KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010. Selanjutnya Renstra tersebut mengalami perubahan yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 23/PRT/M/2010 yang telah memuat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 22/ PRT/M/2010 tentang Perubahan Permen PU Nomor 03/PRT/2010 tentang Indikator Kinerja Utama mengikuti ketentuan Permenkeu No. 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA K/L Tahun Anggaran Memasuki tahun ketiga pelaksanaan Renstra Kementerian, terjadi banyak perubahan lingkungan strategis dan konstelasi kebijakan termasuk adanya Direktif Presiden yang melengkapi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Selain itu berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Renstra sampai dengan tahun ketiga, terdapat kebutuhan untuk penajaman dan penyesuaian arah pembangunan 2 (dua) tahun terakhir Renstra yaitu tahun untuk mengakomodir kebutuhan new initiatives yang belum tercantum dalam Renstra Kementerian terdahulu. Penyesuaian prioritas dan kebijakan pembangunan juga membawa konskuensi untuk menajamkan target 2 (dua) tahun tahunan untuk memenuhi target pembangunan yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun. Dengan dilakukannya review Renstra Kementerian, rencana kinerja pencapaian outcome dan output diharapkan dapat mencapai kinerja yang lebih baik dan memenuhi aspek akuntabilitas berlandaskan kepada sistem akuntansi dan barang milik negara, sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah serta sistem penganggaraan berbasis kinerja. Selanjutnya seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum harus mengacu kepada dokumen review Renstra perubahan dimaksud terutama dalam penyusunan dokumen perencanaan dan pemograman serta pengganggaran masing-masing program Unit Organisasi Eselon I dan kegiatan Unit Organisasi Eselon II. Saya sebagai Menteri Pekerjaan Umum mengharapkan seluruh jajaran dapat menerapkan secara konsekuen keseluruhan sasaran program dan kegiatan. Mudah-mudahan dengan berlandaskan pada nilai-nilai organisasi dan motto pekerjaan umum, bertindak tepat, bergerak cepat dan bekerja keras, dalam upaya untuk menyediakan tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal dapat terwujud dalam mendukung pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO i

2 ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB 1. PENDAHULUAN Umum Mandat, Tugas, Fungsi Dan Kewenangan Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Permukiman Standar Pelayanan PU Dan Penataan Ruang BAB 2. KONDISI, ISU DAN TANTANGAN Evaluasi Hasil Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Infrastruktur Jalan Dan Jembatan (Termasuk Jalan Tol) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Penataan Ruang Penyelenggaraan Konstruksi Dan Litbang Dukungan Kesekretariatan Kementerian Pekerjaan Umum Lingkungan Strategis Sub Bidang Sumber Daya Air (SDA) Sub Bidang Bina Marga (Jalan) Sub Bidang Ke-Cipta Karya-An (Infrastruktur Permukiman) Sub Bidang Jasa Konstruksi Sub Bidang Penataan Ruang Bidang Penelitian Dan Pengembangan (Litbang) Pengawasan Sekretariat Jenderal Kelembagaan Dan SDM BAB 3. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi iii

4 3.2. Misi Misi Kelembagaan Kementerian PU Nilai-Nilai Kementerian PU Tujuan Sasaran Sasaran Kementerian Sasaran Strategis BAB 4. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Arahan Jangka Panjang Dan Tahapan Kedua Rpjpn Arahan Kebijakan Nasional Misi Pemerintah Tahun Kebijakan Pengarusutamaan Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan Strategi Dan Kebijakan Umum Pembangunan Infrastruktur Pu Dan Permukiman Kebijakan Baru/Khusus Dalam Rkp Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur Peningkatan Ketahanan Pangan Penanganan Transportasi Kota-kota Besar, dan Perluasan Kesempatan Kerja Kebijakan Dan Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang Pu Dan Penataan Ruang Kebijakan Penataan Ruang Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kebijakan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Teknologi Kebijakan Dan Strategi Operasional Penyelenggaraan Bidang Pu Dan Penataan Ruang Strategi Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang BAB 5. PROGRAM DAN KEGIATAN iv

5 5.1. Program Dan Kegiatan Program Pengelolaan Sumber Daya Air Program Penyelenggaraan Jalan Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman Program Penyelenggaraan Penataan Ruang Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Pekerjaan Umum Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian PU Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabiilitas Aparatur Kementerian Pekerjaan Umum Program Pembinaan Konstruksi Program Penelitian dan Pengembangan Kementerian PU Pendanaan Output Kegiatan BAB 6. PENUTUP v

6

7 BAB 1 PENDAHULUAN

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. UMUM Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis Kementerian tersebut merupakan dokumen perencanaan kementerian untuk periode 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan bersifat indikatif (lihat Gambar 1.1). Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU Nomor 25 Tahun 2004) 2 BAB 1 - PENDAHULUAN

9 Renstra Kementerian merupakan acuan dalam perencanaan, pemograman dan penganggaran berbasis Kinerja (PBK) untuk penyusunan dokumen Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (RENJA KL) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-KL). Sesuai ketentuan, penyusunan Renstra juga mengacu kepada Undang-Undang No.27 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selanjutnya Renstra juga merupakan salah satu komponen dalam sistem manajemen kinerja yang merupakan siklus perencanaan, pemograman, penganggaran, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga penyusunan Renstra juga harus berlandaskan pada ketentuan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Renstra Kementerian PU disususun berlandaskan pada tugas dan fungsi kementerian, amanat Undang Undang sektor ke-pu-an, juga berlandaskan pada pemetaan kondisi lingkungan strategis, tantangan serta isu-isu strategis yang terus berkembang serta mengacu pada arah strategi kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) maupun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Susunan Renstra meliputi pemaparan tentang kedudukan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terkait tugas, fungsi, mandat dan kewenangan; kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang; visi, misi, tujuan dan sasaran Kementerian PU; kebijakan dan strategi penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman; program dan kegiatan serta outcome dan output target capaian dan skenario pendanaannya sebagai acuan perencanaan, pemograman, penganggaran dan evaluasi penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. BAB 1 - PENDAHULUAN 3

10 Renstra Kementerian Pekerjaan Umum selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan Renstra masingmasing Unit Organisasi Eselon I (Satminkal) dan Unit Organisasi Eselon II serta RENJA K/L dan RKA K/L di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum tahun MANDAT, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN Memasuki tahap kedua pelaksanaan pembangunan jangka panjang ( ), tatanan Kementerian/Lembaga telah memiliki landasan hukum yang kuat dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Sesuai Undang-Undang tersebut, Kementerian PU termasuk dalam kelompok kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Berdasarkan ketentuan tersebut Kementerian Negara mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Adapun fungsi Kementerian PU dalam Perpres tersebut adalah: perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya; pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah; dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional. Undang-Undang sektor ke-pu-an meliputi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang- 4 BAB 1 - PENDAHULUAN

11 Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mandat yang diberikan kepada Kementerian PU yang terbagi ke dalam 2 (dua) bidang utama, yaitu bidang PU dan penataan ruang. Bidang PU meliputi sub bidang sumber daya air, sub bidang jalan, sub bidang persampahan, drainase, air minum, air limbah, bangunan gedung dan lingkungan, permukiman, perkotaan dan perdesaan, dan sub bidang jasa konstrusi. Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa Bidang PU dan Penataan Ruang adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kewenangan penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang sebagian berada di tingkat Pemerintah dan sebagian telah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Kementerian Pekerjaan Umum dalam periode akan menangani keseluruhan aspek penyelenggaraan infrastruktur PU-KIM yaitu; aspek pengaturan, pembinaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan (TURBINBANG/LAKWAS) yang merupakan kewenangan pemerintah. Untuk penyelenggaraan kewenangan Kementerian PU terdapat urusan yang akan dilaksanakan sendiri, yang sebagian dapat didekonsentrasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik, atau yang dapat ditugas-pembantuankan untuk kegiatan yang bersifat fisik, khususnya untuk sub bidang Sumber Daya Air, Bina Marga, dan bidang Penataan Ruang. Dalam menyelenggarakan mandat, tugas dan fungsinya, kewenangan Kementerian PU dilakukan melalui: penetapan kebijakan di bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mendukung pembangunan secara makro penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimum yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang pekerjaan umum dan permukiman penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan/lahan wilayah penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pekerjaan umum dan permukiman penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang pekerjaan umum dan permukiman pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi kelembagaan, pemberian BAB 1 - PENDAHULUAN 5

12 pedoman/bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidang pekerjaan umum dan permukiman pengaturan penetapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidang pekerjaan umum dan permukiman penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang pekerjaan umum dan permukiman penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang pekerjaan umum dan permukiman pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidang pekerjaan umum dan permukiman penyelesaian perselisihan antarprovinsi di bidang pekerjaan umum dan permukiman penetapan persyaratan untuk penetapan status dan fungsi jalan pengaturan dan penetapan status jalan nasional penetapan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestarian kawasan bangunan bersejarah serta pedoman teknis pengelolaan fisik gedung dan pengelolaan rumah negara penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dan sistem manajemen konstruksi penetapan standar pengembangan konstruksi bangunan sipil dan arsitektur kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, meliputi: * * * * * * * * * penetapan pedoman perencanaan, pengembangan, pengawasan, dan pengendalian pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman penetapan kriteria penataan perwilayahan ekosistem daerah/ kawasan tangkapan air pada daerah aliran sungai dan pedoman pengelolaan sumber daya air penetapan standar prasarana dan sarana wilayah di bidang sumber daya air dan jaringan jalan perencanaan makro dan pedoman pengelolaan sumber daya air lintas provinsi penyelenggaraan dan pemberian izin pengelolaan sumber daya air lintas provinsi penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan dan pedesaan penetapan pedoman perizinan penyelenggaraan jalan bebas hambatan lintas provinsi penetapan kebijakan dan pembinaan pengembangan bidang konstruksi nasional pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan nasional serta prasarana dan sarana sumber daya air lintas provinsi atau yang strategis nasional sesuai dengan kesepakatan Daerah 6 BAB 1 - PENDAHULUAN

13 Kewenangan dalam aspek pembangunan terlihat antara lain pada penanganan jalan nasional yang telah ditetapkan statusnya oleh Menteri Pekerjaan Umum melalui Kepmen PU No. 376/2004 jo 280/ 2006 (penetapan jalan nasional non-tol) dan Kepmen PU No. 369/2005 jo 280/2006 jo 360/2008 (penetapan jalan nasional tol dan rencana jalan strategis nasional); pengembangan / pembangunan /peningkatan / rehabilitasi / pengelolaan / konservasi sumber daya air / jaringan irigasi / rawa / pengendalian banjir dan pengamanan pantai serta penyediaan dan pengelolaan air baku lintas provinsi / Negara / strategis nasional (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air); pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan sesuai Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Khusus sub bidang terkait ke- CiptaKarya-an, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan merupakan tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Selanjutnya uraian sub-sub bidang urusan sesuai dengan lingkup TURBINBANGWAS untuk penyelenggaraan infratstuktur PU dan Permukiman dan Penataan ruang pada tingkat nasional yang merupakan penjabaran sub-sub bidang yang merupakan kewenangan pemerintah secara lengkap dalam tabel 1.1. BAB 1 - PENDAHULUAN 7

14 Tabel 1.1. TURBINWAS Sub-Sub bidang Kementerian Pu SUB BIDANG SUMBER DAyA AIR SUB BIDANG BINA MARGA PENGATURAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN/ PENGELOLAAN 1. penetapan kebijakan nasional sumber daya air 2. penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 3. penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 4. penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 5. pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional, wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai strategis nasional 6. penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumber daya air 7. penetapan status daerah irigasi yang sudah dibangun yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota 8. pengesahan pembentukan komisi irigasi antar provinsi 1. penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 2. penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara 3. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 4. pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota 5. fasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air 6. pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional 7. pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota 8. pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota 1. konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 2. pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional 3. pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional 4. penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat nasional 5) pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional 5. operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah pengaturan jalan secara umum dan pengaturan jalan nasional serta pengaturan jalan tol pembinaan jalan secara umum dan jalan nasional; pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan kabupaten/ kota; pembinaan jalan tol yaitu penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan serta penelitian dan pengembangan pembangunan jalan nasional dan pengusahaan jalan tol PELAKSANAAN irigasi yang luasnya lebih dari ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional pengawasan jalan secara umum dan pengawasan jalan nasional 8 BAB 1 - PENDAHULUAN

15 SUB BIDANG PERSAMPAHAN SUB BIDANG DRAINASE SUB BIDANG AIR MINUM SUB BIDANG AIR LIMBAH SUB BIDANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN PENGATURAN penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan prasarana dan sarana persampahan penetapan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan drainase dan pematusan genangan penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan pelayanan air minum penetapan kebijakan dan strategi nasional pengembangan prasarana dan sarana air limbah penetapan peraturan perundangundangan, norma, standar, prosedur dan kriteria/bangunan gedung dan lingkungan PEMBINAAN fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarprovinsi fasilitasi bantuan teknis pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan drainase fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan antarprovinsi, yang bersifat khusus, strategis, baik yang bersifat nasional maupun internasional fasilitasi penyelesaian permasalahan antarprovinsi yang bersifat khusus, strategis baik yang bersifat nasional maupun internasional pemberdayaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung dan lingkungannya PEMBANGUNAN/ PENGELOLAAN fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana persampahan secara nasional (lintas provinsi) fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulangan banjir lintas provinsi lain fasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) secara nasional fasilitasi pengembangan PS air limbah skala kota untuk kota-kota metropolitan dan kota besar dalam rangka kepentingan strategis nasional fasilitasi bantuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN pengawasan dan pengendalian pengembangan persampahan secara nasional evaluasi kinerja penyelenggaraan sistem drainase dan pengendali banjir secara nasional pengawasan terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pengembangan SPAM secara nasional pengendalian dan pengawasan atas penyelenggaraan pengembangan prasarana dan sarana air limbah pengawasan secara nasional terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman, dan standar teknis bangunan gedung dan lingkungannya, serta gedung dan rumah negara SUB BIDANG PERMUKIMAN SUB BIDANG PERKOTAAN DAN PERDESAAN SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri, terdiri dari: Permukiman Kumuh/Nelayan Pembangunan Kawasan PENGATURAN penetapan kebijakan teknis Kasiba dan Lisiba nasional penetapan kebijakan nasional tentang penanggulangan permukiman kumuh perkotaan dan nelayan penetapan kebijakan pembangunan kawasan strategis nasional penetapan kebijakan dan strategi nasional pembangunan perkotaan dan perdesaan penetapan dan penerapan kebijakan nasional pengembangan usaha, termasuk upaya mendorong kemitraan fungsional sinergis PEMBINAAN fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh secara nasional (bantuan teknis) fasilitasi peningkatan kapasitas daerah dalam pembangunan kawasan strategis nasional fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) perkotaan dan pedesaan tingkat nasional BAB 1 - PENDAHULUAN 9

16 SUB BIDANG PERMUKIMAN SUB BIDANG PERKOTAAN DAN PERDESAAN SUB BIDANG JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN/ PENGELOLAAN fasilitasi penyelenggaraan pembangunan Kasiba dan Lisiba strategis nasional lain fasilitasi program penanganan permukiman kumuh bagi lokasi yang strategis secara nasional fasilitasi perencanaan program pembangunan PS perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah PELAKSANAAN Pemberdayaan: pemberdayaan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nasional serta asosiasi badan usaha dan profesi tingkat nasional PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN pengawasan dan pengendalian kebijakan nasional penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba melaksanakan pengawasan dan pengendalian penanganan permukiman kumuh nasional pengawasan dan pengendalian pembangunan kawasan strategis nasional pengawasan dan pengendalian program pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan secara nasional pengawasan guna tertib usaha mengenai persyaratan perizinan dan ketentuan ketenagakerjaan BIDANG PENATAAN RUANG PENGATURAN PEMBINAAN Penetapan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang. Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang. Penetapan penataan ruang perairan di luar 12 (dua belas) mil dari garis pantai. Penetapan kriteria penentuan dan kriteria perubahan fungsi ruang suatu kawasan yang berskala besar dan berdampak penting dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang. Penetapan kawasan strategis nasional. Penetapan kawasan-kawasan andalan. Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang penataan ruang Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua tingkatan wilayah. Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang. Sosialisasi SPM bidang penataan ruang. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang terhadap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Pendidikan dan pelatihan. Penelitian dan pengembangan. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang nasional. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat. Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab masyarakat. Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas provinsi. Pembinaan penataan ruang untuk lintas provinsi 10 BAB 1 - PENDAHULUAN

17 Perencanaan Tata Ruang Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWN. BIDANG PENATAAN RUANG PELAKSANAAN Pemanfaatan Ruang Penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar provinsi. Pemanfaatan kawasan strategis nasional. Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWN Pemanfaatan investasi di kawasan andalan dan kawasan strategis nasional serta kawasan lintas provinsi bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang. Penyusunan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, neraca penatagunaan sumberdaya alam lainnya. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional. Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk lintas provinsi. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional. Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang nasional. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN. Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWN. Pengambilalihan kewenangan pemerintah provinsi dalam hal pemerintah provinsi tidak dapat memenuhi SPM di bidang penataan ruang. Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat provinsi. Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antara provinsi dengan kabupaten/kota. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah nasional. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah provinsi. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah kabupaten/kota. BAB 1 - PENDAHULUAN 11

18 1.3. PERAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DAN PERMUKIMAN Peran dan fungsi Kementerian PU adalah mewujudkan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman (PU-KIM) berbasiskan penataan ruang sebagaimana telah diamanatkan dalam undang-undang sektor yang mencakup: a. b. c. Infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian air untuk keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan, industri, dan pertanian guna mendukung ketahanan pangan yang merupakan bagian dari pelaksanaan konservasi SDA, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air. Infrastruktur Jalan dan Jembatan berperan untuk mendukung distribusi lalu-lintas barang dan manusia maupun sebagai pembentuk struktur ruang wilayah. Infrastruktur Permukiman beperan dalam menyediakan pelayanan air minum dan sanitasi lingkungan, infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaaan, revitalisasi kawasan serta pengembangan kawasan agropolitan/minapolitan. INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN PEMBENTUK STRUKTUR RUANG BASIS PENATAAN RUANG PENyIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN AIR UNTUK KEPERLUAN DOMESTIK, INDUSTRI, PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAyA AIR PELAyANAN AIR MINUM DAN SANITASI PERKOTAAN DAN PERDESAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Gambar 1.2. Peran Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman Dalam Pembangunan 12 BAB 1 - PENDAHULUAN

19 Pembangunan infrastruktur mempunyai peran vital dalam mewujudkan pemenuhan Hak Dasar Rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat yang memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, memperkuat ketahanan pangan, energi dan air dan peningkatan daya saing di dunia internasional. Pembangunan infrastruktur mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat, kualitas lingkungan dan pengembangan wilayah. Dalam konteks ekonomi, infrastruktur merupakan modal sosial masyarakat (social overhead capital) yaitu barang-barang modal esensial sebagai tempat bergantung bagi perkembangan ekonomi dan merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar dan konsumsi akhir. Ketersediaan dan tingkat pelayanan infrastruktur yang baik merupakan prasyarat agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan berproduksi masyarakat. Pembangunan infrastruktur PU-KIM akan mendukung produktivitas sektor ekonomi melalui efek berganda (multiplier effects) dan kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya antara lain sektor pertanian, industri, kelautan dan perikanan. Sedangkan secara langsung terkait sektor konstruksi, infrastruktur PU-KIM juga akan menciptakan kesempatan kerja dan usaha. Infrastruktur, yang sering disebut pula prasarana dan sarana fisik, juga memiliki keterkaitan yang sangat kuat terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dan pembuka daerah terisolasi sehingga dapat mengatasi persoalan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan, antarkawasan maupun antar-wilayah. Pembangunan infrastuktur berbasis pengembangan wilayah mampu mengurangi tekanan urbanisasi yang secara keseluruhan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar daerah yang ada di Indonesia. BAB 1 - PENDAHULUAN 13

20 Pembangunan infrastruktur PU-KIM juga berwawasan lingkungan yang mempunyai peran untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mempertahankan daya dukung lingkungan melalui adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, konservasi daerah aliran sungai, pembangunan konstruksi ramah lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman serta pembangunan berbasis kemitraaan dan pemberdayaan masyakat untuk meningkatkan kesadaran kelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur pekerjaan umum pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 5 (lima) strategic goals, yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi (pro growth); b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pro poor dan pro job); c) meningkatkan kualitas lingkungan; d) Pro environment/green dan e) pro NKRI. Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur harus benar-benar dirancang dan diimplementasikan secara sistematis dengan matang sesuai kondisi dan potensi ekonomi dan sosial dan tingkat kebutuhan dan perkembangan suatu wilayah. Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman juga harus selaras dan bersinergi atara pemerintah dan daerah serta dengan sektor-sektor lainnya yang pada gilirannya akan menjadi modal penting dalam mewujudkan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Pembangunan tersebut selanjutnya harus berkualitas supaya mampu menciptakan outcome yang berkelanjutan dan membuka peluang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi (economic gains), menghadirkan keuntungan sosial (social benefits), meningkatkan layanan publik (public services), serta meningkatkan partisipasi politik (political participation) di segenap lapisan masyarakat hingga mampu mendukung pengembangan wilayah dalam rangka perwujudan dan pemantapan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 14 BAB 1 - PENDAHULUAN

21 1.4. STANDAR PELAYANAN PU DAN PENATAAN RUANG Untuk memenuhi peran infrastruktur PU-KIM dan tercapainya outcome yang berkelanjutan, infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang terbangun harus memadai sesuai dengan standar yang disyaratkan untuk dapat meningkatkan pelayanan publik. Hal ini telah menjadi prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke-2 ( ), dimana untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang dinyatakan agar kualitas pelayanan publik lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum disemua tingkatan pemerintahan. Selain itu dalam RPJPN dan juga amanat Undang-undang sektor ke-pu-an juga mengamanatkan agar infrastruktur ke-pu-an mencapai tingkatan andal. Makna infrastruktur yang andal merupakan perwujudan dari tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU dan permukiman yang penjabarannya meliputi : BAB 1 - PENDAHULUAN 15

22 a. b. c. d. e. f. g. Kondisi dan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air yang dapat memberikan pelayanan untuk mendukung terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan; Pelayanan jalan yang memenuhi standar pelayanan minimum yang mencakup aspek aksesibilitas, mobilitas, kondisi jalan, keselamatan dan kecepatan tempuh rata-rata; Pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yaitu penyediaan air minum yang memenuhi baku mutu dan kesehatan manusia dan dalam jumlah yang memadai serta jaminan pengaliran 24 jam per-hari; Pelayanan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dan menggunakan metode yang ramah lingkungan serta sesuai standar teknis; Bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan; Penyusunan program dan pelaksanaan pembangunan semua infrastruktur PU dan permukiman yang andal berbasis penataan ruang; Jasa konstruksi nasional yang berdaya saing dan mampu menyelenggarakan konstruksi yang lebih efektif dan efisien. Ketersediaan dan tingkat pelayanan seluruh pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang diberikan kepada masyarakat harus dalam kondisi yang baik dan layak. Kondisi yang baik adalah kondisi dimana semua infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang telah tersedia berfungsi sesuai peruntukan dan standar yang telah ditetapkan. Sedangkan kondisi layak adalah suatu kondisi dimana masyarakat mendapatkan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman sesuai standar pelayanan minimal. Syarat agar kondisi tersebut dapat tercapai salah satunya adalah seluruh masyarakat harus menempati ruang yang tertata secara serasi dan memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang meliputi akses jalan/transportasi darat, akses terhadap sumber air, baik air bersih maupun air baku, serta akses pelayanan kepada prasarana dan sarana perumahan dan permukiman yang layak, termasuk terlindungi dari resiko bencana alam seperti banjir dan kekeringan. 16 BAB 1 - PENDAHULUAN

23 Selanjutnya dalam rangka peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat, pemerintah melaksanakan reformasi birokrasi melalui 9 (sembilan) program yang salah satunya adalah program peningkatan pelayanan publik. Kriteria dan ukuran keberhasilan pelaksanaan program reformasi birokrasi tersebut termuat di dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan Peratuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RB) PU, agenda prioritas pertama adalah peningkatan pelayanan publik dimana target yang ingin dicapai adalah penerapan standar pelayanan publik, penguatan unit organisasi yang menangani pelayanan publik, peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik serta meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Dalam upaya mendukung peningkatan ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU dan permukiman yang semakin mencukupi dan berkualitas di daerah, Kementerian PU telah menerbitkan Kepmen PU Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM tersebut diterbitkan sebagai acuan pemerintah dan pemerintah daerah dalam memenuhi pelayanan bidang PU dan penataan ruang minimal yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah. BAB 1 - PENDAHULUAN 17

24

25 BAB 2 KONDISI, ISI DAN TANTANGAN

26 BAB 2 KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 2.1. EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN Infrastruktur Sumber Daya Air Kondisi infrastruktur Sumber Daya Air (SDA) saat ini menunjukkan tingkat yang beragam, dimana sampai dengan tahun 2011: cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa telah ditingkatkan menjadi Ha dari target lima tahunan ( ) seluas Ha; kapasitas tampung sumber air yang dibangun dan dijaga/dipelihara telah ditingkatkan menjadi 6,49 miliar m 3 dari target lima tahun 25,6 miliar m 3 ; debit air layanan PS air baku untuk air minum ditingkatkan menjadi 41,72 m 3 / detik dari target lima tahun 57,05 m 3 /detik; luas kawasan yang terlindungi banjir meningkat menjadi Ha dari target Ha. Adapun kondisi jaringan irigasi sampai dengan tahun 2010 dapat digambarkan: dari keseluruhan daerah irigasi yang ditangani oleh pemerintah pusat sebesar Ha atau 32% dari total irigasi Ha berdasarkan Permen PU No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, sebesar 54% dalam kondisi baik, 28% dalam kondisi rusak sedang, 13% 20 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

