EVALUASI KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK GUNA MENINGKATKAN MUTU HASIL PEMERIKSAAN SEHINGGA DAPAT DIPERTAHANKAN DI MAJELIS BANDING PENGADILAN PAJAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK GUNA MENINGKATKAN MUTU HASIL PEMERIKSAAN SEHINGGA DAPAT DIPERTAHANKAN DI MAJELIS BANDING PENGADILAN PAJAK"

Transkripsi

1 EVALUASI KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK GUNA MENINGKATKAN MUTU HASIL PEMERIKSAAN SEHINGGA DAPAT DIPERTAHANKAN DI MAJELIS BANDING PENGADILAN PAJAK Ineke Kania Putri Prof. Dr. Haula Rosdiana, M.Si Ilmu Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik In self assessment system, required the supervision which is tax audit. The quality of tax audit indicated by the results of tax audit can be defended in Tax Court. The focus of this thesis is to evaluate tax audit policy considering the theory by Dunn. This research is a descriptive qualitative analysis. The results of research showed that the policy who applied in the tax audit always follows the applicable regulations. Policy change is intended to get certain quality so as to sustain the findings in Tax Court. Research shows the effectiveness of the policy change, indicated by the increasing rejection of taxpayer appeals in Tax Court or in other words, the results of tax audit can be defended. Factors that can increase the quality of tax audit coming from the internal side of Directorate General of Taxation and external environment that supports the success of tax audit. The obstacles in tax audit arise from the internal side of the Directorate General of Taxation, Taxpayer and Tax Court. Keywords: Evaluation of policy, Tax audit, self assessment system, tax disputes, Tax Court 1. Pendahuluan Dalam sistem penetapan pajak, Indonesia telah mengalami perubahan pada tahun 1983 dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Self Assessment System adalah suatu sistem penetapan pajak dimana pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Konsekuensi dari adanya sistem self assessment yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya adalah diperlukannya pengawasan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak untuk mengetahui apakah Wajib Pajak telah melaksanakan kewajibannya tersebut secara benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu dengan pemeriksaan pajak. Wajib Pajak yang merasa tidak puas dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, dapat mengajukan keberatan. Jika keputusan keberatan juga masih belum dapat diterima oleh Wajib Pajak maka yang

2 bersangkutan dapat mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Namun ternyata, terdapat suatu fenomena unik yang terdapat dalam putusan banding yang dikeluarkan oleh Pengadilan Pajak. Persentase putusan Pengadilan Pajak yang menolak pengajuan banding Wajib Pajak atas keputusan keberatan ternyata semakin meningkat dari tahun hingga mencapai 100%. Hal tersebut mengindikasikan adanya suatu perubahan kebijakan ke arah yang lebih baik dalam pemeriksaan pajak di Direktorat Jenderal Pajak sehingga menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang bermutu menurut Pengadilan Pajak atau dengan kata lain hasil pemeriksaan dapat terus dipertahankan hingga di Majelis Banding Pengadilan Pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan kebijakan dalam pemeriksaan pajak di Direktorat Jenderal Pajak, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan pajak sehingga hasil pemeriksaan dapat terus dipertahankan hingga ke Majelis Banding Pengadilan Pajak, dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terdapat dalam proses pemeriksaan pajak. 2. Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya sama-sama membahas mengenai pemeriksaan pajak. Penelitian Pramono Hadi Soeparlan (2002) membuktikan bahwa Sumber Daya Manusia pemeriksa yang menjadi responden memiliki kualifikasi yang baik untuk menjadi pemeriksa. Hasil selanjutnya yaitu terdapat korelasi kuat antara kualitas pemeriksaan dengan putusan BPSP. Bismar Fahlerie (2004) membuktikan bahwa terdapat peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara perbaikan administarsi terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Usmansyah (2004) membuktikan bahwa hasil keputusan banding yang ditetapkan oleh Majelis Peradilan Pajak menunujukkan bahwa keputusan banding yang menguntungkan Wajib Pajak cenderung meningkat. Ini berarti koreksi pemeriksaan secara substansial tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Morisya (2008) membuktikan, reformasi organisasi menghasilkan teknologi baru, kualitas sumber daya manusia yang lebih baik dan struktur organisasi yang

3 baru. Reformasi ini berpengaruh pada kemudahan pelaksanaan administrasi pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian audit dan dikoordinasi oleh Account Representative dan auditor. Jones (Winarno, 2007) berpendapat bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertugas untuk menilai manfaat suatu kebijakan. Dunn (2003) menggunakan beberapa tipe kriteria untuk mengevaluasi sebuah kebijakan, yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Sementara Wibawa (Nugroho, 2009) mengemukakan bahwa evaluasi memiliki empat fungsi yaitu eksplanasi, kepatuhan, audit dan auditing. Gunadi (1999) mendefinisikan pemeriksaan pajak sebagai upaya untuk menilai tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance), baik itu pemenuhan kewajiban formal maupun kewajiban material. Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kebenaran aspek perpajakan baik aspek yuridis maupun material. Sengketa pajak adalah suatu kejadian yang terjadi karena adanya ketidaksamaan perpsepsi atau perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan fiskus mengenai penetapan pajak yang terutang yang diterbitkan atau karena adanya tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh otoritas pajak (Purwito dan Komariah, 2010). Pengadilan Pajak dalam istilah asing disebut dengan Tax Court. Garner (2004) mengungkapkan bahwa, Tax Court is a federal court that hears appeals by taxpayers from adverse IRS decisions about tax deficiencies. Pengadilan pajak merupakan bagian dari pengadilan federal yang menangani kasus banding yang diajukan oleh pembayar pajak dari IRS (Internal Revenue Service). 3. Metodologi Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin memusatkan pada konteks yang dapat menggambarkan dan membentuk pemahaman dari fenomena yang sedang diteliti, yaitu kebijakan pemeriksaan pajak guna meningkatkan mutu hasil pemeriksaan sehingga dapat dipertahankan di Majelis Banding Pengadilan Pajak.

4 Penelitian ini menganalisis perkembangan kebijakan pemeriksaan pajak, faktorfaktor yang dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan pajak sehingga hasil pemeriksaan dapat dipertahankan hingga ke Majelis Banding Pengadilan Pajak serta hambatan yang terdapat dalam proses pemeriksaan pajak. 3.2 Jenis Penelitian Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Metode deskriptif menggambarkan keadaan subjek/objek pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Irawan, 2000) Jenis Penelitian Berdasarkan Manfaat Berdasarkan manfaat penelitian, penelitian ini termasuk dalam penelitian murni. Penelitian murni cenderung berorientasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dimana tujuan dari penelitian yang bersifat murni ini adalah untuk mengembangkan teori atau menemukan teori-teori baru (Kountur, 2003) Jenis Penelitian Berdasarkan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional dilakukan dalam waktu tertentu dan hanya dilakukan pada saat tertentu bukan disengaja melakukan pengumpulan data pada waktu-waktu yang berbeda untuk dijadikan pertimbangan (Kountur, 2003) Jenis Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data Studi Kepustakaan Pengumpulan data dengan menggunakan metode studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang didapat dari buku, penelitian terdahulu dan sumber literatur lainnya yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan penelitian Studi Lapangan Pengumpulan data studi lapangan dilakukan dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara.

5 3.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Proses analisis data kualitatif dalam penelitian ini dimulai dari menelaah data yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan informan penelitian dan dokumentasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Penelaahan dilakukan dengan mereduksi data yang dikumpulkan, baik melalui studi kepustakaan maupun studi lapangan. Peneliti juga melakukan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara satu sumber dengan sumber data lainnya (Irawan, 2006). 3.4 Informan Informan merupakan pihak yang memiliki andil besar dalam memberikan informasi yang dapat membantu peneliti dalam menganalisis serta memecahkan permasalahan penelitian. 1. Direktorat Jenderal Pajak Wawancara dilakukan dengan pihak Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan di Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Bapak Ahmad Zaki selaku Kepala Seksi Kerjasama Pemeriksaan, Bapak Pandu Wicaksono selaku staff Seksi Strategi Pemeriksaan dan Bapak Andi Banua Adam selaku anggota fungsional pemeriksa. 2. Pengadilan Pajak Wawancara dilakukan dengan Bapak Andre Irwanda selaku Panitera Pengganti di Majelis Pengadilan Pajak 3. Konsultan Pajak Wawancara dilakukan dengan Bapak X selaku konsultan pajak yang pernah menangani klien yang pernah diperiksa. 4. Mantan Hakim Pengadilan Pajak Wawancara dilakukan Bapak T.B. Edi Mangkuprawira selaku mantan hakim di Pengadilan Pajak. 5. Akademisi Perpajakan Wawancara dilakukan dengan Prof. Gunadi selaku akademisi perpajakan.

6 3.5. Site Penelitian Site penelitian yang digunakan peneliti selama penelitian antara lain: 1. Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak a. Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan - Seksi Kerjasama Pemeriksaan - Seksi Strategi Pemeriksaan - Seksi Teknik Pemeriksaan - Fungsional pemeriksa 2. Lingkungan Pengadilan Pajak a. Panitera Pengganti di Sidang Pengadilan Pajak b. Mantan Hakim Pengadilan Pajak 3. Konsultan Pajak 3.2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan data primer berupa wawancara mendalam dengan hakim di Pengadilan Pajak. Kesulitan ini terjadi dikarenakan menumpuknya berkas perkara dan padatnya jadwal sidang di Pengadilan Pajak. Untuk itu, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan pihak terkait lainnya, panitera pengganti dan mantan hakim Pengadilan Pajak Batasan Penelitian Ruang lingkup ini terbatas pada kebijakan pemeriksaan yang dilakukan selama lima tahun terakhir oleh Direktorat Jenderal. Selain itu penelitian ini hanya mencakup kebijakan di Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dalam pemeriksaan pajak dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan menurut Pengadilan Pajak, atau dengan kata lain hasil pemeriksaan tersebut dapat terus dipertahankan dalam Majelis Banding di Pengadilan Pajak dapat mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak.

7 4. Gambaran Umum Pemeriksaan Pajak dan Organisasi Direktorat Jenderal Pajak 4.1 Gambaran Umum Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jenis pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan. Ruang lingkup pemeriksaan terdiri atas semua jenis pajak (all taxes), PPh badan/orang Pribadi, PPN, PPh Pemotongan dan Pemungutan, dan lain-lain baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan. Metode Pemeriksaan adalah teknik dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku, catatan dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode tidak langsung. Standar pemeriksaan adalah patokan bagi pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan. Standar Pemeriksaan digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan yang merupakan capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan Pemeriksaan. Standar pemeriksaan meliputi Standar Umum, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan, dan Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari persiapan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan pembuatan laporan hasil pemeriksaan pajak.

8 4.2. Struktur Organisasi Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Gambar 4.1 Struktur Organisasi Direktrorat Pemeriksaan dan Penagihan Sumber: Direktorat Jenderal Pajak, Evaluasi Kebijakan Pemeriksaan Pajak Guna Meningkatkan Mutu Hasil Pemeriksaan Sehingga Dapat Dipertahankan di Majelis Banding Pengadilan Pajak 5.1. Perkembangan Kebijakan Pemeriksaan di Direktorat Jenderal Pajak Dalam melakukan pemeriksaan pajak, petugas pemeriksa selalu berpedoman pada peraturan yang berlaku. Hal ini disebabkan karena petugas pemeriksa merupakan pelaksana kebijakan yang telah diamanatkan oleh peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengamanatkan bahwa tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Saat ini, kebijakan yang berlaku dalam pemeriksaan pajak di Direktorat Jenderal Pajak adalah PMK Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan, menggantikan PMK Nomor 199/PMK.03/2007 j.o. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan. Dengan berpedoman pada peraturan ini, Direktorat Jenderal Pajak dapat melaksanakan proses pemeriksaan pajak dengan benar sesuai dengan aturan sehingga nantinya dapat menghasilkan suatu hasil pemeriksaan pajak yang bermutu. Seluruh kebijakan dalam hal pemeriksaan pun disesuaikan dengan apa yang tercantum dalam PMK Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan tersebut.

9 Perubahan dalam Kebijakan Pemeriksaan Suatu kebijakan pada dasarnya tidak selalu permanen, namun harus disesuaikan dengan adanya perubahan keadaan (Lester dan Stewart, 2000). Dimulai dengan PMK Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan. PMK Nomor 199 ini berisi mengenai tata cara pemeriksaan secara umum, antara lain mengenai tujuan pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan, kriteria pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, standar pemeriksaan, kewajiban dan kewenangan pemeriksa pajak, hak dan kewajiban Wajib Pajak, ketentuan mengenai peminjaman dokumen pemberitahuan dan pembahasan akhir, dan lainlain. PMK Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan ini kemudian diubah menjadi PMK Nomor 82/PMK.03/2011. Poin-poin yang mengalami perubahan signifikan dari peraturan sebelumnya antara lain, yang pertama adalah adanya mekanisme Tim Quality Assurance dan mengenai masalah penyelesaian pemeriksaan. salah satunya alasan diubahnya kebijakan tata cara pemeriksaan ini adalah bahwa Menteri Keuangan pada saat itu melihat bahwa pemeriksaan ini banyak masalah, dalam arti kata Wajib Pajak banyak yang mengajukan keberatan dan bahkan sampai ke tingkat banding, dan ternyata pada saat itu argumen dari Wajib Pajak yang diterima. Terakhir, perubahan kebijakan pemeriksaan ini pun dilakukan dengan dikeluarkannya PMK Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan. Perubahan PMK ini sebenarnya lebih ditekankan karena adanya perubahan peraturan yang lebih tinggi di atasnya. Salah satu poin penting yang berubah adalah penambahan kriteria pemeriksaan atau perluasan ruang lingkup (scoop) pemeriksaan. Selain penambahan kriteria pemeriksaan, terdapat juga perubahan dalam jangka waktu pemeriksaan. Pada PMK Nomor 82/PMK.03/2011, hanya terdapat satu jangka waktu, yaitu jangka waktu pemeriksaan Hubungan Mutu Hasil Pemeriksaan Pajak dengan Putusan Banding di Pengadilan Pajak Data yang diperoleh peneliti dari Pengadilan Pajak, sampai saat ini putusan banding yang memenangkan Wajib Pajak memang jumlahnya masih

10 lebih banyak dibandingkan putusan yang menolak permohonan banding Wajib Pajak. Namun, fenomena semakin meningkatnya putusan banding yang menolak permohanan Wajib Pajak dari tahun , bahkan hampir mencapai 100%, mengindikasikan adanya suatu perubahan kebijakan ke arah yang lebih baik dalam pemeriksaan pajak di Direktorat Jenderal Pajak sehingga menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang berkualitas menurut Pengadilan Pajak pada saat memeriksa ulang berkas permohonan banding Wajib Pajak. Hal ini menyebabkan pengajuan banding yang dilakukan oleh Wajib Pajak ditolak oleh Pengadilan Pajak yang mengakibatkan Wajib Pajak harus membayar pajak sesuai dengan Surat Ketetapan Pajak yang telah dikeluarkan sebelumnya oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan teori Dunn mengenai evaluasi kebijakan, perubahan kebijakan dalam pemeriksaan pajak ini dapat diukur a dari kriteria efektivitas, yakni dengan adanya perubahan kebijakan pemeriksaan pajak, hasil yang diinginkan oleh Direktorat Jenderal Pajak tercapai, yakni meningkatkan mutu hasil pemeriksaan yang diukur dengan dapat dipertahankannya hasil pemeriksaan di Majelis Banding Pengadilan Pajak. Selain itu jika dilihat dari kriteria ketepatan, dapat dikatakan bahwa hasil dari perubahan kebijakan ini bernilai, dibuktikan dengan meningkatnya jumlah putusan banding banding yang menolak permohonan Wajib Pajak. Pada tahun 2008 persentase putusan menolak banding Wajib Pajak di Pengadilan Pajak sebesar 12,5%. Pada tahun 2009, penolakan naik menjadi 13% dan pada tahun 2010 putusan menolak statis dengan persentase sebesar 13%. Peningkatan persentase penolakan banding Wajib Pajak terjadi pada tahun 2011 dimana PMK Nomor 82/PMK.03/2011 mulai berlaku. Pada tahun 2011, persentase putusan menolak banding Wajib Pajak di Pengadilan Pajak sebesar 20% dan pada tahun 2012 persentase tersebut naik kembali menjadi 23% Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Mutu Hasil Pemeriksaan Pajak Sehingga Hasil Pemeriksaan Dapat Terus Dipertahankan Hingga ke Majelis Banding Pengadilan Pajak Faktor Internal Direktorat Jenderal Pajak

11 Kualitas Pemeriksa Pemeriksa dianggap sebagai ujung tombak pemeriksaan pajak karena seluruh kegiatan pemeriksaan dari mulai persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan pajak, menjadi tanggung jawab pemeriksa. Oleh karena itu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pemeriksa menjadi perhatian utama untuk menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang bermutu Pendidikan dan Pelatihan Salah satu standar umum yang harus dipenuhi jika akan menjadi seorang pemeriksa pajak adalah telah mendapatkan pelatihan dan pendidikan teknis yang cukup dan memadai sesuai dengan bidang yang akan diperiksanya. Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan yang lebih bagi para pemeriksa, khususnya berhubungan dengan kondisi industri tertentu yang akan dihadapi pemeriksa di lapangan Adanya Tim Quality Assurance Tim Quality Assurance bertugas untuk membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan pemeriksa pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan pemeriksa pajak Pengembangan Infrastruktur Pendukung Pemeriksaan Pengembangan infrastuktur pendukung pemeriksaan dilakukan untuk memfasilitasi pemeriksa agar dapat melaksanakan proses pemeriksaan dengan lancar sehingga nantinya dapat menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang bermutu Faktor Lingkungan Eksternal Dukungan Pihak Ketiga Data dan informasi penting yang dapat menunjang kelancaran pemeriksaan sehingga menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang bermutu tidak hanya berasal Wajib Pajak sebagai pihak yang diperiksa. Walaupun data dan informasi dari Wajib Pajak merupakan data primer yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemeriksaan, namun adanya dukungan pihak ketiga juga

12 menjadi suatu kebutuhan bagi pemeriksa dalam mendapatkan informasi yang menunjang hasil temuan dalam proses pemeriksaan Hasil Putusan Banding Pengadilan Pajak Hasil putusan banding di Pengadilan Pajak dapat dijadikan sebagai pedoman pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan pajak agar tidak mengulang kesalahan yang sama ke depannya. Contohnya jika Wajib Pajak dikabulkan permohonan bandingnya oleh Pengadilan Pajak maka pemeriksa akan mempelajari dan mengidentifikasi hasil putusan tersebut, jika berhubungan dengan kesalahan penerapan atau penafsiran peraturan maka ke depannya pemeriksa tidak akan mengoreksi hal yang disengketakan sebelumnya Hambatan dalam Proses Pemeriksaan Pajak Hambatan dari Internal Direktorat Jenderal Pajak Kuantitas Pemeriksa Pajak Dari total pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya sekitar seperdelapan dari jumlah tersebut yang menjadi pemeriksa atau sekitar dengan beban pemeriksaan sekitar SPT yang harus diperiksa setiap tahunnya Data dan Informasi yang Tidak Lengkap dalam Proses Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam prosesnya di lapangan, Wajib Pajak yang diperiksa terkadang dengan sengaja menunda-nunda untuk memberikan data dan dokumen yang diminta oleh pemeriksa untuk kebutuhan proses pemeriksaan. Wajib Pajak yang menunda ini memiliki beberapa alasan, antara lain dokumen yang dibutuhkan pemeriksa tersebut sedang digunakan oleh Wajib Pajak untuk urusan kegiatan usahanya atau karena dokumen-dokumen yang diminta oleh pemeriksa tercecer atau tidak tersimpan dengan rapi sehingga Wajib Pajak memerlukan waktu yang lebih lama untuk menemukannya.

13 Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan yang Tidak Harmonis Ketentuan perundang-undangan di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak, bukan tanpa kekurangan. Ketentuan perundang-undangan yang tidak harmonis ini pada akhirnya meyebabkan terjadinya perbedaan penafsiran antara Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) sebagai pihak yang memeriksa dan Wajib Pajak sebagai pihak yang diperiksa dalam memandang suatu kasus Jangka Waktu Pemeriksaan Jangka waktu pemeriksaan memang bukan merupakan hambatan utama dalam proses pemeriksaan pajak. Namun hal ini menjadi suatu hambatan yang besar jika jangka waktu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan sudah hampir habis tetapi data yang dibutuhkan pemeriksa dari Wajib Pajak belum lengkap Hambatan dari Wajib Pajak Kondisi Pembukuan yang Tidak Lengkap dan Tidak Teratur Tidak sedikit Wajib Pajak yang umumnya merupakan pengusaha kecil tidak menyelenggarkan pembukuannya dengan baik karena kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak memadai dalam menyusun pembukuan atau keterbatasan pengetahuan mengenai akuntansi dan perpajakan, dan kurangnya sosialisasi dari pihak Direktorat Jenderal Pajak akan pentingnya menyelenggarakan pembukuan yang baik dan teratur Kekeliruan dalam Menafsirkan Peraturan Perundangundangan Perpajakan Salah satu perbedaan penafsiran berdasarkan penelitian adalah mengenai kelengkapan dokumen dari Wajib Pajak yang akan digunakan selama proses pemeriksaan pajak. Kriteria dokumen yang dinyatakan sudah lengkap guna menunjang proses pemeriksaan pajak selama ini tidak diatur secara jelas dalam peraturan perundang-undangan, sehingga sering terjadi perbedaan pandangan dan penafsiran antara pemeriksa dan Wajib Pajak.

14 Perlakuan Akuntansi yang Belum Benar Sampai saat ini masih banyak perusahaan yang melakukan kesalahan dalam melakukan penyelenggaraan pembukuan dan dalam perlakuan akuntansi yang diterapkan di dalamnya. Hal ini khususnya banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil yang sebagaimana kita tahu manajemen perusahaannya belum terlalu baik Wajib Pajak Menolak untuk Memberikan Data Tidak sedikit Wajib Pajak yang tidak bersikap kooperatif dalam pelaksanaan pemeriksaan, khususnya dalam hal pemberian data, dokumen atau informasi yang diperlukan oleh pemeriksa guna menunjang hasil temuan dalam proses pemeriksaan pajak. Wajib Pajak secara personal dalam menghadapi pemeriksaan, memiliki strateginya sendiri, antara lain mengulur-ulur waktu untuk bertemu dengan pemeriksa atau mengulur-ulur waktu untuk mencari data atau dokumen yang dibutuhkan oleh pemeriksa Hambatan dari Pengadilan Pajak Masalah Sumber Daya Manusia masih menjadi hal utama yang menjadi penghambat dalam menghasilkan putusan yang dapat dijadikan suatu bahan pelajaran bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak dalam mengoreksi di dalam proses pemeriksaan. Masalah seperti ketidaktahuan atau ketidakmengertian hakim akan ketentuan dan peraturan perpajakan yang berlaku dalam pemeriksaan merupakan salah satu hambatan dalam menghasilkan putusan banding yang baik dan benar, yang dapat dijadikan sebagai pedoman pemeriksa dalam proses pemeriksaan ke depannya. Selain itu, perbedaan persepsi atau penafsiran antara hakim dengan pemeriksa dan Wajib Pajak juga merupakan hambatan dalam memutuskan suatu sengketa banding tersebut. Jumlah hakim yang memutus sengketa di Pengadilan Pajak pun jumlahnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan sengketa banding yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai saat ini, jumlah hakim di Pengadilan Pajak berjumlah 54 orang (Bagian Kepegawaian Pengadilan Pajak, 2013), sementara sengketa banding yang masuk bisa mencapai berkas setiap tahunnya.

15 6. Simpulan dan Saran 6.1 Simpulan 1) Berdasarkan teori Dunn mengenai evaluasi kebijakan, perubahan kebijakan dalam pemeriksaan pajak dapat dikatakan memiliki kriteria efektivitas, responsivitas dan ketepatan, yaitu dengan meningkatnya mutu hasil pemeriksaan pajak sehingga dapat terus dipertahankan hingga ke Majelis Banding Pengadilan Pajak. 2) Faktor-faktor yang dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan muncul dari dua sisi, yaitu dari internal Direktorat Jenderal Pajak dan dari lingkungan eksternal. 3) Hambatan dalam proses pemeriksaan di Direktorat Jenderal Pajak diklasifikasi dari sisi Direktorat Jenderal Pajak sebagai pelaksana pemeriksaan maupun dari sisi Wajib Pajak sebagai pihak yang diperiksa. 6.2 Saran 1) Meningkatkan kuantitas Sumber Daya Manusia pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak. Kelemahan ini harus segera diatasi dengan meningkatkan jumlah pemeriksa pajak sehingga dapat melaksanakan proses pemeriksaan secara optimal dan menghasilkan suatu hasil pemeriksaan yang bermutu, bahkan sampai tingkat putusan banding di Pengadilan Pajak. 2) Meminta kesediaan Wajib Pajak untuk membantu pelaksanaan pemeriksaan guna mendukung kelancaran pemeriksaan dan sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak mengenai pentingnya menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang baik kepada Wajib Pajak, terutama kepada pengusaha kecil. 3) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang ditujukan bagi pemeriksa pajak dan hakim Pengadilan Pajak. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan pendapat hakim dan pemeriksa di sidang Majelis Pengadilan Pajak, sehingga memiliki pemikiran yang sejalan dalam memandang suatu sengketa banding.

16 DAFTAR REFERENSI Buku: Abidin, S.Z. Kebijakan Publik: Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, Agoes, Soekrisno. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik Jilid I, Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Barata, Atep Adya dan Bambang Trihartanto. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004 Bellinger, W. K. The Economic Analysis of Public Policy. New York: Routledge, Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, Devano, Sony. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Jakarta: Prenada Media Group, Dunn, William. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Garner, B. A. Black's Law Dictionary Eighth Edition. St. Paul: West Publishing Co, Gunadi. Akuntansi dan Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Abdi Tandur, Harahap, Abdul Asri. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi. Jakarta, Hardi. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Kharisma, Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. Hukum Pajak. Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat, Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Thesis. Jakarta: PPM, Kurniawan, Anang Mury. Upaya Hukum Terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

17 Lester, James P. and Joseph Stewart. Public Policy: An Evalutionary Approach. The University of California: Wadsworth Thomson Learning, Mansury, R. Kebijakan Perpajakan. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan, Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI, Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, Mulyadi, Auditing: Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat, Nasution, S. Metode Research. Cetakan Kedua, Bandung: Jemmars,1987. Nawawi, Ismail. Public Policy: Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek. Surabaya: Putra Media Nusantara, Neuman, W. Lawrence. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches 2nd edition. New York: Pearson Education, Nugroho, Riant. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, Priantara, Diaz. Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Jakarta: Djambatan, Purwito, Ali dan Rukiah Komariah. Pengadilan Pajak: Proses Keberatan, Banding, Gugatan dan Peninjauan Kembali Edisi Revisi 3. Jakarta: FH UI Press, Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto. Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan Implementasi di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Saidi, Djafar. Perlindungan Hukum Wajib Pajak dalam Penyelesaian Sengketa Pajak. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Setiawan, Agus dan Basri Musri. Tax Audit dan Tax Review. Jakarta: Rajagrafindo Persada, Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, Sundoro. Studi Kasus Banding Pengadilan Pajak: Buku Satu Tata Cara dan Dasar Hukum. Jakarta: Semar Publishing, Widodo, Joko. Analisis Kebijakan Publik. Malang: Banyumedia Publishing, 2007.

18 Winarno, Budi. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Edisi Revisi, Jakarta: PT. Buku Kita, Sumber lainnya: Jill MacNabb. Study of Tax Court Cases In Which the IRS Conceded the Taxpayer was Entitled to Earned Income Tax Credit (EITC) ( Studies-Study-of-Tax-Court-Cases-in-Which-the-IRS-Conceded-the- Taxpayer-was-Entitled-to-Earned-Income-Tax-Credit-(EITC).pdf) Ralph Bayer & Frank Cowell. Tax Compliance by Firms and Audit Policy ( Tjip Ismail. Peradilan Pajak dan Kepastian Hukum di Tengah Globalisasi Ekonomi. Jurnal Hukum No. 2 Vol. 17, (

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA EVALUASI PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA HENDRY ALDARYANTO Jalan Kenangan 3 No. 85 Jakasampurna Bekasi Barat, 081297250365,

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M.

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK TERHADAP KEBERATAN WAJIB PAJAK 1 Oleh : Jenifer M. Worotikan 2 ABSTRAK Kewenangan memungut pajak di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 1983 telah terjadi momentum penting dalam sistem perpajakan yang dirombak dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Kedua

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGAJUAN KEBERATAN DAN BANDING YANG DILAKUKAN OLEH PT. Z Oleh: Lilis Saryani ) Abstract The objective of this research was to provide a general overview

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah dari sektor perpajakan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia memiliki beberapa bentuk penerimaan bagi pendapatan negara. Salah satu bentuk penerimaan terbesar negara adalah dari sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembangunan di segala bidang merupakan tanggung jawab pemerintah dan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN. NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK MELALUI KUALITAS PELAYANAN NI LUH SUPADMI Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana ABSTRACT Self assessment system of Indonesian taxation demands high

Lebih terperinci

ACCOUNT REPRESENTATIVE JEMBATAN PENGHUBUNG BAGI KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Eddy Suryanto HP Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta

ACCOUNT REPRESENTATIVE JEMBATAN PENGHUBUNG BAGI KEPATUHAN WAJIB PAJAK. Eddy Suryanto HP Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ACCOUNT REPRESENTATIVE JEMBATAN PENGHUBUNG BAGI KEPATUHAN WAJIB PAJAK Eddy Suryanto HP Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Taxpayers to make tax reform as partners with the implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ilmiah, metodologi penelitian merupakan tata cara untuk memahami objek yang dibahas dimana metode penelitian didefinisikan sebagai cara ilmiah

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada KPP Pratama Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK)

ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK) ANALISIS PENYELESAIAN BANDING ATAS SENGKETA HUTANG PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PT. RMS DI PENGADILAN PAJAK) Vita Arina Anzelica, Gustian Djuanda Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Keuangan,

Lebih terperinci

PERAN PEMERIKSA PAJAK DALAM MENUNJANG PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BATU

PERAN PEMERIKSA PAJAK DALAM MENUNJANG PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BATU PERAN PEMERIKSA PAJAK DALAM MENUNJANG PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BATU Vicia Damayanti Endang Siti Astuti Muhammad Saifi (Ps Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunannya tentu memerlukan anggaran yang sangat besar. Penerimaan anggaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan http://www.djpp.depkumham.go.id Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 2005 APBN. Pajak. Pnbp. Pemeriksaan (Penjelasan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK WP BADAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PAJAK LEBIH BAYAR DI KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK WP BADAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PAJAK LEBIH BAYAR DI KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK WP BADAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PAJAK LEBIH BAYAR DI KPP PRATAMA JAKARTA TANAH ABANG TIGA Siti Ambarwati Supardi Universitas Bina Nusantara Jalan Hanggada 2 no.19, Karawaci

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arens and Loebbecke Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat,

DAFTAR PUSTAKA. Arens and Loebbecke Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, DAFTAR PUSTAKA Arens and Loebbecke. 2006. Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta. Champion, Dean J. 1981. Basic Statistic For Social Research. 2 th edition. New York: Mac Millan Publishing

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK (Studi pada KPP Pratama Malang Selatan Tahun )

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK (Studi pada KPP Pratama Malang Selatan Tahun ) ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK (Studi pada KPP Pratama Malang Selatan Tahun 2012-2014) Revvica Firmannisya Arief Suhadak Nila Firdausi Nuzula

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171 Suryanto Kanadi (Suryanto_Kanadi@yahoo.com) Lili Syafitri (Lili.Syafitri@rocketmail.com) Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara, karena itulah pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Meskipun kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Meskipun kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama pendapatan negara. Pada tahun 2012 penerimaan negara dari sektor pajak mencapai Rp980.520 milyar atau sekitar 73,3% dari keseluruhan penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pertahanan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Dalam suatu pemerintahan di setiap Negara, tentu mempunyai tujuan yang sama salah satunya yaitu untuk mensejahterakan masyarakatnya. Demi mensejahterakan masyarakatnya,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alwi,Hasan Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA. Alwi,Hasan Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. DAFTAR PUSTAKA Abdul, Rahman. (2009). Hubungan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dengan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Administrasi, Vol.6 No.1 Maret 2009, 31 38. Alwi,Hasan. 2007. Kamus Besar

Lebih terperinci

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI

Lamhot, S.E., M.Si Dosen Tetap Politeknik Mandiri Bina Prestasi ABSTRAKSI PERANAN PEMERIKSAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP JUMLAH PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI LEBIH BAYAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Lamhot,

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA

ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA ANALISIS ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT BINA KARNADA Peter Vredy Chandra Jurusan akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan gang Keluarga No.

Lebih terperinci

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat kebijakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian menjadi bagian penting dalam proses penelitian karena berbicara mengenai cara peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak menurut Soemitro, S.H (1990) dalam Resmi (2013) adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBERLAKUAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PADA PT. PENGEMBANG BISNIS SULAWESI

PENERAPAN PEMBERLAKUAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PADA PT. PENGEMBANG BISNIS SULAWESI ABSTRAK PENERAPAN PEMBERLAKUAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN SELF ASSESSMENT SYSTEM PADA PT. PENGEMBANG BISNIS SULAWESI Application Of Sanctions Enforcement Administration To Realize

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak, dan empowering people (pengingkatan partisipasi masyarakat) pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak, dan empowering people (pengingkatan partisipasi masyarakat) pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara yang selama pembangunan nasional menjadi salah satu andalan negara, dari tahun ke tahun pemerintah telah berusaha meningkatkan sektor

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan satu pendekatan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan satu pendekatan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan satu pendekatan kualitatif dengan satu analisa deskriptif yang membahas suatu topik serta memberikan penggambaran mengenai

Lebih terperinci

KAJIAN EMPIRIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN PENYEBABNYA. Abstraksi

KAJIAN EMPIRIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN PENYEBABNYA. Abstraksi KAJIAN EMPIRIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN PENYEBABNYA Oleh : SYAFI I Universitas Bhayangkara Surabaya Abstraksi Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang utama. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber-sumber penerimaan negara Indonesia berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pajak adalah kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia di bidang ekonomi sampai dengan saat ini masih dalam kondisi yang masih belum kondusif. Ketidakpastian dalam berbagai sektor dalam bidang ekonomi memaksa

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Barata Atep Adya, Menghitung Obyek dan Tata Cara Pengajuan Keberatan Pajak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003.

DAFTAR PUSTAKA. Barata Atep Adya, Menghitung Obyek dan Tata Cara Pengajuan Keberatan Pajak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003. DAFTAR PUSTAKA Asmara, Galang, Peradilan Pajak dan Lembaga Penyanderaan (Gijzeling) Dalam Hukum Pajak di Indonesia, Yogyakarta : Lask bang Presindo, 2006. Barata Atep Adya, Menghitung Obyek dan Tata Cara

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN UU NO.14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN UU NO

PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN UU NO.14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN UU NO PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK BERDASARKAN UU NO.14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN UU NO.28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : BUDI FERIYANTO ABSTRAK

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PEDAGANG KAKI LIMA SIMPANG LIMA SEMARANG Oleh : Christine Gitta Candra Puspita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang ada di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan pembangunan yang direncanakan sesuai

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK -1- JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK Kebijakan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh Direktorat

Lebih terperinci

OLEH. Yuda Aulia Fernando¹ Dandes Rifa¹, Ethika¹ ¹Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta

OLEH. Yuda Aulia Fernando¹ Dandes Rifa¹, Ethika¹ ¹Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN DAN JUMLAH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBAGAI VARIABEL INTERVENING OLEH Yuda Aulia Fernando¹

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak. ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Perpajakan, Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak. ABSTRACT PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANG PILANG Nindy Pravitasari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara dan dalam perkembangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Dominan dimaksud karena sebagian besar

Lebih terperinci

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK EKONOMI DAN BISNIS VOL 14 NO 1 2015 : 1-6 1 SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK Ernita Siambaton, Riskon Ginting dan Syamsurizal Jurusan Adm Niaga Politeknik Negeri Jakarta Abstrak

Lebih terperinci

Implikasi Ketentuan Penomoran Faktur Pajak Dalam Pelaksanaan Kewajiban Administrasi PPN Oleh PKP

Implikasi Ketentuan Penomoran Faktur Pajak Dalam Pelaksanaan Kewajiban Administrasi PPN Oleh PKP Implikasi Ketentuan Penomoran Faktur Pajak Dalam Pelaksanaan Kewajiban Administrasi PPN Oleh PKP Rahmanda Prawesta 1 dan Titi Muswati Putranti 2 1. Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

A. Alasan Pemilihan Judul

A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Salah satu kewajiban wajib pajak adalah wajib mendaftarkan diri ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ). Hal ini

Lebih terperinci

Judul :Penerapan Tax Review

Judul :Penerapan Tax Review Judul :Penerapan Tax Review Sebagai Dasar Evaluasi Atas Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Pajak Penghasilan Badan dan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. KBIC Tahun 2015 Nama : I Kadek Agus Setiawan NIM : 1315351203

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pajak Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan teratur pada waktu tertentu. Kemudian berangsur-angsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Tarif Pajak (Tax Rate) Definisi tarif pajak menurut Siti Resmi (2011:119) sebagai berikut : Tarif Pajak merupakan

Lebih terperinci

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) Gagal Merencanakan = Merencanakan Kegagalan adalah sebuah pernyataan yang sangat bermakna pada pemeriksaan pajak. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan suatu kewajiban dan pengabdian peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembangunan dan belanja negara. Dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2015,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 71 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses perhitungan dan pemenuhan kewajiban Pajak yang

Lebih terperinci

Rafni Nistiari, Murtedjo. Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta 11480, ,

Rafni Nistiari, Murtedjo. Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta 11480, , PERBANDINGAN KEPEMILIKAN NPWP WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN TERHADAP JUMLAH PENINGKATAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TIGARAKSA TANGERANG Rafni Nistiari, Murtedjo Binus University,

Lebih terperinci

RANGKUMAN TUGAS AKHIR

RANGKUMAN TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN SURABAYA SELATAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : ACHMAD YUNIANTO DWI PRAMULYA NIM : 2012410965 SEKOLAH

Lebih terperinci

TAX LAW ENFORCEMENT PEMERIKSAAN PAJAK SANKSI PAJAK

TAX LAW ENFORCEMENT PEMERIKSAAN PAJAK SANKSI PAJAK TAX LAW ENFORCEMENT PEMERIKSAAN PAJAK SANKSI PAJAK Penegakkan hukum dalam self assessment system merupakan hal yang penting. Seperti diketahui bahwa dalam system perpajakan ini dipentingkan adanya voluntary

Lebih terperinci

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK (STUDI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MALANG) Sixvana Silalahi Mochammad Al Musadieq,

Lebih terperinci

MANFAAT DAN PERANAN KONSULTAN PAJAK DALAM ERA SELF ASSESSMENT PERPAJAKAN. Oleh : Antariksa Budileksmana. Abstrak

MANFAAT DAN PERANAN KONSULTAN PAJAK DALAM ERA SELF ASSESSMENT PERPAJAKAN. Oleh : Antariksa Budileksmana. Abstrak Jurnanl Akuntansi & Investasi Vol. 1 No. 2 hal: 77-84 ISSN: 1411-6227 MANFAAT DAN PERANAN KONSULTAN PAJAK DALAM ERA SELF ASSESSMENT PERPAJAKAN Oleh : Antariksa Budileksmana Abstrak Suksesnya penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor perpajakan. Penerimaan dalam sektor perpajakan cenderung stabil dan terus meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

RANGKUMAN TUGAS AKHIR

RANGKUMAN TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI SISTEM PENAGIHAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA SURABAYA RUNGKUT RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : RINA SUGIARTI NIM : 2012410113 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya jaman dari waktu ke waktu, hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya dunia bisnis di Indonesia. Adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak merupakan penerimaan terbesar negara. Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 sebagai perubahan keempat atas Undang- Undang Nomor 6 tahun

Lebih terperinci

MEMAHAMI BEBERAPA UPAYA HUKUM YANG TERDAPAT DALAM PASAL 36 UNDANG-UNDANG KUP

MEMAHAMI BEBERAPA UPAYA HUKUM YANG TERDAPAT DALAM PASAL 36 UNDANG-UNDANG KUP MEMAHAMI BEBERAPA UPAYA HUKUM YANG TERDAPAT DALAM PASAL 36 UNDANG-UNDANG KUP Oleh: Irwan Aribowo Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak Abstract Based on the self-assessment system, taxpayers are given full

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah.

Lebih terperinci

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu. dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut: KEPATUHAN PAJAK DAN TAX EVASION Terdapat definisi mengenai kepatuhan Wajib Pajak yang dikemukan oleh Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut: Kepatuhan Wajib Pajak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagaimana kita ketahui, peranan pajak semakin besar dan penting dalam menyumbang penerimaan Negara dalam rangka kemandirian membiayai

Lebih terperinci

ANALISIS PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN DI KANWIL DJP JAKARTA KHUSUS

ANALISIS PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN DI KANWIL DJP JAKARTA KHUSUS ANALISIS PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PAJAK PENGHASILAN BADAN DI KANWIL DJP JAKARTA KHUSUS Rendy Arvianto, Sudarmo Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah suatu Negara, terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya sangat memerlukan dana yang jumlahnya semakin tahun semakin meningkat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah perpajakan tidak semata-mata masalah Direktorat Jenderal Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. Keberhasilan pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi di hampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan (Hutagaol, 2007). Kepatuhan Wajib Pajak dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. salah satunya perlakuan akuntansi pajak atas sewa dan imbalan jasa. Oleh sebab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. salah satunya perlakuan akuntansi pajak atas sewa dan imbalan jasa. Oleh sebab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Perkembangan di dalam dunia usaha saat ini semakin pesat ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Banyak hal yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor pajak adalah salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri dari: realisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah suatu negara terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan dana yang jumlahnya semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT

BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT 3.1 Sanksi atas Perbedaan Penilaian pada Pemeriksaan Pajak Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi Pemerintah adalah melaksanakan pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi Pemerintah adalah melaksanakan pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu fungsi Pemerintah adalah melaksanakan pembangunan ekonomi secara terus menerus untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan.

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK

PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PAJAK PADA PENGADILAN PAJAK Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar Email : adzan_amjah@yahoo.co.id Abstract The dispute over the tax debt begins and the difference of opinion

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49554/PP/M.XV/99/2013

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49554/PP/M.XV/99/2013 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.49554/PP/M.XV/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Dasar Perpajakan 1. Definisi Pajak Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih

Lebih terperinci