BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yenny Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu (Komaruddin,2002). Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan penciuman (Slameto, 2003). Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari Walgito 2004). Semakin tinggi der ajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin
2 10 sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. 2. Faktor pengaruh persepsi seseorang Menurut Walgito (2003) dalam persepsi, individu harus mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Faktor-faktor stimulus terdiri dari 3 yaitu : Pertama, objek yang dipersepsi adalah objek mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus yang datang dari luar individu langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Stimulus juga dapat datang dari dalam diri individu, langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu tersebut. Kedua, alat indera, saraf dan susunan saraf pusat. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada ke susunan saraf pusat yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respon yang diperlukan saraf motorik. Ketiga, perhatian untuk menyadari sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
3 11 3. Faktor Pembentukan Persepsi Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain; sikap, pendidikan (pengetahuan), lingkungan, budaya (Rahmat, 2001) 1. Fungsional Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi begitu saja, tapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal. Jadi persepsi tidak hanya ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi juga karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut dan bermula dari kondisi biologisnya (Rakhmat,2001). 2. Sikap Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai (Rahmat, 2001). 3. Pendidikan (Pengetahuan)
4 12 Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rahmat, 2001). Pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang. 4. Kepercayaan Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsi kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap bagi objek sikap. 5. Ekonomi Maslah ekonomi keluarga bisa mempengaruhi dala mempersepsi segala sesuatu termasuk dalam memilih kontrasepsi. 4. Jenis Persepsi Ada dua macam persepsi, yaitu : 1) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. 2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004). 5. Syarat terjadi persepsi a. Adanya obyek : Obyek stimulus alat indra ( reseptor). Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra /
5 13 reseptor) dan dari dalam diri individu (langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor). b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus. d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Dan otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon (sunaryo, 2004). 6. Proses Terjadinya Persepsi Persepsi melewati tiga proses,yaitu : a. Proses fisik (kealaman) Obyek stimulus reseptor atau alat indra. b. Proses fisiologis Stimulus saraf sensoris otak c. Proses psikologis proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima (sunaryo, 2004). B. Alat kontrasepsi 1. Definisi
6 14 Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes RI, 2002). Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti "mencegah" atau "melawan" dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang dengan sel sperma (BKKBN, 2005). Kontrasepsi secara harfiah diartikan sebagai suatu alat atau metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Menurut Prawirohardjo (2002), kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen. Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang untuk mengurangi angka kelahiran, mengatur jarak kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sehingga tercapai Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (BKKBN, 2004). 2. Manfaat alat kontrasepsi Ada beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi yaitu faktor pasangan, faktor kesehatan, dan faktor metode kontrasepsi. Dalam faktor pasangan, harus mempertimbangkan
7 15 dari segi umur, gaya hidup, frekuensi senggama, dan jumlah anak yang diinginkan. Dalam faktor kesehatan, mempertimbangkan status kesehatan, riwayat keluarga, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan dalam faktor alat kontrasepsi, harus mempertimbangkan efektivitas, efek samping, komplikasi-komplikasi yang potensial, dan biaya (Hartanto, 2003). 3. Jenis alat kontrasepsi pria jenis-jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh laki-laki ada 4 yaitu: a. Senggama terputus (coitus interuptus) merupakan metode KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari dalam vagina sebelum pria mencapai orgasme. Keuntungan senggama terputus yaitu: tidak memerlukan biaya, tidak memiliki efek samping dan tidak menggunakan zat-zat kimiawi, dapat digunakan setiap waktu, dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. Sedangkan kelemahan metode senggama terputus yaitu tingkat kehamilan tinggi (17-25 %), dan kepuasan dalam hubungan seksual berkurang serta dapat menimbulkan tekanan kejiwaan. b. Pantang berkala yaitu metode KB yang mempertimbangkan masa subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsip pasangan adalah tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur istri.
8 16 Keuntungan pantang berkala adalah : hubungan seksual yang alami dan kepuasan seksual tidak terganggu. Sedangkan kelemahan pantang berkala adalah : kegagalan tinggi bila siklus menstruasi istri tidak teratur. c. Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan pada suatu kegiatan senggama dengan menggunakan alat berbentuk kantong tipis yang terbuat dari bahan lateks (karet), pelastik (vinil) atau bahan alami, yang dikenakan pada alat vital seorang pria. 1) Cara kerja a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil) 2) Manfaat a) Kontrasepsi Adalah efektif bila digunakan dengan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien, tidak mempunyai pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan
9 17 kesehatan khusus, metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda. b) Nonkontrasepsi Adalah memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber- KB, dapat mencegah penularan IMS, mencegah ejakulasi dini, membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks), saling berinteraksi sesama pasangan, mencegah imuno infertilitas. 3) Keterbatasan Keterbatasan kontrasepsi kondom adalah efektivitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung), pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi, harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual, beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum, pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah. d. Metode Operasi Pria (MOP) Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat dihindari. 1) Pengertian
10 18 Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khitanan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar. e. Peserta Metode Operasi Pria (MOP) a) Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat konseling tentang vasektomi. b) Mendapat persetujuan dari isteri : (1) Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani (2) Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun (3) Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya (4) Menandatangani formulir persetujuan (informed consent).
11 19 2) Kelebihan a) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan b) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah c) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja. d) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar menit e) Tidak mengganggu hubungan seksual f) Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain. 3) Keterbatasan a) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri, dan infeksi). Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama kali sanggama agar sel mani menjadi negatif b) Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu. 4) Metode Operasi Pria (MOP) tidak dapat dilakukan apabila a) Pasangan suami-istri masih menginginkan anak lagi b) Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah c) Jika keadaan suami-istri tidak stabil
12 20 d) Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia, kelainan akibat cacing tertentu pada buah zakar dan kencing manis yang tidak terkontrol. 5) Indikasi Metode Operasi Pria (MOP) merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau ganguan terhadap kesehatan pria dan pasanganya serta melemahkan ketahanan dan kualitas kerja. 6) Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi : a. Infeksi kulit pada daerah operasi b. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien c. Hidrokel atau varikokel yang besar d. Hernia unguinalis e. Filariasis (elephantiasis) f. Undesensus testikularis g. Massa intrakroatalis h. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia. 7) Komplikasi yang dapat terjadi Komplikasi dapat terjadi pada saat :
13 21 a) Komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkab oleh penggunaan lidokain b) Manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferensia. c) Dapat terjadi hematoma skrotalis d) Abses pada testis e) Atrofi testis f) Peradangan kronik granuloma di tempat insisi. 8) Kunjungan Ulang Kunjungan ulang dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a) Seminggu sampai dua minggu setelah pembedahan b) Sebulan setelah operasi c) Tiga bulan dan setahun setelah operasi. 9) Tempat Pelayanan Metode operasi pria dapat dilakukan di fasilitas kesehatan umum yang mempunyai ruang tindakan untuk bedah minor. C. Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 sampai dengan 49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat
14 22 mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008). Pasangan usia subur yaitu pasangan yang istrinya berumur 15 sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami-istri berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid (datang bulan) (BKKBN, 2010). Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan usia subur (PUS) yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan Salah satu kendala yang menjadi masalah untuk mewujudkan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Biaya yang mahal untuk melakukan Metode Operasi Pria (MOP) (BKKBN, 2011). D. Kerangka Teori Kerangka Teori atau Kerangka Pikir atau Landasan Teori adalah kesimpulan dari Tinjauan Puskata yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Suparyanto, 2009, p.33). Berdasarkan Kerangka Teori diatas disusunlah Kerangka Konsep yaitu suatu bagan yang menggambarkan hubungan antar konsep yang akan diliti.
15 23 Faktor yang mempengaruhi persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi MOP Faktor Pengaruh : - Pengalaman masa lalu (fungsional) - Sikap - Pendidikan (pengetahuan) Persepsi - Ekonomi Gambar 2.1 Kerangka Teori menurut Rahmat, 2001 E. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini meneliti persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi Metode Operasi Pria (MOP). Persepsi suami PUS terhadap Kontrasepsi metode operasi pria (MOP)
16 Gambar 2.2 Kerangka Konsep 24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Definisi Persepsi Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
Lebih terperinciPERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS
Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung
Lebih terperinciJENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI
JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN MAL KONDOM AKDR TUBEKTOMI VASEKTOMI PIL INJEKSI IMPLAN JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN NON HORMONAL 1. Metode Amenore Laktasi (MAL) 2. Kondom 3. Alat Kontrasepsi Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciPENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER
PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER I. Pendahuluan Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan sehingga metode kontrasepsi yang dipilih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa
TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER
PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan. menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian KB Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (dalam Hartanto, 2003), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk menghindari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Pria 1. Pengertian Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Keluarga Berencana Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian KB MOW b. Prinsip KB MOW c. Syarat Melakukan KB MOW d. Waktu Pelaksanaan KB MOW e. Kontraindikasi KB MOW
Lebih terperinciAkseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)
Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
Lebih terperinciUpaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Medis Operasi Pria (MOP) atau yang sering dikenal vasektomi adalah merupakan salah satu teknik kontrasepsi mantap. MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
Lebih terperinciMETODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH
METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut
Lebih terperinciPELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS
PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep KB 1.1.1 Pengertian KB Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga Berencana Pengertian keluarga berencana menurut UU no 10 th 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi pengetahuan Dari asal kata tahu berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajari). Pengertian dalam kamus umum Bahasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
Lebih terperinciMATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB
MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB Suatu upaya menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati,2013) 2. Manfaat KB a. Untuk ibu : dengan jalan
Lebih terperinciLAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :
LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kec.Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun
Lebih terperinciKELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI
KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian fertilitas Fertilitas merupakan hasil reproduksi nyata dari seorang atau sekelompok wanita, sedangkan dalam bidang demografi fertilitas adalah suatu
Lebih terperinciBIODATA MAHASISWA. : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI
BIODATA MAHASISWA NAMA : ZULAIDAH MAISYARO LUBIS NIM : 061000251 ALAMAT RUMAH : Jln Karya Setuju Gg Bilal no16 Medan TELEPON : 081362006916 PEMINATAN : KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI NAMA DOSEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu. Penginderaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana (family planning) adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik untuk sementara agar dapat dicapai jarak antara dua kelahiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena itu, usaha langsung untuk melakukan
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI DAN PSIKIS TERHADAP KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM VASEKTOMI DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI DAN PSIKIS TERHADAP KEIKUTSERTAAN SUAMI DALAM VASEKTOMI DI DESA SEKIP KECAMATAN LUBUK PAKAM Petunjuk Pengisian 1. Isilah identitas anda dengan benar. 2. Pilihlah
Lebih terperinciFORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN. Pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai.
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Laki-laki di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan-Denai Oleh : Desra Kasmarita
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )
ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) digunakan untuk mengatur jarak kehamilan sehingga dapat mengurangi resiko kehamilan atau jumlah persalinan yang membawa bahaya (Royston,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperinciVolume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Pengertian Puskesmas Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciSAP KELUARGA BERENCANA
SAP KELUARGA BERENCANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh: 1. ANNISA RAHMATIAH P07120112046 2. FEBRITA LAYSA S. P07120112060 3. RETNO TRI W. P07120112073 4. VINDA ASTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga
Lebih terperinciPENGERTIAN KELUARGA BERENCANA
1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepi Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organization (WHO, 1970), Keluarga Berencana
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana (KB) Menurut World Health Organization (WHO, 1970), Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian konsep dasar alat kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang bermaksud mencegah atau melawan dan konsepsi yang bermaksud pertemuan antara sel telur (sel
Lebih terperinciVISI Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun MISI Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
Disampaikan oleh : VISI Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015 MISI Mewujudkan Pembangunan Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera LATAR BELAKANG Program Kependudukan dan Keluarga
Lebih terperinciPERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB
PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1999).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik (DMPA) a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conseption Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010
KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi untuk wanita disebut juga sebagai oklusi tuba atau sterilisasi. Indung telur akan menghasilkan
Lebih terperinciFaktor faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB Vasektomi di Kecamatan Johar Baru Kodya Jakarta Pusat
Faktor faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB Vasektomi di Kecamatan Johar Baru Kodya Jakarta Pusat Retno Puji Astuti Abstrak Latar belakang. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia dan. sejahtera, yaitu melalui penurunan tingkat kelahiran.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan melalui Gerakan Keluarga Berencana Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, yaitu melalui penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
Lebih terperinci2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Reproduksi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
Lebih terperinciBAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA
BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA A. Vasektomi dalam Keluarga Berencana 1. Pengertian Vasektomi Sterilisasi pada laki-laki disebut vasektomi atau Vas Ligation. Caranya ialah dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma sehingga dapat mencegah terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kontrasepsi Keluarga berencana, kontrasepsi merupakan variabel utama yang digunakan untuk menurunkan angka kelahiran.pada dasarnya, pelayanan kontrasepsi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan
Lebih terperinciMODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT
MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG I. MENJAGA JARAK KEHAMILAN A. Penentuan Jarak Kehamilan TEPAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB (Keluarga Berencana) Menurut WHO [World Health Organization] Expert Committe 1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana lebih dari dua dasa warsa terakhir ini menjadi fokus utama program kependidikan di Indonesia. Program KB dan Kesehatan Reproduksi dilaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciSEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN
SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
Lebih terperinciKeistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi
METODE KONTRASEPSI BARIER Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi Klasifikasi Kondom Diafragma Spermisida Efektivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disabilitas atau disertai peningkatan resiko kematian yang. kebebasan (American Psychiatric Association, 1994).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
Lebih terperinciMedan, Maret 2014 Hormat saya,
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Fithri Hervianti NIM :101101131 No.Hp : 082376071573 Alamat : Fakultas Keperawatan USU Medan Adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menduduki peringkat ke empat untuk jumlah penduduk terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun waktu 40 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007,
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten
SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang sering dihadapi oleh negara berkembang adalah masalah kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi oleh Indonesia saat ini
Lebih terperinciE. Pengetahuan No Daftar Pertanyaan Jawaban
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK AKSEPTOR VASEKTOMI DAN KOMPENSASI TERHADAP TINGKATAN KEPUTUSAN MENGGUNAKAN VASEKTOMI DI KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2009 I. Identitas Responden Nama : Alamat :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk, (1) Menghindari kelahiran yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah upaya mengaturkelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,mengatur kehamilan, melalui promosi,perlindungan,
Lebih terperinci