BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia adalah kondisi dimana hemoglobin dalam sel darah merah menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk seluruh tubuh menjadi berkurang. 1 a. Hemoglobin ( Hb ) 1) Definisi Hemoglobin Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen, sehingga sebabkan penurunan fungsi dari jaringan tubuh hal ini disebabkan karena oksigen merupakan hal yang diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. 2 Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. 30 Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). 31 Zat penyusun sel darah merah atau eritrosit merupakan zat besi. 1 Hemoglobin merupakan protein berpigmen merah yang terdapat pada eritrosit. Hemoglobin terdiri dari hem yang terdiri dari cincin porfirin sebagai pengikat oksigen dan globin yaitu protein yang terdiri dari dua pasang rantai asam amino yang disebut alfa dan non alfa. 32 1

2 2) Proses Pembentukan Hemoglobin Kedua bagian dari hemoglobin, yaitu hem dan globin dibentuk melalui proses yang berbeda. Gugus Hem terdiri dari struktur 4-karbon yang berbentuk cincin simetris, disebut pirol dan membentuk satu molekul porfirin. 30 Empat pirol menyatu kemudian terjadi reaksi perubahan dan pertukaran hingga terbentuknya gugus senyawa bebas-besi yang disebut protoporfirin, setelah empat molekul hem berinsersi kedalam empat molekul globin, maka terjadi penggabungan globin pada sitopalsma eritrosit. 33 3) Reaksi-reaksi Hemoglobin (a) Reaksi Hemoglobin dan Oksigen(O 2 ) Hemoglobin mengikat O 2 untuk membentuk oksihemoglobin, O 2 menempel pada Fe 2+ dalam heme. Afinitas hemoglobin terhadap O 2 dipengaruhi oleh ph, suhu, dan konsentarasi 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. 34 2,3-DPG dan H+ berkompetisi dengan O 2 untuk berikatan dengan hemoglobin tanpa O 2 (hemoglobin terdeoksi), sehingga menurunkan afinitas hemoglobin terhadap O 2 dengan menggeser posisi empat rantai polipeptide (struktur kuartener). 35 (b) Reaksi Hemoglobin dan Karbonmonoksida Karbonmonoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin (HBCO). 34 Afinitas hemoglobin untuk O2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya terhadap karbonmonoksida, sehingga CO dapat menggantikan O 2 pada hemoglobin dan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen. 31 2

3 (c) Sintesis Hemoglobin Kandungan hemoglobin normal rata-rata dalam darah yang terdapat di dalam satu sel darah merah adalah sekitar 32pg. (mean cell hemoglobin, MCH = 32 ± 2pg). berjumlah 16g/dL pada pria dan 14 g/dl pada wanita dan semuanya berada di dalam sel darah merah. 33 Pada tubuh seorang pria dengan berat 70 Kg, ada sekitar 900 gr hemoglobin, 0,3 gr hemoglobin dihancurkan dan 0,3 grdisintesis setiap jam. Porsi heme dalam molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan suksinil KoA. 35 4) Fungsi Hemoglobin Fungsi dari hemoglobin adalah membawa karbondioksida membentuk karbonmonoksida hemoglobin (HbCO) yang berperan dalam keseimbangan ph darah. Hemoglobin membawa oksigen dalam darah yang kemudian diedarkan ke seluruh tubuh hingga ke jaringan perifer. 33 5) Pengukuran Hemoglobin Tes yang dilakukan adalah tes hemoglobin (tes yang mengukur hemoglobin yang merupakan protein dalam darah yang membawa oksigen), Tes Hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah berdasarkan volume). Tes ini menunjukkan berapa banyak zat besi dalam tubuh. 34 Tes darah lainnya digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa anemia karena kekurangan zat besi termasuk 36 : (a) Hitung darah lengkap (untuk melihat jumlah dan volume sel darah merah) (b) Serum ferritin (ukuran bentuk disimpan besi) (c) Serum besi (ukuran dari besi dalam darah) (d) Kejenuhan transferrin (ukuran bentuk diangkut dari besi) 3

4 (e) Transferin reseptor (ukuran peningkatan produksi sel darah merah) Pengukuran hebmoglobin yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara oxyhemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. 1 Selain metode cyanmethemoglobin Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain yaitu sahli dan hemometer digital. Cara penentuan hemoglobin yang banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukup sederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO. 37 Penggunaan hemometer digital memiliki keakuratan yang lebih valid daripada hemometer sahli, selain itu lebih cepat dan lebih sederhana dalam cara pemeriksaannya Jenis Anemia Jenis anemia yaitu 2 : a. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi karena sumsum tulang belakang tidak mampu mengganti eritrosit yang rusak sebelum 120 hari masa hidup eritrosit sebelumnya. 3 Akibatnya, jumlah eritrosit dalam darah rendah karena sumsum tulang belakang tidak mampu memproduksi eritrosit secara cukup. Anemia hemolitik juga dapat terjadi karena kelainan intrinsik dan ekstrinsik. Kelainan intrinsik dari eritosit, kelainan enzim (defisiensi G6PD) dan kelainan hemoglobin. Sedangkan kelainan ekstrinsik penyebab anemia hemolitik adalah imunitas dan autoimun, infeksi (malaria) dan adanya zat kimia. 5 Kelainan ekstrinsik adanya zat kimia di buktikan pada penelitian yang dilakukan di Semarang tahun 2012, dengan tujuan penelitian melihat pengaruh pemberian dosis asap rokok pada tikus 4

