BAB II LANDASAN TEORI. diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu system produksi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu system produksi."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Untuk melaksanakan fungsi fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu system produksi. System produksi merupakan kumpulan dari sub system yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal, dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan, berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi, dan sebagainya. INPUT Output Material Tenaga kerja Dana Mesin Informasi Proses Transformasi Produk Limbah Informasi Gambar 2.1 input output system produksi 6

2 2.2. Definisi Peramalan Peramalan adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang. Peramalan pada dasarnya merupakan taksiran. Namun demikian dengan menggunakan teknik-teknik tetentu maka peramalan akan menjadi bukan hanya sekedar taksiran. Dapat dikatakan bahwa permalan tersebut merupakan taksiran ilmiah. Tentu saja peramalan akan semakin baik jika mengandung sesedikit mungkin kesalahan, walaupun kesalahan peramalan tetap merupakan suatu hal yang manusiawi. Agar berarti maka hasil peramalan seharusnya dinyatakan dalam bentuk satuan produk (unit) dan mencakup periode perencanaan tertentu. Peramalan dalam jangka yang terlalu pendek tidak mungkin digunakan untuk mengambil tindakan efektif. Peramalan mungkin tidak selalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Berbeda halnya dengan kondisi pasar bebas yang permintaan pasarnya lebih bersifat kompleks dan dinamis, ini dikarenakan pasar sangat bergantung kepada keadaan sosial, ekonomi, politik, teknologi, dan persaingan pasar. Maka dari itu, peramlan yang akurat sangat menentukan, dikarenakan merupakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk manajemen dalam mengambil keputusan 7

3 2.3 Kegunaan Peramalan Jika peramalan difungsikan, adalah suatu manfaat dan tujuan harus dapat diperoleh dan dipersiapakn sehingga dapat memenuhi sifat ramalan, agar dapat menentukan seberapa besar persediaan produk untuk pemenuhan permintaan Jenis-Jenis Peramalan Pada umumnya kegunaan yang berbeda, telah menimbulkan suatu pengklasifikasian metode peramalan dengan menyesuaikan kepada kegunaan. Jenis peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi, tergantung dari cara melihatnya. 1. Peramalan Berdasarkan Penyusunannya a) Peramalan Subyektif Peramalan subyektif lebih menekankan pada keputusan-keputuan hasil diskusi, penadapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil baik. Peramalan subyektif akan diwakili oleh metode Delphi dan metode penelitian pasar. Metode Delphi. Metode ini merupakan cara sistematis, untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu kelompok yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Kelompok ini tidak bertemu secara bersama dalam suatu forum untuk berdiskusi, tetapi mereka diminta pendapatnya secara terpisah dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda secara signifikan 8

4 dari ahli yang lain dalam kelompok tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan, sehingga diperoleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima. Metode Delphi ini dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metode ini juga bermanfaat dalam pengembangan produk baru, pengembangan kapasitas produksi, penerobosan kesegmen pasar baru dan strategi keputusan bisnis lainnya. Metode Penelitian Pasar. Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar ini adalah survey konsumen, dimana informasi tersebut diperoleh dari sampel dengan kuesioner. Penelitian pasar sering digunakan dalam merencanakan produk baru, system periklanan, dan promosi yang tepat. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru. b) Peramalan Obyektif Peramalan obyektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu peramalan obeyektif juga mengasumsikan bahwa bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabelvariabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan 9

5 berulang juga pada masa yang akan datang. Peramalan obyektif terdiri atas dua metode, yaitu metode intrinsik dan metoda ekstrinsik. Metode Intrinsik. Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramlan jangka pendek pada kegiatan produksi, dimana dalam rangka pengendalian produki dan pengendalian persediaan bahan baku seringkali perusahaan harus melibatkan banyak item yang berbeda. Hal ini tentu membosankan sehingga memerlukan metode-metode peramlan yang mudah dan murah. Metode intrinsik diwakili oleh analisis deret waktu. Metode Ekstrinsik. Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimana masa yang akan datang dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode kausal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Kelemahan dari metode ini adalah dalam hal mahalnya biaya aplikasi dan frekuensi perbaikan hasil peramalan yang rendah karena sulitnya menyediakan informasi perubahan faktorfaktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh metode regresi. 10

6 2. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu a) Peramalan Jangka Panjang (Long-Term Forecast) Peramalan dibutuhkan untuk merencanakan hal-hal umum mengenai suatu organisasi untuk waktu jangka panjang. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 2 sampai 10 tahun. Hal ini merupakan faktor utama bagi manajemen puncak untuk mengambil keputusan mengenai perencanan kapasitas, penelitian dan pengembangan produk dan pasar membuat studi kelayakan pabrik untuk perluasan perusahaan bisnis. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya. Metode-metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang : Metode Deret Waktu (Time Series) Metode Regresi b) Peramalan Jangka Menengah (Middle-Term Forecast) Peramalan ini digunakan untuk merencanakan strategi oleh manajemen menengah dan manajemen tingkat pertama untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang dan membuat keputusan untuk perencanaan produksi, anggaran produksi serta menganalisa berbagai macam rencana operasi. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 1 sampai 24 bulan. c) Peramalan Jangka Pendek (Short-Term Forecast) Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, menentukan persediaan dan penjadwalan produksi. Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 1 sampai 5 minggu. 11

7 Metode-metode yang digunakan pada peramalan jangka pendek : Metode Perataan (Average) Metode Pemulusan (Smoothing) 3. Peramalan Berdasarkan Sifat Peramalan a) Peramalan Teknik Kualitatif Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak tersedia atau tidak diandalkan untuk memperkirakan permintaan mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau melempar produk baru ke pasar dan peramalan tidak memerlukan data yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang melakukannya. Beberapa teknik peramalan kualitatif : Consumer Surveys (survey pelanggan) Survey pelanggan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui sikap dan persepsi konsumen atau pelanggan dengan cara mewawancarai konsumen secara langsung atau memberikan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Data tentang produk apa yang dikonsumsi, kebiasaan-kebiasaan konsumen, spesifikasi dan identitas konsumen, sikap konsumen terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari factor-faktor yang mempengaruhinya misalnya perubahan harga, pendapatan atau rencana konsumendalam konsumsi yang akan datang, merupakan beberapa contoh data yang dapat dihasilkan dari proses wawancara atau hasil kuosioner. Dari data-data tersebut maka akan dapat diramalkan permintaan konsumen di masa yang akan datang. Kelemahan : 12

8 1. Biaya yang relatif mahal karena membutuhkan banyak sample konsumen (agar kesimpulan yang diambil tidak menjadi bias) 2. Survey yang dilakukan secara formal, justru menghasilkan data yang tidak realistic karena konsumen tidak mau memberikan jawaban yang akurat Metode Observasi Dilakukan dengan cara mengamati perilaku konsumen, bagaimana mereka membeli dan menggunakan berbagai produk, kapan mereka melakukan pembelian, dan data lain yang diperlukan produsen. Observasi tidak melibatkan konsumen secara langsung, pengamatan ini tanpa sepengetahuan konsumen. Kelemahan : Metode ini tidak memberikan gambaran yang objektif dari konsumen, dan justru subjektifitas dari observer sangat tinggi karena mereka tidak mengetahui persepsi yang sesungguhnya dari konsumen. Metode Market Experiment (Percobaan Pasar) Yaitu suatu cara untuk membuat peramalan permintaan dengan melakukan uji coba pada segmen atau bagian pasar tertentu. Uji coba dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu terhadap factor faktor yang mempengaruhi permintaan. Metode ini biasanya digunakan untuk produk baru atau produk yang mengalami inovasi atau pengembangan. 13

9 b) Peramalan Teknik Kuantitatif Analisis Runtun Waktu (Time Series) Secara umum dapat dijelaskan, bahwa peramalan produksi dengan pendekatan analisis runtun waktu, dilakukan dengan memanfaatkan data masa lalu yang dimiliki perusahaan, secara series (runtut). Data yang dimiliki perusahaan, dapat saja menunjukkan macam-macam pola data, seperti terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.2 Plot Deret Waktu Teknik peramalan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan data masa lalu ini diantaranya adalah : a. Teknik Freehand b. Teknik Kuadrat Terkecil 14

10 Y = a + bx, dimana nilai (a) dan (b) dapat dicari dengan rumusan : a = Σ Y / n & b = Σ XY / Σ X² Namun demikian, seringkali periode data yang dimilki perusahaan tidak selalu dalam jumlah periode yang sama, dalam arti bisa ganjil (3, 5, 11, 25 periode) dan juga bisa genap ( 10 atau 20 periode). Hal ini tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam analisisnya. Apabila Data Ganjil Tabel 2.1 data permintaan ganjil Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan peramalannya, dengan menghitung terlebih dahulu nilai konstanta (a) dan kemiringan (b) nya, seperti terlihat berikut ini : a = 222/5 = 44.4 b = -3/10 = -0.3, sehingga persamaan untuk melakukan peramalannya adalah: Y = a + bx Y = X, Dengan demikian perkiraan nilai permintaan atau produksi yang harus dipenuhi untuk bulan Juni adalah sebesar : YJuni = (3) bulan Juni memiliki bobot (X) sebesar 3 = 43.5 unit 15

11 Bila Data Genap Permintaan (Y) (X) Cara selanjutnya sama 46-1 dengan contoh Data Ganjil Bila tahun / periode pertama sebagai tahun dasar ( X = 0) Apabila pertimbangan data ganjil dan data genap ingin diabaikan, tanpa khawatir terjadi kesalahan dalam melakukan perhitungan peramalan, maka cara berikut ini dapat menjadi pilihan. 2.2 tabel data permintaan Apabila cara ini yang dipilih, maka untuk mendapatkan nilai a dan b, rumus yang digunakan adalah : a = ΣYΣX² ΣX ΣXY = 222(30) 10 (441) = 45 N. ΣX² (ΣX)² 5 (30) (10) ² b = n. Σ XY ΣX ΣY = 5(441) 10(222) = - 0,3 n. ΣX² (ΣX)² 5(30) (10)² 16

12 sehingga persamaan untuk melakukan peramalannya adalah: Y = a + bx Y = X, Bandingkan hasilnya dengan contoh terdahulu, dan secara umum dapat dikatakan menghasilkan persamaan peramalan yang sama, hanya ada perbedaan sedikit dalam nilai konstantanya. Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang berbeda akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain, Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam data neumerik, Data diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu. 2.4 Pola Data Deret Waktu Dalam Peramalan Pola data dalam peramalan digunakan untuk mendukung pemilihan metode peramalan yang akan dipakai agar menghasilkan peramalan yang baik. Karena diperoleh dari metode peramalan yang tepat dan sesuai dengan pola data tersebut. Pola data dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Pola Horizontal (H), terjadi bila data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan (Deret sperti itu stasioner terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk dalam jenis ini. 2. Pola Musiman (S), terjadi bila fluktuasi permintaan suatu produki dapat naik turun disekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini 17

13 biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodic setiap tahunnya. 3. Pola Siklis (C), terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berhubungan dengan siklus bisnis. 4. Pola Trend (T), terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Pola Data Horizontal (H) Pola Data Musiman (M) Pola Data Siklik (S) Pola Data Trend (T) Gambar 2.3 Pola Data Deret Waktu Dalam Peramalan 2.5 Sifat Hasil Peramalan Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : 1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut. 18

14 2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi. 3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. 2.6 Karakteristik Peramalan Yang Baik Akurasi Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan konsistensi peramalan tersebut. Hasil Peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan terlalu rendah, akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjulan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting adalam menyeimbangkan persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan 19

15 Biaya Biaya diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan bergantung kepada jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga factor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibuthkan, bagaimana pengolahan datanya, yaitu secara manual atau komputerisasi, bagaimana penyimpanan datanya, dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto (Analisis ABC). Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma menggunakan metode yang canggih, tapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan teknologi. 2.7 Langkah-langkah dalam Peramalan o Plot data permintaan dan waktu o Pilih beberapa metode peramalan o Evaluasi kesalahan peramalan o Pilih metode peramalan dengan kesalahan peramalan terkecil o Interpretasi hasil peramalan 20

16 Metode Kualitatif Regresi Peramalan Time Series Rata-rata Metode Kuantitatif Kausal Smoothing Exponential Smoothing Gambar 2.4 Metode Peramalan Untuk penulisan ini, penulis membatasi peramalan yang terjadi pada masa yang akan datang secara kuantitatif, jadi untuk selanjutnya penulis hanya menekankan pada metode peramalan kuantitatif karena mengingat sifat peramalan yang penulis lakukan akan membutuhkan data dari masa lalu. Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode time series, karena dalam melakukan peramalan, penulis tidak menggunakan faktor luar/variabel bebas (seperti harga, diskon, dan lain-lain) untuk mendapatkan hasil peramalan, melainkan hanya dengan menggunakan data permintaan dan variabel waktu. Dengan metode time series penulis menggunakan metode Rata-rata Bergerak (moving average), Model Linear (linear regresion), Pemulusan Eksponensial (exponential smoothing). Berdasarkan data dan grafik permintaan, metode yang penulis gunakan berdasarkan pola dat relative konstan (constant) dan musiman (seasonal), karena pada data permintaan yang penulis dapatkan tidak 21

17 mendapatkan pola data yang cenderung naik (trend) dari waktu kewaktu melainkan data permintaan bersifat konstan. Untuk pola data konstan penulis menggunakan metode Rata-rata Bergerak (moving average), Linear (Least Square), Pemulusan eksponensial (exponential smoothing). 2.8 Metode Rata-Rata Bergerak (Metode Moving Averages) Untuk metode Moving Average penulis tidak menggunakan pembobotan pada setiap periode. Jadi untuk Moving Average penulis menggunakan metode Moving Average sederhana (linear). Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian dan rumus mengenai Moving average sederhana dapat dilihat seperti berikut: Pada Moving Average sederhana prakiraan didasrakan pada proyeksi serial data yang dimuluskan dengan rata-rata bergerak. Satu set data (N periode terakhir) dicari rata-ratanya, selanjutnya dipakai sebagai prakiraan untuk periode berikutnya. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena setiap diperoleh observasi (data aktual) baru maka rata-rata yang baru dapat dihitung dengan mengeluarkan atau meninggalkan data periode yang terlama dan memasukkan data periode yang terbaru (terakhir). Rata-rata yang baru ini kemudian dipakai sebagai prakiraan untuk periode yang akan datang, dan seterusnya. Serial data yang digunakan jumlahnya selalu tetap dan termasuk data periode terakhir. Menghitung metode Moving Average dilakukan dengan persamaan : HP (i + 1) = Al(i) = ()()..() 22

18 Dimana HP(i+1) Al (i) x (i) n : harga peramalan untuk waktu (i+1) : Moving average dari waktu (i) : harga actual pada waktu (i) : jumlah periode yang dilibatkan 2.9 Metode Eksponensial Menghitung metode eksponensial dilakukan dengan persamaan : Y ' a. bt Nilai a dan b diperoleh dari : b n. t ln Y ( t) t. t 2 2 n t ln. Y ( t) a ln. Y ( t) b. n n t Dimana : Y'(t) = Permintaan periode ke- t n = Waktu = Jumlah periode ε = Metode Linear (Least Square) Dikatakan sebagai metode least square karena persamaan yang diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan forecast kuadrat terkecil jika dibandingkan dengan persamaan metoda lain. Persamaan trend dengan metoda least square adalah sebagai berikut : 23

19 Y(t) = a + bt Dimana a b t : nilai trend (forecast) : bilangan konstan : slope atau koefisien kecondongan garis trend : waktu atau periode 2.10 Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Metode pemulusan ekponensial (Exponential Smoothing) mencoba untuk mengurangi ketidakaturan musiman dari data yang ada dengan memberikan bobot/timbangan kepada data yang ada dengan secara eksponensial. Perlu diperhatikan dalam penggunakan metode ini bahwa periode pertama dari peramalan ini bila tidak tersedia atau tidak terdapat hasil atau nilai ramalan sebelumnya, pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan menggunakan nilai data yang pertama sebagai ramalan yang pertama. Meskipun metode pemulusan ini eksponensial ini sederhana, namun metode ini pun mempunyai masalah. Salah satunya adalah dalam menemukan nilai bobot yang optimal. Optimasi tersebut harus meminimalkan kesalahan, tetapi masalahnya tidak semudah mencari rata-rata, karena rata-rata menghasilkan minimalisasi pada setiap kali dilakukan perhitungan rata-rata dari sekelompok angka. persamaan : F Menghitung metode Exponential Smoothing dilakukan dengan t 1 D t 1 F t F = Forecast 24

20 D = actual demand = smoothing constant Permasalahan umum yang dihadapi apabila menggunakan metode pemulusan eksponensial adalah memilih konstanta pemulusan, α yang diperkirakan tepat. Nilai konstanta pemulusan, α dapat dipilih diantara nilai 0 sampai dengan 1, karena berlaku 0<α<1. Agar penetapan nilai α tepat, kita dapat menggunakan pedoman berikut: Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu, kita memilih nilai α yang mendekati satu. Katakanlah: α = 0.8 ; 0.9 ; 0.95 ; 0.99 ; dan lain-lain, tergantung pada sejauh mana gejolak data itu. Semakin bergejolak, nilai α yang dipilih harus mendekati satu. Apabila pola historis dari data aktual permintaan tidak berfluktuasi atau relatif stabil dari waktu ke waktu, kita memilih nilai α yang mendekati nol. Kataknlah: α = 0.2 ; 0.15 ; 0.05 ; 0.01 ; dan lain-lain, tergantung sejauh mana kestabilan data itu. Semakin stabil, nilai α yang dipilih harus mendekati nol Analisa Kesalahan Peramalan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan atau kesalahn dari keadaan aslinya. Oleh karena itu ada baiknya bila penulis menggunakan lebih dari satu metode peramalan dalam meramalkan permintaan dimasa yang akan datang, sehingga kita bisa membandingkan hasil yang diperoleh oleh setiap metode peramalan. Metode peramalan yang memiliki penyimpangan 25