27 mengalami rusak ringan, sedangkan hanya 5% yang mengalami rusak berat. Adapun jaringan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah sebesar Ha, dimana sebesar 19% dari total irigasi merupakan kewenangan provinsi dan 49% merupakan kewenangan kabupaten/kota. Kondisi jaringan irigasi yang ditangani oleh Pemerintah Daerah dapat dilihat pada gambar 2.1 (Sumber: Rapid Assessment Audit Teknis Irigasi, 2010) KEWENANGAN PUSAT : 2,315,000 HA KEWENANGAN PROVINSI : 1,423,222 HA KEWENANGAN KABUPATEN : 3,491,961 HA Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggar a K alimantan Sulawesi Malu ku Papua Sumat era Jawa Bali & Nus a Tenggara Kalimantan Sul awesi Maluku Pap ua Sumatera Jawa B al i & Nus a Tenggara Kaliman tan Sulawesi Maluku Papua Warna Kode Indikator* Rata - Rata IP Target IP setelah Rehabilitasi : Kondisi Baik Level of Service =90% : Kondisi Rusak Ringan Level of Service 80% - 90% : Kondisi Rusak Sedang Level of Service 60% - 79% : Kondisi Rusak Berat Level of Service <60% *Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Lampiran pemeliharan) Gambar 2.1 Kondisi Jaringan Irigasi Berdasarkan Kewenangan BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 21

28 LUAS AREAL IRIGASI (JUTA HA) Gambar 2.2 Gambaran Infrastruktur Irigasi Berdasarkan data hingga pertengahan 2012, dalam rangka pelaksanaan sungai, danau, waduk pengendalian lahar dan pengamanan pantai, jumlah sarana/prasarana yang telah dibangun meliputi 11 waduk, 191 embung/ situ/bangunan penampung lainnya beserta konservasi 23 kawasan sumber air. Dalam rangka pelaksanaan irigasi, rawa, tambak, air baku dan air tanah, luas jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang telah dibangun/ ditingkatkan seluas Ha, luas jaringan reklamasi air rawa dan air tambak seluas Ha. Dalam rangka Operasi dan Pemeliharaan (OP) infrastruktur SDA yang telah dibangun, OP dilaksanakan di 482 waduk/ embung/situ/bangunan penampung lainnya, dan juga sarana/prasarana lainnya seperti sarana/prasarana penyediaan air baku, pengendali lahar/sedimen dan pengaman pantai. Penanganan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

29 Tabel 2.1. Pencapaian Output Utama Ditjen Sumber Daya Air NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Program Pengelolaan Sumber Daya Air Pelaksanaan Sungai, Danau, Waduk, Pengendalian Lahar dan Pengamanan Pantai 1 Waduk yang dibangun (DAS Bengawan Solo) Buah Embung / Situ / bangunan penampung air lainnya yang dibangun Buah Waduk yang direhabilitasi Buah Embung / Situ / Bangunan Penampung Air lainnya yang direhabilitasi Buah Kawasan sumber air yang dilindungi/dikonservasi Kawasan Sarana/prasarana pengendalian banjir yang dibangun Km 1.000,00 524,41 436,06 214,30 34,00 7 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang direhabilitasi Km 750,00 15,28 143,62 212,60 3,00 8 Sarana/prasarana pengendalian lahar/sedimen yang dibangun Buah Sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang direhabilitasi Buah Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun Km 180,00 33,00 51,08 67,20 11 Sarana/prasarana pengaman pantai yang direhabilitasi Km 50,00 3,00 2,45 5,07 Pelaksanaan Irigasi, Rawa, Tambak, Air Baku, dan Air Tanah 1 sarana/prasarana penyediaan air baku yang dibangun /ditingkatkan m3/detik 43,230 6,430 8,806 14,663 2 sarana/prasarana penyediaan air baku yang direhabilitasi m3/detik 12,300 3,760 4,740 5,302 3 Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang dibangun /ditingkatkan Ha Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang di rehabilitasi Ha Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang dibangun/ditingkatkan 2012 Ha Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang direhabilitasi Ha Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Serta Penanggulangan Darurat Akibat Bencana sarana/prasarana penyediaan air baku yang dioperasikan dan 1 dipelihara Jaringan irigasi dan irigasi air tanah yang dioperasikan dan 2 dipelihara Jaringan reklamasi rawa dan tata air tambak yang di operasikan 3 dan dipelihara Waduk/Embung/Situ/bangunan penampung air lainnya yang 4 dioperasikan dan dipelihara Sarana/prasarana pengendalian banjir yang di operasikan dan 5 dipelihara Sarana/prasarana pengendali lahar/sedimen yang dioperasikan 6 dan dipelihara m3/detik 44,750 2,900 13,170 15,974 Ha Ha Buah Km 6.603,00 129,40 648,00 479,00 138,00 Buah Sarana/prasarana pengaman pantai yang dipelihara Km 50,00 10,00 25,00 22,91 1,00 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 23

30 Sejauh ini, penanganan infrastruktur SDA dilaksanakan dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Namun demikian sejumlah isu masih dihadapi dalam meningkatkan kinerja pelayanan irigasi yaitu: belum optimalnya dukungan daerah dalam OP jaringan irigasi, kurangnya kualitas konstruksi bangunan sumber daya air dan adanya tantangan kondisi alam yang harus diantisipasi (seperti debit fluktuatif, dan masalah kualitas dan kuantitas air) Infrastruktur Jalan dan Jembatan (Termasuk Jalan Tol) Hingga 2011, dari panjang jalan nasional yang sampai saat ini telah mencapai km, tercatat kondisi jalan mantap (2011) mencapai 87,72 %, dan tidak mantap 12,28%. Dari kondisi permukaan jalan (2011), jalan yang dalam kondisi baik dan sedang sebesar 56,22% dan 31,5%, sedangkan jalan dengan kondisi rusak ringan dan rusak berat masing-masing 7,44% dan 4,84%. Untuk jalan provinsi, total panjang jalan hingga akhir 2010 adalah km, sedangkan total panjang jalan kabupaten hingga akhir 2010 adalah Km. Infrastruktur jalan tol yang telah beroperasi sampai dengan tahun 2011, baru mencapai 762,11 km. Panjang jalan tol tidak mengalami pertumbuhan signifikan sejak dioperasikannya jalan tol pertama tahun 1978 (Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 km). Sejak tahun 1987, swasta mulai ikut dalam investasi jalan tol dan telah membangun jalan tol sepanjang 203,30 km. Sejumlah kendala investasi jalan tol memang masih terus menghambat yaitu masalah pembebasan tanah, sumber pembiayaan, serta belum intensnya dukungan Pemerintah Daerah dalam pengembangan jaringan jalan tol. 24 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

31 tabel Capaian Kumulatif infrastruktur Jalan nasional ( ) No Indikator Satuan Baik Km dan % , , , , , , ,0 2 Sedang Km dan % , , , , , , ,0 3 Rusak Km dan % , , , , , , ,0 4 Rusak Berat Km dan % , , , , , , ,0 5 Lajur- Kilometer Lajur-Km Volume Pelayanan Kend-Km/ Tahun (Milyar) 63,2 66,9 70,9 75,1 79,6 83,0-7 Panjang Tol Km Jalan Nasional hingga semester I 2011 Jalan Strategis Nasional Rencana hingga akhir 2010 Jalan Tol hingga semester I 2011 Jalan Provinsi hingga akhir 2010 Jalan Kabupaten hingga akhir 2010 : : : : : Km Km 756 Km Km Km Berdasarkan data hingga pertengahan 2012, dalam rangka pelaksanaan preservasi dan peningkatan jalan nasional, panjang jalan baru (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang 584 Km, panjang jembatan (termasuk kawasan strategis, perbatasan dan wilayah terluar dan terdepan) yang telah terbangun sepanjang m dan jalan bebas hambatan yang telah terbangun sepanjang 10,50 Km. Penanganan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel 2.2. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 25

32 Tabel 2.2. Pencapaian Output Utama Ditjen Bina Marga NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL Program Penyelenggaraan Jalan Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 1 Pemeliharaan Rutin Jalan Km , , , ,00-2 Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jalan Km 4.830, , , ,00 183,44 3 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan Km 5.095,00 483, , ,00 708,42 4 Pemeliharaan Rutin, Berkala/Rehabilitasi Jembatan M Penggantian Jembatan M Pembangunan Jalan Baru, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan Km 1.755,00 278,00 337,00 584,00 140,04 7 Pembangunan Jembatan, termasuk Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar & Terdepan M Pelebaran Jalan Km , , , ,00 564,25 9 Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan M Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Km 44,00 4,00 6,00 10,50 3, Pembangunan Infrastruktur Permukiman Infrastruktur sub bidang cipta karya yang mencakup sub bidang air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan menunjukkan pula kondisi yang beragam. Hingga tahun 2011, pelayanan air minum telah mencapai L/det atau 178 kota/ikk dari target ) sebesar L/det atau 857 IKK; peningkatan jumlah pelayanan sanitasi mencapai 243 kab/kota atau 240 kawasan dari target 605 kab/kota atau 554 kawasan; pembinaan 190 PDAM dari target 294 PDAM; rusunawa terbangun sebanyak 105 twinblock dari target 250; kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi 459 kawasan dari target 666 kawasan; dan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan yang ditingkatkan sebanyak desa dari target desa. Pada akhir tahun 2007 total cakupan pelayanan air minum perpipaan di perkotaan baru mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%. Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat dari 8% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa), menjadi 11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Status pencapaian MDGs untuk akses air bersih, air minum perpipaan, sanitasi dan rumah tangga kumuh perkotaan hingga tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel. 26 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

33 Tabel Capaian Terkait ke Cipta Karyaan (MDG s dan IPM) A No Indikator (%) Penduduk Mendapat Akses Air Bersih Pencapaian Target MDGs o Sumber air terlindungi (Perkotaan) 54,10 50,20 49,80 57,40 o Sumber air terlindungi (Pedesaan) 43,90 43,00 45,70 61,60 Rata-rata 48,30 46,50 47,70 60,30 B (%) Penduduk Dilayani Perpipaan o Air minum perpipaan (Perkotaan) 30,80 30,03 47,39 o Air minum perpipaan (Pedesaan) 9,00 14, Rata-rata 25,61 36,36 C (%) Rumah Tangga Bersanitasi o Rumah tangga (Perkotaan) 66,70 69,55 78,30 o Rumah tangga (Pedesaan) 31,40 34,00 55,54 Rata-rata 48,60 51,02 62,37 D (%) Rumah Tangga Kumuh Perkotaan o Rumah tangga kumuh perkotaan 12,12 6,00 E Usia/Angka Harapan Hidup Indonesia o Usia/angka harapan hidup 70,4 70,5 70,6 Pada sub bidang persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih rendah. Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1, Ha, sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open dumping, 15,5% menggunakan metode controlled lanfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary landfill, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa sampai saat ini sampah belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi lainnya. Upaya untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode tahun juga masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan kenaikan timbunan sampah yang meningkat 2 4% per tahun, sedangkan di sisi yang lain BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 27

34 percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih terbatas di 80 kawasan. Secara keseluruhan sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%, masih di bawah target RPJMN (75% pada tahun 2009) dan MDGs (70% pada tahun 2015). Dalam penanganan air limbah secara nasional pada periode tahun , berdasarkan laporan MDGs, pada tahun 2007 akses sanitasi layak nasional mencapai 69,3%. Ini berarti bahwa angka tersebut telah melampaui target Millennium Development Goals (MDGs) sebesar 65,5% pada tahun Saat ini 77,15% penduduk nasional sudah memiliki akses terhadap prasarana dan sarana sanitasi (90,50% di perkotaan dan 67,00% di perdesaan). Prosentase aksesibilitas jumlah keluarga terhadap sarana sanitasi dasar telah meningkat dari 77,5% pada tahun 2004 menjadi 81,8% pada tahun 2007 di kawasan perkotaan. Sementara untuk kawasan perdesaan, jumlah keluarga yang memiliki akses terhadap sarana sanitasi dasar meningkat dari 52,2% pada tahun 2004 menjadi 60% pada tahun Dari kondisi secara keseluruhan saat ini prosentase pelayanan air limbah perkotaan terpusat baru sebesar 1% dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. Untuk penanganan bangunan gedung dan lingkungan, telah diupayakan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan sosialisasi/diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak 5 (lima) kali di setiap provinsi dengan target 468 kabupaten/kota; pelatihan tenaga pendata harga dan keselamatan bangunan sebanyak orang di 468 kabupaten/ kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah daerah di 43 kabupaten/kota pada 8 (delapan) provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah (Perda) terkait bangunan gedung di 468 kabupaten/kota pada 33 provinsi. 28 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

35 Di sisi lain sampai saat ini tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius. Diperkirakan sampai dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Saat ini pembangunan/ pengembangan rumah baru mencapai unit per tahun. Sementera itu, setiap tahun terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru rata-rata sekitar unit rumah. Terdapat backlog pembangunan perumahan yang terus meningkat dari 4,3 juta unit rumah pada tahun 2000 menjadi sebesar 7,4 juta unit rumah pada akhir tahun Pembangunan/pengembangan unit baru diharapkan akan meningkat sebesar 2,5% per tahun hingga tahun Untuk pembangunan unit Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dalam rangka penataan kawasan kumuh di perkotaan mencapai unit (tahun 2009) dari 200 unit di tahun Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Berdasarkan data hingga pertengahan tahun 2012, dalam rangka pelaksanaan pengembangan permukiman telah dibangun 48 twinblock rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya, infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (RISE) di 237 kecamatan dan infrastruktur perdesaan (PPIP) di desa. Dalam rangka pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan, pengelolaan gedung dan rumah negara telah dilaksanakan swadaya masyarakat (P2KP) di kelurahan/desa. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan sanitasi dan persampahan telah dibangun infrastruktur air limbah di 350 kawasan dan TPA sampah di 94 kab/ kota. Dalam rangka pelaksanaan pengembangan SPAM telah dibangun SPAM di 277 kawasan MBR, 187 IKK dan 230 kawasan khusus. Selain itu juga telah dilakukan infrastruktur kawasan permukiman BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 29

36 perkotaan dan perdesaan, penataan bangunan gedung dan fasilitasnya, fasilitasi SPAM dan pembangunan infrastruktur 3R. Adapun capaian output utama dalam periode tahun selengkapnya termuat dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Pencapaian Output Utama Ditjen Cipta Karya NO PROGRAM / KEGIATAN / URAIAN SATUAN RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA SAL ,00 5 4,00 66, Program Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Jalan Infrastruktur Permukiman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman 1 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan Rusunawa beserta Infrastruktur Pendukungnya Twin Block Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Kawasan Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi Dan Sosial (RISE) Kecamatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) 2 Desa Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara 1 Bangunan Gedung dan Fasilitasnya Kota/Kab Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman Kawasan Keswadayaan Masyarakat ( P2KP ) Kelurahan/ Desa Pelaksanaan Pengembangan Sanitasi dan Persampahan 1 Infrastruktur Air Limbah Kawasan Infrastruktur Drainase Perkotaan Kota/Kab Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Kab/Kota Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R Kawasan Pelaksanaan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 1 Penyelenggara SPAM terfasilitasi PDAM SPAM di Kawasan MBR Kawasan SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) IKK SPAM Perdesaan Desa SPAM di Kawasan Khusus Kawasan Keterangan - Tanda "( )" adalah target yang harus diselesaikan pada Tahun Anggaran Untuk Kegiatan PPIP dan P2KP pencapaian jauh diatas target dikarenakan terdapat pengulangan dan penambahan lokasi (diluar Rens 30 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

37 Sementara itu, pada akhir tahun 2014 diperkirakan lebih dari separuh penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic phenomenon of urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu kawasan perkotaan, baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah. Di sisi lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguat membawa dampak pula pada egoisme kedaerahan yang semakin tinggi dan disertai kekuatan-kekuatan pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga membawa dampak pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran permukiman yang semakin sulit diantisipasi. Luas kawasan permukiman kumuh yang mencapai ha pada tahun 2004 menjadi ha pada akhir tahun Di sisi lain, penanganan kawasan tertinggal, pengembangan desa potensial melalui agropolitan, dan perencanaan pengembangan kawasan permukiman baik skala kawasan maupun perkotaan belum mencapai sasaran yang diharapkan. Target pencapaian pembangunan perdesaan potensial melalui agropolitan pada tahun adalah 347 kawasan, namun baru tercapai pada 331 kawasan Penataan Ruang Hingga akhir 2010, kondisi penyelenggaraan penataan ruang dapat diuraikan sebagai berikut: rencana tata ruang dan program jangka menengah pembangunan infrastruktur PU KSN telah menghasilkan 9 Raperpres sesuai target dan pembinaan penyusunan 48 RTRW Provinsi/ kabupaten/kota sesuai target. Selama periode pelaksanaan pembangunan tahun sejumlah hasil penting dalam bidang penataan ruang telah dicapai, antara lain dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Namun dengan berbagai perkembangan yang ada, kondisi pada bidang penataan ruang yang ditemui sampai saat ini masih belum optimal, khususnya dalam pelaksanaan pemanfaatan Rencana Tata Ruang (RTR). Hal ini mengingat masih sering terjadinya pembangunan pada suatu wilayah tanpa mengikuti RTR. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang. Kegiatan pembangunan BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 31

38 saat ini masih lebih fokus pada perencanaan, sehingga terjadi inkonsistensi dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang akibat lemahnya pengendalian dan penegakan hukum di bidang penataan ruang. Berdasarkan Status Penyusunan RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota sampai dengan Bulan Juni 2012, saat ini dari 33 wilayah provinsi, kabupaten dan kota yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang untuk melakukan penyesuaian RTRW-nya, dari total 33 provinsi, 20 provinsi (60%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 13 (40%) sudah ditetapkan menjadi Perda. Di tingkat kabupaten, dari total 491 kabupaten, 288 kabupaten (59%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 150 kabupaten (31%) sudah ditetapkan menjadi Perda. Sedangkan 24 kabupaten (4.9%) dalam pembahasan dengan BKPRN, 2 kabupaten (0.4%) dalam proses rekomendasi gubernur dan 27 (5.5%) dalam proses revisi. Sementara itu di tingkat kota, dari 93 kota di Indonesia sebanyak 39 kota (42%) sudah mendapat persetujuan substansi dari Menteri PU dan 35 kota (37.7%) sudah ditetapkan menjadi Perda. Sedangkan 11 kota (11.9%) dalam pembahasan dengan BKPRN, 2 kota (2.15%) dalam proses rekomendasi gubernur dan 6 kota (6.4%) dalam proses revisi. Berdasarkan amanat PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, terdapat 76 Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi 69 KSN Non Perkotaan dan 7 KSN Perkotaan yang perlu ditangani dan menjadi kewenangan pusat. Berdasarkan statusnya hingga Januari 2012 dari 69 KSN Non Perkotaan, 29 KSN telah disusun materi teknisnya, 16 KSN telah disusun raperpresnya, 17 KSN sedang dalam proses legalisasi dan 1 KSN telah menjadi prepres. Total KSN yang telah ditangani sebanyak 63 KSN Non Perkotaan, sementara 6 KSN yang belum ditangani meliputi Kawasan Industri Lhokseumawe, Mahato, 32 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

39 Bukit Duabelas, Bukit Tigapuluh, Berbak dan Betung Kerihun. Untuk KSN Perkotaan, 3 KSN perkotaan telah menjadi perpres, 4 dalam proses penyusunan materi teknis. Untuk RTR Pulau, 2 dari 7 pulau/ kepulauan telah menjadi perpres yaitu RTR Pulau Sulawesi dan RTR Pulau Kalimantan. Pencapaian kinerja Ditjen Penataan Ruang dalam pelaksanaan program penyelenggaraan penataan ruang tahun 2011 berdasarkan hasil pengukuran kinerja untuk Indikator Kerja Utama (IKU) sangat baik, Untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama ke-1 yaitu Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah, Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional, dengan capaian 107,14%, yaitu 25 Raperpres (3 Raperpres Pulau, 18 Raperpres ksn Non Perkotaan, 4 KSN Perkotaan), 8 RPI2JM (4 Pulau/Kepulauan, 4 KSN Perkotaan), yang bila telah dilegislasi merupakan produk yang akan menjadi landasan hukum bagi operasionalisasi RTRWN, pada tahun ini 5 KSN/Pulau dengan tingkat pencapaian yang cukup produktif sehingga telah diterbitkan Perpres yaitu: Perpres no. 45/2011 tentang RTR KSN Sarbagita Perpres no. 62/2011 tentang RTR KSN Mebidangro Perpres no. 55/2011 tentang RTR KSN Metropolitan Mamminasata Perpres no. 87/2011 tentang RTR kawasan BBK (Batam Bintan Karimun) Perpres no. 88/2011 tentang RTR Pulau Sulawesi BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 33

40 Pada tahun 2011, Direktorat Jenderal Penataan Ruang telah menyelesaikan 8 (delapan) RPI2JM yaitu: Tabel 2. RPI2JM dan KSN Perkotaan yang Telah Diselesaikan Pulau 1. RPI2JM Pulau Sumatera, 2. RPI2JM Pulau Jawa-bali, 3. RPI2JM Pulau Kalimantan dan 4. RPI2JM Pulau Sulawesi 1. RPI2JM Jabodetabekjur, 2. RPI2JM Mamminasata, 3. RPI2JM Sarbagita, dan 4. RPI2JM Mebidangro KSN Perkotaan Dengan telah tersusunnya dokumen RPI2JM tersebut diatas, yang telah dibahas dengan Kementerian/ Lembaga yang menangani infrastruktur di tingkat Pusat dan juga dengan pemerintah Daerah terkait, dan disepakati oleh seluruh stakeholder baik di tingkat Pusat maupun Daerah, diharapkan dapat terlaksana keterpaduan program pengembangan infrastruktur dalam upaya pengembangan pulau dan KSN tersebut. Pencapaian Indikator Kinerja Utama ke-2: Jumlah Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapat pembinaan penyelenggaraan penataan ruang. Terkait dengan tugas pembinaan penyelenggaraan penataan ruang terhadap provinsi/ kabupaten/ kota, memperhatikan amanat Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pada Pasal 78 Ayat 4 butir b). semua peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun atau disesuaiakan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak undang-undang ini diberlakukan; dan c: semua peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaiakan paling lambat dalam waktu 3(tiga) tahun terhitung sejak undang-undang ini diberlakukan, serta capaian persetujuan substansi RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota sampai dengan tahun 2010 yaitu: 17 Provinsi, 39 Kabupaten dan 11 Kota. Upaya tersebut menghasilkan suatu capaian yang signifikan dengan realisasi capaian 101,73% yaitu: 16 Provinsi, 262 Kabupaten, 44 Kota yang telah mendapatkan persetujuan substansi RTRW oleh Menteri Pekerjaan Umum, yang selanjutnya akan dibahas dengan DPRD untuk proses legislasi menjadi Perda. Pada tahun ini juga telah terbit 6 Perda RTRW Provinsi, 54 Perda RTRW Kabupaten, dan 21 Perda RTRW Kota, yang juga capaian kinerjanya signifikan. 34 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

41 No Program/ Sasaran Strategis Uraian Indikator Kinerja Outcome/ IKU Target Realisasi % Capaian Program Penyelenggaraan Penataan Ruang 9 Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis bidang penataan ruang Jumlah rencana tata ruang dan rencana terpadu program pengembangan infrastruktur jangka menengah pulau/ kepulauan dan kawasan strategis nasional. 25 Raperpres (3 RTR Pulau, 18 Raperpres KSN Non Perkotaan, 4 Raperpres Perkotaan, 7 RPI2JM (4 pulau / kepulauan) 3 KSN Perkotaan) 25 Raperpres (3 RTR PUlau, 18 Raperpres KSN Non Perkotaan, 4 Raperpres Perkotaan, 8 RPI2JM (4 pulau/kepulauan) 4 KSN Perkotaan) 107,14 Jumlah provinsi/ kabupaten/ kota yang mendapat pembinaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 15 Provinsi 241 Kabupaten 49 Kota 16 Provinsi 262 Kabupaten 44 Kota 101,73 Berdasarkan data hingga pertengahan tahun 2012, dalam rangka pembinaan manajemen penyelenggaraan penataan ruang telah dilakukan pembinaan PPNS sebanyak 440 Orang. Dalam rangka bina program dan kemitraan telah dilakukan pembinaan kemitraan 7 Kali. Sedangkan dalam rangka pembinaan penataan ruang wilayah nasional antara lain telah diselesaikan penyusunan RTR Pulau/Kepulauan dan KSN Non Perkotaan, Penyusunan 4 RPI2JM KSN Perkotaan, Penyusunan 4 RPI2JM KSN Non Perkotaan dan Pulau/Kepulauan, Penyusunan 2 dokumen dan 3 Raperpres RTR KSN Perkotaan, Bimbingan/Pendampingan Pembinaan Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten di 15 Provinsi dan 200 Kabupaten di wilayah I dan di wilayah II pada 17 Provinsi dan 198 Kabupaten. Selain itu juga Bimbingan/Pendampingan Pembinaan Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten di daerah wilayah I dan II, penyusunan LAKIP dan Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kabupaten (P2KPB) yang selengkapnya termuat dalam Tabel 2.4. Tabel 2.4. Pencapaian Output Utama Ditjen Penataan Ruang PROGRAM/KEGIATAN/URAIAN SAT RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA PROGRAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PEMBINAAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Laporan Keuangan Laporan/Orang Pembinaan PPNS Laporan/Orang 1/100 2/119 3/440 Penyusunan LAKIP Eselon II Laporan/Orang BINA PROGRAM DAN KEMITRAAN BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 35

42 PROGRAM/KEGIATAN/URAIAN SAT RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA Penyusunan LAKIP Eselon I dan II Laporan Pembinaan Kemitraan Laporan Penyusunan Dokumen KPJM Laporan Penyusunan Dokumen Renja K/L Laporan Kerjasama luar negari dan PHLN Laporan Data dan Informasi Laporan PEMBINAAN PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL Penyusunan RTR Pulau/Kepulauan dan KSN Non Perkotaan Raperpres 1 Kajian; 20 Materi Teknis; 6 Draft Raperpres;1 Laporan 1 Kajian; 10 Materi Teknis; 1 Laporan; 21 Draft PP 29 Materi Teknis; 16 Draft Raperpres, 3 Laporan Penyusunan NSPK Wilayah Nasional NSPK Penyusunan RPI2JM KSN Non Perkotaan, Pulau/Kepulauan Laporan Penyusunan LAKIP Eselon II Laporan PENGEMBANGAN PERKOTAAN Penyusunan RTR KSN Perkotaan Dokumen/ Raperpres 3/3 1/4 Penyusunan NSPK Perkotaan NSPK 1 Draft NSPK 1 NSPK, 4 Draft NSPK, 2 Laporan Penyusunan RPI2JM KSN Perkotaan KSN/RPI2JM 4 KSN 4 KSN; 4 RPI2JM Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kota (P2KH,P2KP, dll) Kota 14 Kota 69 kota/ 3 Kab di Kaw. Metro Penyusunan LAKIP Eselon II Laporan PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH I Bimbingan/Pendampingan Pembinaan Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten Laporan; Provinsi; Kabupaten 20 Lap; 3 Prov; 16 Kab. 36 Lap; 15 Prov; 200 Kab. 2/3 4 Draft NSPK; 2 Laporan 4 KSN; 4 RPI2JM Kota SPM:2 Kota; 17 Lap; 15 Prov; 200 Kab. Penyusunan NSPK Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten NSPK NSPK Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kabupaten (P2KPB) Kabupaten/ Kawasan Kab SPM (P2KPB 2 Kawasan) Penyusunan LAKIP Eselon II Laporan BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

43 PROGRAM/KEGIATAN/URAIAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG DAERAH WILAYAH II Bimbingan/Pendampingan Pembinaan Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten SAT Laporan; Provinsi; Kabupaten RENSTRA CAPAIAN CAPAIAN DIPA 17 Lap; 3 Prov; 14 Kab. 30 Lap; 17 Prov; 127 Kab. 19 Lap; 17 Prov; 198 Kab. Penyusunan NSPK Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten NSPK NSPK Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kabupaten (P2KPB) Kabupaten/ Kawasan Kab SPM (P2KPB 6 Kawasan) Penyusunan LAKIP Eselon II Laporan Penyelenggaraan Konstruksi Dan Litbang Hingga tahun 2011, kondisi penyelenggaraan konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut: dari target lima tahun sebanyak 33 provinsi dan 495 kab/kota seluruhnya telah mendapat pembinaan sesuai perundangundangan; SDM jasa konstruksi terlatih mencapai orang dari target lima tahun orang; dan daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global yang meningkat 4 point dari target 10 point. Implementasi kebijakan pembinaan jasa konstruksi selama 8 tahun terakhir, dalam konteks mikro (tata kelola kepemerintahan yang baik), konteks messo (usaha dan pengusahaan konstruksi), serta konteks makro (kerjasama, persaingan global dan liberalisasi jasa konstruksi) belum mencapai sasaran sebagaimana diamanatkan dalam UU 18/1999. Dalam konteks makro, sektor konstruksi nasional berhasil menempati urutan ke empat dari sembilan sektor utama penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pada tahun 2011, PDB yang disumbangkan oleh sektor konstruksi tercatat sebesar Rp. 756,5 triliun, yang merupakan 10,2% dari PDB nasional, dengan laju pertumbuhan sebesar 6,7%. Sementara itu, tenaga kerja yang dapat diserap pada tahun 2011 tercatat berjumlah 6,339 juta orang atau 5,8% dari tenaga kerja nasional (Sumber: BPS 2012) dengan tingkat produktivitas 13 orang per milyar rupiah (atas dasar harga berlaku). Sampai dengan tahun 2009, tercatat sejumlah badan usaha konstruksi. Peningkatan jumlah badan usaha tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya. Hal ini tercermin pada mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal, serta teknologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi tersebut di antaranya disebabkan oleh persyaratan usaha serta persyaratan kualifikasi tenaga kerja terampil dan ahli yang belum diatur sebagaimana mestinya untuk mewujudkan badan usaha konstruksi yang profesional dan dapat diandalkan. Dengan tingkat kualifikasi dan kinerja tersebut, pada umumnya pangsa pasar pekerjaan konstruksi yang berteknologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi nasional. Dari seluruh pangsa pasar jasa konstruksi Indonesia (100%), hanya 40% yang dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi nasional yang jumlahnya 90 %, sedangkan 60% lainnya dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi asing yang jumlahnya hanya 10 %. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 37

44 Kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi masih perlu ditingkatkan, termasuk kepatuhan para pihak, yakni pengguna jasa dan penyedia jasa, dalam pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan, agar dapat mewujudkan bangunan yang berkualitas dan mampu berfungsi sebagaimana yang direncanakan. Bidang jasa konstruksi saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan seputar lemahnya penguasaan teknologi, sulitnya akses ke permodalan, serta masih kerap terjadi kegagalan bangunan, kegagalan konstruksi, dan mutu konstruksi yang belum sesuai standar. Sementara itu, Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi masih dipandang secara sempit sebagai undang-undang bidang pekerjaan umum. Sehingga, pembinaan jasa konstruksi lebih dianggap sebagai bagian dari tanggungjawab Kementerian Pekerjaan Umum dan bukan menjadi tanggungjawab semua instansi terkait. Tabel Capaian Kinerja Badan Pembinaan Konstruksi No Kegiatan Satuan PENCAPAIAN (s/d juni 2012) 1. Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang terbina sesuai dengan peraturan perundang-undangan Provinsi Kabupaten/Kota Kenaikan tingkat daya saing industri konstruksi nasional dalam skala global Poin Infrastructure GCI Jumlah SDM jasa konstruksi yang terlatih Orang 1,894 4,808 3, Meningkatnya efektifitas pelaksanaan perundangundangan bidang jasa konstruksi melalui diseminasi/ sosialisasi,revisi/ penyempurnaan peraturan perundangundangan NSPK Jumlah produk regulasi di bidang usaha jasa konstruksi NSPK Meningkatnya kabupaten/kota yang memiliki Perda IUJK Kabupaten/Kota Persentase tingkat akuntabilitas dan kepercayaan masyarakat atas pengadaan barang/ jasa konstruksi % Jumlah pemerintah daerah provinsi yang mampu menyelenggarakan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi Provinsi BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

45 8Asosiasi jasa konstruksi, hingga saat ini masih disibukkan oleh proses sertifikasi para anggotanya yang sering penuh dengan konflik kepentingan pribadi dan kelompok. Sehingga, asosiasi jasa konstruksi belum dapat berperan sebagai motor penggerak peningkatan kompetensi dan daya saing para anggotanya. Sementara itu, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai representasi dari masyarakat jasa konstruksi dalam pengembangan jasa konstruksi belum dapat melaksanakan seluruh tugas yang diamanahkan dalam Undang- Undang Jasa Konstruksi (UUJK) Nomor 18 Tahun Sebagian besar dari sumber daya yang ada masih terfokus pada penyelenggaraan registerasi badan usaha dan tenaga kerja konstruksi. Pelaksanaan tugas-tugas lain, yaitu penelitian dan pengembangan jasa konstruksi, pendidikan dan pelatihan jasa konstruksi serta arbitrase dan mediasi masih sangat terbatas. Di samping itu, forum jasa konstruksi yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun belum berjalan dengan efektif dan produktif dalam menyiapkan rekomendasi kebijakan pembinaan dan pengembangan jasa konstruksi. Meskipun pelaksanaannya senantiasa diperbaiki dari tahun ke tahun, penyelenggaraan forum jasa konstruksi masih terbatas pada pemenuhan aspek adimistrasi dan prosedural serta masih menjadi ajang pelampiasan perbedaan kepentingan yang mencolok di antara pemangku kepentingan. Di sisi lain, pengembangan sumber daya manusia (SDM) konstruksi melalui pelatihan berbasis kompetensi masih menghadapi berbagai keterbatasan, di antaranya terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana, standar kompetensi kerja, modul pelatihan, standar uji, serta tenaga pelatih yang berkompetensi. Nota kesepahaman antara Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan LPJK tentang penyelenggaraan pelatihan konstruksi serta pencanangan Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK) diharapkan dapat menggalang sumber daya yang tersedia di tiap-tiap instansi terkait guna mengatasi kendala yang dihadapi. Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi berdirinya World Trade Organization (WTO) dan menjadi anggota dari 153 negara anggota yang tercatat di WTO. Indonesia juga telah meratifikasi ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) melalui Keppres Nomor 88 Tahun Seluruh kesepakatan dalam perundingan WTO dan AFAS bersifat mengikat. Oleh karena itu Indonesia harus senantiasa aktif dalam setiap perundingan liberalisasi jasa, termasuk jasa konstruksi yang diselenggarakan oleh WTO maupun ASEAN serta forum perundingan liberalisasi regional lainnya. Liberalisasi jasa konstruksi akan menjadi ancaman sekaligus peluang untuk perluasan pangsa pasar jasa konstruksi di luar negeri. Kualitas pelayanan infrastruktur yang ada saat ini tidak memadai untuk mempertahankan pertumbuhan dan daya saing ekonomi yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena realisasi investasi infrastruktur hanya mencapai kurang dari setengah kebutuhan yang diperlukan. Kapasitas fiscal tidak memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan dana pembangunan infrastruk7410tur, bahkan hanya mampu menyumbangkan 1% dari PDB padahal dana yang diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5% dari PDB. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 39

46 No. Sasaran Strategis Outcome Indikator Kinerja Output Penting Target Outcome Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai a. Prosentase IPTEK yang masuk bursa teknologi Balitbang PU Jumlah naskah ilmiah hasil litbang yang masuk bursa IPTEK % Jumlah model fisik hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah model sistem, hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah R-0, hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah prototipe hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah kriteria desain hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah teknologi hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah model hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah dokumen hasil litbang yang masuk bursa IPTEK - Puslitbang Sumber Daya Air % Jumlah naskah ilmiah hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah rumusan teknologi hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah model fisik hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah model sistem hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah R-0 hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah prototip hasil litbang yang masuk bursa IPTEK - Puslitbang Jalan dan Jembatan % Jumlah Naskah Ilmiah Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Teknologi Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Model Fisik Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah R0 SPM Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Prototipe Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Kriteria Desain Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Model sistem Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK - Puslitbang Permukiman % Jumlah Teknologi Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Model Sistem Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah R0 SPM Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Prototipe Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Model Fisik Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK 40 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

47 No. Sasaran Strategis Outcome Indikator Kinerja Output Penting Target Outcome Jumlah Kriteria Desain Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK Jumlah Naskah Ilmiah Hasil Litbang yang Masuk Bursa IPTEK - Puslitbang Sosekling % Jumlah Naskah Ilmiah hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah model hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah dokumen hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah manual hasil litbang Jumlah pedoman hasil litbang yang masuk bursa IPTEK Jumlah konsep pedoman hasil litbang yang masuk bursa IPTEK b. Prosentase Teknologi tepat guna yang digunakan stakeholder Jumlah Naskah Kebijakan untuk Diterapkan Stakeholder (Melalui Instansi yang Berwenang) % - Puslitbang Sumber Daya Air % Jumlah Naskah Kebijakan bidang Sumber Daya Air untuk Diterapkan Stakeholder (Melalui Instansi yang Berwenang) - Puslitbang Jalan dan Jembatan % Jumlah Naskah Kebijakan bidang Jalan dan Jembatan untuk Diterapkan Stakeholder (Melalui Instansi yang Berwenang) - Puslitbang Permukiman % Jumlah Naskah Kebijakan bidang Permukiman untuk Diterapkan Stakeholder (Melalui Instansi yang Berwenang) - Puslitbang Sosekling % Jumlah Naskah Kebijakan bidang Sosekling untuk Diterapkan Stakeholder (Melalui Instansi yang Berwenang) c. Prosentase Penambahan SPMK yang diberlakukan oleh Menteri PU Jumlah prosiding diseminasi, sosialisasi dan TOT % - Puslitbang Sumber Daya Air % Jumlah prosiding diseminasi, sosialisasi dan TOT bidang Sumber Daya Air - Puslitbang Jalan dan Jembatan % Jumlah prosiding diseminasi, sosialisasi dan TOT bidang Jaan dan Jembatan - Puslitbang Permukiman % Jumlah prosiding diseminasi, sosialisasi dan TOT bidang Permukiman - Puslitbang Sosekling % Jumlah prosiding diseminasi, sosialisasi dan TOT bidang Sosekling BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 41

48 No. Sasaran Strategis Outcome Indikator Kinerja Output Penting Target Outcome d. Prosentase pelayanan teknis yang diterima stakeholder Jumlah Prosiding Advis Teknis yang diberikan kepada Stakeholders % - Puslitbang Sumber Daya Air 7.14 % Jumlah Prosiding Advis Teknis yang diberikan kepada Stakeholders bidang Sumber Daya Air - Puslitbang Jalan dan Jembatan % Jumlah Prosiding Advis Teknis yang diberikan kepada Stakeholders bidang Jalan dan Jembatan - Puslitbang Permukiman % Jumlah Prosiding Advis Teknis yang diberikan kepada Stakeholders bidang Permukiman - Puslitbang Sosekling % Jumlah Prosiding Advis Teknis yang diberikan kepada Stakeholders bidang Sosekling Dukungan Kesekretariatan Kementerian Pekerjaan Umum Capaian tahun 2010 dan 2011 Sekretariat Jenderal dalam rangka mendukung tugas-tugas kementerian yang mencakup 10 Unit Kerja Eselon II terdiri dari 5 Pusat dan 5 Biro, secara umum telah sesuai dengan rencana semula, sebagai gambaran dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 2.5. Tabel 2.6. Pencapaian Output Utama Sekretariat Jenderal No Output Utama Capaian Tahun 2010 Capaian Tahun 2011 Ket BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI 1 Dokumen rumusan kebijakan, perencanaan, dan pengendalian kegiatan bidang PU dan permukiman jangka panjang dan menengah serta koordinasi lintas sektoral bidang PU dan permukiman 2 Perencanaan, Pengendalian dan Pengelolaan Rencana Kerja Program dan Anggaran Tahunan dan Khusus Bidang PU dan Permukiman 6 Dokumen 8 Dokumen 8 Dokumen 12 Dokumen 3 Laporan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran bidang PU dan permukiman 6 Laporan 7 Laporan 4 Dokumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan PHLN dan penugasan pejabat dan staf ke LN, penugasan tenaga ahli dan administrasi kerjasama, Dokumen usulan-usulan kegiatan yang didanai PHLN serta laporan studi identifikasi dan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan PHLN Bidang PU dan Permukiman 6 Dokumen 9 Dokumen 5 Sistem Pelaporan secara Elektronik (E-Monitoring) Satuan Kerja Kementerian PU 28 Laporan 56 Laporan 6 Dukungan terhadap kawasan-kawasan khusus dan pekerjaan strategis bid PU lainnya 7 Dokumen 8 Dokumen 7 Pembangunan dan rehabilitasi gedung 1 Unit 1 Unit 42 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

49 BIRO KEPEGAWAIAN DAN ORTALA 1 Dokumen Struktur Organisasi dan Tata Kerja, Sistem dan Prosedur Ketatalaksanaan Organisasi dan Kepegawaian 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen Informasi Jabatan, Beban Kerja dan Standar Kompetensi Jabatan 2 Dokumen 1 Dokumen 3 Pengadaan dan Peningkatan Kompetensi Pegawai 5 Dokumen 5 Dokumen 4 Dokumen Perencanaan dan Pengembangan, Reformasi Birokrasi, Evaluasi Prestasi Kerja Pegawai 4 Dokumen 5 Dokumen 5 Dokumen Pengelolaan Administrasi Mutasi dan Tata Usaha Kepegawaian serta Pembinaan Jabatan Fungsional 7 Dokumen 7 Dokumen 6 Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran 2 Dokumen 4 Dokumen 7 Dokumen Pengelolaan dan Pengembangan SDM Aparatur dan Organisasi Tatalaksana 25 Dokumen 26 Dokumen BIRO KEUANGAN 1 Pelatihan dan Desiminasi pengelolaan keuangan 22 Angkatan 34 Angkatan 2 Pengelolaan dan Pembinaan Keuangan, Tatalaksana BMN dan Fasilitasi Pembinaan BUMN Perum 10 Laporan 11 Laporan 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Pengelolaan Keuangan 2 Draft Permen 6 Draft Permen 4 Pelatihan Kewirausahaan SDM Pengelola PNBP dan BUMN Perum 4 Angkatan 3 Angkatan 5 Laporan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Kementerian PU dan Peningkatan Pengelolaan Dana Program Kemitraan BUMN Perum 8 Laporan 10 Laporan 6 penentuan nilai satuan biaya jasa pengelolaan SDA untuk BUMN Perum 1 SK tarif 1 SK tarif 7 Sistem Aplikasi Pengelolaan Keuangan di Lingkungan Kementerian PU 4 Sistem Aplikasi 3 Sistem, 40 Unit 8 Pedoman penggabungan SAK dan SIMAK BMN dan Neraca Awal dalam rangka pelaksanaan SAI 1 Pedoman 1 Pedoman 9 Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran 0 Dokumen 3 Dokumen BIRO UMUM DAN PERLENGKAPAN, 1 Peraturan Menteri Bidang Tata Persuratan dan Kearsipan serta Pemanfaatan Aset Bangunan Gedung Kantor di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 2 Pembinaan Pengelolaan Tata Persuratan dan Kearsipan serta Pembinaan, Penyusunan dan Pengelolaan BMN Tingkat Unit Eselon I dan Penghapusan 7 laporan 3 peraturan 1 laporan 4 laporan 3 Penyiapan dan Monitoring Pelaksanaan Rencana Program dan Rencana Kerja 2 laporan 2 laporan 4 Pelaksanaan Pembinaan, Penyusunan dan Pengelolaan BMN Tingkat Unit Eselon I dan Penghapusan 2 laporan 3 laporan 5 Pembinaan dan Evaluasi Pemanfaataan dan Optimalisasi, Tanah dan Bangunan Gedung 4 laporan 2 laporan 6 Peningkatan Pelayanan, Pengamanan dan Kesehatan di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 8 laporan 4 laporan 7 Dokumen Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Kantor dan Standar Kebutuhan Perkantoran 3 dokumen 2 dokumen 8 Pelaksanaan Program Pemerintah Mendukung Peran Aksi dalam rangka kegiatan MDG s dan pengenalan Responsif Gender di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 9 Peningkatan Sarana dan Prasarana Bangunan Gedung dan Peralatan Pendukung Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum 2 laporan 4 laporan 7 unit 40 unit 10 Peningkatan Kualitas/Mutu Bangunan Gedung 7 unit 3 unit 11 Kendaraan Dinas Operasional 42 unit 2 unit BIRO HUKUM 1 Dokumen Peraturan Perundangan di bidang PU dan permukiman 20 dokumen 20 dokumen 2 Pendampingan Penyelesaian Perkara Hukum di Lingkungan Kementerian PU 20 laporan 20 laporan 3 Pendapat Hukum (Opini Hukum) dan Pendampingan hukum 8 laporan 8 laporan 4 Peningkatan SDM bidang bantuan hukum Perdata, Pidana, PTUN, Arbitrase, kontrak kepengacaraan dan legal drafing 5 laporan 8 laporan 5 Peningkatan SDM Bidang SJDIH - 1 laporan 6 Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (SJDIH) di Ling. Kementerian PU 2 laporan 2 laporan 7 Penetapan Rumah Negara 200 dokumen 200 dokumen BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 43

50 PUSAT KAJAIN STRATEGIS 1 Dokumen Perencanaan dan Pengeloaan Anggaran 3 Dokumen 1 Dokumen 2 Dokumen Kebijakan jangka panjang dan menengah,pengembangan wilayah, lintas sektor dan antar lembaga serta invetasi bidang PU dan permukiman 3 Dokumen Kebijakan 23 Dokumen Kebijakan 3 Fasilitasi dan sosialisasi kebijakan, SAKIP dan investasi 2 Laporan 2 Laporan 4 Dokumen Evaluasi, pelaksanaan kebijakan, strategi dan investasi pembangunan bidang PU dan Permukiman 6 Dokumen Evaluasi 4 Dokumen Evaluasi PUSKOM 1 Dokumen informasi publik bagi pimpinan kementerian 250 dokumen 205 dokumen 2 Publikasi melalui berbagai media 30 publikasi 73 publikasi 3 Dokumentasi buku, foto, dan film ke-pu-an dan permukiman 153 dokumen 379 dokumen 4 Laporan Kegiatan Pembinaan SDM dalam Komunikasi dan Publikasi 4 laporan 13 laporan 5 Peliputan dan pemberitaan di media massa berita 321 kali 6 Laporan Kegiatan Penyelenggaraan rapat dan kunjungan kerja 37 kegiatan 43 kegiatan PUSAT PENGOLAHAN DATA 1 Pelayanan sistem teknologi informasi dan komunikasi Kementerian PU 1 layanan 2500 Orang 2 Sistem aplikasi informasi dan database Kementerian PU 1 sistem aplikasi 2 Sistem Aplikasi 3 Peta tematik bidang PU dan permukiman 363 peta tematik 588 Peta Tematik 4 Buku umum informasi statistik ke-pu-an tingkat nasional dan kab/kota 23 buku 1 Pedoman 5 Kegiatan pembinaan teknologi dan komunikasi di Kementerian PU 5 angkatan 1 Angkatan PUSDIKLAT 1 Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan, Kepemimpinan,Teknis dan Fungsional di Bidang PU dan Permukiman 197 angkatan 211 angkatan 2 Dokumen Materi dan Modul Diklat di Bidang PU dan Permukiman 41 dokumen 40 dokumen 3 Penyusunan Kompetensi Aparatur - 9 dokumen 4 Peningkatan Kapasitas Penyelenggaraan Diklat 24 laporan 39 laporan 5 Pembangunan dan Rehabilitasi Gedung m m 2 6 Peralatan dan Perlengkapan Diklat 193 unit 578 unit 7 Pembinaan program, Sistem Informasi Diklat Aparatur 33 laporan 13 laporan 8 Koordinasi program dan kegiatan intra instansi dan antar instansi 6 laporan 8 laporan PUSAT PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA 1. Laporan pendataan dan penilaian aset BMN 1 Laporan 12 Laporan 2. Sertifikat dan dokumen pengamanan kepemilikan dan pemrosesan BMN 20 Lokasi 12 Dokumen 3. Pedoman pengaturan BMN 3 Pedoman 4 Pedoman 4. Laporan Pemanfaatan, pemindahtanganan dan penghapusan BMN 2 Laporan 12 Laporan 5. Laporan Pemantauan dan evaluasi Penatausahaan BMN 6 Laporan - 6. Sosialisasi, pelatihan dan diseminasi BMN 6 Angkatan 12 Angkatan 7. Laporan program pengelolaan BMN 1 Dokumen 12 Dokumen 8. Sistem aplikasi dan Database 3 Unit 12 Unit 9. Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran 3 Dokumen 12 Dokumen 44 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

51 2.2. LINGKUNGAN STRATEGIS Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu daya tarik suatu kawasan/ wilayah, di samping faktor kualitas lingkungan hidup, pencitraan, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha. Dalam hal daya saing global tersebut, berdasarkan laporan dari World Economic Forum hanya menempatkan Indonesia pada peringkat ke-46 dari 142 negara, dimana ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai (9,5%) merupakan penyumbang ketiga sebagai faktor problematik dalam melakukan usaha setelah praktik korupsi (15,4%) dan birokrasi pemerintah yang tidak efisen (14,3%). Dengan demikian, tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dan kinerjanya semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat membaik. Salah satu isu strategis yang dihadapi adalah bagaimana pembangunan infrastruktur dapat membantu mengatasi besarnya kesenjangan antar-kawasan nusantara: antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia, antara Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara kota Jakarta dan kota-kota lainnya yang disebabkan oleh kendala alamiah berupa struktur wilayah geografis, disparitas dan distribusi penduduk di Jawa dan luar Jawa. Fenomena yang terkait adalah urbanisasi yang cukup tinggi dengan laju 4,4% per tahun akibat tingginya mobilitas penduduk. Secara teoritik, kota merupakan mesin pertumbuhan ekonomi (the engine of economic growth), sehingga proses pengembangan wilayah terjadi karena adanya perkembangan kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, yang lalu diikuti dengan penyebaran pertumbuhan ekonomi di kawasan sekitarnya. Diperkirakan dalam 20 hingga 25 tahun ke depan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan mencapai 65% (Pustra, 2007), dan pada akhir tahun 2014 jumlah penduduk perkotaan diperkirakan mencapai 53 54%. Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi ini belum disertai oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk oleh urbanisasi tersebut maupun backlog yang telah ada sebelumnya. Demikian juga ketersediaan infrastruktur belum merata ke semua golongan masyarakat, terutama masyarakat miskin. Tantangan lainnya adalah berkaitan dengan penyelenggaraan otonomi daerah, dimana sejak bergulirnya era reformasi 1 (satu) dekade yang silam, maka telah terjadi pemekaran wilayah dengan adanya 7 (tujuh) provinsi baru, 164 kabupaten baru, dan 34 kota baru. Dengan demikian hingga saat ini di seluruh wilayah Nusantara terdapat 33 provinsi, 398 kabupaten dan 93 kota. Masih adanya tingkat kemiskinan yang tinggi (30 juta jiwa atau 12,5% dari total jumlah penduduk pada tahun 2011) dan rendahnya ketersediaan lapangan kerja (7,7 juta jiwa pengangguran terbuka) menjadi bagian yang juga harus diperhatikan dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Menghadapi tantangan di atas, maka diperlukan pendekatan pembangunan yang bersifat kewilayahan dan direncanakan dengan matang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan ekonomi dan sosial serta ketersedian infrastruktur suatu wilayah agar infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dapat mendukung pengembangan ekonomi dan wilayah secara efisien dan efektif. Tantangan penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman ke depan juga erat terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang menjadi bagian dari 3 (tiga) pilar pembangunan (ekonomi, sosial, dan lingkungan) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 45

52 generasi masa depan. Tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia ialah: bagaimana pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi dilakukan tanpa mengakibatkan degradasi lingkungan (menjaga kawasan dan lingkungan hunian agar tetap aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan). Isu ini di Indonesia semakin penting sejalan dengan meningkatnya kesadaran ekologi yang dipicu oleh keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan yang semakin parah dan serius dan sudah pasti apabila tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak yang buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekarang dan di masa mendatang. Sejalan dengan adanya fenomena perubahan iklim (climate change), pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman juga dihadapkan dengan tantangan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (antara lain CO 2 dan CH 4 ), meningkatkan penyerapan karbon oleh hutan tropis, dan meningkatnya harga pangan dunia. Dalam mengantisipasi dampak akibat perubahan iklim, dilakukan upaya adaptasi dan mitigasi sektor ke-pu-an terutama terkait dengan dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk menyokong produksi pangan nasional dan respon terhadap pengelolaan infrastruktur dalam mengantisipasi bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti penurunan ketersediaan air, banjir, kekeringan, tanah longsor, dan intrusi air laut. Pada masa mendatang, kekeringan akan semakin mengancam ketahanan pangan nasional. Fenomena kekeringan pada daerah-daerah produksi pangan sudah mulai dialami oleh beberapa wilayah Indonesia. Kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam maupun bencana yang dipicu oleh kegiatan manusia (antropogenik) tidak dapat disangkal lagi. Bagi Indonesia, bencana merupakan bagian dari sejarah dan tetap menjadi isu aktual, termasuk dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Selama satu abad 46 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

53 terakhir ( ), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED (Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan bahwa telah terjadi 343 bencana alam besar dalam wilayah Indonesia. Pelayanan infrastruktur dasar di Indonesia saat ini kondisinya relatif tertinggal dibandingkan beberapa negara Asia lainnya. Pembangunan dan pengelolaan infrastruktur ke-pu-an dan permukiman selama 10 tahun terakhir belum dilakukan secara baik, sebagaimana ditunjukkan oleh pendanaan infrastruktur yang masih under-investment (< 2% PDB). Anggaran pemeliharaan terbatas, demand lebih besar dari supply terutama untuk daerahdaerah cepat tumbuh, dan Standar Pelayanan Minimum (SPM) belum sepenuhnya terpenuhi. Sementara di sisi lain kesepakatan MDGs untuk memenuhi sasaran mutu pelayanan infrastruktur terutama penyediaan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah sudah tidak bisa ditunda lagi. Selain itu, tidak dapat diabaikan pula berbagai kesepakatan pembangunan infratruktur bersama, seperti pada kesepakatan kerjasama ekonomi regional: APEC, AFTA, BIMP-EAGA, IMT-GT, SIJORI, Program ASEAN Highway, dan Asia Railway yang akan menuntut upaya sungguh-sungguh dari segenap pelaku pembangunan infrastruktur ke-pu-an. Karena itu upaya untuk memobilisasi berbagai sumber pembiayaan perlu terus dilakukan dan ditingkatkan dengan mengembangkan skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah-swasta (KPS), bank, dan dari lembaga keuangan non bank khusus infrastruktur, serta dana preservasi jalan. Dari sisi penyelenggaraan, banyaknya daerah pemekaran baru serta delivery system yang diterapkan, termasuk adanya tugas pembantuan dan dekonsentrasi menuntut adanya pemantapan tugas umum pemerintahan berupa pengaturan, pembinanan, pengawasan, dan fasilitasi bantuan teknis dalam dalam penguatan kapasitas kelembagaan ke-pu-an di daerah. Pelaksanaan pembangunan juga masih diwarnai praktik-praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) walaupun BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 47

54 melalui kebijakan selama ini telah pula dilakukan pembenahan cukup signifikan untuk menghapus praktikpraktik tersebut. Isu lainnya yang juga memerlukan perhatian serius untuk lima tahun yang akan datang adalah pentingnya seluruh jajaran ke-pu-an untuk terus meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang didukung secara optimal oleh jajaran birokrasi melalui reformasi birokrasi yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas birokrasi serta mewujudkan disiplin dan etos kerja yang prima. Lima tahun ke depan, dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman, Kementerian PU juga harus meningkatkan kesetaraan dan keadilan jender, dimana setara dapat dilihat dari akses, kontrol/kewenangan, dan kesempatan berpartisipasi sementara keadilan dilihat dari aspek manfaatnya. Upaya ini perlu didukung dengan komitmen tinggi dari seluruh jajaran pegawai PU. Disamping itu, khususnya infrastruktur PU dan permukiman yang pemanfaatannya akan dirasakan secara langsung oleh masyarakat harus dapat dirasakan secara aman dan nyaman bagi semua golongan masyarakat, termasuk golongan masyarakat dengan kebutuhan khusus (special needs) seperti lansia, anak-anak, dan difable. Dengan demikian, tantangan pembangunan infrastruktur ke depan adalah bagaimana untuk terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang berkualitas dengan kinerja yang semakin dapat diandalkan agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat terus meningkat. Demikian pula dengan infrastruktur yang berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah diharapkan dapat terus mendorong percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial dan kenyamanan lingkungan. 48 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

55 Selanjutnya tantangan dan isu strategis masing-masing infrastruktur PU dan permukiman diuraikan di bawah ini Sub Bidang Sumber Daya Air (SDA) Tantangan pembangunan sub bidang SDA Keberlanjutan daya dukung SDA, baik untuk air permukaan maupun air tanah sebagai dampak dari laju deforestasi dan eksplorasi air tanah yang berlebihan yang telah menyebabkan land subsidence dan intrusi air asin/laut. Optimalisasi penyediaan air baku untuk mendukung penyediaan air minum dan memenuhi target MDGs, mengingat penetapan separuh dari jumlah penduduk Indonesia harus dapat dengan mudah mengakses air untuk kebutuhan air minum pada tahun Pengelolaan SDA memperhatikan keseimbangan jumlah pasokan air dengan jumlah kebutuhan air di berbagai sektor kehidupan, agar air yang berlimpah di musim hujan selama 5 bulan dapat digunakan untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau yang berlangsung selama 7 bulan. Penyelenggaraan irigasi mengendalikan alih fungsi lahan pertanian yang rata-rata terjadi ± Ha per tahun. Pengelolaan SDA memperhatikan resiko yang diakibatkan oleh daya rusak air seperti banjir, kekeringan, serta abrasi pantai. Penyelenggaraan infrastruktur SDA mengupayakan mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 49

56 Æ Isu strategis sub bidang SDA Kinerja pelayanan jaringan irigasi yang belum optimal, dimana dari 7,2 juta ha luas daerah irigasi yang telah dibangun diperkirakan masih sekitar 1,34 juta ha daerah irigasi yang belum dapat berfungsi secara optimal karena adanya kerusakan jaringan irigasi yang antara lain diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam, kurangnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan masih rendahnya keterlibatan petani dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Kinerja pelayanan jaringan reklamasi rawa belum optimal dimana dari 33,4 juta ha lahan rawa yang merupakan lahan rawa pasang surut dan rawa lebak termasuk lahan rawa bergambut, sampai saat ini hanya sekitar 1,8 juta ha jaringan reklamasi rawa yang telah dikembangkan Pemerintah. Perubahan garis pantai akan menimbulkan masalah dalam kaitannya dengan perlindungan sarana dan prasarana sepanjang pantai dan batas wilayah Negara. Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang mengalami kerusakan karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, tsunami, dan gempa bumi Menyelenggarakan pembinaan yang lebih intensif kepada pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan irigasi. Mempertahankan kemampuan penyediaan air dari sumber-sumber air dari dampak berkurangnya 50 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

57 areal terbuka hijau dan menurunnya kapasitas wadah-wadah air baik alamiah maupun buatan dengan cepat. Melakukan penataan organisasi pengelola SDA seperti Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)/Balai Wilayah Sungai (BWS) maupun Unit Pelaksana Teknis Daerah/Balai Prasarana SDA. Meningkatkan koordinasi dan ketatalaksanaan penanganan SDA untuk mengurangi konflik antarpengguna sumber daya air. Meningkatkan kinerja pengelolaan Sistem Informasi SDA (SISDA) pada BBWS/BWS dan Dinas SDA dan melengkapi data dan informasi tentang SDA untuk dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan serta memperluas akses publik terhadap data dan informasi SDA. Tahun 2013 dan 2014 difokuskan pada penyelesaian backlog. Perlu ada kesamaan persepsi dalam penetapan OUTPUT dan OUTCOME Mempertimbangkan isu perubahan iklim Pengembangan Mikrohidro (memanfaatkan terjunan yang memungkinkan di jaringan irigasi yang ada) bersinergi dengan Pembangunan Prasarana SDA (memanfaatkan waduk baru, atau infrastruktur BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 51

58 SDA lainnya) Penyelesaian pembangunan 19 Waduk Pengelolaan Irigasi : Peningkatan IP dari 1.4 menjadi 2.2 dengan target jaringan irigasi dengan IP < 2.0 dan sumber air cukup/terjamin (8 bulan terpenuhi k> 0.6) dengan kegiatan O&P (dengan monitoring unsur unsur operasi) dan rehabilitasi sesuai urutan prioritas (areal, ketersediaan air) Pengembangan irigasi dengan target luas Areal > 3000 ha dan sumber air cukup/terjamin dengan kegiatan peningkatan (khususnya bersumber air dari waduk baru) Sub Bidang Bina Marga (Jalan) Æ Tantangan pembangunan sub bidang jalan Pemenuhan kebutuhan prasarana jalan yang berbasiskan pada tata ruang dan sistem transportasi nasional harus memenuhi standar keselamatan jalan dan berwawasan lingkungan dalam menunjang sektor riil, pusat kegiatan ekonomi kreatif, domestic connectivity, dan sistem logistik nasional dalam rangka pencapaian MDGs. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan prasarana jalan yang tersedia. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan serta operasi dan pemeliharaan prasarana jalan untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap prasarana jalan yang ada. Menjaga integrasi nasional melalui sistem jaringan jalan nasional, keseimbangan pembangunan antarwilayah terutama percepatan pembangunan Kawasan Timur Indonesia (KTI), daerah tertinggal, daerah perbatasan, serta mengurangi kesenjangan dalam pulau maupun antara kota dan desa. 52 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

59 Mempertahankan peran dan fungsi prasarana jaringan jalan sebagai pengungkit dan pengunci dalam pengembangan wilayah di antara berbagai gangguan bencana alam, maupun kesalahan penggunaan dan pemanfaatan jalan, disamping juga memenuhi kebutuhan aksesibilitas kawasan produksi dan industri serta outlet. Mengantisipasi pertumbuhan prosentase kendaraan dibandingkan jalan yang telah mencapai 11: 0,4 (pendekatan demand approach) yang terus akan mengalami peningkatan seiring perkembangan dan kompetisi global, terutama pada lintas utama dan wilayah perkotaan khususnya 8 (delapan) kota metropolitan. Meningkatkan keterpaduan sistem jaringan transportasi dan penyelenggaraan secara umum jalan daerah di tengah-tengah desentralisasi dan otonomi daerah dan situasi kelembagaan penyelenggaraan jalan yang masih memerlukan perkuatan terutama dalam menyiapkan produk-produk pengaturan, fasilitasi jalan daerah, dan meningkatkan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan jalan. Mengupayakan pengarusutamaan jender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. Mengantisipasi kompetisi global baik dari segi SDM maupun kesempatan expansi dengan meningkatkan daya kompetisi yang terukur dalam GCI Mengupayakan pembentukan unit pengelola dana preservasi jalan sekaligus memperkenalkan insentif pemeliharaan jalan bagi Pemda. Meningkatkan alternative pembiayaan dan pola investasi jalan. Perlunya peningkatan persepsi publik terhadap penyelenggaraan jalan dan kualitas sarana dan prasarana jalan. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 53

60 Æ Isu strategis sub bidang jalan Jaringan jalan di lintas utama 4 (empat) pulau besar, yaitu Lintas Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, Lintas Selatan Kalimantan, dan Lintas Barat Sulawesi masih belum memadai dalam mendukung pertumbuhan ekonomi regional dan nasional, dan 11 (sebelas) ruas strategis di Papua masih sangat kurang dalam mendukung pengembangan potensi wilayah. Jaringan jalan tol Trans Jawa (koridor Jakarta Surabaya) yang masih belum tersambung dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Masih banyaknya titik kemacetan lalulintas pada jaringan jalan di perkotaan terutama di 9 (sembilan) kota metropolitan (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makassar, dan Banjarmasin) dan kota-kota nonmetropolitan. Demikian pula jalan akses yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan nasional, seperti kawasan industri, pelabuhan laut (outlet) dan pelabuhan udara yang masih mengalami kemacetan. Sebagian ruas-ruas baru yang dibangun belum dapat berfungsi karena hambatan penyediaan tanah dan kekurangan alokasi dana. Pembebanan berlebih (overloading) masih terjadi terutama pada lintas Pantura Jawa dan lintas Timur Sumatera. Meningkatkan aksesibilitas bagi daerah terisolasi dan terpencil, serta jaringan jalan di kawasan perbatasan dan di pulau-pulau terdepan/terluar terutama pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia 54 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

61 (NKRI) karena belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas dan aksesibilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi wilayah, meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga pertahanan nasional. Meningkatkan/mempertahankan tingkat kenyamanan prasarana jalan di tengah-tengah keterbatasan alokasi pendanaan untuk penanganan jaringan jalan. Meningkatkan koordinasi kelembagaan penyelenggaraan jalan antara penyelenggaraan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota serta penyelenggaraan regulasi, kelembagaan, pembagian kewenangan, dan perijinan pemanfaatan ruang jalan (ruang manfaat, ruang milik, ruang pengawasan jalan, dan kawasan di sepanjang koridor jaringan jalan). Menyelaraskan pembangunan prasarana jalan dengan dengan amanat RTRWN, yang meliputi pemantapan jaringan jalan arteri dan kolektor primer. Daya saing infrastruktur jalan masih rendah dimana berdasarkan GCI ( Global Competitiveness Index) ranking Indonesia berada pada posisi 83 dari 133 negara (2011) Dukungan infrastruktur pada sektor logistik di tahun 2011 masih rendah dimana berdasarkan LPI (Logistic Performance Index) nilai Infrastruktur Indonesia masih berada pada poin ±2,5 dari total nilai 5 (baik sekali). Percepatan dan perkuatan Domestic Connectivity (mengintegrasikan antar moda transportasi melalui peningkatan akses jalan ke pelabuhan antar pulau) Dukungan terhadap: Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada 6 Koridor Ekonomi Perpres No. 32 tahun 2011, diantaranya penanganan jalan lintas, akses jalan kawasan industri dan pelabuhan, HGH Sumatera, Jalan Tol Trans Sumatera & Jawa, Jalan Tol, MIFEE 13 lokasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Keppres No. 150 tahun 2000 melalui dukungan jalan nasional di sekitar lokasi KAPET 2 lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) UU No. 39 tahun 2009 melalui dukungan jalan nasional di sekitar KEK Tanjung Lesung dan KEK Sei Mangke 13 lokasi Pengembangan Ekonomi Kreatif Inpres No. 6 tahun 2009 melalui dukungan jalan nasional di sekitar lokasi pengembangan ekonomi kreatif - Merauke Integrated Food & Economy Estate (MIFEE) Inpres No. 5 tahun 2008 melalui dukungan jalan di kawasan MIFEE - Pengembangan Metropolitan Priority Area melalui pembangunan FO/UP di Jabotabek dan pembangunan Jalan Akses Cikarang Penanganan Jalan di Kawasan Perbatasan Kalimantan, NTT dan Papua BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 55

62 Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat khususnya Pegunungan Tengah Perpres No. 65 tahun 2011 diantaranya melalui pembangunan jalan Wamena Habema Kenyam Bts. Batu, Nabire-Wagete-Enarotali, dsb Penyelenggaraan Dana Preservasi Jalan melalui pembentukan Kelembagaan & Struktur Pendanaan Pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) melalui pengurangan jumlah blackspot Kondisi Jalan Daerah yang semakin memburuk dapat menjadi beban jalan nasional makan diperlukan terobosan penanganan jalan daerah misalnya melalui konsep hibah Sub Bidang ke-cipta Karya-an (Infrastruktur Permukiman) Æ Tantangan pembangunan sub bidang ke-cipta Karya-an Perlunya penetapkan target-target kinerja yang lebih jelas untuk meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan dikota metropolitan/besar. Meningkatkan keterpaduan penanganan drainase dari lingkungan terkecil hingga wilayah yang lebih luas dalam satu wilayah administrasi maupun antar kabupaten/ kota dan provinsi. Makin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan menuntut pelayanan sanitasi yang sesuai dengan kriteria kesehatan dan standar teknis. Memperluas akses pelayanan sanitasi dan peningkatan kualitas fasilitas sanitasi masyarakat yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan daya saing sebuah kota dan sebagai bagian dari jasa layanan publik dan kesehatan. Mendorong dan meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dalam pendanaan pembangunan prasarana air minum. 56 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

63 Mengembangkan kemampuan masyarakat dalam penyediaan air minum baik dalam pengolahan maupun pembiayaan penyediaan air minum. Memenuhi backlog perumahan sebesar 6 juta unit sebagai akibat dari terjadinya penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru, rata-rata sekitar unit rumah setiap tahunnya. Meningkatkan keandalan bangunan baik terhadap gempa maupun kebakaran melalui pemenuhan persyaratan teknis dan persyaratan administrasi/perizinan. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dalam membangun bangunan gedung memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat meminimalkan terjadinya banjir, longsor, kekumuhan, dan rawan kriminalitas. Mendorong penerapan konsep gedung ramah lingkungan ( green building) untuk mengendalikan penggunaan energi sekaligus mengurangi emisi gas dan efek rumah kaca dalam kerangka mitigasi dan adaptasi terhadap isu pemanasan global. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pemanfaatan ruang bagi permukiman. Menyelaraskan pertumbuhan pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. Melanjutkan program pengembangan kawasan agropolitan. Peningkatan kesadaraan masyarakat terhadap isu gender dalam pelaksanaan kegiatan sub-bidang jalan, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. ÆIsu strategis sub bidang ke-cipta Karya-an Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah Arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam. Penduduk perkotaan mencapai 50% dari total penduduk nasional. Diperkirakan pada tahun 2025 nanti 68,3% penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan. Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi. Angka kemiskinan penduduk perkotaan mengalami kenaikan relatif tinggi akibat krisis finansial lokal dan global. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar Hektar. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 57

64 Kota sebagai engine of growth Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9% dari total jumlah daerah otonom, mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sementara kota-kota besar saja, yang hanya berjumlah 14 kota, atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah otonom, mampu menyumbang 30% dari total PDB nasional. Desentralisasi Persebaran kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa. Di satu sisi, desentralisasi berhasil membawa pemerintah daerah dalam nuansa kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masing-masing daerah. Di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak terencana justru akan membahayakan daya dukung kota, terutama di kota-kota besar dan metropolitan. Kerusakan lingkungan hidup Meningkat dan tidak terkendalinya penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan perkotaan. Daya saing kota dan demokratisasi Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing dengan kota-kota di dalam negeri semata. Bentuk persaingan pun bergeser dari comparative advantages menuju ke era competitive advantages. Perubahan Iklim dan bencana alam Meningkatnya temperatur rata-rata bumi dan meningkatnya permukaan air laut menimbulkan bahaya banjir. Posisi Indonesia yang berada di kawasan ring of fire memerlukan perencanaan permukiman yang terarah dan berkelanjutan. Modal sosial Penduduk dan kekayaan bangsa merupakan potensi modal sosial. Jika aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang dilakukan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan. 58 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

65 Sub Bidang Jasa Konstruksi Æ Tantangan pembangunan sub bidang jasa konstruksi Perlu terus meningkatkan pembinaan jasa konstruksi baik dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, maupun pengawasan sesuai lingkup pembinaan yang telah diuraikan di muka, sejalan dengan meningkatnya perhatian dan harapan berbagai pihak terhadap jasa konstruksi. Perlunya persepsi menyeluruh pembinaan jasa konstruksi sebagai bagian dari tugas Kementerian PU yang menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai tugas dan kewenangannya. Koordinasi pembinaan jasa konstruksi daerah dan pengalokasian APBD untuk pembinaan jasa konstruksi berdasarkan Surat Edaran Mendagri No. 601/2006 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi di Daerah Pembinaan jasa konstruksi melalui peningkatan efektivitas unit struktural pembina jasa konstruksi daerah yang telah terbentuk. Perlunya peningkatan peran asosiasi konstruktusi dalam mengakomodir kepentingan umum dan peningkatan efektivitas forum jasa konstruksi dalam menumbuhkembangkan usaha jasa konstruksi nasional serta memberi masukan bagi Pemerintah dalam menyelenggarakan pembinaan jasa konstruksi. Memperkuat pasar konstruksi dan meningkatkan profesionalisme industri konstruksi. Termasuk perlunya memperkuat para pelaku usaha konstruksi kecil dan menengah antara lain yang disebabkan oleh lemahnya penguasaan teknologi dan akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 59

66 Peningkatan pengawasan bangunan dan mutu konstruksi serta konsistensi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (SMK3 Konstruksi) serta Sistem Manajemen Mutu Konstruksi (SMM Konstruksi) sehingga penerapannya sesuai dengan standar. Peningkatan efektivitas kebijakan percepatan investasi swasta beserta dukungan Pemerintah. Perlunya peningkatan daya saing kontraktor dan penyedia jasa kontraktor Indonesia, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, mengingat 40% nya pasar jasa konstruksi dikuasai pangsa pasar jasa konstruksi nasional (APBN dan APBD), sedangkan 60% nya dikuasai kontraktor asing terutama di sektor migas. Melengkapi data base peralatan dan material konstruksi di tiap-tiap provinsi. Upaya penyelesaian permasalahan SDM jasa konstruksi, seperti biaya sertifikasi yang obyektif dan terjangkau melalui pelaksanaan assessment sertifikasi yang sesuai ketentuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Kebutuhan dana investasi infrastruktur yang harus dipenuhi dari investasi swasta (financing gap sebesar Rp 978 Triliun). Pemanfaatan berbagai potensi sumber pendanaan investasi infrastruktur secara maksimal. 60 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

67 Æ Isu strategis sub bidang jasa konstruksi Meningkatkan kompetensi SDM konstruksi Indonesia dalam skala nasional maupun skala internasional. Kementerian Pekerjaan Umum perlu melakukan pelatihan berbasis kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi internasional bagi lulusan perguruan tinggi yang akan bekerja di sektor konstruksi sehingga lulusannya memiliki kompetensi berstandar internasional. Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi menuju tenaga ahli dan tenaga terampil bidang konstruksi yang berdaya saing tinggi sesuai SKKNI. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pelatihan mengacu pada kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi (kondisi prasarana dan sarana pelatihan saat ini sangat jauh tertinggal dibandingkan beberapa negara tetangga). Meningkatkan kualitas lembaga pelatihan dan lembaga uji/sertifikasi dalam proses pelatihan dan sertifikasi, dengan pengembangan sarana dan prasarana pelatihan dan pendampingan instruktur dan asesor yang berkualitas. Penerapan konsep sustainable/green construction yang merupakan proses konstruksi yang menggunakan metode/ konsep serta bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan di bidang pembangunan konstruksi dalam rangka merespon pemanasan global. Akses permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi yang perlu diperkuat dan upaya pembentukan lembaga pertanggungan untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan, dan akses dalam memperoleh jaminan pertanggungan risiko. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 61

68 Upaya meminimalkan praktik-praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) dalam industri konstruksi nasional dan perilaku bisnis jasa konstruksi melalui penyelanggaraan konstruksi berdasarkan kompetensi dan profesionalisme, sehingga kualitas konstruksi sesuai dengan yang diharapkan. Meminimalkan ketidakseimbangan antara supply dan demand dalam pasar jasa konstruksi, melalui pembinaan perusahaan jasa konstruksi melalui penerapan kualifikasi/klasifikasi persyaratan kemampuan dalam pendirian badan usaha jasa konstruksi. Otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi menjadi pendorong perdagangan jasa konstruksi nasional dengan diterapkannya kebijakan penanaman modal langsung ke daerah. Pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan subbidang jasa konstruksi, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya. Perlunya berbagai inovasi pola pembiayaan investasi infrastruktur, khususnya infrastruktur pekerjaan umum. Perlunya mempertajam kebijakan dukungan Pemerintah dalam kerangka Public Private Partnership (PPP) agar kebijakan yang ada dapat berjalan efektif. Perlunya mendorong dan memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber pendanaan investasi infrastruktur yang tersedia. 62 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

69 Sub Bidang Penataan Ruang Æ Tantangan pembangunan bidang penataan ruang Menyelesaikan dan melengkapi peraturan operasionalisasi Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri berupa norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang untuk mendukung implementasi penataan ruang di lapangan. Melakukan percepatan penyelesaian Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau / Kepulauan, Kawasan Strategis Nasional, serta Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Recana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Melakukan pembinaan penataan ruang, khususnya dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan serta peningkatan kemampuan aparat perencana maupun pelaksana pengendalian pemanfaatan ruang, baik di tingkat pusat maupun di daerah, untuk menjamin pelaksanaaan RTR yang semakin berkualitas serta dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang terutama melalui dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang di daerah untuk mengurangi terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor, antar wilayah dan antar pemangku kepentingan. Meningkatkan efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang melalui penetapan peraturan zonasi, perijinan dan pemberian insentif serta pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Melakukan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang baik di tingkat pusat dan daerah dalam rangka menjamin kesesuaian antara rencana tata ruang dan implementasinya. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 63

70 Æ Isu strategis bidang penataan ruang Tingginya alih fungsi lahan, terutama dari kawasan hutan dan pertanian menjadi daerah terbangun, baik berupa kawasan industri maupun permukiman. Meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana banjir, tsunami, gempa bumi, longsor, dan kekeringan, yang diperburuk dengan adanya dampak perubahan iklim berupa kenaikan muka air laut dan siklus hidrologi yang ekstrim. Perlunya mendorong terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan akibat pertumbuhan penduduk dan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat. Masih tingginya ketimpangan antar wilayah di bagian barat dan timur Indonesia serta masihn banyaknya jumlah kawasan tertinggal di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi akibat belum meratanya infrastruktur. Makin meningkatnya urbanisasi dan jumlah penduduk perkotaan yang belum diimbangi dengan kualitas penyediaan infrastruktur permukiman dan infrastruktur perkotaan yang memadai, yang ditandai dengan masih banyaknya kawasan kumuh perkotaan, kemacetan lalulintas dan tingginya PKL dan sektor informal. Meningkatnya jumlah Daerah Aliran Sungai yang kritis yang ditandai dengan berkurangnya luas kawasan hutan dan menurunnya proporsi ruang terbuka hijau di perkotaan. Perlunya upaya peningkatan efektifitas implementasi rencana tata ruang dalam proses pembangunan 64 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

71 bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Æ Tantangan aspek litbang Menyediakan IPTEK siap pakai untuk: (i) meningkatkan akses masyarakat terhadap upaya upaya pengendalian pemanfaatan ruang termasuk mitigasi dan adaptasi terhadap bencana; (ii) meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendayagunaan air irigasi; (iii) mengurangi kelangkaan air baku; (iv) memperbaiki kualitas air baku (aplikasi UU SDA); (v) menurunkan Biaya Operasi Kendaraan (Aplikasi UU Jalan); (vii) meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; (viii) meningkatkan cakupan pelayanan prasarana dasar (aplikasi UU SDA, UU Sampah); dan (ix) pemanfaatan bahan lokal dan potensi wilayah. Mempercepat proses standardisasi untuk menambah jumlah SNI maupun pedoman di bidang bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil yang dapat mengantisipasi semakin meningkatnya proteksi produk dan standar oleh negara lain. Memperluas simpul-simpul pemasyarakatan IPTEK PU, Standar bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil termasuk memperluas kontribusi perguruan tinggi, asosiasi, dan media informasi dalam proses pelaksanaannya. Memanfaatkan peluang riset insentif (kegiatan riset yang didanai oleh Depdiknas bukan oleh Kementerian PU) untuk meningkatkan pengalaman dan keahlian para calon peneliti dan perekayasa sehingga dapat mengurangi kesenjangan keahlian akibat kebijakan zero growth. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga litbang internasional dalam rangka meningkatkan kompetensi lembaga maupun SDM litbang dalam mengantisipasi dampak pemanasan dan perubahan iklim global, khususnya terhadap penyediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur bidang PU dan permukiman. Memenuhi tuntutan Reformasi Birokrasi penyelenggaraan Litbangrap IPTEK yang meliputi: (i) perbaikan struktur organisasi agar tepat fungsi dan tepat ukuran; (ii) perbaikan proses kerja untuk meningkatkan kinerja Litbangrap IPTEK; (iii) memperbaiki sistem manajemen SDM untuk meningkatkan kompetensi peneliti dan perekayasa bidang PU dan permukiman; (iv) keseimbangan antara beban, tanggungjawab, dan insentif masih perlu diperbaiki; dan (v) pelaksanaan pengarusutamaan jender. Æ isu strategis pada aspek penelitian dan pengembangan Inovasi iptek untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global khususnya aspek- aspek: (i) penggunaan atau pemanfaatan air baku untuk irigasi, air minum dan industri; (ii) penghematan dan konsevasi air; (iii) penanggulangan daya rusak air; dan (iv) pengendalian banjir di musim hujan dan frekuensi kebakaran di musim kemarau. Mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global, termasuk pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan) maupun sumber tetap (tempat pembuangan sampah, bangunan BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 65

72 gedung, pabrik-pabrik), dan perlunya penyiapan peta kontribusi infrastruktur terhadap pemanasan global. Optimalisasi pemanfaatan pilihan pilihan IPTEK infrastruktur PU dan permukiman siap pakai oleh para stakeholders di pusat dan daerah, terutama untuk pemenuhan cakupan pelayanan dasar, dan percepatan penanganan kawasan tertinggal, dan penataan kawasan. Pemanfaatan potensi Perguruan tinggi dan asosiasi profesi/tenaga ahli untuk mempercepat penyusunan, pemasyarakatan dan penerapan serta pengawasan pemanfaatan standar bahan konstruksi bangunan dan rekayasa sipil. Masuknya teknologi luar melalui: (i) investasi modal asing; (ii) mekanisme pinjaman lunak yang dikemas seolah-olah merupakan bantuan; (iii) persyaratan perjanjian pinjaman; (iv) standardisasi; dan (v) lembaga litbang negara lain dalam mendukung proyek-proyek internasional di Indonesia. Meningkatnya proteksi teknologi luar negeri dan perluasan pemasarannya di dalam negeri yang dilakukan melalui mekanisme standardisasi produk dan diberlakukan di tingkat regional. Meningkatnya pembajakan teknologi yang sedang dalam proses penelitian maupun yang telah selesai diteliti sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Pengawasan Æ Isu strategis pada aspek pengawasan Mengurangi kebocoran, meningkatkan kualitas infrastruktur dan mengayomi pelaksana yang telah bekerja dengan baik dan benar. Peningkatan kualitas hasil pembangunan sarana dan prasarana bidang pekerjaan umum dan permukiman agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pembangunan sarana dan prasarana infrasruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman pada masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Peningkatan sistem Pengendalian Internal di masing-masing unit kerja Sekretariat Jenderal Æ Tantangan pembangunan aspek Sekretariat Jenderal Masih perlu ditingkatkannya kesadaran akan pentingnya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 66 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

73 Belum padunya persepsi pegawai di lingkungan kementerian dalam penerapan good governance. Perlunya peningkatan keterpaduan, sinkronisasi dan koordinasi sistem perencanaan dan pemrograman. Perlunya peningkatan pembinaan ke daerah untuk meningkatkan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi. Perlunya peningkatan pemahaman mengenai penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Perlunya perhatian terhadap penyusunan peraturan perundang-undangan bidang PU dan penanganan perkara pidana, perdata, dan tata usaha negara melalui penetapan produk hukum yang mengatur perlindungan hukum terhadap aparatur negara dalam pelaksanaan tugas. Perlunya peningkatan pengelolaan barang milik/kekayaan negara disesuaikan dengan Sistem Akuntabilitas Instansi (SAI) agar penilaian Badan Pemeriksa Kuangan (BPK) tidak berupa disclaimer of opinion (pernyataan menolak memberikan opini) akibat inventarisasi aset/barang milik negara belum memenuhi standar akuntansi yang berlaku. Perlunya peningkatan peranan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian PU sebagai policy instrument ministry dalam pengembangan dan pelaksanaan diklat-diklat pegawai Kementerian PU secara khusus dan secara umum di bidang pekerjaan umum dan permukiman lainnya. (Renstra Setjen) BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 67

74 Æ Isu strategis pada Sekretariat Jenderal Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai, sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/pengguna. Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kegiatan. Diperlukan peningkatan tertib administrasi sesuai dengan perkembangan pembangunan dan daya kritis masyarakat yang terus berkembang belum sepenuhnya efektif, sehingga diperlukan langkahlangkah reformasi birokrasi yang strategis dan terintegrasi Kapasitas institusi Kementerian PU memiliki keterbatasan, seperti ukuran organisasi yang dirasakan masih terlalu gemuk dan struktur yang belum sepenuhnya efektif,sehingga diperlukan langkahlangkah reformasi birokrasi yang strategis dan terintegrasi Dibutuhkan langkah-langkah reformasi birokrasi yang strategis, konkret dan terintegrasi Diperlukan koordinasi internal yang kuat: antarfungsi manajemen, antarsub-bidang SDA, Bina Marga, Cipta Karya, Penataan Ruang, serta memenuhi prinsip-prinsip good governance Pengelolaan: Masih sangat birokratik belum inovatif (ala korporasi), masih bersifat manajemen proyek belum manajemen aset, masih terkesan hanya mengelola supply belum mengelola demand Data aset infrastruktur nasional (pusat dan daerah) tidak lengkap. Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan administrasi. Diperlukan penyusunan produk-produk kajian untuk pimpinan Kementerian yang sifatnya early warning/pemecahan masalah yang mendesak dan produk-produk yang sifatnya permintaan pimpinan Kementerian Kelembagaan dan SDM Æ Tantangan pembangunan aspek kelembagaan dan SDM Peningkatan kebutuhan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman di berbagai wilayah dan kualitas pelayanannya kepada masyarakat. Reformasi birokrasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) strategic goals Kementerian PU, yaitu: kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kontribusi bagi peningkatan kualitas lingkungan. 68 BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN

75 Peningkatan koordinasi penyelenggaraan infrastuktur pekerjaan umum antartingkatan pemerintahan dan antarpelaku pembangunan. Penyelenggaraan good governance yang efektif untuk mengimbangi tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pembangunan. Pengembangan kapasitas SDM Kementerian PU untuk mendukung perubahan peran Kementerian PU ke depan yang diharapkan berubah dari yang semula lebih dominan sebagai operator-regulator menjadi dominan regulator-fasilitator. Æ Isu strategis aspek kelembagaan dan SDM Peningkatan fleksibilitas penyelenggaraan ke-pu-an dengan kapasitas inovasi dan kreativitas yang masih terbatas. Perlunya perhatian pada aspek pemanfaatan dan pengembangan asset dalam kegiatan pengelolaan infrastruktur, selain pada aspek pembangunan. Koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah ke depan akan semakin penting dalam menentukan keberlangsungan pengelolaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah. Peningkatan efektivitas dan kapasitasi institusi Kementerian PU, termasuk struktur dan ukuran organisasi. Kualitas dan produktivitas SDM aparatur saat ini tidak cukup memadai untuk menjalankan tugas dan fungsi Kementerian PU, sedangkan kuantitas SDM aparatur telah melampaui kebutuhan nyata, di mana saat ini jumlah pegawai telah mencapai pegawai, sementara pada tahun 2005 berjumlah pegawai. BAB 2 - KONDISI, ISU DAN TANTANGAN 69

76

77 BAB 3 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

78 BAB 3 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 3.1. VISI Pembangunan infrastrukur pekerjaan umum dan permukiman diselenggarakan dalam rangka mencapai visi jangka panjang: Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera Visi tersebut merupakan sebuah gambaran yang akan diwujudkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2025, dimana infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang terbangun telah memenuhi kualifikasi teknis sesuai perkembangan dan kemajuan teknologi serta beroperasi secara optimal seiring dengan tuntutan kualitas kehidupan masyarakat. Visi tersebut sesuai dengan arahan RPJPN untuk mewujudkan infrastruktur yang andal pada tahun Tingkat ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU-KIM yang andal akan tercapai secara bertahap sesuai dengan tahapan rencana pembangunan jangka menengah nasional. Tersedianya infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang andal merupakan perwujudan dari tingkat dan kondisi ketersediaan serta kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang semakin luas, merata dan berkeadilan untuk mendukung terciptanya kehidupan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan yang mencerminkan keadaan masyarakat yang semakin sejahtera MISI Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian PU sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan sejalan dengan tugas dan fungsi Kementerian PU, maka untuk mencapai Visi Kementerian PU Tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025, ditetapkan Misi Kementerian PU tahun , yaitu: 72 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

79 Mewujudkan penataan ruang sebagai acuan matra spasial dari pembangunan nasional dan daerah serta keterpaduan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis penataan ruang dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Menyelenggarakan pengelolaan SDA secara efektif dan optimal untuk meningkatkan kelestarian fungsi dan keberlanjutan pemanfaatan SDA serta mengurangi resiko daya rusak air. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penyediaan jaringan jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman yang layak huni dan produktif melalui pembinaan dan fasilitasi pengembangan infrastruktur permukiman yang terpadu, andal dan berkelanjutan. Menyelenggarakan industri konstruksi yang kompetitif dengan menjamin adanya keterpaduan pengelolaan sektor konstruksi, proses penyelenggaraan konstruksi yang baik dan menjadikan pelaku sektor konstruksi tumbuh dan berkembang. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur PU dan permukiman. Menyelenggarakan dukungan manajemen fungsional dan sumber daya yang akuntabel dan kompeten, terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Meminimalkan penyimpangan dan praktik-praktik KKN di lingkungan Kementerian PU dengan meningkatkan kualitas pemeriksaan dan pengawasan profesional Misi Kelembagaan Kementerian PU Misi kelembagaan Kementerian PU adalah Membangun dan mengembangkan organisasi yang produktif dan responsif serta sumber daya manusia yang profesional dan akuntabel yang dapat memberikan pelayanan publik yang bebas KKN. Misi kelembagaan ini kemudian menjadi landasan pelaksanaan tujuan Reformasi Birokrasi Kementerian PU yang ditetapkan berdasarkan tujuan dan sasaran Reformasi Birokrasi Nasional Misi yang diwujudkan dalam tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi PU adalah penguatan birokrasi yang profesional dan berintegritas hingga tahun 2014 melalui penguatan tiga (3) hal sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; 2. Mengembangkan standar pelayanan dan menguatkan unit pelayanan publik untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik; BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 73

80 3. Mewujudkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur yang berbasis kompetensi, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam mencapai tujuan reformasi birokrasi tahun , ditetapkan 3 (tiga) agenda prioritas reformasi Birokrasi Kementerian PU yang diwujudkan dalam rencana program dan kegiatan reformasi birorkrasi secara sistemik untuk jangka menengah tahun Pertimbangan utama agenda prioritas yang harus dilaksanakan Kementerian PU adalah: a. b. c. Prioritas pertama adalah peningkatan pelayanan publik karena peran dan fungsi inti birokrasi Kementerian PU dalam menyelenggarakan pemerintah adalah memberikan pelayanan publik. Agenda prioritas ini ditujukan untuk meningkatkan keandalan infrastruktur PU-KIM melalui penetapan dan penerapan standar pelayanan serta perkuatan unit pelayanan publik di Kementerian PU. Pelaksanaan proritas ini memerlukan perbaikan tata kelola yang menyeluruh. Prioritas kedua adalah peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Pelaksanaan prioritas ini adalah meliputi antara lain pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan individu serta penataan dan pengembangan SDM yang sistemik melalui penerapan sistem penilaian kinerja pegawai dan membangun database pegawai sebagai dasar pengembangan karir dan tunjangan kinerja. Peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi perlu didukung oleh perbaikan tata kelola serta Pembangunan Grand Design dan Road Map SDM PU ke depan. Prioritas ketiga adalah birokrasi pemerintah yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Prioritas ketiga ini dapat diwujudkan dengan prasyarat kedua prioritas diatas dapat terlaksana. Prioritas ketiga dilaksanakan melalui peningkatkan peringkat laporan keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), penguatan pengawasan internal, peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan mengefektifkan hasil keikutsertaan pada program Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). 74 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

81 Nilai-nilai Kementerian PU Penyelenggaraan infrastruktur PU-KIM dilandasi 7 (tujuh) nilai dan motto Kementerian PU yaitu: 1. Rasional Kementerian PU dalam melaksanakan pembangunan bidang PU selalu mengedepankan nilai-nilai yang menekankan pentingnya tujuan, rencana dan analisis yang jelas, tidak mengutamakan pertimbangan politis dan intuitif. 2. Kerjasama Tim Kementerian PU sebagai organisasi pemerintah yang memiliki jumlah sumber daya manusia yang cukup banyak merupakan potensi bagi terbentuknya sebuah tim yang sangat besar. Oleh karenanya di dalam mengemban tugas-tugas penyelenggaraan bidang PU harus mengedepankan prinsip kerjasama yang utuh dan kompak dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi serta sinergitas. Dalam organisasi Kementerian PU setiap pegawai memiliki arti penting yang sama, tidak ada satu pun orang yang lebih penting dari yang lainnya. 3. Inovasi Dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan bidang PU Kementerian PU selalu mengutamakan nilainilai yang mendorong keinginan untuk unggul sehingga memunculkan kreativitas yang inovatif. 4. efisiensi dan efektivitas Menjamin terselenggaranya pelayanan bidang PU kepada masyarakat yang mengedepankan keseimbangan pembangunan antar wilayah dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab. 5. Responsif Memiliki kepekaan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali, mengenali harapan dan kebutuhan masyarakat, tanggap terhadap perubahan dan memiliki wawasan ke depan. Selalu memenuhi janji secara tepat waktu, bertindak cepat dan tepat sasaran serta menunjukkan rasa hormat kepada semua dan memeliharan komitmen yang sudah disepakati. 6. Kemitraan Kesediaan bekerjasama berdasarkan persahabatan, kooperatif, kesejajaran dan kesetaraan dalam melaksanakan pengelolaan dan pembangunan infrastruktur PU. Kemitraan dilakukan baik dengan sektor publik maupun swasta yang diselenggarakan secara sistematis dan berkesinambungan. 7. Rasa Aman dan Nyaman Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif dan etos kerja yang mendukung pegawai untuk bekerja sebaik-baiknya dan menciptakan kinerja organisasi yang optimal. 8. bekerja Keras, bergerak Cepat, bertindak tepat Dalam setiap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara tidak mengenal kata lelah, bekerja dengan keras, bergerak dengan cepat namun disertai dengan perhitungan yang matang dan terukur sehingga tepat sasaran. BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 75

82 3.3. TUJUAN Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi Kementerian PU, maka Tujuan yang akan dicapai oleh Kementerian PU dalam periode lima tahun ke depan adalah: Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi SASARAN Sasaran Kementerian Sasaran Kementerian PU dalam periode tahun secara keseluruhan akan meliputi sasaran-sasaran sebagai berikut: Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam setiap penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR) serta penerbitan Peraturan Presiden tentang RTR Pulau/Kepulauan dan peraturan pendukungnya berupa Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria NSPK bidang penataan ruang sesuai amanat RTRWN. Meningkatnya ketersediaan air baku yang memadai (kuantitas, kualitas, dan kontinuitas) guna pemenuhan berbagai kebutuhan baik untuk pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum guna mendukung target MDGs 2015, maupun kebutuhan pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan serta kebutuhan sektor-sektor untuk meningkatkan produktivitas sektor produksi melalui pembangun/ peningkatan/rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bendungan, waduk/embung/bangunan penampung air lainnya serta prasarana penyediaan air baku, jaringan irigasi dan jaringan rawa. 76 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

83 Meningkatnya kualitas pengendalian banjir secara terpadu dari hulu ke hilir dalam satu wilayah dan perlindungan kawasan di sepanjang garis pantai dari bahaya abrasi. Meningkatnya efisiensi sistem jaringan jalan di dalam sistem transportasi yang mendukung perekonomian nasional dan sosial masyarakat serta pengembangan wilayah melalui preservasi dan peningkatan kapasitas jalan lintas wilayah serta pembangunan Jalan Tol Trans Jawa. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman melalui pengembangan sistem jaringan penyediaan air minum untuk mendukung peningkatan tingkat pelayanan penduduk perkotaan dan penduduk perdesaan, serta meningkatnya pelayanan sanitasi sistem terpusat dan sistem berbasis masyarakat bagi penduduk perkotaan, meningkatnya sistem pengelolaan drainase untuk mendukung pengurangan luas genangan di perkotaan serta meningkatnya sistem pengelolaan persampahan untuk mendukung peningkatan tingkat pelayanan penduduk, dan meningkatnya kualitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, serta penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di perkotaan. Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dan stakeholders jasa konstruksi serta masyarakat untuk mendukung tercapainya penguasaan pangsa pasar domestik oleh pelaku konstruksi nasional serta pengurangan jumlah dan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan akibat kegagalan konstruksi/bangunan melalui peningkatan sistem pembinaan teknis dan usaha jasa konstruksi. BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 77

84 Sasaran Strategis Adapun sasaran strategis berdasarkan 5 (lima) tujuan Kementerian PU yang akan dicapai meliputi: TUJUAN 1 Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Sasaran Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis bidang penataan ruang, dengan outcome-nya: Tercapainya kesesuaian program pusat dan daerah dengan rencana tata ruang dalam rangka pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah, dan terselesaikannya norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan. 78 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

85 TUJUAN 2 Meningkatkan keandalan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan daya saing melalui pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi. Sasaran Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan, dengan outcomenya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air. Berkurangnya luas kawasan yang terkena dampak banjir, dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air. Meningkatnya layanan jaringan irigasi dan rawa, dengan outcome-nya: Meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya air. Meningkatnya kapasitas jalan nasional sepanjang km, dengan outcome-nya: meningkatnya panjang peningkatan struktur/pelebaran jalan dan meningkatnya panjang jalan baru yang dibangun. Meningkatnya kualitas layanan jalan nasional dan pengelolaan jalan daerah, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya fasilitasi penyelenggaraan jalan daerah untuk menuju 60 % kondisi mantap. -ÆMeningkatnya kondisi mantap jaringan jalan nasional. -ÆMeningkatnya penggunaan jalan nasional. TUJUAN 3 Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sasaran Meningkatnya kualitas kawasan permukiman dan penataan ruang, dengan outcome-nya: -ÆTerlaksananya pembangunan rusunawa. -ÆBerkurangnya kawasan kumuh perkotaan. -ÆMeningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman. -ÆTerwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan. Meningkatnya kualitas layanan air minum dan sanitasi permukiman perkotaan, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman. -ÆMeningkatnya jumlah pelayanan sanitasi. -ÆTerlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM. BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 79

86 -ÆMeningkatnya cakupan pelayanan air minum. -ÆBerkurangnya potensi timbunan sampah. Meningkatnya kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan dengan pola pemberdayaan masyarakat, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/ nelayan. -ÆMenurunnya kesenjangan antar wilayah. Meningkatnya kualitas pengaturan, pembinaan dan pengawasan pada pembangunan infrastruktur permukiman, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman. -ÆTersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak. TUJUAN 4 Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum. Sasaran Terwujudnya peningkatan kepatuhan dan akuntabilitas kinerja penyelenggaraan infrastruktur yang bebas Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), dengan outcome-nya: Meningkatkan kualitas pengawasan dan pembinaan serta pemeriksaan terhadap pelaksanaan tugas di lingkup Kementerian PU. TUJUAN 5 Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi. Sasaran Meningkatnya koordinasi, administrasi dan kualitas perencanaan, pengaturan, pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN), dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur, dengan outcome-nya: Terwujudnya pelayanan administrasi pemerintah yang baik di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Meningkatnya kualitas prasarana, pengelolaan data, informasi dan komunikasi publik, dengan outcomenya: Terwujudnya dukungan sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang memadai di lingkungan 80 BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

87 Kementerian Pekerjaan Umum. Meningkatnya kapasitas dan kinerja pembina jasa konstruksi di pusat dan daerah, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya kualitas kelembagaan, SDM dan kebijakan pembina jasa konstruksi pusat dan daerah. -ÆMemberikan arah pertumbuhan dan perkembangan konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi. -ÆMeningkatnya kompetensi SDM konstruksi sesuai standar kompetensi kerja nasional dan internasional. Meningkatnya IPTEK dan NSPM (K) siap pakai, dengan outcome-nya: -ÆMeningkatnya Litbang yang masuk bursa pilihan teknologi siap pakai. -ÆMeningkatnya kesiapan IPTEK untuk diterapkan stake holder. -ÆDiberlakukannya SPMK dan teknologi oleh stakeholder. -ÆDiterimanya rekomendasi IPTEK oleh stake holder. -ÆPeningkatan layanan penyelenggaraan Litbang. Untuk mencapai tujuan dan sasaran bidang PU tersebut perlu ditetapkan strategi yang dijabarkan dalam kebijakan, program dan kegiatan sebagaimana diuraikan pada bab IV dan bab V berikut. BAB 3 - VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 81

88

89 BAB 4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

90 BAB 4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 4.1. ARAHAN JANGKA PANJANG DAN TAHAPAN KEDUA RPJPN Sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) , Visi pembangunan nasional tahun adalah: INDONESIA yang MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh 8 (delapan) Misi yang dijabarkan ke dalam sasaran pokok berdasarkan tujuan pembangunan jangka panjang tahun yaitu mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Tugas Kementerian PU yang secara eksplisit dinyatakan di dalam sasaran-sasaran pokok dan arahan pembangunan nasional sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU secara lengkap dapat dilihat pada Tabel BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

91 Tabel 4.1. Prioritas dan Tahapan Dalam RPJPN Terkait PU RPJMN 1 ( ) RPJMN 2 ( ) RPJMN 3 ( ) RPJMN 4 ( ) Arah Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, dan sejahtera Pemantapan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan peningkatan kualitas SDM termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian; kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel; kesejahteraan meningkat; daya saing perekonomian meningkat, pembangunan yang berkelanjutan Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan SDA & SDM berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat; pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap; pengembangan infrastruktur perdesaan untuk mendukung pembangunan pertanian; pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing; memantapkan pembangunan berkelanjutan Indikasi Menurunnya angka pengangguran & kemiskinan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas; berkurangnya kesenjangan antarwilayah; termasuk meningkatnya pengelolaan pulau-pulau kecil terdepan; meningkatnya kualitas SDM; membaiknya pengelolaan SDA dan mutu lingkungan hidup. Terpenuhinya SPM, menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran; menurunnya kesenjangan antardaerah; meningkatnya daya saing perekonomian, berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi SDA dan lingkungan hidup yang disertai dengan partisipasi aktif masyarakat, mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana. Terjaganya daya dukung lingkungan; membaiknya pengelolaan SDA yang diimbangi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup; makin mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Indonesia; terpadunya industri manufaktur dan pertanian; terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi dan pengembangan sumber daya air, terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat Daya saing perekonomian yang kompetitif; kesejahteraan setara dengan negara berpendapatan menengah; tingkat pengangguran terbuka & penduduk miskin makin rendah; terselenggaranya jaringan transportasi yang andal menjangkau seluruh NKRI, elektrifikasi perdesaan, terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat, terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 85

92 RPJMN 1 ( ) RPJMN 2 ( ) RPJMN 3 ( ) RPJMN 4 ( ) Pencapaian Sasaran Bidang PU melalui : Pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim kondusif, termasuk membaiknya infrastruktur Percepatan pembangunan infrastruktur didorong melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan, terutama untuk sektor transportasi, energi dan kelistrikan, pos dan telematika Revitalisasi kelembagaan pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki lokasi strategis, antara lain Kawasan Ekonomi Khusus & Kawasan Andalan Peningkatan mitigasi bencana alam sesuai dengan kondisi geologi Indonesia Percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa Penguatan industri manufaktur sejalan dengan pembangunan pertanian Percepatan pembangunan infrastruktur dengan meningkatkan kerjasama pemerintah dan dunia usaha Peningkatan jaringan infrastruktur transportasi, pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman, meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang Ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerjasama pemerintah dan dunia usaha ketersedian infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang dengan berkembangnya jaringan transportasi Percepatan berkembangnya keterpaduan antara industri, pertanian, kelautan, SDA, dan sektor jasa Berkembangnya keterpaduan antara industri, pertanian, kelautan, SDA, dan sektor jasa Sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel; pemeliharaan SDA Sebagai pelaksanaan tahap kedua pembangunan, RPJMN ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJMN tahap ke-2 ( ) untuk bidang pekerjaan umum dan penataan ruang adalah: Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintahan. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah, dan dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha yang antara lain didukung oleh pengembangan konektivitas berupa jaringan infrastruktur transportasi, pengembangan sumber daya air 86 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

93 dan pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman dan dukungan pada sektor industri dan pertanian. 4. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; dan yang didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang ARAH KEBIJAKAN NASIONAL Kerangka visi Indonesia tahun 2014 dalam RPJM Nasional tahun adalah: TERWUJUDNyA INDONESIA yang SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Kerangka visi Indonesia tahun 2014 ditekankan pada: 1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia. 3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia Misi Pemerintah Tahun Misi pembangunan tahun merupakan rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia tahun 2014 dan tidak dapat terlepas dari kondisi serta tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu tahun yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode tahun diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai dan meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha perwujudan visi Indonesia tahun 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun sebagai berikut Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera Memperkuat pilar-pilar demokrasi Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 87

94 Kebijakan Pengarusutamaan Kebijakan pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan nasional meliputi 3 (tiga) hal yaitu: pembangunan berkelanjutan, tata kelola pemerintahan dan gender. Pertama, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Kedua, tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan manajemen pemerintahan yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, seperti keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi. Ketiga, pembangunan nasional selayaknya memberikan akses yang memadai serta adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi, memanfaatkan hasil pembangunan, serta turut mempunyai andil dalam proses pengendalian/kontrol pembangunan. A. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Untuk mencapai keberlanjutan yang menyeluruh, diperlukan keterpaduan antara 3 (tiga) pilar pembangunan, yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang kemudian tercermin dalam indikator kinerja, yaitu: (1) ekonomi: indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, dan dampak ekonomi; (2) sosial: tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginal/minoritas (kaum miskin dan perempuan), dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan (3) lingkungan hidup: dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem (keanekaragaman hayati). Sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan adalah: (1) teradopsinya secara integral pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di berbagai sektor dan daerah; (2) terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup dalam 5 tahun ke depan; dan (3) disepakati, disusun, dan digunakannya indeks kualitas lingkungan hidup sebagai salah satu alat untuk mengukur pembangunan yang berkelanjutan. B. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tatanan pengelolaan manajemen yang ditandai dengan penerapan prinsip-prinsip tertentu, antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi. Penerapan tatakelola pemerintahan yang baik secara konsisten dan berkelanjutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi tercapainya sasaran pembangunan nasional. Penerapan tata kelola pemerintah yang baik harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan dan dilakukan pada seluruh aspek manajemen penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pengendaliannya. Penerapan tatakelola pemerintahan yang baik akan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan 88 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

95 bebas KKN, pelayanan publik yang berkualitas, dan kapasitas dan akuntabilitas kinerja bikrokrasi yang tinggi. Ketiganya merupakan prasyarat keberhasilan pembangunan. Pemerintahan yang bersih akan meningkatkan pengelolaan sumber daya pembangunan yang akuntabel, meningkatkan kualitas pelayanan publik, dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Pelayanan publik juga merupakan hal yang penting karena kewajiban utama pemerintah di setiap negara adalah memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakatnya agar dapat hidup lebih aman, nyaman dan sejahtera. Berbagai bentuk pelayanan publik diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi hajat hidupnya sehari-hari, untuk meningkatkan kesejahteraannya, dan untuk mengekspresikan dirinya secara maksimal. Pelayanan publik yang baik juga memfasilitasi dunia usaha nasional dan pemangku kepentingan lainnya, sehingga dapat ikut memacu peningkatan kapasitas perekonomian nasional. C. Pengarusutamaan Gender Pengarusutamaan gender diarahkan untuk: (a) meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi termasuk akses terhadap penguasaan sumber daya, dan politik; (b) meningkatnya persentase cakupan perempuan korban kekerasan yang mendapat penanganan pengaduan; dan (c) meningkatnya efektivitas kelembagaan PUG dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender di tingkat nasional dan daerah. Dalam dukungannya terhadap pengarusutamaan gender, Kementerian PU telah membentuk tim PUG-PU yang bertujuan untuk: 1) Meningkatkan kapasitas pelaksanaan pengarusutamaan gender di Kementerian PU; 2) Mewujudkan komitmen bersama dalam melaksanakan/menyusun kebijakan, strategi, perencanaan, program dan anggaran, serta pembangunan bidang ke-pu-an yang responsif gender; 3) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan PUG-PU. Sasarannya adalah: meningkatnya pemahaman tentang PUG di lingkungan Kementerian PU dan meningkatnya kegiatan bidang ke-pu-an yang responsif gender Arah Kebijakan Umum dan Prioritas Pembangunan Nasional Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional tahun yang dijabarkan dalam 5 (lima) agenda utama pembangunan nasional serta berlandaskan arah kebijakan umum pembangunan nasional, RPJMN menetapkan 11 (sebelas) prioritas nasional, yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Adapun prioritas yang terkait erat dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman adalah sebagai berikut. 1. Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Peningkatan kualitas pelayanan publik ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. Adapun arah Kebijakan BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 89

96 Prioritas: a) Penataan kelembagaan birokrasi pemerintah melalui konsolidasi struktural berdasarkan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah, peningkatan kualitas reformasi birokrasi, perbaikan tata laksana (business process), pengembangan manajemen SDM aparatur berbasis merit, dan pencapaian kinerja secara optimal; b) Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan; c) Penetapan dan penerapan sistem indikator kinerja utama pelayanan publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Prioritas Bidang Kesehatan Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan diantaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7 tahun pada tahun 2009 menjadi 72,0 tahun pada Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang kesehatan adalah Program kesehatan masyarakat berupa penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum tahun Prioritas Penanggulangan Kemiskinan Sasaran tingkat kemiskinan pada RPJMN tahun adalah sebesar 8 10% di akhir tahun Pada tahun 2012, tingkat kemiskinan diharapkan dapat turun hingga pada kisaran %, sedangkan target tahun 2013 yaitu % dari jumlah penduduk. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka strategi percepatan penurunan kemiskinan adalah: 1) Meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan; 2) Melengkapi dan menyempurnakan upaya penanggulangan kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan hak-hak dasar; 3) Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah. Untuk itu, arah kebijakan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut: 1) Mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan padat karya (pro-growth&pro-job), khususnya pertumbuhan sektor-sektor usaha yang melibatkan orang miskin (pro-poor) sehingga berkontribusi secara ekonomis terhadap upaya pengurangan tingkat kemiskinan; 2) Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memperkuat pembangunan yang inklusif dan berkeadilan melalui kemandirian ekonomi perdesaan, perbaikan pemenuhan pelayanan dasar, peningkatan kapasitas masyarakat miskin dalam aspek akses permodalan, akses pasar, keterampilan usaha, produksi, dan kelembagaan usaha melalui koperasi, maupun pengoptimalan potensi daerah; 3) Meningkatkan efektifitas pelaksanaan program-program pro-rakyat yang bertujuan untuk menyediakan akses fasilitas dasar bagi masyarakat nelayan, masyarakat miskin perkotaan, dan daerah tertinggal. Untuk melaksanakan arah kebijakan tersebut upaya penanggulangan kemiskinan difokuskan pada antara lain 3 (lima) hal, yaitu: Penyempurnaan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri; Peningkatan dan perluasan program-program pro-rakyat; dan Peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku. 90 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

97 4. Prioritas Ketahanan Pangan Arah kebijakan pembangunan ketahanan pangan pada tahun 2012 adalah peningkatan produksi pangan. Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian ditujukan untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Hal tersebut membutuhkan dukungan infrastruktur PU dan permukiman yaitu infrastruktur sumber daya air berupa air untuk irigasi. Oleh karena itu, substansi inti program aksi ketahanan pangan infrastruktur adalah pengairan yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya. 5. Prioritas Pembangunan Infrastruktur Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat. Substansi inti adalah Meningkatkan jumlah kawasan yang terlindungi dari bahaya banjir dan abrasi pantai, termasuk pemulihan pasca bencana alam; Mempercepat pencapaian prioritas nasional penanganan secara terpadu DAS Bengawan Solo; Penyediaan rumah layak huni dan terjangkau melalui pembangunan rusunawa, fasilitasi pembangunan prasarana, sarana, dan infrastruktur permukiman; Penyelesaian peraturan perundangundangan amanat UU 26/2007, termasuk di dalamnya RTR Pulau, RTR KSN, RTRWP dan RTRWK; Penguatan kelembagaan dalam rangka paduserasi rencana pembangunan, termasuk MP3EI dengan RTR; Jalan (Penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang total km pada tahun 2014). 6. Prioritas Iklim Investasi dan Iklim Usaha Peningkatan investasi dilaksanakan melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Adapun dukungan sektor ke-pu-an mendukung prioritas nasional adalah reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan dan dukungan terhadap Sistem Logistik Nasional (Sislognas) serta pengembangan KEK di 5 (lima) lokasi melalui skema Public-Private Partnership. 7. Prioritas di Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang keberlanjutan, disertai penguasaan dan pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. Penanganan bencana bidang PU meliputi: mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dengan kebijakan penanganan yang dilakukan secara terpadu dengan pendekatan pengembangan satuan wilayah yang ada, yaitu: penataan ruang melalui pengaturan keseimbangan arahan sistem jaringan prasarana wilayah; SDA melalui konsep pengelolaan sumber daya air utuh dari hulu hingga hilir; bina marga yang memuat sarana prasarana jalan untuk keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah; BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 91

98 sarana dan prasarana perkotaan melalui pengembangan dan penataan perumahan dan permukiman yang diwujudkan dalampenelitan dan pengembangan melalui pengembangan teknologi tepat guna, pelaksanaan sosialisasi dan pelembagaan serta advokasi teknis yang diwujudkan dalam strategi dalam setiap tahap pra-bencana, saat bencana dan pasca bencana. 8. Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah tersebut. Sasaran pembangunan daerah tertinggal 2012 antara lain: a) Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,8% pada tahun 2012; b) Berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal hingga mencapai rata-rata sebesar 16.6% pada tahun 2012; dan c) Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia di daerah tertinggal yang diindikasikan oleh rata-rata Indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2012 menjadi Sedangkan sasaran untuk pembangunan kawasan perbatasan antara lain: 1) Mulai meningkatnya akses masyarakat kepada sarana dan prasarana dasar; 2) Mulai terciptanya keterkaitan sistem produksi dan distribusi antara Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dengan pusat kegiatan di kecamatan perbatasan sekitarnya dalam suatu sistem kawasan pengembangan ekonomi. Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik Arah dan Kebijakan Pembangunan Kewilayahan Salah satu misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah (RPJPN) tahun adalah terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan ditandai oleh tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antarwilayah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, strategi dan arah kebijakan pembangunan kewilayahan adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan pengembangan wilayah diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dengan tetap 92 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

99 mempertahankan momentum pembangunan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera Meningkatan perekonomian domestik melalui perdagangan antarpulau dan pengembangan sektor-sektor unggulan di tiap wilayah. Kebijakan pembangunan wilayah juga diarahkan untuk: (1) pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh, (2) pengembangan daerah tertinggal, kawasan perbatasan, dan rawan bencana, (3) pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan, dan (4) penataan dan pengelolaan pertanahan. Pengembangan wilayah laut dilaksanakan melalui pendekatan kewilayahan terpadu dengan memperhatikan aspek-aspek geologi, oseanografi, biologi atau keragaman hayati, habitat, potensi mineral dan energi, potensi perikanan, potensi wisata bahari, potensi industri maritim, potensi transportasi, dan teknologi. Pendekatan ini merupakan sinergi dari pengembangan pulau-pulau besar dalam konteks pengembangan wilayah dan pemerataan pembangunan. Pendekatan ini memandang wilayah laut Indonesia atas dua fungsi: (i) sebagai perekat integrasi kegiatan perekonomian antarwilayah, dan (ii) sebagai pendukung pengembangan potensi setiap wilayah. Dari sepuluh wilayah pengembangan kelautan ini, dengan memperhatikan fungsi strategisnya dalam penguatan keterkaitan antarwilayah maka dipilih lima wilayah prioritas pengembangan untuk periode tahun yaitu Wilayah Pengembangan Kelautan Sumatera, Malaka, Jawa, Makassar-Buton, dan Banda-Maluku. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 93

100 4.3. STRATEGI DAN KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN Strategi dan kebijakan umum pembangunan infrastruktur PU dan permukiman dalam telah dilaksanakan berlandaskan new deal pembangunan ekonomi Indonesia yang secara prinsip memuat triple track strategy, yaitu: pro-growth, pro-job, dan pro-poor. Track pertama dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengutamakan ekspor dan investasi. Percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut secara nasional mempunyai target menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 14,1 % (atau 32,5 juta orang) pada Maret 2009 dari 16,7 % (36,1 juta orang) pada tahun Percepatan laju pertumbuhan ini ditandai dengan makin banyaknya kesempatan kerja. Track kedua dilakukan dengan menggerakkan sektor riil untuk menciptakan lapangan kerja. Dan track ketiga, dilakukan dengan merevitalisasi sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan ekonomi perdesaan untuk mengurangi kemiskinan. Selanjutnya strategi strategi yang digunakan dalam penyelenggarakan bidang PU dan penataan ruang kedepan yang berbasis pada konsep pemerataan dan keadilan dalam pertumbuhan ekonomi adalah 4 track strategy. Dalam hal ini peningkatan kesejahteraan rakyat dilakukan berdasarkan 4 track strategy yang fokus pada: (i) perluasan pertumbuhan eknomi (pro growth), (ii) kesempatan kerja (pro job), (iii) penurunan kemisikinan (pro poor) dan mendukung pembangunan berkelanjutan (pro environment). Dalam perkembangannya, (secara diagramatis, quad (4) track strategy dapat dilihat pada Gambar 4.1.). Prinsip tersebut sejalan dengan peran pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan permukiman dalam pembangunan nasional yang pada dasarnya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan. Gambar 4.1 Triple Track Strategy Plus 94 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

101 KEBIJAKAN UMUM 1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang untuk terlaksananya pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis melalui percepatan penyelesaian regulasi dan integrasi Rencana Tata Ruang ke dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. 2. Meningkatkan keandalan sistem jaringan dan pengelolaan sumber daya air melalui peningkatkan ketersediaan air baku bagi kebutuhan domestik, pertanian, dan industri secara berkelanjutan, mengurangi tingkat resiko akibat daya rusak air, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, ketahanan pangan, ketahanan air dan ketahanan energi. 3. Meningkatkan keandalan sistem jaringan jalan melalui pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan bagi peningkatkan kelancaran mobilitas barang dan manusia serta aksesibilitas wilayah, untuk meningkatkan daya saing dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. 4. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan infrastruktur dasar bidang permukiman melalui pemenuhan sarana dan prasana permukiman yang memadai seperti air minum, air limbah, drainase dan persampahan dan upaya revitalisasi maupun penyediaan infrastruktur permukiman di berbagai kawasan melalui pemberdayaan masyarakat dan penambahan jumlah hunian (rumah) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Meningkatkan kapasitas pengawasan pengendalian pelaksanaan, dan akuntabilitas kinerja untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pelayanan publik bidang pekerjaan umum. 6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan SDM aparatur dan jasa konstruksi serta penelitian dan pengembangan bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk meningkatkan kinerja pelayanan bidang pekerjaan umum dan jasa konstruksi. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 95

102 Gambar 4.2. Fokus Pembangunan Infrastruktur PU dan Permukiman Berdasarkan triple track strategy plus dan kebijakan umum, fokus pembangunan adalah sebagai berikut: Dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat dilaksanakan melalui upaya-upaya terutama: (i) programprogram pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja (peningkatan ekonomi lokal); (ii) program-program pembangunan infrastruktur untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan dan kawasan terpencil serta terisolir (pemberdayaan masyarakat dan pembangunan kawasan tertinggal, terdepan dan terluar); dan (iii) program-program pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat. Dukungan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman dilaksanakan melalui upaya-upaya: peningkatan ketahanan pangan, dukungan infrastruktur bagi peningkatan daya saing sektor riil, meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa, peningkatan investasi infrastruktur melalui KPS dan peningkatan pencapaian MDG s. Sedangkan dukungan terhadap peningkatan kualitas lingkungan dilaksanakan melalui upaya-upaya: (i) penerapan prinsip-prinsip green construction dalam pelaksanaan seluruh pembangunan infrastruktur PU dan permukiman; (ii) mendorong pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan infrastruktur PU dan permukiman yang berbasiskan penataan ruang; dan (iii) peningkatan kapasitas mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global. Secara diagram, peran infrastruktur PU dan permukiman dalam pembangunan nasional dapat dilihat pada Gambar BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

103 4.4. KEBIJAKAN BARU/KHUSUS DALAM RKP Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat diperlukan upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menjaga stabilitas harga, serta langkah-langkah perluasan/pemerataan untuk mengurangi kesenjangan melalui kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin dan tertinggal. Selanjutnya telah ditetapkan prakarsa-prakarsa baru sebagai pengungkit (leverage) bagi percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi nasional, yang mencakup: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI); Peningkatan Ketahanan Pangan; Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur; Penanganan Transportasi Kota-kota Besar; Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Penyusunan MP3EI tahun merupakan tindak lanjut dari direktif Presiden Republik Indonesia yang disampaikan pada retreat Bogor pada 30 Desember 2010, Raker Presiden di JCC tanggal 10 Januari 2011, Rapat Kerja dengan Pemerintah Daerah dan BUMN di Istana Bogor, Jawa Barat pada Februari 2011 dan Rapat Kerja dengan Dunia Usaha di Istana Bogor, Jawa Barat pada April Adapun kedudukan kebijakan pembangunan nasional khususnya dalam RPJPN tahun dan RPJMN tahun terdapat dalam gambar 4.2. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 97

104 Gambar 4.2. Kedudukan MP3EI Dalam Kebijakan Pembangunan Nasional MP3EI merupakan penajaman dan perluasan dokumen RPJMN tahun yang dimuat dalam RKP tahun yang bertujuan untuk meningkatkan peran swasta secara lebih luas dalam melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi 5 15 tahun mendatang. Fokus MP3EI terdiri dari 8 (delapan) program utama yang meliputi: sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, kelautan, pariwisata, telekomunikasi, energi dan pengembangan kawasan strategis nasional. Program utama tersebut selanjutnya dijabarkan dalam 22 (dua puluh dua) kegiatan utama, yaitu: industri besi-baja, makananminuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, perkayuan, nikel, tembaga, bauksit, kelapa sawit, karet, kakao, peternakan, perikanan, food estate, pariwisata, telematika, batubara, alutsista, minyak dan gas, serta pengembangan Metropolitan Jabodetabek dan pembangunan Kawasan Selat Sunda. Kebutuhan investasi dalam MP3EI, termasuk pembangunan infrastruktur diperoleh dari sumber pendanaan yang berasal dari badan usaha (dalam negeri maupun luar negeri) dan Pemerintah dengan perkiraan total kebutuhan investasi sebesar Rp. 481,18 T dengan 74% (Rp. 356,80 T) bersumber dari badan usaha dan 25% (Rp. 124,38 T) berasal dari swasta. 98 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

105 Pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan terobosan (breakthrough) bukan Business As Usual, melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan MP3EI, sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator. Dari sisi regulasi, Pemerintah akan melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaan investasi di 8 (delapan) program utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: a) Mengembangkan 6 (enam) koridor ekonomi indonesia, yaitu: Koridor Sumatera, Koridor Jawa, Koridor Kalimantan, Koridor Sulawesi, Koridor Bali Nusa Tenggara, dan Koridor Papua Kepulauan Maluku. Pembangunan 6 (enam) koridor ekonomi dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di setiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK) sebagai Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang berbasis sumber daya unggulan di setiap koridor ekonomi. Gambar. 6 Koridor Ekonomi gambar 4.3. Strategi Pengembangan Konektivitas dalam mp3ei BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 99

106 b) Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional (locally integrated, internationally connected). Penguatan konektivitas nasional ditujukan untuk memperlancar distribusi barang dan jasa, dan mengurangi biaya transaksi (transaction cost) logistik. Hal ini akan dilakukan melalui: Penguatan konektivitas intra dan antar pusat-pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, Penguatan konektivitas antar koridor (pulau) untuk memperlancar pengumpulan dan pendistribusian (collection and distribution) bahan baku, bahan setengah jadi dan produk akhir dari dan keluar koridor (pulau), dan; Penguatan konektivitas internasional sebagai pintu keluar dan masuk perdagangan dan pariwisata antar negara; c) Mempercepat peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi. Elemen utama untuk percepatan kemampuan SDM dan IPTEK diantaranya meliputi: Meningkatkan kompetensi teknologi dan ketrampilan/ keahlian tenaga kerja. Meningkatkan kegiatan dan membangun pusat-pusat pengembangan R & D di pusat-pusat pertumbuhan (KEK dan Klaster Industri) di setiap koridor ekonomi melalui kolaborasi antar Pemerintah, Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi. 100 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

107 Master Plan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengentasan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) merupakan perluasan kebijakan yang afirmatif (ada keberpihakan) penanggulangan kemiskinan, terutama dalam mendukung MP3EI. MP3KI diarahkan untuk mendorong perwujudan pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya bagi masyarakat miskin dan marjinal sehingga dapat terlibat langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi yang pro-growth, propoor, pro-job, dan pro-environment. Adapun arah kebijakan lintas bidang untuk penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui 5 (lima) fokus prioritas, diantaranya: Fokus 1. Peningkatan dan Penyempurnaan Kualitas Kebijakan Perlindungan Sosial Berbasis Keluarga, Fokus 2. Penyempurnaan dan Peningkatan Efektivitas Pelaksanaan PNPM Mandiri, Fokus 3. Peningkatan Akses Usaha Mikro dan Kecil kepada Sumberdaya Produktif, dan Fokus 4. Peningkatan dan Perluasan Program-Program Pro-Rakyat. Program-program ini ditujukan untuk melengkapi berbagai program dan kegiatan yang telah dijalankan melalui 3 klaster program penanggulangan kemiskinan, yaitu bantuan dan perlindungan sosial berbasis keluarga (klaster I), pemberdayaan masyarakat (klaster II), pemberdayaan usaha mikro dan kecil (klaster III). Adapun program murah untuk rakyat (klaster IV) diupayakan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan. Klaster 4 program pro-rakyat akan dilakukan melalui 6 program, dimana program 3 dan 6 merupakan ranah keciptakaryaan, yaitu: (3) penyediaan air bersih untuk rakyat; (6) peningkatan kehidupan masyarakat pinggir perkotaan mencakup pembangunan rumah murah atau upaya realokasi jika kondisi sangat buruk. Terkait dengan program 6 kluster 4 peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan, dukungan diberikan dengan bina lingkungan, yaitu: 1) penataan kawasan kumuh melalui peningkatan infrastruktur kawasan, peningkatan kualitas lingkungan permukiman, pengembangan permukiman baru dan revitalisasi kawasankawasan fungsional; 2) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui peningkatan infrastruktur lingkungan dan perbaikan perumahan. Kebijakan penanggulangan kemisikinan (pro-rakyat) Kementerian PU meliputi klaster II dan klaster IV. Klaster II merupakan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kemampuan masyarakat miskin berdasarkan Perpres No. 13/2009 yang dilanjutkan dengan Perpres No. 15/2010. Klaster IV merupakan penggabungan klaster I, II dan II dengan program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan dengan berdasar pada Kepres No. 10/2011. Secara khusus, klaster II dan IV diwujudkan dalam PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) yang terdiri atas PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM PISEW dan PNPM Rural Infrastructure yang memiliki kegiatan lingkungan. Adapun kegiatan lingkungan diantaranya meliputi air bersih, drainase, jembatan, MCK, TPA/gerobak sampah, perpipaan, dan sanitasi perdesaan. Keseluruhanya dilaksanakan disejumlah lokasi sasaran provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa dengan jumlah yang berbeda setiap tahunnya sesuai dengan ketetapan Pokja Pengendali berdasarkan dinamika status administrasi wilayah (pemekaran/penggabungan kecamatan). Adapun target MDGs yang menjadi acuan MP3KI adalah sebagai berikut. Terkait dengan program 3 kluster 4 air bersih untuk rakyat: proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) nasional BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 101

108 47,71% (dari target MDGs 68,87%), perkotaan 49,82% (dari target MDGs 78,19%) dan perdesaan 45,72% (dari target MDGs 61,60%) dengan total cakupan pelayanan air minum perpipaan nasional 25,56% (dari target MDGs 41,03%), perkotaan 43,96% (dari target MDGs 68,32%) dan perdesaan 11,54% (dari target MDGs 19,76%). Pelayanan air minum diberikan melalui skema kebijakan pendanaan SPAM yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu dukungan penyediaan air minum juga diberikan pada nelayan, pembangunan daerah tertinggal dan masyarakat terpinggirkan perkotaan pada tahun Air minum untuk nelayan diberikan untuk mendukung program pro rakyat KKP yang bertujuang meningkatkan kualitas hidup nelayan. Sedangkan air minum untuk daerah tertinggal berkoordinasi dengan Kementerian PDT mengenai lokasi sasaran Percepatan Pembangunan Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat yang dilanjutkan dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat bertujuan untuk mendorong percepatan pembangunan dengan mengefektifkan koordinasi, sinergi dan harmonisasi program dan kebijakan antarsektor dan pusat-daerah yang dilakukan oleh kementrian/lembaga dan pemerintah daerah. Adapun tujuan umum percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua dan Papua Barat yang dicapai melalui strategi antara lain: pendekatan sosial ekonomi, yakni peningkatan hasilguna dan dayaguna pelayanan publik seperti di bidang infrastruktur dasar. Kebijakan pokok percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat mengacu pada RPJMN tahun , yaitu: (a) melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan, diikuti dengan membangun wilayah tanah Papua yang mengacu pada RTRWN, RTRW Pulau, RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota; (b) Meningkatkan ketahanan pangan; (c) Melakukan percepatan pengembangan infrastruktur dasar energi, komunikasi, dan air bersih dan sanitasi yang menjangkau hingga pelosok wilayah Papua dan Papua Barat; (d) Pengembangan ekonomi yang berdayasaing, melalui pengembangan klaster pada 3 (tiga) kawasan strategis di Papua dan 1 (satu) kawasan strategis di Papua Barat. Percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat pada tahun 2012 akan dilakukan dengan memberikan prioritas pada bidang pelayanan publik yang mendesak untuk diperbaiki, seperti: Penyediaan infrastruktur dasar, dengan memprioritaskan dukungan air bersih dan sanitasi melalui pendekatan kawasan yang terdiri dari kawasan terisolir, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan strategis. Sementara itu, upaya percepatan pembangunan Nusa Tenggara Timur dilakukan melalui berbagai kebijakan prioritas, dengan fokus pada: (a) pengembangan infrastruktur untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan dan pariwisata serta penyediaan infrastruktur sosial dasar bagi warga pendatang baru (eks Timor- Timur); dan (b) pembangunan daerah tertinggal dan kawasan strategis. Ke depan, percepatan pembangunan akan diarahkan untuk mendorong daerah tertinggal lainnya yang memiliki ketertinggalan di bidang ekonomi dibandingkan dengan daerah lainnya, khususnya di luar wilayah Jawa-Bali, sesuai dengan strategi dan arah kebijakan yang tertuang dalam RPJMN tahun BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

109 Peningkatan Ketahanan Pangan Dalam rangka mencapai ketahanan pangan dimana surplus beras 10 juta ton pertahun sudah harus dicapai dalam waktu 5-10 tahun, maka langkah-langkah yang akan dilakukan, meliputi: (1) pengelolaan produksi tanaman padi melalui Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu (SL-PTT); (2) perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian melalui cetak sawah, pemanfaatan lahan kering, dan optimasi lahan; (3) pengalolaan air irigasi melalui layanan irigasi tersier, pembangunan infrastruktur irigasi, dan rehabilitasi jaringan irigasi; (4) fasilitasi sarana produksi pertanian melalui penyaluran pupuk bersubsidi dan bantuan langsung pupuk, benih bersubsidi dan bantuan benih unggul, penyediaan pestisida, serta penangan pasca panen; dan (5) pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan petani melalui penyuluhan pertanian, dan diseminasi teknologi dan informasi pertanian. Pada sidang kabinet tanggal 6 September 2011 di Jakarta, dan pada Rakortas perberasan tanggal 7 September 2011, Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa surplus 10 juta ton beras harus direalisasikan pada tahun Target surplus 10 juta ton beras pertahun pada tahun 2014 tersebut memerlukan peningkatan produksi padi minimal 7% per tahun terhitung mulai tahun Untuk itu perlu disusun upaya-upaya peningkatan produksi dan produktifitas pangan melalui serangkaian kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang melibatkan kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri. Untuk mengamankan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim, sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden RI No. 5 tahun 2011, dilibatkan pula Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kehutanan, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur, Bupati/walikota Penanganan Transportasi Kota-kota Besar, dan Perluasan Kesempatan Kerja Pengembangan transportasi perkotaan difokuskan untuk melanjutkan pengembangan angkutan umum masal di kota-kota besar baik yang berbasis rel maupun berbasis jalan. Untuk pengembangan angkutan umum masal berbasis rel, akan dimulai konstruksi MRT (Mass Rapid Transit) Tahap I (rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia) dalam rangka memenuhi target pengoperasian pada November 2016 serta dimulainya pembangunan double-double track kereta api lintas Manggarai-Cikarang. Sedangkan untuk pengembangan angkutan umum masal berbasis jalan dititik-beratkan pada kelanjutan pengembangan BRT (Bus Rapid Transit), di antaranya adalah rencana mulai beroperasi BRT di Kota Surabaya, Makasar dan Medan serta peningkatan kinerja pengoperasian BRT di Kota Bandung, Palembang dan Solo melalui penambahan rute dan armada, pembangunan halte BRT maupun pengembangan ATCS (Area Traffic Control Systems) serta pengembangan sistem pengumpan (feeder) BRT di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 103

110 Sedangkan pengembangan prasarana jalan di perkotaan dilaksanakan dalam rangka mengurangi kemacetan lalu-lintas, di antaranya adalah memulai pembangunan ruas W2 tol JORR (Jakarta Outer Ring Road) serta pembangunan jalan tol akses ke Pelabuhan Tanjung Priok serta penyelesaian pembangunan jembatan layang (flyover) di Pasar Kembang Surabaya KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIDANG PU DAN PENATAAN RUANG Kebijakan Penataan Ruang Mempercepat penyelesaian peraturan perundang-undangan, standar, pedoman dan manual bidang Penataan Ruang. Mengefektifkan pembinaan dan pengawasan teknis dalm pelaksanaan penataan ruang, termasuk dengan meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang pleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Meningkatkan kualitas pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional yang mendorong keterpaduan pembangunan infrastruktur wilayah dan implementasi program pembangunan daerah. 4. Mengembangkan prakarsa dan peran, serta meningkatkan rasa memiliki ( ownership) seluruh pemangku kepentingan dalam percepatan penyelesaian produk pengaturan Mengembangkan kapasitas kelembagaan pusat dan daerah serta sinergi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis pelaksanaan penataan ruang. Mendapatkan komitmen berbagai pemangku kepentingan termasuk masyarakat dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Mengembangkan rencana terpadu pengembangan wilayah di berbagai arah spasial, dengan penjurunya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dan pembangunan daerah. Mewujudkan Rencana Aksi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau; Mewujudkan Rencana Aksi Perwujudan MP3EI; 10. Mewujudkan Rencana Aksi Pengembangan Kota Pusaka; 11. Mewujudkan Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Pedesaan Berkelanjutan. 12. Mewujudkan Rencana Aksi Perwujudan RPI2JM 13. Mewujudkan Rencana Aksi Perwujudan Reformasi Birokrasi 104 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

111 Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan pengelolaan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. Konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Pola hubungan hulu-hilir akan terus dikembangkan agar tercapai pola pengelolaan yang lebih berkeadilan serta rasionalisasi permintaan dan penggunaan air melalui demand management. 4. Pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. Upaya peningkatan fungsi jaringan dilakukan hanya pada areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap, dengan prioritas areal irigasi di luar Pulau Jawa. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan/defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis. Pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan dikendalikan dan sejalan dengan itu akan dilakukan upaya peningkatan penyediaan air baku dan air permukaan. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah perbatasan, pulau-pulau kecil serta pusat kegiatan ekonomi. 10. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan wilayah strategis. 11. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air juga dilakukan dengan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan. 12. Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 105

112 Kebijakan Pembangunan Prasarana Jalan Mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan yang telah terbangun dengan mengoptimalkan pemanfaatan prasarana jalan melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi jalan. Mengharmonisasikan keterpaduan sistem jaringan jalan dengan kebijakan tata ruang wilayah nasional yang merupakan acuan pengembangan wilayah dan meningkatkan keterpaduannya dengan sistem jaringan prasarana lainnya dalam konteks pelayanan intermoda dan sistem transportasi nasional (Sistranas) yang menjamin efisiensi pelayanan transportasi. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan prasarana jalan. Mengembangkan rencana induk sistem jaringan prasarana jalan berbasis pulau (Jawa dan Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua). Melanjutkan dan merampungkan reformasi jalan melalui UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan serta peraturan pelaksanaannya. Menumbuhkan sikap profesionalisme dan kemandirian institusi dan SDM bidang penyelenggaraan prasarana jalan. Mendorong keterlibatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaran dan penyediaan prasarana jalan Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Air Minum 1. Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%). 2. Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, disamping mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum. Meningkatkan peranserta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum. 106 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

113 5. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut 5. berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum. Air Limbah Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat. Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah. Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah. Persampahan dan Drainase 1. Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan persampahan dan drainase. 2. Meningkatkan peranserta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase. 3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA. 4. Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta ( public private partnership) dalam pengelolaan persampahan Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase. Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang-undangan yang terkait. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan. Bangunan Gedung dan Lingkungan 1. Meningkatkan pembinaan bagi peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pengendalian pembangunan bangunan gedung. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 107

114 2. 3. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan teknis keamanan dan keselamatan gedung. Meningkatkan pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala nasional maupun internasional Kebijakan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) teknologi Hasil-hasil Litbang IPTEK PU harus dapat mendorong pengembangan IPTEK PU dan permukiman yang mampu menyediakan infrastruktur PU dan permukiman yang berkualitas dan mampu memberikan dukungan pada pemecahan isu-isu di lapangan. Untuk mewujudkan kebijakan tersebut, maka strategi-strategi yang harus dilaksanakan adalah: Penelitian dan pengembangan serta penerapan Ilmu Pengetahuan (Litbangrap) IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu peningkatan ketahanan pangan diarahkan pada unsur-unsur: (i) keandalan sistem jaringan sumberdaya air; (ii) kualitas pengendalian pemanfaatan ruang-ruang air; serta (iii) pengendalian terhadap kecenderungan konversi lahan beririgasi teknis menjadi lahan permukiman dan industri. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu peningkatan pertumbuhan 2. ekonomi dan daya saing nasional diarahkan pada unsur-unsur: (i) keandalan sistem jaringan jalan dan jembatan serta jaringan sistem sumberdaya air; (ii) percepatan pengembangan kawasan kawasan strategis; dan (iii) peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah. Litbangrap IPTEK yang berhubungan dengan isu-isu pelestarian fungsi lingkungan hidup, diarahkan pada unsur-unsur: (i) peningkatan cakupan pelayanan prasarana dan sarana dasar; (ii) kualitas perencanaan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan (iii) percepatan pembangunan wilayah-wilayan tertinggal serta pulau-pulau terluar. Memanfaatkan hasil-hasil Litbangrap IPTEK, selain untuk meningkatkan kualitas dan umur pakai (life time) infrastruktur, juga untuk untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi unit unit operasional di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Menyelenggarakan layanan keahlian (advistek), selain untuk membantu memecahkan persoalan persoalan di lapangan, juga untuk membantu penyusunan dokumen perencanaan proyek yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur teknologi baru yang telah teruji. Menyelenggarakan pelatihan penerapan SPM baru (SNI, Pedoman) ditujukan kepada para dosen dan mahasiswa perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan pejabat fungsional pengawas (BPK, BPKP, Bawasda, dll). Pelaksanaan verifikasi teknologi baru yang didasarkan pada kondisi spesifik Indonesia. 108 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

115 4.6. KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIDANG PU DAN PENATAAN RUANG Strategi Penyelenggaraan Bidang PU dan Penataan Ruang A. STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Infrastruktur memberikan kontribusi besar terhadap isu-isu lingkungan termasuk pemanasan global. Infrastruktur dapat mempercepat terjadinya kerusakan lingkungan namun sebaliknya jika infrastruktur dibangun dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, maka infrastruktur dapat menyelamatkan lingkungan dan mengurangi fatalitas akibat bencana. Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman pada dasarnya sudah berada dalam koridor pembangunan yang berwawasan lingkungan sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang (UU) sektor ke-pu-an. Undang- Undang Bangunan Gedung (UU No. 28/2002) telah mengamanatkan pentingnya memperhatikan keseimbangan antara aspek bangunan dan lingkungannya. Demikian pula Undang-Undang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) dan Undang- Undang Jalan (UU No. 38/2004) mewajibkan agar dalam pengelolaan sumber daya air maupun jalan sungguh-sungguh memperhatikan kelestarian lingkungan. Undang-Undang Penataan Ruang (UU No. 26/2007) menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan pemanfaatan ruang baik skala kawasan maupun wilayah. Ketentuan lebih lanjut dari UU tersebut, yaitu peraturan-peraturan pelaksanaannya baik berupa norma, standar, pedoman dan manual (NSPM), maupun peraturan daerah sudah seharusnya lebih menekankan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan, sebagaimana diamanatkan oleh UU tersebut. Pada pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) II tahun sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dalam BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 109

116 perkembangannya akan dihadapkan dengan tantangan terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang saat ini pun telah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Oleh karenanya, kebijakan pembangunan ke depan harus mampu mendorong peningkatan kualitas lingkungan termasuk dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, maupun dalam proses pemeliharaan bangunan-bangunan konstruksi dan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berwawasan lingkungan tersebut harus memenuhi karakteristik keseimbangan dan kesetaraan, pandangan jangka panjang, dan sistemik. Mengingat karakteristiknya sebagai negara kepulauan yang berada di Garis Khatulistiwa, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana terkait dengan iklim (climate-related disasters). Untuk itu Indonesia perlu menyusun strategi mitigasi dan adaptasi menghadapi dampak perubahan iklim. Secara umum terdapat beberapa efek perubahan iklim seperti naiknya muka air laut, naiknya temperatur, perubahan pola curah hujan, serta kenaikan frekuensi dan intensitas iklim ekstrem. Potensi dampak yang ditimbulkan adalah penurunan ketersediaan air; kekeringan; gangguan keseimbangan air; banjir; tanah longsor, intrusi air laut; dan badai. Selain itu karena 18% dari penduduk Indonesia bermukim di dataran rendah, serta terdapat lebih kurang 2000 pulau kecil yang terancam tenggelam, termasuk 92 pulau terluar, menyebabkan tingginya kerentanan Indonesia terhadap perubahan iklim. Mitigasi dan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim perlu menjadi arus utama (mainstream) dalam perencanaan pembangunan nasional (RPJPN dan RPJMN) serta perencanan pembangunan di daerah. Kementerian PU telah menyusun Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI PU), dan rencana aksi pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur PU-KIM. Pembangunan berkelanjutan juga mencakup penerapan konstruksi berkelanjutan (sustainable construction) yaitu industri konstruksi yang ramah lingkungan, hemat energi dan tidak merusak lingkungan. Penyelenggaraan pembangunan tidak hanya memperhatikan kepuasan dan kenyamanan bagi para penggunanya, tetapi juga melindungi lingkungan dan miminimalisasi penggunaaan sumber daya energi. Kementerian PU selaku penyelenggara infrastruktur PU dan permukiman berperan untuk leading dalam penerapan konsep sustainable construction. Salah satu alat penerapan sustainable construction dimulai dari sustainable procurement, yaitu proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan menilai keseluruhan proses konstruksi, perencanaan, konstruksi, hingga masa layan (life cycle cost) yang memberi manfaat sosial-ekonomi secara optimal dan mengurangi dampak lingkungan. Adapun strategi penerapannya menggunakan life cycle cost analysis dengan mempertimbangkan cost masa konstruksi dan masa layan, dengan memperhatikan aspek ekonomi lingkungan menjadi perhatian utama. Pembangunan berkelanjutan dapat juga terwujud dalam Kota Hijau, yang mempunyai atribut terkait dengan perencanaan dan perancangan kota (green planning and design), Ruang Terbuka Hijau (Green Open Space), Green Community, dan Green Infrastructure yaitu Green waste, green transportation, green water, green energy, dan green building. Atribut yang perlu diprioritaskan adalah pembangunan ruang terbuka hijau (Green Open Space) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH sesuai dengan karakteristik kota/kabupaten, dengan target RTH 30%, dan Green Infrastructure yaitu pengurangan dan pengolahan limbah dan sampah (Green Waste) dengan menerapkan zero waste; peningkatan kualitas air (Green Water) dengan menerapkan konsep ekodrainase dan 110 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

117 zero runoff; penerapan bangunan hijau yang hemat energi (Green Building). Implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berwawasan lingkungan perlu didukung oleh pengembangan dan penelitian teknologi terapan yang berwawasan atau ramah lingkungan. Untuk itu, dalam pengembangan teknologi, rancangan dan arsitektur bangunan, metodologi pembangunan, material dan bahan yang dimanfaatkan, serta efisiensi penggunaan energi dan sumber daya air. Termasuk prinsip-prinsip dasar 3R: Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycling (mendaur ulang). Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dalam RPJMN II juga perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek peningkatan kapasitas (capacity building) sumber daya manusia dan institusi termasuk kompetensi dan kemandirian pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berwawasan lingkungan, mendorong peran sektor swasta melalui regulasi yang sehat dan iklim usaha yang semakin kondusif dan kompetitif, serta mendorong partisipasi dan peran serta masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman yang berwawasan lingkungan. B. STRATEGI PENGEMBANGAN WILAyAH, INTEGRASI SEKTOR KE-PU-AN, DAN LINTAS SEKTOR Strategi pengembangan wilayah nasional diarahkan sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam pengembangan wilayah nasional tersebut, pembangunan sektor dan infrastruktur sangat signifikan dalam membentuk struktur dan pola ruang termasuk mendorong pembangunan daerah dan pengembangan suatu wilayah. Selain itu pengembangan wilayah dan pembangunan nasional serta daerah yang terpadu dan sinergis bagi terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi yang diterapkan adalah percepatan penyelesaian regulasi penataan ruang, antara lain RTR Pulau, RTR Provinsi, RTR Kabupaten/Kota, dan RTR KSN, serta RPIIJM. Dalam strategi pengembangan wilayah, rencana pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman harus terpadu dan searah dengan RTRWN yang merupakan matra spasial dari kebijakan pembangunan nasional. Hal ini berarti, arahan lokasi dan pembangunan sistem jaringan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman selain harus sesuai dengan pola ruang wilayah (peruntukan, pengembangan, pelestarian, pemanfaatan, dan pengendalian). Pengembangan wilayah juga harus sesuai dengan struktur ruang wilayah nasional (sistem infrastruktur) dan sesuai dengan sistem kota dan kawasan yaitu: Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) antara lain kawasan perbatasan. Dalam rangka integrasi dengan rencana pengembangan sektor per pulau, strategi pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman mengacu pada kebijakan pembangunan wilayah dalam RPJMN untuk mendukung pembangunan ekonomi regional berbasis pulau. Strategi pembangunan tersebut meliputi: (1) Pembangunan infrastruktur regional dilakukan secara terpadu lintas wilayah administrasi dan lintas sektor dengan mengacu RTRWN, Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi; (2) Pengembangan kawasan-kawasan prioritas dalam rangka percepatan pertumbuhan wilayah pulau dengan strategi dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk peningkatan BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 111

118 sektor-sektor strategis dan pengembangan kawasan cepat tumbuh; (3) Pengembangan kawasan perbatasan dengan menerapkan prinsip-prinsip prosperity dan security dengan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui strategi pengembangan kawasan tertinggal dan kawasan perbatasan dengan meningkatkan akses ke negara tetangga; (4) Mendorong simpul-simpul utama pulau sebagai pusat/hub ekonomi kawasan ke pasar internasional dengan strategi dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk pengembangan sistem transportasi wilayah mendukung pusat-pusat ekonomi wilayah regional; dan (5) Mengembangkan sentra pendukung ketahanan pangan dengan strategi dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman untuk pengembangan potensi pertanian skala besar, membuka akses ke daerahdaerah tertinggal, pulau-pulau kecil dan pengembangan kawasan agropolitan. Dalam operasionalisasi rencana pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman berbasis RTRWN per pulau pada periode diperlukan penjabaran sasaran fungsi-fungsi wilayah/perkotaan per pulau (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua) yang perlu didukung pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukimannya yang telah teridentifikasi dalam RTRWN serta menyusun indikasi program utama untuk memenuhi tuntutan sasaran fungsi wilayah/perkotaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan upaya integrasi dan skenario pengembangannya untuk lima tahunan per kawasan/ perkotaan dan per pulau melalui mekanisme RPIIJM dengan mempertimbangkan kemampuan pendanaan, kapasitas lembaga, dan sumberdaya. Dalam pengembangan Rencana dan Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan Infrastruktur PU (RPIJM-PU) pada tahun mendatang, tahapan pertama yang perlu dilakukan adalah penyusunan Rencana Induk Sistem Pengembangan Infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman dengan mengacu pada model Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). SPPIP merupakan penjabaran kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dalam langkah-langkah tindakan yangnyata secara terpadu baik dari sisi waktu maupun jenis program, sedangkan RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan persoalan permukiman dan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan pada kawasan prioritas di perkotaan. Selanjutnya SPPIP dan RPKPP tersebut digunakan sebagai dasar untuk penyusunan provinsi/kabupaten/kota yang akan menjadi dasar bagi perencanaan dan penganggaran pembangunan dalam rangka mengoptimalkan berbagai sumber pendanaan baik dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah maupun dunia usaha/ masyarakat. RPIJM-PU ini diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan, pemograman, dan penganggaran antara kewenangan Pemerintah dengan kewenangan Pemerintah Daerah, termasuk optimalisasi perencanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta kegiatan yang menggunakan anggaran DAK dan PAD. RPIJM-PU tersebut akan mengintegrasikan rencana pembangunan oleh Pemerintah cq. Kementerian PU dengan Pemerintah Daerah serta antarsektor untuk dapat mengoptimalkan penyelenggaraan pembangunan, khususnya pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman. Pengembangan wilayah perlu selaras dengan pengembangan sistem konektivitas, khususnya dengan sistem jaringan jalan dan sistem jaringan infrastruktur SDA. Untuk itu pembangunan infrastruktur jalan perlu didorong dalam rangka mendukung kelancaran arus barang dan efektivitas kinerja sistem logistik nasional, termasuk jaringan transportasi multimoda, dengan meningkatkan keterpaduan jaringan jalan nasional, provinsi, kabupaten, dan perdesaan yang menghubungkan berbagai simpul moda transportasi ke pusat produksi, distribusi, dan logistik wilayah. 112 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

119 Arah pembangunan jaringan infrastruktur sumberdaya air dikaitkan dengan upaya mendorong kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (kawasan andalan ekonomi dan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN), melalui pembangunan prasarana atau infrastruktur sumberdaya air dalam kesatuan wilayah sungai terutama dengan fungsi pendayagunaan sumberdaya air, antara lain untuk penyediaan air baku (irigasi dan industri) dan air bersih. Upaya fungsi konservasi untuk menjaga kelestarian sumberdaya air dipadukan dengan keberadaan kawasan lindung yang terdiri dari hutan lindung dan hutan konversi, dengan ketentuan minimal seluas 30% dari daerah aliran sungai. Pengaturan fungsi pengendalian daya rusak air diarahkan pada kawasan lindung setempat antara lain sempadan sungai, sempadan pantai, dan daerah rawan bencana. Pembangunan infrastruktur PU dan permukiman juga perlu diselaraskan untuk mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi utama lainnya seperti industri, pertanian, kelautan dan perikanan, pertambangan, serta pariwisata, yang sekaligus juga untuk mendorong berkembangnya pusat pertumbuhan dalam konteks pengembangan wilayah dan mengurangi kesenjangan pembangunan antara wilayah Jawa dan luar Jawa. Pengembangan wilayah guna pertumbuhan ekonomi dilakukan berdasarkan wilayah (corridor based economic development) yang terhubung oleh sistem konektivitas antar daerah/kawasan yang terwujud dalam pengembangan 6 (enam) koridor ekonomi. Pemerintah, melalui MP3EI juga berupaya untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional. Beberapa indikasi kawasan yang akan didukung pengembangannya oleh MP3EI adalah KEK Sei Mangke (yang telah ditetapkan melalui PP No. 29 Tahun 2012), KEK Tanjung Lesung (yang telah ditetapkan melalui PP No. 26 Tahun 2012), dan menyusul penetapan Kawasan Mandalika dan Kawasan Bitung sebagai KEK. Pengembangan industri dan keberadaan KEK ini perlu dukungan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman seperti jalan akses dari pusat produksi ke simpul koleksi dan distribusi (pelabuhan dan bandara), pemenuhan kebutuhan air baku untuk industri dan air minum, pengendalian pemanfaatan air tanah, dukungan pengelolaan sampah dan air limbah, penyediaan permukiman dan prasarana untuk pekerja, dan dukungan untuk mengurangi risiko banjir. Dukungan infrastruktur PU tersebut juga dapat dibangun dengan memanfaatkan kerjasama pemerintah-swasta (public-private partnership). Demikian juga diperlukan rencana penataan ruang yang selaras dengan rencana penataan ruang di atasnya. Sejalan dengan upaya pemerataan pembangunan dan mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah sekaligus mengendalikan pesatnya laju urbanisasi, maka pengembangan kawasan perdesaan dilakukan melalui pengembangan kawasan agropolitan, minapolitan dan industrialisasi minapolitan. Dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut dapat berupa penyiapan rencana induk pengembangan dan dukungan sarana dan prasarana PU seperti air baku, jalan, serta peningkatan kualitas lingkungan dan permukiman. Pengembangan wilayah juga dilakukan untuk mendukung pengembangan kawasan perbatasan daerahdaerah tertinggal, dan pulau-pulau kecil dengan menerapkan prinsip-prinsip prosperity dan security dengan memperhatikan kelestarian lingkungan melalui peningkatan akses kawasan dan penyediaan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman, serta pengembangan ekonomi lokal. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 113

120 C. STRATEGI SINERGI PUSAT DAERAH Penyelenggaran urusan yang dilaksanakan oleh Kementerian PU adalah menangani urusan-urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan Pemerintah, baik yang akan dilaksanakan sendiri maupun yang akan dilakukan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam rangka peningkatan kapasitas dan percepatan pelembagaan penyelenggaraan urusan bidang pekerjaan umum di daerah secara sinerjik dengan peran Pemerintah. Sejalan dengan otonomi daerah, perlu upaya berkesinambungan untuk mendukung dan memfasilitasi tugas pemerintah daerah agar terwujud percepatan penyediaan infrastruktur pekerjaan umum. Oleh karenanya ke depan peran Kementerian PU akan lebih dititikberatkan untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan (TURBINWAS), serta pembinaan dan pengendalian pelaksanaan DAK infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman untuk mewujudkan peningkatan kapasitas Pemerintah Kabupaten/ Kota agar memiliki kompetensi menuju kemandirian dalam penyelenggaraan infrastruktur pekerjaan umum di wilayahnya. Dalam kaitan dengan tugas pengaturan, disamping menyelenggarakan urusan yang menjadi tugasnya, Kementerian PU diharuskan untuk menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka melaksanakan urusan wajib pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota berkaitan dengan pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman. Dalam kaitan dengan tugas pembinaan, Kementerian PU juga berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintah daerah untuk mendukung kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan bidang pekerjaan umum dan permukiman, sehingga akan tumbuh kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang pekerjaan umum dan permukiman sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan sesuai dengan prinsip otonomi daerah, yaitu luas, nyata, dan bertanggung jawab. Selain itu, pengawasan dan pengendalian secara nasional terhadap pelaksanaan peraturan perundangundangan dan NSPK juga harus ditingkatkan mengingat tuntutan penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman yang semakin berkualitas tidak dapat ditawar lagi. Dengan demikian, peran pengaturan dan pembinaan serta pengawasan dan pengendalian harus memperoleh prioritas penanganan karena memiliki arti yang sangat strategis untuk mewujudkan pelayanan terbaik kepada masyarakat oleh pemerintah daerah dan sekaligus berarti juga bahwa pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah telah menuju arah yang tepat. Dalam penyelenggaraan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman periode tahun , Kementerian PU selain akan menjalankan tugas melaksanakan pembangunan (operator) yang menjadi kewenangan Pemerintah, juga memerlukan upaya untuk memantapkan peran sebagai regulator dan fasilitator. Prioritas yang perlu dilaksanakan adalah penguatan kelembagaan termasuk capacity building untuk memperkuat manajemen sumber daya manusia baik di pusat maupun daerah, serta meningkatkan koordinasi kelembagaan, terutama yang sifatnya lintas sektor dan daerah untuk mengkonsolidasikan dan mensinergikan potensi sumberdaya yang ada dalam rangka mengantisipasi peningkatan penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman. Sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN tahun Sinergi pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang 114 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

121 mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan dapat dilakukan melalui optimalisasi penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sinergi dalam kerangka regulasi diarahkan untuk mendorong harmonisasi peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri. Sinergi dalam Kerangka Anggaran di dalam pengelolaan dana perimbangan dan dana otonomi khusus diarahkan untuk antara lain meningkatkan kapasitas fiskal daerah, menyelaraskan kebutuhan pendanaan, meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah, meningkatkan daya saing daerah, dan meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kerangka kelembagaan dan aparatur daerah, sinergi Pemerintah Pusat-Daerah yang akan dilakukan dalam lima tahun mendatang antara lain menata dan menyempurnakan pengaturan kewenangan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran dengan penerapan anggaran berbasis secara bertanggung jawab. Sinergi dalam kerangka pengembangan wilayah difokuskan pada pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang antara lain sinkronisasi kebijakan dalam penggunaan lahan dan tata ruang, mempercepat penyusunan peraturan pendukung pelaksanaan rencana tata ruang wilayah dan mempercepat penyusunan rencana tataruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. D. STRATEGI PENINGKATAN TATA KELOLA yang BAIK Dalam mencapai visi jangka panjang, misi, dan tujuan organisasi, kelembagaan Kementerian PU perlu mendorong implementasi tata kelola pemerintahan yang baik melalui penerapan reformasi birokrasi yang menyeluruh dan dilaksanakan secara bertahap. Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan/organisasi, ketatalaksanaan (business process), regulasi, serta sumber daya manusia aparatur Negara, dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mencapai hasil yang optimal dalam mencapai tujuan reformasi birokrasi tahun , dalam dokumen usulan dan road map RB PU telah ditetapkan 3 (tiga) agenda prioritas reformasi Birokrasi Kementerian PU yang diwujudkan dalam rencana 6 (enam) program dan 26 (dua puluh enam) kegiatan reformasi birorkrasi secara sistemik untuk jangka menengah tahun Strategi pertama diarahkan untuk meningkatkan pelayanan publik mengingat peran dan fungsi inti birokrasi Kementerian PU dalam menyelenggarakan pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yaitu berupa ketersediaan dan pelayanan infrastruktur PU-Kim. Strategi ini dilaksanakan untuk meningkatkan BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 115

122 keandalan infrastruktur PU-Kim melalui penetapan dan penerapan standar pelayanan serta perkuatan unit pelayanan publik di Kementerian PU, dimana pelaksanaan proritas ini memerlukan perbaikan tata kelola yang menyeluruh. Strategi kedua diarahkan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi melalui pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan individu serta penataan dan pengembangan SDM yang sistemik dimulai dari proses penyusunan analisa jabatan, peringkat jabatan, system rekruitmen sampai dengan asesmen individu berdasrkan kompetensi dan penerapan sistem penilaian kinerja pegawai serta membangun database pegawai sebagai dasar pengembangan karir dan tunjangan kinerja. Strategi ketiga adalah mewujudkan birokrasi pemerintah yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dengan pemenuhan kedua prasyarat prioritas diatas melalui peningkatkan peringkat laporan keuangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), penguatan pengawasan internal, peningkatan operasionalisasi Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan mengefektifkan hasil keikutsertaan pada program Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). E. STRATEGI PENGAWASAN Pengawasan telah dilaksanakan oleh Inspektorat Jendral melalui penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) berdasarkan Inmen PU No. 02/IN/M/2011 dan aplikasi peta resiko yang sudah disusun sejak tahun Selain itu untuk Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai quality assurance dan consulting telah diwujudkan melalui auditor di Itjen dan auditor internal di unit-unit kerja yang telah memiliki sertifikat ISO Proses penguatan pengawasan di lingkungan Kementerian PU telah diupayakan melalui Operasionalisasi Pelaksanaan Wilayah Bebas Korupsi dalam Permen PU No. 21/PRT/M/2008 tanggal 21 Desember 2008, dimana Wilayah Bebas Korupsi meliputi lingkup: pemrograman dan pengalokasian anggaran serta pelaksanaan dan pengawasan pengadaan barang dan jasa. Demikian juga penerapan manajemen resiko telah mulai diberlakukan didalam audit kegiatan satuan kerja (Satker). Pada tahun 2013 akan terjadi perubahan kegiatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), dimana prosesnya sudah dimulai sejak tahun Peran APIP tidak hanya mencakup akuntabilitas keuangan (seperti tertuang dalam PP No. 60/2008 tentang SPIP), namun juga meningkatkan kinerja dan efektivitas lembaga. Paradigma APIP berubah dari sebagai watchdog menjadi quality assurance, catalyst dan consultant. APIP harus mampu meyakinkan bahwa pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas fungsi dapat bebas dari praktek penyimpangan dengan kinerja baik. Dengan keluarnya UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa salah satu tugas KPK yaitu melaksanakan koordinasi dan pengawasan (supervisi) bersama instansi yang berwenang dalam rangka monitoring terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Untuk meningkatkan upaya tersebut, disusunlah Program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). Dalam rangka PIAK, Kementerian PU direkomendasikan untuk menyusunan Kode etik khusus untuk Unit Organisasi Eselon I dan disosialisasikan; pembuatan kontrak kinerja untuk pemberian peringkat reward/ punishment dan LAKIP Eselon I dan II; pembuatan SE (Surat Edaran) Menteri PU tentang daftar wajib LHKPN, penundaan promosi bagi pejabat tanpa LHKPN, dan larangan menerima gratifikasi; pelaksanaan sosialisasi LHKPN, gratifikasi dan anti korupsi; promosi anti korupsi; percepatan tindak lanjut sisa temuan BPK/APIP/ KPK. 116 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

123 F. STRATEGI PENGEMBANGAN IPTEK Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Nasional diarahkan pada peningkatan kualitas penguasaan dan pemanfaatan iptek dalam rangka mendukung transformasi perekonomian nasional menuju perekonomian yang berbasis pada keunggulan kompetitif. Dalam mewujudkan arahan ini, secara garis besar pembangunan iptek dirancang dalam dua bagian, yaitu (1) yang berkaitan dengan wahana pembangunan iptek dan (2) yang berkaitan dengan substansi iptek itu sendiri. Agar dukungan iptek terhadap pembangunan nasional dapat berlangsung secara konsisten dan berkelanjutan, sistem inovasi nasional sebagai wahana pembangunan iptek akan diperkuat melalui penguatan kelembagaan, sumberdaya, dan jaringan iptek melalui forum iptek. Sementara itu, pembangunan substansi dilaksanakan melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek di bidang-bidang iptek yang strategis dan diarahkan untuk mencapai hasil yang semakin nyata mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional baik dalam bentuk publikasi ilmiah, paten, prototip, layanan teknologi, maupun wirausahawan teknologi. Pengembangan IPTEK bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman, pada dasarnya dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi para pihak yang berkepentingan (stakeholder), baik pemerintah, swasta maupun masyarakat umum. Dukungan IPTEK terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi unit-unit operasional di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas-dinas Pekerjaan Umum di daerah harus menjadi prioritas utama. Pengembangan IPTEK bidang Pekerjaan Umum dan Permukiman (IPTEK PU) meliputi kegiatan: penelitian dan pengembangan yang menghasilkan iptek dan SPMK, penerapan IPTEK yang menghasilkan informasi tentang kesiapan pakai IPTEK, dan pemberian layanan keahlian untuk memecahkan persoalan persoalan lapangan (advis teknis) serta ditunjang dengan pengembangan sarana dan prasarana litbang (laboratorium). Berdasarkan arahan RPJMN dan kebutuhan pengembangan iptek di sektor-sektor ke-pu-an, pengembangan iptek diarahkan untuk (i) percepatan pembangunan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dan swasta, (ii) pengembangan jaringan transportasi dan jaringan Sumber Daya Air, (iii) pembangunan perumahan dan permukiman, (iv) pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan Sumber Daya Alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, (v) peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen pembangunan infrastruktur terkait. Area litbang meliputi desain dan teknologi, sosial budaya, kelembagaan, ekonomi dan pembiayaan, serta kebijakan. Selain itu, litbang juga dilakukan terhadap seluruh aspek penyelenggaraan Infrastruktur yaitu pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan (Tur Bin Bang Was), serta aspek aspek yang berhubungan dengan keamanan, keselamatan, kenyamanan, kesehatan atau pelestarian fungsi dan sumber daya lingkungan hidup. Pengembangan iptek dan penyusunan SPMK dilakukan oleh Balitbang PU dan didukung oleh perguruan tinggi, unit kerja operasional dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, konsultan, kontraktor dan assosiasi dalam rangka jaminan mutu infrastruktur PU dan Permukiman. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 117

124 G. STRATEGI PEMBERDAyAAN MASyARAKAT DAN KEMITRAAN Sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, program program Kementerian Pekerjaan Umum diarahkan berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan partisipasi masyarakat termasuk fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan serta pemeliharaan infrastruktur PU-KIM. Pemberdayaan berupa kemitraan dan partisipasi berprinsip pada kesetaraan, keterbukaan, dan saling memperoleh manfaat, merupakan kunci keberhasilan dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan aset publik tersebut. Strategi Pemberdayaan Masyarakat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran, kesiapan dan keterlibatan masyarakat. Kualitas pemberdayaan masyarakat dan peran stakeholder dalam pelaksanaan program perlu terus ditingkatkan, antara lain melalui: Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan program, terutama dalam proses pengambilan keputusan; Peningkatan kepekaan dan kesadaran di semua tingkatan; Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui pelatihan; Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai ke tingkat terendah di desa. Disamping itu peningkatan peran stakeholder dan pemerintah daerah dapat ditumbuhkembangkan sehingga dapat melaksanakan pembinaan yang akan mendorong kemandirian masyarakat dalam mendung program ke-puan. Strategi yang sudah berjalan dan menjadi arah kedepan adalah upaya penguatan ketahanan masyarakat secara sosial, ekonomi, dan lingkungan dan keterkaitannya dengan peningkatan ekonomi lokal, guna lebih menjamin peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat dalam memperkuat kemajuan ekonomi nasional yang inklusif. Pada pengelolaan Sumber Daya Air, strategi diarahkan melalui peningkatan Partisipasi Perkumpulan petani pemakai air (P3A) dalam rencana modernisasi jaringan irigasi, dan kemitraan pemangku kepentingan (stakeholders) baik unsur pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air melalui Gerakan Nasional Kemitraan Pengelolaan Air (GNKPA). P3A dalam kegiatan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip: sukarela dengan berdasar hasil musyawarah dan mufakat, kebutuhan, kemauan dan kemampuan, kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat petani/perkumpulan petani pemakai air. Kemitraan dalam penataan ruang yang diwujudkan dalam aspek pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan ruang. Masyarakat dalam komunitas komunitas kecil dan didorong untuk berinisiatif dan berperan menata lingkungan, mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Begitu juga kalangan dunia usaha yang telah banyak membangun dan mengembangkan kota baru dengan konsep green city yang tentunya perlu didukung oleh Pemerintah melalui regulasi dan penyediaan infrastruktur untuk pengembangan kawasan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan isu perubahan iklim. Kemitraan dalam sub bidang jalan dilaksanakan pada kesiapan masyarakat dalam pembebasan lahan Jalan. Dalam bidang Litbang, kemitraan dilaksanakan dalam peningkatan Penerapan Produk Litbang. Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam sub bidang keciptakaryaan diwujudkan dalam kesiapan masyarakat program berbasis masyarakat seperti pamsimas, sanimas, dan penghuni Rusunawa dalam menghuni dan mengelola bagunan dan lingkungannya. 118 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

125 POLA PEMBERDAyAAN MASyARAKAT SUB BIDANG KECIPTAKARyAAN Kemitraan dalam jasa konstruksi mempunyai orientasi untuk mendapatkan nilai tambah dari setiap kerjasama, dan mengoptimalkan potensi sumberdaya dan pendanaan dari masyarakat dan dunia usaha. Sebagai salah satu upaya yang menjadi potensi yang luar biasa untuk dikembangkan dengan akses kemitraan Pemerintah dan masyarakat. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 119

126 Gambar4.6. Untuk memastikan tercapainya target pertumbuhan ekonomi diatas 7% pada tahun 2014, diperlukan langkah untuk menciptakan kepastian bagi dunia usaha dengan konsistensi dan transparansi peraturan, kontrak, dan hukum, serta mengurangi simpul-simpul birokrasi baik horisontal maupun vertikal. Setiap Kementerian melakukan evaluasi dan perubahan dari seluruh aturan yang tidak mendukung iklim usaha. Melakukan benchmarking dengan standar internasional yang diumumkan secara transparan kepada publik. H. STRATEGI PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI Strategi pengembangan jasa konstruksi secara nasional diarahkan untuk peningkatan keandalan yaitu struktur usaha yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas sehingga jasa konstruksi nasional diharapkan semakin mampu mengembangkan perannya dalam pembangunan nasional. Pengembangan perangkat jasa konstruksi juga diperlukan untuk mendukung pasar konstruksi di sektor swasta yang nilainya juga terus meningkat, bahkan telah mampu mengungguli nilai pasar jasa konstruksi pemerintah, yakni sekitar 60% dari total nilai pasar jasa konstruksi nasional. Strategi dilaksanakan melalui pengaturan, pemberdayan, dan pengawasan untuk ketiga arah pembinaan yaitu restrukturisasi usaha jasa konstruksi, peningkatan profesionalisme dan kemandirian masyarakat. Penerapan strategi pertama ditujukan untuk merestrukturisasi usaha jasa konstruksi untuk membentuk komposisi yang seimbang antara perusahaan besar, menengah dan kecil serta perusahaan umum, spesialis, dan keterampilan tertentu. Selanjutnya strategi diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme penyedia jasa konstruksi baik perorangan maupun badan usaha untuk menjadikan jasa konstruksi semakin berdaya saing tinggi dan peningkatan kemandirian masyarakat jasa konstruksi melalui peran aktif peran aktif seluruh unsur masyarakat jasa konstruksi. 120 BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

127 Pengaturan dilakukan dengan menetapkan kebijakan pengembangan jasa konstruksi, menerbitkan dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan, norma, standar, pedoman dan kriteria jasa konstruksi serta peraturan perundangan yang terkait dengan usaha jasa konstruksi dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pemberdayaan dilakukan melalui pengembangan sumber daya manusia, pengembangan usaha termasuk upaya mendorong kemitraan fungsional yang sinergis; (3) dukungan lembaga keuangan untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan,dan akses dalam memperoleh pendanaan; (4) dukungan lembaga pertanggungan untuk memberikan prioritas, pelayanan, kemudahan, dan akses dalam memperoleh jaminan pertanggungan risiko; (5) peningkatan kemampuan teknologi, sistem informasi serta penelitian dan pengembangan teknologi. Pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa konstruksi antara lain mengenai perizinan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan keteknikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Strategi ini dilakukan dengan kemitraan, kerjasama dan sinergitas dengan keseluruhan stakeholdes yaitu antara lain dari instansi pemerintah dan pemerintah daerah, asosiasi lembaga, perguruan tinggi, lembaga riset. Demikian juga Pembinaan konstruksi di masa depan akan difokuskan sangat tergantung kepada kehandalan dan ketangguhan pengelolaan sektor konstruksi di daerah dalam rangka menunjang perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembinaan diarahkan untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, SDM, dan kebijakan pembinaan jasa konstruksi Pusat dan daerah dengan mengoptimalkan peran forum jasa konstruksi daerah. BAB 4 - ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 121

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota. - 20 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian

Lebih terperinci

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

- 26 - PEMERINTAH. 3. Penetapan rencana. 3. Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai - 26 - C. PEMBAGIAN URUSAN AN PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional sumber daya air. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO. esuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

KATA PENGANTAR MENTERI PEKERJAAN UMUM DJOKO KIRMANTO. esuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang KATA PENGANTAR esuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang S Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010 2014 telah ditetapkan dalam

Lebih terperinci

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. - 6-3. BIDANG PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu 3. Penetapan

Lebih terperinci

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air

Lebih terperinci

RENJA K/L TAHUN 2016

RENJA K/L TAHUN 2016 RENJA K/L TAHUN 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DAFTAR ISI 1. FORMULIR I 2. FORMULIR II a) SEKRETARIAT JENDERAL b) INSPEKTORAT JENDERAL c) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN d) BADAN

Lebih terperinci

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah. 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH - 11 - C. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air di 2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN AN ANTARA,, DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM S ebagai upaya untuk merespons terhadap berbagai perubahan, baik yang terkait perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam masyarakat dan adanya tuntutan

Lebih terperinci

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan - 158 - E. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG 1. Pengaturan 1. Penetapan peraturan perundangundangan bidang penataan ruang 2. Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang

Lebih terperinci

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang.

Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang penataan ruang. E. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG - 120-1. Pengaturan 1. Penetapan peraturan perundangundangan bidang penataan ruang 2. Penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) bidang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB.III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU

PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PU MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 22/PRT/M/2010 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PU NOMOR: 03/PRT/M/2010 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 3065-1154-2414-8690 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2017 LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A217 Halaman : 1 33 33.1 33.1.1 2379 2382 2383 2384 2387 5682 33.1.2 2381 2389 239 33.2 33.2.3 2391 2392 2393 2394 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2.747.76.255

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT

NO LD.27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2008 TANGGAL 16SEPTEMBER 2008 DAFTAR URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN GARUT A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB-SUB BIDANG PEMERINTAH

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS PEKERJAAN UMUM Jalan Semanggi No. 19 Telepon (0370) 633095 - Mataram RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MATARAM 2011-2015 PEMERINTAH KOTA MATARAM DINAS

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL

IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2007 TANGGAL 2 NOPEMBER 2007 IDENTIFIKASI URUSAN RIIL YANG DILAKSANAKAN DI DAERAH KENDAL BIDANG PENDIDIKAN No. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG JENIS

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK LANJUTAN TAHUN ANGGARAN 213 NOMOR DIPA-33.5-/213 DS 11-823-4351-5822 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua.

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, dan Salam sejahtera bagi kita semua. MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Sambutan Menteri Pekerjaan Umum Pada Konsultasi Regional Kementerian Pekerjaan Umum Wilayah Barat Tahun 2012 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 C. SUB BIDANG KURIKULUM 1. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar. 2. Sosialisasi kerangka

2 C. SUB BIDANG KURIKULUM 1. Koordinasi dan supervisi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada pendidikan dasar. 2. Sosialisasi kerangka LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2008 TANGGAL 19 NOPEMBER 2008 URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO I. BIDANG PENDIDIKAN A. SUB

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan pemerintahan di Kabupaten Pati sebagai daerah otonom,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BANGLI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BANGLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BANGLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGLI, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR : 9 TAHUN 2008 TANGGAL : 28 Juni 2008 URUSAN WAJIB KABUPATEN BANYUMAS A. BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH 1. Kebijakan

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN 2005-2010 A. Latar Belakang Pembangunan jalan merupakan kebutuhan yang sangat vital sebagai pendukung utama dinamika dan aktivitas ekonomi baik di pusat maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Surabaya, 31 Desember 2016 KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG PROVINSI JAWA TIMUR

Surabaya, 31 Desember 2016 KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN TATA RUANG PROVINSI JAWA TIMUR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 Tahun 2008 Tanggal : 18 Februari 2008

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 Tahun 2008 Tanggal : 18 Februari 2008 A. BIDANG PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 Tahun 2008 Tanggal : 18 Februari 2008 RINCIAN URUSAN WAJIB PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA SUB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 21

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

INSTANSI TUGAS FUNGSI. Indikator Kinerja Utama. Sumber Data Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalsel

INSTANSI TUGAS FUNGSI. Indikator Kinerja Utama. Sumber Data Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalsel INSTANSI TUGAS FUNGSI No INDIKATOR KINERJA UTAMA ESELON II DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2016-2021 : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA KETERPADUAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PEKERJAAN UMUM DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan Oleh: MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 03 TAHUN 2009 T E N T A N G KEWENANGAN PEMERINTAHAN KABUPATEN LUMAJANG DALAM URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG, DAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan provinsi yang berada di ujung selatan Pulau Sumatera dan merupakan gerbang utama jalur transportasi dari dan ke Pulau Jawa. Dengan posisi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated IV. GAMBARAN UMUM A. Umum Dalam Pemenuhan kebutuhan sumber daya air yang terus meningkat diberbagai sektor di Provinsi Lampung diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air terpadu yang berbasis wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) TAHUN 2010 Jakarta, 28 April-1 Mei 2010 RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK

Lebih terperinci