5 galur wistar, dengan perlakuan satu kelompok tanpa perlakuan dan tiga kelompok lainnya diberi perlakuan dengan memapari asap rokok dengan dosis bertingkat masing-masing 1 batang/ hari, 2 batang/ hari, dan 4 batang/ hari. Tikus dipapari asap rokok selama 28 hari. Di akhir penelitian tikus di ambil darahnya untuk diperiksa jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Hasil yang didapatkan p value = 0,000, artinya paparan asap rokok dapat menyebabkan penurunan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. 28 b. Anemia Aplastik Anemia aplastik terjadi karena sumsum tulang belakang rusak, sehingga tidak mampu memproduksi sel darah dan akibatnya terjadi penurunan jumlah sel-sel darah dalam tubuh, seperti menurunnya eritrosit, leukosit dan trombosit. 32 Anemia aplastik dapat terjadi karena sistem imunitas tubuh salah menghancurkan sel darah yang masih sehat, yang disebut autoimmune disorder. 39 Anemia aplastik juga dapat terjadi karena adanya paparan dari asap rokok baik perokok aktif maupun pasif, dimana adanya tar dan radikal bebas yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang belakang (organ yang memproduksi eritrosit) di dalam tubuh, pada saat terjadinya sintesis atau proses pembentukan hemoglobin yang dimulai di dalam eritroblast kemudian dilanjutkan dalam stadium retikulosit atau stadium pematangan eritrosit atau sel darah muda, 33 jika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit akan tetap membentuk hemoglobin dalam jumlah sedikit selama beberapa hari yang mana keadaan ini dapat mengakibatkan adanya hemolisis pada sel darah merah sehingga dapat terjadi anemia, 39 serta dapat menaikkan viskositas atau kekentalan dan tekanan darah yang dapat berpotensi menciptakan penyakit kardiovaskuler. 4 5

6 c. Anemia Defisiensi Fe Anemia defisiensi Fe terjadi karena tubuh tidak dapat menyesuaikan dengan kebutuhan akan zat besi. 4 Hal ini terjadi ketika kebutuhan zat besi yang tinggi, namun tidak diimbangi dengan cadangan zat besi yang cukup dalam tubuh sehingga tubuh kekurangan asupan zat besi dalam darah dan terjadi anemia defisiensi zat besi. 3 Teori tersebut didukung dengan penelitian tesis yang dilakukan di kabupaten Sukoharjo yaitu tentang pengaruh suplementasi Fe, asam folat, dan vitamin B 12 terhadap peningkatan kadar Hb pada pekerja wanita. Hasil penelitian setelah dilakukan intervensi prevalensi anemia menurun sebesar 78,9%. Hasil statistik menunjukkan bahwa ada peningkatan yang bermakna pada rerata kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan diberikannya suplemen folat, Fe dan vitamin B 12 dengan p-value=0, Hal yang sama didapatkan dari penelitian tahun 2003 di Jakarta diketahui ada peningkatan kadar Hb dan serum feritin setelah diberikan suplementasi zat besi dan asam folat pada pekerja yang anemi. 41 Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe juga dapat mempengaruhi tejadinya anemia, dimana kepatuhan tersebut dapat diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe dan frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. 6 d. Anemia Pernisiosa Anemia pernisiosa terjadi karena defisiensi vitamin B 12 yang menyebabkan produksi eritrosit menurun dan dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi vitamin B Hal ini terjadi karena 6

7 kegagalan pematangan sel darah merah, yang disebabkan buruknya absorbsi vitamin B 12 (anemia pernisiosa). 3 Pada anemia pernisiosa, terjadi malabsorbsi di lambung sehingga vitamin B 12 tidak dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun telah mengkonsumsi makanan yang mngandung vitamin B 12 setiap hari Penyebab Anemia a. Perdarahan 36 Adanya kejadian perdarahan dapat disebabkan karna kejadian spontan/ langsung atau terjadinya karena kejadian pemicu seperti trauma, persalinan, pembedahan, menstruasi. 42 Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan dinding pembuluh darah, defisiensi atau disfungsi trombosit yang menyebabkan gangguan dari faktor pembekuan, 4 sehingga hal ini dapat menyebabkan cadangan zat besi dalam tubuh berkurang. b. Umur Umur seorang berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur tahun. 6 Semakin tinggi umur, maka kebutuhan akan zat gizi juga semakin tinggi, sehingga memerlukan banyak asupan gizi. Namun apabila asupan zat gizi kurang, sedangkan kebutuhan akan zat gizi bertambah, maka akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti anemia defisiensi zat gizi Penelitian di desa Jetis Kecamatan Sukoharjo tahun 2003 diketahui bahwa usia tahun lebih banyak yang menderita anemia dibanding usia < 20 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya dan cenderung labil, mentalnya belum 7

8 matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. 43 c. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang wanita yang terlahir hidup. Seorang wanita yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Terlalu banyak anak (> 4orang) dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan sampai melahirkan, diantaranya disebabkan oleh anemia. 44 Hubungan kadar hemoglobin dengan paritas tercantum pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 yang menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan dialami wanita dengan status paritas 1 4, dibandingkan dengan pravelensi kejadian anemia ringan pada wanita yang belum pernah melahirkan, yakni 70,5 % dan 65,8 %. Sedangkan pada paritas 5 keatas prevalensi anemia lebih tinggi dari pada paritas 1-4, yakni 72,9 % untuk anemia ringan dan 76 % untuk anemia berat. 45 d. Jarak kelahiran yang terlalu dekat Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan kondisi wanita secara fisik maupun psikologis belum optimal apabila memiliki jarak kelahiran yang terlalu dekat, sehingga dapat menyebabkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi. 6 Hasil penelitian di Puskesmas Pacarkeling Kota Surabaya menunjukan bahwa dari 30 responden ibu hamil dengan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun sebagian besar (53,3%) mengalami 8

9 besi. 47 Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 yaitu untuk anemia dalam kehamilan dan dari 132 responden ibu hamil dengan jarak 2 tahun atau lebih sebagian besar (84%) tidak mengalami anemia dalam kehamilan. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia p-value = 0, e. Sosial Ekonomi dan Demografi Pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan daya beli keluarga maupun dalam akses ke pelayanan kesehatan. Wilayah perkotaan maupun pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan makanan yang berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat mengetahui keterkaiatan faktor-faktor social ekonomi dan kesehatan masyarakat yang kaitannya dengan masalah gizi underweight, stunted dan wasted di Indonesia dengan pendekatan ekologi, menggunakan sampel penelitian Balita di 32 Propinsi dihasilkan bahwa secara keseluruhan faktor penyebab masalah gizi (underweight, stunted, dan wasted) yaitu perilaku hygiene dan pemanfaatan posyandu. Kedua faktor tersebut dipengaruhi sosial ekonomi. 48 f. Pendidikan Pendidikan merupakan faktor predisposisi terjadinya proses perubahan sikap, perilaku dan pengetahuan seseorang tentang anemia. 49 Apabila pendidikannnya tinggi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang anemia, dan akan mempengaruhi dalam berperilaku untuk mencegah terjadinya anemia. 50 g. Penyakit Kronik Anemia dengan karakteristik kurang efektifnya Fe untuk proses eritopoiesis, karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makrofag dan 9

10 sedikit berkurangnya masa hidup eritrosit. 5 Anemia yang disebabkan oleh penyakit kronis ini sering terjadi pada pasien rawat inap, yang disebabkan oleh beragam gangguan peradangan kronis, diantaranya 4 : 1) Infeksi mikroba kronis, seperti osteomelitis, endokarditis bakterial 2) Gangguan imun kronis, seperti arthritis rheumatoid 3) Neoplasma, seperti panyakit hodgkin h. Asupan Gizi Asupan zat gizi yang adekuat dapat mempengaruhi status gizi. Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya anemia dapat dikarenakan produksi eritrosit yang tidak adekuat. 47 Ketidakcukupan eritrosit tersebut dapat dipicu karena kurangnya bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan eritrosit seperti protein, zat besi, asam folat, vitamin C dan B i. Pengkonsumsian Tablet Tambah Darah (TTD) Pemberian suplementasi tablet tambah darah dapat mempengaruhi kadar zat besi didalam tubuh hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja WUS dengan 2 perlakuan, kelompok yang diberikan zat besi dan asam folat saja dengan kelompok yang diberikan multivitamin dan mineral, perlakukan dilakukan selama 10 minggu dan didapatkan adanya peningkatan hemoglobin, hematokrit dan serum feritin pada kelompok yang diberikan tablet zat besi dan asam folat. 51 j. Asap rokok Keberadaan asap rokok, radikal bebas yang terkandung didalamnya dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Efek hematotoksisitas dari timbal atau Pb menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme heme sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah

11 Nikotin pada rokok ini dapat menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah akibatnya aliran darah menuju seluruh tubuh mengganggu. Kandungan rokok yang lain adalah karbondioksida (CO) pada asap rokok, apabila terpapar maka karbondioksida ini akan mengikat hemoglobin dalam darah, yang mana mestinya hemoglobin tersebut mengikat oksigen yang diedarkan ke organ-organ vital dan sel-sel di seluruh tubuh. 52 Akibatnya akan mengurangi fungsi kerja dari hemoglobin dalam tubuh yang semestinya berfungsi mengikat oksigen yang digunakan untuk mendistribusikan zat makanan dari seluruh tubuh. 53 Penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa merokok adalah faktor risiko kepada terjadinya sindroma myelodisplastik dan anemia refraktori. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan risiko relatif terhadap anemia refraktori (OR 2.5; 95%;CI= ). Hal ini menunjukan bahwa merokok bisa menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin darah Akibat Anemia Seseorang yang dapat berisiko mengalami anemia salah satunya adalah orang yang terpapar zat-zat berbahaya (nikotin, timbal, karbonmonoksida, tar) dan zat kimia lain, karena asap dari tembakau yang dibakar dapat berfungsi seperti racun bagi tubuh sehingga dapat mengganggu proses pembentukan eritrosit dan hemoglobin dalam darah, akibatnya tubuh kekurangan oksigen dalam jumlah cukup untuk pembentukan hemoglobin. 20 Wanita mempunyai resiko terkena anemia 7,9 kali lebih tinggi daripada pria dan kelompok umur dibawah 40 tahun beresiko terkena anemia 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berumur di atas 40 tahun. 55 Selain itu, ibu hamil mempunyai resiko tinggi terhadap 11

12 tubuh. 6 Anemia memberi pengaruh kurang baik bagi wanita dalam tiap anemia defisiensi Fe karena adanya hemodelusi sebagai adaptasi fisiologis siklus kehidupan, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya,berikut ini akibatnya 6 : a. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia saat persalinan adalah : keguguran (abortus), kelahiran, prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan. 6 b. Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu Tingkatan Anemia Tingkatan anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut 56 : a. Stadium I: Hanya ditandai oleh kekurangan persediaan besi. Keadaan ini dinamakan stadium deplesi besi. 46 Pada stadium ini kadar besi di 12

13 dalam serum maupun kadar hemoglobin masih normal. Kadar besi di dalam depot dapat ditentukan dengan pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau sumsum tulang. Disamping itu kadar feritin/saturasi transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan kadar besi di dalam depot. 57 b. Stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi di dalam serum mulai menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam darah masih normal. Keadaan ini disebut stadium defisiensi besi. 57 c. Stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini ditandai oleh penurunan kadar hemoglobin MCV, MCH, MCHC disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di dalam serum Penentuan Anemia Berdasarkan Derajat Hemoglobin Anemia pada di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr/dl, Anemia ringan : Hb gr/dl, Anemia sedang : Hb gr/dl, Anemia berat : Hb < 7 gr/dl. 58 Klasifikasi/ pembagian derajat anemia berdasarkan umur terdapat pada tabel 2.1 berikut ini 1 : Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Anemia Berdasarkan Umur Populasi menurut umur Anemia Ringan (gr/l) Sedang (gr/l) Berat (gr/l) a. Anak umur 6-59 bulan <70 b. Anak umur 5-11 tahun <80 c. Anak umur tahun <80 d. Wanita dewasa tidak <80 hamil ( 15 tahun) e. Perempuan hamil <70 f. Pria dewasa ( 15 tahun) <80 B. Paparan Asap Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok adalah gulungan tembakau yang disalut dengan daun nipah. Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm 13

14 yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. 59 Kandungan rokok dapat ditentukan lewat dua cara, langsung memeriksa rokoknya, atau memeriksa asapnya. Asap rokok sendiri ada dua jenis : Asap yang keluar dari pembakaran di ujung rokok dan asap yang dihirup oleh perokok lewat ujung hisap rokok (baik filter atau tidak). 60 Merokok dapat merusak kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit ditimbulkan akibat merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya termasuk perokok pasif Frekuensi merokok Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang per hari. Jumlah rokok yang diisap per hari, jenis rokok yang diisap (filter atau tidak), cara menghisap rokok, umur mulai merokok, lama merokok. 60 Tipe perokok dapat diklasifikasikan menurut banyaknya jumlah rokok yang dihisap yaitu 61 : a. Perokok ringan : jumlah rokok yang diisap kurang dari 1-4 batang per hari b. Perokok sedang: jumlah rokok yang diisap 5-14 batang per hari c. Perokok berat : jumlah rokok yang diisap lebih dari 15 batang per hari Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tlogosari kulon dengan tujuan membuktikan adanya faktor resiko hipertensi pada wanita usia 40-70tahun sebanyak 40 kasus dan 40 kontrol didapatkan hasil 14

15 bahwa lama paparan (durasi), jumlah perokok dalam rumah dan lama merokok dari perokok aktif terbukti menjadikan faktor resiko hipertensi terhadap perokok pasif disekitarnya Kategori Perokok a. Perokok Pasif Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut bisa menjadi polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang terhirup oleh orang yang bukan perokok karena berada disekitar perokok disebut second handsmoke. 60 b. Perokok aktif Perokok aktif adalah orang yang suka merokok Asap rokok Zat kimia dapat menyebabkan kerusakan pada manusia dan makhluk hidup lainnya melalui berbagai jenis cara. Jalur pokok pemaparan terbagi menjadi 3 yaitu: a. Penetrasi melalui kulit ( absorpsi kulit/ dermal) b. Inhalasi (absorpsi melalui paru-paru) c. Ingesti (absorpsi melalui saluran pencernaan) Paparan asap rokok masuk ke dalam tubuh manusia secara inhalasi. Karbonmonoksida hasil pemaparan dari asap rokok akan diserap oleh paruparu. Paru merupakan sumber pemaparan yang umum, tetapi tidak seperti kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif terhadap paparan zat kimia. Selain kerusakan sistemik zat kimia yang berhasil melewati permukaan paru juga dapat mencederai jaringan paru dan menganggu fungsi vitalnya sebagai pemasok oksigen. 63 Karbonmonoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor) terutama berasal dari perokok 15

16 aktif yang berada dalam ruangan tersebut memiliki kadar yang lebih tinggi bila ruangan tersebut tidak memadai ventilasinya. 60 Pada umumnya pemajanan yang berasal dari dalam ruangan kadarnya harus lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil pemajanan asap rokok Kandungan Rokok Ada 100 lebih senyawa dalam kandungan asap rokok, berikut senyawa-senyawa tertentu yang dibahas 23 : a. Karbon Monoksida ( CO) Karbon Monoksida merupakan senyawa karbon inorganik. Afinitasnya terhadap hemoglobin darah 300 kali lebih kuat dari oksigen, sehingga paparan gas ini dapat mengurangi atau sepenuhnya menghilangkan kemampuan hemoglobin mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. 59 Apabila Karbonmonoksida terhirup maka akan terjadi reaksi dengan hemoglobin, dengan membentuk karbonmonoksihemoglobin (karboksi-hemoglobin). Karbonmonoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat daripada daya ikat oksigen (O 2 ) dengan Hb. Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbonmonoksida (CO) dalam bentuk HBCO, 33 dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan oksigen, yang akhirnya sel tubuh akan kekurangan oksigen juga. 47 Rokok terdapat CO 2 sejumlah 2-6% pada saat merokok, sedangkan CO 2 yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. 64 Kadar normal karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan akan terjadi plycythemia (pertambahan kadar butir darah merah) yang mempengaruhi fungsi syaraf pusat

17 Penelitian dilakukan di Semarang, bertujuan untuk mempelajari perubahan histopatologi saluran napas tikus putih galur Sprague Dawley akibat pajanan asap rokok kretek, hasil penelitian menunjukkan perubahan histopatologi yang bermakna pada saluran napas. Jumlah sel epitel pada kelompok yang terpapar asap rokok secara bermakna lebih tinggi dari kontrol (p < 0,05) pada daerah sinus, bronkhus, dan bronkhiolus, sedangkan pada trakhea tidak ditemukan perbedaan bermakna (p > 0,05). 65 b. Radikal Bebas (NOx, SO2) Radikal bebas yang berlebihan akan meningkatkan aktivitas lipid peroksidase (LPO) dan menurunkan status antioksidan eritrosit yang menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit sehingga eritrosit akan lebih mudah lisis dan akibatnya akan terjadi penurunan jumlah eritrosit. 33 Oleh karena itu peningkatan radikal bebas secara tidak langsung dapat diketahui dari penurunan jumlah eritrosit. Bahaya radikal bebas terhadap eritrosit diantaranya adalah dengan merusak struktur membrane eritrosit sehingga plastisitas membran terganggu dan mudah pecah. Keadaan ini dapat menyebabkan turunnya jumlah eritrosit. 23 c. Timah Hitam Atau Timbal (Pb) Rokok menghasilkan timah hitam (Pb) sebanyak 0,5μg. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 μg. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg per hari. 19 Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala pathogenesis bagi keracunan Pb. 19 Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. 23 Pengaruh timbal sebenarnya dapat dilihat pada proses sintesis hemoglobin. Kadar timbal dalam darah 10 μg/dl sudah dapat menyebabkan gangguan pada sintesis hemoglobin dengan 17

18 penghambatan pada aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD). Oleh karena itu, kadar Pb dalam darah yang tinggi dapat mengakibatkan menurunnya kadar Hb darah. 66 Penelitian yang dilakukan pada tukang becak di Mranggen, diperoleh nilai p = 0,041 (p < 0,05) untuk korelasi kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan kadar Hb darah pada tukang becak di Pasar Mranggen Demak. Tukang becak yang memiliki kadar Pb dalam darah 6,45 μg/dl memiliki kadar Hb darah 12,25 gr/dl sedangkan tukang becak yang memiliki kadar Pb dalam darah 12,19 μg/dl memiliki kadar Hb darah 10,60 gr/dl. 67 d. Tar. Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar terbentuk selama pemanasan tembakau. 33 Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri yang merupakan hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. 59 Pemaparan menahun hidrokarbon aromatic (benzena) dapat menghasilkan efek toksik yang sangat serius yang paling nyata ialah kerusakan pada sumsum tulang yang berbahaya dan tidak terduga, anemia aplastik, 39 leukopenia, pansitopenia atau trombositopenia. Pada perkembangan sel-sel sumsum tulang tampak menjadi paling sensitif terhadap benzena

19 e. Nikotin. Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam tembakau. Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin. Nikotin diserap melalui paru-paru dan kecepatan absorsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara intravena. Nikotin masuk ke dalam otak dengan cepat dalam waktu kurang lebih 10 detik. 33 Dapat melewati barier di otak dan diedarkan ke seluruh bagian otak kemudian menurun secara cepat, setelah beredar ke seluruh bagian tubuh dalam waktu menit pada waktu penghisapan terakhir. 23 Hasil penelitian yang didapatkan untuk mengetahui kadar nikotin dalam asap beberapa merk rokok dengan menggunakan jenis rokok yang berbeda, yaitu tiga merk rokok filter dan tiga merk rokok kretek (non-filter). Didapatkan hasil pada rokok filter kandungan nikotin yang terdapat dalam asap rokok arus samping 4 6 kali lebih banyak dari asap rokok arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang dilepaskan ke lingkungan lebih banyak dari pada nikotin yang dihisap oleh perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap arus samping lebih banyak 4 6 kali dari pada yang terdapat dalam asap arus utama Perilaku Merokok a. Pengertian Merokok Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. 52 Saat ini, perilaku merokok sudah menjadi perilaku yang umum dijumpai dimana saja dan kapan saja. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, serta kelompok umur yang berbeda. 17 Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan. 19

20 Penderita yang terkena kerugian asap rokok tidak hanya perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok (Environmental Tobacco Smoke) atau disebut dengan perokok pasif. 69 b. Klasifikasi Perokok Pengukuran perilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu kriteria yang dibuat berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria dengan batasan yang digunakan berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. 70 c. Penyebab Merokok Terdapat dua penyebab utama seseorang menjadi perokok yaitu dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Secara psikologis, perokok merasakan bahwa dengan merokok, ia dapat mengalihkan kecemasan, menunjukkan kejantanan (bangga diri) dan menunjukkan kedewasaan. Sedangkan, dorongan fisiologis pula dapat didapatkan dari efek dari nikotin yang terdapat di dalam rokok yang menyebabkan terjadinya adiksi sehingga seseorang ingin terus merokok. 52 Ada beberapa faktor seseorang merokok sehingga mereka menjadi perokok. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor biologi dan jenis kelamin. 71 d. Perokok Pasif Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan perokok, yang terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok utama dihembuskan kembali ke udara oleh perokok aktif

21 World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa saat ini diperkirakan sekitar 6 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan dari rokok, dengan jumlah angka sekitar orang diantaranya adalah korban sebagai perokok pasif. 72 Merokok merupakan kegiatan yang dapat berdampak pada kesehatan, dari perokoknya sendiri maupun lingkungan. 70 Banyak dampak dari kegiatan merokok tersebut terhadap lingkungan dan terutama pada orang sekitarnya atau perokok pasif. Asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena asap rokok dihiisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang diisap. 73 Perokok pasif berpotensi terkena berbagai macam penyakit, diantaranya : 1) Resiko kanker paru-paru 2) Resiko penyakit asma 3) Resiko infeksi telinga Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di Semarang, menunjukan bahwa faktor risiko dari perokok pasif yaitu terjadinya hipertensi. Penelitian yang dilakukan pada wanita dengan umur tahun yang menjadi perokok pasif Hubungan Asap Rokok Dengan Kadar Hemoglobin (Hb) Menghirup asap rokok dari perokok aktif memiliki bahaya yang lebih besar bagi perokok pasif daripada perokok aktif itu sendiri, karena sebatang rokok yang sedang dibakar akan menghasilkan asap utama dan asap sampingan. Asap utama tersebut merupakan asap rokok yang dihisap langsung dan masuk kedalam paru-paru perokok, sebelum kemudian 21

22 diembuskan kembali. Asap sampingan merupakan asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang dibakar. Asap sampingan ini yang akan mengganggu kesehatan karena mengandung zat-zat berbahaya yang diantaranya tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO). 74 Karbonmonoksida yang terkandung dalam asap rokok masuk ke dalam tubuh manusia secara inhalasi lalu masuk dalam paru-paru dan bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin (HbCO). 63 Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbonmonoksida (CO) dalam bentuk COHb (Carboly Hemoglobin) 33 dan mengakibatkan oksigen dalam eritrosit berkurangan, sehingga sel dan jaringan tubuh akan kekurangan oksigen, 47 hal ini akan menyebabkan menurunkan kapasitas darah sebagai pengangkut oksigen dalam tubuh, sehingga akan terjadi anemia. 33 Adanya efek hematotoksisitas dari Pb atau timbal menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam biosintesa atau metabolisme heme sehingga menyebabkan kadar hemoglobin rendah. 66 Nikotin pada rokok ini dapat berdampak pada ibu hamil karena menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah atau penyempitkan pembuluh darah, akibatnya aliran darah menuju janin yang melalui tali pusat akan berkurang, sehingga pasokan zat makanan yang diperlukan janin dari ibu pun berkurang Paparan Asap Rokok Perokok pasif adalah seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok namun tetap terpapar asap rokok dari perokok aktif baik di rumah maupun di tempat kerja yang terpapar 30 menit per hari minimal terpapar sehari dalam seminggu selama 10 tahun terakhir. 75 WUS yang menjadi perokok pasif baik dari rekan kerja, lingkungan atau anggota keluarganya termasuk suami bisa menimbulkan risiko tertentu. Kerugian 22

23 menjadi perokok pasif berdampak juga pada wanita yang sedang hamil. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan selama kehamilan dan kesejahteraan janin yang dikandungnya. 59 Apabila seorang perokok pasif yang berada di suatu ruangan yang penuh dengan asap rokok dan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik, lalu menghirup asap yang ada selama 1 jam lamanya maka posisinya bagaikan seorang perokok yang aktif yang menghabiskan 1 batang asap rokok. 76 Satu batang rokok yang dibakar mengandung lebih dari 100 senyawa seperti karbonmonoksida (CO), nikotin, tar, radikal bebas, amoniak serta lainnya. 23 Hal tersebut menunjukan apabila seseorang terpapar asap rokok dalam waktu pendek maka dapat menghasilkan dampak buruk bagi kesehatan jangka panjang. Dalam melakukan pengamatan atau penelitian tentang terpapar nya asap rokok dapat dilihat dari riwayat dari paparan asap rokok itu sendiri dengan meliputi jumlah rokok per hari yang dihisap oleh perokok aktif, durasi paparan dalam waktu atau jam dan lamanya paparan dalam tahun. 77 Pengukuran paparan asap rokok dengan cara wawancara juga di terapkan pada penelitian yang dilakukan di Cilacap yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan nikotin di urin terhadap perokok pasif dengan 82 anggota posbindu yang menjadi perokok aktif dalam rumah. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, lama paparan asap rokok, frekuensi paparan asap rokok, kepadatan hunian rumah, dan kebiasaan olah raga berkontribusi terhadap keberadaan nikotin urin pada perokok pasif. 78 Selain melalui wawancara dan kuesioner kepada responden yang terpapar asap rokok diperlukan juga informasi mengenai sumber asap rokok, durasi dari paparan asap rokok dan jarak merokok dari paparan asap perokok aktif, namun hal ini cenderung mengalami bias recall dalam studi kasuskontrol atau retrospektif

24 C. KERANGKA TEORI Asap Rokok Nikotin Radikal Bebas Tar CO PB Vasokontriksi Pembuluh darah (32) Pasokan sel darah ke seluruh tubuh (32) Hemolisis Sel darah Visikositas Darah Hipertensi Merusak Membran Sel (23) Kerusakan Sumsum Tulang (57) Produksi Eritrosit (57) HBCO (32) Hipoksia Ginjal (57) Biosintesa enzim (19) Umur (6) Peningkatan Kebutuhan Kejadian Anemia Penyakit Kronik. Ex; Malaria, leukemia (4) Pengaruhi metabolism& utilitas zat besi (5) Pembentukan Hemoglobin Kadar Hemoglobin Kelainan Sumsum Tulang Belakang (4) Produksi Sel Darah Baru (4) Proses pembentukan& pematangan sel darah merah Penyerapan Zat Besi Kehamilan (5) Perdarahan ex; menstruasi, riwayat perdarahan (4) Paritas (44) Hemodelusi (44) Cadangan zat gizi Intake Vitamin B12 (2) Intake Zat Besi Konsumsi zat gizi Pemilihan Makanan yg Dikonsumsi (2) Intake VitaminC Daya Beli Makanan Pola Konsumsi Tablet Fe (50) Ketersedian Tablet Fe Wilayah Ketersediaan Makanan Pedesaan/Kota Sosial Ekonomi Dan Demografi (67) Pendapatan (49) Pendidikan (48) Pengetahuan 31

25 D. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini adalah; Variabel Independent Durasi Paparan Asap Rokok Lama Paparan Asap Rokok Variabel Dependent Kadar Hemoglobin Gambar 2.2 Kerangka Konsep E. Hipotesis 1. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan durasi paparan asap rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. 2. Ada perbedaan kadar hemoglobin (Hb) WUS berdasarkan lama paparan asap rokok di RT 1 dan RT 2 RW 3 Kelurahan Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. 31

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Rokok bukan sekedar asap yang ditelan, nikotin yang terkandung pada asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang bersangkutan. Hemoglobin merupakan protein berpigmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Pengetahuan tentang merokok yang perlu diketahui antara lain meliputi definisi merokok, racun yang terkandung dalam rokok dan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Perubahan fisiologis alami yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di Indonesia. Jumlah perokok di seluruh dunia saat ini mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi tumbuh kembang janinnya. Saat ini

Lebih terperinci

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN Disusun Oleh : MOHD ABI RAFDI 21040111130028 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 BAB 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Rokok adalah silinder dari kertas berukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu kadar hemoglobin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman yang bergerak di ruang lingkup dunia. Era ini mengakibatkan beberapa perubahan penting dalam sektor kehidupan. Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan suatu negara adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit seorang perempuan meninggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin merupakan pigmen yang mengandung zat besi terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi terutama dalam pengangkutan oksigen dari paru- paru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia bisa terjadi pada segala usia. Indonesia prevalensi anemia masih tinggi, insiden anemia 40,5% pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Karbon Monoksida a. Pengertian Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak berwarna.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disepakati disebut Low Birth Weigth Infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. disepakati disebut Low Birth Weigth Infant atau Berat Bayi Lahir Rendah. Karena BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dasi 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia Posted by Kukuh Ibnu Prakoso. Category: Informasi, Kesehatan Setelah sebelumnya kita mengetahui betapa banyaknyamanfaat merokok yang tidak kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian buruh Buruh adalah salah satu profesi pekerjaan yang diperintah dan dipekerjakan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi (ml.scribd.com).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia berarti defisiensi sel darah merah yang dapat disebabkan karena kehilangan sel darah merah yang terlalu banyak atau pembentukan sel darah merah yang lambat. Beberapa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan Asap Rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia adalah gizi yang seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang menandai awal masa sebelum menjelang persalinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Resa Valentri*, Dessy Hertati, Nobella Kristia Angelina Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap besi meningkat dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan fetal, plasenta, dan penambahan jumlah eritrosit selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil Kesehatan ibu hamil yang dimulai dari konsepsi hingga melahirkan, ibu dan anak merupakan satu kesatuan yang erat dan tak terpisahkan.kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa kesehatan yang optimal manusia tidak dapat melakukan semua aktifitas kesehariannnya dengan sempurna.perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering terjadi pada semua kelompok umur di Indonesia, terutama terjadinya anemia defisiensi besi. Masalah anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemi pada kehamilan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.anemi hamil tersebut potensial danger of mother and child (potensial membahayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan memberikan perubahan yang besar terhadap tubuh seorang ibu hamil. Salah satu perubahan yang besar yaitu pada sistem hematologi. Ibu hamil sering kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu golongan dari suatu kelompok usia yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Taraf kesehatan

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Anemia pada ibu hamil a. Definisi anemia pada ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb dalam darah dibawah normal. Sebagian besar anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012). Selama proses kehamilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPATUHAN 1. Defenisi Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkanpenggunaan obat sesuai petunjuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir dalam waktu yang cukup (Andriana, 2007). fisiologi, anatomi dan hormonal yang berbeda-beda. Salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma (Kushartanti, 2004). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Retensio Plasenta 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir 30 menit setelah bayi lahir pada manajemen aktif kala tiga. 1 2. Patologi Penyebab retensio plasenta

Lebih terperinci

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik A. PENGERTIAN Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Heatlh Organization 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) pada tujuan yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang asupan zat besi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15-49 tahun yang menderita anemia di enam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh terlalu sedikit, dimana peran sel darah merah sangat penting karena sel darah merah mengandung hemoglobin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diperkirakan kurang lebih 2,15 milyar orang di dunia menderita anemia dengan prevalensi kejadian anemia dengan prosentase bayi dan anak < 2 tahun (48%), anak sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok selama kehamilan dapat berbahaya terhadap tumbuh kembang janin dalam kandungan. Menurut data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2008 diperkirakan 45%

Lebih terperinci