21 yang paling kecil yang kita pilih, karena semakin kecil penyimpangan yang diberikan metode peramalan tersebut akan memberikan hasil yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Berikut adalah analisa keasalahan peramalan dengan menggunakan beberapa ukuran statistik, antara lain : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD ) d d MAD n ' Dimana : d =Y = Permintaan Aktual pada perioda t d'=y' = Peramalan permintaan pada perioda t n = Jumlah perioda peramalan yang terlibat 2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE) d d MSE n ' 2 3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE) d d MFE n 4. Standard Error of Estimate (SEE) ' 2 d d SEE n f ' 5. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error = MAPE) d d MAPE d ' 100 x n 26

22 2.12 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan Langkah penting setelah peramalan adalah verifikasi peramalan sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan data masa lalu dan sistem sebabakibat yang mendasari permintaan itu. Sepanjang representasi peramalan tersebut dapat dipercaya dan sistem sebab-akibat belum berubah, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi ditemukan keraguan atas validitas peramalan maka harus dicari metode yang lebih cocok. Validitas harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Setelah suatu peramalan dibuat maka akan timbul pertanyaan kapankah suatu metode peramalan baru harus digunakan. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan peramalan aktual secara teratur. Pada suatu saat harus diambil tindaka revisi terhadap peramalan tersebut apabila ditemukan bukti yang meyakinkan akan adanya perubahan pola permintaan. Selain itu penyebab perubahan pola permintaan pun harus diketahui. Penyesuaian metode peramalan dilakukan segera setelah perubahan pola permintaan diketahui. Terdapat banyak perkakas yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan mengamati suatu perubahan dalam sistem sebab-akibat yang melatarbelakangi perubahan pola permintaan. Tapi bentuk yang termudah dari cara pengendali adalah peta kendali secara statistik yang digunakan dalam pengendalian kualitas. Salah satu peta yang dapat digunakan dimana terdapat suatu jumlah data yang minimum adalah pada rentang bergerak (Moving Range). 27

23 2.13 Peta Rentang Bergerak (Moving Range) Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan actual dengan nilai peramalan. Dengan kata lain, kita melihat data permintaan actual dan membandingkannya dengan nilai peramal pada periode yang sama. Peta tersebut dikembangkan ke periode yang akan datang hingga kita dapat membandingkan data peramalan dengan permintaan aktual. Selama periode dasar (periode pada saat menghitung peramalan), peta Moving Range digunakan untuk melakukan verifikasi teknik dan parameter peramalan. Setelah metode peramalan ditentukan, peta Moving Range digunakan untuk pengujian kestabilan sistem sebab-akibat yang mempegaruhi permintaan. Moving Range didefinisikan sebagai : MR ' d t d d d t t1 t1 Rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai : MR MR n 1 Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kendali atas dan bawah pada peta Moving Range adalah : BKA 2.66MR BKB 2.66MR Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada Moving Range adalah : d ' 1 d t d1 28

24 Jika ditemukan satu titik yang berada diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi maka harus ditentukan apakah data harus diabaikan atau mencari peramala baru. Jika ditemukan sebuah titik berada diluar batas kendali maka harus diselidiki penyebabnya. Jika semua titik berada di dalam batas kendali, diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi Peta Moving Range Untuk Pengendalian Peramalan Peta kendali dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan sistem sebab-akibat yang melatarbelakangi permintaan sehingga dapat ditentukan persamaan peramalan yang lebih cocok atas sistem sebab-akibat saat ini. Telah disinggung sebelumnya bahwa peta Moving Range dapat digunakan sebagai alat untuk memperhatikan kestabilan sistem yang melatarbelakangi fungsi peramalan Definisi Material Requrement Planing Material Requrement Planing is a computerized inventory control production palnning system. (Russel and Taylor III, 1998). Ada juga yang mendefinisikan MRP adalah tehnik persediaan untuk permintaan dependen yang menggunakan bill-of-material, persediaan, penerimaan yang diharapkan dan master production schedule untuk menentukan material yang dibutuhkan. Tujuan managerial dari MRP I adalah untuk menyediakan material atau parts yang tepat pada waktu yang tepat di tempat yang tepat untuk memenuhi schedule pembuatan atau penyempurnaan produk. 29

25 MRP I menterjemahkan top level plan ke dalam individual schedules untuk ribuan item yang harus diproduksi atau dibeli oleh perusahaan. Dimana jadwal tersebut cukup konkrit sehingga dapat dijalankan dan dipenuhi dan dapat dipertanggung jawabkan Keunggulan MRP 1. Respon yang lebih baik pada permintaan konsumen, sebagai hasil dari peningkatan kesesuaian jadwal 2. Respon yang lebih cepat terhadap perubahan pasar 3. Meningkatkan penggunaan fasilitas dan tenaga kerja 4. Mengurangi tingkat persediaan Tujuan MRP Suatu sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang. Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk melakukan pembelian dan/ atau produksi. Ada 4 macam yang menjadi ciri utama MRP, yaitu: 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu pekerjaan akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan produk yang dijadwalkan berdasarkan MPS yang direncanakan. 30

26 2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan secara tepat sistem penjadwalan. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan suatu pesanan harus dilakukan. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang dikehendaki, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandaniya penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan terhadap suatu pesanan harus dilakukan. Kunci keberhasilan dari faktor diatas haruslah ditunjang dengan suatu sistem pengontrolan aliran bahan yang tepat untuk memenuhi jadwal permintaan konsumen, yang didukung dengan sistem komputerisasi sebagai alat pembantu dalam memudahkan proses pelaksanaannya. Sehubungan dengan pengontrolan atas bahan/item yang dimaksudkan, rencana kebutuhan bahan sebagai suatu sistem komputerisasi, berfungsi seperti timbangan yang berfungsi menyemimbangkan antara kebutuhan dan kemampuan memenuhi kebutuhan dari setiap item. Rencana kebutuhan bahan memberikan indikasi apabila terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan. Besarnya kebutuhan digambarkan oleh jadwal induk produksi, struktur produk dan status persediaan. 31

27 Besarnya kemampuan untuk memenuhi suatu kebutuhan, dicerminkan oleh besarnya barang setengah jadi, persediaan yang ada dan pesanan/ pembelian yang akan datang kemudian. Ketelitian atas perkiraan akan kemampuan ini tergantung pada ketelitian pencatatan atas ketiga sumber informasi tersebut Master Production Schedule (MPS) MPS adalah skedul yang member gambaran mengenai apa material apa yang akan dibutuhkan dan menentukan apa yang akan dibuat (yaitu jumlah produk akhir atau item). MRP I menentukan rencana period by period untuk semua komponen parts dan raw materials yang dibutuhkan untuk memproduksi semua produk dalam MPS. MPS dibuat berdasarkan rencana produksi agregat (aggregate production plan), dimana rencana produksi agregat ini berisi tentang tingkat output keseluruhan dalam berbagai ukuran (seperti lini produk, standar jam kerja, atau nilai dollar) dan juga mencakup berbagai input seperti rencana finansial, permintaan konsumen, kemampuan teknis, ketersediaan tenaga kerja, dan sebagainya. Untuk mencapainya MRP I menyediakan rencana formal untuk setiap part numbernya, baik itu raw material, component, dan finished good. Hal penting lainnya adalah bagaimana memenuhi rencana yang ada tanpa menimbulkan adanya excess inventory, overtime, labor, atau kelebihan resource lainnya. Bisa dibilang MRP I is the way to make the MPS happen. Skedul MPS dengan demikian diturunkan dari skedul agregat. MPS dapat digunakan pada ketiga jenis proses produksi yang dinyatakan sebagai: 32

28 Pesanan konsumen dalam proses Job-shop (make-to-order), misal : usaha percetakan. Modul-modul atau komponen-komponen dalam proses repetitif (assembleto-stock),misal : perusahaan TV,sepeda,atau restoran cepat saji. Produk/item akhir pada proses kontinyu (make-to-stock), misal : pabrik baja, kertas atau pabrik roti Bills of Material (BOM) BOM merupakan daftar komponen, deskripsi komponen dan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk membuat satu unit produk. Semua item yang tercantum dalam sebuah BOM dapat dikontrol melalui salah satu system MRP I. meskipun terkadang untuk item hardware atau packaging lebih mudah dilakukan dengan menggunakan system lain. Tetapi item item tersebut tetap dapat dicantumkan dalam BOM untuk kebutuhan perhitungan costing, tetapi dengan kode non MRP item. Atau dapat juga dimanipulasi melalui item master file, yaitu pada field order policy code. Kode ini bertujusn untuk menentukan system apa yang akan digunakan untuk merencanakan produksi atau pembelian untuk item tersebut. Salah satu cara untuk menentukan BOM produk adalah dengan menyusun struktur produk. BOM tidak hanya berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan material tetapi juga berguna untuk pembiayaan dan juga berguna sebagai pedoman bagi personel produksi atau perakitan (disini BOM akan disebut daftar pilihan/ pick lists). Contoh : 33

29 Suatu perusahaan, Speaker Kit Inc, memproduksi speaker kit Awesome (A) yang terdiri dari komponen 2B dan 3C. Setiap B membutuhkan 2D dan 2E. Kemudian komponen C gabungan dari 2E dan 2F. Sementara F merupakan susunan dari 1G dan 2D. Dapat dilihat disini bahwa permintaan untuk B, C, D, E, F dan G tergantung pada MPS untuk A (Awesome speaker kits). Lama lead Time masing-masing komponen sebagai berikut: Tabel 2.3 Lead Time Barang Jika Awesome akan dibuat sebanyak 50 unit, berapa masing-masing komponen (B, C, D, E, F, G) dibutuhkan dan berapa lama produk akan selesai. Jawab : Pertama-tama akan dibuat BOM terlebih dahulu dengan mengikuti struktur produk, yaitu sebagai berikut: 34

30 Gambar 2.5 Bill of Material Maka kebutuhan masing-masing komponen dapat dihitung sebagai berikut: Komponen B : 2 x A = 2 (50) = 100 unit C : 3 x A = 3 (50) = 150 D : 2 x B + 2 x F = 2 (100) +2 (300) = 800 E : 2 x B + 2 x C = 2 (100) +2 (150) = 500 F : 2 x C = 2 (150) = 300 G : 1 x F = 1 (300) = 300 Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk yaitu selama 8 minggu dengan struktur waktu sebagai berikut : Gambar 2.6 Struktur Waktu 35

31 Program software MRP sangat popular karena banyak perusahaan menghadapi situasi permintaan yang dependen. Secara sederhana, kebutuhan neto MRP adalah kebutuhan komponen total dikurangi persediaan yang ada, dapat dirumuskan sbb: Net Requirement=[gross requirement+allocations]-[on hand+scheduled receipts] Manajemen MRP 1. MRP bersifat dinamis Model MRP dapat berubah dalam desain, jadwal, proses produksinya mengikuti perkembangan produk. Frekuensi perubahan dalam sistem MRP disebut System Nervousness. 36

32 2. MRP dan JIT MRP adalah teknik perencanaan dan penjadwalan dengan lead time yang tepat, maka sangat cocok jika dikombinasikan dengan JIT yang meminimalkan persediaan Teknik Lot Sizing Sistem MRP adalah cara yang terbaik untuk determinasi jadwal produksi dan net requirement. Pada saat net requirement telah ditentukan, maka harus diputuskan jumlah (berapa banyak) yang harus diorder. Keputusan ini disebut Lot Sizing decision Perluasan MRP 1. Closed - Loop MRP Yaitu suatu sistem yang menyediakan umpan balik pada perencanaan kapasitas, MPS, dan perencanaan produksi. 2. Capacity Planning Merencanakan kapasitas yang mampu diproduksi selama periode waktu tertentu, melalui penambahan personel, mesin, lembur, atau subkontrak. 3. MRP II (Material Resource Planning) Suatu sistem MRP yang memungkinkan penambahan data dan persediaan oleh variabel-variabel sumber daya lainnya, seperti penambahan jam kerja, biaya material (bukan sekadar jumlah material), biaya modal (capital cost), atau sumber daya lainnya. 37

33 4. Enterprise Resource Planning (ERP) yaitu sistem MRP II yang lebih menghubungkan antara konsumen dan supplier secara langsung, disini peran sistem elektronis sangat besar seperti penerimaan order secara elektronis, order pembelian, pembaharuan sistem MRP, dsb MRP dan Jasa MRP juga berlaku pada jasa jika komponen yang digunakan bersifat dependen yaitu berhubungan langsung atau ditentukan oleh permintaan komponen jasa lainnya. Misalnya suatu restoran penghasil hamburger maka permintaan sayuran dan daging sangat bergantung pada permintaan rotinya Proses MRP Langkah - Langkah Dasar dalam penyusunan Proses MRP Netting (kebutuhan bersih) : Proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap perioda selama horison perencanaan. Lotting (kuantitas pesanan) : Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah item, berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan. Didalam ukuran lot ini ada beberapa pendekatan yaitu : Menyeimbangkan ongkos pesan (set up cost) dan ongkos simpan. Menggunakan konsep jumlah pesanan tetap 38

34 Dengan jumlah periode pemesanan tetap. Terdapat 10 Alternatif teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran Lot : Kesepuluh teknik adalah sebagai berikut : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas. Mis : kemampuan gudang, transportasi, kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menentukan ukuran lot berdasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya. 2. Lot for Lot (LFL) : Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan. 3. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan : ((ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan perunit) + (ongkos simpan perunit)). 4. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut. 5. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan 39

35 diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yan harus dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun. 6. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya. 7. Fixed Periode Requirment (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan Periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode yang ditentukan. 8. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan di minimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan perunit-nya hampir sama dengan ongkos pengadaannya/ unitnya. ((ongkos total) = (ongkos simpan + ongkos pengadaan)) 9. Wagner Within (WW) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini 40

36 adalah melekukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan berusahan agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan. 10. Silver Mean (SM) : Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan ongkos total per-perioda. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturutturut sebagai ukuran lot yang tentatif (Bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran lot tentatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total periodenya masih menurun. Offsetting (rencana pemesanan) : Bertujuan untuk menentukan kuantitas pesanan yang dihasilakan proses lotting. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan saat kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (Lead Time). Exploding : Merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat (level) yang lebih bawah dalam suatu struktur produk, serta didasarkan atas rencana pemesanan. 41

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Peramalan Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa banyak kebutuhan dimasa mendatang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP.

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan CV. Mitra Abadi Teknik merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan dan manufaktur untuk peralatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI

PERENCANAAN PRODUKSI PERENCANAAN PRODUKSI Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya.

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Peramalan Permintaan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Membuat keputusan yang baik

Membuat keputusan yang baik Membuat keputusan yang baik Apakah yang dapat membuat suatu perusahaan sukses? Keputusan yang dibuat baik Bagaimana kita dapat yakin bahwa keputusan yang dibuat baik? Akurasi prediksi masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Definisi sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur sumber daya (resources) yang ada dalam proses produksi barang atau jasa dengan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dengan sumber daya yang ada. Untuk melaksanakan fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU TEMPE \MENGGUNAKAN MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Kusumawati, Aulia Jurusan Teknik Industri Universitas Serang Raya Jl Jalan Raya Serang, Cilegon KM. 5 Taman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Pengertian manajemen menurut Robbins dan Coulter (2010;23) adalah pengkoordinasikan dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT.

TUGAS AKHIR. PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT. TUGAS AKHIR PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT. TIMAH Tbk ) Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dari dokumen perusahaan. Data yang di perlukan meliputi data penjualan produk Jamur Shiitake,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, Landasan Teori 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Kurnia Teknik adalah sebuah CV spesialis moulding dan juga menerima jasa CNC, EDM, INJECT, dan DIGIT. CV. Kurnia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Peramalan...7 DAFTAR ISI Halaman Lembar Judul...i Lembar Pengesahan...ii Lembar Pernyataan...iii Kata Pengantar...iv Daftar Isi...vi Daftar Tabel...x Daftar Gambar...xii Daftar Persamaan...xiii Daftar Lampiran...xv

Lebih terperinci

Peramalan (Forecasting)

Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) Peramalan (forecasting) merupakan suatu proses perkiraan keadaan pada masa yang akan datang dengan menggunakan data di masa lalu (Adam dan Ebert, 1982). Awat (1990) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. hasil grafik, dapat di lihat bahwa pola permintaan tidak beraturan sbb : BULAN

BAB V ANALISA HASIL. hasil grafik, dapat di lihat bahwa pola permintaan tidak beraturan sbb : BULAN BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analis Peramalan Berdasarkan data permintaan penjualan minuman serbuk merk A6 dari bulan Jan Dec 2012 dapat dibuat grafik untuk mengetahui pola permintaan tersebut. Dari hasil grafik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Persediaan Persediaan adalah Sejumlah bahan bahan parts yang disediakan dan bahan bahan dalam proses yang terdapat di perusahaan untuk proses produksi serta persediaan barang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi memiliki sistem yang terintegrasi. Ada proses peramalan permintaan, perencanaaan operasi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Persediaan (Inventory) Persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses selanjutnya, yang dimaksud dengan proses yang lebih lanjut tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada PT. XYZ

Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada PT. XYZ Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.2 (2015) 11-16 ISSN 2302 934X Planning and Production System Penggunaan Material Requirement Planning (MRP) Untuk Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri Gunawan Wibisono 1*, Sri Rahayuningsih 2, Heribertus Budi Santoso 3 1,2,3) Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan merupakan suatu bentuk usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produksi Menurut (Herjanto, 1999): Secara umum, kegiatan produksi atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem Produksi merupakan kumpulan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai manajemen produksi dan operasi sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Mahadevan (2010 : 3) manajemen operasi adalah kunci untuk mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi, apakah mereka berada di industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Permintaan Konsumen BAB V PEMBAHASAN 5.1 Permintaan Konsumen Permintaan konsumen selama 12 periode (bulan) terakhir terhadap produk sandal kelom di Sagitria Collection adalah 6654 pasang dengan perincian 379 pasang pada periode

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel Penelitian di sini merupakan suatu atribut atau nilai atau sifat dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci