BKM MAMIRI RENCANA TINDAK PENATAANN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RTPLP) DESA LABUHAN ALAS TAHUN 2013/2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BKM MAMIRI RENCANA TINDAK PENATAANN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RTPLP) DESA LABUHAN ALAS TAHUN 2013/2014"

Transkripsi

1 BKM ANGIN MAMIRI RENCANA TINDAK PENATAANN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (RTPLP) DESA LABUHAN ALAS TAHUN 2013/2014 PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS PLP-BK NEIGHBOURHOOD DEVELOPMENT (ND) DESA LABUHAN ALAS, KEC. ALAS, KAB. SUMBAWA, NTB TAHUN 2014

2

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah menganugerahkan rahmat dan hikmah sehingga dokumen Rencana Teknik Penataan Lingkungan dan Permukiman (RTPLP) Kawasan Prioritas Desa Labuhan Alas Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa ini bisa diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dokumen RTPLP ini merupakan dokumen pelengkap dari Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa, yang berisi mengenai rencana penataan bangunan dan lingkungan permukiman di Desa Labuhan Alas Kecamatan Alas Kebupaten Sumbawa, khususnya pada kawasan Prioritas Kawasan Prioritas merupakan sebuah potensi yang bila direncanakan dengan benar dapat memberikan manfaat yang besar bagi penduduk Desa Labuhan Alas khususnya. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan kawasan tertata dari segi Lingkungan, aman didalam kawasan sera menjadikan kawasan produktif dari segi ekonomi, sehingga terbentuklah sebuah pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan (sustainable development). Dalam penyusunan dokumen RTPLP ini Tim Penyusun telah banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku laporan ini, untuk itu Tim Penyusun menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya. Akhir kata, semoga dokumen ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya. Tim Penyusun BKM ANGIN MAMIRI P a g e i 6

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii Bab I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Hasil Akhir Strategi Pelaksanaan Tahap Pelaksanaan Kriteria Kawasan Prioritas Tinjauan Teoritis...7 Bab II Visi dan Misi 2.1. Visi Misi Pengembangan Permukiman Tahap Pelaksanaan Visi Misi...29 Bab III Review Kebijakan Terkait 3.1.Kebijakan RTRW Kabupaten Sumbawa Arti Pentig RPJP Kedudukan Desa Labuhan Alas...39 Bab IV Profil Desa 4.1. Kedudukan Kawasan Prioritas Kondisi Fisik Dasar Penggunaan Lahan Kependudukan Kondisi Bangunan Sistem Transportasi Kondisi Sarana Sosial Ekonomi Kondisi Prasarana Lingkungan Permukiman...57 P a g e ii 6

6 4.9. Kebencanaan...59 Bab V Review Pemetaan Swadaya 5.1. Peta Dasar Review Pemetaan Swadaya...60 Bab VI Analisa Kawasan Prioritas 6.1. Analisa Fisik Dasar Analisa Kependudukan Analisa Mikro Kawasan Perencanaan Analisa Elemen Urban Design Analisa Sosial Ekonomi Analisa Sosial Budaya Analisa Sarana dan Prasarana Analisa Pengembangan Kawasan Bab VII Konsep dan Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman 7.1. Arahan Kawasan Prioritas Rencana Perkembangan Permukiman Rencana Peruntukan Lahan Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan Rencana Tata Bangunan Rencana Kualitas Lingkungan Rencana Pergerakan Transportasi Rencana RTH Rencana Jaringan Utilitas Rencana Mitigasi bencana Bab VIII Analisa Kawasan Prioritas 8.1. Aspek Pelaksanaan Pembangunan Strategi Penyediaan Lahan Sumber Pembiayaan dan Pola Kerjasama Indikasi Program Bab IX Penutup 9.1. Penutup P a g e iii 6

7 DAFTAR TABEL Tabel IV.1. Zona Kawasan Permukiman Tabel IV.2. Jumlah Penduduk Tabel IV.3. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tabel IV.4. Jumlah Rumah Tabel V.1. Fasilitas Pendidikan Tabel V.2. Sumber Daya Manusia Tabel V.3. Sumber Daya Ekonomi Tabel V.4. Prasarana Jalan dan Jembatan Tabel VI.3. Proyeksi Penduduk Tabel VII.5. Indikasi Program P a g e iv 6

8 DAFTAR PETA Peta IV.1. Penggunaan Lahan Peta IV.2. Sebaran Penduduk Miskin Peta V.3. Peta Dasar Administrasi Peta V.4. Pola Ruang Peta V.5. Rencana Pola Ruang Peta V.6. Sebaran Kemiskinan Peta V.7. Rumah Tidak Layak Huni Peta V.8. Sarana Sosial Ekonomi Peta V.9. Fasilitas Perkantoran Peta V.10. Fasilitas Ibadah Peta V.11. Sebaran Usaha dan Jasa Peta V.12. Sebaran Air Limbah Peta V.13. Jaringan Persampahan Peta V.14. Rencana Jaringan Persampahan Peta V.15. Jaringan Drainase Peta V.16. Rencana Jaringan Drainase Peta V.17. Jaringan Jalan Lingkungan Peta V.18. RTH Peta V.19. Rencana RTH P a g e v 6

9 P a g e vi 6

10 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (Neighbourhood Development) pada dasarnya merupakan bentuk stimulan bagi keberhasilan masyarakat di Kelurahan/Desa yang telah mampu membangun lembaga masyarakat BKM Angin Mamiri mencapai kualifikasi serta telah melaksanakan kemitraan dengan Pemda atau dengaan pihak lain (channelling). Kegiatan Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas secara substansi merupakan implementasi konsep kemitraan dan channelling program pada skala yang lebih kecil, yakni skala Kelurahan/Desa. Diharapkan, melalui kegiatan ini berlangsung proses pembelajaran, pengembangan dan pelembagaan kemitraan yang sinergis antara masyarakat, pemerintah kelurahan, pemerintah desa dan kelompok peduli setempat. Prosesnya lebih mengutamakan pada keswadayaan, kemandirian dan kerja keras untuk menggalang segenap potensi sumber daya yang dimiliki bersama dan mengakses berbagai sumber daya dari luar lainnya dalam upaya mengembangkan lingkungan permukiman yang sehat, tertib, selaras, berjati diri dan lestari menuju cita-cita masyarakat yang sejahtera. DIENKZ Pemilihan RTPLP Kawasan Prioritas sudah selayaknya berasal dari daerah dan ditentukan oleh pemerintah daerah berdasarkan usulan-usulan yang telah ditampung, sesuai dengan batasanbatasan yang telah ditetapkan. Dengan demikian pada saat yang ditentukan, sudah sepatutnya pemerintah daerah memiliki gambaran alasan dari dipilihnya kawasan tersebut dan arah umum penataan yang akan dilakukan. RTPLP Kawasan Prioritas adalah panduan rancangan bangunan suatu lingkungan/ kawasan yang dimaksud untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini., mengendalikan pertumbuhan dan perubahan fisik suatu lingkungan/kawasan, mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna dan spesifik setempat. Seluruh dokumen RTPLP yang telah disusun harus dapat diaplikasikan dan diterapkan menjkadi sebuah bentuk terapi bagi kawasan, menuju kawasan yang memiliki nilai ekonomis, estetika, dan memiliki tingkat kenyamanan huni dan aktivitas (livability) yang lebih baik tanpa melupakan karakter dan nilai lokalitas yang terkandung. 1

11 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Dokumen RTPLP bagi kawasan memiliki nilai yang penting agar dapat membumi, dapat dikatakan bahwa perlunya dokumen RTPLP antara lain : 1.Fenomena pertumbuhan kawasan yang cepat, tidak terarah dan tidak terkendali yang mendorong kearah keseragaman wajah/rupa kota. 2.Timbul tuntutan untuk mempertahankan keunggulan spesifik suatu kawasan sebagai kawasan yang berjati diri. 3.Kebutuhan integrasi atas berbagai konflik kepentingan dalam penataan Antar bangunan Bangunan dengan lingkungan Bangunan dengan prasarana kota Lingkungan dengan konteks regional/kota Bangunan dan lingkungan dengan aktivitas public Lingkungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder) 4.Kebutuhan tindak lanjut atas rencana tata ruang yang ada sekaligus manifestasi atas pemanfaatan ruang. 5.Kebutuhan untuk merealisasikan, melengkapi dan mengintegrasikan berbagai peraturan yang ada pada suatu kawasan, ataupun persyaratan teknis lain yang berlaku. 6.Kebutuhan alternatif perangkat pengendali yang mampu dilaksanakan langsung di lapangan. Secara umum, Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas bertujuan untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dengan lingkungan hunian yang sehat, tertib, selaras, berjatidiri dan lestari. Sedangkan secara khusus, PLPBK berusaha untuk mewujudkan: Masyarakat yang sadar pentingnya tinggal di permukiman yang tertata selaras dengan lingkungan yang lebih luas dan tanggap bencana. Masyarakat yang berbudaya sehat, bersih, dan tertib pembangunan. Masyarakat yang mampu secara kreatif dan inovatif melakukan perencanaan, dan pengelolaan pembangunan lingkungan permukiman mereka. Tata kelembagaan kelurahan yang efektif dan efisien dalam menerapkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). 2

12 1.2.2 Sasaran Sasaran secara khusus ditujukan bagi pemrakarsa dan pihak-pihak yang berperan dalam mengusulkan dan menentukan terpilihnya suatu kawasan yang akan ditata dan dikendalikan dengan dokumen RTPLP, dalam hal ini yaitu masyarakat setempat dan pemerintah baik pusat maupun daerah. Tujuan ini diwujudkan dengan pencapaian sasaran sebagai berikut: a. Penataan lingkungan permukiman pada kawasan terbangun dan tidak terbangun sesuai dengan standard perencanaan perumahan dan permukiman perkotaan. Penataan dilakukan dengan pembangunan lingkungan berkelanjutan, yaitu diwujudkan dengan menata dan mengendalikan perkembangan permukiman di area sempadan sungai/kali, sekitar perbukitan dan kawasan permukiman padat. b. Peningkatan kualitas lingkungan dengan membentuk image sebuah kawasan, menata bangunan gedung dan jalur pejalan, ruang publik, jalur hijau, papan reklame (signage), terutama pada kawasan sepanjang pantai dan koridor jalan utama. Disamping itu merencanakan sarana dan prasarana jalan dan lingkungan untuk memberikan keamanan dan keselamatan bagi Pemilik dan Pengguna bangunan gedung di kawasan permukiman. c. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan dengan mendukung kegiatan usaha kecil dan retail dengan berbagai pengendalian, preservasi dan konservasi bangunan dan lingkungan. Diperlukan penyusunan arahan program investasi bangunan gedung dan lingkungannya, pada program jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Lab. Alas secara umum memiliki 3 (tiga) kawasan prioritas, yaitu Dusun Tarum ( Kawasan Prioritas I), Dusun Bangsal ( kawasan prioritas II), dan Dusun Galung (kawasan prioritas III). Di semua kawasan ini Permukiman berkembang tanpa memperhatikan persyaratan teknis tata bangunan dan lingkungan, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain : Pertama, Bangunan di kawasan tepian sungai/kali tidak tertata dan tidak memperhatikan garis sempadan sungai/kali. Kedua, penataan drainase dan jalan yang kurang serta terjadinya tumpukan sampah dan tanah disungai/kali membuat kawasan ini sering banjir. Ketiga, kepadatan bangunan dan jarak bebas bangunan (garis sempadan bangunan) tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Sumbawa. Tapak bangunan tidak teratur, termasuk jarak antar bangunan rumah dan batas persil. 3

13 Keempat, perumahan yang berkembang cenderung ke arah permukiman padat, padahal masih banyak ruang atau kawasan yang masih kosong, sehingga terkesan tidak terarah (sprawl) dan tidak tertata. Kelima, kawasan ini bisa diakses oleh kendaraan roda 4, namun tidak bisa saling berpapasan karena kondisi jalan yang sempit. Untuk merehabilitasi, menata seluruh atau sebagian kawasan yang memiliki permasalahan bangunan dan lingkungan tersebut di atas, perlu disusun pedoman Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman(RTPLP). Dalam Permen PU No. 06/PRT/M/2007, dijelaskan bahwa Rencana Umum dan Panduan Rancangan merupakan ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau. Selain itu, RTPL juga memuat arahan program investasi, pengendalian rencana dan pengendalian pelaksanaan. 1.3 Hasil Akhir Diakhir pelaksanaan kegiatan ini hasil yang akan dicapai di suatu kelurahan / desa adalah: 1) Rencana tindak penataan ligkungan permukiman (RTPLP) kawasan prioritas yang disusun secara partisipatif oleh masyarakat bersama pemerintah. 2) Aturan tertulis tentang pembangunan / pengelolaan permukiman yang tanggap bencana yang disepakati masyarakat bersama pemerintah sebagai komitmen bersama 3) Kelembagaan pembangunan atau unit pengelola pembangunana SEL (sosial, ekonomi dan lingkungan) yang andal dan mampu berperan sebagai pusat pelayanan masyarakat (community services) dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya. 4) Terwujudnya atau terlaksananya pembangunan fisik kawasan prioritas yanag dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan pemerintah dan dukungan berbagai pihak dengan berbagai sumber daya. 1.4 Strategi Pelaksanaan Untuk dapat mencapai hasil akhir seperti yang disebutkan di atas, maka salah satu strategi pelaksanaan yang digunakan adalah melalui pembangunan lingkungan sebagai pintu masuk untuk pembangunan manusia seutuhnya jasmaniah dan rohaniah sehingga menghasilkan warga masyarakat 4

14 yang secara sosial efektif dan secara ekonomi produktif yang pada gilirannya akan membangun masyarakat adil, maju dan sejahtera. Strategi ini akan diwujudkan dalam 3 cara utama sebagai berikut: Edukasi masyarakat dalam bentuk pembelajaran kritis, diskusi kelompok terarah, studi kasus, kunjungan lapangan, dll yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tata kepemerintahan/ pelayanan publik, bencana alam, dsb Serangkaian musyawarah warga untuk menyepakati aturan pembangunan dan pengelolaan lingkungan, penataan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, pelayanan publik, dsb. Menggunakan pembangunan lingkungan sebagai media praktek untuk pengembangan tata laku yang positif dan efektif (etika pembangunan). 1.5 Tahap Pelaksanaan Terdapat empat tahapan pelaksanaan pengembangan lingkungan permukiman berbasis komunitas, yaitu: 1. Tahap Persiapan Inti kegiatan dalam tahap ini adalah penetapan lokasi sasaran dan sosialisasi program melalui berbagai media dengan penekanan pada lokakarya orientasi program secara berjenjang dari tingkat nasional, propinsi dan daerah. 2. Tahap Perencanaan Partisipatif Inti kegiatan pada tahap ini adalah membangun kolaborasi perencanaan dimana antar berbagai pihak (masyarakat, pemerintah dan pelaku usaha/swasta) dapat saling terbuka berbagi informasi, melakukan dialog dan konsultasi, dan bersepakat terhadap aturan bangunan setempat dan pokok pokok perencanaan dan pembangunan. Para pemangku kepentingan tersebut kemudian berupaya menyusun berbagi pengaturan yang diperlukan, untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). Dasar pijakannya tetap konsisten pada pelembagaan nilai-nilai luhur (value based development), prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance) serta prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Tahap ini akan dibagi menjadi empat kelompok kegiatan sebagai berikut: a. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat b. Persiapan Proses Perencanaan Partisipatif c. Perencanaan Lingkungan Makro yang termasuk penyusunan aturan bangunan setempat sebagai dasar perencanaan pengembangan lingkungan permukiman kelurahan/desa dan penataan tindak lingkungan permukiman serta lingkungan kawasan prioritas berbasis komunitas, dan d. Perencanaan Lingkungan Mikro (RTPLP) 5

15 3. Tahap Pemasaran Kawasan Prioritas Inti kegiatan pada tahap ini adalah melakukan proses pemasaran kawasan yang akan ditata kembali dan telah tersedia RTPLP-nya (Rencana Tindak Penataa Lingkungan Permukiman) kepada berbagai pihak seperti antaara lain dinas / instansi pemerintah (sumber dana APBN/APBD) maupun lembaga / instansi non pemerintah seperti lembaga bisnis, sosial, baik ditingkat nasional maupun multinasional sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan atau kontribusi sepihak seperti channelling dari dinas/sektor lain. Untuk membantu masyarakat melakukan hal tersebut diatas bila diperlukan dapat direkrut tenaga ahli pemasaran untuk mempersiapkan dan melaksanakan pemasaran kawasan tersebut termasuk menyiapkan dokumen rencana kerja pemasaran.sebagai persyaratan untuk mencairkan BLM ke-2. Pada tahap ini juga akan dilakukan pelaksanaan pembangunan fisik untuk mencoba dan memantapkan manajemen pembangunan oleh komunitas. 4. Tahap Pelaksanaan Pembangunan Inti kegiatan pada tahap ini adalah proses pelaksanaan pembangunan fisik hasil perencanaan mikro (RTPLP) sebagai bentuk penyelesaian permasalah serta penggalian potensi yang dimiliki kelurahan/desa. Proses ini pun dilakukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan konstruksi. 1.6 Kriteria Kawasan Prioritas TIPP didampingi oleh Tim Teknis Pemda dan Tim Konsultan melakukan diskusi dan rembug warga, untuk menyepakati penetapan kawasan prioritas atau penetapan kawasan pembangunan Kelurahan/Desa berdasarkan skala prioritas. Kegiatan diskusi dan rembug warga tersebut diharapkan dapat melibatkan BKM, Perangkat Kelurahan/Desa, Pokja PLP BK, Masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memilih dan menyepakati kawasan prioritas, adalah: 1. Pertama, TIPP bersama peserta diskusi dan rembug warga perlu menyepakati pengertian kawasan ditingkat Kelurahan/Desa. Pengertian kawasan secara umum, adalah: Area dengan fungsi dominan tertentu, seperti: Permukiman, Industri, agrowisata dll. Kawasan biasanya memiliki batas-batas secara fisik (Sungai, jalan, saluran dll) Kawasan tidak selalu ditentukan berdasarkan batas-batas administratif RW, RT, Dusun, Kelurahan dll. 2. Kedua, TIPP bersama Tim Teknis Pemda dan TAPP merumuskan Kriteria kawasan prioritas, antara lain: 6

16 Kawasan yang memiliki persoalan-persoalan pembangunan (fisik, sosial dan ekonomi) yang mendesak untuk ditangani (urgent). Kawasan yang memiliki potensi sumberdaya lokal yang lebih tinggi dibandingkan kawasan lainnya dan apabila potensi tersebut dididayagunakan, diperkirakan dapat membangkitkan perkembangan atau menjadi triger perkembangan pembangunan fisik, sosial dan ekonomi Kelurahan/Desa. Kawasan potensi atau rawan bencana alam Kawasan terisolasi dan atau kawasan permukiman masyarakat miskin 3. Ketiga, TIPP bersama peserta diskusi atau rembug warga membahas dan menyepakati kawasankawasan diwilayah Kelurahan/Desa yang diprioritaskan penanganan dan pembangunannya. 4. Keempat, TIPP dibawah koordinasi tenaga ahli pendamping, menyusun laporan kegiatan diskusi dan musyawarah warga dalam menyepakati kawasan prioritas terpilih. Laporan tersebut dilengkapi berita acara kesepakatan warga. 1.7 Tinjauan Teoritis Struktur Peruntukkan Lahan Pengertian Struktur Peruntukan Lahan adalah komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan atau tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Komponen Struktur Peruntukan Lahan terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: a. Peruntukan Lahan Makro. Merupakan rencana alokasi penggunaan dan pemanfaatan lahan pada suatu wilayah. Peruntukan lahan makro disebut juga dengan tata guna lahan. Peruntukan ini bersifat mutlak karena telah diatur pada ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. b. Peruntukan Lahan Mikro. Merupakan peruntukan lahan yang ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci termasuk secara vertikal berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Hal yang diatur adalah Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai basement serta peruntukan lahan tertentu. Peruntukan lahan tertentu berkaitan dengan konteks lahan perkotaan-perdesaan, konteks bentang alam atau lingkungan konservasi, ataupun konteks tematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu. Dalam penetapan peruntukan lahan mikro masih terbuka kemungkinan untuk melibatkan berbagai masukan desain hasil interaksi berbagai pihak seperti perancang atau penata kota, pihak pemilik 7

17 lahan, ataupun pihak pemakai atau pengguna atau masyarakat untuk melahirkan lingkungan dengan ruang yang berkarakter sesuai dengan konsep struktur perancangan kawasan. Penetapan ini tidak berarti mengubah alokasi tata guna lahan pada aturan rencana tata ruang wilayah yang ada, namun berupa tata guna yang diterapkan dengan skala keruangan yang lebih rinci. Prinsip penataan struktur peruntukan lahan adalah sebagai berikut a. Secara fungsional meliputi: Keragaman tata guna yang seimbang saling menunjang (compatible) dan terintegrasi Pola distribusi jenis peruntukan yang mendorong terciptanya interaksi aktivitas Pengaturan pengelolaan area peruntukan Pengaturan kepadatan pengembangan kawasan dengan pertimbangan daya dukung dan karakter kawasan serta variasi atau pencampuran peruntukan. b. Secara fisik meliputi: Estetika, karakter, dan citra kawasan Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki serta aktivitas yang diwadahi Dari sisi lingkungan meliputi keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitarnya, keseimbangan peruntukan lahan dengan daya dukung lingkungan, serta kelestarian ekologis kawasan Intensitas Pemanfaatan Lahan Pengertian Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan atau tapak peruntukannya. Komponen Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah sebagai berikut : a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan atau tanah perpetakan yang dikuasai. b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan atau tanah perpetakan yang dikuasai. c. Koefisien Daerah Hijau (KDH) merupakan angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan atau penghijauan dan luas tanah perpetakan yang dikuasai. Prinsip Penataan Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah sebagai berikut : 8

18 a. Secara Fungsional meliputi : Kejelasan distribusi intensitas pemanfaatan lahan. Skala ruang yang manusiawi dan berorientasi pada pejalan kaki Kejelasan skala pengembangan Pengaturan kepadatan pengembangan kawasan (development density) b. Secara fisik meliputi penataan estetika, karakter dan citra kawasan melalui : Penetapan kepadatan kelompok bangunan dalam kawasan perencanaan melalui pengaturan besaran berbagai elemen Intensitas Pemanfaatan Lahan yang ada seperti KDB, KLB, dan KDH yang mendukung terciptanya berbagai karakter khas dari berbagai sub area. Pembentukan citra lingkungan yang tepat melalui pembatasan nilai-nilai dari elemen Intensitas Pemanfaatan Lahan untuk membentuk lingkungan yang berjatidiri. c. Secara Lingkungan meliputi : Keseimbangan kawasan perencanaan dengan wilayah sekitar Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan Pelestarian ekologis kawasan Sisi pemangku kepentingan Arsitektur dan Tata Bangunan Pengertian Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra atau karakter fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen blok, kaveling atau petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan. Elemen tersebut ditata untuk menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang publik. Tata bangunan juga merupakan sistem perencanaan bagian dari penyelenggaraan bangunan beserta lingkungannya termasuk sarana prasarana pada suatu lingkungan binaan sesuai dengan peruntukan lahan yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTR Kabupaten atau Kecamatan dan rencana detilnya. Komponen Tata Bangunan yaitu : a. Pengaturan Blok Lingkungan yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan atau kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas : Bentuk dan Ukuran Blok 9

19 Pengelompokan dan Konfigurasi Blok Ruang Terbuka dan Tata Hijau b. Pengaturan Kaveling atau Petak Lahan yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling atau petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas : Bentuk dan ukuran kaveling Pengelompokan dan konfigurasi kaveling Ruang terbuka dan tata hijau c. Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok atau kaveling. Pengaturan ini terdiri atas : Pengelompokan bangunan Letak dan orientasi bangunan Sosok massa bangunan Ekspresi arsitektur bangunan d. Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok atau kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: Ketinggian bangunan Komposisi garis langit bangunan Ketinggian lantai bangunan Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung Pengertian Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung terdiri dari jaringan jalan dan pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, sirkulasi kendaraan infromal setempat dan sepeda, sirkulasi pejalan kaki termasuk masyarakat penyandang cacat dan lanjut usia, sistem dan sarana transit, sistem parkir, perencanaan jalur pelayanan lingkungan, dan sistem jaringan penghubung. Komponen penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung adalah sebagai berikut : 1. Sistem jaringan jalan dan pergerakan 2. Sistem sirkulasi kendaraan umum 3. Sistem sirkulasi kendaraan pribadi 4. Sistem sirkulasi kendaraan umum informal setempat 5. Sistem pergerakan transit 6. istem parkir 10

20 7. Sistem perencanaan jalur servis atau pelayanan lingkungan 8. Sistem sirkulasi pejalan kaki dan sepeda 9. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian linkage) Prinsip penataan sistem sirkulasi dan jalur penghubung adalah sebagai berikut : a. Secara Fungsional meliputi : Kejelasan sistem sirkulasi Mobilitas publik Aksesibilitas kawasan b. Secara Fisik meliputi : Dimensi sirkulasi dan standar aksesibilitas Estetika, citra dan karakter kawasan Kualitas fisik c. Secara Lingkungan meliputi : Peningkatan nilai kawasan Integrasi blok kawasan dan sarana pendukung Integrasi desain kawasan yang berorientasi pada aktivitas transit (Transport Oriented Development = TOD) Jejalur berupa jaringan jalan adalah penghubung antara komponen kegiatan dari daerah satu dengan daerah yang lain. Disamping itu jaringan jalan juga akan mempengaruhi struktur tata ruang suatu daerah. a. Pola Jaringan Jalan Rencana jaringan jalan merupakan penelahan pola jaringan jalan eksisting terhadap kecenderungan penduduk dari kawasan lain dari hasil pengamatan dapat ditentukan kelayakan pola jaringan yang telah ada, penggal-penggal jalan penunjang pola jaringan jalan, serta arahan bagi bentukan jalan yang baru, pola jaringan yang ada pada Desa Lab. Alas adalah berbentuk linier organik. b. Hirarki jalan Dalam menunjang pola pergerakan kendaraan, diperlukan jaringan jalan yang bersifat operasional. Untuk mendukung jaringan jalan yang operasional tersebut, diperlukan hirarki jalan yang ditentukan berdasarkan fungsi jalan tersebut sebagai lintasan pergerakan lokal, kota maupun regional, adapun persyaratan jalan menurut perannya : Jalan Arteri Primer Kecepatan strategi minimal 60 km/jam Lebar badan jalan minimal 8 meter 11

21 Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata Lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal Jalan masuk dibatasi secara efisien Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan strategi dan kapasitas jalan Tidak terputus walaupun memasuki kota Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh menteri Jalan Kolektor Primer Kecepatan strategi minimal 40 km/jam Lebar jalan minimal 7 meter Kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-rata Jalan masuk dibatasi, distrategikan sehingga tidak mengurangi kecepatan strategi dan kapasitas jalan Jalan Lokal Primer Kecepatan strategi minimal 20 km/jam Lebar minimal 6 meter Tidak terputus walaupun memasuki desa Jalan Arteri Sekunder Kecepatan strategi minimal 20 km/jam Lebar badan jalan minimum 8 meter Lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas lambat Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan Jalan Kolektor Sekunder Kecepatan strategi minimum 29 km/jam Lebar jalan minimum 7 meter JalanLokalSekunder Kecepatan strategi minimal 10 km/jam Lebar badan jalan minimal 5 meter Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau lebih, minimal 3,5 meter 12

22 c. Bagian-bagian jalan : DaerahManfaatJalan(DAMAJA) Ditetapkan oleh pembina jalan dan diperuntukkan bagi : - median - perkerasan jalan - jalur pemisah - bahu jalan - saluran tepi jalan - trotoir - talud - ambang pengaman - timbunan dan galian - gorong-gorong - perlengkapan jalan - bangunan pelengkap BadanJalan Diperuntukkan bagi arus lalu-lintas dan pengaman konstruksi jalan Lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas ditentukan oleh pembina jalan Tinggi ruang bebas jalan arteri dan jalan kolektor minimal 5 meter dengan kedalaman lebih dari 1,5 meter SaluranTepi/DrainaseJalan Untuk penampungan dan penyaluran air, agar jalan bebas dari pengaruh air BangunanUtilitas Pada sistem jaringan jalan primer dan sekunder dalam kawasan dapat ditempatkan dalam DAMAJA Untuk yang berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan sehingga tidak menimbulkan hambatan samping bagi pemakai jalan. Untuk yang berada di bawah tanah, ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau perkerasan jalan, sehingga tidak mengganggu keamanan konstruksi jalan. Jarak ditentukan oleh pembina jalan. 13

23 Pohon-Pohon Pada sistem jaringan primer dan sekunder dalam kota, pohon-pohon dapat ditanam di batas DAMAJA, median atau di jalur pemisah Di luar ketentuan di atas harus disetujui oleh pembina jalan. Pengelompokan jalan menurut status/wewenang pembinaan: Jalan Nasional Jalan Propinsi Jalan Kabupaten/Kota Jalan Desa Jalan Khusus Pembina jalan Jalan Nasional adalah Menteri Kimpraswil PU atau pejabat yang ditunjuk Jalan Propinsi adalah Pemda Provinsi atau Instansi yang ditunjuk Jalan Kabupaten adalah Pemda Kabupaten atau Instansi yang ditunjuk Jalan Kotamadya adalah Pemda Kotamadya atau Instansi yang ditunjuk Jalan Desa adalah Pemerintah Desa/Kelurahan Jalan Khusus adalah Pejabat atau orang yang ditunjuk Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau Pengertian Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau. Merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas. Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekatan desain tata hijau yang membentuk karakter lingkungan serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses sebesar-besarnya oleh publik. Ruang terbuka digunakan sebagai tempat berkomunikasi dan berinteraksi antar penduduk disekitar kawasan. Penataan ruang terbuka dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan kawasan atas ketersediaan ruang terbuka sehingga standar kawasan dapat terpenuhi serta memberikan pengaruh terhadap psikologis berupa bermain, berkumpul dan bersosialisasi. 14

24 Ruang terbuka ini dilingkupi oleh pelingkup yang lunak berupa tanaman peneduh dan tamanan estetika sehingga memberikan kenyamanan thermal dan keindahan visual pada lingkungan. Batasan pola ruang umum terbuka adalah : bentuk dasar dari ruang terbuka diluar bangunan, dapat digunakan oleh publik (setiap orang), menampung berbagai macam jenis kegiatan. Contoh ruang terbuka adalah : jalan, pedestrian, taman,plaza, lapangan terbang dan lapangan olah raga. Komponen penataan sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah sebagai berikut : a. Sistem ruang terbuka umum (kepemilikan publik aksesibilitas publik) b. Sistem ruang terbuka pribadi (kepemilikan pribadi aksesibilitas pribadi) c. Sistem ruang terbuka privat yang dapat diakses oleh umum (kepemilikan pribadi aksesibilitas publik) d. Sistem pepohonan dan tata hijau e. Bentang alam meliputi pantai dan laut, sungai, lereng dan perbukitan, puncak bukit dan pegunungan f. Area jalur hijau meliputi kawasan sepanjang sisi dalam daerah milik jalan, sepanjang bantaran sungai, sisi kiri kanan jalur kereta, sepanjang area di bawah jaringan listrik tegangan tinggi, jalur hijau yang diperuntukkan sebagai jalur taman kota. Prinsip penataan sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah sebagai berikut : a. Secara fungsional meliputi : Pelestarian ruang terbuka kawasan Aksesibilitas publik Keragaman fungsi dan aktivitas Skala dan proporsi ruang yang manusiawi dan berorientasi bagi pejalan kaki Sebagai pengikat lingkungan atau bangunan Sebagai pelindung, pengaman dan pembatas lingkungan atau bangunan bagi pejalan kaki. b. Secara Fisik dan Non-Fisik meliputi : Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan Kualitas Fisik c. Dari sisi lingkungan meliputi : Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan Kelestarian ekologis kawasan Pemberdayaan kawasan 15

25 Tata hijau dapat dibagi menjadi tiga menurut fungsinya, yaitu : a. Tata hijau pada hutan desa b. Tata hijau pada taman (park) c. Tata hijau pada ruang jalan Tata Kualitas Lingkungan Pengertian Tata Kualitas Lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen kawasan yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau sub-area dengan sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Komponen penataan kualitas lingkungan terdiri dari: a. Konsep identitas lingkungan, yaitu perancangan karakter lingkungan yang dapat diwujudkan melalui pengaturan dan perancangan elemen fisik dan non-fisik lingkungan atau sub-area tertentu. Pengaturan ini terdiri dari: Tata karakter bangunan atau lingkungan Tata penanda identitas bangunan atau lingkungan Tata kegiatan pendukung secara formal dan informal (supporting activities) b. Konsep orientasi lingkungan, yaitu perancangan elemen fisik dan non-fisik guna membentuk lingkungan yang informatif sehingga memudahkan pemakai untuk berorientasi dan bersirkulasi. Pengaturan ini terdiri atas: o o Sistem tata informasi (directory signage system) Sistem tata rambu pengarah (directional signage system) c. Wajah Jalan yaitu perancangan elemen fisik dan non-fisik guna membentuk lingkungan berskala manusia pemakainya pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat karakter suatu blok perancangan yang lebih besar. Pengaturan ini terdiri atas : o o o o o o Wajah penampang jalan dan bangunan Perabot jalan (street furniture) Jalur dan ruang bagi pejalan kaki (pedestrian) Tata hijau pada penampang jalan Elemen tata informasi dan rambu pengarah pada penampang jalan Elemen papan reklame komersial pada penampang jalan Prinsip penataan tata kualitas lingkungan adalah sebagai berikut : a. Secara Fungsional meliputi : o o Informatif dan kemudahan orientasi Kejelasan identitas 16

26 o o o o o o Integrasi pengembangan skala mikro terhadap makro Keterpaduan atau integrasi desain untuk efisiensi Konsistensi Mewadahi fungsi dan aktivitas formal maupun informal yang beragam Skala dan proporsi pembentukan ruang yang berorientasi pada pejalan kaki Perencanaan tepat bagi pemakai yang tepat. b. Secara fisik dan non-fisik meliputi : o Penempatan pengelolaan dan pembatasan yang tepat dan cermat. o Pola, dimensi dan standar umum o Peningkatan estetika, karakter dan citra kawasan o Kontekstual dengan elemen penatan lain o Kualitas fisik menyangkut kenyamanan pejalan kaki, kenyamanan sirkulasi udara, sinar matahari dan klimatologi. o Kelengkapan fasilitas penunjang lingkungan seperti elemen jalan (street furniture) berupa kios, tempat duduk, lampu, material, perkerasan dan sebagainya c. Secara lingkungan meliputi : o Keseimbangan kawasan perencanaan dengan sekitar o Pemberdayaan berbagai kegiatan pendukung informal d. Dari sisi pemangku kepentingan meliputi : o Kepentingan bersama antar pelaku kota o Berorientasi pada kepentingan publik Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan Pengertian Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem prasarana dan utilitas lingkungan mencakup jaringan air bersih dan air limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan listrik, jaringan telepon, sistem pengamanan kebakaran dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. Komponen Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan antara lain mencakup sektor berikut ini : a. Sistem jaringan air bersih yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan air bagi penduduk suatu lingkungan, yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan 17

27 atau lingkungan, dan terintegrasi dengan jaringan air bersih secara makro dari wilayah regional yang lebih luas. b. Sistem jaringan air limbah dan air kotor yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan atau pengolahan air buangan rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran, dan bangunan umum lainnya yang berasal dari manusia, binatang atau tumbuhtumbuhan untuk diolah dan kemudian dibuang dengan cara sedemikian rupa sehingga aman bagi lingkungan, termasuk di dalamnya buangan industri dan buangan kimia. c. Sistem jaringan drainase yaitu sistem jaringan dan distribusi drainase suatu lingkungan yang berfungsi sebagai pematus bagi lingkungan yang terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih luas. d. Sistem jaringan persampahan yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan pembuangan atau pengolahan sampah rumah tangga, lingkungan komersial, perkantoran dan bangunan umum lainnya, yang terintegrasi dengan sistem jaringan pembuangan sampah makro dari wilayah regional yang lebih luas. e. Sistem jaringan listrik yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan daya listrik dan f. jaringan sambungan listrik bagi penduduk yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan dan terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas. g. Sistem jaringan telepon yaitu sistem jaringan dan distribusi pelayanan penyediaan kebutuhan sambungan dan jaringan telepon bagi penduduk suatu lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi operasionalisasi bangunan atau lingkungan yang terintegrasi dengan jaringan instalasi listrik makro dari wilayah regional yang lebih luas. h. Sistem jaringan pengamanan kebakaran yaitu sistem jaringan pengamanan lingkungan atau kawasan untuk memperingatkan penduduk terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran dan atau pemadaman kebakaran. i. Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi yaitu jalur perjalanan yang menerus termasuk jalan keluar atau koridor atau selasar umum dan sejenis dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman yang disediakan bagi suatu lingkungan atau kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi. 18

28 Prinsip Penataan Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan. a. Secara Fungsional meliputi : Strategi penetapan sistem yang tepat Kualitas dan taraf hidup pengguna Integrasi b. Secara Fisik meliputi : Aspek estetika, karakter dan citra kawasan Efisiensi sistem jaringan dan operasi pemeliharaan c. Secara Lingkungan meliputi : Lingkungan yang berkelanjutan Keseimbangan jangka waktu pembangunan Keseimbangan daya dukung lingkungan d. Dari sisi pemangku kepentingan meliputi : Penetapan sistem yang dikelola berdasarkan kesepakatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Penetapan kewenangan yang jelas pada saat penyediaan, pengelolaan dan perawatan yang terkait dengan peraturan daerah dan instansi atau pun pemangku kepentingan terkait Infrastruktur dengan Konsep Hijau Penghijauan di lingkungan kota akan meningkatkan kualitas kehidupan dalam kota karena manusia dapat hidup erat dengan alam (melihat tumbuhnya tanaman, burung dan binatang lain serta dapat mengerti fungsi ekosistem). Kota yang memiliki keteduhan dengan banyaknya pohon besar yang rindang dapat mengurangi lalu lintas bermotor karena penduduk lebih bersedia jalan kaki, serta kurang berkehendak untuk keluar kota atau ke tempat hiburan. Di samping hal-hal tersebut, penghijauan dapat pula meningkatkan produksi oksigen yang mendukung kehidupan sehat bagi manusia, mengurangi pencemaran udara dan meningkatkan kualitas iklim mikro. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk merencanakan suatu kota yang alami, guna meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan: a. Meningkatkan kualitas udara dengan vegetasi, karena dapat mereduksi polusi udara, serupa filter debu. Sesuai Watson (2001) pohon dapat menyerap karbon. b. Modifikasi microclimate dengan konsep hijau, karena sangat signifikan terhadap control dan reduksi panas. Penghijauan dengan pohon dapat berfungsi sebagai pelindung 19

29 matahari. Warna hijau pada atap dapat mereduksi panas 4 o F (reduksi energi) c. Manajemen kehilangan air dengan Infrastruktur konsep hijau, memberi dampak pada sistim hidrologi perkotaan. Pengerasan permukaan jalan menyebabkan intensitas air mengalir dan memberi dampak pada polusi air, atau pengikisan sungai. Sebaliknya dengan penghijauan, air masuk dalam tanah dan mengalir, meningkatkan kualitas air tanah. d. Mempertahankan kekayaan flora dan fauna dapat meningkatkan kualitas lingkungan setempat, oleh sebab itu penghijauan kota dengan cara konservasi dapat mempertahankan keragaman habitat perkotaan. Jenis pohon yang direkomendasi adalah sesuai ukuran dan keteduhan pohon, serta sesuai dengan ruas jalan di pusat kota, tepi kota dan kawasan spesifik serta rural. Tabel 3-1. Fungsi Tanaman sebagai elemen peningkatan kualitas lingkungan. Sumber: Frick, 2006 Fungsi tanaman 1 pohon berumur ± 100 thn Tanaman seluas 1 Ha Produksi oksigen 1.7 kg/jam 600 kg/hari Penerimaan karbon dioksida 2.35 kg/jam 900 kg/hari Zat arang yang terikat 6 ton Penurunan suhu sampai 4 ºC Gbr 3-3. Fungsi pohon sebagai elemen peningkatan kualitas 20

30 Pada dasarnya tanaman dapat dibagi menurut jenis tanaman, penggunaan dan menurut fungsinya. Menurut jenis tanaman Menurut penggunaan Menurut Fungsinya Semak belukar sebagai penutup tanah Penghijauan Privat (tanaman berguna) Fungsi sosial sebagai ruang komunikasi Perdu sebagai penghias tanah Penghijauan semiprivat (pohon di pinggir jalan) Fungsi Higiene mental (kreatifitas, imajinasi) Pohon peneduh dan pemberi manfaat lainnya Penghijauan umum (taman kota) Fungsi peristirahatan untuk melepas lelah Tabel 3-2. Klasifikasi tanaman. Sumber: Frick, Analisa Perencanaan dan Permasalahan Desa Lab. Alas ANALISIS TOPOGRAFI DAN GENANGAN AIR Wilayah Desa Lab. Alas berkonfigurasi dataran rendah dengan topografi relative datar. Adapun wilayah- wilayah yang lebih rendah pada umumnya pada spot-spot tertentu dan menyebar. Seringkali pada spot-spot ini terjadi genangan air hujan terutama apabila hujan turun dengan deras. Penyebab terjadi demikian karena belum adanya saluran drainase di hampir seluruh wilayah desa serta kondisi tanah yang kurang menyerap air dengan cepat. Sehingga terjadi aliran air mengalir alami ke dataran rendah yaitu sungai, dimana Desa Lab. Alas memang dilewati sebuah sungai. Namun hal ini harusnya diantisipasi, sebab apabila air hujan langsung mengalir ke sungai maka lama- kelamaan sumur warga dapat mengering. Hal ini karena sumber air bersih utama warga adalah sumur, baik sumur dalam maupun sumur dangkal. Dengan demikian perlu dipikirkan model saluran drainase yang tetap dapat menjaga air tanah serta kondisi eksisting mengenai topografi dan jalur sirkulasi. Selain itu perlu dipertimbangkan solusi biopori pada spot-spot dimana terdapat banyak genangan air hujan untuk membantu terserapnya air ke dalam tanah. 21

31 ANALISIS PEMANDANGAN (VIEW) Desa Lab. Alas masih sangat kental nuansa pedesaannya sehingga view/pemandangan yang mayoritas terlihat adalah areal pertanian berupa persawahan. Desa Lab. Alas juga dilalui sebuah sungai view bantaran sungai juga kuat terlihat namun kondisinya cukup memperhatikan. Sebagian besar tidak terawat dan hanya sebagai tempat pembuangan sampah. Padahal view sungai cukup berpotensi menjadi alternative rekreasi bagi warga ANALISIS FUNGSI LAHAN Belum adanya penzoningan fungsi lahan di wilayah Desa Lab. Alas dimana ± 60% masih berupa lahan pertanian, untuk lahan terbangun masih tercampur antara home industry, permukiman serta fasum dan fasos. Untuk fasum dan fasos posisinya tidak seluruhnya berada pada jalan utama desa, namun menyebar di dalam permukiman penduduk ANALISIS JARINGAN JALAN DAN JEMBATAN Akses menuju Desa Lab. Alas berada di sebelah utara yaitu jalan Pendidikan. Dikarenakan akses jalan masih terasa sempit dan minimnya perawatan infrastruktur seperti talud jalan dan penerangan jalan, maka wilayah Desa Lab. Alas sulit diakses oleh kendaraan besar, sekalipun dilihat dari peta wilayah Sumbawa, letak Lab. Alas cukup strategis. Selain itu kondisi akses jalan utama desa pun, masih kurang dengan penerangan ANALISIS JARINGAN SANITASI Mayoitas warga menganggap sungai sebagai septiktank sehingga pipa pembuangan limbah padat dialirkan ke sungai. Hal ini menunjukkan perlunya penyuluhan mengenai kesehatan serta dibuatnya septiktank komunal di lokasi-lokasi yang menjangkau saluran pembuangan warga terutama di sepanjang sungai. Selain itu pembuangan limbah padat rumah tangga kondisinya lebih memperhatikan. Sampah tersebar di pekarangan atau tanah-tanah kosong bahkan bantaran sungai. Maka penanganan terhadap sampah harus terpadu baik system pembuangannya maupun pengelolahannya, mengingat sampah tidak hanya sebagai masalah namun sampah bisa menjadi potensi, sehingga perlu adanya wilayah tertentu memiliki system pengelolahan sampah yang mandiri. 22

32 ANALISIS JARINGAN PERSAMPAHAN Desa Lab. Alas belum memiliki jaringan persampahan, sehingga menambah pelik persoalan sampah. Dilain sisi kesadaran warga akan kebersihan lingkungan amatlah kurang. Dalam hal ini perlunya menegakkan akan pentingnya kebersihan lingkungan dan menjadikan sampah sebagai potensi yang baik dan kebersihan menjadi kebiasaan ANALISIS KELEMBAGAAN Lembaga-lembaga yang berada di lingkup Desa Lab. Alas memiliki fungsi dan peran yang beragam, yaitu yang berperan dalam bidang pembangunan, bidang ekonomi, bidang kesenian, bidang keagamaan dan bidang social kemasyarakatan. BKM, LKMD dan RW/RT merupakan lembaga yang fungsinya berhubungan langsung dengan kegiatan pembangunan di wilayah desa. Kinerja lembaga-lembaga tersebut sangat berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan program-program pembangunan desa. Keberadaan lembaga-lembaga yang fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat dikaji dengan kreteria- kreteria yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik (Good Governance) diantaranya : 1. Partisipasi 2. Kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan. 3. Peraturan yang berlaku 4. Peraturan yang berlaku harus diketahui oleh masyarakat dan harus dipatuhi bersama 5. Transparansi 6. Seluruh proses dari system yang dijalankan dapat dikeltahui oleh public 7. Responsif 8. Adanya tanggapan terhadap masukan atau pertanyaan yang diberikan oleh masyarakat. 9. Keadilan 10. Tidak ada perbedaan dalam pemberian pelayanan 11. Efektifitas dan efesiensi 12. Program suatu lembaga dibuat sesuai dengan kebutuhan dan dikelolah dengan tepat. 13. Akuntabilitas 14. Segala sesuatu yang dikerjakan dan dilaksanakan harus dapat di pertanggung jawabkan. 23

33 Hasil dari analisis dan rembug warga menghasilkan beberapa konsep perencanaan, yaitu : Perubahan fungsi lahan dari tanah desa dan persawahan sebagai jalur alternatif dusun Tarum dusun Galung Normalisasi Sungai dan pembuatan jalan di sepanjang tepian sungai sebagai jalur lingkar desa Lab. Alas. Pemberian Lampu jalan untuk jalur alternatif, sebagai pendukung kawasan yang baik dan aman. perlu adanya Biopori diwilayah perkampungan agar fungsi tanah dikembalikan dengan baik sebagai resepan air. Hal ini dilakukan hampir diseluruh wilayah Desa Lab. Alas. Memanfaatkan fungsi lahan di area permukiman/badan Jalan dengan penghijauan. Penunjukkan tempat sampah sementara pada lahan yang kosong. Mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber air dan perlindungan sungai. Pemanfaatan lahan pemakaman sebagai kawasan RTH Pemanfaatan lahan desa sebagai rumah pintar 24

34 2.1. Menggali Visi & Misi Desa Labuhan Alas BAB II VISI & MISI Tujuan hadirnya Program PLP-BK merupakan penataan lingkungan permukiman adalah guna menciptakan tatanan kehidupan dan hunian yang tertata selaras, sehat, produktif, berjatidiri, dan berkelanjutan. Fokus utamanya adalah pada penguatan dan pengembangan sosial kapital melalui pengokohan nilai-nilai universal dan kearifan lokal (perilaku), penguatan pelayanan masyarakat di bidang ekonomi, lingkungan dan sosial (community services), serta dengan membuka ruang kreativitas dan inovasi di masyarakat untuk menciptakan sumberdaya pembangunan permukiman mereka (Community Entrepreneurship). Perlunya sebuah visi dalam sebuah perencanaan dimaksudkan agar perencanaan dapat diarahkan dengan cara menguraikan gagasan, keinginan dan harapan masyarakat pada wilayah perencanaan untuk mewujudkan kegiatan pembangunan wilayah kelurahan/desa yang akan dituju pada masa yang akan datang. Visi merupakan bentuk dari tujuan bersama dalam sebuah perencanaan atau pembangunan wilayah, sedangkan Misi adalah sasaran untuk mencapai visi. Menggali Visi dan Misi biasanya hanya dilakukan melalui pengamatan atau memahami kondisi permasalahan dan persoalan yang ada di wilayah perencanaan serta peluang-peluang pembangunan sebagai isue strategis yang akan mempengaruhi pembangunan dimasa yang akan datang. Namun menggali visi dan misi dapat dilakukan dengan cara menguraikan gagasan dalam bentuk gambar atau sketsa. Hasil gagasan dari sebuah gambar atau sketsa kemudian dirembuk dan dirumuskan secara singkat untuk menyepakati gagasan sehingga visi dirumuskan secara singkat sesuai dengan gagasan dan isue- isue strategis yang berkembang. Selain itu perumusan visi dan misi dalam melakukan musyawarah, harus melibatkan warga masyarakat sebanyak-banyaknya (seperti kelompok perempuan dan kelompok marjinal dan rentan) untuk membahas bersama-sama dan menyepakati gagasan pengembangan desa dimasa yang akan datang. 25

35 2.2. Tahap Pelaksanaan Jenis kegiatan yang dilakukan dalam menggali Visi dan Misi diwilayah perencanaan melalui berbagai bentuk kegiatan warga Desa Lab. Alas, seperti menggali visi dan misi dari tingkat anak-anak, menggali visi dan misi warga masyarakat tingkat dewasa (kelompok perempuan dan rentan) dan menggali visi dan misi dengan mencermati persoalan-perseoran dan potensi Desa Lab. Alas melaui maket. Berikut pelaksanaan kegiatan dalam menggali Visi dan Misi Desa Lab. Alas : A. Menggambar Kawasan Impian dan Sketsa Tata Ruang Dusun a. Menggambar Kampung Impian Desa Lab. Alas Menggambar kampung impian melalui lomba menggambar tingkat anak-anak, dimana anak-anak diberikan kesempatan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan atau segala impian tentang Desa Lab. Alas dimasa yang akan datang. Anak-anak diminta untuk menceritakan tentang apa yang digambarkan,sehingga dapat memperoleh catatan kritis dari hal-hal menarik yang ditemukan pada gambar untuk dapat dirumuskan menjadi sebuah Visi Desa Lab. Alas. Sehingga hasil kegiatan dapat dijadikan materi pembahasan / diskusi perencanaan. Gambar Lomba Menggambar Kampung Impian Desa Lab. Alas Sumber : Dokumentasi PLB-BK Desa Lab. Alas

36 Ide atau gagasan yang dituangkan kedalam gambar melalui Lomba Impian Lab. Alas yaitu : Dengan Konsep Air Bersih Lab. Alas yaitu : Peserta menceritakan impiannya pada masa yang akan datang tentang adanya perhatian pemerintah guna seluruh warga masyarakat Desa Lab. Alas dapat menikmati aliran Air Bersih dari PDAM, dengan demikian masyarakat tidak lagi membeli air bersih dari pengecer untuk kebutuhan sehari harinya. Dengan konsep penataan kawasan permukiman yang nyaman, yaitu : Peserta Lomba menginginkan adanya penyediaan fasilitas yang lengkap, seperti : taman bermain yag asri (RTH), tersedia tempat sampah agar lingkungan menjadi bersih dan nyaman serta penerangan jalan lingkungan dan MCK umum. Dengan konsep Pulau Wisata yang Indah dan Nyaman yaitu : dimana impian masyarakat ingin menjadikan Kawasan Pantai dan Laut yang terdapat di Desa Lab. Alas menjadi objek wisata yang bersih dan indah, sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk berwisata ke Desa Lab. Alas. Namun masih banyak lagi konsep yang dituangkan kedalam sebuah gambar kampung impian, dan sebagian besar peserta menginginkan lingkungan hunian yang nyaman baik untuk mereka bermain maupun untuk mereka belajar dan beraktivitas sehari-hari. Dalam menggali visi melalui menggambar inilah menjadi salah satu bentuk bagi anak-anak untuk menggali potensi secara inovatif dan kreatif. a. Menggambar Sketsa Tata Ruang Antar Dusun Menuangkan ide-ide atau gagasan dalam bentuk sketsa berdasarkan kondisi eksisting pada masing-masing dusun, penjelasan tentang masalah dan potensi yang dimiliki dan impian kedepan. Sehingga diperoleh ide-ide atau gagasan konsep seperti : 1) Dusun Bangsal dengan konsep kawasan permukiman yang bersih dan tertata rapi yang merupakan area pengembangan kawasan Desa Lab. Alas kedepan, sehingga dapat menjadi suatu lingkungan hunian yang berkelanjutan dengan kawasan yang indah dan tertata serta menjadi kawasan wisata Kabupaten Sumbawa. 2) Dusun Galung dengan konsep lingkungan hunian yang bersih dengan dilengkapi segala bentuk fasilitas yang dapat menunjang seperti pembangunan jalan baru, penempatan area-area kawasan public sehingga masyarakat kedepannya merasa nyaman. 3) Dusun Tarum dengan konsep yang dituangkan ingin menciptakan kawasan perumahan dan permukiman yang asri, serta kawasan fasilitas umum karena Dusun Tarum 27

37 merupakan sentra pemerintahan Desa Lab. Alas dengan demikian kedepannya kawasan ini dapat dijadikan area penerima yang baik, indah dan nyaman. B. Mengamati Kawasan Dengan Maket Maket merupakan Media Bantu Tri Matra / Tiga dimensi, yang merupakan mock-up ataupun tiruan dalam skala kecil dari sebuah benda yang besar. Dalam Konteks perencanaan partisipatif, Maket merupakan mock-up atau tiruan dengan skala kecil terhadap kondisi lingkungan yang sesungguhnya. Merekam proses perencanaan dan pembangunan yang telah dilakukan, dengan cara membubuhkan notasi lokasi2 yang telah diperbaiki dan mana yang belum. Secara periodik, Maket dapat dimanfaatkan lagi untuk melihat proses perencanan,serta realisasi yang telah dilakukan, sehingga dapat dijadikan sebagai alat untuk merumuskan Visi dan Misi wilayah Desa Lab. Alas. Maket yang dihasilkan bersumber dari hasil pemetaan swadaya yang dilaksanakan dan telah melakukan proses sosialisasi dalam bentuk media dan dokumen. C. Rembuk Perumusan Warga Penggalian visi dan misi melalui rembuk perumusan, dengan melibatkan banyak pihak dari masyarakat mulai dari kelompok perempuan dan rentan, sampai dengan perumusan di tingkat basis. Penggalian visi dan misi seperti ini bertujuan mendengarkan ide-ide dan gagasan masyarakat yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang masih kurang ataupun kebutuhan yang belum terpenuhi. Sehingga bentuk penataan pada kawasan perencanaan disesuaikan dengan jenis kebutuhan yang diharapkan. Sehingga visi yang dirumuskan dapat mencakup semua aspek yang dibutuhkan dan milik semua masyarakat Desa Lab. Alas. Adapun bentuk ide atau gagasan yang banyak dikemukakan oleh masyarakat seperti : Adanya fasilitas-fasilitas pendukung sarana dan prasarana lingkungan seperti RTH, ruang public. Yang memungkinkan kedepan menjadi tempat wisata local masyarakat Desa Lab. Alas. Penataan kawasan tepi pantai, yang merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk kelanjutan masyarakat Desa Lab. Alas, dimana selama ini banyak yang menggantungkan diri sebagai nelayan. Penyediaan fasilitas umum, seperti MCK umum, tempat pembuangan sampah sementara (TPS), peremajaan jalan lingkungan dan penerangan jalan. Dan fasilitas-fasilitas lainya yang dapat menunjang kehidupan di lingkungan kawasan Desa Lab. Alas. 28

38 Sehingga hasil dari ide-ide dan gagasan yang yang telah disampaikan, semua akan dapat dirumuskan dalam bentuk sasaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan masyarakat baik sekarang maupun yang akan datang VISI dan MISI Tujuan rencana penataan lingkungan permukiman adalah upaya peningkatan kualitas permukiman yang dilakukan secara holistik dan terpadu pada tingkat kawasan/lingkungan permukiman melalui pemberdayaan manusia dengan memperhatikan tatanan sosial kemasyarakatan, pengembangan ekonomi masyarakat, serta penataan lingkungan dan kualitas hunian. Oleh karena itu dengan disusunnya rencana penataan lingkungan permukiman Desa Lab. Alas diharapkan akan dapat memberikan pedoman untuk mencapai tujuan pokok kehidupan masayarakat, antara lain : Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan mampu mendukung transformasi menuju masyarakat madani Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui kegiatan membangun kemitraan sebagai upaya untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat. Mendukung pembangunan fisik lingkungan semata yang diharapkan mampu mengembangkan komunitas yang berbasis nilai sehingga mendorong pengembangan ekonomi masyarakat. Menciptakan lingkungan permukiman yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat Desa Lab. Alas. Seiring dengan hal tersebut diatas maka dalam perencanaan suatu wilayah harus berdasarkan pada pentingnya rencana penataan yang akan membantu dalam pelaksanaan perencanaan suatu wilayah khususnya Desa Lab. Alas pada rencana penataan lingkungan permukiman melalui program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PL-BK), salah satu program yang sangat mendukung proses perencanaan penataan lingkungan permukiman. Sehingga perlu adanya Visi dan Misi untuk mengarahkan proses penataan pada kawasan perencanaan. Berikut penjabaran Visi dan Misi pada perencanaan lingkungan pemukiman Desa Lab. Alas yang merupakan hasil dari rembuk perumusan melalui berbagai bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan untuk menemukan suatu tujuan bersama. 29

39 VISI dan MISI Visi : Terwujudnya Desa Labuhan Alas sebagai Kawasan wisata bahari Menuju Masyarakat BERSAMA ( Bersih, Elok, Rapi, Sehat, Aman dan Madani ) Misi : 1. Terwujudnya masyarakat yang pancasilais yang didukung dengan pengamalan ajaran agama dengan keimanan dan ketaqwaan yang berkualitas. 2. Pengentasan kemiskinan yang akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat. 3. Peningkataan kualitas SDM, yang berdampak pada tersedianya lapangaan kerja yang seluas-luasnya. 4. Peningkatan mutu sarana dan prasarana pelayan public yang berpartisipatif dan berkelanjutan demi kesejahteraan generasi sekarang dan dimasa yang akan datang. 5. Penegakaan terhadap HAM dan supremasi hukum, demi rasa aman bagi seluruh masyarakat Desa Lab. Alas. 6. Menumbuhkan kepercayaan, prinsip kejujuran, ikhlas/rela, keperdulian, keadilan, kesejahteraan, kebersamaan, dan keberagaman. 7. Masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama dengan baik dalam menyukseskan Desa Lab. Alas sebagai kawasan Bahari Identifikasi Masalah Masalah penyebab kemiskinan di Desa Lab. Alas dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, sebagai berikut : 1. Permasalahan di bidang social a. Dibidang Kesehatan. Masih terdapat balita dengan asupan gizi yang kurang. Lingkungan sekitarnya yang berpotensi menularkan penyakit dan wabah malaria. 30

40 b. Dibidang Pendidikan. Kurangnya eksplorasi terhadap kemampuan anak disebabkan biaya yang kurang bahkan terdapat anak yang putus sekolah serta fasilitas pendidikan sedikit dan jauh dengan sarana transportasi yang terbatas. Dari kedua permasalahan tersebut diidentifikasikan sebagai berikut: Tingginya biaya pengobataan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan anak dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan anak demi mendapatkan yang berkualitas dimasa yang akan dating Terbatasnya pengetahuan masyrakat tentang program pemerintah dibidang kesehatan dan pendidikan Kondisi masyarakat sehinggatidak mampu memperhatikan pentingnya masalah kesehatan dan pendidikan anak 2. Permasalahan di Bidang Ekonomi Permasalahan di bidang ekonomi yang terjadi di Desa Lab. Alas, yang mengakibatkan warga tidak mampu meningkatkan pendapatan dan adanya warga usia produktif yang tidak mempunyai pekerjaan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Keterbatasan wawasan manajemen, sehingga UKM yang ada tidak mampu berkembang Sektor permodalan yang kurang mendukung Tidak mempunyai keahlian khusus Terbatasnya informasi lapangan kerja Tempat yang kurang strategis 3. Permasalahan di Bidang Lingkungan Masih banyak terdapat sarana dan prasarana lingkungan yang kurang memadai bahkan rusak berat, seperti prasarana perhubungan darat (jalan dan gang Desa), prasarana air bersih, prasarana pembungan air limbah/air hujan, perumahan warga yang kumuh dan tidak layak huni dan lain sebagainya, yang sangaat erat kaitannya dengan masalah kesehatan lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat kemiskinan di Desa Lab. Alas. Dalam hal ini kondisi lingkungan tersebut angat erat kaitannya dengan kemampuan warg yang secara rata-rata berasl dari keluarga miskin dan kurang mampu, sehingga tidak mampu mendanai rehabilitasi dan pembangunan prasarana lingkungan. 31

41 2.1.2 Analisis Potensi 1. Komponen Potensi Desa Tujuan analis potensi Desa adalah untuk mengetahui potensi SDA, potensi SDM, potensi kelembagaan, potensi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Desa dan kemudian dari potensi-potensi tersebut, dapat diketahui perkembangaannya dimasa yang akan datang. Selain itu analisis potensi juga untuk mengetahui faktorfaktor penghambat perkembangan pembangunan Desa, baik dari faktor alam, faktor manusia,faktor kelembagaaan, faktor ekonomi dan faktor lingkungan. Dari analisis potensi desa dapat diketahui atau dirumuskan beberapa hal yaitu: a. Potensi sumber daya alam b. Potensi sumber daya manusia c. Potensi perekonomian d. Potensi kelembagaan e. Potensi perikanan f. Potensi sarana dan prasarana lingkungan 2. Analisis Potensi Umum Analisis potensi sumber daya alam didasarkan pada potensi-potensi yang terdapat pada daerah binaan. Analisis potensi daya manusia didasarkan pada potensi jumlah penduduk, potensi umur, potensi pendidikan, potensi agama, potensi keragaman etnis dan potensi tenag kerja. Analisis potensi kelembagaan didasarkan pada potensi lembaga pemerintah, potensi lembaga kemasyarakatan, potensi lembaga politik, potensi lembaga ekonomi, potensi lembaga hukum, potensi lembaga pendidikan, dan potensi lembaga keamanan. Sedangkan untuk analisis potensi sarana dan prasarana didasarkan pada potensi sarana dan prasarana transportasi, potensi sarana dan prasarana komunikasi, potensi sarana dan prasarana kesehatan, potensi sarana dan prasarana pemerintahan, potensi sarana dan prasarana peribadataan, potensi sarana dan prasarana irigasi, potensi sarana dan prasarana pendidikan dan potensi sarana dan prasarana olahraga. 3. Tujuan Utama Tujuan utama dari analisis tingkat perkembangaan Desa Lab. Alas renta adalah untuk merumuskan masalah-masalah yang dihadapi desa yang akan dijadikan penyusunan rencana strategis atau PJM Pronangkis dalam renta satu atau tiga tahun mendatang. 32

42 Dari hasil tingkat perkembangan desa dapat diperoleh : a. Status kemajuan masyarakat (swasembada, swakarya dan swadaya) yang diukur dari indikator bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang pembangunan, dan bidang kamtibmas. b. Kategori desa yaitu permasalahan prioritas yang perlu mendapat pemecahan dalaam pembangunan desa tersebut. c. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi desa dan prioritas pembangunan dalm renta satu atau tiga tahun berikutnya. Untuk mengetahui tingkat kemajuan masyarakat, maka indikator yang digunakan adalah indikator ekonomi masyarakat, indikator kesehatan masyarakat, indikator pendidikan masyarakat, indikator kamtibmas, dan indikator kepribadian masyarakat. 3. Hasil Visi dan Misi Kawasan Wisata Bahari merupakan visi pengembangan jangka panjang Desa Lab. Alas, yaitu kawasan yang kegiatan masyarakatnya berbasis pada pesisir atau bahari meliputi kegiatan perikanan, proses pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sehingga Desa Lab. Alas menjadi area atau kawasan wisata yang dituju oleh wisatawan local maupun mancanegara. Kawasan Kampung Wisata yang menjadi simbol Desa Lab. Alas merupakan proses transformasi kehidupan masyarakat dari proses pemerdayaan masyarakat itu sendiri kearah peningkatan kualitas dan nilai tambah yang berorientasi peningkatan keterampilan (skill) masyarakat pesisir. Peningkatan kualitas dapat berasal dari tenaga-tenaga kerja yang professional melalui pelatihan dan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat dalam pengembangan kawasan dimana tempat mereka tinggal. Menciptakan suatu lapangan kerja berkaitan erat dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan kapasitasnya sebagai seorang profesional. Aktivitas kawasan kampung wisata meliputi seluruh rangkaian kegiatan dan keunikan masyarakat pesisir menuju kawasan wisata. Bentuk kegiatan yang diharapkan meliputi, penataan kawasan transit, penyediaan sarana dan prasarana menuju kawasan wisata melalui. Sehingga memberikan penciptaan nilai tambah sehingga mempercepat terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan, yaitu masyarakat mandiri menuju masyarakat madani. Konsepsi Kampung Nelayan Tidak hanya mencakup aspek dari sekedar keunikan masyarakat dan kondisi kawasan yang berada di kawasan pulau, namun mencakup aspek yang lebih luas. Sebagaimana dipahami bahwa masyarakat Desa Lab. Alas sebagian besar kegiatan 33

43 ekonomi di dominasi oleh perikanan, karena masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. Kata kunci kampung nelayan adalah kondisi faktual masyarakat sebagai nelayan, yaitu kondisi ini merupakan bentuk kegiatan perekonomian yang ada dan mampu berkembang di Desa Lab. Alas. Tujuan akhir dari kampung nelayan adalah pengembangan potensi yang dimiliki. Konsepsi bersih dan nyaman Dimana diharapkan dengan adanya penataan kawasan kampung wisata dalam penataan lingkungan permukiman dapat menjadikan masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya lingkungan kawasannya. Konsepsi budaya lokal Rencana penataan akan tetap mengacu pada nilai-nilai yang selama ini dijalankan masyarakat Desa Lab. Alas, sehingga dapat memberikan bentuk nilai-nilai luhur yang menjadikan landasan hubungan masyarakat pesisir khususnya dan semua masyarakat Desa Lab. Alas dari hubungan kekerabatan sampai dengan bentuk kerjasama dalam membangun suatu hubungan kerja yang baik. Konsepsi menuju masyarakat madani Terkait dengan terwujudnya individu dan sosial dalam kehidupan masyarakat Desa Lab. Alas. Tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun baik antar individu, gender, dan wilayah serta mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf hidupnya dan memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan, mengemukakan pendapat dan melaksanakan hak politiknya, serta perlindungan dan persamaan di depan hukum sehingga merupakan masyarakat yang maju dan sejahtera. 34

44 BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PADA KAWASAN EKSISTING 3.1 Kebijakan RTRW Kabupaten Sumbawa Dengan melihat tinjauan wilayah Kabupaten Sumbawa, dengan segala potensi yang dimiliki serta beberapa kendala dalam upaya pengembangannya. Maka untuk konsep pengembangan wilayah akan dititik beratkan kepada kegiatan: a. Peningkatan pertumbuhan perekonomian wilayah berdasarkan titik/kutub perkembangan dengan intensitas yang berubah dan menyebar, beraneka ragam pada keseluruhan perekonomian b. Pemerataan pembangunan serta perluasan lapangan kerja dengan sistem padat karya dan padat modal dengan teknologi tepat guna, pengembangan pertanian, pendekatan ekonomi pedesaan dan pendekatan situasi internasional. c. Mengoptimalkan pemanfaatan SDA dan SDM yang ada dengan tetap berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan, memperbaiki kualitas hidup serta mengupanyakan perlindungan terhadap kelestarian lingkungan d. Proses pembangunan yang menekankan pada partisipasi masyarakat yaitu dengan adanya dorongan bagi para individu, Perusahaan, koperasi, LSM, dll untuk ikut dalam kegiatan pembangunan Dalam pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa konsep perencanaan yang diterapkan, diupayakan dapat memacu potensi yang ada dengan pertimbangan adanya pertumbuhan secara merata pada wilayah-wilayah baru. Sedangkan pertumbuhan wilayah yang telah dikembangkan, pembangunannya dapat lebih diprioritaskan pada pembangunan yang berkelanjutan, dimana faktor kelestarian dan keseimbangan lingkungan lebih diutamakan. Serta tidak kalah pentingnya dalam usaha pembangunan perlu adanya proses pemberdayaan oleh pemerintah sebagai pelaksana pembangunan terhadap seluruh lapisan masyarakat. 35

45 Pada prinsipnya pengembangan fungsi dan wujud pemanfaatan ruang di Kabupaten Sumbawa secara konseptual dititik beratkan pada kegiatan : 1. Menata struktur ruang dan pemanfaatan ruang Kabupaten Sumbawa se-optimal mungkin untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, serta tetap memperhatikan keserasian dengan lingkungan setempat. 2. Pengelolaan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya secara efektif dan berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Planning) 3. Mengembangkan sektor unggulan Kabupaten Sumbawa (perkebunan, perikanan, peternakan) serta mengembangkan potensi pariwisata, melihat Kabupaten Sumbawa merupakan jalur lintas wisata Bali, Lombok dan Pulau Komodo NTT untuk menunjang kegiatan perekonomian daerah. 4. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan cara menambah dan mendistribusikan fasilitas sosial ekonomi secara merata serta memperluas jangkauan pelayanan utilitas. 5. Meningkatkan pelayanan transportasi guna kemudahan dalam pencapaian penduduk ke seluruh wilayah kota dengan cara memperluas akses, penambahan angkutan umum, pembangunan terminal, pengembangan pelabuhan, pengoperasian kembali Bandar Udara. 6. Penatagunaan Tanah, air, udara, serta sumberdaya alam lainnya 7. Menyusun program pembangunan Kabupaten Sumbawa dalam jangka pendek dan jangka menengah untuk memudahkan dalam penentuan prioritas pembangunan Rencana Pengembangan Sruktur Ruang Untuk memacu perkembangan wilayah dan untuk mengurangi adanya kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, maka dalam dimensi ruang perlu diupayakan untuk mendorong perkembangan wilayah dan sektor yang potensial yang ada pada tiap wilayah. Perkembangan wilayah ini akan lebih mudah dicapai bila setiap wilayah memiliki satu pusat layanan sosial-ekonomi, sehingga perkembangan wilayah pusat diharapkan akan dapat menjalarkan pada wilayah hinterlandnya atau bawahannya melaui proses trickling down effect. Bila proses ini dapat berlangsung dengan baik, maka masalah perkembangan ekonomi wilayah dan pemerataan hasil pembangunan akan lebih mudah tercapai. Secara konsepsional hal ini akan dapat dilakukan dengan menetapkan struktrur tata ruang wilayah yang ideal, dengan menetapkan perkotaan-perkotaan sebagai pusat perkembangan (pusat SSWP) yang diharapkan mampu mendorong wilayah sekitarnya. Pada umumnya perkotaan ini merupakan perkotaan terbesar diwilayahnya, lokasinya cukup sentral, dan memiliki sektor/kegiatan tertentu yang dapat memacu perkembangan wilayah sekitarnya. perkotaan inilah yang nantinya akan 36

46 menjadi penentu perkembangan bagi wilayah sekitarnya, sehingga perbedaan perkembangan antar wilayah akan dapat dicegah, paling tidak dikurangi; tanpa harus mengorbankan wilayah yang potensial untuk berkembang. Untuk mencapai hal ini, maka dalam struktur tata ruang wilayah ditetapkan model regionalisasi, atau pembentukan sub-satuan Wilayah Pengembangan (SSWP), dimana setiap SSWP memiliki wilayah pendukung, dan pusat SSWP ini harus diberi kelengkapan berupa fasilitas penunjang sosialekonomi dalam skala pelayanan sub-regional. Wilayah pusat ini harus memiliki aksesibilitas yang tinggi pada wilayah sekitarnya dan ke Kota Sumbawa sebagai pusat SSWP-nya. Sistem tata ruang di Kabupaten Sumbawa berdasarkan pada 3 Sub Satuan Wilayah Pengembangan yang ada adalah sebagai berikut : SSWP I (Sumbawa) SSWP Sumbawa merupakan pusat kota Kabupaten Sumbawa. SSWP Sumbawa terdiri dari Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Unter Iwis, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Ropang dan Kecamatan Lape Lopok. Pusat dari wilayah pengembangan Sumbawa Besar ada di Kota Sumbawa Besar. SSWP ini mempunyai fungsi sebagai pusat perdagangan, pemerintahan, pendidikan dan industri skala Kabupaten. 3.2 Arti Penting RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Sumbawa yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang berisi pernyataan kehendak masyarakat Kabupaten Sumbawa yang dikukuhkan dalam peraturan daerah. RPJP Daerah Kabupaten Sumbawa disusun dengan pendekatan sistem perencanaan nasional merupakan pernyataan kehendak rakyat Kabupaten Sumbawa yang tertuang dalam pernyataan visi, misi dan arah pembangunan daerah kabupaten Sumbawa untuk 20 tahun ke depan. Oleh karenanya RPJP Daerah memiliki kedudukan strategis sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kerja kepala daerah dalam kurun waktu

47 3.2.1 Proses Penyusunan RPJP Daerah Proses penyusunan RPJP Daerah dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut yakni: Pertama: Bappeda Kabupaten Sumbawa menyiapkan rancangan awal RPJP Daerah sebagai bahan bahasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan jangka panjang daerah (musrenbang RPJPD); Kedua: penyelenggaraan musrenbang RPJPD sebagai forum konsultasi dengan stakeholders untuk membahas rancangan visi, misi dan arah pembangunan daerah yang telah disusun pada tahapan pertama. Stakeholders yang terlibat dalam proses ini merupakan kelompok strategis yang berasal dari para tokoh masyarakat tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten, LSM, pers, perguruan tinggi, partai politik, para praktisi non pemerintah, dan unsur-unsur SKPD. Ketiga ; penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah, yang bahan masukan utamanya bersumber dari musrenbang RPJPD. Karena perkembangan keadaan sejak pelaksanaan musrenbang di pertengahan tahun 2005 hingga saat penetapan RPJP Nasional pada awal tahun 2007, maka dipandan perlu menyelenggarakan seminar sebagai mekanisme konsultasi publik untuk pemutakhiran data, informasi dan aspirasi yang terhimpun sebelumnya. Keempat; penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah untuk menjadi dokumen perencanaan setalah melalui pembahasan bersama di DPRD dan selanjutnya dijadikan pedoman dalam revisi RPJM Daerah yang telah ada dan penyusunan RPJM Daerah yang akan datang Maksud Dan Tujuan RPJP Daerah Maksud RPJP Daerah sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah jangka waktu dimaksud untuk ; 1) memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen daerah (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha) di Kabupaten Sumbawa dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama sesuai dengan visi, misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif dan melengkapi satu sama lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. 2) menjadi acuan dan pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah kabupaten Sumbawa dalam periode tersebut. 38

48 Tujuan Tujuan penyusunan RPJP Daerah adalah ; 1) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang daerah periode yang memuat rumusan visi, misi dan arah pembangunan daerah, yang disusun berdasarkan kondisi dan analisis kondisi umum daerah saat ini serta prediksinya kedepan sebagai instrumen pengintegrasian perencanaan Kabupaten Sumbawa dengan sistem perencanaan nasional serta menjamin perencanaan pembangunan agar efektif, efisien dan berkelanjutan. 2) Tersedianya dokumen perencanaan yang memberikan inspirasi para pelaku pembangunan (stakeholders) dalam mengarahkan proses perubahan sosial masyarakat dalam rangka : a) meningkatnya kemampuan sosial-ekonomi masyarakat sehingga terbebas dari belenggu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. b) terciptanya tatanan sosial-politik yang demokratis dan berkeadilan. c) meningkatnya kapasitas kelembagaan pembangunan melalui perubahan sosio-kultural yang mendukung. 3.3 Kedudukan Desa Lab. Alas terhadap kebijakan RTRW Kabupaten Desa Lab. Alas merupakan wilayah pendukung peternakan, pertanian, nelayan, dan wisata dengan prioritas wilayah sebagai kawasan wisata dan permukiman yang asri sebagai brand kawasan. Analisa kawasan pantai/dermaga di desa Lab. Alas direncanakan sebagai sentra kawasan wisata di Kecamatan Alas sesuai dengan Kondisi geografis. 39

49 BAB IV PROFIL DESA 4.1 Kedudukan Desa Lab. Alas Dengan Payung Kebijakan Diatasnya Ruang lingkup wilayah perencanaan adalah seluruh wilayah administrasi Kabupaten Sumbawa berdasarkan hasil pemecahan wilayah, yaitu: 1) Kecamatan Alas 11) Kecamatan Moyo Hulu 2) Kecamatan Alas Barat 12) Kecamatan Moyo Utara 3) Kecamatan Buir 13) Kecamatam Lape-Lopok 4) Kecamatan Utan 14) Kecamatan Plampang 5) Kecamatan Rhee 15) Kecamatan Meronge 6) Kecamatan Batulanteh 16) Kecamatan Empang 7) Kecamatan Lab. Alas 17) Kecamatan Tarano 8) Kecamatan Sumbawa 18) Kecamatan Ropang 9) Kecamatan Unter Iwis 19) Kecamatan Labangka 10) Kecamatan Moyo Hilir 20) Kecamatan Lunyuk Sedangkan arahan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Propinsi Nusa Tengggara Barat (NTB) adalah untuk Desa Lab. Alas Kecamatan Alas yaitu berada di SWP Sumbawa bagian Timur, yang sistem perwilayahan di Sumbawa terdiri dari dua sub satuan wilayah pengembangan, yakni : a. Sub SWP Sumbawa bagian barat dengan pusat pelayanan di Taliwang, meliputi : Jereweh, Seteluk, Taliwang, dan Alas b. Sub SWP Sumbawa bagian timur dengan pusat pelayanan di Sumbawa Besar, meliputi Kecamatan Utan Rhee, Moyo Hilir, Moyo Hulu, Batulanteh, Lenangular, Lunyuk, Ropang, Lape-Lopok, Plampang dan Empang. 40

50 4.2 Kondisi Fisik Dasar Batas Geografi Desa Lab. Alas adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Alas yang terbagi atas 3 ( Tiga dusun) yaitu Dusun Tarum, Dusun Bangsal,dan Dusun Galung. Desa Lab. Alas memiliki batas batas administrasi Desa sebagai berikut - Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tarusa Kec. Buer - Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tarusa Kec. Buer - Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dalam Kec. Alas - Sebelah barat berbatasan dengan Desa Dalam Keca. Alas Desa Lab. Alas memiliki jumlah penduduk jiwa dengan luasan wilayah Permukiman yaitu 11,09 Ha ditambah dengan luas areal persawahan 30 Ha/m2 dan Luas area Perkebunan 48 Ha/m2. Dengan jumlah penduduk yang tidak besar ini menjadikan Desa Lab. Alas menjadi salah satu desa dengantingkat kepadatan yang Rendah di kecamatan alas Topografi Keadaan topografi di Desa Lab. Alas secara umum memiliki ketinggian sekitar 68 meter di atas permukaan laut beriklim Tropis, curah hujan rata-rata 2000 mm per tahun, suhu udara rata-rata 28 0 c s/d 30 0 c Geologi dan Klimatologi 5 Berdasarkan peta Geologi Nusa Tenggara Barat, Skala 1: , Kabupaten Sumbawa terdiri atas : Barisan Sedimen Kwarter, yang tersebar di sekitar pantai. Kawasan Sumbawa merupakan daerah agraris yang didukung oleh iklim tropis. Berdasarkan sebaran lokasi, keadaan pola curah hujan di Kabupaten Sumbawa, bagian Barat dan Utara (daerah pantai) mempunyai sebaran curah hujan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian lainnya. Semakin ketimur curah hujan semakin tinggi, selaras dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Wilayah Sumbawa bagian tengah pada umumnya curah hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian barat dan utara maupun selatan. 6 Desa Lab. Alas Kec. Alas masuk pada kategori dengan tingkat curah hujan yang lebih kecil, karena terletak pada bagian barat Kabupaten Sumbawa. Hujan di Kabupaten Sumbawa terjadi 41

51 antara bulan Januari hingga April dan antara bulan Oktober hingga Desember. Rata rata hujan terlama terdapat pada bulan Januari, Februari, November dan Desember. 7 Kabupaten Sumbawa memiliki suhu berkisar antara C. Temperatur rata-rata di Kabupaten Sumbawa adalah sekitar 26 0 C atau berkisar antara 20 0 C sampai dengan 30 0 C, dengan dua musim yaitu kemarau (April September) dan musim Hujan (Oktober Maret). (Sumber; Data Rencana Tata Ruang Kawasan Andalan Kabupaten Sumbawa, ) Hidrologi Hidrologi berdasarkan keadaannya terbagi atas : 1. Sumber Air Permukaan Desa Lab. Alas dilalui oleh oleh sungai / brang ode yang menjadi batasan administrasi antara Desa Lab. Alas dengan desa luar. Terdapat juga saluran irigasi yang melewati areal ini. Pengaruh kuat alam dengan keberadaan air permukaan ini menjadikan sumber air yang menjadi sumber penghidupan masyarakat dengan kedalaman air tanah 2 sampai dengan 5 meter. Sumber air permukaan ini berfungsi sebagai pengendali utama pada musim penghujan yaitu sebagai pengendali banjir. 2. Sumber Air Tanah Melihat kondisi topografi Desa Lab. Alas yang datar maka akan di jumpai berbagai kedalaman air tanah yang di lakukan dengan penggalian berupa sumur sebagai pemenuhan dasar terhadap sumber air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, penduduk yang menggunakan sumur gali dengan kedalaman 2-5 meter. 4.3 Penggunaan Lahan Pola pemanfaatan lahan di wilayah Desa Lab. Alas Kec. Alas pada umumnya masih berupa permukiman, sedangkan sisanya pemanfaatannya untuk lahan persawahan, perkebunan dan fungsi fungsi lain seperti RTH, Hutan Lindung, Home Industri, Tambak dan sarana perekonomian lainnya seperti kios, kantor pemerintahan serta fungsi-fungsi lainnya. 42

52 Gambar Eksisting Desa Lab. Alas Zona/Kawasan Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai disingkat DAS ialah dengan air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul 43

53 dalam sistem tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh diatasnya melalui sungai. Dalam hal ini bantaran sungai Dusun Tarum dijadikan kawasan Prioritas I dengan panjang 320 m dan bantaran Sungai Dusun Bangsal 200 m sebagai kawasan prioritas II. Gambar Kondisi Sungai Zona/Kawasan pemukiman Kawasan prioritas Desa Lab. Alas terdapat 3 dusun yang terbagi menjadi Kawasan Prioritas I Dusun Tarum, Kawasan Prioritas II Dusun Bangsal, dan Kawasan Prioritas III Dusun Galung. No Nama Dusun Luas ( Ha ) Persentasi (%) 1. Tarum 4,63 41,75 2. Bangsal 2,68 24,17 3. Galung 3,78 34,08 Jumlah 11, Zona/Kawasan Wisata Zona/Kawasan Wisata merupakan prioritas Dusun Bangsal, dimana terdapat nilai jual yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal, dan juga dapat menambah pendapatan Desa. Gambar Kawsan Wisata 44

54 4.2.4 Zona/Kawasan Home Industri Karakteristik sebaran lokasi fasilitas perdagangan dan jasa, seperti pasar khusus menjual pakaian bekas atau biasa di sebut dengan ROMBENG dan kios tersebar merata di wilayah permukiman di semua dusun di Desa Lab. Alas. Sedangkan kegiatan home industri atau rumahan ini terbagi menjadi beberapa aktifitas, seperti kelompok pembuat kerupuk ( kerupuk singkong dan kerupuk beras), kelompok pembuat nasi lempar bakar atau yang disebut warga dengan nama Gugis, kelompok pengolahan ikan teri, ada juga kelompok pembuat nasi Lemang atau sering disebut dengan Timung, dan pengerajin (pembuat mebel rumah tangga dan pembuat perahu). Industri rumahan ini berkembang dalam skala kecil dan tersebar di lingkungan permukiman atau tidak membentuk suatu kawasan tertentu. Terdapat 37 kios, Rumah makan 2, warung makan 2, pasar rombeng 1, pedagang bakulan 65, industri kerupuk 3, industri lemang dan gugis 6, pengolahan ikan teri 4, serta pabrik healer 1 unit. Gambar Kegiatan Pardagangan dan Hom Industri Zona/Kawasan Lindung dan Konservasi Bakau Kawasan lindung yang terdapat di desa Lab. Alas adalah kawasan sempadan sungai dan pantai, dimana sungai yang terdapat di wilayah ini bukan dalam kategori sungai besar namun anak sungai atau yang lebih dikenal oleh masyarakat sebagai kokar dan pada zona pantai terdapat zona konservasi bakau. jika dilihat dari hasil pengamatan, maka sungai tersebut memiliki lebar rata-rata 3-4 meter dengan tanggul berupa talud (masih sebagian) sehingga jika terjadi banjir rob, maka akan berdampak terhadap lingkungan sekitar, yang menyebabkan air masuk kedalam pemukiman 45

55 penduduk. sehingga jika ditinjau dari peraturan pemerintah tentang garis sempadan sungai, maka kokar masuk dalam kriteria sungai kecil bertanggul, sehingga memiliki garis sempadan minimal 3 meter kiri dan kanan sungai. Daerah sempadan sungai yang termasuk dalam kawasan lindung di kokar melintasi Dusun Tarum dan Dusun Galung. Untuk Zona kawasan konservasi bakau terdapat di sepanjang pantai dusun bangsal, seperti terlihat pada gambar. Pada umumnya perlindungan terhadap suatu kawasan diperlukan karena fungsi kawasan tersebut memberikan manfaat yang sangat luas bagi kawasan sekitarnya dan sangat mempengaruhi terbentuknya ekosistem secara makro. Adapun perlindungan tersebut umumnya terkait dengan penyediaan air tanah, pencegahan erosi, minimasi limpasan air, upaya pengurangan terhadap gangguan lingkungan. Adapun strategi yang dapat digunakan antara lain : Perlunya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan tanah untuk selalu berorientasi pada kelestarian lingkungan, disamping upaya pengembangan sektor produktif. Upaya peningkatan partisipasi secara integratif antara masyarakat, pemerintah dan kelompok-kelompok pencinta lingkungan hidup untuk menciptakan ekosistem yang seimbang dan menopang pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan sistem pertanian yang banyak menggunakan bahan-bahan alami guna meningkatkan kualitas tanah dan air dalam jangka panjang. Penggunaan teknologi tepat guna dalam konservasi tanah dan air sehingga menunjang penciptaan ekosistem yang mendekati pola asalnya. Bagi kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung maka upaya perlindungan harus dilakukan secara menerus dan semaksimal mungkin membatasi perusakan lahan dengan pemanfaatan secara langsung. Pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung tetapi ternyata saat ini telah dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya maka harus dilakukan pembatasan perkembangan kawasan budidaya untuk itu maka diperlukan arahan pengembangan dan intensifikasi kawasan disekitar kawasan lindung. Pada kawasan lindung yang rawan terhadap erosi tetapi saat ini telah digunakan untuk kawasan budidaya tanaman semusim ataupun kawasan hunian maka diperlukan penanganan pencegahan erosi secara teknis dan vegetatif. 46

56 Gambar Kondisi Kawasan Konservasi Bakau Zona/Kawasan RTH (Ruang Terbuka Hijau) RTH yang terdapat di desa Lab. Alas Kec. Alas, yaitu berupa Tegalan dan area Persawahan yang terdapat di Dusun Tarum dan Bangsal Lab. Alas Kec. Alas. Dan juga terdapat pemakaman umum desa yaitu terdapat pada Dusun Tarum dan Dusun Galung, sedangkan di Dusun Bangsal terdapat pemakan komunitas Tionghua. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari hasil Pemetaan di lapangan, kondisi RTH di Desa Lab. Alas Kec. Alas masih dalam kondisi yang kurang baik yang disebabkan karena minimnya lahan milik Desa yang dapat dipergunakan sebagai area Ruang Terbuka Hijau untuk Publik, seperti Taman, Area Rekreasi dan sarana olah raga masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar Kondisi Ruang Terbuka Hijau 47

57 4.2.7 Zona/Kawasan Pertanian Untuk kegiatan di sektor pertanian lebih di utamakan kepada pertanian tanaman pangan yaitu komoditi utama padi dan jagung. Komoditi utamanya lebih digunakan untuk penyediaan bahan pangan di Desa Lab. Alas Kec. Alas. Gambar Kawasan Pertanian Zona/Kawasan Peternakan Setor peternakan di Desa Lab. Alas Kec. Alas memiliki potensi yang cukup besar dimana jenis-jenis peternakan lain di Desa Lab. Alas Kec. Alas adalah kuda, kambing, domba, ayam,kerbau dan Sapi. Dikategorikan sebagai sektor unggulan yaitu jenis peternakan Ayam, ini dilihat dari perkembangan jumlah produksi dan kontribusi jenis peternakan tersebut terhadap Desa Lab. Alas Kec. Alas. Terdapat komunitas peternak ayam potong yang tersebar di Dusun Tarum dan Dusun Galung. 4.4 Kependudukan Jumlah dan Sebaran Penduduk (Dusun Tarum) Penduduk sesuai dengan keberadaanya dalam suatu perencanaan yaitu selain menjadi subyek juga menjadi obyek. Oleh karena itu, maka perlu adanya suatu pendataan yang lebih autentik dan akurat serta secara sistematis, baik skala perencanaan kawasan mikro maupun secara kawasan makro. Oleh karena itu, tingkat perkembangan dan pertumbuhan suatu kawasan atau wilayah ditentukan dengan pertumbuhan penduduk yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatannnya yang dimanifestasikan dalam bentuk sektoral dan spatial. 48

58 Dari data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Desa Lab. Alas, tercatat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2014 sebesar jiwa yang terbagi dalam 440 KK dengan jumlah laki-laki 763 jiwa, dan perempuan 756 jiwa. No Data Penduduk Data Tahun Jumlah Penduduk Jiwa 2. Jumlah KK Miskin 440 KK 3. Penduduk Perempuan 756 Jiwa 4. Penduduk Laki-Laki 763 Jiwa Kepadatan Penduduk Undang-undang Nomor:56/PRP/1960 membagi empat klasifikasi kepadatan penduduk, yaitu: tidak padat, dengan tingkat kepadatan 1 50 jiwa/ km2; kurang padat antara jiwa/ km2; cukup padat jiwa/ km2; dan sangat padat dengan tingkat kepadatan lebih besar dari 401 jiwa/km2. 1. Dusun Tarum Jumlah penduduk = 546 orang Luas wilayah pemukiman = 0,0046 Km2 Rumus kepadatan Penduduk = jumlah penduduk : luas wilayah Rumus kepadatan Penduduk Desa baru = 546 orang : 0,0046 KM2 = ,7 orang/km2 2. Dusun Bangsal Jumlah penduduk = 474 orang Luas wilayah pemukiman = 0,0026 Km2 Rumus kepadatan Penduduk = jumlah penduduk : luas wilayah Rumus kepadatan Penduduk Desa baru = 474 orang : 0,0026 KM2 = ,7 orang/km2 3. Dusun Galung Jumlah penduduk = 539 orang Luas wilayah pemukiman = 0,0037 Km2 49

59 Rumus kepadatan Penduduk = jumlah penduduk : luas wilayah Rumus kepadatan Penduduk Desa baru = 539 orang : 0,0037 KM2 = ,7 orang/km2 Berdasarkan kategori ini bisa disimpulkan bahwa semua dusun di Desa Lab. Alas dapat dijadikan kawasan prioritas Jumlah Penduduk berdasarkan Umur Data kependudukan berdasarkan profil Desa Lab. Alas Kec. Alas kalau dilihat dari kelompok umur yang ada, dapat dilihat bahwa kelompok terbesar pada usia produktif antara tahun dan usia sekolah antara tahun, seperti terlihat ditabel berikut. No. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Lab. Alas Kelompok Umur Jumlah Jumlah 1559 Sumber : Pemetaan Swadaya Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Kegiatan penduduk di Desa Lab. Alas Kec. Alas didominasi oleh masyarakat yang 50

60 bekerja di sektor Buruh sebesar 102 KK. Hal ini menggambarkan bahwa pada umumnya sektor Buruh lebih besar dapat menampung tenaga kerja dan memiliki peluang lebih besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Lab. Alas No. Jenis pekerjaan Jumlah 1. Pegawai Negeri Sipil Petani Sopir / Ojek Pedagang Kusir Montir Tukang Batu 8 8. Tukang Kayu 4 9. Nelayan Ibu Rumah Tangga Buruh ABRI/POLISI Peternak 49 Jumlah 456 Sumber : Pemetaan Swadaya Jumlah dan Sebaran Penduduk Miskin serta KK Miskin (PerLingkungan/Dusun/Rw) Adapun jumlah dan sebaran Penduduk Miskin dalam setiap Dusun di Desa Lab. Alas yaitu jumlah sebaran KK miskin 225 KK dari jumlah keseluruhan 440 KK. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dan Peta Penyebaran KK miskin Desa Lab.Alas berikut ini. 51

61 NO LOKASI JUMLAH PORSENTASE RT/RW DUSUN KK MISKIN ( % ) 1. 01/ ,22 02/01 BANGSAL 23 10,22 01/ , / ,44 02/ ,44 01/ ,56 TARUM 02/ ,56 01/ ,00 02/ , / ,89 GALUNG 02/ ,00 JUMLAH Peta sebaran penduduk miskin 4.5 Kondisi Bangunan (Bangunan Perumahan & Non Perumahan) Kawasan Pemukiman/Perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 52

62 (Sumber: UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman). Desa Lab. Alas terdapat 3 dusun dengan jumlah rumah yaitu Dusun Tarum 124 rumah, Dusun Bangsal 95 rumah, dan Dusun Galung 105 rumah dengan tingkat kepadatan bangunan yang masih rendah. Tabel Jumlah Rumah Per Dusun di Desa Lab. Alas No. Dusun Jumlah Rumah 1. Dusun Tarum Dusun bangsal Dusun galung 105 Jumlah 324 Sumber : Profil Desa Lab. Alas 4.4.1Jumlah, jenis, dan sebaran bangunan (Bangunan Perumahan & Non Perumahan) 1. Jenis bangunan. Adapun beragam jenis bangunan pada Desa Lab. Alas yaitu berupa bangunan perumahan, kios, rumah makan dan kantor. 2. Jenis konstruksi bangunan Konstruksi bangunan perumahan umumnya menggunakan konstruksi rumah panggung, rumah semi permanen, dan juga berkonstruksi rumah batu. 3. Kondisi fisik Pada umumnya kondisi fisik bangunan Desa Lab. Alas masih kurang layak huni, karena bangunan panggung yang ada sudah tua, apabila masyarakat ingin memiliki rumah sendiri, kebanyakan mereka membeli rumah panggung yang sudah terbangun (bekas), karean dianggap lebih murah Jumlah, jenis, kondisi dan sebaran bangunan perumahan. 1. Rumah permanen, semi permanen, dan kontemporer Perumahan di Desa Lab. Alas pada umumnya menggunakan rumah permanen, walaupun masih terbuat dari kayu atau berupa rumah panggung terutama pada kawasan pesisir, karena masyarakat merasa aman dari air laut pasang. 2. Rumah tidak layak huni dan layak huni. Adapun rumah tidak layak huni yaitu sebanyak 185 rumah, yang terdiri dari rumah panggung dan rumah semi permanen. 53

63 gambar Jenis perumahan Desa Lab. Alas 4.6 Sistem Transportasi 4.4.3Jaringan Jalan Terdapat beberapa jenis jaringan jalan di Desa Lab. Alas, yaitu Jalan Negara, Jalan Provinsi, Jalan, Kabupaten dan jalan Lingkungan. Jaringan jalan tersebut berupa Hotmix, Lapen, Rabat, Paving Block, dan jalan tanah. NO JENIS JALAN PANJANG (M') LOKASI 1. JALAN NEGARA (HOTMIX) SEPANJANG DESA LAB. ALAS 2. JALAN PROVINSI 650 DUSUN BANGSAL 380 DUSUN BANGSAL 3. LAPEN 100 DUSUN GALUNG 960 DUSUN TARUM 4. RABAT 134 DUSUN TARUM 160 DUSUN BANGSAL 5. PAVING BLOCK 60 DUSUN BANGSAL 320 DUSUN BANGSAL 6. JALAN TANAH 126 DUSUN TARUM 30 DUSUN GALUNG 4.4.4Angkutan Pada umumnya masyarakat Desa Lab. Alas memanfaatkan angkutan umum berupa Bus untuk tujuan luar daerah, bemo/angkot dan ojek sebagai alat transportasi antar desa. 4.7 Kondisi Sarana Sosial-Ekonomi 4.4.5Sarana Pendidikan Desa Lab. Alas juga di kenal dengan Desa Pendidikan, karena Desa ini memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap. Namun kondisi beberapa bangunan sudah ada yang tidak layak 54

64 huni, seperti misalnya PAUD yang berada di Dusun Bangsal dan Dusun Galung. Terdapat beberapa fasilitas sarana pendidikan di Desa Lab. Alas, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel Jumlah fasilitas pendidikan Desa Lab.Alas tahun 2014 No. Fasiltas pendidikan Jumlah lokasi 1. PAUD 1 Unit DSN. GALUNG 2. PAUD 1 Unit DSN. BANGSAL 3. TK 1 Unit DSN. BANGSAL 4. SD 1 Unit DSN. BANGSAL 5. SMP 1 Unit DSN. BANGSAL 6. SMK 1 Unit DSN. BANGSAL 7. SLB 1 Unit DSN.BANGSAL 8. YAYASAN 1 Unit DSN. TARUM Sumber :Pemetaan Swadaya Desa Lab. Alas Tahun 2014 Gambar Bangunan Pendidikan (PAUD) Sarana Kesehatan Berdasarkan hasil observasi tim PS, terdapat 2 unit Posyandu yaitu di Dusun Tarum dan Dusun Galung yang memanfaatkan bangunan PAUD dan Kantor Desa sebagai tempat pelayanan Sarana Peribadatan Dari hasil observasi di dapatkan data sebagai berikut : 55

65 Tabel Fasilitas Peribadatan Desa Lab. Alas No. Dusun Sarana ibadah Masjid Mushalla TPQ 1. Tarum Bangsal Galung 1-3 Sumber : Data Profil Desa Lab. Alas Tahun Sarana Kelembagaan/Kantor Berdasarkan hasil observasi tim PS, di dapatkan data sebagai berikut : Tabel Jumlah Fasilitas Perkantoran Desa Lab.Alas tahun 2014 No. Fasiltas Perkantoran Jumlah lokasi 1. Kantor Desa 1 Unit DSN. TARUM 2. SYAHBANDAR 1 Unit DSN. BANGSAL 3. POLAIRUD 1 Unit DSN. BANGSAL 4. UPT. PERHUBUNGAN 1 Unit DSN. BANGSAL 5. UPT. KELAUTAN & 1 Unit DSN. BANGSAL PERIKANAN 6. UPT. BULOG 1 Unit DSN. BANGSAL 7. PJ. TKI 1 Unit DSN.BANGSAL Sumber :Pemetaan Swadaya Desa Lab. Alas Tahun Sarana Komunikasi Untuk Jaringan komunikasi, saat ini di Desa Lab. Alas secara umum menggunakan sistem seluler yang sudah tersedia signal dalam menggunakan telekomunikasi. Distribusi jaringan seluler tersedia pada setiap wilayah di Desa Lasb. Alas. Terdapat 2 Tower & 2 operator GSM yaitu Telkomsel dan XL, namun signal XL masih kurang baik, sehingga menjadi kendala komunikasi dengan masyarakat luar padahal masyarakat Sumbawa pada umumnya menggunakan Operator XL. 56

66 4.8 Kondisi Prasarana Lingkungan Permukiman 4.4.6Jaringan Listrik Di Desa Lab. Alas Kec. Alas pelayanan listrik di kelola oleh PLN. Distribusi pelayanan listrik telah mencapai hampir seluruh wilayah Desa Lab. Alas Kec. Alas. Peningkatan pelayanan listrik nampak selalu mengalami kenaikan baik jumlah pelanggan maupun distribusi jaringannya. Hal ini terbukti dengan adanya pelayanan pemasangan listrik atau meteran baru di desa Lab. Alas oleh PLN. Gambar Kondisi Jaringan Pembuangan Sampah Desa Lab. Alas 4.4.7Jaringan Air Bersih Desa Lab. Alas di masing-masing dusun sudah tersedia jaringan air bersih, namun penyalurannya masih belum berjalan. Dari ke tiga dusun yang ada di Desa Lab. Alas, Dusun Bangsal adalah Dusun yang kesulitan dengan air bersih, hal ini disebabkan karena kondisi permukiman berada pada area sepadan pantai, sehingga air permukimannya terasa payau. Lingkungan permukiman harus mendapatkan air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber air bersih lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapatkan sambungan setiap rumah Pengelolaan Persampahan Dari hasil pengamatan lapangan, tidak adanya ketersediaan bak sampah ataupun tempat pembuangan sampah lainnya, sehingga masyarakat Lab. Alas pada umumnya membuang sampah di sungai dan lahan kosong sekitar rumah, sehingga banyak terlihat tumpukan sampah. Seperti terlihat pada gambar berikut. 57

67 Gambar Kondisi Jaringan Pembuangan Sampah Desa Lab. Alas Pengelolaan Air Limbah Desa Lab. Alas pada umumnya menggunakan saluran drainase sebagai media untuk menyalurkan limbah rumah tangga, namun banyak pula terdapat limbah rumah tangga yang dibuang di sekitar rumah khususnya di Dusun Tarum, ini disebabkan karena tidak adanya bak penampung limbah di setiap rumah tinggal. Selain itu untuk melakukan aktifitas mandi, cuci, kakus, masih banyak warga yang melakukan aktifitas tersebut di sungai, hal ini di sebabkan karena MCK yang telah disediakan tidak berfungsi dengan baik, selain karena air bersih dan septictank MCK yang kurang baik, tidak adanya aturan yang mengikat tentang pengelolaan MCK sehingga Masyarakat lebih memilih beraktifitas di Sungai. Gambar Kondisi Sanitasi & Utilitas Desa Lab. Alas 4.7.5Pengelolaan Drainase Jaringan Drainase yang ada di Desa Lab. Alas Kec. Alas yaitu jaringan Drainase primer yang ada dijalan Negara yang kondisinya kurang baik ( Perlu Sedimentasi ), Jaringan Sekunder 58

68 berada di jalan kabupaten dan saluran pembuang dari desa yang melintasi masing-masing Dusun, Saluran tersier yang berada dalam pemukiman Desa Lab. Alas berupa pasangan batu maupun buis beton dalam kondisi yang kurang baik, hampir semua dapat dipakai tapi perlu ada perbaikan dan perawatan berkala. Sesuai yang terlihat pada gambar : Gambar Kondisi Jaringan Pembuangan Sampah Desa Lab. Alas 4.9 Kebencanaan a. Kegempaan Bencana gempa yang terjadi di Desa Lab. Alas yaitu akibat adanya pergeseran lempeng yang terjadi di Kab. Sumbawa Barat, namun itu sangat jarang terjadi. b. Banjir Bencana banjir yang terjadi di Desa Lab. Alas yaitu akibat adanya genangan air baik berupa air hujan maupun air laut yang pasang. c. Kebakaran Penyebab kebakaran yang terjadi di Desa Lab. Alas biasanya karena api dari dapur rumah, sebab sebagian besar rumah masyarakat terbuat dari kayu dan mudah termakan api. 59

69 1. PETA DASAR BAB V REVIEW PEMETAAN SWADAYA 60

70 2. PETA POLA RUANG 61

71 3. PETA RENCANA POLA RUANG 62

72 4. PETA SEBARAN KEMISKINAN 63

73 5. PETA RUMAH TIDAK LAYAK HUNI 64

74 6. PETA SARANA SOSIAL EKONOMI 65

75 66

76 67

77 68

78 7. PETA SEBARAN AIR LIMBAH 69

79 8. PETA JARINGAN PERSAMPAHAN SAAT INI 70

80 9. PETA ARAHAN JARINGAN PERSAMPAHAN 71

81 10. PETA KONDISI DRAINASE SAAT INI 72

82 11. PETA RENC. DRAINASE 73

83 12. PETA EXISTING DAN RENC. LINGKUNGAN 74

84 13. PETA RUANG TERBUKA HIJAU SAAT INI 75

85 14. PETA RENCANA RUANG TERBUKA HIJAU 76

86 BAB VI ANALISA KAWASAN PRIORITAS 6.1 Analisis Fisik Dasar Analisis dilakukan berdasarkan data/informasi yang telah didapatkan. Dalam hal ini proses analisis yang dilakukan meliputi analisa Topografi, Geologi dan jenis tanah, Klimatologi dan Hidrologi. Yang mana analisis ini merupakan hasil analisa dari kondisi yang ada di kawasan prioritas secara geografis Topografi SKETSA KONSEP POLA RUANG BERDASARKAN KONDISI FISIK DASAR Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980, Analisa kelayakan lahan yang dimaksud adalah suatu analisa untuk menentukan kelayakan suatu lahan, seperti lahan tidak layak, layak bersyarat maupun lahan yang layak. Faktorfaktor yang diperhatikan dan diperhitungkan adalah kelerengan / topografi, jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan dari wilayah yang bersangkutan. Untuk kejelasan mengenai kelas dari kelerengan/topografi lahan dapat dilihat pada table berikut. Tabel VI-1 Kelas Kelerengan No. Kelas lereng Lereng 1. I 0% - 8% (datar) 2. II 8% - 15% (landai) 3. III 15% - 25% (agak curam) 4. IV 25% - 45% (curam) 5. V 45% atau lebih (sangat curam) Sumber : HAsil Analisa

87 Geologi dan Jenis Tanah Berdasarkan peta Geologi Nusa Tenggara Barat, Skala 1: , Kabupaten Sumbawa secara biologis dapat dibagi menjadi 3 struktur tanah yaitu : a. Aluvial Struktur tanah yang tersusun dari batuan induk dan endapan pasir ini terdapat di Kecamatan Alas. Tanah subur ini seluas 613,45 Ha atau 2,67 % keseluruhan luas wilayah Kabupaten Sumbawa. b. Regosol Jenis tanah ini terdapat di seluruh Kecamatan di Kabupaten Sumbawa dengan luas ,541 Ha atau 75,54 % dari luas keseluruhan. c. Komplek Mediteran dan Litosol Terdapat di Kecamatan Alas, Sumbawa, Plampang dan Batulante. Berdasarkan hasil observasi lapangan dan data dari BPS Kabupaten Sumbawa Desa Lab. Alas masuk dalam kriteria tanah aluvial, dan regosol. Jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi tanah dibagi ke dalam kelas-kelas sebagai berikut : Tabel VI-2 Kelas Tanah No. Kelas tanah Jenis tanah 1. I Aluvial,Tanah Glei Planosol, Hidrowarf kelabu, Laterik,airtanah Tidak peka 2. II Latosol Agak peka 3. III Brown Forestrial, Non Calcis, Brown, Mediteran 4. IV Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol, Podsolik 5. V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sumber : HAsil Analisa Klimatologi Kawasan Kecamatan Alas Kurang peka Peka Sangat peka merupakan daerah agraris yang didukung oleh iklim tropis. Berdasarkan sebaran lokasi, keadaan pola curah hujan di Kabupaten Sumbawa, bagian Barat dan Utara (daerah pantai) mempunyai sebaran curah hujan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian lainnya. Semakin ke barat curah hujan semakin tinggi, selaras dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. wilayah Kecamatan Alas, bagian tengah pada umumnya curah hujannya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Timur dan utara maupun selatan. 78

88 Perkembangan curah hujan di Desa Lab. Alas Kecamatan Alas rata-rata hujan mencapai 9.54 Rd pertahun dan curah hujan mencapai mm per tahun. Berdasarkan stasiun pengamatan yang ada, wilayah yang mempunyai kelas intensitas sedang adalah Kecamatan Alas yaitu daerah pesisir yaitu Desa Lab. Alas Hidrologi Sungai yang terdapat di Desa Lab. Alas terdapat 2 macam yaitu sungai pembagi yang hanya di aliri oleh air ketika musim penghujan dan sungai utama yang mengalir hingga ke muara. 6.2 Analisa Kependudukan Peningkatan jumlah penduduk pada kawasan ini akan terus meningkat dan mendorong kepadatan penduduk dalam kawasan ini. Hal ini dapat terjadi dengan mempertimbangkan segala aspek dan perencanaan yang ada serta keberadaan sarana perekonomian yang ada dan akses jalan yang sangat mendukung. Perencanaan jumlah penduduk ini berfungsi untuk menghitung kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan dan untuk mengendalikan pertumbuhan di kawasan perencanaan. Rumus perhitungan jumlah penduduk Diproyeksikan untuk 5 10 tahun kedepan. Perhitungan proyeksi menggunakan metode eksponensial. Pn = Po (1 + r) n Keterangan : Pn : Jumlah penduduk pada tahun ke-n Po : Jumlah penduduk pada awal pengamatan N : Selisih tahun (5 10 tahun). r : Prosentase (laju) pertumbuhan tiap tahun Lokasi Tabel VI-3 Rencana Proyeksi Penduduk Tahun Angka pertumbuhan Jumlah Penduduk (jiwa) Kaw. 0,02 % Prioritas Sumber: Hasil Perhitungan TAPP,

89 6.3 Analisis Mikro Kawasan Perencanaan Analisis Karakter Wilayah Karakter dari kawasan perencanaan ini yaitu merupakan pusat pertumbuhan Desa dan juga sebagai pusat wilayah dari Desa Lab. Alas. Yang mana kawasan ini lebih mengarah sebagai kawasan pemerintahan, pertanian, peternakan, budaya, wisata, permukiman hingga perdagangan dan jasa. Disamping fungsinya sebagai pusat desa, Kawasan ini dilintasi oleh jalan negara dan jalan desa yang menghubungan dengan desa lainnya, kemudian pada bagian barat dan timur dibatasi oleh sungai dan pada bagian utara dan selatan dibatasi oleh jalan Lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai karakter dari kawasan perencanaan ini dapat dilihat dari gambar berikut. 80

90 81

91 6.3.2 Analisis Struktur Ruang A. Peruntukan lahan Potensi Peruntukan lahan yang ada pada kawasan perencanaan ini sebagian besar merupakan pertanian, permukiman penduduk, yang kemudian didukung oleh perdagangan dan jasa serta campuran. Yang mana pada kawasan ini terdapat kantor pusat pemerintahan desa dan bantaran sungai yang menjadi potensi untuk dikembangkan. Permasalahan Kurangnya keteraturan dan kesesuaian antara fungsi lahan saat ini dengan peruntukan lahan yang diinginkan. Kurangnya pemahaman dan kesadaran warga akan standar dan aturan dalam pembangunan Arahan Perlunya pengarahan dari pihak pemerintah dalam hal aturan dan standarisasi pembangunan dan peruntukan lahan. Perlunya penataan fungsi-fungsi lahan eksisting dan pengembangan fungsi baru untuk peningkatan pertumbuhan kawasan sesuai dengan acuan peruntukan lahan yang berlaku. B. Sistem Jaringan Jalan Potensi Jaringan jalan utama yang ada pada kawasan ini yaitu jalan desa yang berada di tengah-tengah dari kawasan. Kondisi dari jaringan jalan ini adalah aspal rusak, serta didukungnya dengan jalan-jalan lingkungan yang saling terhubung satu sama lain. Permasalahan Lebar jalan yang masih relative kecil (jalan gang dan jalan usaha tani) Belum adanya trotoar untuk pejalan kaki agar tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan Tidak adanya sarana pendukung jalan seperti lampu jalan dan pedestrian Arahan Pengarahan terhadap masyarakat untuk memberi ruang terhadap jalan, guna meningkatkan kelanjaran terhadap aktivitas masyarakat Pengelolaan dan pemeliharaan jalan, lampu jalan serta infrastruktur pendukung lainnya. 82

92 6.3.3 Analisis Lingkup Pelayanan Potensi Berada di jarak 2 km dari pusat pelayanan terhadap kota kecamatan. Pelayanan akan kebutuhan masyarakat untuk berbelanja dan berekreasi mencakup skala lokal dan regional. Dusun Tarum merupakan pusat pemerintahan Desa Lab. Alas. Permasalahan Pelayanan kawasan belum diimbangi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang merupakan bagian dari pelayanan bagi masyarakat. Kondisi jalan kabupaten masih dalam kondisi rusak. Arahan Meningkatkan fasilitas, sarana prasarana jalan, transportasi, puskesmas, sehingga sesuai dengan kebutuhan akan pelayanan yang ada terutama angkutan umum Analisis Jaringan Jalan Pergerakan jalan yang terjadi di kawasan ini belum cukup baik yaitu dilihat dari kondisi jalan utama yang ada. Dengan keanekaragaman aktivitas yang timbul berdampak pada perkembangan kawasan itu sendiri, sehingga terjadinya peningkatan terhadap system pergerakan. Berbagai macam jenis kendaraan yang melalui kawasan perencanaan yaitu kendaraan umum, cidomo, maupun pribadi. Pengaturan jaringan pergerakan antara manusia dan kendaraan pada suatu kawasan, dipengaruhi oleh intensitas dan dimensi. Pengaturan tersebut akan berpengaruh terhadap citra/image kawasan. 1) Jalan Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan berpola linier sesuai dengan perletakan bangunan. Pertemuan dari jalan-jalan yang ada membentuk pola grid. Dengan adanya system jaringan jalan membantu meningkatkan pola pergerakan dan mobilitas kendaraan dalam kawasan. Kondisi dari beberapa jalan yang ada belum cukup baik dengan material aspal yang sudah rusak (jalan kabupaten), paving dan rabat. Dan beberapa bagian jalan yang masih berupa jalan tanah. Terutama jalan yang ada di dalam lingkungan permukiman yang tidak saling berintegrasi dan belum tertata. Untuk jalan Desa yang kualitasnya masih 83

93 cukup baik dan dilalui oleh jenis kendaraan berat terutama truk dan motor sehingga perlunya peningkatan kualitas jalan demi kelancaran sirkulasi jalan. 2) Pedestrian Pedestrian atau jalur pejalan kaki merupakan elemen penunjang dari jalan. Bentuknya berupa trotoar atau paving blok yang dirancang secara manusiawi yang datar serta dilengkapi dengan pohon peneduh, sehingga lingkungan menjadi lebih nyaman. Jalur pedestrian di kawasan perencanaan belum tersedia akan tetapi untuk pedestrian di pedesaan belum terlalu di perlukan, namun perlu adanya penataan yang baik agar lebih tertata dan rapi. Potensi adanya jalur pedestrian ini dapat membentuk image kawasan dan adanya kesatuan visual di dalam kawasan. Arahannya adalah dengan peningkatan kualitas keamanan dan kenyamanan pedestrian sehingga menarik sebanyak mungkin orang untuk berjalan kaki di sekitar kawasan. Konsep Penataan Tepi Sungai Arahan Penataan Pedestrian 84

94 6.3.5 Analisis Arah Pertumbuhan Kawasan A. Fungsi Kawasan (i) Potensi Membentuk suatu kawasan dengan perpaduan fungsi yaitu pemerintahan, pendidikan, hunian, komersial dan jasa, serta pariwisata. Sebagai kawasan pusat dari Desa Lab. Alas dengan fungsi pemerintahan dan permukiman, retail dan perdagangan, campuran (hunian, perdagangan, jasa, perkantoran dan pendidikan serta pariwisata). (ii) Permasalahan Kecenderungan perkembangan perdagangan dan jasa terutama di tepi jalan utama desa sangat kuat, sedangkan belum ada penataan untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut. Imbas dari pertumbuhan kawasan di tepi jalan menimbulkan tekanan pada kawasan hunian yang berada di lingkar dalam, yaitu pertumbuhan hunian warga yang cenderung belum terkendali. Perkembangan kawasan wisata belum terekpose. (iii) Arahan Penataan kawasan sesuai dengan peruntukan masing-masing, sehingga memperkuat fungsi dan karakter kawasan dengan penerapan zoning peruntukan lahan. Pengaturan pola hunian warga dengan mengarahkan dan mengendalikan kerapatan massa bangunan. Penataan kawasan pantai untuk mendukung pariwisata. B. Arah dan Kecenderungan Pergerakan (iv) Potensi Pergerakan masyarakat semakin banyak ke pusat desa mengikuti pola jalan dengan kawasan perencanaan dapat menjadi titik tumbuh berkembangnya kehidupan masyarakat dan merupakan pusat pemenuhan kebutuhan. (v) Permasalahan Kecenderungan pergerakan masyarakat yang cukup tinggi ke pusat belum diimbangi dengan ketersediaan fasilitas yang memungkinkan. Pergerakan yang cukup tinggi pada kawasan menyebabkan beberapa kendala diantaranya adalah kepadatan 85

95 (vi) Arahan Pengaturan dan penataan selururh pola pergerakan yang masuk dan keluar kawasan. Meningkatkan fasilitas yang ada guna menyesuaikan dengan banyaknya pergerakan yang masuk kedalam kawasan Analisis Peruntukan Lahan Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang juga merupakan pusat wilayah daerah aliran sungai Desa Lab. Alas dan merupakan pusat pertumbuhan penduduk. Sehingga pemanfaatan lahan cenderung kearah pemerintahan dan jasa maupun campuran. Pemanfaatan lahan pada kawasan ini sebagiannya sudah terbangun dan sebagiannya lagi masih merupakan lahan pertanian dan perkebunan. Pada kawasan ini dilintasi oleh sungai dan pegunungan. Tabel VI-4 Penggunaan Lahan di Kawasan Prioritas Fungsi Bangunan Permukiman Pertanian,perikanan Kawasan dan Perkebunan Perencanaan Fasiltas Umum Wisata, Perdagangan dan jasa Sumber: Hasil Survey Analisis Intensitas Pemanfaatan Lahan A. Analisis Koefisien Dasar Bangunan Koefisien dasar bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kavling/pekarangan. Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah: Setiap bangunan umum ditentukan KDB maksimum 60 % 1. KDB Yang dimaksud dengan Koefisien Dasar Bangunan adalah luas lahan tapak yang tertutup bangunan dibandingkan dengan luas keseluruhan lahan. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut: KDB = Luas Dasar Bangunan Luas Bangunan 86

96 Perhitungan KDB dimaksudkan untuk menyediakan lahan terbuka yang cukup pada suatu wilayah kota, disamping itu KDB juga berperan untuk menentukan kepadatan antar bangunan yang didasarkan pada ketentuan muka bangunan. Sehubungan dengan posisi KDB sebagai penentu kepadatan bangunan maka bagi perumahan pertimbangan yang dipakai adalah : 1. Kepadatan Rendah Jarak bangunan > 10 meter Luas kavling > 500m 2 KDB 40% - 60% 2. Kepadatan Sedang Jarak bangunan 5 10 meter Luas kavling m 2 KDB 40% - 60% 3. Kepadatan Tinggi Jarak bangunan < 5 meter Luas kavling < 120 m 2 KDB > 60% Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk penentuan KDB adalah : a. Keadaan pemanfaatan lahan b. Untuk memeperhatikan ruang terbuka pada tiap kavling c. Kepadatan penduduk yang terkait dengan upaya pemenuhan ruang gerak yang layak. d. Ijin pelayanan pendirian bangunan yang telah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. B. Analisis Koefisien Lantai Bangunan Koefisien lantai bangunan (KLB) adalah perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kavling/pekarangan. 1. KLB Koefisien Lantai Bangunan merupakan perkalian antara jumlah lantai bangunan dengan luas kavling atau KDB yang ada. Secara sistematis diformulasikan sebagai berikut: KLB = Lantai Bangunan x KDB KLB dengan peruntukkannya mampunyai nilai atau harga yang dinyatakan sebagai berikut: KLB Dasar 87

97 Menyatakan intensitas dan skala pengembangan yang diijinkan dalam kondisi wajar. KLB Maksimum Menyatakan intensitas dan skala pembangunan yang diijinkan apabila akan diterapkan intensitas. Peranan KLB dalam tata ruang adalah: a) Menentukan ada tidaknya keteraturan bangunan yang akan disesuaikan dengan lingkungan visual yang ada. b) Mengendalikan tinggi bangunan yang berpengaruh pada segi estetika bangunan dan ketersediaan ruang terbuka. c) Upaya mempertahankan fungsi kegiatan dengan mencegah konflik tata guna lahan di kawasan sekitarnya. C. Analisis Garis Sempadan Bangunan (GSB) Garis sempadan bangunan merupakan Street line set back yang berarti jarak bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam mengatur tingkat keteraturan kedudukan masa bangunan terhadap jalan-jalan yang ada. Di samping itu, kedudukan ini juga melindungi kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai kendaraan bermotor. Berdasarkan peraturan standar SNI tahun 2004, ketentuan rencana sempadan bangunan di kawasan perencanaan ditekankan pada sempadan bangunan terhadap jalan dan sungai. a. Untuk jarak sempadan sungai adalah 25 meter yaitu jarak antara aliran pinggiran sungai dengan garis sempadan bangunan. b. Untuk sempadan mata air ditetapkan berdasarkan radius terhadap titik mata air sekurang-kurangnya 200 meter. c. Untuk garis sempadan bangunan garis sempadan bangunan untuk jalan desa dan jalan yang disamakan sepanjang 6 meter. d. Garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan (kampung) dan jalan yang disamakan sepanjang 3 meter. 1. GSB ( Garis Sempadan Bangunan) Yang dimaksud adalah jarak bangunan dengan aspal jalan atau jarak terluar bagian bangunan dengan as jalan, dirumuskan sebagai berikut: GSB = ½ x DAMIJA 88

98 Dimana Damija adalah daerah milik jalan dengan jarak antara as jalan dengan pingggir perkerasan jalan. GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata letak bangunan terhadap jalan. Selain itu GSB marupakan batas garis untuk menentukan pemunduran massa bangunan dan sekaligus sebagai salah satu faktor untuk ketentuan tentang envelope bangunan. D. Koefisien Daerah Hijau Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah perbandingan antara luas daerah hijau dengan luas kavling/pekarangan. Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan koefisien Daerah Hijau(KDH) adalah: Setiap bangunan umum ditentukan KDH minimum 30 % E. Ketinggian Bangunan Tinggi bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak dari bangunan. Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan Tinggi Bangunan adalah: Ketinggian bangunan deret maksimum 2 (dua) lantai dan sebelahnya harus berjarak dengan persil tetangga. F.Jarak Antar Bangunan Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan Jarak Antar Bangunan adalah: Jarak antara massa/blok bangunan satu lantai yang satu dengan yang lainnya dalam satu kavling atau antara kavling minimum adalah 4 meter. Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak massa/blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 (enam) meter dan 3 (tiga) meter dengan batas kavling. Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara massa/blok bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 meter Arsitektur Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Sumbawa, ketentuan persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai social budaya setempat terhadap 89

99 penerapan berbagai arsitektur. Potensi Mendukung kawasan menjadi kawasan wisata Menjadi daya tarik bagi kawasan untuk mengembangkan nilai ekonomi bagi masyarakat Permasalahan Punahnya arsitektur lokal Masuknya pengaruh arsitektur modernisasi Mulai tumbuhnya bangunan dengan gaya moderen Arahan Perlunya arahan terhadap arsitektur lokal/tropis yang sesuai dengan iklim Indonesia 6.4 Analisis Elemen Urban Design (Perancangan Kawasan) A. Ketinggian Bangunan Dalam menentukan ketinggian bangunan perlunya diperhatikan hal-hal yang kiranya berdampak terhadap obyek yang ada yakni dengan memperhatikan pengaruh tinggi bangunan pada kawasan dan peraturan setempat yang tidak boleh menutupi pandangan. Pertimbangan Terhadap Bahaya Kebakaran Perbedaan ketinggian antara bangunan yang satu dengan yang lainnya sangat mempengaruhi tampilan dari suatu kawasan. Dan pengaruhnya terhadap bahaya kebakaran yang juga perlu dipertimbangkan. Dimana agar bangunan yang direncanakan tidak terlalu tinggi dan mengingat kemampuan alat pemadam kebakaran yang ada, akses ke lokasi, intensitas bangunan yang ada, yang dapat mempengaruhi evaluasi dan pemadam api bila terjadi kebakaran. Untuk sebagai acuan pembangunan diharapkan dapat disesuaikan dengan peraturan yang sudah ada. B. Konfigurasi Massa Bangunan Potensi Tata bangunan yang ada di Jalan utama yaitu jalan desa dimana bangunan yang ada saling berhadapan tepat ditepi jalan menjadikan jalan ini memiliki potensi untuk dibentuk menjadi sebuah koridor kawasan yang sedang bertumbuh dan berkembang dimana masyarakat datang dan melintas dari dalam dan luar kota. Tata bangunan di kawasan hunian terutama di sepanjang bantaran sungai berpotensi memperkuat karakter kawasan dan mendukung aktifitas perekonomian warga dan menghidupkan kawasan hunian di dalamnya 90

100 Berpotensi untuk terbentuknya keselarasan kawasan yang teratur dan indah dipandang mata. Membentuk suatu pola tata masa bangunan yang kompak dan terpadu Menghubungkan antar massa bangunan yang dapat dipadukan dengan sistem penghubung Mengatur fasade, menciptakan wajah kawasan sesuai dengan citra kawasan. Permasalahan Pola ketinggian bangunan belum teratur, ditambah perilaku warga yang cenderung menghabiskan lahan yang ada, sehingga terjadi ketidak seimbangan komposisi bangunan dan lahan. Bangunan privat yang cenderung kurang dapat dipadukan dengan bangunan lain Jarak antara bangunan yang tidak sama dikarenakan pergeseran fungsi lama dan baru Bentukan bangunan dan arsitektur fasade bangunan kurang memperhatikan segi estetika bangunan. Arahan Mengatur intensitas lahan dan penataan bangunan dan lingkungan Menciptakan keterpaduan sistem penghubung antar bangunan Menciptakan wajah bagian kawasan yang sesuai dengan karakter kawasan Menata dan mendesain kembali arahan fasade bangunan agar tampak lebih menarik. Penyesuaiann massa bangunan yang lebih diarahkan pada aplikasi/ penyesuaian dengan GSB yang akan digunakan dan pedestrian bagi pejalan kaki. Kondisi Umum Sempadan Bangunan Di Jalan Utama Kawasan Perencanaan Ramaja Ramija Rawasja 91

101 Bangunan komersil, perdagangan jasa, dan permukiman memiliki elemen-elemen seperti pagar, ruang tebuka publik kemudian perkerasan, dan lain sebagainya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam konfigurasi massa bangunan adalah dimensi pada lahan atau lingkungan pada kawasan perencanaan harus sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Kondisi Konfigurasi Massa Bangunan Di Kawasan Perencanaan Sumber : Survei Lapangan, 2014 C. Analisis Sempadan Bangunan Garis Sempadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, as sungai atau as pagar yang merupakan batas antara bagian kapling atau pekarangan yang boleh ada/tidak boleh dibangun bangunan-bangunan. 1) Sempadan Sungai dan Pantai Garis sempadan sungai dan pantai dilakukan untuk melindungi sungai dan pantai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitasnya, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan untuk jarak sempadan sungai adalah 25 meter yaitu jarak antara aliran pinggiran sungai dengan garis sempadan bangunan. 2) Sempadan Mata Air Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan untuk sempadan mata air ditetapkan berdasarkan radius terhadap titik mata air sekurang-kurangnya 200 meter. 3) Sempadan Muka Bangunan Dalam penataan kawasan dapat dilakukan dengan penataan pada setiap bangunan. 92

102 Hal itu dapat dilakukan dengan pengaturan pada Garis Sempadan Bangunan (GSB). Kondisi GSB di kawasan perencanaan sangat bervariasi dan belum sepenuhnya teratur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penataan GSB sangat diperlukan terutama bangunan yang berlokasi di tepi jalan utama. Berdasarkan Peraturan standar SNI penataan lingkungan permukiman perkotaan dan pedesaan tahun 2004, ketentuan untuk garis sempadan bangunan ditentukan berdasarkan jenis jalannya. Sedangkan pada kawasan prioritas ini adalah : Garis sempadan bangunan untuk jalan desa dan jalan yang disamakan sepanjang 6 meter. Garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan (kampung) dan jalan yang disamakan sepanjang 3 meter Analisis Street Furniture (Pelengkap Jalan) Penataan jalan merupakan salah satu pendukung tingkat kelancaran dan pertumbuhan perkembangan suatu kawasan. Yang mana suatu jalan dapat nyaman dinikamati oleh pengguna jalan seperti tersediannya sarana pendukung jalan (street furniture). Elemen-elemen street furniture sendiri merupakan suatu komponen yang saling terkait antara satu sama lain sehingga membuat jalan menjadi lancar dan nyaman. 1. Tempat Sampah Tempat sampah merupakan sarana penting dalam suatu lingkungan permukiman untuk tetap bersih dan sehat. Keberadaan tempat sampah di kawasan ini masih sangat-sangat kurang baik dilingkungan permukiman, fasilitas umum, bantaran sungai hingga ruas jalan. Yang mana tidak adanya tempat pembuangan akhir yang mengakibatkan pembuangan sampah yang tidak terkontrol atau sembarangan baik di saluran maupun lahan-lahan kosong. 2. Lampu Penerangan Jalan Adanya lampu penerangan jalan sangat penting terutama pada malam hari. dengan adanya lalmpu penerang jalan dapat mencegah terjadinya tindak kejahatan. Hal ini juga akan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan. Untuk di kawasan ini, lampu penerangan jalan belum ada di sepanjang jalan terutama di jalan-jalan lingkungan. Kondisi sekarang di jalan-jalan yang ada masih gelap dan remang-remang yang didapat dari pantulan cahaya rumah para penduduk. 3. Papan Penunjuk Jalan Untuk papan penunjuk jalan di kawasan ini belum tersedia. Yang mana papan penunjuk 93

103 jalan ini juga berpengaruh penting terhadap pengguna jalan untuk dapat lebih mudah dan nyaman dalam berkendara. Dimana mengingat jalan yang ada pada kawasan ini merupakan jalan utama desa sebagai penghubung dengan daerah wisata dengan intensitas tinggi dan dilalui oleh kendaraan besar hingga kecil. Sedangkan untuk papan nama jalan lingkungan yang berupa gang masih banyak yang belum memiliki nama sehingga perlu diupayakan bersama warga untuk mengadakan papan nama jalan lingkungan/ gang. Penataan papan reklame perlu dilakukan agar tidak mengganggu pemandangan, tetapi justru dapat menunjang keindahan wilayah. Pada kawasan perencanaan kondisi reklame yang ada kurang teratur dan terkesan asal dalam pemilihan lokasinya. Adapun peranan reklame dalam penataan kawasan sebagai berikut: Meningkatkan pendapatan daerah dan pedesaan. Mendukung terciptanya keindahan kawasan. Menghindari kejenuhan yang disebabkan keseragaman bentuk dan langgam. 4. Bak Tanaman Bak tanaman untuk daerah kawasan prioritas ini belum tersedia. Untuk saat ini adanya pohon-pohon peneduh yang tumbuh dipinggiran jalan dan tanaman-tanaman dari rumahrumah para penduduk. Dengan adanya bak tanaman dimaksudkan sebagai penambah estetika kawasan dan sebagai paru-paru dari kawasan. Perletakan pot bunga/bak tanaman pada kawasan perencanaan adalah di sisi kanan kiri jalan, di atas pedestrian jalan atau area tersendiri namun tidak mengganggu bagi pejalan kaki dan tidak mengurangi keindahan bangunan yang ada di belakangnya. Analisis desainnya adalah bentuk dan corak dari pot bunga harus tampil dengan jelas dengan sentuhan citra yang spesifik dan selaras dengan arsitektur setempat, terbuat dari bahan bangunan setempat Pedestrian (Trotoar / Sarana Pejalan Kaki) Potensi Berpotensi menjadi sebuah jalur/ koridor kawasan dan dapat menambah estetika serta sebagai paru-paru kawasan Permasalahan Pedestrian yang ada belum memadai, kondisinya masih berupa tanah dan multifungsi yaitu sebagai tempat parkir dan pejalan kaki. Pejalan kaki kurang mendapatkan perlindungan dari panas dan hujan sehingga mengurangi kenyamanan perjalanan. 94

104 Kurangnya sarana yang memberikan kenyamanan dan keamanan dalam menyeberangi Jalan Arahan Mengatur keterpaduan dan kesinambungan aksesibilitas pejalan kaki Memperbanyak pohon peneduh dan pemilihan jenis pohon yang bisa memperkuat karakter kawasan. Mempertimbangkan luasan ruang yang nyaman bagi pejalan kaki. Arahan pedestrian dengan lebar 100 cm digunakan untuk trotoar dan 2-2,5 m untuk parkir. Kondisi Pedestrian Di Kawasan Perencanaan Sumber : Survei Lapangan, Sirkulasi dan Parkir Potensi Sirkulasi Eksternal Untuk jalan utama desa tetap diberlakukan satu arah sesuai dengan existing yang ada. Hal ini mendukung tumbuh dan berkembangnya kawasan komersial tersebut. Angkutan perdesaaan maupun kendaraan dari luar wilayah dapat dimasukkan untuk mendekatkan pengunjung dengan objek/pusat-pusat yang ingin dikunjungi Sirkulasi Internal Perencanaan jalur sirkulasi sepanjang bantaran pantai Khususnya daerah wisata di berpotensi menghidupkan kawasan wisata. Parkir on street tetap pada dua sisi jalan dan on site (untuk bangunan yang memiliki halaman parkir) Sirkulasi pejalan kaki dapat melalui pedestrian Permasalahan Kinerja angkutan yang belum optimal, dan tingkat angkutan yang melintasi masih kurang 95

105 Peningkatan mutu jalan Arahan Peningkatan dimensi jalan Peningkatan elemen-elemen penunjang jalan Peningkatan kualitas parkir Pembangunan jalan inspeksi sungai untuk mempermudah mobilitas antar penduduk di dalam kawasan dan membuka peluang adanya aktifitas baru di dalam kawasan Ruang Terbuka dan Ruang Hijau Potensi Kondisi di bantaran Sungai dan pemakama umum berpotensi menjadi ruang terbuka menerus yang dapat menjadi magnet kawasan. Vegetasi berguna sebagai filter untuk mereduksi kebisingan kendaraan pada jalan utama desa Vegetasi dapat berfungsi sebagai keindahan Ruang terbuka hijau dapat membantu mengatur air tanah dengan mengurangi evaporasi sehingga dapat menjaga persediaan air tanah Ruang terbuka hijau berfungsi untuk kesehatan (menghasilkan O2 dan dapat mengabsorbsi CO2 dan beberapa logam berat lain yang dapat mengurangi kualitas udara di suatu kawasan) Ruang terbuka hijau dapat dijadikan zona evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Permasalahan Ruang terbuka di kawasan perencanaan sudah terpenuhi mengingat kawasan ini masih alami dan terdapat hutan lindung, yang sangat terlihat pada Kawasan perencanaan yaitu kawasan persawahan dan bantaran sungai masih belum tertata Ruang terbuka di pemukiman warga berupa lahan kosong yang terbentuk oleh bangunanbangunan secara visual belum terolah dengan baik untuk menjadi elemen estetis lingkungan. Arahan Menciptakan ruang terbuka sebagai jeda bagi pejalan kaki maupun sebagai tempat berkumpulnya aktivitas yang ada yang berfungsi sebagai area rekreasi dan olahraga. Memperindah dan menata vegetasi agar menciptakan suasana yang sejuk dan nyaman. Penataan bantaran Sungai dan pemakaman sebagai ruang terbuka hijau menerus. 96

106 Kondisi Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perencanaan Sumber: Hasil Survey Aktifitas Pendukung Potensi Aktivitas yang sedang berkembang di kawasan perencanaan saat ini adalah aktivitas kios, pedagang bakulan yaitu khususnya di wilayah perencanaan dan jika bekali modal usaha bisa menjadi peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat, terutama bagi warga yang melewati ruas jalan ini menuju ke wisata di bantaran laut. Permasalahan kurang modal untuk meningkatkan usaha. Arahan memberikan pinjaman modal bagi pedagang memberikan pelatihan terhadap pedagang, agar lebih kreatif Kondisi Perdagangan Di Kawasan Perencanaan Konservasi (Pelestarian) Potensi Pada kawasan ini, untuk bangunan kuno hampir dikatakan tidak ada. Akan tetapi adanya bangunan yaitu rumah panggung. Disamping itu juga budaya dan tradisi yang masih ada hingga saat ini. Yang mana peninggalan sejarah ini merupakan asset bagi kawasan dan daerah. Permasalahan Mulai berubahnya rumah panggung menjadi rumah batu. 97

107 kurang minatnya pemuda terhadap pelestarian adat-istiadad, seperti kasida, ratib Arahan Pelestarian terhadap budaya yang mulai pudar, dengan melibatkan pemuda di acara adat dan keagamaan Analisis Vegetasi (Tanaman) Terdapat beberapa kriteria umum pada pemilihan vegetasi antara lain : Penghasil oksigen tinggi; Dapat meredam kebisingan; Dapat menyerap polusi udara; Memiliki nilai keindahan; Daya serap air tinggi; Tahan hama penyakit dan cuaca; Pemeliharaan mudah. Pada kawasan perencanaan vegetasi yang ada merupakan pohon-pohon tinggi yang tumbuh alami dari dulu, adapun vegetasi yang merupakan pelengkap. Sedangkan di dalam kawasan hunian jenis vegetasi sangat beragam, mulai dari tanaman pot-potan hingga pohon-pohon besar. a. Analisis kriteria vegetasi untuk kawasan depan perdagangan jasa : jenis tanaman tahunan atau musiman; berupa habitat tanaman lokal; pemeliharaan mudah; kecepatan tumbuh bervariasi; jarak tanaman terencana; memiliki keteduhan, estetika dan berkarakter. b. Analisis kriteria vegetasi untuk kawasan depan permukiman : jenis tanaman tahunan atau musiman; berupa habitat tanaman lokal; pemeliharaan mudah; kecepatan tumbuh bervariasi; jarak tanaman terencana; memiliki keteduhan dan estetika. 98

108 c. Analisis kriteria vegetasi untuk pembatas jalan dan tepi jalan : penghasil oksigen tinggi; dapat meredam kebisingan; dapat menyerap polusi udara; memiliki nilai keindahan; daya serap air tinggi; tahan hama penyakit dan cuaca; pemeliharaan mudah. 6.5 Analisis Sosial Ekonomi Potensi Kegiatan ekonomi masyarakat yang ada di lokasi kawasan prioritas didominasi sektor pertanian, termasuk kebun, perikanan dan ternak. Keberadaan kios dan pedagang bakulan sebagai aktifitas pendukung kawasan. Permasalahan Akses pembeli dari luar kawasan masih sangat kurang. Ketersediaan lahan untuk pendukung seperti jalan masih dalam kondisi rusak sehingga para pembeli atau tengkulak membutukan biaya yang cukup tinggi dalam oprasional. Jarak antara kota dengan lokasi kawasan prioritas cukup jauh. modal untuk meningkatkan usaha pertanian masih belum memadai, seperti belum tersedianya koperasi simpan pinjam. Arahan Pemberian modal usaha untuk meningkatkan hasil pertanian. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kreatifitas masyarakat terhadap industri rumah tangga dan cara meningkatkan hasil pertanian meningkatkan sarana pendukung seperti perbaikan terhadap jalan lokal dan jalan usaha tani. 6.6 Analisis Sosial Budaya Potensi Tumbuhnya kegiatan seni di kalangan generasi muda, baik seni modern maupun perpaduan tradisional dan modern. Budaya setempat yang masih diwariskan. Kegiatan keagamaan berpotensi dijadikan daya tarik kawasan. 99

109 Permasalahan Karakter masyarakat tradisional yang berkembang kearah modern (semi tradisional) dan bercampurnya dua karakter masyarakat tersebut memunculkan karakter sosial baru yang perlu diantisipasi. Karakter beberapa masyarakat yang cenderung menolak adanya perubahan sehingga sulit menerima masukan dan kompromi Fasilitas pendukung pengembangan seni dan budaya masih kurang. Arahan Dukungan dari pemerintah setempat terhadap pengembangan seni dan budaya warga. Mengadakan kegiatan pengembangan seni dan budaya. Melestarikan budaya setempat yang dianggap baik dan merupakan ciri khas, dan berpotensi menjadi daya tarik wisata. 6.7 Analisis Sarana Dan Prasarana Sarana prasarana merupakan fasilitas utama dalam suatu lingkungan permukiman. Dimana sarana prasarana menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya penataan dan pengevaluasian akan sarana prasarana untuk lebih maksimal agar apa yang diharapkan dapat terwujud Analisis Prasarana Lingkungan A. Jaringan Listrik Pemanfaatan sumber listrik kawasan perencanaan berasal dari PLN. Penyebaran jaringan listrik dengan kepemilikan pribadi sudah cukup memenuhi mengingat lokasi kawasan yang dilintasi oleh jalan Desa, akan tetapi tidak sedikit pula hunian yang belum memiliki KiloMeter pribadi yang mana hingga saat ini masih banyak penggunaan jaringan listrik dengan system menyantol dengan hunian yang lainnya. Sedangkan untuk lampu penerangan yang ada di sepanjang jalan baik jalan utama desa maupun lingkungan dan gang belum ada, sehingga perlu direncanakan untuk penataan penerangan jalan. Termasuk rencana pengembangan jalan inspeksi untuk pengembangan wisata lokal di bantaran sungai Desa Lab. Alas dimana perlu direncanakan jaringan listrik sepanjang jalan tersebut. Pembuatan jaringan listrik tetap mengikuti pola jaringan yang sudah ada dan yang akan direncanakan. Kestabilan listrik pada suatu kawasan sangat diperlukan untuk mendukung fungsi dan aktivitas kawasan. B. Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih di kawasan perencanaan yang terlayani oleh PDAM masih sedikit. Sebagian besar warga memperoleh air bersih dari sumur gali. Untuk kondisi yang akan datang 100

110 diperlukan upaya peningkatan pelayanan PDAM dengan memperluas jaringan di dalam kawasan dan pemanfaatan sumber mata air secara optimal. Desa Lab. Alas merupakan sumber mata air bagi PDAM di Kecamatan Alas. Pembuatan jaringan air bersih tetap mengikuti pola jaringan yang sudah ada. Sedangkan untuk mendukung kebutuhan di masa mendatang, perlu diupayakan peningkatan baik kualitas dan kuantitas dari air yang ada saat ini. C. Jaringan Telepon Pemanfaatan jaringan telepon yang ada berasal dari TELKOM jaringan seluler (tower). Penggunaannya Untuk saat ini jaringan telepon yang berkembang yakni dengan menggunakan telepon seluler. Dan untuk kedepannya dalam penggunaan jaringan telepon ini Kecenderungan meningkatkan kualitas jaringan telepon seluler, dimana rata-rata warga telah terlayani oleh jaringan telepon seluler namun permasalahannya adalah sinyal yang ada masih belum tercaper untuk seluruh wilayah Desa Lab. Alas khususnya di wilayah perencanan kawasan prioritas Dusun Lab. Alas Bru. D. Sistem Pengelolaan Sampah Sistem persampahan yang ada di kawasan perencanaan ini masih dalam kondisi manual yakni belum ada pengelolaan yang baik. Yang mana pengelolaan sampah yang ada masih dilakukan sendiri seperti ditimbun, dibakar hingga dibuang ke saluran (sungai). Hal ini terjadi karena belum adanya pengelolaan yang tersistem baik dari pihak pemerintahan. Disamping itu tidak adanya sarana pendukung dalam menanggulangi persampahan ini. Prasarana persampahan perlu adanya pengelolaan yang baik, sehingga dapat mendukung aktifitas permukiman dan perumahan. Permasalahan sampah meliputi sumber sampah dan sistem pembuangan sampah itu sendiri, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya sistem pembuangan sampah. Adapun sistem pembuangan sampah dapat menggunakan sistem, yaitu: 1. On Site Sistem (Di dalam Persil) Sistem on site adalah fasilitasi pembuangan sampah yang berada di daerah persil pelayanannya (batas tanah yang dimiliki). Keuntungan: Biaya pembuatan murah Dibuat oleh swasta ataupun pribadi Teknologi cukup sederhana Sistem sangat privasi, karena terletak pada persilnya Operasi dan pemeliharaan dilakukan secara pribadi 101

111 Kerugian: Tidak selalu cocok di semua daerah Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan Bila pemeliharaan tidak sempurna, maka ada kemungkinan sampah dibuang secara sembarangan dan mencemari lingkungan sekitar. 2. Off Site Sistem (Di luar Persil) Sistem off site adalah sistem pembuangan yang berada diluar persil atau mempunyai skala pelayanan komunal, dapat berupa kawasan maupun lingkungan. Keuntungan: Pelayanan lebih nyaman Menampung semua sampah domestik secara komunal Pencemaran lingkungan dapat dihindari Cocok untuk daerah dengan kepadatan tingkat tinggi Masa atau umur pemakaian relatif lebih lama Kerugian: Perlu pembiayaan rutin/berkala dari warga. Memerlukan SDM untuk operasional dan pemeliharaan. Memerlukan perencanaan dan pelaksanaan untuk jangka panjang. Untuk mengetahui nilai manfaat yang didapat memerlukan waktu agak lama, terlihat jika sistem telah berjalan dan semua penduduk terlayani dengan baik. Kedua sistem pengelolaan sampah yang ada ini dapat diterapkan pada kawasan perencanaan dimana perlunya pengkoordiniran dan pemantauan yang tetap dan berkala. E. Sanitasi (Pembuangan Limbah) Sanitasi adalah pembuangan air kotor yang berasal dari bangunan (drainase). Permasalahan sanitasi di dalam kawasan yaitu : Banyaknya hunian yang tidak dilengkapi dengan sanitasi Banyaknya hunian yang tidak dilengkapi dengan MCK dan septictank Sebagian besar warga di tepi sungai masih membuang limbah tinja langsung ke sungai (belum memiliki septic tank). Kondisi septiktank sebagian warga kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Banyak rumah warga yang belum memiliki sumur resapan. Kondisi MCK yang kurang dan tidak terawat Arahan solusi yaitu bantuan pengadaan MCK umum dengan dilengkapi pembuatan septictank 102

112 bagi warga yang kurang mampu serta septic tank komunal jika memungkinkan. Selain itu perlu mewajibkan tiap rumah memiliki septictank dan resapan bagi warga yang mampu. Permasalahan assainering di dalam kawasan yaitu : Saluran drainase lingkungan banyak yang kondisinya rusak dan tersumbat serta tidak saling berintegrasi sehingga menyebabkan genangan air pada waktu musim penghujan. Saluran utama di Jalan Desa mengalami pendangkalan di beberapa titik dan kondisinya yang perlu pelebaran serta perbaikan terhadap DAM bagi pada saluran. Arahan solusi yaitu perbaikan saluran yang rusak dan pembangunan saluran baru pada beberapa wilayah yang belum memiliki Analisis Sarana Pendukung Adanya sarana pendukung dari suatu kawasan merupakan nilai tambah dari suatu kawasan itu sendiri dan menjadi penunjang perkembangan kawasan. Sarana pendukung yang ada di kawasan perencanaan saat ini cukup memadai, akan tetapi kelengkapan dan fasilitas penunjang masih perlu ditingkatkan. 6.8 Analisis Pengembangan Kelembagaan Dalam pengembangan kelembagaan ini, analisis yang dilakukan terhadap aturan-aruran pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan kelembagaan desa maupun kelembagaan adat, sisi hubungan fungsional kelembagaan desa dan kelembagaan adat maupun dengan kelembagaan non pemerintah lainnya. sisi penanganan persoalan dan permasalahan dan sisi kebutuhan pengembangan kelembagaan baru untuk memperkuat kelembagaan pembangunan kelurahan yang ada saat ini, serta sisi pelaksanaan isi undang-undang, peraturan pemerintah yang terkait dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan kelembagaan pembangunan serta tata cara pembentukan kelembagaan pembangunan baru. Yang perlu dilakukan dalam rangka peningkatan pengembangan kelembagaan saat ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan dukungan yang baik pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di desa. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan baik dari luar maupun dari dalam Desa Lab. Alas, seperti lembaga BKM, organisasi olahraga dan lain-lain yang kesemuanya didukung penuh oleh lembaga desa. 2. Memberikan pelayanan administrasi yang cepat tanggap. Sejak adanya media computer sebagai alat Bantu administrasi semakin mempercepat proses pelayanan yang diberikan oleh desa. 103

113 3. Tingginya rasa kebersamaan terlihat dari banyak organisasi yang ada di tingkat dusun (min 5 org /dusun). Dimana organisasi kebersamaan ini sampai dengan titik beban terendah masing-masing penduduk dan ini benar-benar didukung penuh oleh lembaga desa. 4. Mendorong kegiatan Pemberdayaan, Kemitraan, Kesetaraan & Keamanan 5. Penindakan terhadap kasus (sengketa, pencuri, persoalan masy dll) 6. Terselenggaranya pemilihan dusun yang lancar dan baik Dengan kelembagaan yang BAIK ini maka diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kelembagaan baik sisi formal maupun sisi non formal. Berdasarkan kebutuhan pengembangan kelembagaan baru untuk memperkuat kelembagaan pembangunan desa yang ada saat ini dan terkait dengan usaha pemeliharaan dan pengelolaan dari arahan-arahan yang telah terangkum diatas (masing-masing pembahasan per pokja) maka diperlukan suatu sistem jaring kelembagaan, dimana jaringan tersebut akan disatukan dengan satu wadah pembinaan yang ada di desa. Adapun upaya tersebut tidak akan tercapai jika tidak dibarengi oleh kesadaran antar personal dan kemitraan pada dinas terkait dengan pembinaan pengelolaan lembaga yang baik. 104

114 BAB VII KONSEP & RENCANA TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 7.1 ARAHAN KAWASAN PRIORITAS Fungsi Dan Peran Kawasan Prioritas Terhadap Desa Kawasan prioritas ini memilikki peranan yang penting terhadap Desa Lab. Alas yang mana fungsi dari kawasan ini tidak hanya sebagai kawasan pemerintahan, yang secara tidak langsung tumbuh dan berkembang menjadi kawasan campuran. Disamping letaknya yang cukup strategis dimana berada pada jalan desa yang menghubungkan antar desa dan juga merupakan lintasan menuju daerah wisata Dermaga Desa Lab. Alas menuntun pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dari Desa Lab. Alas dan sekitarnya. Dari uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dan peranan dari kawasan prioritas ini adalah : A. Fungsi Fungsi dari kawasan prioritas ini berbasis permukiman dan pemerintahan serta Pariwisata, akan tetapi dengan tumbuh dan berkembangnya kawasan fungsi dari kawasan mengalami pengembangan fungsi kearah kawasan campuran yaitu pemerintahan, dan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa hingga komersial. B. Peran Peran dari kawasan prioritas adalah sebagai berikut : Sebagai daerah pusat pemerintahan Sebagai daerah pusat pertumbuhan ekonomi desa Sebagai daerah pusat pembangunan desa Sebagai daerah pendukung untuk kawasan wisata yang sudah ada Konsep Umum Kawasan Konsep umum dari kawasan ini diantaranya adalah : 1. Penataan bagian wilayah yang dilalui oleh jalan desa untuk memperkuat citra kawasan 2. Peningkatan peran dan penataan dari kawasan permukiman sebagai pusat pemerintahan dan pengembangan sentra perikanan dan wisata kuliner. 105

115 3. Pemanfaatan gang permukiman dan pekarangan dengan tanaman (bernilai ekonomi) sebagai penghijauan terhadap lingkungan 4. Penataan permukiman dengan utilitas dan sarana prasarana yang terpadu 5. Penataan dan pengelolaan pada kawasan DAS sebagai pendukung daripada konsep kawasan 6. Pertumbuhan terkendali untuk menjaga keseimbangan lahan terbuka dan terbangun, dengan mengarahkan pembangunan vertikal. 7. Peningkatan fungsi dan penataan kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan desa Arahan Struktur Tata Ruang Dalam Struktur tata ruang terbentuk oleh kegiatan dan sistem jaringan prasarana yang ada pada kawasan tersebut. Sedangkan untuk struktur dalam kawasan prioritas ini terbentuk oleh elemen-elemen penunjang, seperti : a. Kawasan pemerintahan dan permukiman b. Kawasan industri kecil rumahan (bengkel, kios, makanan ringan); c. kawasan campuran perdagangan, jasa dan permukiman;; d. Sebagian areal terbuka (kebun, persawahan, lapangan, halaman pekarangan dan makam); e. Jaringan/ prasarana transportasi yang berupa jalan; f. Jaringan utilitas kawasan, seperti listrik, telepon, persampahan, drainase, sungai. Perlunya pengkoordinaran yang baik dan teratur terhadap elemen-elemen yang ada demi terwujudnya struktur ruang dalam suatu kawasan. Pemanfaatan lahan disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing ruang dan tertata sehingga penciptaan citra kawasan dan lingkungan yang saling berkesinambungan. Pengaturan ini diwujudkan melalui, Penempatan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan pemerintahan dan budaya, campuran perdagangan, jasa dan permukiman, kawasan komersial dan kawasan area terbuka (lapangan, makam, dan bantaran sungai). 7.2 Rencana Dan Arah Perkembangan Permukiman Pendudukan Peningkatan jumlah penduduk pada kawasan ini akan terus meningkat dan mendorong kepadatan penduduk dalm kawasan ini. Hal ini dapat terjadi mempertimbangkan segala aspek dan perencanaan yang ada serta keberadaan sarana perekonomian yang ada dan akses jalan 106

116 yang sangat mendukung. Perencanaan jumlah penduduk ini berfungsi untuk menghitung kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan dan untuk mengendalikan pertumbuhan di kawasan perencanaan. 7.3 Rencana Peruntukan Lahan Rencana Peruntukan Lahan Makro Dalam perencanaan peruntukan lahan pada suatu kawasan perlu mempertimbangkan kondisi yang ada dan dampak yang akan dihasilkan. Kegiatan apa yang sedang berkembang dan efek yang ditimbulkan oleh keberadaan jalan utama (desa) yang menjadi lintasan utama terhadap lingkungan sekitarnya. Rencana peruntukan lahan di kawasan makro yaitu untuk area pemerintahan dan budaya, campuran perdagangan, jasa dan permukiman, kawasan komersial dan kawasan area terbuka (makam, dan bantaran sungai serta area pantai ). Dengan perencanaan tersebut akan menjadi dasar dari penentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan ketinggian bangunan Rencana Peruntukan Lahan Mikro Peruntukan lahan pada lahan mikro yakni merupakan perbandingan lahan terbangun dan lahan tidak terbangun yang berada di dalam satu lahan. Proporsi peruntukan lahan mikro dapat diketahui dari intensitas bangunan yang mencakup KDB, KLB, serta ketinggian dan jumlah lantai bangunan. Lengkapnya sarana prasara dan fasilitas merupakan pendukung aktivitas dari masyarakat serta perkembangan wilayah perencanaan tersebut. Kebutuhan fasilitas di wilayah perencanaan diperlukan untuk menunjang aktivitas masyarakat serta perkembangan wilayah perencanaan. Untuk dapat memenuhi perkembangan dari wilayah perencanaan, maka arahan untuk fasilitas pelayanan umumnya memerlukan: Adanya penambahan fasilitas pelayanan umum dari segi kuantitas. Penambahan ini sebagai upaya agar terpenuhinya kebutuhan masyarakat di wilayah perencanaan akan penyediaan fasilitas pelayanan umum. Penambahan ini tentu saja tidak sembarangan, namun disertai dengan pertimbangan apakah penambahan kuantitas fasilitas pelayanan umum yang ada benar-benar dibutuhkan oleh penduduk. Mempertahankan jumlah fasilitas yang telah ada di wilayah perencanaan serta pengoptimalan fungsi fasilitas tersebut. Pengoptimalan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari fasilitas pelayanan umum yang ada di wilayah perencanaan dengan cara perbaikan, perawatan atau pemeliharaan fasilitas yang telah ada. Bangunan yang merupakan fasilitas pelayanan umum seperti sarana pendidikan dan sarana kesehatan dalam pengembangannya tetap memperhatikan KDB, KLB dan GSB 107

117 sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga mampu menyediakan ruang terbuka sendiri di dalam persil lahan untuk kegiatan parkir dan ruang hijau. Rencana peruntukan lahan mikro ini adalah sebagai lahan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, budaya, wisata dan campuran. 7.4 Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan Rencana KDB (Koefisien Dasar Bangunan) Pada bagian ini merupakan program yang bersifat arahan penyediaan macam-macam bangunan, luas bangunan, besaran masa bangunan, kebutuhan ruang terbuka dan fasilitas pelayanan umum. Secara keseluruhan akan diuraikan satu per satu dalam uraian berikut ini. Rencana luasan bangunan pada kawasan perencanaan mengacu pada peraturan standar SNI tahun 2004 yang mana Koefisien Dasar Bangunan maupun gedung (KDB) maksimal 60% Rencana KLB (Koefisien Lantai Bangunan) Koefisien lantai bangunan ini ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatan dan kenyamanan umum. Berdasarkan Peraturan peraturan standar SNI tahun 2004, ketentuan besarnya KLB disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten atau perundang-undangan yang berlaku Rencana GSB (Garis Sempadan Bangunan) Garis sempadan bangunan merupakan Street line set back yang berarti jarak bangunan terhadap jalan, dimana garis ini sangat penting dalam mengatur tingkat keteraturan kedudukan masa bangunan terhadap jalan-jalan yang ada. Di samping itu, kedudukan ini juga melindungi kepentingan pemakai jalan agar mempunyai pandangan yang luas sewaktu mengendarai kendaraan bermotor. Berdasarkan peraturan standar SNI tahun 2004, ketentuan rencana sempadan bangunan di kawasan perencanaan ditekankan pada sempadan bangunan terhadap jalan dan sungai. Untuk jarak sempadan sungai adalah 25 meter yaitu jarak antara aliran pinggiran sungai dengan garis sempadan bangunan. Untuk sempadan mata air ditetapkan berdasarkan radius terhadap titik mata air sekurang-kurangnya 200 meter. Untuk garis sempadan bangunan garis sempadan bangunan untuk jalan desa dan jalan yang disamakan sepanjang 6 meter. 108

118 Garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan (kampung) dan jalan yang disamakan sepanjang 3 meter. GSB ( Garis Sempadan Bangunan) Yang dimaksud adalah jarak bangunan dengan aspal jalan atau jarak terluar bagian bangunan dengan as jalan, dirumuskan sebagai berikut: GSB = ½ x DAMIJA Dimana Damija adalah daerah milik jalan dengan jarak antara as jalan dengan pingggir perkerasan jalan. GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata letak bangunan terhadap jalan. Selain itu GSB marupakan batas garis untuk menentukan pemunduran massa bangunan dan sekaligus sebagai salah satu faktor untuk ketentuan tentang envelope bangunan. 7.5 Rencana Tata Bangunan Rencana Blok Lingkungan Perlunya penataan terhadap blok-blok lingkungan guna menghasilkan konsep bangunan dalam kawasan saling berkesinambungan, selaras dan harmonis. Sehingga bangunan yang satu dengan yang lainnya dapat saling berintegrasi dalam suatu lingkungannya. Letak bangunan di kawasan perencanaan cenderung linear yaitu memanjang mengikuti jaringan jalan. Orientasi bangunan di kawasan tersebut juga cenderung menghadap ke jalan. Hal ini tetap dipertahankan guna menampilkan kesan bangunan yang rapi, teratur serta saling berintregasi antara bangunan satu dengan bangunan yang lainnya. Sehingga Bentuk blok lingkungan yang dipertahankan adalah bentuk linier agar bentuk blok bangunan lebih teratur dengan konfigurasi berupa figur figuratif yaitu luasan ruang terbuka lebih besar dibandingkan dengan luasan lahan yang terbangun. Pengembangan dengan sistem blok dilakukan bila ada pihak yang membebaskan seluruh area yang dibatasi secara fisik oleh jalan atau saluran. Bila dalam area yang akan dibebaskan terdapat bangunan yang mempunyai nilai kesejarahan atau nilai arsitektural yang khas, maka pengembangan blok harus diarahkan untuk mempertahankan eksistensi bangunan tersebut Rencana Bangunan Sumber : Dokumentasi PS

119 Tampilan bangunan yang ada pada lingkungan mempengaruhi citra kawasan yang akan ditimbulkan. Perlunya perencanaan terhadap tampilan bangunan untuk dapat terarah dan mendukung kesan yang diinginkan. Tampilan diusahakan mengarah ke konsep kawasan yang diinginkan sebagai kawasan yang mempunyai latar blakang budaya dengan kekayaan sumber daya lokal. Meskipun tampilan bangunan sudah mulai pudar yaitu rumah panggung beralih ke rumah batu/permanen, namun paling tidak masih mempunyai tampilan yang menampilkan budaya lokal. Rencana bangunan harus seimbang dengan kondisi lingkungan sekitarnya serta memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang bertempat tinggal maupun yang datang ke kawasan perencanaan, yaitu; Arsitektur bangunan yang direncanakan memiliki keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan lingkungannya. Arsitektur bangunan yang direncanakan di Kawasan Perencanaan tetap mempertahankan bangunan arsitektur lokal yang memiliki nilai sejarah kawasan. Orientasi bangunan tetap direncanakan menghadap jalan dan sungai, hal ini sesuai dengan konsep pengembangan konfigurasi blok lingkungan di wilayah perencanaan yang berbentuk linier. Bentuk arsitektur bangunan menggunakan konsep selaras, harmonis dan kontras untuk menciptakan irama bangunan pada masing-masing koridor jalan. Setiap bangunan yang direncakan tidak diperbolehkan mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan. Bangunan yang direncanakan tidak diperbolehkan dibangun/berada diatas sungai/saluran/selokan/parit pengairan Rencana Ketinggian dan Elevasi Bangunan Perencanaan ketinggian maksimum bangunan disesuaikan dengan kondisi bangunan terhadap jalan, daya dukung lahan terhadap bangunan, skala dan proporsi, serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Pengaturan ketinggian bangunan pada wilayah perencanaan adalah Ketinggian bangunan deret maksimum 2 (dua) lantai dan sebelahnya harus berjarak dengan persil tetangga. 7.6 Rencana Kualitas Lingkungan Rencana Identitas Lingkungan (Citra Kawasan) Identitas lingkungan dari sebuah kawasan dapat dilihat dari lima elemen yang terdiri dari path, landmark, node, edge dan distrik. Identitas lingkungan merupakan citra kawasan yang harus ada dan dipertahankan sebagai identitas dari sebuah kawasan yang ada. 110

120 A. Path Merupakan elemen pembentuk ruang kawasan yang berbentuk linier, sebagai jalur sirkulasi yang digunakan masyarakat untuk menuju atau meninggalkan lingkungannya yang bisa berbentuk sungai dan pola lain yang berbentuk linier memiliki ciri khas dan alur secara jelas dan mudah dikenali. Path yang tedapat di wilayah perencanaan adalah Jalan masuk menuju wilayah perencanaan dan koridor pantai, adapun konsep penataannya adalah tetap mempertahankan path yang ada sebagai identitas dari kawasan tersebut. B. Landmark Merupakan titik kawasan yang berfungsi sebagai titik orientasi visual yang biasanya berupa tugu/monumen di tengah kawasan atau bangunan yang memberikan tanda untuk mempermudah mengenal daerah tersebut dan dapat memberikan efek positif pada suatu wilayah jika diperjelas karakter dan keberadaannya maupun diperkuat kekhasannya. Unsur landmark di wilayah perencanaan direncanakan berupa gapura (gerbang) masuk ke masingmasing lingkungan permukiman, serta jembatan. Konsep lokasi penempatannya harus berada di tengah-tengah pusat keramaian dan dibuat semenarik mungkin sebagai citra kawasan perencanaan. C. Edge Merupakan batas wilayah yang berfungsi sebagai pemutus komunitas ruang dan kegiatan. edge di wilayah perencanaan dibentuk oleh elemen jalan, pedestrian, jalur hijau dan sungai yaitu : Jl. Desa, Jl. Lingkungan, sebagai pembagi kawasan serta sebagai pembatas kawasan. Konsep identitas lingkungan yang berupa edge ini adalah menata ulang dan mempertegas kesan visual batas kawasan. D. Node Merupakan titik kawasan yang berguna sebagai titik orientasi yang lebih ditekankan pada bentuk kegiatan atau aktivitas yang sudah dikenal masyarakat. Node pada kawasan perencanaan yaitu kegiatan pertanian, serta kawasan agropolitan sentra perikanan laut. E. District Merupakan daerah dalam kawasan yang timbul dari imajinasi masyarakat yang lahir dari pengalaman dan ditentukan oleh kesamaan karakteristik wilayah yang bersangkutan. District yang ada di wilayah perencanaan berupa kawasan campuran pertanian, perkebunan, perdagangan, jasa, perkantoran, budaya dan permukiman yang terdapat di kawasan perencanaan. Konsep pengembangan dari district di kawasan perencanaan adalah lebih mempertegas dan mengembangkan karakter kawasan campuran serta potensi perikanan laut. 111

121 Selain itu juga mengembangkan district baru di kawasan pantai dengan fungsi sebagai kawasan rekreasi dan kuliner Rencana Street Furniture (Alat Kelengkapan Jalan) Perencanaan kelengkapan jalan dimaksudkan agar pengguna jalan merasa nyaman. Dimana dalam peletakan dari kelengkapan jalan ini harus memperhatikan lokasi dan kebutuhan dari pengguna jalan. Disamping itu desain dari kelengkapan jalan ini tidak hanya sekedar memberikan manfaat saja akan tetapi juga harus dapat mewakili citra dari kawasan perencanaan sehingga tercipta citra ruang yang utuh dan memiliki ciri khas dan karakter kawasan. Adapun alat kelengkapan jalan yang direncanakan antara lain : A. Tempat Sampah Penyediaan tempat sampah dilakukan di setiap gang-gang lingkungan permukiman dan diatas trotoar dengan jarak berkisar meter. Peletakkan tempat sampah berjarak paling dekat 100 cm di luar garis gerak pejalan kaki. Ukuran kotak sampah paling tinggi 120 cm dan paling rendah 80 cm. Tebal bak sampah dari beton minimal 6 cm, bata 15 cm, kayu 6 cm, mika 2 mm, dan batu kali 20 cm. Pada bagian dasar harus ada lubang untuk drainase serta bak sampah harus memiliki tutup. Untuk 1 set tempat sampah terdiri dari 3 bak sampah yang dibedakan berdasarkan jenis sampah yaitu sampah logam/ kaca, plastik dan organik. Gambar : Rencana Tempat Sampah di Lingkungan 112

122 B. Papan Penunjuk Jalan Pentingnya papan penunjuk jalan dan pengadaan papan reklame untuk dapat meningkatkan kualitas kawasan. Selain sebagai kawasan yang dilalui oleh pendatang dari luar kawasan, kawasan ini juga mengarah kepada konsep dengan tujuan sebagai kawasan sentra kawasan wisata Lab. Alas. Sehingga diperlukannya elemen penunjang seperti penunjuk jalan dan papan reklame. Untuk konsep perencanaannya, papan penunjuk jalan atau umbul-umbul dibagi dalam dua jenis, yaitu: di tepi jalan dengan tinggi 5,5 meter dan di tengah jalan dengan tinggi 4,5 meter. Gambar : Rencana Papan Penunjuk Jalan 113

123 C. Lampu Penerangan Jalan Pentingnya penerang jalan terutama di jalan lingkungan yang ada. Rencana peletakan lampu penerang jalan diletakkan pada tiang-tiang listrik yang ada di pinggir jalan. Tinggi titik lampu penerangan jalan minimal 6 meter, maksimal 8 meter dari permukaan jalan, tergantung dari kelas dan fungsi jalannya. Jarak tiang yang satu dengan yang lain yaitu 50 meter. Sedangkan untuk lampu penerangan pedestrian dirancang setinggi 3 meter dengan jarak meter. Gambar : Rencana Lampu Jalan Gambar : Rencana Lampu Jalan 7.7 Rencana Jaringan Pergerakan dan Transportasi Jaringan Jalan A. Fisik Jaringan jalan utama di kawasan perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada jalan ini merupakan klasifikasi jalan kabupaten. Jalan dalam kondisi rusak dan perlu dengan segera di perbaiki guna mendukung aktifitas yang ada di wilayah Desa Lab. Alas dan daerah sekitarnya atau disesuaikan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Sumbawa yaitu Desa Lab. Alas merupakan wilayah agropolitan (sentra kelautan). Sedangkan jaringan jalan lingkungan yang ada diperlukan peningkatan dalam kualitas konstruksinya. Dimana jalan lingkungan ini juga merupakan jalan alternative ke desa-desa yang lain. Saat ini lebar jalan desa berkisar 5-6 meter dan jalan lingkungan berkisar 3-4 meter. Rencana pengembangan jalan lingkungan pada kawasan perencanaan yaitu jalan penghubung antar lingkunga, terumah lokasi atau arah perkembangan permukiman baru yang diperuntukkan sebagai akses pejalan kaki dan sepeda (untuk sepeda motor dengan pengaturan waktu). Untuk jangka menengah (5 tahun) pengembangan jaringan jalan yang ada mencakup: 1. Perawatan jalan lingkungan yang sudah ada. 114

124 2. Peningkatan kualitas fisik jalan yang sudah mengalami kerusakan. 3. Pembangunan jalan lingkungan skala RT (untuk wilayah RT yang belum mempunyai). Hirarki Jalan perumahan lokal Sekunder I Lokal Sekunder II Lokal Sekunder III Lingkungan I Lingkungan II Tabel V-2 Standart Klasifikasi Jalan Lingkungan Perumahan Perkerasan (m) (mobilmotor) (motormobil) 3.0. (motormobil) (pejalan kaki, penjual dorong) 1.2 (pejalan kaki, penjual dorong) Dimensi dari elemen-elemen jalan Bahu jalan (m) (darurat parkir) (darurat parkir) 0.5 (darurat parkir) Pedestrian (m) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.5 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) 1.2 (pejalan kaki, vegetasi, penyandang cacat roda) Trotoar (m) Dimensi pada daerah jalan Dawasja Damaja Damija Min. (m) (m) (m) GSB Min. (m) Catatan : Acuan Diambil Dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan (Sistem Jaringan dan Geometri Jalan). Dirjen Cipta Karya B. Sirkulasi Sirkulasi kendaraan disesuaikan dengan kelas jalan dan fungsi jalan. Arus lalu lintas terbesar direncanakan terjadi di sepanjang koridor Jalan desa, karena merupakan koridor jalan utama yang menghubungkan dengan wilayah lain. Jalan tersebut akan menjadi jalur sirkulasi primer di kawasan perencanan. Untuk sirkulasi sekunder direncanakan pada Jalan lingkungan seperti jalan lingkungan di dalam permukiman dan jalan inspeksi tepi Sungai Pedestrian Dalam membuat rencana jalur pedestrian yang nyaman, perlu diperhatikan adanya aspek manusia dengan segala aktivitas masyarakat yang menggunakannya. Berdasarkan fungsi dan peran kawasan tersebut sebagai kawasan perdagangan dan kawasan permukiman, maka perencanaan dan perancangan jalur pedestrian disesuaikan dengan fungsi kawasan tersebut. a. Pedestrian di depan permukiman, di rencanakan sebagai tempat jalan kaki keluarga (fungsi rekreasi), sehingga pedestrian dirancang dengan ketinggian yang sama (tidak naik turun karena jalan masuk) agar merasa nyaman dan tidak cepat lelah; b. Pedestrian di area RTH (lapangan, makam, pedestrian jalan, dll), difungsikan untuk membuat pengunjung merasa nyaman berada di kawasan RTH; 115 Ket. Khusus pejalan kaki Khusus pejalan kaki Khusus pejalan kaki

125 7.7.3 Perparkiran Keberadaan tempat parkir, terutama sangat menentukan hidup tidaknya suatu kawasan. Oleh karena itu, perencanaan tempat parkir di kawasan perencanaan harus memenuhi persyaratan keberadaan strukturnya sehingga tidak mengganggu aktivitas disekitarnya. Penataan parkir dikawasan perencanaan, direncanakan dan dikembangkan baik parkir off street dan parkir on street. Sistem perparkirannya disesuaikan dengan fungsi kawasan. 7.8 Rencana Ruang Terbuka Hijau dan Tata Hijau Ruang Terbuka Umum dan Privat Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan area memanjang/ jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang Terbuka Hijau dibedakan menjadi 2 yaitu ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. RTH publik/umum merupakan ruang tebuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sedangkan RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Dalam ruang terbuka hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian tanaman secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, makam dan sebagainya. Di wilayah perencanaan lebih didominasi RTH publik berupa hutan, lahan pertanian. RTH publik pada wilayah perencanaan juga terdapat makam dan taman pada persimpangan jalan. RTH privat atau milik perseorangan pada wilayah perencanaan berupa pekarangan di belakang dan disamping rumah serta taman. a. Ruang terbuka di luar tapak terdiri dari : 1. Jalur hijau Adapun fungsi dari pertamanan pada jalur jalan adalah: Sebagai kontrol visual dan mampu mereduksi sinar matahari. Sebagai pembatas fisik, khususnya memberikan batasan ruang antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan. Sebagai kontrol iklim mikro, terutama mereduksi kecepatan angin. Sebagai unsur estetika atau keindahan kawasan. Sebagai pengendali pencemaran udara oleh asap kendaraan. Pada koridor perencanan direncanakan nantinya ditanami pohon peneduh yang diletakkan sepanjang koridor jalan Urip desa dan lingkungan serta sepanjang koridor 116

126 pedestrian tepi sungai. Selain itu juga dikembangkan vegetasi yang memiliki nilai ekonomi. 2. Taman publik Pada kawasan perencanaan direncanakan dikembangkan taman dan tempat olahraga yaitu pada lapangan sepak bola Desa Lab. Alas). b. Ruang terbuka di dalam tapak Penyediaan ruang terbuka ini digunakan untuk pelataran parkir, sirkulasi kendaraan dalam tapak, taman/gardening, entrance ke blok dan lain sebagainya tergantung dari kepentingan masing-masing perpetakan (kantor, rumah, toko, pusat perbelanjaan dan sebagainya). Rencana ruang terbuka dalam tapak adalah sebagai berikut: 1. Ruang terbuka sejauh mungkin agar dimanfaatkan untuk penghijauan misalnya halaman parkir tetap ditanami pohon-pohon peneduh; 2. Apabila difungsikan untuk sirkulasi kendaraan, maka sebaiknya menggunakan grass blok yang dapat ditanami rumput dan air masih dapat meresap ; atau sejenisnya 3. Sisa tanah dapat difungsikan untuk taman hias (gardening) dan juga dikombinasikan dengan tanaman-tanaman peneduh yang sekaligus produktif, yang merupakan potensi tanaman lokal; 4. Kriteria tata hijau untuk fasilitas tersebut adalah : Getah tanaman tidak beracun; Struktur daun setengah rapat dengan ketinggian bervariasi; Dahan tidak mudah patah dan akar tidak mengganggu pondasi; Kecepatan tumbuhnya sedang; Jenis tanaman kebun yang produktif dan sesuai dengan habitat lokal; dan 20% - 40% area ditanami. 5. Ruang terbuka di dalam tapak publik Pada koridor perencanaan ini tidak terdapat ruang terbuka dalam tapak publik. 6. Ruang terbuka dalam tapak privat Ruang terbuka dalam tapak privat ini berupa ruang terbuka yang berada di dalam kavling kavling penduduk Rencana Area Jalur Hijau Rencana area jalur hijau pada wilayah perencanaan diletakkan pada sepanjang ruas jalan. Untuk badan jalan yang diprediksi akan memiliki intensitas pejalan kaki tinggi akan ditanami jenis pohon peneduh, sedangkan untuk jalur hijau yang berada di ruas jalan yang diprediksi 117

127 akan memiliki intensitas pejalan kaki rendah akan ditanami Adapun jenis tanaman yang nantinya diadakan terdiri dari; 1. Peneduh a. Ditempatkan pada jalur tanaman. b. Percabangan 2 m di atas tanah ( minimal 1,5 m). c. Bentuk percabangan batang tidak merunduk. d. Bermassa daun padat. e. Ditanam secara berbaris. tanaman pengarah pandang. f. Contoh Tanaman Peneduh : Kiara Payung (Filicium decipiens), Tanjung (Mimusops elengi), Angsana (Ptherocarphus indicus). 2. Pengarah Pandang a. Tanaman perdu atau pohon ketinggian > 2 m. b. Ditanam secara massal atau berbaris. c. Jarak tanam rapat. d. Untuk tanaman perdu/semak digunakan tanaman yang memiliki warna daun hijau muda agar dapat dilihat pada malam hari. e. Contoh tanaman pengarah pandang : Cemara (Cassuarina equisetifolia), Mahoni (Swietenia mahagoni), Hujan Mas (Cassia glauca), Kembang Merak (Caesalphinia pulcherima), Kol Banda (Pisonia alba), Akalipa Hijau Kuning (Acalypha wilkesiana macafeana), Pangkas Kuning (Duranta sp.). 7.9 RENCANA JARINGAN UTILITAS A.Rencana Jaringan Listrik Perencanaan jaringan listrik harus memperhatikan fase-fase jaringan dengan voltage tertentu. Selain itu, perencanaan jaringan listrik harus tetap memperhatikan aspek peletakan tiang listrik, jarak antar tiang, serta peletakan gardu listrik. Hal itu dilakukan untuk memperlancar distribusi listrik. Untuk persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah : a) Penyediaan kebutuhan daya listrik 1. setiap lingkungan perumahan harus mendapat daya listrik dari PLN atau dari sumber lain; dan 2. setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450 VA per jiwa dan untuk saran lingkungan sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga. b) Penyediaan jarigan listrik 118

128 1. disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap banguan; 2. disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan)pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi; 3. disediakan gardu listrik untuk setiap 200KVA daya listrik yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum; 4. adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah; 5. sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan membahayakan keselamatan. B. Rencana Jaringan Air Bersih Rencana pembuatan jaringan air bersih tetap mengikuti pola jaringan yang sudah ada. Sedangkan untuk mendukung kebutuhan di masa mendatang, perlu diupayakan peningkatan baik kualitas dan kuantitas dari air yang ada saat ini. Dalam pendistribusian air bersih tersebut melalui tahapan jaringan primer, sekunder, dan tersier. PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH SNI TAHUN 2004 Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah: Penyediaan kebutuhan air bersih 1. lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain dengan ketentuan yang berlaku dan; 2. apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. Penyediaan jaringan air bersih 1. harus tersedia jaringan lingkungan sampai sambungan rumah; 2. pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass dan; 3. pipa yang dipasang diatas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP. Penyediaan kran umum 1. satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa; 2. radius pelayanan maksimum 100 meter; 3.kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari dan; 119

129 4. ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI tentang Tata cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Penyediaan hidran kebakaran 1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter; 2. untuk daerah perumahan jarak antarakran maksimum 200 meter; 3. jarak dengan tepi jalan minimum 3 meter; 4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diteruskan membuat sumur-sumur kebakaran dan; 5. perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. C.Rencana Jaringan Drainase Saluran drainase yang direncanakan yaitu dengan merehab baik dari segi konstruksi maupun dimensi dari saluran. Selain itu juga diperlukan pembuatan saluran-saluran untuk menampung air hujan, baik limpasan dari area terbuka maupun limpasan dari area-area perkerasan, misalnya jalan dan pedestrian. Saluran drainase di kawasan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu: a. saluran drainase primer yang terdapat pada Jalan utama desa yaitu terdapat di sisi kiri dan kanan jalan; b. saluran drainase sekunder yang terdapat pada jalan-jalan lingkungan. c. saluran drainase tersier yang berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan dan air kotor, yang terdapat di setiap lingkungan permukiman. Rencana drainase kawasan yaitu perbaikan saluran yang rusak dan pembangunan saluran baru pada beberapa wilayah yang belum memiliki. D. Rencana Sanitasi Sanitasi adalah pembuangan air kotor yang berasal dari bangunan (KM/WC). Rencana sanitasi kawasan yaitu bantuan pembuatan septictank bagi warga yang kurang mampu serta septic tank komunal jika memungkinkan. Selain itu perlu mewajibkan tiap rumah memiliki septictank dan resapan bagi warga yang mampu. Persyaratan umum Jaringan air limbah menurut SNI , yaitu jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah; septik tank; 120

130 bidang resapan; dan jaringan pemipaan air limbah. Adapun persyaratan, kriteria dan kebutuhan adalah lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah yang memenuhi perencanaan plambing yang berlaku. Apabila kemungkinan membuat tangki septik tidak ada, maka lingkungan perumahan harus dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah lingkungan atau harus dapat disambung pada sistem pembuangan air limbah dengan cara pengolahan lain. Apabila tidak memunkinkan untuk membuat bidang resapan pada setiap rumah, maka harus dibuat resapan bersama yang dapat melayani beberapa rumah. E. Rencana Sistem Persampahan Sistem pengelolaan sampah pada kawasan perencanaan dilakukan secara sendiri, belum ada penanganan secara struktural. kemudian kelengkapan sarana pendukung seperti TPS dan TPS belum ada,. Berikut standar perencana jaringan persampahan: PERENCANAAN JARINGAN PEMBUANGAN SAMPAH SNI Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah, tempat pembuangan sementara (TPS), dan tempat pembuangan akhir (TPA). sedangkan persyaratan, kriteria dan kebutuhan yaitu distribusi dimulai pada lingkup terkecil RW, kelurahan, kecamatan hingga lingkup kota. LINGKUP PRASARANA Rumah (5 jiwa) RW (2500 jiwa) Kelurahan ( jiwa) Kecamatan ( jiwa) Kota (> jiwa) Tabel V-2 KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN PRASARANA SARANA STATUS DIMENSI PELENGKAP KETERANGAN Tong sampah Pribadi - - Gerobak sampah Bak sampah kecil Gerobak sampah Bak sampah besar Mobil sampah Bak sampah besar Bak sampah akhir Tempat daur ulang sampah TPS TPS TPS/TPA Lokal TPA Catatan : Acuan Tabel Diambil Dari SNI Mengenai Tata Cara Teknik Perkotaan. 2 m² 6 m² Jarak bebas TPS dengan lingkungan hunian minimal 30 m Gerobak mengangkut 3x seminggu 2 m² Gerobak mengangkut 12 m² 3x seminggu - Mobil mengangkut 25 m² 3x seminggu - - Operasional Pengolahan Sampah - 121

131 7.10 RENCANA MITIGASI BENCANA Perlunya perencanaan terhadap pengupayaan dalam menanggulangi ataupun mencegah terjadinya bencana perlu dimulai sejak dini. Salah satu caranya dengan memelihara lingkungan disekitar kita. Upaya mitigasi yang dilakukan dapat memanfaatkan: a. Bangunan penyelamat, berupa bangunan ibadah, sekolah, balai pertemuan dan lapangan; b. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, kelengkapan prasarana dan sarana serta aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia. c. Jalur Keselamatan Jalan darurat merupakan jalan terpendek keluar lingkungan ke arah jalan lokal/kolektor tanpa hambatan. Adanya sistem peringatan dini mengenai bencana yang akan terjadi, hal ini dapat berupa sirine atau alat informasi pemberitahuan tanggap bencana lainnya. Oleh karena itu, direncanakan perlengkapan dan kesiapan dalam menghadapi bencana (atau bisa disebut juga sebagai pertolongan pertama ) seperti ; Pengadaan Hydrant/sumur untuk mengatasi kebakaran yang diletakkan di masingmasing lingkungan RT/Dusun, tempat pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial maupun kantor desa. Pelatihan dan penyuluhan tentang pelaksanaan mitigasi bencana Diadakannya tempat pembuangan sampah untuk menghindari terjadinya penyumbatan pada saluran-saluran drainase yang ada. Perbaikan dan pelebaran terhadap saluran-saluran (drainase/irigasi) yang ada. Pembangunan baru terhadap saluran-saluran drainase yang dibutuhkan Pengadaan penghijauan di lingkungan permukiman. Untuk Perencanaan Mitigasi Bencana pada kawasan prioritas ini diperlukan juga, seperti pengaman terhadap kebakaran. Rencana sistem jaringan pengaman kebakaran untuk koridor perencanaan berupa penempatan hidran pada lokasi-lokasi yang kegiatannya berpotensi menimbulkan kebakaran. Rencana sistem pengamanan kebakaran pada koridor perencanaa adalah sebagai berikut: a. melengkapi sarana penanggulangan kebakaran berlingkup lingkungan, tapak maupun bangunan; b. dalam lingkungan-lingkungan perumahan, sekolah dan perkantoran, tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunan yang digunakan untuk usaha yang mempunyai potensi 122

132 kebakaran, seperti bengkel, tempat las, penjual bensin eceran, penjual bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan tenaga uap air, gas bertekanan tinggi, dan generator listrik; c. lingkungan perumahan dan lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidran atau sumur gali atau reservoir kebakaran. Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter dari jalan lingkungan harus dilengkapi hidran tersendiri PANDUAN PENATAAN LINGKUNGAN Panduan dalam penataan lingkungan merupakan bantuan atau arahan yang lebih rinci dalam proses perancangan melalui pengembangan komponen rancangan kawasan pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kaveling dan blok, termasuk panduan ketentuan detail visual kualitas minimal tata kawasan. A. Manfaat panduan rancangan Membantu dalam mengimplementasikan ketentuan dasar serta ketentuan detail dari perancangan tiap bangunan, kavling, sub blok dan blok pengembangan dalam dimensi yang terukur. Memberi gambaran simulasi bangunan secara 3 dimensi sebagai model penerapan seluruh rencana tata bangunan dan lingkungan dalam tiap kavling, sub blok dan blok. Memudahkan pengembangan desain pada tiap kavling/sub blok sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan. Memudahkan pengelolaan dan pengendalian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak positif, terarah dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan. Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh kawasan yang direncanakan. B. Ketentuan Dasar Implementasi Rancangan Dalam panduan penataan lingkungan in memuat ketentuan dasar implementasi rancangan terhadap kawasan perencanaan, berupa ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat lebih detail, memudahkan dan memandu penerapan dan pengembangan rencana umum, baik pada bangunan, kelompok bangunan, elemen prasarana kawasan, kavling maupun blok. 123

133 7.11 PANDUAN PENATAAN KAWASAN Panduan dalam penataan kawasan ini dimaksudkan untuk memudahkan proses penataan untuk dapat sesuai dengan karakter kegiatan yang akan dikembangkan nantinya. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis aktivitas terjadi pada kawasan perencanaan tersebut seperti aktivitas perkantoran, perdagangan dan jasa, permukiman maupun campuran. Yang mana dasar dari konsep penataan permukiman lingkungan ini yaitu bagaimana mewujudkan kawasan prioritas ini sebagai titik awal dari kawasan perencanaan untuk mendongkrak Desa Lab. Alas menjadi desa dengan berkarakter agropolitan yaitu daerah sentra perikanan laut dengan kekayaan sumber daya alam lokal. Prinsip-prinsip umum penataan kawasan adalah sebagai berkut : A. Kesehatan Lingkungan Permukiman dilengkapi dengan prasarana dan utilitas yang dapat menunjang kesehatan baik dalam permukiman dan lingkungan disekitarnya. Yang mana dalam penataan dapat berdampak terhadap kesehatan lingkungan. B. Keselamatan Permukiman yang juga mampu menjamin keselamatan bagi para penghuni di kawasan tersebut dan sekitarnya dari kemungkinan bahaya kebakaran, banjir dan gangguan lainnya. C. Keamanan Mempertimbangkan penyediaan ruang publik/umum yang nyaman, yang dapat menimbulkan interaksi terhadap para penghuni kawasan untuk saling bersosialisasi dan saling menjaga keamanan lingkungannya, menghindari tindak kejahatan dan hal-hal yang dapat membahayakan keamanan penghuni. D. Kenyamanan Mempertimbangkan kemudahan untuk berinteraksi diantara penghuni dan masyarakat sekitarnya; kemudahan aksesibilitas; keleluasaan gerak; perletakan fasilitas lingkungan perumahan dalam jangkauan pejalan kaki; keindahan kawasan dan penataan bangunan dan lingkungannya. E. Kesejahteraan Penyediaan fasilitas yang beragam yang dapat menyatukan perbedaan kelas eknomi dan usia penghuninya; peran fasilitas umum dalam menjaga keseimbangan sosial yang dapat menimbulkan sifat gotong royong dan rasa kekeluargaan. Karakteristik kawasan prioritas perencanaan ini, diantaranya : 124

134 a. Kawasan ini merupakan pusat pemerintahan dan juga direncanakan sebagai kawasan campuran khusus sebagai ciri khas, sehingga dapat menjadi identitas diri; b. Kawasan ini merupakan lahan terbangun dengan peruntukan lahan pemukiman, pertanian, perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan, sosial budaya (ruang terbuka) dan campuran. c. Pengembangan kawasan ini diarahkan sebagai area untuk memperkuat karakter dan citra kawasan sebagai pusat desa. d. Pengembangan kawasan laut diarahkan secara teratur dengan fungsi lahan sebagai kawasan campuran hunian dan komersial untuk mendukung konsep sentra perikanan. Prinsip-Prinsip Penataan a. memperbaiki kondisi bangunan dan lingkungan ke tingkat yang lebih baik; b. memenuhi kebutuhan prasarana dasar pemukiman dan perbaikan menuju keindahan lingkungan; c. penataan kawasan terbangun menggunakan fasilitas fisik yang sudah ada. Dan pemenuhan prasarana dasar pemukiman; d. keterlibatan masyarakat pada proses perbaikan bertujuan agar rasa memiliki masyarakat; e. menganjurkan mengadakan perbaikan kampung, mengkonsolidasi lahan dan membangun rumah sederhana yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh masyarakat. f. mempertahankan bangunan bersejarah yang ada. 1) Tata Guna Lahan a. Dalam menentukan lokasi perbaikan, perlu mempertimbangkan rencana kawasan secara makro; b. Fasilitas umum diatur agar bersifat multifungsi sehingga tidak memerlukan fasilitas yang cukup luas; c. Mengembangkan fungsi lahan untuk meningkatkan aktifitas perekonomian kawasan; g. Mengembangkan kawasan pantai sebagai blok peruntukan campuran hunian dan komersial untuk meningkatkan perekonomian masyarakat terutama di sepanjang pantai serta menjadi daya tarik wisata. 2) Intensitas Lahan a. Mengarahkan penggunaan lahan hingga ketinggian bangunan sesuai dengan peraturan daerah yang ada. b. menjaga dan mempertahankan luas lantai dasar yang ada,akan tetapi dianjurkan untuk mengurangi sehingga lebih banyak ruang terbuka dan halaman; 125

135 3) Sempadan Bangunan Penentuan garis sempadan Bangunan mempertimbangkan lebar, hirarki/kelas jalan dan situasi jalan di sekitar kavling. - Gs depan = minimal 5 meter (atau ½ row) - Gs samping = minimal 3 meter - Gs belakang = minimal 1 meter - Garis sempadan sungai mempertimbangkan lebar, hirarki dan situasi pantai sekitar kavling, Minimal = 25 meter 4) Sirkulasi a. penataannya jalan diusahakan agar dibuat lebih teratur dan memiliki hirarki jalan; b. pola jalan dinormalisasikan secara bertahap; c. pejalan kaki harus merasa aman dan nyaman; d. gang yang terlalu sempit diusahakan dapat menggunakan halaman atau pemunduran halaman; e. gang yang harus masuk sinar matahari dianjurkan panjang atap teritisan dikurangi dan atau penggunaan material atap yang transparan; f. penataan pedestrian pada ruas jalan utama dengan tujuan meningkatkan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki, sekaligus meningkatkan kualitas visual kawasan; g. menaikkan fungsi dan kelas jalan pembangunan, dengan pelebaran dan perbaikan fisik, dengan tujuan memudahkan aksesibilitas kawasan, serta menaikkan nilai lahan. 5) Tata Bangunan a. orientasi bangunan diusahakan agar seragam menghadap ke jalan atau ruang terbuka; b. pada bangunan tepi sungai maka orientasi bangunan menghadap ke sungai dan memiliki jarak antara bangunan dan tepi sungai yang menungkinkan pembuatan jalan inspeksi 3-5 m; c. bangunan harus memperhatikan kesehatan penghuni seperti sirkulasi udara, pencahayaan dan ketentuan lainnnya yang diatur dalam peraturan bangunan; d. dianjurkan melakukan penambahan bukaan bangunan dan membuat jarak antar bangunan agar ventilasi udara dan cahaya matahari dapat masuk ke setiap ruang pada bangunan. 6) Ruang Terbuka dan Tata Hijau a. ruang terbuka yang berfungsi untuk sosialisasi,lapangan olahraga atau taman umum; b. tata hijau menerus di jalur pejalan kaki dan peneduh 126

136 c. tata hijau pada jalur pedestrian jalan utama dibedakan antara tanaman pengarah dengan jarak 15 meter, serta pohon peneduh dengan jarak meter (di antara pohon pengarah); d. tata hijau pada jalur pedestrian jalan inspeksi sungai berupa pohon peneduh (dengan jarak meter dan tanaman bernilai ekonomi). 7) Aspek Sosial Budaya Mewadahi aktifitas, kebiasaan dan perilaku sosial yang berlaku di masyarakat (PKL, ruang interaksi sosial, dll) Panduan Penataan Ruang Hijau Kawasan Dalam penataan ruang hijau pada kawasan dapat diwujudkan dengan membedakan kriteria untuk masing-masing fungsi, diantaranya; A. Kriteria Vegetasi Untuk Kawasan Depan Permukiman dan Ruang Terbuka Hijau Vegetasi yang digunakan untuk kawasan permukiman berupa tanaman kuat dan memiliki estetika, misalnya: Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia sp). bunga ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman hias karena bercabang banyak, daunnya rimbun, dan rajin berbunga. Bunga tumbuh tidak berkelompok, serhingga muncul disana sini, cantik dipandang mata. Bunga Jatimas (Cordia subcordata). Bunga ini tumbuh bergerombol pada ujung tangkai, sekitar 7-12 kuntum, kelopaknya berkerut seperti kertas krep. Jatimas banyak digunakan untuk pohon pelindung kebun karena bentuk dan warna bunganya. Kerai Payung (Filicium decipiens). Tanaman ini memiliki daun unik yang berbentuk sirip memanjang, garis tengah berkisar 7-15 cm, dan berwarna hijau mengkilap. Tajuk tanaman membulat seperti payung. Tanaman ini cocok sebagai pelindung di halaman rumah, dengan tinggi 5-10 m, rimbun dan padat sehingga bisa berfungsi sebagai penyaring debu yang baik. B. Kriteria Vegetasi Untuk Pembatas Jalan dan Tepi Jalan Vegetasi yang digunakan untuk pembatas jalan/ median, misalnya: Palem (Palmae). Tanaman ini berakar serabut, berbatang tunggal, dan tidak bercabang. Tumbuh di daerah tropis dengan banyak sinar matahari. Apabila akan ditanam didalam pot/ drum, sebaiknya tanah diganti satu tahun sekali dan disertai dengan pemupukan. 127

137 Palem yang cocok untuk median jalan adalah palem putri (Veitchiia merrillii) yang memiliki penampilan fisik yang cantik. Daun lebat, cepat berbunga dan berbuah. Sedangkan tanaman yang cocok untuk tepi jalan berupa pohon pengarah dan pohon peneduh, misalnya: Glodokan (Polyalthia longifolia). Bentuk tanaman ini menyerupai kerucut, menjulang tinggi hingga mencapai ketinggian 20 m atau lebih. Bentuk daunnya panjang dan ujungnya menyempit, tepinya berombak berwarna hijau mengkilat. Panjang daun antara cm. Pohon glodokan dapat tumbuh subur di tempat terbuka dan dapat kena sinar matahari langsung. Tampil menarik apabila ditanam berderet. Kol Banda (Pisonia alba). Kol banda termasuk pohon pelindung dengan daun yang unik. Tanaman ini bisa tumbuh dimana saja, dengan tinggi 5-12 m terkena sinar matahari langsung serta air secukupnya. Daun saputangan (Maniltoa gemmipara). Pohon ini tumbuh tegak penuh cabang dan berdaun rimbun. Batang kayunya liat dan kuat, dengan tinggi mencapai 20 m. Pohon ini tumbuh di dataran rendah-sedang, di tanah gembur dengan resapan air yang baik. Gambar Rancangan Pengembangan kawasan Prioritas Desa Lab. Alas sungai bantaran 128

138 Gambar Rancangan Pengembangan kawasan Prioritas Desa Lab. Alas PAUD Bangsal Gambar Rancangan Tempat Pembuangan Sampah di Bangunan Rumah dan Umum 129

139 Gambar Rancangan Lampu Pedestrian dan Lampu Jalan 130

140 Gambar Rancangan kawasan wisata Gambar Rancangan Dusun Tarum 131

141 Gambar Rancangan Dusun Bangsal 132

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas : BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perancangan Dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas di Desa Jomblang

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana?? DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai

Kata Pengantar. dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai Page 0 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke Tuhan yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran, sehingga penyusunan laporan akhir tahun ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 172, 2016 KEMENPU-PR. Perumahan Kumuh. Permukiman Kumuh. Kualitas. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA 6.1. RENCANA DAN PROGRAM PENGEMBANGAN Pembahasan ini adalah untuk mendapatkan rencana dan program pengembangan kawasan permukiman

Lebih terperinci

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issue issue aktual tentang penataan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK

PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK PERENCANAAN PARTISIPATIF DALAM PLPBK APA PERENCANAAN PARTISIPATIF? Proses perumusan dan penyepakatan produk perencanaan dengan melibatkan partisipasi aktif warga dan Pemda Proses penyelarasan perencanaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN 2013-2032 I. UMUM Ruang yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA MENGENAI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DESA DEMANGAN KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH 2014

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997). Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang; budiyanto_hery@yahoo.com Abstract Program

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

KELURAHAN SELINDUNG BARU

KELURAHAN SELINDUNG BARU Tabel II.21 Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Selindung Baru N0. JENIS RTH LOKASI LUAS (M 2 ) 1. Pekarangan SMP 7 RT.01 10.000,0 2. Pekarangan Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan RT.01 4.771,0 3. Kuburan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG A. Penataan Taman Kota Dalam Konteks Ruang Terbuka Hijau Pembangunan perkotaan, merupakan bagian dari pembangunan nasional, harus

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62 BAB VI PENUTUP 6.1 Rencana Kerja Untuk mewujudkan Visi Penataan Lingkungan Permukiman Desa Jipang yaitu terwujudnya Desa Jipang yang sehat, berkembang dan berbudaya maka lembaga lembaga masyrakat beserta

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci