KATA PENGANTAR. Semoga laporan tahunan ini dapat bermanfaat dan Allah SWT selalu menjaga serta membimbing kita semua.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Semoga laporan tahunan ini dapat bermanfaat dan Allah SWT selalu menjaga serta membimbing kita semua."

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rakhmat dan Hidayah-Nya telah mampu melaksanakan kegiatan tahun 2014 tanpa ada hambatan yang berarti. Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2013 merupakan gambaran pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan Ketata Usahaan, Seksi Karantina Hewan, Seksi Karantina Tumbuhan serta Seksi Pengawasan dan Penindakan, sekaligus sebagai pertanggung jawaban dan informasi dalam upaya peningkatan kinerja penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati serta dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam pencapaian Visi dan Misi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak atas dedikasinya dalam penyusunan Laporan Tahunan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun Anggaran 2014 Semoga laporan tahunan ini dapat bermanfaat dan Allah SWT selalu menjaga serta membimbing kita semua. Banjarmasin, 07 Pebruari 2014 Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin drh. Sri Hanum NIP i

3 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan kegiatan tahun 2014 yang dituangkan dalam Laporan Tahunan merupakan laporan pencapaian kinerja selama tahun 2014 yang meliputi: 1. Kegiatan Ketatausahaan dan rumah tangga perkantoran, mencakup pengelolaan keuangan, kepegawaian, barang milik negara,tata persuratan dan kearsipan, sistem pengendalian internal (SP I), reformasi birokrasi (RB), kehumasan, pelayanan informasi dan dokumentasi serta sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP); 2. Kegiatan operasional perkarantinaan yang mencakup pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis dalam bidang Karantina Hewan dan Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Hewani dan Nabati; 3. Kegiatan Pengawasan dan Penindakan yang mencakup kegiatan Preventif, Represif dan Penindakan Hukum. Hal hal yang terkait dalam cakupan pencapaian kinerja di atas merupakan implementasi dari pelaksanaan kebijakan Badan Karantina Pertanian yang mengacu kepada arah kebijakan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN ) Kementerian Pertanian yang berada pada bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup (SDA -LH), yang mendukung tujuan nasional yaitu: Peningkatan Kesejahteraan rakyat dan peningkatan kualitas hidup. Capaian kinerja ditujukan dapat menciptakan kondisi keamanan pangan yang bebas dari hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme 1

4 BAB I PENDAHULUAN pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) khususnya untuk Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki luas daratan ,52 KM 2. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/ 2008 tanggal 4 April 2008, Balai Karantina Pertanian mempunyai Wilayah Kerja meliputi Pelabuhan Laut Trisakti, Bandar Udara Syamsudin Noor, Pelabuhan Laut Batulicin dan Kotabaru, Pelabuhan Laut Stagen serta Kantor Pos Banjarmasin. B. TUJUAN Tujuan Penyusunan Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2014 diantaranya adalah : 1. Sebagai pertanggungjawaban penyelenggaraan kegiatan kebijakan Badan Karantina Pertanian Tahun Anggaran Sebagai bahan informasi tingkat capaian kinerja BKP Kelas I Banjarmasin Tahun Anggaran 2014 dan diharapkan menjadi sebagian dari bahan acuan dalam penyusunan kebijakan Badan Karantina Pertanian diwaktu mendatang. 2

5 BAB II VISI DAN MISI BAB II VISI DAN MISI BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN A. VISI DAN MISI 1. Visi Mengacu pada Visi Badan Karantina Pertanian serta tuntutan situasi dan kondisi, maka Visi Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin adalah Terwujudnya Karantina Pertanian Banjarmasin Yang Tangguh, Prefesional dan Terpercaya. 2. Misi Guna mewujudkan visi tersebut di atas, maka Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin mengemban misi sebagai berikut : - Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK); - Mendukung terwujudnya keamanan pangan; - Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan akses pasar komoditas pertanian; - Meningkatkan kualitas layanan publik; - Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan nasional; - Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan karantina pertanian. 3

6 BAB II VISI DAN MISI B. STRUKTUR ORGANISASI Struktur Organisasi ditetapkan berdasarkan Permentan Nomor : 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 yang terdiri dari : Kepala Balai ( Esel on III-a ), 3 Kepala Seksi ( Eselon IV -a ) dan 1 Kepala Sub Bagian Tata Usaha ( Eselon IV -a ) dan Pera Pejabat Fungsional seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Organisasi 4

7 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI A. KEPEGAWAIAN 1. Jumlah dan Komposisi Pegawai Jumlah Pegawai pada Balai Karantina Pertanian Kelas I BanjarmasinTahun Anggaran 2014 mengalami penambahan pegawai sebanyak 9 orang (CPNS) dan mutasi ke UPT Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok 1 orang pegawai serta Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya sebanyak 1 orang, dengan demikian jumlah Pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin bertambah 7 orang dengan rincinan sebagai berikut sebagai berikut : a. Pegawai Negeri Sipil : 64 orang b. CPNS : 9 orang Jumlah Total : 73 0rang Dari sejumlah 73 orang pegawai tersebut diatas, memiliki pendidikan sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Personel Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Berdasarkan Pendidikan per 31 Desember 2014 Golongan PendidikanTerakhir S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP Jumlah IV III II I Jumlah

8 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI Tabel 2. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat di Tahun 2014 No N a m a / N I P Pangkat Lama Pangkat Baru Nomor SK Keterangan Tri Mulyani Pengatur TK. I / II- d Penata Muda / III- a No. 77/Kpts/Kp.320/L.1/III/2014 REGULER Nip tgl. 28 Maret Supriyono Pengatur Muda Tk.I / II-b Pengatur / II-c No. 69/Kpts/KP.320/L.1/III/2014 REGULER Nip tgl. 28 Maret Mahliana Yanti Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk. I / II-b No /Kpts/KP.320/A2.4/3/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 28 Maret Aspul Anwar Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk. I / II b No. 142/Kpts/KP.320/L.1/III/2014 REGULER Nip tgl. 28 Maret Drh.Rima Hasmi Firdiati Penata Muda Tk. I / III-b Penata / III-c No /Kpts/Kp.320/A.2.4/III/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 08 September Iwan Budianto, A.Md Pengatur / II-c Pengatur Tk. I / II-d No. 81/KPTS/KP.320/A.2.4/III/2014 REGULER Nip tgl. 28 Maret Riadi Supri Anto Pengatur / II-c Pengatur Tk.I / II-d No /Kpts/Kp.320/A2.4/III/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 28 Maret Fifi Irma Yanti Pengatur / II- c Penata Muda / III-a No. 0167/Kpts/Kp.320/A2.4/08/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 08 September Watinah Pengatur Tk. I / II-d Penata Muda / III-a No. 65/Kpts/Kp.320/A2.4/IX/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 08 September Lulus Riyanto Penata Muda Tk. I / III-b Penata / III-c No /Kpts/Kp.320/A2.4/III/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 28 Maret Lisa Maulida Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk.I / II-b No /Kpts/Kp.320/A2.4/9/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 8 September Italiana Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk.I / II-b No /Kpts/Kp.320/A2.4/9/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 8 September Luthfy Setiadi Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk.I / II-b No /Kpts/Kp.320/A2.4/III/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 28 Maret Agus Sarwono Pengatur Muda / II-a Pengatur Muda Tk.I / II-b No /Kpts/Kp.320/A2.49I/2014 FUNGSIONAL Nip tgl. 8 September Pendidikan/Pelatihan Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin adalah melalui pendididikan formil maupun pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di Perguruan Tinggi Nasional maupun oleh Instansi Penyelenggara di Lingkup Kementerian Pertanian serta Instansi Terkait lainnya. Adapaun jenis pendidikan / pelatihan / magang yang telah diikuti oleh pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin selama tahun 2014 adalah sebagai berikut: o o o o Pendidikan S3 di Institut Pertanian Bogor Pendidikan S2 di Universitas Gajah Mada Pelatihan Dasar Karantina POPT Terampil Pelatihan Pra Jabatan 6

9 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI Tabel 3. Daftar Nama Pegawai Yang Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2014 NO NAMA JENIS PELATIHAN YANG DI IKUTI WAKTU TEMPAT 1 Drh. Lila Widiyanti Sosialisasi Implementasi SMM 4 Pebruari 2014 Banjarmasin In House Training Laboratorium Karantina Pertanian 5 s/d 7 Pebruari 2014 Banjarmasin In House Training E-QVET 1 s/d 4 April 2014 Banjarmasin 2 Masdar, SP Sosialisasi Implementasi SMM 4 Pebruari 2014 Banjarmasin In House Training Laboratorium Karantina Pertanian 5 s/d 7 Pebruari 2014 Banjarmasin 3 Herlina Praningtyas, SP Sosialisasi Implementasi SMM 4 Pebruari 2014 Banjarmasin In House Training Laboratorium Karantina Pertanian 5 s/d 7 Pebruari 2014 Banjarmasin 4 Drh. Yeni Lusiana Sosialisasi Implementasi SMM 4 Pebruari 2014 Banjarmasin Workshop Nasional Hasil Tindakan Karantina Hewan di tempat Pemasukan dan Pengeluaran 16 s/d 17 April 2014 Jogjakarta In House Training 23 s/d 25 April 2014 Samarinda 5 Drh. Meitha Endi Saputri Sosialisasi Implementasi SMM 4 Pebruari 2014 Banjarmasin Desiminasi Penilaian persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan Ruminansia Besar 23 Pebruari s/d 2 Maret 2014 Bekasi Bimbingan Teknis Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkup Kementan 14 s/d 15 April 2014 Bogor Bimtek Pedoman Penanganan, Pemeriksaan dan Tata cara Penilaian Persyaratan Teknis IKH Prima 16 s/d 21 Juni 2014 Bekasi 6 Drh. Rima Hasmi.F. Apresiasi Sistem Manajemen Laboratorium Berdasarkan SNI/IEC : Pebruari s/d 1 Maret 2014 Surabaya Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 16 s/d 17 April 2014 Jakarta 7 Ani Yuliani, SP Desiminasi Standar Pemantauan OPTK 9 s/d 15 Maret 2014 Bekasi Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 16 s/d 17 April 2014 Jakarta Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 21 April 2014 UNLAM 8 Lahmudin, A.Md 9 Drh. Sri Hanum 10 M. Supian Noor, SP Pembinaan SPIP Handal - Pelayanan Prima 24 s/d 26 Juni 2014 Surabaya Diklat Teknis Dasar Perkarantina Calon POPT Terampil 18 Maret s/d 15 juli 2014 Bogor Seminar Melalui Layanan Sertifikasi Karantina, Kita Giatkan Ekselerasi Ekspor 20 s/d 21 maret 2014 Makasar Workshop Konsep Prosedure Kajian Akademia Pedoman Pelaksanaan Karantina Tumbuhan Pre Border di Negara Asal (Pre Clearence) 27 s/d 29 Maret 2014 Bekasi 11 Edi Susanto, S.IP Bimtek Audit Internal Laboratorium Pengujian 2 s/d 4 April 2014 Depok 12 M. Rusbandi Temu Koordinasi Fungsional Karantina Hewan Medik dan Paramedik Veteriner 2 s/d 4 April 2014 Depok 13 Zanatun Ni'mah Uji Banding Antar Lab penguji dengan mendistribusikan Sample Uji Banding ke Lab Palangkaraya 14 s/d 15 April 2014 Palangkaraya 14 Suci Fitriyani Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 15 s/d 16 April 2014 UGM Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 21 April 2014 UNLAM 15 Iqna Khayatina Rusli, SP Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 15 s/d 16 April 2014 UGM Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 21 April 2014 UNLAM 16 Drh. Umar Suryanaga Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 14 April 2014 Banjarbaru 17 Drh. helmi, M.Si Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 14 s/d 15 April 2014 Balikpapan 18 Deni Hidayat, SP Uji Banding Antar lab. penguji dengan mendistribusikan sample ke Lab 14 s/d 15 April 2014 Balikpapan In House Training 23 s/d 26 April 2014 Samarinda 19 Elfrida Herlina, SP Desimilasi Aplikasi AROPT dan Kategori OPTK 21 s/d 26 April 2014 Bekasi 20 Sri Wiharti Pembinaan SPIP Handal - Pelayanan Prima 24 s/d 26 Juni 2014 Surabaya 21 Yuni Widiastuti, S.Si Pra Jabatan Golongan III 25 Juni s/d 18 Juli 2014 Ciawi 7

10 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI 22 Rahmi Rizkia Rini, S.Si Pra Jabatan Golongan III 25 Juni s/d 18 Juli 2014 Ciawi 23 Rahmawati, A.Md Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 24 Kiki Sherlidayanti, A.Md Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 25 Puji Vidiyawati Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 26 Is Priyanto Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 27 Kukuh Saraswati Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 28 Kukuh Saraswati Pra Jabatan Golongan II 10 Juni s/d 30 Juli 2014 Ciawi 3. Jabatan Fungsional Pejabat Fungsional pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 berjumlah 57 ( lima puluh tujuh ) orang, terdiri dari Pejabat Fungsional POPT Ahli, POPT Terampil, Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner serta jabatan Calon Pejabat Fungsional atau jabatan fungsional umum seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4.Komposisi Pejabat dan Calon Pejabat Fungsional pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin per 31 Desember 2014 Jabatan Gol. Struktur al Calon MV MV Calon PV PV Calon Ahli Ahli POPT Calon Terampil Terampil Tenaga Administratif JML IV III II I JUML AH

11 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI B. KEUANGAN 1. Pelaksanan DIPA Tahun Anggaran 2014 Pagu Anggaran TA sebesar Rp , - bersumber dari anggaran rupiah murni sebesar Rp , - (sepuluh milyar tiga ratus delapan belas juta empat ratus tiga puluh lima ribu rupiah) dan anggaran PNP sebesar Rp , - (tiga ratus juta rupiah) Realisasi belanja secara netto pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin per 31 Desember 2014 sebesar Rp , - atau sebesar 98, 03 % dari anggaran yang tersedia. Sebagai gambaran realisasi anggaran kegiatan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun Anggaran 2014 tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Realisasi Anggaran DIPA Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin per 31 Desember 2014 Menurut Per Jenis Anggaran Belanja No. UraianJenisBelanja Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) SisaAnggaran (Rp) 1 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Jumlah Sisa anggaran sebesar Rp ,- terdiri dari sisa anggaran yang bersumber dari rupiah murni sebesar Rp ,- dan anggaran PNP sebesar Rp ,- serta pengembalian belanja Layanan Sertifikasi Karantina Pertanian, Layanan Perkantoran dan Gedung / Bangunan sebesar Rp ,- 9

12 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI 1.1. Layanan Perkantoran Capaian kegiatan Layanan Perkantoran yang terdiri dari kegiatan Operasioal Perkantoran berupa belanja gaji dan tunjangan, Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran serta Operasional Tata Kelola Kegiatan dengan besaran Pagu Anggaran Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- atau sebesar ( 98,83 % ) 1.2. Layanan Sertifikasi Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati Layanan Sertifikasi Karantina Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati berupa kegiatan Sertifikasi Karantina Hewan dan Pengawasan Keamanan Hayati Hewani, Sertifikasi Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Hayati Nabati, Pemantauan Penyebaran dan Koleksi HPHK/OPTK, Fasilitas Kepatuhan, Kerjasama dan Pengembangan Informasi berupa kegiatan Sosilasisasi Perkarantinaan, Pengawasan Kegiatan Operasional Karantina dan Penyidikan Tindak Pidana Karantina Pertanian serta Koordinasi Dan Kerjasama dengan Instansi Terkait Besaran Pagu Anggaran yang tesedia adalah Rp ,- dan terealisasi sebesarrp ,-atau sebesar ( 95,05 % ) 1.3. Gedung/Bangunan Capaian kegiatan pembangunan gedung kantor berupa Rehabilitasi Gedung Pelayanan Karantina Pertanian dengan pagu anggaran sebesar Rp ,- terealisasi sebesar Rp ,- atau sebesar ( 98,67 % ) 10

13 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI No Tabel 6. Rincian Anggaran dan Realisasi per Jenis Belanja Tahun 2014 Sub Kegiatan Belanja Modal Anggaran Realisasi % Capaian (1) (2) (3) (4) (5) 1 Belanja Pegawai ,6 2 Belanja Barang ,1 3 Belanja Modal ,7 4 Belanja Sosial TOTAL ,03 Tabel 7. Perbandingan Anggaran Belanja per Jenis Belanja Tahun 2013 dan 2014 No Uraian Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran % Naik/Turun (1) (2) (3) (4) (5) 1 Belanja Pegawai ,1 2 Belanja Barang ,5 3 Belanja Modal ,4 4 Belanja Sosial TOTAL ,1 Tabel 8.Perbandingan Realisasi Belanja per Jenis Belanja Tahun 2013 dan 2014 No Uraian Tahun 2013 Anggaran Tahun 2014 Anggaran % Naik/Turun (1) (2) (3) (4) (5) 1 BelanjaPegawai ,2 2 BelanjaBarang ,7 3 Belanja Modal Belanja Sosial TOTAL ,9 11

14 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI No Tabel 9.Realisasi Anggaran Belanja per Jenis Belanja Tahun 2014 Nama Kegiatan Pagu Anggaran Realisasi % Capaian (1) (2) (3) (4) (5) 1 Layanan Perkantoran ,63 2 Layanan Sertifikasi KP dan Pengawasan Keamanan Hayati ,05 3 Gedung / Bangunan ,67 TOTAL ,15 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,- atau sebesar 123,16 % dari target penerimaan sebesar Rp ,- Realisasi penerimaan PNBP Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin disajikan dalam Tabel 8. 12

15 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI Tabel 8. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin TA No. MAP Uraian Penerimaan (Rp) Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) 1 - Penerimaan Umum Pendapatan sewa rumah dinas Penerimaan kembali belanja Pegawai Pendapatan Penulasan Ganti Rugi Atas kerugian Yang diderita oleh Negara Pendapatan Anggaran Lainnya 2 - Penerimaan Fungsional Pendapatan sensor/ karantina, pengawasan/ Pemeriksaan Jumlah C. SARANA DAN PRASARANA Kantor yang beralamat di Jl. Mayjend. Sutoyo S. No Banjarmasin, memiliki luas tanah m 2 berdiri bangunan diantaranya perkantoran, screen house, kandang hewan kecil, mess pegawai sebanyak 4 unit, serta 1 unit bangunan laboratorium seluas 273 M 2. memiliki beberapa Wilayah Kerja, di Pelabuhan Sungai Trisakti dengan layanan operasional di Gedung, sedangkan Wilayah Kerja Bandar Udara Syamsudin Noor memiliki gedung kantor seluas 70 M² di Jl. Angkasa Banjarbaru dan counter Karantina Pertanian yang disediakan oleh PT (Persero) Angkasa Pura 13

16 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI I di area Bandar Udara Syamsudin Noor, sedangkan Wilayah Kerja Batulicin dan Kotabaru masih status menyewa. Untuk sarana penunjang dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masih sangat kurang dikarenakan hanya memiliki Instalasi Kandang Hewan Besar yang belum sesuai dengan standard dengan kapasitas kandang hanya untuk 150 ekor, sedangkan sarana operasional Karantina Tumbuhan hanya tersedia Screen house seluas 70 M 2. Gambar 6. Kantor BKP Kelas I Banjarmasin dan Wilayah Kerjanya Kantor Kantor BKP BKP Kelas Kelas I Banjarmasin I Banjarmasin dan dan Wilker Wilker Trisakti Trisakti Wilker Batulicin Wilker Bandara Syamsudin Noor Wilker Kotabaru 14

17 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI D. KESEKRETARIATAN Selama tahun 2014 mencatat surat yang masuk sebanyak 626 berkas surat dan mengirim surat sebanyak berkas surat. Kedepan diharapkan adanya sistem arsiparis secara elektronik yang bisa diterapkan di tingkat UPT dan tersedia ruang arsip, mengingat frekuensi surat yang masuk dan keluar meningkat dengan kondisi sumber daya manusia yang belum mencukupi dan mutasi pejabat yang relatif dinamis sehingga penyimpanan/pengarsipan surat bisa lebih tertata secara maksimal. E. Reformasi Birokrasi telah melaksanakan Reformasi Birokrasi semenjak bulan Juli 2010, dengan tujuan dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa melalui kegiatan: a. Menerapkan sistem piket untuk melayani pengguna jasa selama 24 jam b. Memberikan informasi yang jelas tentang prosedur pelaksanaan tindakan karantina, tarif jasa karantina hewan dan tumbuhan yang telah ditampilkan diruangan dalam bentuk bahan tayang maupun leaflet. c. Pengumpulan dan pengolahan data informasi publikasi dan dokumentasi melalui website ( d. Berpartisipasi aktif dalam berbagai forum pertemuan yang diselenggarakan instansi terkait dalam rangka pelaksanaan operasional maupun penegakan hulum di bidang karantina bersama dengan Kepolisian, Kejaksaan serta pengadilan setempat 15

18 BAB III KEGIATAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI e. Membuat Kesepakatan antara BKP. Kelas I Banjarmasin dengan pengguna jasa tentang penyelenggaran pelayanan karantina pertanian ( Berita Acara Kesepakatan Nomor : 1300.a/TU.220/L.18.B/09/2014 tanggal 23 September 2014 f. Menyediakan alat untuk mengukur kepuasan pelanggan di ruang pelayanan secara elektronik maupun manual g. Tersedianya bahan tayang yang dapat dilihat secara langsung oleh pelanggan berkait dengan pelayanan sertifikasi diruang pelayanan untuk mengetahui waktu layanan. h. Tersedianya layanan pengaduan maupun informasi publik (PPID). i. Tersedianya sarana yang memadai untuk kenyamanan pelayanan publik. j. Tersedianya Katalog Standar Pelayanan Publik untuk pelayanan Perkarantinaan Pertanian. 16

19 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL A. KARANTINA HEWAN terus berupaya meningkatkan pelayanan sehingga mampu menghadirkan pelayanan yang prima (efektif, efisien dan profesional) untuk mencegah masuk dan menyebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) yang dibawa melalui media pembawa HPHK yang dilalulintaskan, termasuk peningkatan kualitas sertifikasi. Pelayanan laboratorium berjalan dengan baik dan ouput-nya dapat dijadikan sebagai rekomendasi dari tahapan tindakan karantina selanjutnya. Pengembangan wilayah kerja secara signifikan telah berjalan dengan adanya pelayanan di wilayah kerja Batulicin dan Kotabaru. Pelaksanaan tindakan karantina di Pelabuhan Batulicin dan Kotabaru telah berjalan dengan baik. Untuk sementara Wilker Pagatan masih ditangani secara rangkap oleh petugas dari Wilker Batulicin. Untuk tindakan pemeriksaan Karantina yang dilaksanakan di luar tempat pemasukan dan pengeluaran maka pemeriksaan tersebut dilaksanakan di Instalasi Karantina Hewan milik Balai Karantina Kelas I Banjarmasin atau Instalasi Karantina Hewan milik pihak lain yang. Selama tahun 2014 Balai Karantina Kelas I Banjarmasin telah melakukan audit di Instalasi milik Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan dan instalasi milik PT. Buana Karya Bhakti. Dan selanjutnya kedua instalasi tersebut ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Hewan dengan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 667/Kpts/KH.040/L/07/2014 tanggal 24 Juli 2014 untuk instalasi milik Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan dan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 773/Kpts/KH.040/L/08/2014 tanggal 25 Agustus 2014 untuk instalasi milik PT. Buana Karya Bhakti. 17

20 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 1. Kegiatan Impor Selama tahun 2014 tidak ada kegiatan impor. Hal ini dikarenakan belum adanya jalur perdagangan internasional untuk komoditi karantina hewan baik di Wilker Trisakti, Bandara Syamsudin Noor, Batulicin maupun Kotabaru 2. Kegiatan Ekspor Seperti halnya kegiatan impor, pada tahun2014 tidak terdapat kegiatan ekspor di semua wilayah kerja. 3. Kegiatan Pemasukan Antar Area Kegiatan pemasukan antar area komoditi wajib periksa karantina pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin yang dilakukanmelalui Wilker Pelabuhan Trisakti, Bandara Syamsudin Noor, Batulicin dan Kotabaru telah berjalan dengan baik. Berbeda di tahun 2013, secara keseluruhan jumlah frekwensi pemasukan media pembawa HPHK mengalami penurunan sebesar 0,9 % dari tahun FREKWENSI (Kali) JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Gambar 1. Grafik Perbandingan Frekuensi Pemasukan Antar Area Karantina Hewan Tahun Seperti yang terlihat pada gambar. 1 diatas, penurunan frekwensi pemasukan media pembawa HPHK terjadi pada bulan September dan seterusnya sampai bulan Januari tahun mendatang.hal ini terjadi karena, pada bulan-bulan tersebut cuaca di perairan tidak baik, sehingga lalu lintas MP HPHK sedikit terhambat.seperti yang kitaketahui, bahwa sebagian besar wilker BKP Kelas I Banjarmasin adalah Pelabuhan Lautdan Sungai.Akan tetapi, pemasukan MP HPHK melalui Bandara Syamsudin Noor relative stabil. 18

21 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Wilker Pelabuhan Trisakti Wilker Bandara Syamsudin Noor Wilker Batulicin Wilker Kotabaru Wilker Batulicin 558 5% Wilker Kotabaru 64 1% Wilker Bandara Syamsudin Noor % Wilker Pelabuhan Trisakti % Gambar 2. Grafik Perbandingan Frekwensi Pemasukan Antar Area Karantina Hewan per Wilayah Kerja Tahun 2014 FREKWENSI JAN FEB MA R APR MEI JUN JUL AGT SEP T Wiker Syamsudin Noor Wilker Trisakti Wilker Batulicin Wilker Kotabaru OKT NO P DES Gambar 3. Grafik Perbandingan Frekwensi Pemasukan Antar Area Karantina Hewan per Wilayah Kerja Tahun

22 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL HEWAN BAH HBAH BL / MPL 0 Wilker Pelabuhan Trisakti Wilker Bandara Syamsudin Noor Wilker Batulicin Wilker Kotabaru Gambar 4. Grafik Frekwensi Pemasukan Antar Area Karantina Hewan Berdasarkan Kelompok Komoditi per Wilayah Kerja BKP Kelas I Banjarmasin Tahun 2014 Gambar 4. menunjukkan bahwa aktifitas pemasukan antar area MP HPHK menuju lebih sering melalui wilker Pelabuhan Trisakti yakni sebesar 56 %.Sedangkan yang menuju Wilker Syamsudin Noor, Batulicin, dan Stagen-Kotabaru, didominasi oleh kelompok komoditi hewan. Dominasi hewan yang masuk melalui wilker-wilker tersebut juga berbeda. Pemasukan antar area MP HPHK berdasarkan daerah asal dengan tujuan Banjarmasin, lebih banyak berasal dari Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya dengan persentase frekuensi sebanyak 64,62 %. Baik melalui Wilker Trisakti, Wilker Bandara Syamsudin Noor, Wilker Batulicin, maupun Wilker Kotabaru. Adapun jenis komoditinya berupa : ternak ruminasia (ruminansia besar dan kecil), DOC,telur konsumsi, telur ayam tetas dan pakan ternak. Adapun data operasional pemasukan antar area per kelompok komoditi berdasarkan daerah asal dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah. 20

23 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Tabel 1. Data Operasional Pemasukan Antar Area Karantina Hewan Berdasarkan Daerah AsalTahun 2014 NO NAMA UPT HEWAN BAHAN ASAL HEWAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN BENDA LAIN Volume (Ekor) Frek. Satuan Volume Frek. Satuan Volume Frek. Satuan Volume Frek. 1 BBKP Surabaya Kg Kg Kg Butir Kemasan Lembar BBKP Soekarno Hatta Kg Kg Kemasan BBKP Tanjung Priok Kg Kg Kemasan BBKP Makassar Kg 82 3 Kg BKP Kelas I Semarang Kg BKP Kelas I Kupang BKP Kelas I Jambi BKP Kelas I Balikpapan BKP Kelas I Bandar 17 5 Lampung 10 BKP Kelas I Denpasar Kg BKP Kelas I Mataram BKP Kelas I Padang BKP Kelas I Pekanbaru BKP Kelas I Pontianak BKP Kelas I Palembang BKP Kelas II Yogyakarta BKP Kelas II Tarakan BKP Kelas II Palangkaraya BKP Kelas II Medan SKP Kelas I Pare-Pare Kg SKP Kelas I Samarinda SKP Kelas I Bandung Kg Kemasan BKP Kelas I Manado SKP Kelas I Sumbawa Besar 25 SKP Kelas II Bangkalan

24 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 26 SKP Kelas II Mamuju SKP Kelas II Tj. Balai 28 BKP Kelas II Tanjung Pinang 2 1 berbagai kendala pada operasional program aplikasi tersebut, namun pada perkembangannya program tersebut telah mengalami penyempurnaan dan sangat membantu sekali dalam operasional perkarantinaan di Banjarmasin. Dengan menggunakan fasilitas e-cert, maka kita dapat Seperti yang terlihat pada Tabel 1, pemasukan antar area MP HPHK didominasi UPT Barantan yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Sedangkan pulau yang lainnya adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan lain-lain. Tindakan Pemeriksaan terhadap Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina dilakukan secara intensif terutama di Wilayah Kerja Pelabuhan Trisakti yang merupakan Pusat Perekonomian Kalimantan Selatan saat ini, sama halnya di Bandara Syamsudin Noor yang saat ini berkembang menjadi bandara dengan penerbangan yang semakin padat. Wilayah Kerja Batulicin dan Kotabaru menunjukan perkembangan cukup signifikan pula, terutama pemasukan dan pengeluaran dari dan ke Pulau Sulawesi. Dengan adanya modernisasi sistem informasi di Pelabuhan Banjarmasin, aktivitas bongkar muat kapal yang sandar di pelabuahan,selain dilakukan pengawasan langsung di pelabuhan, juga dapat diakses melalui internet, dengan mengakses hompage Pelabuhan Banjarmasin. Pengawasan lalu lintas MP HPHK juga dapat dilakukan secara on line, dengan menggunakan program aplikasi internal Badan Karantina Pertaniaan yaitu EQVET. Walaupun pada awalnya ditemukan mengetahui MP HPHK yang akan ditujukan ke wilker-wilker di. Program aflikasi tersebut tentunya akan kurang bermanfaat apabila dari Karantina daerah asal tidak mengirimkan datanya secara real time dan alat angkut yang digunakan tidak ditulis secara lengkap, misalnya hanya ditulis Kapal Laut atau Pesawat Udara saja, tanpa menyertakan nomor penerbangannya. Pemeriksaan dokumen dan fisik hewan, bahan asal hewan serta hasil bahan asal hewan dilakukan secara ketat oleh petugas dalam setiap pemeriksaan di atas alat angkut sebelum tindakan karantina yang lain dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap media pembawa HPHK baik hewan maupun produk hewan seperti daging ayam beku, daging sapi beku 22

25 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL yang berasal dari dalam negeri dan eks-impor yang diantar-areakan. Tindakan pemeriksaan terhadap produk hewan ini merupakan salah satu bentuk pengawasan keamanan hayati hewani dan hasil pemeriksaannya masih merupakan data monitoring. Tindakan pemeriksaan terhadap hama penyakit hewan karantina dijelaskan pada kegiatan intersepsi HPHK. Berbagai teknik pemeriksaan laboratorium pada tahun 2014 mulai ditingkatkan, seperti jenis metode pengujian yang dilakukan. Outputnya dapat dijadikan dasar bagi petugas fungsional dalam mengambil keputusan, sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggung- jawabkan. Tabel 2. Data Operasional PemasukanAntar Area Karantina Hewan Tahun 2014 NO. NAMA MEDIA PEMBAWA SATUAN VOLUME FREKWENSI NO. NAMA MEDIA PEMBAWA SATUAN VOLUME FREKWENSI Sapi Potong Ekor DOD Ekor Kerbau Potong Ekor DOQ Ekor Kuda Ekor Ulat Bumbung Kg Kambing Potong Ekor Ulat Hongkong Kg Kambing Bibit Ekor Pakan Ternak Kg Domba Ekor Daging Domba beku Kg Burung Ekor Daging Sapi Beku Kg Burung Liar Ekor Daging Kambing Kg Ayam Ekor Daging ayam Kg Ayam Hias Ekor Daging Sapi Olah Kg Kelinci Ekor Daging Unggas Olahan Kg Iguana Ekor Daging Itik Beku Kg Anjing Ekor Daging Itik Olahan Kg Kucing Ekor Jerohan Sapi Kg Kalkun Ekor Jerohan Ayam Kg Merak Ekor Yoghurt Kg Hamster Ekor Keju Kg Marmut Ekor Bungger Kg Lebah Koloni Bakso Ayam Kg jangkrik Kg Bakso Sapi Kg chimpanze Ekor Sosis sapi Kg Gajah Ekor Sosis Ayam Kg Harimau Ekor Nugget Kg

26 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 24 Singa Ekor Mentega Kg Rusa Ekor Krem Kg Tupai Ekor Butter Kg Tokek Ekor Telur Konsumsi Kg Kadal Ekor Telur Tetas Butir Tikus Putih Ekor Sarang Burung Kg Landak Mini Ekor Vaksin Hewan Kemasan Entog Non Bibit Ekor Serum Ayam Kemasan DOC PS Ekor Kulit sapi Lembar DOC FS Ekor Tindakan Pengasingan terhadap Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina difokuskan pada Media Pembawa highly pathogenic avian influenza (HPAI), rabies, brucellosis, anthraks,. Kegiatan pengasingan selain dilakukan di instalasi karantina hewan (IKH), juga dilakukan di tempat pemilik yang telah ditetapkan sebagai instalasi karantina hewan sementara (IKHS) baik u ntuk hewan maupun produk hewan. Komoditi hewan seperti ruminansia besar, unggas, telur tetas dan day old chick, sedangkan untuk anjing dan kucing yang merupakan Hewan Penular Rabies (HPR), pengasingan masih dilakukan di tempat pemilik dikarenakan frekuensi yang kecil dan berasal dari daerah bebas rabies serta sudah dilengkapi dengan persyaratan tambahan lainnya seperti rekomendasi pemasukan/ pengeluaran dari dinas peternakan atau yang membidangi kesehatan hewan dan sertifikat vaksinasi dari dokter hewan dari daerah asal. Tindakan Pengamatan terhadap Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina difokuskan pada Media Pembawa HPAI, HPR dan brucellosis. Tindakan pengamatan dilakukan di Instalasi Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin dan di IKHS yang telah ditetapkan, terutama untuk pemasukan media pembawa brucellosis. Tindakan pengamatan terhadap komoditi eks-pemasukan/pemantuan daerah sebar HPHK telah dilakukan dengan baik setiap tahunnya sesuai dengan instruksi Badan Karantina Pertanian. Tindakan pembebasan dilakukan pada komoditi wajib periksa karantina yang telah melalui tindakan pemerikasaan dan/atau pengasingan, pengamatan dan perlakuan, yang secara administratif, teknis dan ilmiah dapat diberikan sertifikat pembebasan, dalam hal teknis pasca pembebasan menjadi tanggung jawab instansi terkait yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang selama ini telah terjalin hubungan sangat baik terutama dengan Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan dan Balai Veteriner Banjarbaru. 24

27 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 1. Kegiatan Pengeluaran Antar Area Kegiatan pengeluaran antar area komoditi wajib periksa karantina pada Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin yang dilakukanmelalui Wilker Pelabuhan Trisakti, Bandara Syamsudin Noor, Batulicindan Kotabaru telah berjalan dengan baik bahkan setiap tahunnya mengalami peningkatan, seperti yang terlihat pada gambar 5. FREKWENSI (Kali) JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Gambar 5. Grafik Perbandingan Frekuensi Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan Tahun Dibandingkan dengan tahun 2013, pada tahun 2014 frekwensi pengeluaran di mengalami kenaikan dibeberapa komoditas sehingga Penerimaan Negara Bukan Pajak (P NBP) pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Berbeda dengan kegiatan pemasukan antar area, pengeluaran antar area MP HPHK lebih banyak melalui Wilker Bandara Syamsudin Noor, yakni sebesar 77 %, seperti terlihat pada gambar 6 berikut. 25

28 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Wilker Batulicin 790 kali; 14% Wilker Kotabaru 108 kali; 2% Wilker Trisakti 371 kali; 7% Wilker Syamsudin Noor 4176 kali; 77% Gambar 6. Grafik Perbandingan Frekuensi Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan per Wilayah Kerja Tahun 2014 Adapun kelompok komoditi hewan berupa unggas (DOC dan burung) sedangkan bahan asal hewan berupa sarang burung walet seperti yang terlihat pada gambar 7 di bawah ini. FREKWENSI JAN PEB MA R APR MEI JUN JUL AGT SEP T OKT NOP DES Wilker Syamsudin Noor Wilker Trisakti Wilker Batulicin Wilker Kotabaru Gambar 7. Grafik Perbandingan Frekwensi Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan per Wilayah Kerja Tahun

29 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL HEWAN BAH HBAH 500 BL/MPL 0 Wilker Trisakti Wilker Syamsudin Noor Wilker Batulicin Wilker Kotabaru Gambar 8. Grafik Frekwensi Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan Berdasarkan Kelompok Komoditi per Wilayah Kerja Tahun 2014 Data operasional pengeluaran antar area dapat dilihat pada Tabel. 3 di halaman berikutnya, yang menunjukan bahwa Propinsi Kalimantan Selatan selain sebagai tujuan utama pemasukan hampir semua jenis komoditi, juga telah menjadi produsen beberapa komoditi, walaupun masih dalam jumlah yang sedikit. 27

30 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Tabel 3. Data Operasional Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun 2014 NO NAMA MEDIA PEMBAWA SATUAN VOLUME FREKWENSI NO NAMA MEDIA PEMBAWA SATUAN VOLUME FREKWENSI DOC Ekor Vaksin Hewan KMS DOD Ekor Semen KMS Burung Kesayangan Ekor Pakan Hewan Kg Burung Liar Ekor Kulit sapi lembar Ayam bangkok Ekor Kulit Kambing lembar Bebek Ekor Tanduk Kg Kucing Ekor Tulang Kg Anjing Ekor Bulu Unggas Kg Kelinci Ekor Daging Ayam Kg Ular Ekor Gajah Ekor Musang Ekor Singa Ekor Tupai Ekor Harimau Benggala Ekor Biawak Ekor Chimpanze Ekor Iquana Ekor Bekantan Ekor Tokek Ekor Orangutan Ekor Kadal Tegu Ekor Kukang Ekor Daging Unggas Beku Kg Beruang Madu Ekor Sarang Burung Kg Linsang Ekor Telur tetas Butir Sapi Potong Ekor Kulit Ular Kering Lembar Kuda Ekor Madu Kg Kambing Kacang Ekor Serum KMS Kerbau Ekor

31 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Pengeluaran MP HPHK dari wilker BKP Kelas I Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 4 dibawah. Tabel 4. Data Operasional Pengeluaran Antar Area Karantina Hewan Berdasarkan Daerah Tujuan Tahun 2014 NO NAMA UPT HEWAN BAHAN ASAL HEWAN BENDA LAIN Volume (Ekor) Frek. Satuan Volume Frek. Satuan Volume Frek. Kg Kemasan BBKP Surabaya Butir Lembar BBKP Soekarno Hatta Kg Kemasan BBKP Tanjung Priok Lembar BBKP Makassar Kg 4 1 Kemasan BKP Kelas I Semarang Kg BKP Kelas I Kupang 7 BKP Kelas I Jambi BKP Kelas I Balikpapan Kg BKP Kelas I Bandar 2 1 Kg Lampung 10 BKP Kelas I Batam 11 BKP Kelas I Pekanbaru BKP Kelas I Pontianak 13 BKP Kelas I Manado 14 BKP Kelas I Palembang 3 1 Kg BKP Kelas I Mataram BKP Kelas I Padang 17 BKP Kelas I Batam Kg BKP Kelas I Bandar Lampung 19 BKP Kelas I Jambi BKP Kelas II Tanjung Pinang BKP Kelas II Yogyakarta BKP Kelas II Tarakan 23 BKP Kelas II Palangkaraya

32 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 24 BKP Kelas II Tarakan BKP Kelas II Medan 3 2 Kg BKP Kelas II Kendari BKP Kelas II Pangkal Pinang 28 SKP Kelas I Pare-Pare SKP Kelas I Bandung SKP Kelas I Bengkulu SKP Kelas I Samarinda 32 SKP Kelas I Banda Aceh Seperti yang terlihat pada Tabel 4 di atas, pengeluaran antar area MP HPHK didominasi menuju Pulau Jawa terutama melalui BBKP Surabaya (82,60 %),BBKP Tanjung Priok (4,8%), Bandara Soekarno Hatta (4,1%). Sedangkan kewilayah Timur Indonesia didominasi pengeluaran kepulau Sulawesi yakni ke wilayah kerja BKP Kendari sebesar0,18% dan BBKP Makasarsebesar 0,1%. Berdasarkan data penggunaan sertifikat tahun 2014 sebanyak lembar dan data frekwensi media pembawa HPHK tahun 2014 sebanyak kali, terjadi perbedaan tersebut diatas dikarenakan 1 lembar dokumen sertifikat memuat beberapa jenis media pembawa HPHK. Sedangkan pada tahun 2014 dibandingkan dengan 2 tahun terakhir terjadi penurunan penggunaan sertifikat, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pemasukan media pembawa HPHK sebagian sudah dapat dipenuhi dari wilayah Kalimantan Selatan sendiri. Contoh media pembawa HPHK : Daging Ayam dan Telur konsumsi. 30

33 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Dibawah ini penggunaan sertifikat 3 tahun terakhir, terlihat pada gambar 9 di bawah ini. Sertifikat (lembar) JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGT SEPT OKT NOV DES Gambar 9. Grafik Perbandingan Penggunaan Sertifikat Utama dalam 3 tahun terakhir Karantina Hewan. 1. Kegiatan Intersepsi Kegiatan Intersepsi dilakukan baik untuk pengawasan kemanan pangan maupun hama penyakit hewan karantina, dimana laboratorium karantina hewan telah mampu melaksanakan uji cemaran mikroba dengan metode pemeriksaan TPC (Total Plate count), Sthapylococcus, Salmonella, E. Colli dan Total Coliform sedangkan untuk cemaran fisik dan kimia dengan uji organoleptik, uji awal pembusukan, uji kesempurnaan pengeluaran darah, uji formalin, uji boraks dan ph baik untuk daging dan olahannya dan Bahan asal hewan yaitu telur dan produk susu, dan untuk sarang burung walet telah mampu melakukan uji residu nitrit. Untuk hama penyakit hewan karantina metode pemeriksaan adalah pemeriksaan feses untuk parasit internal dan ulas darah dengan pewarnaan Gram untuk deteksi penyakit Anthraks dan pewarnaan Giemza untuk parasit darah, dan uji bakteri dengan metode RBT (Rose Bangle Test) untuk deteksi Brucellosis, serta Uji HA/HI Avian Influenzadan Newcastle Disease untuk deteksi antibody terhadap penyakit virus tersebut. 31

34 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Beberapa pengujian di Lingkup Laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin yaitu pengujian Total Plate Count (TPC) dan Rose Bengal Test (RBT) telah terstandarisasi dengan telah terakreditasi di Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada tahun Kegiatan Pemantauan dan Koleksi Kegiatan pemantauan karantina hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin dilaksanakan pada daerah sebar Hama Penyakit Hewan Karantina Bovine Viral Diarrhea dan pengambilan data sekunder di 5 Kabupaten yaitu Kabupaten Tanah laut, Kabupaten Tapin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tanah bumbu dan Kabupaten Kotabaru dengan total pengambilan sampel 539 sampel serum sapi yang diambil dengan kajian lintas seksional, hasil negatif pada semua sampel sample. Kegiatan pemantauan dengan data sekunder disajikan pada laporan pemantauan dan diseminarkan hasil pengamatan status dan situasi HPHK tanggal 11 desember 2014 di Balai Veteriner Banjarbaru. 3. Penggunaan Formulir Formulir Dokumen Utama (KH -9 s/d KH-12) memperoleh distribusi dari Badan Karantina Pertanian, sedangkan untuk dokumen penunjang (KH -1 s.d. KH-8c) pengadaannya dilaksanakan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin sesuai kebutuhan terutama untuk kegiatan Antar area Masuk/Keluar. 4. Kegiatan Karantina Hewan 2014 Kegiatan tindak karantina hewan di BKP Kelas I Banjaramasin 2014 meliputi 8P : Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan dan Pembebasan. berikut ini beberapa kegiatan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan di BKP Kelas I Banjarmasin. 32

35 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL B. KARANTINA TUMBUHAN Salah satu tugas pokok dan fungsi petugas Karantina adalah melaksanakan tindakan karantina yang meliputi 8P (pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan). Pada tahun 2014 Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Banjarmasin melakukan kegiatan tindakan karantina meliputi pemeriksaan dan pembebasan. Tindakan pemeriksaan dilakukan terhadap semua media pembawa yang masuk dan keluar pulau (antar area) serta keluar masuk wilayah Indonesia (a ntar negara/ ekspor-impor) yang meliputi pemeriksaan dokumen, fisik dan pemeriksaan kesehatan (laboratorium). Tindakan pembebasan merupakan pelayanan sertifikasi terhadap komoditas pertanian pada kegiatan ekspor, impor, dan antar area (domestik masuk/keluar) setelah dilakukan pemeriksaan secara administratif dan fisik (termasuk kesehatan media pembawa yang dilalulintaskan) di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2014, tindakan pengasingan dan pengamatan (singmat) tidak dilakukan, hal ini dikarenakan tidak adanya media pembawa yang harus dilakukan tindakan singmat, seperti pada tahun 2012 yakni adanya pemasukan benih kelapa sawit asal Costarica. Tindakan perlakuan selama tahun 2014 adalah kegiatan fumigasi untuk media pembawa dan kemasan kayu serta perlakuan panas (Heat treatment) untuk kemasan kayu, tindakan ini dilakukan oleh pihak ketiga (provider AFASID dan ISPM) dibawah pengawasan petugas karantina. Selama tahun 2014 tidak ada kegiatan penolakan, penahan dan pemusnahan. Selama tahun 2014 tidak ditemukan pelanggaran yang terjadi pada media pembawa yang dilalulintaskan. Tindakan pemeriksaan kesehatan media pembawa di Laboratorium sudah mulai berjalan dengan baik dan outputnya dijadikan sebagai dasar rekomendasi tindakan selanjutnya. Uji yang dapat dilakukan di Laboratorium Karantina Tumbuhan antara lain: Uji Cendawan dengan metode Agar test dan Blotter test, Uji Bakteri dengan metode Agar test dan Uji Serangga dengan metode uji morfologi. Sistem Informasi Perkarantinaan Tumbuhan sudah berjalan dengan baik. Sinkron data dari UPT ke Pusat dan sebaliknya dapat berjalan dengan baik dan real time, 33

36 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL dengan didukung fasilitas internet yang cukup memadai. Permohonan Pemeriksaan Karantina dari pengguna jasa ekspor dan impor sudah dilakukan dengan sistem online, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi pengguna jasa dalam membuat dan mengirimkan permohonan pemeriksaan karantina tanpa adanya batasan ruang dan waktu. 1. Tindakan Karantina Tumbuhan Pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan dalam rangka pelayanan sertifikasi kepada pengguna jasa terus ditingkatkan, baik dari prosedur pelayanan, mobilisasi petugas fungsional, waktu pelayanan, serta perangkat lainnya yang mendukung dalam pelayanan prima kepada pemakai jasa. Secara umum kegiatan tindakan Karantina Tumbuhan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 8,83 % dari tahun 2013 (Rincian Frekuensi Tindakan Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran) Domestik Masuk Domestik Keluar Ekspor Impor Total Grafik 1. Kegiatan operasional karantina tumbuhan berdasarkan Sertifikasi dokumen dalam dua tahun terakhir. Tindakan Karantina Tumbuhan Pemeriksaan hingga Pembebasan (sertifikasi) tahun 2014 di masing-masing wilker dapat dilihat pada grafik 2. 34

37 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL 6%1% 44% 49% Trisakti (3248 kali) Batulicin (368 kali) S. Noor (2948 kali) Kotabaru (77 kali) Grafik 2. Kegiatan operasional karantina tumbuhan di setiap wilker Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin tahun 2014 Secara umum dapat kita ketahui bahwa kegiatan Tindakan Karantina paling banyak dilakukan di Wilker Pelabuhan Trisakti yang mencapai 49% dari total seluruh kegiatan. Kegiatan di Wilker ini meliputi Kegiatan Pemasukan dan Pengeluaran Impor dan Ekspor serta kegiatan Pemasukan dan Pengeluaran antar area (Antar Area Masuk dan Antar Area Keluar). Pelabuhan Trisakti merupakan pelabuhan sungai yang terletak di Sungai Barito Kota Banjarmasin. Pelabuhan ini melayani pelayaran Kapal Penumpang dan Kapal Barang. Pelabuhan Trisakti memiliki beberapa pelabuhan kecil yang biasa dilakukan kegiatan bongkar muat antara lain Pelabuhan Basirih dan Pelabuhan Martapura Baru. Kapal-Kapal yang masuk ke Pelabuhan Trisakti dan Sub nya antara lain dari Tanjung Perak-Jawa Timur, Tanjung Emas-Jawa Tengah, Tanjung Priok-Jakarta dan Bima-Nusa Tenggara Barat. Sehingga arus lalu lintas media pembawa cukup tinggi di Wilker Pelabuhan Trisakti. Wilker Bandar Udara Syamsudin Noor merupakan wilker dengan kegiatan terbanyak kedua setelah Trisakti, dengan frekuensi kegiatan 44% dari total kegiatan di BKP Kelas I Banjarmasin. Dengan frekuensi penerbangan yang cukup tinggi, Bandara yang melayani penerbangan domestik ini merupakan salah satu alternatif 35

38 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL yang cukup strategis dalam lalulintas media pembawa. Pada tahun 2014 kegiatan di Wilker ini meliputi Pemasukan dan Pengeluaran antar area. Wilker Batulicin merupakan wilker dengan kegiatan terbanyak ketiga dengan frekuensi kegiatan 44% dari total kegiatan di BKP Kelas I Banjarmasin. Wilker Batulicin yang terletak di Kabupaten Tanah Bumbu ini merupakan pelabuhan laut yang langsung berhubungan dengan Laut Jawa dan Selat Karimata. Pelabuhan ini melayani Pelayaran yang menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Pulau Jawa (Jawa Timur dan Jawa Tengah) serta menghubungkan Kalimantan Selatan dengan Pulau Sulawesi (Pare-pare, Sulawesi Selatan). Wilayah Kerja Kotabaru merupakan wilker yang terletak di Pulau Laut, di Wilker ini terdapat 2 pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Stagen serta Bandar udara Gusti Sjamsir Alam yang melayani penerbangan domestik ke Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi. Frekuensi Kegiatan di wilker ini untuk saat ini masih terhitung sangat rendah yakni hanya 1% dari total kegiatan. Perkembangan Tindakan Karantina Tumbuhan (8P) tahun 2014 dijelaskan berikut ini: a. Pemeriksaan Tindakan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan administratif yang bertujuan untuk mengetahui kelengkapan, kebenaran isi dan keabsahan dokumen persyaratan serta pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi kemungkinan adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan dan/atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina baik yang dilakukan secara visual dan/atau laboratoris. Tindakan pemeriksaan secara umum mengalami kenaikan 8,83% pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan tahun a.1. Pemeriksaan Media Pembawa Impor Pemeriksaan terhadap media pembawa yang berasal dari luar wilayah Republik Indonesia (Impor) pada tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 19,1% dari tahun 2013 (Grafik 3). 36

39 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Trisakti S. Noor Batulicin Kotabaru Grafik 3. Frekuensi Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Produk Impor Tahun Pemeriksaan terhadap media pembawa yang diimpor selama tahun 2014 terdiri dari hasil tanaman mati diolah/belum diolah (Grafik 4.). Komoditas-komoditas yang diimpor tersebut antara lain adalah Kayu dan tepung untuk bahan baku industri, seperti: kayu oak merah, kayu oak putih, kayu olahan (poplar), kayu beech, kayu birch, kayu jati, kayu sapelli, perabotan kayu, dan tepung industri Hasil Tanaman Hidup Benih/Bibit Hasil Tanaman Hidup Non Benih/Bibit Hasil Tanaman Mati Benda lain

40 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Grafik 4. Frekuensi berdasarkan kelompok komoditas produk impor di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun Komoditas-komoditas yang diimpor adalah bahan baku industri kayu olahan (plywood) hal ini berkaitan dengan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan provinsi penghasil produk jadi atau setengah jadi kayu olahan yang hasilnya dikirim untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta di ekspor ke berbagai negara. (jenis-jenis komoditas, asal komoditas serta volume komoditas terlihat pada lampiran). a.2. Pemeriksaan Komoditas Ekspor Pemeriksaan terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari Wilayah Republik Indonesia (Ekspor) pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 15% dibandingkan tahun 2013 (Grafik 5) Trisakti S. Noor Batulicin Kotabaru Grafik 5. Frekuensi Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Produk Ekspor Tahun

41 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Pemeriksaan dan sertifikasi terhadap komoditas yang diekspor selama tahun 2014 didominasi hasil tanaman mati dilolah/belum diolah. Komoditas Ekspor Unggulan antara lain: Standard Indonesia Rubber (SIR) dalam kemasan kayu, kayu olahan (Plywood), bahan kemas, arang, akar pasak bumi, bahan dupa, minyak sawit (Crude Palm Oil, RBD (Refined Bleached Deodorized) Olein, RBD Stearin), palm kernell expeller (bungkil kelapa sawit), daun gulinggang ( Cassia alata), dan karet lempengan (Grafik 6). Cangkang sawit ( Palm Kernel Shell), Kulit Kayu Gemor, Bahan Dupa, yang merupakan produk sisa (limbah) merupaka n komoditas ekspor yang perlu diperhitungkan, karena meskipun frekuensi pengiriman belum begitu tinggi, namun pengirimannya kontinyu dan ketersediaan di Kalimantan masih melimpah. Negara tujuan ekspor tersebar di berbagai benua antara lain: Asia: Cina, Hongkong, India, Jepang, Korea Selatan, Libya, Saudi Arabia, Taiwan, Pakistan, Filipina, Uni Emirat Arab dan Vietnam, Amerika: Amerika Serikat, Brazil, Kanada, Argentina dan Meksiko, Afrika: Afrika Selatan, Eropa: Turki, Finlandia, Jerman, Israel, Rusia. Negara tujuan ekspor tertinggi adalah Cina dan India Hasil Tanaman Hidup Benih/Bibit Hasil Tanaman Hidup Non Benih/Bibit Hasil Tanaman Mati Benda lain Grafik 6. Frekuensi berdasarkan kelompok komoditas produk ekspor di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun

42 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Bahan kemas (SIR) menduduki peringkat pertama dalam frekuensi ekspor. Karet (SIR) yang diekspor bisa dalam bentuk cake langsung atau dalam kemasan baik kemasan kayu, plastik atau metal serta dalam bentuk lembaran/lempengan, Karet (SIR) yang diekspor dengan menggunakan kemasan kayu, harus memenuhi standar ISPM#15. Frekuensi pengiriman terbanyak kedua adalah Kayu Olahan (Plywood), kemudian diikuti minyak kelapa sawit (CPO, RBD), Palm Kernell Expeller (PKE/bungkil kelapa sawit) yang merupakan bahan baku pakan ternak. Daun gulinggang (Cassia alata) merupakan salah satu komoditas ekspor yang secara rutin dikirim ke Jepang. Palm Kernell Shell (cangkang sawit) yang merupakan limbah pabrik kelapa sawit atau yang biasanya digunakan sebagai bahan bakar di pabrik. a.3. Pemeriksaan Pemasukan Media Pembawa Antar Area Pemeriksaan terhadap media pembawa yang berasal dari luar wilayah Kalimantan Selatan (Antar Area Masuk) pada tahun mengalami kenaikan sekitar 9,7% dibandingkan tahun 2013, sedangkan pemeriksaan terhadap media pembawa yang keluar wilayah Kalimantan Selatan (Antar Area Keluar) pada tahun 2014 mengalami kenaikan sekitar 1% dibandingkan tahun 2013 (Grafik 7). Frekuensi pemeriksaan antar area masuk dan keluar pada masing-masing wilker mengalami kenaikan, kecuali di Wilker Trisakti mengalami penurunan sebanyak 7,3% dari tahun sebelumnya, frekuensi pemeriksaan antar area masuk dan keluar di Wilker Syamsudin Noor, Batulicin dan Kotabaru meningkat masing-masing sekitar 32,7%, 2,1% dan 141,3% (Grafik 8). 40

43 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Antar area masuk (naik 9,7%) Antar area keluar (naik 1%) Grafik 7. Frekuensi Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Antar Area di BKP Kelas I Banjarmasin Tahun Trisakti (turun S. Noor (naik Batulicin (naik Kotabaru (naik 7,3%) 32,7%) 2,1%) 141,3%) Grafik 8. Frekuensi Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Antar Area Masuk di Setiap Wilker BKP Kelas I Banjarmasin Tahun Pemeriksaan terhadap pemasukan media pembawa ke Kalimantan Selatan melalui tahun 2014 sebanyak kali 41

44 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL yang terdiri dari: benih/bibit, hasil tanaman hidup bukan benih dan hasil tanaman mati diolah/belum diolah (Grafik 9). Hasil tanaman hidup benih antara lain berupa benih/bibit tanaman perkebunan, benih/bibit tanaman hutan industri, benih/bibit tanaman hortikultura, benih/bibit tanaman pangan, benih/bibit tanaman buah, dan benih/bibit tanaman hias. Frekuensi pemasukan benih/bibit tertinggi adalah benih/bibit tanaman perkebunan sebanyak 171 kali yang terdiri dari benih/bibit kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dll dengan frekuensi pemasukan tertinggi adalah benih/bibit kelapa sawit. Selanjutnya Frekuensi pemasukan benih/bibit tertinggi kedua adalah benih/bibit tanaman hias yang mencapai 164 kali, dengan frekuensi pemasukan tertinggi adalah benih/bibit Anggrek. Hasil tanaman hidup bukan benih merupakan komoditas dengan pemasukan tertinggi, terutama didominasi oleh sayuran segar, sayuran buah segar, kacang-kacangan serta buah segar, hal ini berkaitan dengan Provinsi Kalimantan selatan bukan daerah penghasil komoditas hortikultura, sedangkan untuk komoditas hasil tanaman mati di dominasi oleh beras 20 kali dan jamur 28 kali Hasil tanaman hidup benih Hasil tanaman hidup non benih Hasil tanaman mati Benda lain Grafik 9. Frekuensi Pemeriksaan Berdasarkan Kelompok Media Pembawa Antar Area Masuk di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun

45 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Pemasukan antar area ini didominasi oleh pemasukan dari Jawa Timur (Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya) terutama di Wilker Trisakti dan Batulicin. Daerah asal pemasukan di Wilker Syamsudin Noor lebih banyak, mengingat penerbangan menuju ke Kalimantan Selatan yang cukup tinggi. a.4. Pemeriksaan Pengeluaran Media Pembawa Antar Area Pemeriksaan terhadap media pembawa yang dikeluarkan dari wilayah Kalimantan Selatan (Antar Area Keluar) pada tahun secara umum mengalami kenaikan sekitar 0,8% dibandingkan tahun Frekuensi pemeriksaan pengeluaran antar area pada masing-masing wilker mengalami fluktuasi, Wilker Batulicin mengalami penurunan 22% dari tahun sebelumnya, begitu pula dengan frekuensi pemeriksaan antar area di Wilker Trisakti yang mengalami penurunan sebanyak 55%, Syamsudin Noor dan Kotabaru meningkat masing-masing sekitar 5,6% dan 40%. (Grafik 11) Trisakti (turun S. Noor (naik Batulicin (turun Kotabaru (naik 55%) 5,6%) 22%) 40%) Grafik 10. Frekuensi Pemeriksaan Karantina Tumbuhan Antar Area Keluar di Setiap Wilker BKP Kelas I Banjarmasin Tahun Pemeriksaan terhadap pengeluaran media pembawa dari Kalimantan Selatan melalui tahun 2014 sebanyak

46 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL kali yang terdiri dari: benih/bibit, hasil tanaman hidup bukan benih, hasil tanaman mati diolah/belum diolah dan benda lain (Grafik 11) Hasil tanaman hidup benih Hasil tanamn hidup non benih Hasil tanaman mati Benda lain Grafik 11. Frekuensi Pemeriksaan Berdasarkan Kelompok Media Pembawa Antar Area Keluar di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Tahun Sebagai monitoring terhadap perkembangan OPT/OPTK maka pada beberapa media pembawa yang memiliki target pest berdasarkan Permentan Nomor: 93/Permentan/OT.140/12/2011 tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina, dilakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk pemasukan media pembawa ke wilayah Kalimantan Selatan dari area lain, serta khusus untuk bibit/benih karet yang akan dikirim ke luar area dilakukan pemeriksaan laboratorium setiap kali pengiriman hal ini berkaitan dengan Kalimantan Selatan tidak bebas dari Ceratocystis fimbriata. Pada tahun 2014, terdapat 5 kali frekuensi bibit karet yang diantar areakan keluar dari Kalimantan Selatan. 44

47 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Terhadap media pembawa yang keluar wilayah Kalimantan Selatan dan tidak memiliki target pest sesuai permentan 93/Permentan/OT.140/12/2011, dan merupakan media pembawa kategori risiko rendah (low risk) membawa OPT/OPTK seperti cangkang sawit ( Palm Kernell Shell), kulit kayu manis, karet alam (getah karet), bahan jamu, kemiri, jengkol, dll tidak dilakukan sertifikasi (diterbitkan Sertifikat Kesehatan Tumbuhan Antar Area/KT12), namun di terbitkan Surat Pemberitahuan Tidak Diperlukan Tindakan Karantina Tumbuhan (SP7). Cangkang sawit dan bibit Gaharu merupakan komoditas yang paling sering dilalulintaskan dibandingkan komoditas lainnya Bibit Gaharu Cangka ng Sawit Bibit Anggrek Kulit Kayu Manis Bibit Rambut an Bibit Karet Benih Akasia Frekuensi Grafik 12. Tujuh Komoditas yang paling banyak diantar areakan keluar Wilayah Kalimantan Selatan Tahun 2014 b. Pengasingan dan Pengamatan Pada tahun 2014, tidak ada tindakan pengasingan dan pengamatan. Tidak ada pemasukan benih yang memerlukan tindakan pengasingan dan pengamatan selama tahun c. Perlakuan 45

48 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Sejak tahun 2009 sampai sekarang tidak ada kegiatan tindakan perlakuan yang dilakukan oleh. Perlakuan Karantina dilakukan oleh Provider ISPM untuk pelakuan panas (Heat treatment) dan Provider AFASID untuk perlakuan fumigasi. Saat ini terdapat 3 Provider AFASID untuk wilayah layanan yaitu: PT. Sucofindo (ID 0106 MB), PT. Samudera Alam Sejahtera (ID 0136 MB, ID 0010 PH3) dan PT Nurciptasari Moeda Sentosa (ID 0137 MB, ID 0019 PH3). Fumigasi dilakukan dengan menggunakan fumigant Methyl Bromide (CH3Br) dan Phospine (PH3). Fumigasi dilakukan terhadap kemasan kayu (pallet) sebagai pemenuhan persyaratan ISMP#15, pada komoditas yang akan diekspor apabila dipersyaratan negara tujuan, bukan karena ada temuan OPT/OPTK, yaitu seperti pada kayu olahan (plywood, moulding) serta pada pemasukan kayu log dari luar Wilayah RI (Impor). Provider ISPM#15 untuk perlakuan Heat Treatment dilakukan oleh PT. Packing Material Indonesia (ID 015) dan PT. Wood Packing Lestari (ID 087). Hingga saat ini perlakuan panas hanya digunakan untuk perlakuan kemasan kayu dan bahan baku plywood. d. Penahanan Selama tahun 2014 tidak ada tindakan penahanan terhadap media pembawa OPTK di. e. Penolakan Selama tahun 2014 tidak ada tindakan penolakan terhadap media pembawa OPTK di. f. Pemusnahan Selama tahun 2014 tidak ada tindakan penolakan terhadap media pembawa OPTK di. g. Pembebasan 46

49 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Tindakan pembebasan dilakukan setelah pemeriksaan dokumen maupun fisik serta kesehatan selesai dilakukan dan media pembawa dinyatakan bebas dari OPTK maupun OPTP. Tindakan pembebasan yang dilakukan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin pada tahun 2014 sebanyak kali, dengan rincian: impor 72 kali, ekspor 774 kali, antar area masuk kali, antar area keluar dengan sertifikat 504 kali dan antar area dengan SP7 162 kali (Grafik 13) Impor Ekspor Antar Area Masuk Antar Area Keluar (KT12) Antar Area Keluar (SP7) Frekuensi Grafik 13. Frekuensi Tindakan Pembebasan Karantina Tumbuhan Tahun Kegiatan Intersepsi Pelaksanaan kegiatan intersepsi berupa determinasi dan identifikasi terhadap OPT/OPTK di laboratorium Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin. Kegiatan intersepsi ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di Laboratorium Karantina Tumbuhan berupa pemeriksaan media pembawa OPT/OPTK yang dilalulintaskan dari atau ke wilayah Kalimantan Selatan. Pada tahun 2014 tidak ditemukan OPTK kategori A1 golongan I dan II. 3. Kegiatan Pemantauan dan Koleksi Pelaksanaan pemantauan daerah sebar OPT/OPTK pada tahun ini didasarkan pada Surat Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 596/KT.110/L/01/2014 Tanggal 20 47

50 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Januari 2014 tentang Target Pemantauan OPTK Tahun 2014 dan Keputusan Kepala Balai Karantina Peratanian Kelas I Banjamasin Nomor: 011/Kpts/KT- 110/L18.B/01/2014 tanggal 09 Januari 2014 tentang Penunjukkan Tim Pelaksana Kegiatan Pemantauan Penyebaran OPTK/Pengambilan Sampel, Identifikasi dan Koleksi OPTK di Kabupaten Barito Kuala, Nomor : 012/Kpts/KT-110/L18.B/01/2014 tanggal 09 Januari 2014 tentang Penunjukkan Tim Pelaksana Kegiatan Pemantauan Penyebarab OPTK/Pengambilan Sampel, Identifikasi dan Koleksi OPTK di Kabupaten Tanah Laut, Nomor : 013/Kpts/KT-110/L18.B/01/2014 tanggal 09 Januari 2014 tentang Penunjukkan Tim Pelaksana Kegiatan Pemantauan Penyebarab OPTK/Pengambilan Sampel, Identifikasi dan Koleksi OPTK di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Nomor : 014/Kpts/KT-110/L18.B/01/2014 tanggal 09 Januari 2014 tentang Penunjukkan Tim Pelaksana Kegiatan Pemantauan Penyebarab OPTK/Pengambilan Sampel, Identifikasi dan Koleksi OPTK di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan Surat Kepala Badan Karantina Pertanian tersebut diatas, komoditas pemantauan OPT/OPTK tahun anggaran 2014 adalah tanaman unggulan daerah masing-masing UPT dan jenis-jenis OPTK yang kemungkinan terbawa melalui produk pertanian impor maupun antar area, selain itu UPT diharapkan untuk melakukan verifikasi ulang terhadap temuan OPTK A1 dan/atau OPTK A2 yang pernah ditemukan di wilayah pemantauan masing-masing, sekaligus memantau keberadaan OPTK yang telah ditemukan oleh UPT atau Instansi lain sebagaimana tercantum dalam lampiran surat Kepala Badan Karantina. Pemantauan OPTK tahun 2014 di Kalimantan Selatan menekankan terhadap status dan sebaran Paraecosmetus pallicornis dan Schizotetranychus sp pada tanaman padi, hama pasca panen Trogoderma granarium, dan lalat buah Bactrocera occipitalis, B. musae dan B. bryoniae. Hama kepik hitam, Paraecosmetus pallicornis Dallas (OPTK A2) ditemukan pada pertanaman padi di Kabupaten Barito Kuala tepatnya di Desa Babat Raya Kecamatan Wanaraya. Hama ini belum dilaporkan menimbulkan dampak yang merugikan secara ekonomi di kabupaten tersebut. Namun keberadaan hama ini harus selalu dipantau, karena di beberapa tempat telah dilaporkan merugikan secara ekonomi dan merupakan OPTK A2. Di Kabupaten Barito Kuala juga ditemukan keberadaan tungau dibebarapa lokasi pada pertanaman padi, ditemukan Schizotetranychus celarius n.sp dan 48

51 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Schizotetranychus schizopus n.sp di desa Anjir Pasar Kota Kec. Anjir Pasar dan di desa Tabing Rimbah Kec. Mandastana. Ditemukan Bactrocera occipitalis (OPTK A2) di Kab. Tanah Laut dan Kab. Hulu Sungai Tengah. Tidak ditemukan keberadaan hama pasca panen, Trogoderma granarium di semua lokasi pemantauan pada tahun Kegiatan koleksi OPT/OPTK tahun anggaran 2014 difokuskan pada OPT/OPTK yang ditemukan pada kegiatan pemantauan. 4. Sistem Informasi Perkarantinaan Tumbuhan Sistem informasi perkarantinaan tumbuhan merupakan sistem yang digunakan sebagai alat pelaporan kegiatan tindakan karantina tumbuhan secara elektronik dengan menggunakan program Eplaq (Electronic for Plant Quarantine System). Dengan menggunakan sistem ini kegiatan operasional tumbuhan dapat dilaporkan secara langsung ( real time) dan up to date melalui proses sinkronisasi dengan Badan Karantina Pertanian. Gambar 1. Tampilan user interface aplikasi inhouse Eplaq System BARANTAN User management sistem eplaq sudah diterapkan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin sejak tahun Dengan diterapkannya user management 49

52 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL ini, semua pengguna sistem eplaq akan bekerja sesuai dengan tugas/fungsinya masing-masing, sehingga kesalahan dan penyalahgunaan akan dapat diminimalisir, karena dengan penerapan user management ini, setiap pengguna ( user) hanya dapat mengakses apa yang menjadi kewenangan nya saja. Setiap pengguna memiliki username dan password masing-masing. Pengguna jasa Karantina Tumbuhan untuk kegiatan Pemasukan (Impor) dan Pengeluaran (Ekspor) ke dan dari Wilayah Indonesia sudah menggunatan sistem PPK Online (Permohonan Pemeriksaan Karantina Online) dalam mengajukan permohonan pemeriksaan. Penerapan sistem ini memberikan kemudahan bagi pengguna jasa Karantina Tumbuhan dalam pengajuan permohonan pemeriksaan karantina, karena dengan sistem ini tidak ada lagi batasan ruang dan waktu, pengguna jasa dapat membuat dan mengirimkan PPK dimana saja dan kapan saja, tanpa harus mendatangi dan mengisi formulir di Kantor Pelayanan Karantina. Pada tahun 2014 terdapat permohonan pemeriksaan yang dikirim secara online untuk ekspor sebanyak 774 dan impor sebanyak 72 permohonan. Sistem PPK Online dapat diakses melalui website Badan Karantina Pertanian di: atau dengan menggunakan website Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin 5. Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan Jenis-jenis formulir utama (Sertifikat) yan g terdapat di Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Seksi Karantina Tumbuhan antara lain: 1. KT - 4a : Fumigation Certificate 2. KT - 4b : Sertifikat Fumigasi 3. KT - 5a : Certificate of Desinfestation / Desinfection 4. KT - 5b : Sertifikat Perlakuan 5. KT - 9 : Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan / Keamanan PSAT 6. KT - 10 : Phytosanitary Certificate 7. KT - 11 : Phytosanitary Certificate for Re Eksport 8. KT - 12 : Sertifikat Kesehatan Tumbuhan Antar Area 50

53 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Beberapa jenis sertifikat yang belum digunakan hingga saat ini antara lain KT-4a, KT-4b, KT-5a, KT-5b dan KT-11 hal ini dikarenakan tidak ada kegiatan/ tindakan karantina yang memerlukan penggunaan sertifikat tersebut. Tindakan perlakuan Fumigasi dan perlakuan lainnya ( Heat Treatment) dilakukan oleh pihak ketiga, sehingga tidak menerbitkan Sertifikat Fumigasi/ Fumigation Certificate dan Sertifikat Perlakuan/ Certificate of Desinfestation/ Desinfection. Selain itu kegiatan Re-Eksport belum pernah terjadi di, sehingga Phytosanitary Certificate for Re Eksport belum pernah digunakan. Table 1. Penggunaan Sertifikat Karantina Tumbuhan BKP Kelas I Banjarmasin Tahun 2014 No. Jenis Sertifikat Saldo Awal Jumlah Pemakaian Saldo Akhir 1 KT-4a KT-4b KT-5a KT-5b KT KT KT KT Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan / Keamanan PSAT (KT -9) digunakan untuk membebaskan media pembawa yang dimasukkan dari area lain ke Kalimantan Selatan (antar area masuk) atau yang dimasukkan dari luar wilayah Negara Republik Indonesia setelah dinyatakan bebas dari OPT/ OPTK dan dokumen persyaratan dipenuhi. Phytosanitary certificate (KT-10) digunakan untuk membebaskan Media Pembawa/ Kemasan Kayu yang akan dikirim ke Luar Wilayah RI (ekspor) setelah dilakukan Tindakan Karantina dan merupakan pernyataan bahwa Media Pembawa yang disebutkan dalam sertifikat telah bebas dari OPT/OPTK. Sertifikat Kesehatan Tumbuhan Antar Area (KT -12) digunakan untuk membebaskan media pembawa yang akan dilalu-lintaskan ke luar wilayah Kalimantan Selatan, setelah dilakukan Tindakan Karantina. 51

54 BAB IV KEGIATAN OPERASIONAL Antar Area Masuk Antar Area Keluar Ekspor dan Impor Frekuensi Sertifikasi Grafik 14. Perbandingan Antara Jumlah Frekuensi Kegiatan Operasional dan Penggunaan Sertifikat (Formulir Utama) Karantina Tumbuhan Tahun 2014 Grafik 16, menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara jumlah frekuensi dengan sertifikat yang digunakan, seperti halnya penggunaan Sertifikat Pelepasan Karantina Tumbuhan / Keamanan PSAT (KT-9) terlihat lebih sedikit daripada jumlah frekuensi komoditas yang masuk (Impor dan Antar Area Masuk), hal ini disebabkan karena adanya beberapa jenis komoditas antar area masuk yang dibebaskan dengan menggunakan satu sertifikat (dalam satu sertifikat terdiri dari beberapa jenis komoditas, namun dalam rekapitulasi frekuensi terhitung sesuai jumlah jenis komoditas), sehingga jumlah frekuensi lebih tinggi dibanding dengan jumlah pemakaian sertifikat. Jumlah Frekuensi Ekspor terlihat lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penggunaan sertifikat ( Phytosanitary certificate/ KT-10), hal ini disebabkan oleh adanya beberapa pembatalan sertifikat karena adanya kesalahan ( human error, printing error) atau adanya permohonan perubahan dari pemilik barang. 52

LAPORAN TAHUNAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN TAHUN 2015

LAPORAN TAHUNAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN TAHUN 2015 LAPORAN TAHUNAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO NO JENIS MEDIA PEMBAWA PEMERIKSAAN DOKUMEN TINDAKAN KARANTINA HEWAN PEMERIKSAAN TEKNIS MASA KARANTINA KETERANGAN 1. HPR 14 hari Bagi HPR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA

RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai sumber daya alam hayati hewani dan sumberdaya alam nabati dengan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT )

STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) 1 STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA ( SERVICE LEVEL AGREEMENT ) KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN 2015 2 STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

PROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN

PROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN PROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN Motto BKP Kelas I Banjarmasin Bersama Anda melindungi negeri... Kata Pengantar Kilas Balik Visi & Misi Tugas Pokok & Fungsi Tujuan Karantina Struktur

Lebih terperinci

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TANJUNGPINANG

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TANJUNGPINANG LaporanTahunan Annual report KementerianPertanian BadanKarantinaPertanian BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TANJUNGPINANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjungpinang

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 6170-4200-6854-7766 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 217 i STATISTIK BADAN KARANTINA PERTANIAN TAHUN 212-216 Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS

PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS tangguhterpercaya Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK Disampaikan dalam acara Sosialisasi di wilker Kantor

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian

TIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian i PEDOMAN PELAPORAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 i TIM PENYUSUN Bagian Perancanaan Sekretariat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017

Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017 Disampaikan pada: Rapat Kerja Kementerian Pertanian 4 Januari 2017 SERAPAN ANGGARAN (Rp) URAIAN 2016 2015 Sebelum Sesudah di Kurangi Penghematan *) Blokir *) PAGU (Rp) 749.498.063.000 894.424.353.000 859.424.353.000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menumbuh kembangkan semangat dan etos kerja aparatur yang bertanggungjawab, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif dan dalam rangka mewujudkan kepemerintahan

Lebih terperinci

MEKANISME ALUR LAYANAN KARANTINA

MEKANISME ALUR LAYANAN KARANTINA MEKANISME ALUR LAYANAN KARANTINA PERSYARATAN DAN PROSEDUR ANTAR AREA KELUAR MP HPHK KATEGORI RESIKO TINGGI PERSYARATAN DAN PROSEDUR KELUAR Media Pembawa : DOC (ayam bibit) Negara / Daerah Tujuan : Sulawesi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) :

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) : BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018

ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 ARAH KEBIJAKAN PERKARANTINAAN TAHUN ANGGARAN 2018 Banun Harpini Kepala Badan Karantina Pertanian Realisasi Anggaran Per Kegiatan TA 2017 (Per 29 Mei 2017 - jam 9.00) No Kegiatan Pagu Total Realisasi Total

Lebih terperinci

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015

RKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 RKT Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 Badan Karantina Pertanian 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Karantina Hewan. Sarang Walet. Tindakan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMENTAN/OT.140/3/2013

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG MENTERI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN ATAU PENGELUARAN SARANG WALET KE DAN DARI DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 60/10/Th. XIV, 3 Oktober 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2011 INFLASI 0,27 PERSEN Pada 2011 terjadi inflasi sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Triwulan 3 Tahun 2014

Triwulan 3 Tahun 2014 Status Pengisian Data SIPKINDU Kode Unit Kerja 1000000000 Triwulan 3 Tahun 2014 s.d 22-10-2014 08:58:43 Unit Kerja BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN Jumlah Pegawai Pengisian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/09/Th. XIV, 5 September 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2011 INFLASI 0,93 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1 2. TUJUAN 1 3. INFORMASI KINERJA 3.1 Karakteristik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PRAKONDISI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN. Sumber Daya 1. Staf 2. Informasi 3. Wewenang 4. Fasilitas 5. Dana

METODE PENELITIAN PRAKONDISI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN. Sumber Daya 1. Staf 2. Informasi 3. Wewenang 4. Fasilitas 5. Dana 42 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa peubah yang diamati yaitu karakteristik responden meliputi pendidikan, masa kerja, jabatan, dan pelatihan terkait rabies

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PELAYANAN KARANTINA HEWAN BERDASARKAN KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA HPHK DAN WAKTU PELAYANAN

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PELAYANAN KARANTINA HEWAN BERDASARKAN KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA HPHK DAN WAKTU PELAYANAN PERSYARATAN DAN PROSEDUR PELAYANAN KARANTINA HEWAN BERDASARKAN KATEGORISASI MEDIA PEMBAWA HPHK DAN WAKTU PELAYANAN BIDANG KARANTINA HEWAN BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN BELAWAN TAHUN 2014 PERSYARATAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

MEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI INFLASI KOTA PONTIANAK BULAN JUNI 2011 SEBESAR 0,80 PERSEN No. 32/07/61/Th. XIV, 1 Juli 2011 Pada bulan Juni 2011 Di Kota Pontianak

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate No. 58/11/82/Th. XVI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate Oktober 2017, Ternate mengalami

Lebih terperinci

JULI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

JULI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 JULI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan ini melaporkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,26 PERSEN Berbeda arah dengan bulan sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 18/04/82/Th XVI, 03 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Maret 2017, KOTA TERNATE DEFLASI SEBESAR 0,31 PERSEN Pada Maret 2017, Kota Ternate mengalami deflasi sebesar 0,31 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 20/04/Th. XIV, 1 April 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2011 DEFLASI 0,32 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, Rata-rata Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia, 2012-2016 / Bulan Giling Kualitas (Rp/Kg) Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) Panen Giling Panen Giling Panen HPP 1)

Lebih terperinci

RENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM

RENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM RENSTRA 2015-2019 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM \ BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Rencana Strategis 2015 2019 KATA PENGANTAR Rencana Strategis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/08/53/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 1,06 PERSEN Pada Juli 2015, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI No.34/02/21/Th. III, 1 Pebruari 2008 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM JANUARI 2008 INFLASI 0,92 PERSEN Pada Bulan Januari 2008 di Kota Batam terjadi

Lebih terperinci

OMBUDSMAN BRIEF REKOMENDASI. PELAYANAN PEMERIKSAAN KARANTINA Standar Pelayanan Publik Yang Belum Terstandar

OMBUDSMAN BRIEF REKOMENDASI. PELAYANAN PEMERIKSAAN KARANTINA Standar Pelayanan Publik Yang Belum Terstandar OMBUDSMAN BRIEF No. 2 / Tahun 2016 PELAYANAN PEMERIKSAAN KARANTINA Standar Pelayanan Publik Yang Belum Terstandar REKOMENDASI Memberikan apresiasi (award) kepada pimpinan UPT yang produk layanannya telah

Lebih terperinci

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016 BPS KOTA TARAKAN No. 08/08/6571/Th.X, 01 Agustus 2016 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2016 Mulai bulan Februari 2014 tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) menggunakan 2012 = 100 (sebelumnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 39/07/Th. XIV, 1 Juli 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2011 INFLASI 0,55 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,55 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 14/03/Th. XIV, 1 Maret 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2011 INFLASI 0,13 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,13 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

MEI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

MEI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 MEI 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan ini melaporkan

Lebih terperinci

OUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN

OUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN OUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN 2015 2019 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN 1) Pendahuluan Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate adalah salah satu Unit

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Bimbingan Teknis Ujian Dinas Tingkat I dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Jakarta, 18 Juli 2017 DASAR HUKUM, TUGAS,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM - BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.108/05/21/Th. IV, 1 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM A. BULAN APRIL DEFLASI 0,61 PERSEN Pada Bulan April di Kota Batam terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016. 1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/09/53/Th. XIV, 5 September PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bulan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami Inflasi sebesar 0,46

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/Th. XIII, 1 November 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI OKTOBER 2010 INFLASI 0,06 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 23/05/82/Th XVI, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI April 2017, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,36 PERSEN Pada April 2017, Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 0,36 persen dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI . 01/01/82/Th XVI, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 20, KOTA TERNATE INFLASI SEBESAR 0,32 PERSEN Pada Desember 20, Ternate mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004 PARIWISATA No. 38 / VII / 1 Juli 2004 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada bulan mencapai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL Yth. (Daftar terlampir) SURAT EDARAN Nomor SE- 7 /PB/2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENCAIRAN DANA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014 / LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014 BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA TAHUN 2015 Gedung Karantina Pertanian Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Telepon

Lebih terperinci

PENGUMUMAN HASIL SOSIALISASI DAN PUBLIC HEARING SERVICE LEVEL AGREEMENT MEDIA PEMBAWA WAJIB PERIKSA KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN

PENGUMUMAN HASIL SOSIALISASI DAN PUBLIC HEARING SERVICE LEVEL AGREEMENT MEDIA PEMBAWA WAJIB PERIKSA KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN PENGUMUMAN HASIL SOSIALISASI DAN PUBLIC HEARING SERVICE LEVEL AGREEMENT MEDIA PEMBAWA WAJIB PERIKSA KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN oleh BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN Banjarmasin, 20 September

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 OKTOBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian bulan ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU No. 16/04/14/Th. XIV, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN PROVINSI RIAU MARET, PEKANBARU INFLASI 0,04 PERSEN DAN DUMAI DEFLASI 0,01 PERSEN Bulan, Kota Pekanbaru mengalami inflasi sebesar 0,04 persen

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2030, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Karatina Hewan. Instalasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/KR.100/12/2015 TENTANG INSTALASI KARANTINA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/09/Th. XI, 1 September 2008 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2008 INFLASI SEBESAR 0,51 PERSEN Pada bulan Agustus 2008 terjadi inflasi sebesar 0,51 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/01/53/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 3,41 PERSEN Pada ember 2014, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/03/Th. XVI, 1 Maret 2013 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2013 INFLASI 0,75 PERSEN Pada Februari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,75 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS Oleh : 1. Drh. Muhlis Natsir NIP 080 130 558 2. Drh. Sri Utami NIP 080 130 559 BALAI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER 2011 KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN l No. 45/11/14/Th. XII, 1 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN OKTOBER KOTA PEKANBARU MENGALAMI INFLASI 0,54 PERSEN Dengan menggunakan Tahun Dasar 2007=100, pada bulan Kota Pekanbaru mengalami inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/06/53/Th. XX, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2017 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI -0.01 PERSEN Mei 2017 Nusa Tenggara Timur mengalami deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/02/Th. XIV, 1 Februari 2011 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JANUARI 2011 INFLASI 0,89 PERSEN Pada bulan terjadi inflasi sebesar 0,89 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Ternate BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Perkembangan Indeks Harga Konsumen/ Ternate September 2017, Ternate mengalami Deflasi sebesar 0,51 persen Pada September 2017, Ternate mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 82/2000, KARANTINA HEWAN *37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA ( LAKIN ) TAHUN ANGGARAN 2015 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II CILEGON KATA PENGANTAR Puji dan syukur mari kita panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN HASIL TUMBUHAN HIDUP BERUPA SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015

DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015 DESEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN JANUARI, 2015 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan Kinerja Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/07/53/Th. XVIII, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,59 PERSEN Pada Juni 2015, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Renstra ini diharapkan berperan dalam membangun komunikasi antara Stasiun dengan semua pihak yang terkait.

KATA PENGANTAR. Renstra ini diharapkan berperan dalam membangun komunikasi antara Stasiun dengan semua pihak yang terkait. KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 merupakan salah satu kewajiban instansi Pemerintah dibidang akuntabilitas kinerja yang memeliki prioritas dalam perkarantinaan di Tahun 2015 diantaranya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 NOMOR SP DIPA-18.1-/215 DS791-3632-6284-16 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/06/53/Th. XIX, 1 Juni 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MEI 2016 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,61 PERSEN Mei 2016, Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/07/53/Th. XVII, 1 Juli 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2014 NUSA TENGGARA TIMUR INFLASI 0,61 PERSEN Pada Juni 2014, Nusa Tenggara Timur terjadi

Lebih terperinci

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 SEPTEMBER 2014 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Bulanan kinerja perlindungan varietas tanaman dan perizinan pertanian bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BADAN PUSAT STATISTIK No. 20/04/Th. XIII, 1 April 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2010 DEFLASI 0,14 PERSEN Pada bulan terjadi deflasi sebesar 0,14 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/10/53/Th. XIX, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI SEPTEMBER 2016 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,17 PERSEN September 2016, Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 40/08/32/Th. XIX, 1 Agustus 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JULI 2017 INFLASI SEBESAR 0,01 PERSEN Juli 2017 IHK Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota yaitu

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No.141/11/21/Th. IV, 2 Nopember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM BULAN OKTOBER INFLASI 0,23 PERSEN Pada Bulan Oktober di Kota Batam terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL 2013 BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/05/53/Th. XVI, 1 Mei PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR APRIL Bulan : Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN

BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN No. 01/01/14/Th. XI, 4 Januari 2010 BULAN DESEMBER 2009 KOTA PEKANBARU MENGALAMI DEFLASI SEBESAR 0,10 PERSEN Dengan menggunakan tahun dasar 2007=100, pada bulan Desember 2009 Kota Pekanbaru mengalami deflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR No. 01/04/53/Th. XVII, 1 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2014 NUSA TENGGARA TIMUR DEFLASI 0,14 PERSEN Pada Maret 2014 terjadi deflasi sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No.75/11/21/Th. III, 3 Nopember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA TANJUNGPINANG BULAN OKTOBER DEFLASI 0,22 PERSEN Pada Bulan Oktober di Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No.74/11/21/Th. III, 3 Nopember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA BATAM BULAN OKTOBER INFLASI PERSEN Pada Bulan Oktober di Kota Batam terjadi inflasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 03/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.21.3592 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 05018/SK/KBPOM TAHUN 2001 TENTANG

Lebih terperinci