaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?

Bagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik? Revrisond Baswir, Pengamat Ekonomi Politik UGM William Blum dalam buku terbarunya America s Deadliest Export Democracy menyebutkan ekspor Amerika yang paling mematikan adalah demokrasi. Menurut mantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan dengan fungsi lindung yaitu hutan sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara I. PEMOHON 1. Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), diwakili oleh

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH SEKTOR ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Oleh : Handoko Setiadji, S.T. Abstrak Rencana pembangunan memuat arahan kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan

2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan No.99, 2015 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ALAM. Minyak. Gas Bumi. Aceh. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 99). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat sejalan dengan meningkatnya trend tuntutan pasar terhadap mobilitas perpindahan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan ditingkatkan, salah satu bidang yang berperan penting dalam pembangunan ini adalah perekonomian.

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus mengalami perubahan. Perubahan lingkungan ini membuat pengelolaan usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri

Lebih terperinci

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas?

Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? MIKHAEL GEWATI Indonesia Negeri Kaya Minyak dan Gas? Kompas.com - 30/05/2017, 15:17 WIB Aktivitas hulu migas di lepas pantai (Dok SKK Migas ) KOMPAS.com Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Didalam bab tiga penulis membahas tentang Hasil Penelitian dan Analisis. Di dalam pada bagian Hasil Penelitian pembahasan yang berdasarkan pada rumusan masalah yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang berintikan pada kegiatan Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan dan/atau Niaga produk minyak dan

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

Mayoritas masyarakat menolak kenaikan BBM, termasuk mayoritas para pemilih partai yang mendukung kebijakan kenaikan BBM.

Mayoritas masyarakat menolak kenaikan BBM, termasuk mayoritas para pemilih partai yang mendukung kebijakan kenaikan BBM. Mayoritas masyarakat menolak kenaikan BBM, termasuk mayoritas para pemilih partai yang mendukung kebijakan kenaikan BBM. Pemerintah dan wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengklaim bahwa kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Paradigma pengelolaan keuangan daerah telah mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5784 EKONOMI. Keanggotaan Kembali. Republik Indonesia. Dana Moneter Internasional. Bank Internasional. Undang-Undang. Nomor 9 Tahun 1966. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1967.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam Indonesia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi DASAR HUKUM UU No. 22/2001 PP 36 / 2004 Permen 0007/2005 PELAKSANAAN UU NO. 22 / 2001 Pemisahan yang jelas antara

Lebih terperinci

Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F

Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan Surakarta (suatu pendekatan ekonomi makro tahun 2000-2006) Oleh : Taufik Akbar F.0104092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam wilayah Hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 PERBANDINGAN HUKUM PENGUASAAN DAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Dapat diartikan bahwa pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Dapat diartikan bahwa pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Ichsanuddin Noorsy, Pengamat Kebijakan Publik

Ichsanuddin Noorsy, Pengamat Kebijakan Publik Ichsanuddin Noorsy, Pengamat Kebijakan Publik Meski sudah menaikan berkali-kali, rezim SBY akan terus menaikan harga BBM sampai sesuai dengan harga pasar dunia. Selama harganya masih di bawah harga dunia,

Lebih terperinci

Modul I : Pengantar UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Modul I : Pengantar UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Modul I : Pengantar UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT Antitrust Law (USA) Antimonopoly Law (Japan) Restrictive Trade Practice Law (Australia) Competition

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ENERGI SECARA TEPAT SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN STABILITAS EKONOMI NASIONAL

PENGELOLAAN ENERGI SECARA TEPAT SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN STABILITAS EKONOMI NASIONAL Paper ini merupakan contoh paper yang baik. Memuat footnote yang menjadi sumber bacaan si penulisnya. Disamping itu isi paper telah menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi dengan tema/topik yang

Lebih terperinci

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan hilir minyak dan gas di Indonesia memasuki babak baru

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan hilir minyak dan gas di Indonesia memasuki babak baru 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kegiatan hilir minyak dan gas di Indonesia memasuki babak baru dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci