BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ` 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat,A.2007). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kepercayaan sering diperoleh dari orangtua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar (Notoatmodjo, 2010). Menurut Bahtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pengetahuan adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

2 2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara luas. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi rill sebenarnya. misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan - perhitungan hasil penelitian. d. Analisis (Analysis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menggunakan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen yang masih saling terkait dan masih didalam suatu struktur organisasi tersebut. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian - bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

3 f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objektif (Mubarak,I.,W,.2011). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Usia Semakin cukup usia si ibu tingkat kemampuan atau kematangan akan lebih mudah untuk berpikir dan mudah menerima informasi tentang kehamilannya. b. Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang diperkenalkan. c. Pengalaman Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis. d. Intelegensi Pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan dibanding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah.

4 e. Sosial-Ekonomi Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan. f. Sosial Budaya Dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya. g. Pekerjaan Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja akan mempunyai banyak informasi dan pengalaman. B. Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: An individual s attitude is syndrome of response consisitency with regard to object. Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

5 Menurut Notoadmojo sikap bukan dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk oleh pengalaman individu, dan interaksi dengan orang lain serta menganggap pentingnya mengetahui penggunaan kontrasepsi, hal ini menunjukkan bahwa sikap yang baik dapat menimbulkan prilaku yang positif dalam penggunaan kontrasepsi. Pengetahuan mengenai suatu obyek tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak, seperti halnya sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis untuk mencapai suatu tujuan, berusaha untuk mencapai suatu tujuan. Sikap dapat merupakan suatu pengetahuan tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan kecendrungan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut. Sikap seseorang relatif konstan, dengan sikap yang berbeda seseorang mengevaluasi apakah individu, objek atau ide baik atau buruk. Sikap juga dapat mempengaruhi perilaku, bagaimanapun nilai merupakan keyakinan dan standar seseorang untuk bertindak, pembentukan dan pemeliharaan sikap terhadap objek yang sesuai, mengkritik dan membandingkan dari orang lain. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata ((Notoatmodjo, 2010).

6 Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup). STIMULUS (Rangsangan) PROSES STIMULUS REAKSI TERBUKA REAKSI TERTUTUP Skema 1. Hubungan sikap dan tindakan Komponen pokok sikap: Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu: 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnaya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap

7 objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka(tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh : seorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). C. Konsep Dasar Nifas 1. Masa Nifas Masa nifas (Peurperium) adalah di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.(anggraini,y.,2010). Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif pendek darah sudah keluar,

8 sedangkan batasan maksimumnya adalah adalah 40 hari (Wulandari,dkk,2011). Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim(suherni,dkk,2009). 2. Perawatan Pasca Persalinan. a) Mobilitas. Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina. b) Nutrisi Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayursayuran dan buah-buahan. c) Miksi Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat pada jam pertama sampai sekitar hari ke -5 setelah melahirkan. Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.

9 d) Defekasi. Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, atau karena adanya haemorroid. e) Perawatan Payudara. Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI. f) Laktasi atau menyusui g) Pemeriksaan pasca persalinan. 1) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya. 2) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan. 3) Payudara, ASI, puting susu. 4) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum. 5) Sekret yang keluar, misal Lochia, Flour albusi. 6) Keadaan alat-alat kandungan. 7) Nasehat untuk ibu post natal. a) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan. b) Sebaiknya bayi di susui. c) Melakukan KB. d) Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi (Syafrudin,dkk,2009).

10 3. Tujuan Masa Nifas a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi b) Melaksanakan skrining yang komprehensif,(menyeluruh) c) Mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi d) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya e) Memberikan pendidikan kesehatan dan pelayanan keluarga kontrasepsi (Rukiyah,dkk,2011). Tujuan masa nifas sangat penting terutama untuk mencari kemungkinan ada infeksi, membicarakan tentang metode KB untuk menjarangkan kehamilan. D. KONSEP DASAR ALAT KONTRASEPSI 1. Pengertian Alat Kontrasepsi Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya (Mulyani, Siti, Nina, dkk, 2013). Program KB adalah suatu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan

11 sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia indonesia (BKKBN,2005). Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana (KB).Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada (Affandi, Biran,dkk,2011). Bertambahnya tingkat kemakmuran masyarakat menyebabkan penurunan tingkat kelahiran. Penurunan ini terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi. Program KB merupakan salah satu program upaya untuk peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Dalam penggunaan alat kontrasepsi ibu nifas harus mengetahui kontrasepsi yang sesuai. Pengetahuan ibu tentang kontrasepsi yang rendah akan mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan alat kontrasepsi. Sikap yang baik petugas kesehatan dalam melakukan konseling bagi calon klien KB: a) Memperlakukan klien dengan baik. b) Interaksi antara petugas dengan klien. c) Memberikan informasi yang baik dan benar. d) Menghindari pemberian informasi yang berlebihan. e) Membahas metode yang di ingini klien.

12 f) Membantu klien untuk mengerti dan mengingat(affandi, Biran, dkk, 2006). 2. Metode Alat Kontrasepsi a) Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen dan Progesteron) Macam-macam alat kontrasepsi hormon estrogen : 1). Pil kombinasi Jenis pil kombinasi antara lain : (a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestion (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif ( Affandi, Biran,dkk, 2011). Cara kerja pil kombinasi : (a) Menekan ovulasi. (b) Mencegah implantasi.

13 (c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. (d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. Manfaat dari pil kombinasi : (a) Tidak mengganggu hubungan seksual. (b) Siklus haid teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri haid. (c) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan. (d) Mudah dihentikan setiap saat. (e) Dapat digunakan kontrasepsi darurat. (f) Dapat digunakan usia remaja sampai menopause Keterbatasan pil kombinasi : (a) Mahal dan membosankan karena harus digunakan setiap hari. (b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama. (c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama. (d) Pusing. (e) Nyeri payudara (f) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).

14 Yang dapat menggunakan pil kombinasi Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti : (a) Usia reproduksi (b) Telah memiliki anak ataupun yang belum (c) Gemuk atau kurus (d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi (e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui (f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberi ASI eksklusif, sedangkan semua kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut. (g) Pasca kegugguran (h) Anemia karena haid berlebihan (i) Nyeri haid hebat (j) Riwayat ektopik (k) Kencing manis tanpa komplikasi ginjal, pembuluh darah. Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah : (a) Hamil atau dicurigai hamil (b) Menyusui eksklusif (c) Perdarahan pervaigna yang belum diketahui penyebabnya (d) Penyakit hati akut (hepatitis)

15 (e) Perokok dengan usia > 35 tahun (f) Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110mmHg (g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun (h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara. (i) Migrain dan gejala neurologik fokal(elipsi/ riwayat epilepsi) (j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari. 2) Suntikan Kombinasi Jenis suntik kombinasi adalah 25 mg Depomedroksi progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeks I.M sebulan sekali (cylofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali. Cara kerja suntikan kombinasi (a) Menekan ovulasi (b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu (c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu (d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

16 Keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi : (a) Resiko terhadap kesehatan kecil (b)tidak berpengaruh pada hubungan suami istri (c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam (d) Jangka panjang (e) Efek samping sangat kecil (f) Mengurangi jumlah perdarahan (g) Mengurangi nyeri saad haid Kerugian memakai suntik kombinasi (a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting atau perdarahan sela 10 hari (b) Mual,sakit kepala, nyeri payudara ringan, keluhan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. (c) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan klien harus kembali 30 hari untuk mendapatkan suntikan (d) Penambahan berat badan (e) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. Yang boleh menggunakan suntik kombinasi (a) Usia reproduksi (b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak

17 (c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tingggi (d) Menyusui ASI pasca persalinan >6 bulan (e) Pasca persalinan dan tidak menyusui (f) Anemia (g) Nyeri haid hebat (h) Haid teratur (i) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi (a) Hamil atau diduga hamil (b) Menyusui dibawah 6 bulan pasca persalinan (c) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya (d) Penyakit hati akut (virus hepatitis) (e) Usia >35 tahuhn yang merokok (f) Riwayat kelainan tromboemboli atau kencing manis > 20 tahun (g)kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala/ migran.

18 b) Kontrasepsi Progestin 1).Kontrasepsi Suntik Progestin Tersedia 2 jenis Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu: (a) Depo Medroksi Progesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara suntikan Intra Muskular (didaerah bokong) (b) Depo Noretisteron Enantat (depo noeisterat), yang mengandung 200 mg Poretindron Enantat, diberikan setaip 2 bulan dengan cara disuntikkan IM Cara kerja (a) Mencegah ovulasi (b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. (c) Menjadikan slaput lendir rahim tipis (d) Mengambat transportasi gamet oleh tuba Keuntungan suntik progesteron yaitu : (a) Sangat efektif (b) Pencegahan kehamilan jangka panjang (c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri (d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembetulan darah.

19 (e) Tidak memiliki pengaruh terhadap asi (f) Sedikit efek samping (g) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai peri menopause. (h) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul Keterbatasan suntik progesteron yaitu : (a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti : (1) Siklus haid yang memendek atau memanjang (2) Perdarahan haid yang banyak atau sedikit (3) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak(spotting) (4) Tidak haid sama sekali (b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum diberikan (c) Permasalahan berat badan merupakan efek saping tersering (d) Terlambatnya kembali kesuburan setelah pengehentian pemakaian (e) Terjadi pada perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang Yang dapat digunakan suntik progestin : (a) Usia reproduksi (b) Nulipara dan telah memiliki anak

20 (c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi (d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui (e) Setelah abortus atau pengguguran (f) Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi (g) Tekanan darah < 180/110 mmhg (h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. (i) Anemia defisiensi besi (j) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi Yang tidak boleh menggunakan suntik progestin : (a) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per kelahiran) (b) Perdarahan pervaginam (c) Penderita kanker payudara (d) Diabetes melitus disertai komplikasi 2). Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil) Jenis minipil dengan kemasan isi 35 pil dan kemasan isi 28 pil.

21 Cara kerja mini pil yaitu : (a) Menekan sekresi gonadrotropin dan sintesis sreroid seks di ovarium (tidak begitu kuat) (b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit. (c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma Keuntungan kontrasepsi ini yaitu : (a) Sangat efektif bila digunakan secara benar (b) Tidak mengganggu hubungan seksual (c) Tidak mempengaruhi ASI (d) Kesuburan cepat kemabli (e) Nyaman dan mudah digunakan (f) Sedikit efek samping (g) Dapat dihentikan setiap saat (h) Tidak mengandung estrogen. Keterbatasan yaitu : (a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea) (b) Peningkatan/ Penurunan berat badan (c) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama

22 (d) Bila lupa 1 pil saja kegagalan lebih besar (e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing dermatitis, jerawat Yang boleh menggunakan minipil (a) Usia reproduksi (b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak (c) Pasca persalinan dan tidak menyusui (d) Menginginkan metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui (e) Pasca keguguran (f) Perokok segala usia (g) Mempunyai tekanan darah tinggi. Yang tidak boleh menggunakan minipil (a) Hamil atau diduga hamil (b) Perdarahan pervagina dan belum jelas penyebabnya. (c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (d) Sering lupa menggunakan pil (e) Mioma uterus, progestin yang memicu pertumbuhan mioma (f) Riwayat stroke (Affandi, Biran,dkk,2011).

23 c) Kontrasepsi Implan Jenis Implan (1) Norplant Terdiri dari 6 batang silastik lembut di isi dengan 36 mg levonergestrel dan lama kerjanya 5 tahun (2) Implanon dan sinoplant Terdiri dari 1 batang putih lentur, di isi dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. (3) Jadena dan Indoplant Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levanor gestrel dengan lama kerja 3 tahun. Cara kerja Implan (1) Mengentalkan lendir serviks (2) Membantu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi (3) Mengurangi transportasi sperma (4) Menekan ovulasi Keuntungan kontrasepsi implan (1) Daya guna tinggi (2) Perlindungan jangkan panjang (sampai 5 tahun) (3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

24 (4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam. (5) Bebas dari pengaruh estrogen. (6) Tidak mengganggu kegiatan sanggama. (7) Tidak mengganggu ASI. (8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. (9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Keterbatasan : Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. Timbulnya keluhan-keluhan, seperti: (1) Nyeri kepala. (2) Peningkatan/penurunan berat badan. (3) Nyeri payudara. (4) Perasaan mual. (5) Pening/pusing kepala. (6) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness). (7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS

25 (8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan. (9) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per perempuan per tahun). Yang Boleh Menggunakan Implan (1) Usia reproduksi (20-35 tahun) (2) Telah memiliki anak ataupun yang belum. (3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang. (4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi. (5) Pasca persalinan dan tidak menyusui. (6) Pasca keguguran. (7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi. (8) Riwayat kehamilan ektopik. (9) Tekanan darah >180/110 mmhg (10)Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. (11) Sering lupa menggunakan pil. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan (1) Hamil atau diduga hamil. (2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

26 (3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara. (4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi. (5) Mioma uterus dan kanker payudara. (6) Gangguan toleransi glukosa dan memiliki riwayat hipertensi (Meilani, dkk, 2010). d) Kondom Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik(vinil) atau bahan alami (produksi hewani). Kondom terdiri dari 2 jenis yaitu kondom wanita dan kondom pria. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada tapi belum populer dengan alasan ketidak nyamanan(berisik). Cara kerja kondom adalah: (1). Dapat mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita (2). Sebagai alat kontrasepsi (3). Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS Manfaat Kontrasepsi kondom (1) Efektif bila digunakan dengan benar (2) Tidak menganggu reproduksi ASI (3) Tidak mengganggu kesehatan klien (4) Murah dan dapat dibeli secara umum

27 Keterbatasan kontrasepsi kondom (1). Efektifitas tidak terlalu tinggi (2). Cara penggunaan sangat mempengaruhi kontrasepsi (3). Harus tersedia setiap kali berhubungan seksual (4). Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum Sesuai untuk pria yang: (1)Ingin berpartisipasi dalam program KB (2)Ingin segera mendapat alat kontrasepsinya (3)Ingin kontrasepsi sementara (4)Berisiko tinggi tertular/ menularkan IMS Tidak Sesuai untuk pria (1) Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan (2) Alergi terhadap bahan dasar kondom (3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (4) Tidak peduli berbagai persyaratan kontrasepsi(mulyani, Nina, dkk,2013).

28 e) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR) Alat kontrasepsi dalam rahim adalah suatu alat yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri. Jenis AKDR Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah : 1). AKDR yang berkandungan tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova T 2). AKDR yang berkandungan hormon progesteron, yaitu Mirena 3). Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati bentuk lipes loop(terbuat dari plastik). Cara kerja : Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri Mencegah sperma dan ovum bertemu dan mencegah implantasi telur dalam uterus Indikasi AKDR (a) Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih (b) Ingin menjarangkan kehamilan (c) Sudah cukup anak hidup

29 (d) Berusia diatas 35 tahun Kontra Indikasi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (a) Kehamilan (b) Perdarahan per vaginam yang belum terdiagnosis, namun setelah diatasi AKDR dapat segera dipasang (c) Perempuan yang sedang menderita infeksi alat genitalia (vaginitis, servisitis) bila telah diobati, dapat segera dipasang (d) Riwayat kehamilan ektopik (e) Kelainan pada panggul dan uterus ( misalnya uterus bikornis) (f) Alergi terhadap komponen AKDR misalnya tembaga Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (a) Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan (b) Reversibel dan sangat efektif (c) Tidak mengganggu hubungan seksual (d) Metode jangka panjang ( 8 tahun) (e) Tidak mengganggu produksi ASI (f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (1) Nyeri dan mules (2) Perdarahan (spotting) (3) Keputihan

30 (4) Infeksi f) Kontrasepsi Mantap Tubektomi Jenis kontrasepsi mantap diantaranya : (a) Minilaparotomi (b) Laparoskopi Mekanisme kerja Dengan mengonklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Manfaat KB MANTAP : (a) Sangat efektif (b) Tidak mempengaruhi proses menyusui (c) Tidak bergantung pada faktor senggama (d) Baik digunakan apabila kehamilannya akan menjadi resiko kehamilan yang serius dan permanen (e) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

31 Keterbatasan kontrasepsi mantap (a) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi (b) Klien dapat menyesal dikemudian hari (c) Resiko komplikasi kecil (d) tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/AIDS Yang dapat menjalani tubektomi yaitu : (a) Usia >26 tahun (b) Anak lebih dari 2 oramg (c) Yakin telah mempunyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya (d) Pasca persalinan (e) Pasca keguguran Yang tidak dapat menjalani tubektomi yaitu : (1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai) (2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (3) Infeksi sistemik (4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan (Mulyani, Nina, dkk,2013).

32 g) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) Macam-macam KBA : 1) Metode lendir serviks (Metode Ovulasi Billings /MOB) 2) Card yang kurang efektif misal sistem kalender atau pantang berkala 3) Dan metode suhu basal Untuk Kontrasepsi : Senggama dihindari pada masa subur dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur memakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. antara kedua waktu senggama dihindari. Manfaat KBA : (1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan (2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi (3) Tidak ada efek samping sistemik (4) Murah atau tanpa biaya Keterbatasan KBA : (1) Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian) (2) Keefektifan tergantung dari kemauan dan dispilin pasangan untuk mengikuti instruksi

33 (3) Dibutuhkan pelatih /guru KBA (Bukan Tenaga Medis) (4) Perlu pantang selama masa seubur untuk menghindari kehamilan (5) Perlu pencatatan setiap hari (6) Termometer basal digunakan untuk metode tertentu Yang dapat menggunakan KBA : (1) Semua perempuan semasa reproduksi baik siklus normal atau tidak normal (2) Semua perempuan baik paritas berapapun termasuk nulipara (3) Perempuan kurus ataupun gemuk (4) Perempuan merokok (5) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain (6) Perempuan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid. Yang seharusnya tidak memakai KBA : (1) Perempuan dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya (2) Perempuan sebelum mendapat haid (Menyusui, segara setelah abortus) kecuali Metode Ovulasi Billings (MOB) (3) Perempuan yang tidak suka menyentuh alat genetalianya (Affandi, Biran,dkk,2011)

34 h) Senggama Terputus Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelamin (Penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Cara kerja senggama terputus : Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Manfaat senggama terputus : 1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar 2) Tidak mengganggu produksi ASI 3) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya 4) Tidak ada efek samping 5) Dapat digunakan setiap waktu 6) Tidak membutuhkan biaya. Keterbatasan senggama terputus : a) Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun) b) Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis

35 c) Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual Dapat dipakai untuk : a) Suami yang ingin berpartisipasi dalam KB b) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera c) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sampai menunggu metode yang lain. d) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung e) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur Tidak dapat dipakai untuk : 1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini 2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus 3) Istri yang mempunyai pasangan sulit bekerjasama 4) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi i) Metode Amenorea Laklasi (MAL) Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : 1) Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding), lebih efektif bila pemberian 7/8 x sehari

36 2) Efektif sampai 6 bulan 3) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya 4) umur bayi kurang dari 6 bulan Cara kerja Metode Amenorea Laktasi (MAL) Penundaan/penekanan ovulasi Keuntungan kontrasepsi (1) Efektifitas tinggi (Keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan) (2) Segera efektif (3) Tidak mengganggu senggama (4) Tidak ada efek samping secara medis (5) Tidak perlu pengawasan medis (6) Tidak perlu obat atau alat (7) Tanpa biaya Keterbatasan : (1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan. (2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial (3) Efektifitas tinggi sampai kembalinya haid

37 Yang dapat menggunakan MAL (1) Ibu yang menyusui secara eksklusif (2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan (3) Belum mendapat mendapat haid setelah meahirkan Yang seharusnya tidak pakai MAL (1) Sudah mendapat haid setelah bersalin (2) Tidak menyusui secara eksklusif (3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan (4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam (Affandi, Biran,dkk, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN EFEKTIFITAS KIE MELALUI CERAMAH BOOKLET DAN POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SUB PPKBD (KADER) TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) 1. Pengertian KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE) Kontrasepsi injeksi adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntikan di Indonesia semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan (DMPA) a. Pengertian DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh : SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN Disusun Oleh : Annisatus Sholehah (011112022) Mirantika Rakhmaditya (011112025) I Gusti Ayu Vedadhyanti W.R (011112039) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan

Lebih terperinci

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan

contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan contoh kasus KB 2 Kasus Ny. Sasa umur 27 tahun P2 A1, anak terakhir umur 15 bulan, akseptor KB implant sejak 10 bulan yang lalu. Datang ke BPS dengan keluhan selama 3 bulan terakhir mengalami perdarahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Alat Kontrasepsi Suntik DMPA a. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007 : 905). Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk menentukan jumlah

Lebih terperinci

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif. Pil kombinasi Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sinteik. Pil diminum seiap hari selama iga minggu diikui dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Estrogennya adalah einil estradiol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini

Lebih terperinci

KONTRASEPSI. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KONTRASEPSI. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi KONTRASEPSI Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan

A. Landasan Teori. 1. Pendidikan. a. Definisi Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan a. Definisi Pendidikan Menurut Suparlan Suhartono dalam Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, pendidikan merupakan sistem proses menuju pendewasaan,

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis Empat Pilar Safe Motherhood.

Lebih terperinci

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

SAP KELUARGA BERENCANA

SAP KELUARGA BERENCANA SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KELUARGA BERENCANA 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan perkawinan, pengaturan kelahiran,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah upaya mengaturkelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,mengatur kehamilan, melalui promosi,perlindungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini telah diketahui banyak metode dan alat kontrasepsi meliputi suntik, pil, IUD, implan, kontap dan kondom. Metode KB suntik merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak permasalahan salah satunya adalah gangguan haid, gangguan haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Kontrasepsi 1.1 Pengertian Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. perilaku terdiri

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isteri sehingga dapat menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. isteri sehingga dapat menentukan jumlah anak dalam keluarga (BKKBN, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang meningkat membuat pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. KB adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Keluarga Berencana (KB 2.1.1 Sasaran Keluaraga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program KB 2.1.1 Sejarah Program KB di Indonesia Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatancatatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan cara memberi nasehat perkawinan pengobatan kemandulan, dan penjarangan kelahiran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Kontrasepsi 1. Definisi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi adalah kesadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akses KB Menurut BKKBN (2005) akses KB atau jangkauan pelayanan KB ini dimaksudkan agar akseptor dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara permanen (Winkjosastro, 2002). Penggunaan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan

Lebih terperinci

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan.

tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan. No responden.. Diisi oleh peneliti Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, serta beri tanda ceklis ( ) pada jawaban yang benar, kuesioner yang telah disediakan. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Keluarga Berkualitas 2015 adalah keluarga yang bertaqwa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam sektor kependudukan dan pembangunan keluarga berkualitas, pemerintah menggelar program keluarga berencana KB dengan paradigma baru program keluarga berencana Nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program

Lebih terperinci

PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI PROFIL PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) DI WILAYAH KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI OLEH : ANGGUN PRIBADI K 100020209 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi) 1. Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak

Lebih terperinci

Medan, Maret 2014 Hormat saya,

Medan, Maret 2014 Hormat saya, Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Keluarga Berencana Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian KB MOW b. Prinsip KB MOW c. Syarat Melakukan KB MOW d. Waktu Pelaksanaan KB MOW e. Kontraindikasi KB MOW

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon sintetik dan hormon alamiah. (Baziad, 2002) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian kontrasepsi Kontrasepsi adalah salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversible untuk mencegah terjadnya konsepsi,

Lebih terperinci

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB

Bab XIII. Keluarga Berencana. Manfaat KB /Keluarga Berencana. Keputusan mengikuti Keluarga Berencana. Pemilihan metode KB Bab XIII Keluarga Berencana Manfaat KB /Keluarga Berencana Keputusan mengikuti Keluarga Berencana Pemilihan metode KB Metode KB yang menghalangi konsepsi Metode KB hormonal Metode IUD Metode KB Alamiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya mencegah dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang

Lebih terperinci

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kehamilan. 2.1.1. Pengertian Kehamilan Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usia Menikah 1. Pengertian Usia Menikah Usia menikah adalah umur pada waktu memasuki ikatan sosial, atau dengan istilah perkawinan, usia konsumsi perkawinan (hubungan kelamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB (Keluarga Berencana) Menurut WHO [World Health Organization] Expert Committe 1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang memiliki salah satu masalah yang sangat penting yaitu ledakan penduduk. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pemerintah

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci