REDESAIN OVERHEAD CRANE DENGAN ANALISA KEGAGALAN DI PLTU PAITON BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REDESAIN OVERHEAD CRANE DENGAN ANALISA KEGAGALAN DI PLTU PAITON BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA"

Transkripsi

1 i

2 ii

3 iii

4 REDESAIN OVERHEAD CRANE DENGAN ANALISA KEGAGALAN DI PLTU PAITON BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Nama Mahasiswa : Alfian Aziz Sahadewa NRP : Jurusan : Teknik Mesin FTI-ITS Dosen Pembimbing : Alief Wikarta, ST., M.Sc.Eng, PhD. Abstrak Crane adalah alat bantu yang digunakan untuk mempermudah dalam memindahkan suatu obyek atau barang dengan ukuran yang relatif besar dan berat dari satu posisi ke posisi lainnya. Pada PLTU PAITON alat bantu crane digunakan untuk proses maintenace mesin grinding mill. Penggunaan alat bantu Crane tak lantas memudahkan proses maintenance karena Hoist Grider Crane Mill terkendala ruang gerak yang terbatas. terbatasnya ruang gerak menyebabkan tidak sejajarnya sumbu antara kawat penarik dengan sepesial tool yang menyebabkan beban pengangkatan menjadi 2x dari beban awal. Akibat tidak sejajarnya kawat overhead crane menakibatkan terjadinya patahan pada housing motor crane yang bertugas untuk menggerakan grider kearah vertikal Oleh karena itu perlu adanya modifikasi overhead girder dengan menggunakan perangkat lunak SolidWorks. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil pengujian, stress, displacement, dan angka keamanan modifikasi 1 memiliki hasil simulasi yang hampir sama dengan hasil dari simulasi awal dengan nilai iv

5 stress sebesar 36,19 Mpa, Displacement sebear 0,98 mm, dan angka keamanan sebesar 5,7. Pada modifikasi 2 perbedaan hasil simulasi yang paling besar terletak pada simulasi tegangan (stress) sebesar 158,3 Mpa. sedangkan hasil simulasi defleksi dan angka keamanan tidak berbeda jauh dengan simulai awal dimana defleksi sebesar 0,93 dan angka keamanan sebesar 3,1. Kata Kunci : Elemen Hingga (Finite Elemen Analysis), Crane,, Teori Kegagalan, SolidWork, Simulasi. v

6

7 REDESING OF THE OVERHEAD CRANE WITH AN ANALYSIS OF THE FAILURE AT PLTU PAITON USING FINITE ELEMENT Name : Alfian Aziz Sahadewa NRP : Department : Teknik Mesin FTI-ITS Advisor Lecturer : Alief Wikarta, ST., M.Sc.Eng, PhD. Abstract Crane is a tool used to facilitate moving an object with a relatively large size and weight from one position to another position. At PLTU paiton crane used to process maintenace grinding mill machine. The use of crane is not thus simplify the process maintenance because the Hoist Grider Cranes Mill constrained space is limited. the limited space causes no parallel axis between the towing wire with the sepesial tool that is causing the burden of adoption into the initial load of 2 x. Due to the overhead crane wire sejajarnya not caused the occurrence of the fault on the motor housing to drive the crane grider towards vertical and therefore the need for modifications to the overhead girder using SolidWorks software. The results obtained from this research that is based on the test results, stress, displacement, and numbers of security modifications 1 has almost the same simulation results with the results of the initial value of the simulation of the stress of Displacement sebear Mpa, mm, and the security of 5.7. On difference 2 modification results of simulation lies in voltage simulation (stress) of Mpa. While the results of the simulation of deflection and security figures did not vary much with early simulai where deflection of 0.93 and security figures amounted to 3.1. vii

8 Keyword :Finite Elemen Analysis, Crane,, failure theory, SolidWork, simulation. viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji syukur hanya milik Allah SWT, Tuhan penguasa alam, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir. Dalam penulisan tugas akhir ini tidak semata-mata karena kemampuan penyusun, melainkan karena adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan moral, pikiran dan tenaga untuk membantu penyusunan tugas akhir ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak, Ibu tercinta (Sihono dan Endah Sulistyowati) yang telah memberikan dorongan dan semangat dengan cinta dan kasih sayangnya yang tiada batas dan tak terbalaskan, serta doa restunya. 2. Bapak Alief Wikarta, ST., M.Sc.Eng, PhD.selaku dosen pembimbing yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, serta pikirannya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Bapak Bambang Pramujati, ST., MT., PhD. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS. 4. Bapak Bambang Arip, ST., M.Eng., PhD. selaku dosen wali. 5. Keluarga Om Santoso & Bulik Kus yang telah memberikan doa dan semangat serta gema sekar yang selalu menemani. 6. Bapak dosen penguji tugas akhir yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tugas akhir ini. 7. Semua Bapak dan Ibu dosen Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu selama kuliah. Juga untuk seluruh karyawan Teknik Mesin atas pelayanannya. ix

10 8. Mahasiswa terpilih Kamal, Ferdy, Khoirul Selaku patner begadang tugas akhir. Juga seluruh angkatan 2013 Lintas Jalur atas canda dan tawanya selama kuliah dan teman seperjuangan selama asistensi. 9. Seluruh warga Mesin ITS serta berbagai pihak yang belum tertulis dan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah berperan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. 10. Filipi Cahya selaku anggota GH telah menyumbangkan waktunya dan ilmunya dalam penyusunan tugas akhir ini. 11. Teruntuk pasangan masa depan yang masih dalam pelukan NYA. Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itulah segala kritik dan saran sangat kami harapkan. Surabaya, Juli 2017 Penulis x

11 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Abstract... v Kata Pengantar... vii Daftar Isi... viii Daftar Gambar... xii Daftar Tabel... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Crane dan Jenisnya Hoist Crane Overhead Crane Bagian-bagian Overhead Crane Cara Kerja Overhead Crane Gerakan Hoist Naik Turun Gerakan Tranversal Gerakan Longitudinal Perlakuan Panas Hoist Girder Crane Mill Terkendala Ruang Gerak Alat Bantu Spesial Tool Hoist Girder Rusak Pengarah Gulungan Wire Rope Kerusakan Housing Motor Hoist Crane xi

12 2.5 Sifat Mekanik Material Yield Strength Tensile Strength Density Young Modulus Tegangan Tegangan Normal Tegangan Geser Tegangan Lengkung Regangan Factor of Safety Teori Kegagalan Metode Elemen Hingga Studi Pustaka Analisa Struktur Overhead Crane BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penelitian Studi Literatur dan Data Penelitian Perancangan Simulasi Data Material Analisa Hasil dan Kesimpulan Modifikasi Desain validasi Overhead Crane BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Analisa Simulasi Origin Hasil Simulasi Modifikasi Hasil Modifikasi Pertama Hasil Modifikasi Kedua Pembahasan Hasil Simulasi Analisa Perbandingan Pengujian Static Bending xii

13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 Halaman Ini sengaja dikosongkan xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Patahan Housing Motor Hoist... 2 Gambar 1.2 Letak Motor Hoist... 2 Gambar 1.3 Panel Hoist Crane... 3 Gambar 1.4 Sekema Terbatasnya Ruang Gerak Crane... 3 Gambar 1.5 Posisi Kawat yang Tidak Sejajar... 4 Gambar 2.1 Hoist Crane... 7 Gambar 2.2 Bagian-bagian Overhead Crane Gambar 2.3 Gerakan Overhead Crane Gambar 2.4 Proses Pemasangan/Pelepasan Grinding Mill Gambar 2.5 Panel Hoist Crane Menabrak Valve Gambar 2.6 Space Hoist Crane Dengan Beban Gambar 2.7 Spesial Tool Overhead Crane Gambar 2.8 Pelepasan Grinding Mill dengan Bantuan Spesial Tool Gambar 2.9 Kerusakan Penggulung Wire Rope Gambar 2.10 Posisi Motor Listrik di Overhead Crane Gambar 2.11 Motor Penggerak Hoist Girder Rusak Gambar 2.12 Struktur Beam Gambar 3.1 Diagram Alir Tugas Akhir Gambar 3.2 Sketsa Geometri Profil I Beam Gambar 3.3 Body Girder Gambar 3.4 Assembly Profil I dan Body Girde Gambar 3.5 Assembly Diafragma Gambar 3.6 linear component pattern diafragma Gambar 3.7 Diaglam Alir Simulasi Gambar 3.8 Meshing Gambar 3.9 Bagian Meshing Gambar 3.10 Baguan Meshing Gambar 3.11 Pemberian Beban Pada Model Gambar 3.12 Posisi Pembebanan Gambar 3.13 Posisi Pembebanan Gambar 3.14 Penerapan Fixed Constrain xv

16 Gambar 3.15 Letak Stress Terbesar Gambar 3.16 Jendela Pengaturan Material Gambar 3.17 Space Hoist Crane Dengan Beban Gambar 3.18 Posisi Kawat yang Tidak Tegak Lurus Gambar 3.19 Bagian yang akan di Modifikasi Gambar 3.20 Modifikasi Gambar 3.21 Modifikasi Gambar 3.22 Sketsa Geometri Profil I Gambar 3.23 Profil I lintasan Gilder Crane Gambar 3.24 Data Hasil Simulasi Momen Inersia Gambar 3.25 Free Body Diagram Gambar 3.26 Free Body Diagram Gambar 3.27 Hasil Simulasi Stress Gambar 4.1 Tegangan Maksimal Simulasi awal Gambar 4.2 Tegangan Maksimal Modifikasi Gambar 4.3 Tegangan Maksimal Modifikasi Gambar 4.4 Grafik Hasil Perbandingan Tegangan Static Bending Gambar 4.5 Grafik Hasil Perbandingan Defleksi Static Bending Gambar 4.6 Grafik Hasil Perbandingan FoS Static Bending xvi

17 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Haasil Analisa Dengan Menggunakan SolidWorks Tabel 2.2 Hasil Simulasi Train I-J Tabel 3.1 Perbandingan Jumlah Nodal dan Elemen Tabel 3.2 Komposisi A572 Gr Tabel 3.3 Komposisi Mekanik A572 Gr Tabel 4.1 Hasil Simulasi Awal Tabel 4.2 Hasil Simulasi Modifikasi Pertama Tabel 4.3 Hasil Simulasi Modifikasi Kedua xvii

18 Halaman Ini sengaja dikosongkan xviii

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri, untuk menunjang baik dalam proses pembangunan maupun produksi membutuhkan peralatan yang memadai agar dalam proses pengerjaanya lebih efisien. Pada industri bersekala besar peralatan dan material yang di gunakan relatif berat dan berukuran besar.karena hal itu diperlukannya pesawat angkat seperti crane untuk mempermudah proses pengerjaanya. Di PT.PLN (Persero) crane sendiri terdapat di berbagai power plant, salah satunya pada grinding. Grinding berfungsi untuk menghaluskan batubara mencjadi bagian kecil sebelum dilakukan proses pembakaran. Proses penghalusan batubara secara terus menerus setiap hari, maka Grinding harus dilakukan maintenance setiap tahunnya. Proses maintenance yang dilakukan sangat tidak mudah karena alat Grinding Mill memiliki berat ±14,83 ton. Sehingga diharuskan menggunakan alat bantu berupa Crane. Penggunaan alat bantu Crane tak lantas memudahkan proses maintenance karena lokasi grinding mill berada di dalam tangki. Kondisi tersebut menyebabkan tali overhead crane tidak sejajar dengan beban grinding mill (jarak ±50cm dari kail crane ke beban), karena hal terebut, maka diperlukannya penggunaan sepecial tool. Kondisi semakin parah saat pembongkaran Grinding Mill dilakukan di PLTU Paiton sekitar bulan Juni kemarin karena terjadi patahan fatigue. Overhead crane mengalami patahan pada housing motor crane yang bertugas untuk menggerakan grider kearah vertikal. Patahan housing motor hoist ditunjukan pada gambar 1.1 dan

20 Gambar 1.1 Patahan Housing Motor Hoist Letak motor hoist setelah terjadi patahan Gambar 1.2 Letak Motor Hoist Saat di Overhead crane Special tool berfungsi untuk membantu pengangkat grinding mill dari tempatnya agar bisa dikeluarkan. Selain itu overhead crane mengalami terkendala ruang gerak. Kotak panel hoist overhead crane bertabrakan dengan manual valve, seperti ditunjukan pada gambar

21 PANEL (a) Gambar 1.3 (a) Panel Hoist Crane dan (b) Valve Pada gambar 1.3 dan 1.4 gerakan girder crane arah longitudinal terbatas karena adanya valve pipa mill. Hal tersebut mengakibatkan panel hoist crane yg berada pada girder crane menabrak valve pipa mill dimana cover panel hoist mengalami kerusakan. Gambar 1.4 Skema Terbatasnya Ruang Gerak Crane Selain itu, terbatasnya ruang gerak menyebabkan tidak sejajarnya sumbu antara kawat penarik dengan sepesial tool yang 3

22 menyebabkan beban pengangkatan menjadi 2x dari beban awal. Gambar 1.5 menunjukan tidak sejajarnya kawat dengan sepesial tool. Maka dari itu perlu adanya redisain struktur glider crane untuk menjadi salah satu referensi untuk menangani masalah tersebut. Gambar 1.5 Posisi Kawat yang Tidak Sejajar 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memutuskan permasalahan sebagi berikut : 1) Bagaimana hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks dari rancangan awal Single Girder Under Running Overhead Cranes? 2) Bagaimana hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks dari modifikasi Single Girder Under Running Overhead Cranes? 4

23 3) Bagaimana perbandingan hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks dari rancangan awal dan modifikasi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini adalah : 1) Mengetahui hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks dari rancangan awal Single Grider Under Running Overhead Cranes. 2) Mengetahui hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks dari modifikasi Single Grider Under Running Overhead Cranes. 3) Membandingkan hasil simulasi tegangan, defleksi, dan angka keamanan pada aplikasi SolidWorks rancangan awal dan modifikasi. 1.4 Batasan Masalah Dengan melihat permasalahan-permasalahan yang ada dan telah membuaat perumusan masalah, maka penulis membatasi permasalahan yang ada yaitu : 1. Tempat penelitian di PLTU PAITON unit Material yang digunakan pada Single girder under runing overhead crane adalah Steel Q345b. 3. Analisa dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perangkat lunak berbasisi metode elemen hingga. 4. Pembebanan yang dilakukan bersifat statis. 5. Hasil simulasi yang hendak dianalisa adalah defleksi, angka faktor keamanan, dan shear stress yang terjadi pada glider crane. 6. Variasi redisain overhead crane dilakukan dengan mengubah profil girder crane menjadi 3 jenis glider crane. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Penulis 5

24 Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis terutama dalam pengambaran dan pensimulasian mengunakan aplikasi SolidWorks, serta penulis dapat menerapkan pengetahuan teoritis yang telah diperoleh selama di bangku kuliah pada kondisi yang sebenarnya. 2. PLTU PAITON Diharapkan dapat menjadi bahan referensi baru dalam pemodifikasian Single Girder Under Running Overhead Cranes. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab dimana masingmasing bab berisi sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang peranvangan, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan. Bab 2 Dasar Teori dan Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang dasar-dasar ilmu yang mendukung pengerjaan tugas akhir. Bab 3 Metodologi Bab ini berisi tentang langkah-langka yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam penelitian ini, baik langkah langkah permodelan dan langkah-langkah simulasi. Bab 4 Hasil dan Analisa Bab ini berisi tentang analisa data hasil eksperimen yang telah dilakukan untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Bab 5 Kesimpulan dan saran Pada bagian ini berisi kesimpulan hasil dan saran untuk penelitian lebih lanjut. 6

25 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Crane Crane adalah salah satu diantara alat berat (heavy equipment) yang dipakai sebagai alat pengangkat dalam proyek kontruksi. Crane bekerja dengan mengangkat material yang bakal dipindahkan, memindahkan dengan cara horizontal, lalu turunkan material di tempat yang dikehendaki. Alat ini memilki bentuk serta kekuatan angkat yang besar serta dapat berputar sampai 360 o serta jangkauan sampai beberapa puluh meter, Crane umumnya dipakai dalam pekerjaan pekerjaan proyek, pelabuhan, perbengkelan, industri, pergudangan dan lain-lain Hoist Crane Hoist Crane yaitu alat pengangkat yang umumnya ada pada pergudangan serta perbengkelan. Hoist Crane diletakkan pada langit-langit serta jalan di atas rel spesial yang yang dipasangi pada langit-langit itu. Rel-rel tadi dapat juga bergerak dengan cara maju-mundur pada satu arah. Gambar 2.1 Hoist Crane Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 7

26 sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan secara bebas atau dikaitkan pada crane itu sendiri. Overhead traveing crane selain berfungsi sebagai alat pengankat, juga berfungsi sebagai alat pemindah barang dengan area yang terbatas (dalam ruangan). Dalam dunia industri konstruksi overhead crane adalah : 1. Overhead traveling crane berpalang tunggal (girder tunggal). 2. Overhead traveling crane berpalang ganda (girder ganda). Didalam Overhead crane ganda terdapat dua jenis rancangan, yaitu : 1. Overhead crane dengan trolly berpalang diatas. 2. Overhead crane dengan trolly berpalang dibawah. 2.2 Bagian-bagian Overhead Crane Didalam pengaplikasianya, overhead crane memiliki beberapa bagian-bagian utama yaitu : 1. Sistem pengangkatan a. Hook Hook adalah tempat untuk menggantungkan atau mengkaitkan muatan. Jenis kait yang digunakan tergantung dari berat beban yang akan dipindahkan. b. Sistem pulley dan tali baja Shave atau puley adalah suatu perlatan yang digunakan untuk mengangkat beban dimana fungsinya adalah untuk dudukan kawat kabel. c. Drum Drum yang berfungsi sebagai tempat penggulung kabel yang biasanya terbuat dari besi cor dan dilengkapi dengan alur heliks sehingga tali akan tergulung dengan seragam. d. Motor penggerak 8

27 Alat penggerak yang digunakan untuk mengerakan suatu elemen mesin sehingga mesin tersebut dapat bekerja sebagaimana fungsinya. 2. Sistem Trolley a. Roda jalan Alat pengerak trolley ( mesin motor mengkait) dimana terdapat motor listrik yg terpadat pada setiap roda jalan biasanya berjumlah 1 pasang motor listrik yang berguna untuk mengerakan trolley arah tranversal. b. Crane brigde girder Crrane brigde glider adalah jembatan atau rel utama tempat bergeraknya roda jalan. Bentuk crane brigde glider bermacam-macam tergantung dari kapasitas berat yang inggin di angkat atau di pindahkan. 3. Sistem berjalan Dugunakan untuk menggerakan perlengkapan pengangkatan dan perlengkapan gerak menyamping. Tenaga pengerak mengunakan dua buah motor listrik yang terletak pada sisi kiri dan kanan. Terdapat pada end truck. 9

28 Gambar 2.2 Bagian-bagian Overhead Crane 2.3 Carakerja Overhead Crane Gerakan Hoist ( Naik turun) Gerakan naik turun beban yang telah dipasang pada kait yang dihubungkan oleh tali pintal kawat menuju drum yang digerakan oleh motor listrik. Di dalam drum gerakan drum diatur oleh rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang diinginkan sesuai Gerakan tranversal Gerakan dengan arah melintang yang digerakan oleh motor trolley dengan arah pergerakan sejajar dengan boom dan glider, sehingga trolley akan bergerak pada rel yang terletak pada glider. Jarak perpindahan dapat diatur oleh operator, gerakan akan berhenti jika arus listrik pada motor diputuskan, disaat itu rem akan bekerja Gerakan longitudinal Gerakan dengan arah melintang sepanjang rell yang terletak pada permukaan tanah yang dilakukan melalui roda gigi 10

29 transmisi. Dalam hal ini elektromotor akan memutar roda gantry dan gantry akan bergerak secara maju mundur ke arah yang diinginkan, dan setelah jarak yang dicapai telah pada tempatnya maka arus listrik akan terputus dan rem sekaligus akan berkerja. Gambar 2.3 (a) gerakan longitudinal (b) gerakan tranversal (c) gerakan naik turun 2.4 Permasalahan dan Kerusakan Hoist Crane PLTU Paiton Dalam kasus yang telah terjadi di PLTU Paiton, hoist crane yang semulanya didesign sebagai alat bantu untuk mengangkat beban berat yang terdapat pada PLTU Paiton tidak sesuai dengan rencana. Keterbatasan tempat ruang gerak di tempat serta ukuran dimensi hoist crane yang cukup besar. Berikut permasalahan yang muncul pada hoist crane PLTU Paiton; 11

30 Gambar 2.4 Proses Pemasangan/Pelepasan Grinding Mill Hoist Girder Crane Mill Terkendala Ruang Gerak Permasalahan Hoist Girder Crane Mill terkendala ruang gerak disebabkan oleh kondisi bridge girder yang sudah pada posisi ujung (tidak bisa bergerak lagi sudah menyentuh valve manual coal pipe). Panel hoist menabrak Gambar 2.5 Panel Hoist Crane Menabrak Valve 12

31 Dikarenakan ruang gerak yang terbatas menyebabkan posisi kali crane tidak tegak lurus dengan posisi Grinding Mill yang akan dimaintenance (memiliki selisih jarak ±50cm) Gambar 2.6 Space Hoist Crane Dengan Beban Alat Bantu Spesial Tool Hoist Girder Dalam proses maintenance grinding mill dilakukan pelepasan/pemasangan grinding mill. Proses pelepasan grinding mill sangat sulit karena posisi yang masuk kedalam. Sehingga dibuat alat bantu special tool hoist girder ini agar dapat memudahkan proses maintenance. Gambar 2.7 Spesial Tool Overhead Crane 13

32 Gambar 2.8 Proses Pelepasan Grinding Mill dengan Bantuan Spesial Tool Rusak Pengarah Gulungan Wire Rope Ketidak lurusan antara wire rope dengan beban berdampak banyak rusaknya komponen pendukung, salah satunya yaitu pengarah gulungan wire rope crane. Informasi dari salah satu user PLTU Paiton ketika dilakukan pembongkaran/pemasangan beban dari spare part Grinding Mill posisi miring atau tidak tegak lurus terhadap beban. Kerusakan diperkirakan saat pengangkatan beban crane wire rope kurang panjang, sehingga saat pengangkatan wire rope tidak memiliki kekuatan dalam menumpu (sisa gulungan wire rope sebagai pegangan tumpuan crane). Pada saat proses pemasangan Grinding Mill ketika sudah direpair kemudian akan dipasang kembali, posisi wire rope hook turun kebawah sampai tidak ada sisa didrum penggulung. Dan ketika dilakukan pengangkatan crane sering mengalami kemacetan. 14

33 Wire Rope Hook tidak ada sisa gulungan diujung. Sering macet Gambar 2.9 Kerusakan Penggulung Wire Rope Kerusakan Housing Motor Hoist Crane Dalam kasus yang telah terjadi di PLTU Paiton, crane mengalami sebuah kerusakan yang cukup rumit. Crane yang berfungsi sebagai proses bantu memindahkan suatu barang pada saat itu digunakan untuk melepas Grinding Mill dari tempat. Saat proses sedang berlangsung, terjadi kerusakan (pecah) pada housing motor penggerak drum wire rope hook (crane untuk arah kanan-kiri). Terjadi sebuah retakan dan pecahan di housing motor tersebut, sehingga drum penggulung wire rope hampir jatuh. Posisi Motor saat dicrane Gambar 2.10 Posisi Motor Listrik di Overhead Crane 15

34 Gambar 2.11 Motor Penggerak Hoist Girder Rusak 2.5 Sifat Mekanik Material Yield Strength Kekuatan material dimana material masih mampu menerima beban, dan karena pengaruh beban ini maka material mengalami deformasi. Yield strength sendiri adalah titik yang membatasi daerah elastis dan daerah plastis dari material. Pada daerah elastis material yang terdeformasi dapat kembali kebentuk semula, dan pada daerah ini berlaku hukum hooke. Pada daerah ini besarnya tegangan akan sebanding pada besarnya regangan. Sedangkan pada daerah plastis hukum hooke tidak berlaku pada daerah ini, atau material yang terdeformasi tidak dapat kembali kebentuk semula Tensile Strength kekuatan tarik adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebyah bahan ketika diregangkan atau ditarik sebelum bahan tersebut patah. Bahan yang bersifat getas (brittle) bahan yang dapat patah tanpa mengalami deformasi. Sedangkan bahan yang bersifat elastis (ductile) dapat meragang dan mengalami deformasi sebelum patah. Kekuatan uji tarik dapat dicari dengan mengunakan uji tarik dengan mencatat perubahan regangan dan tegangan. Titik tertinggi dari kurva tegangan regangan disebut kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength). Besarnya nilai tidak tergantung dari bahan, melainkan faktor jenis bahan. 16

35 2.5.3 Density Density atau spesific gravity adalah perbandingan dari masa benda dengan volumnya. Satuan density dalam SI adalah kilogram per meter kubik (kg/m 3 ), sedangan dalam CGS adalah gram per centi meter kubik (g/cm 3 ) Young Modulus Young modulus adalah perbandingan antara stress dan strain, dimana satuan dari stress adalah tekanan dan strain adalah dimensional. Young modulus digunakan untuk mengukur stiffness dari sebuah material. 2.6 TEGANGAN (STRESS) Pada Hukum newton pertama tentang aksi dan reaksi bila sebuah balok bergerak diatas permukaan lantai akan memberikan aksi pada lantai. Demikian pula sebaliknya lantai akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda akan berada pada keadaan setimbang Tegangan Normal Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2. Teganan normal dapat dirumuskan sebagai berikut : Dimana : σ : tegangan yang terjadi P : gaya yang diberikan A : luas penampang 17

36 2.6.2 Tegangan Geser Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut. Dimana : λ: tegangan yang terjadi F : gaya yang diberikan A : luas penampang Teggangan Lengkung Tegangan lengkung adalah tegangan yang diakibatkan karena adanya gaya yang menumpu pada titik tengah suatu beban sehingga mengakibatkan benda tersebut seakan-akan melengkung Regangan (Strain) Regangan adalah bagian dari deformasi yang dideskripsikan sebagai perbahan relatif dari partikel-partikel didalam benda yang bukan merupakan benda kaku. e = ΔL / L dimana : e =regangan ΔL = pertambahan panjang (m) L = panjang mula-mula (m) Factor of Safety Faktor yang digunakan untuk mengevaluasi agar perencanaan suatu element terjamin keamanannya dengan dimensi yang minimum. Secara rumus safety factor adalah 18

37 perbandingan antara besarnya beban batas kekuatan material dengan beban yang terjadi pada desain. Faktor keamanan dipengaruhi oleh : Varias sifat dan bahan Pengaruh ukuran dari bahan yang diuji kekuatannya Jenis beban Pengaruh waktu lingkungan 2.7 Teori Kegagalan Secara mendasar kegagalan (failure) dari suatu struktur dinyatakan bila struktur tidak dapat berfungsi lagi dengan baik untuk menerima pembebanan sesuai dengan yang direncanakan. Terdapat beberapa teori kegagalan yang telah dikemukakan oleh para ilmuan, diantaranya adalah sebagai berikut : Teori tegangan normal maksimum (Rankine) Kegagalan suatu material terjadi bila tegangan normal maksimum mencapai tegangan luluh, tanpa memperhatikan teganan utama (participal stress) lainnya. Teori ini cocok untuk material getas (brittle). ( ) ( ) Bila gagal Teori tegangan geser maksimum (Tresca) Suatu material yang mendapat beban tegangan biaksial atau tegangan triaksial dinyatakan gagal bila tegangan geser maksimum tang terjadi pada setiap titil mencapai tegangan luluh geser dari material tersebut. Tegangan luluh = ½ 19

38 tegangan luluh tarik. Teori ini cocok untuk material ulet ( ductile). ( ) ( ) (Tegangan Biaksial) (teganan multiaksial) Bila Gagal Teori energi distorsi (Von Mises) Kegagalan diprediksi muncul dalam kondisi beban tegangan multiaksial bila energi distorsi per satuan volume menjadi sama atau melebihi energi distorsi satuan volume pada saat gagalnya material uji, teori ini cocok untuk material ulet yang mendapat beban tegangan biaxsial atau triaxsial. [( ) ( ) ( ) ] Bila Gagal 2.8 Metode Elemen Hingga (Finite Elemen Analysis FEA) Metode elemen hingga adalah metode numeric untuk mempekirakan solusi dari permasalahan matematis sehingga memperoleh hasil yang mendekati dengan kondisi real. Secara garis besar, metode elemen hingga dilakukan dengan cara membagi-bagi suatu struktur menjadi beberapa elemen, dan elemen tersebut terhubung melalui nodal-nodal. Jenis-jenis elemen yang digunakan dalam metode elemen hingga adalah elemen satu dimensi (truss elemen, bar elemen, dsb) elemen dua dimensi (plane, plate elemen dsb) dan elemen 3 dimensi (solid elemen) [5]. 20

39 Pada metode elemen hingga setiap elemen yang harus digunakan harus memiliki matriks kekauan tertentu, yaitu [K]. matriks kekauan tersebut digunakan dalam persamaan berikut : [K] x [X] = [F]. dimana [K] adalah matriks kekauan, [X] adalah deformasi, dan [F] adalah gaya. Langkah-langkah dalam metode elemen hingga dalam menganalisa suatu struksur adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tipe analisa (static, dinamik, modal, bucking, contact, atau thermal) 2) Menentukan tipe elemen 2D atau 3D 3) Menentukan properties material (E, v, ρ, a, dsb.) 4) Menentukan nodal-nodal struktur 5) Membentuk elemen-elemen dengan menyambungkan ke nodal-nodal. 6) Menentukan boundary condition dan pemberian beban 7) Melakukan percobaan eksekusi agar mendapatkan hasil 8) Menganalisa hasil yang diperoleh (Displacement, Stress, Strain, Natural Frequency, Temperatur, dan Time History) Penyelesaian metode elemen hingga menggunakan metode matriks. Sarana computer diperlukan untuk menghitung persamaan metode ini, hal ini dikarenakan perhitungan dalam metode ini sangat kompleks. Perhitungan dari seluruh system merupakan penyelesain persamaan serentak yang dinyatakan dalam bentuk matriks. 2.9 Studi Pustaka Analisa struktur overhead crane Pada tahun 2014, Eko Warsito melakukan penelitian tentang overhead crane yang berjudul Analisis Struktur Overhead Crane Kapasitas 35 Ton dengan Modifikasi Tambahan beban 6 Ton. Dalam pengujiannya, peneliti menggunakan metode elemen hingga (FMA) pada software Solidworks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kekuatan struktur kaki-kaki pada saat crane mengangkat beban, untuk mengetahui 21

40 apakah dengan struktur yang sudah ada perlu penambahan penguat pada kaki-kakinya, dan untuk mengetahui bebaan maksimal yang mampu diangkat oleh crane setelah penambahan beban. Simulasi dilakukan pada 3 bagian, yaitu pada train A-B, F- G, I-J. Setelah dilakukan simulasi train I-J beban samping mengalami tegangan paling besar dan FOS paling kecil. Dari hasil analisa yang ada, kontruksi setiap train akan sangat berpengaruh pada hasil dari pada nilai simulasi. Hasil simulasi ditunjukan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Hasil Analisa dengan menggunakan Solidworks Setelah mengetahui hasil simulasi, optimasi dilakukan terhadap train I-Jdengan melakukan pengantian profil dimana profil I diganti menjadi profil T ditunjukan pada gambar hasil yang diperoleh menunjukan perkembangan yang signifikan. Perbandingan FOS naik setelah di optimasi ditunjukan pada tabel

41 (a) (b) Gambar 2.12 (a) struktur sebelum diganti (b) struktur setelah dioptimasi Tabel 2.2 Hasil Simulasi Train I-J dengan profil I 23

42 Pada tabel 2.2 bisa dilihat bahwa perubahan profil pada train I-J mengalamin perubahan. Hal itu bisa dilihat pada Factor of Safety dimana pada analisa awal FOS sebesar 0.79 dan seltelah mengalami perubahan nilai FOS menjadi 3.1. dimana batas minimum FOS yang di setujui adala 1. 24

43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Sejumlah tahapan-tahapan disusun agar dalam penyelesaian tugas akhir ini di peroleh tujuan yang diharapkan. Tahapantahapan tersebut ditunjukan dalam bentuk diagram alur (Flowchart) seperti gambar 3.1 Metodelogi penyusunan tugas akhir ini dimulai dengan studi literatur mengenai crane, menentukan jenis pengujian yang hendak digunakan dalam analisa, menentukan titik pembebanan pada girder crane, dan mensimulasi pengujian pada software SolidWorks. Tahap terakhir yaitu analisa hasil simulasi dan membuat kesimpulan Studi Literatur dan Data Penelitian Tahap pertama yang dilakukan adalah studi literatur. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui landasan tori yang berhubungan dengan tugas akhir. Tahap selanjutnya mengumpulkan data-data yang bertujuan untuk menunjang tugas akhir ini. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui media cetak atau soft file, dan juga media elektronik (internet). Topik-topik yang dibutuhkan dalam tugas akhir ini yaitu meliputi crane dan jenis-jenisnya, cara kerja crane, geometri overhead crane, jenisjenis pengujian, dan jenis material yang sering digunakan dalam pembuatan crane. Data material yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data material A572 Gr 50. Data tersebut merupakan sifat mekanis pada tiap arah dari material tersebut dan dibutuhkan untuk melakukan analisa. Data ini diambil darri referensi yang ada pada internet. 47

44 Gambar 3.1 Diagram Alir Tugas akhir 48

45 Pada penelitian ini pengujian yang digunakan adalah pengujian stasis yang terdapat pada software SolidWorks. Pada pengujian statis di solidworks terdapat tiga jenis hasil yang akan dianalisa, yaitu teggangan (stress), displacement, dan factor of safety Perancangan Perancangan adalah hal utama yang sangat menentukan dalam penelitian. Perancangan awal yang tepat akan menjadikan penelitian ini efektif dan efisien. Oleh karena itu pengambaran model, penentuan beban sangat diperlukan. Bagian pada overhead crane yang digunakan utnuk simulasi adalah girder crane, dan yang akan divariasi adalah girder crane. Bagian utama pada girder overhead crane yang akan di modelkan terdapat 2 part utama, yaitu profil I dimana sebagai lintasan dan body girder yang akan di modifikasi. Pada gambar 3.3 menunjukan sketsa awal pembuatan beam profil I. (b) (b) Gambar 3.2 Sketsa Geometri Profil I (a) Model Profil I (b) Langkah selanjutnya adalah pembuatan body gilder. Setelah body gilder selesai di modelkan, body gilder di assembly 49

46 pada profil I lintasan. Assembly harus sesuai dengan kondisi gilder sesunguhnya karena akan mempengaruhi hasil dari simulasi. Gambar 3.3 Body Girder Gambar 3.4 Assembly Profil I dan Body Girder Langkah selanjutnya adalah menambahkan diafragma. Diafragma terletak di dalam diantara body girder dan profil I. Langkah awal adalah dengan mengambar satu diafragma lalu di assembly kan pada bagian yang sudah ditentukan setelah itu pilih tab assembly linear component pattern. Jumlah komponen yang akan di linear component pattern berjumlah

47 Gambar 3.5 Assembly diafragma Gambar 3.6 linear component pattern diafragma Simulasi Pada penelitian ini simulasi yang akan dilakukan adalah pada pengujian Gilder Overhead Crane. Simulasi pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kapastias ketahanan overhead crane dalam menerima beban maksimal 20 Ton. Gambar 3.4 menunjukan diagram alir untuk simulasi Gilder Overhead Crane. Pada tahapan ini untuk menelesaikan persoalan ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu (1) preprocessing; defining the problem, (2) solution; asigning loads, constraints, and solving dan (3) Postprocessing; further processing and viewing of the results. 1 Preprocessing; Defining The Problem Sebeleum mendefinisikan persoalan, mula-mula struktur gilder overhead crane perlu disimulasikan ke dalam permodelan pada perangkat lunak Solidworks. Untuk melakukan permodelan struktur dengan material jenis A572 Gr 50. Pertama-tama struktur dimodelkan ke dalam bentuk 51

48 52

49 Gambar 3.7 Diaglam Alir Simulasi solid. Setelah itu, bentuk tersebut diubah kedalam bentuk surface. Gambar selanjutnya menunjukan permodelan dalam bentuk solid dan surface. Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan surface sebagai material jenis A572 Gr 50 dan mendefinisikan property material/geometri. Langkah berikutnya adalah menentukan meshing lines/areas/volumes pada model. Ada 3 cara mashing yang bisa dilakukan pada Solidworks 2016, yaitu Standart Mesh, Curvature Mesh, dan Blended Curvature Mesh. Perbedaan ketiga meshing terletak pada orientasi penerapan mesh, standart mesh lebih berorientasi pada face dari model, curvature mesh berorientasi pada volume dari model, dan blended-curvature mesh memadukan cara meshing berdasarkan standart dan curvature mesh. Untuk menentukan cara mana yang sebaiknya digunakan, maka perlu dikaji kembali untuk masing-masing part. Gambar 3.8 Curvature Mesh dengan ukuran elemen 200 mm 53

50 Gambar 3.9 Blended Curavture Mesh dengan ukuran elemen 200 mm Tabel 3.1 Perbandingan Jumlah Nodal dan Jumlah Elemen Ukuran elemen Curvature Mesh Blended-Curvature Mesh Jumlah Nodal Jumlah Eleman Jumlah Nodal Jumlah Elemen 200 mm mm mm Semakin banyak part dan ukuran elemen semakin kecil proses meshing akan semakin lama hasil prosesnya, namun akan lebih akurat jika setelah dilakukan simulasi. Setelah dilakukan simulasi, barulah dapat diketahui daerah terjadinya tegangan (stress) yang paling besar nilainya. Akan tetapi, ketika ukuran elemen meshing diperkecil, maka lokasi terjadinya tegangan maksimum berpindah tempat. Pada permodelan kali ini terdapat dua bagian yang di meshing, pada bagian profil I lintasan Crane (Beam), dan body utama (solid). Dapat dilihat pada gambar 3.6. a B Gambar 3.10 Curvature Mesh Body (a) dan Curvature Mesh Beam (b) 2 Solution; asigning loads, constraints, and solving 54

51 Pada langkah ini, model diberikan pembebanan sesuai dengan mendekati kondisi lapangan yang terjadi pada proses maintenance grinding mill di PLTU Paiton. Beban yang di perhitungkan adalah beban setatis dan beban maksimum dari kapasitaas crane tersebut, beban motor penggerak arah longitudinal, dan beban momen. Besar dari pembebanan total adalah 20 ton. A B C Gambar 3.11 Pemberian Beban Pada Model Pada gambar 3.10 menunjukan posisi pemberian beban dalam simulasi dimana pemberian beban dibagi menjadi 3 bagian yaitu A, B, dan C dimana tiap beban terdapat 3 kondisi pembebanan seperti pada gambar 3.12 dan A B C Gambar 3.12 Beban Momen (a) Beban Motor (b) Beban Total (c) 55

52 Gambar 3.13 Beban Momen (a) Beban Motor (b) Beban Total (c) variasi beban yang akan diberikan adalah 5, 10, 15, dan 20 Ton. Hal itu dilakukan karena pada kondisi lapangan proses maintenace mengalami berbagai macam kondisi pembebanan dan struktur overhead gilder belum pernah dilakukan pengujian untuk mengetahui struktur overhead crane masih layak untuk digunakan atau tidak. Selain itu, beberapa boundary condition juga diterapkan, yaitu constaint pada bagian-bagian tertentu pada model. Gambar 3.14 menunjukan penerapan fixed constrain pada model pengujian gilder overhead crane. Fixed constrain bertujuan untuk menentukan titik atau bagian dari part yang akan ditumpu..gambar 3.14 Penerapan Fixed Constrain 56

53 Setelah dilakukan simulasi, barulah dapat diketahui daerah dimana terjadinya tegangan (stress) yang paling besar nilainya pada simulasi awal. Gambar 3.14 menunjukan letak stress terbesar, dimana letak stress terbesar pada tiap posisi pembebanan A, B, dan C. (a) (b) (c) Gambar 3.15 Letak Stress Terbesar Pada Tiap Pembebanan 3 Postprocessing; further processing and viewing of the results Tahap ini terdiri dari meninjau ulang dan melakukan evaluasi terhadap hasil simulasi. Hasil-hasil tersebut ditinjau hingga diperoleh kesimpulan dari simulasi Data Material Setelah validasi selesai lalu memasukan properties material. Material yang dipakai pada Gilder Crane PLTU Paiton ini adalah material jenis A572 Gr 50. Data mechanichal properties dari kedua material adalah sebagai berikut: 57

54 Tabel 3.2 Komposisi Kimia A572 Gr 50 Tabel 3.3 Komposisi Mekanik A572 Gr 50 Dari tabel data komposisi mekanik diatas maka bisa didapatkan elastic modulus, poission s ratio, dan yield strength yang digunakan ketika simulasi untuk mendefinisikan material yang akan digunakan. Gambar 3.16 Jendela Pengaturan Material 58

55 Analisa Hasil dan Kesimpulan Hasil-hasil dari sumulasi yang telah dilakukan kemudian di analisa. Hasil simulasi yang hendak dianalisa berupa tegangan (stress), defleksi maksimal yang terjadi, dan faktor keamanan. Hasil simulasi-simulasi dituliskan dalam bentuk tabel selanjutnya ditampilkan dalam bentuk grafik. Hasil dari simulasi tersebut akan berbentuk angka dimana Hasil hasil tersebut digunakan sebagai acuan batas maksimal yang diguakan sebagai acuan dalam redisain model glider crane. Hasil dari simulasi modifikasi overhead crane kemudian dianalisa dimana dengan cara membandingkan antar tiap modifikasi untuk mencari hasil simulasi yang terbaik. Setelah memperoleh hasilhasil tersebut barulah diperoleh kesimpulan rancangan manakah yang akan dipilih untuk menjadi referensi untuk pengantian Glider pasa overhead crane Modifikasi Desain Memodifikasi (redesain) desain dilakukan untuk mencari rancangan yang optimal pada overhead crane. Hal ini dilakukan karena dalam kondisi lapangan bagian body gilder overhead crane mengalami ruang gerak yang terbatas hanya 50 cm saja. Gambar 3.16 menunjukan posisi Space overhead gilder yang tidak sejajar dengan tempat sepesial tool. Karena terkendala ruang gerak menyebabkan tidak sejajarnya antara kawat dan sepecial tools yang digunakan untuk maintenace. 59

56 Gambar 3.17 Space Hoist Crane Dengan Beban Gambar 3.18 Posisi Kawat yang Tidak Tegak Lurus Karena kendala tersebut maka perlu adanya modifikasi desain dimana hanya body gilder saja yang akan dimodifikasi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan modifikasi adalah hasil dari analisa awal. Pada gambar 3.18 menunjukan bagian yang akan dimodifikasi. 60

57 Gambar 3.19 Bagian yang akan di Modifikasi Pada redesain ini terdapat 2 jenis model yang akan digunakan. Hal itu dapat dilihat pada gambar 3.19, Gambar 3.20 Modifikasi Verifikasi Overhead Crane Gambar 3.21 Modifikasi 2 61

58 Setelah melakukan simulasi dilakukan perhitungan handbook untuk menghitung tegangan yang berkerja pada pada Overhead Crane. Hasil akhir perhitungan diharapkan menjadi perbandingan hasil antara validasi dan hasil simulasi. Pada validasi ini part atau bagian yang digunakan adalah profil I pada gilder crane yang dapat dilihat pada gambar Gambar 3.22Sketsa Geometri Profil I 62

59 Gambar 3.23Profil I lintasan Gilder Crane Langkah pertama setelah menggambarkan sketsa Profil I lintasan gilder crane adalah mencari total momen inersia dan resultan. Dimana : M : momen bending (N.mm). C : Jarak gaya ke titik pusat (mm). I : Moment area of inertia (mm 4 ). Momen Inersia C : 250 mm ( ) ( )...(1) 63

60 ...(2) Pada perhitungan manual momen inersia dengan simulasi menunjukan hasil yang sama, hal tersebut dapat dilihat pada gambar

61 Gambar 3.24 Data Hasil Simulasi Momen Inersia Momen Bending A B C Gambar 3.25 Free Body Diagram ( ) ( ) ( ) ( ) ( )...(3)...(4) 65

62 A B C M Gambar 3.26 Free Body Diagram ( )...(5)...(7) Hasil perhitungan stress antara manual dan simulasi tidak terlampau jauh, hal itu bisa dilihat pada gambar

63 Gambar 3.27 Hasil Simulasi Stress 67

64 Halaman Ini sengaja dikosongkan 68

65 BAB IV HASIL dan ANALISA Setelah dilakukan simulasi terhadap girder overhead crane dengan keadaan static bending test, maka diperoleh hasil berupa distribusi maupun nilai maksimum dan minimum dari interlaminar shear stress, factor safety, dan defleksi yang terjadi pada gilder overhead crane. 4.1 Hasil Analisa Simulasi Origin Perlakuan yang diberikan pada simulasi pengujian statis banding test adalah dengan memberikan gaya tegak lurus ke bawah tehadap joint profil I lintasan beam dengan gaya sebesar 5 ton, 10 ton, 15 ton, dan 20 ton. Pada simulasi ini memakai material A572 Gr 50, kemudian progress simulasi ini mendefinisikan koneksi bonded pada setiap bagian-bagian sambungan. Hasil dari simulasi overhead crane dengan variasi pembebanan 20 ton didapatkan nilai tegangan masimum. A B C Gambar 4.1 Pembebanan A (a), Pembebanan B (b), Pembebanan C (c) Tegangan Maksimum Tabel 4.1 Hasil Simulasi Origin 69

66 Stress terbesar terdapat pada posisi pembebanan B dengan variasi pembebanan 20 Ton nilai 50,78 Mpa. Pada variasi pembebanan 20 Ton stress terkecil terdapat pada pembebanan C dengan nilai 17,69 Mpa. Displacemnt terbesar terdapat pada variasi beban 20 Ton pada posisi pembebanan B dengan nilai 0,9964 mm. Sedangkan displacement terkecil pada variasi beban 20 Ton terletak pada pembebanan C dengan nilai 0,3938 mm. Angka keamanan terendah terletak pada variasi beban 20 Ton dengan posisi pembebanan B sebesar 2,93. Pada variasi pembebanan 20 Ton angka keamanan yang paling besar pada posisi pembebanan C sebear 8,5. Hasil simulasi diatas digunakan sebagai acuan untuk modifikasi 1 dan modifikasi Hasil Modifikasi Setelah diperoleh hasil dari simulasi orgin, langkah selanjutnya adalah melakukan modifikasi terhadap body girder overhead crane. Modifikasi pertama dan kedua yang dilakukan adalah dengan mengubah dimensi body overhead crane Hasil Modifikasi Pertama modifikasi pertama dilakukan dengan mengubah keseluruhan sayap pada bagian body gilder overhead crane, dapat dilihat pada gambar Simulasi yang dilakukan sama seperti simulasi orgin pada overhead crane. Tabel 4.2 Hasil Simulasi Modifikasi Pertama 70

67 Pada tabel hasil diatas dapat diketahui tegangan terbesar pada modifikasi 1 terdapat pada posisi pembebanan di A dengan variasi beban 20 Ton sebesar 36,19 Mpa, tegangan terkecil pada pembebanan C sebesar 17,11 Mpa. Sedangkan defleksi terbesar pada variasi beban 20 Ton terdapat pada pembebanan B sebesar 0,98 mm, tegangan terkecil terdapat pada pembebanan C sebebsar 0,33 mm. Angka keamanan terdah pada variasi beban 20 Ton terletak pada Pembebanan B sebesar 5,7 dan angka keamanan terbesar pada variasi beban 20 Ton sebesar 9,6. A C B Gambar 4.2 Pembebanan A (a), Pembebanan B (b), Pembebanan C (c) Tegangan Maksimum Hasil Modifikasi Kedua modifikasi pertama dilakukan dengan mengubah sebagian sayap sekitar plat sebelah kanan dan kiri pada bagian body gilder 71

68 overhead crane, dapat dilihat pada gambar 3.7. simulasi yang dilakukan sama seperti simulasi orgin pada overhead crane. Tabel 4.3 Hasil Simulasi Modifikasi Kedua Pada tabel diatas Stress terbesar terdapat pada posisi pembebanan B dengan variasi pembebanan 20 Ton nilai 158,3 Mpa. Pada variasi pembebanan 20 Ton stress terkecil terdapat pada pembebanan C dengan nilai 46,11 Mpa. Displacemnt terbesar terdapat pada variasi beban 20 Ton pada posisi pembebanan A dengan nilai 0,93 mm. Sedangkan displacement terkecil pada variasi beban 20 Ton terletak pada pembebanan C dengan nilai 0,37 mm. Angka keamanan terendah terletak pada variasi beban 20 Ton dengan posisi pembebanan A sebesar 3,1. Pada variasi pembebanan 20 Ton angka keamanan yang paling besar pada posisi pembebanan C sebear 7,6. 72

69 A B C Gambar 4.3 Pembebanan A (a), Pembebanan B (b), Pembebanan C (c) Tegangan Maksimum 4.3 Pembahasan Hasil Simulasi Analisa Perbandingan Pengujian Static Bending Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap girder overhead crane dengan mengunakan metode static test pada SolidWorks didapatkan hasil perbandingan deflesksi, tegangan, dan angka keamanan antara analisa awal dengan modifikasi. Data yang diambil adalah dengan variasi beban 20 Ton pada setiap pembebanan. Berdasarkan hasil tersebut, langkah selanjutnya adalah memperoleh hasil analisa modifikasi yg terbaik atau yang mendekati hasil analisa awal. Hasil-hasil terebut ditunjukan pada tabel 4.4 dan digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.4 hingga

70 Gambar 4.4 Grafik Hasil Perbandingan Tegangan Static Bending Pada grafik 4.4 menunjukan tegangan (Stress) analisa awal terbesar terdapat pada pembebanan B sebesar 50,78 Mpa. Dari hasil modifikasi 1 dan 2 stress terbesar pada modifikasi 2 stress terletak pada pembebanan B dengan nilai 158,3 Mpa. Tegangan (stress) terkecil terdapat pada pembebanan C modifikasi 1 dengan nilai 17,11 Mpa. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa modifikasi 2 memiliki nilai stress yang paling besar melebihi dari analisa awal. Sedangkan pada modifikasi 1 nilai stress yang didapat hampir sama dengan hasil dari modifikasi awal. 74

71 Gambar 4.5 Grafik Hasil Perbandingan Defleksi Static Bending Grafik 4.5 hasil dari simulasi menunjukan defleksi di tiap pembebanan antara analisa awal, modifikasi 1, dan modifikasi 2 tidak jauh berbeda hanya memiliki rata-rata selisih 0,001 mm. Defleksi pada analisa awal terbesar terdapat pada posisi pembebanan B sebesar 0,9964 mm, sedangkan defleski terendah terdapat pada pembebanan C sebesar 0,3938 mm. Dari modifikasi 1 dan 2 defleksi terbesar terdapat pada modifikasi 1 dengan pembebanan B sebesar 0,98 mm, sedangkan defleksi terendah terdapat pada modifikasi 1 pada pembebanan C sebesar 0,33 mm. 75

72 Gambar 4.6 Grafik Hasil Perbandingan Angka Keamanan Static Bending Grafik 4.6 hasil dari simulasi awal menunjukan angka keamanan terendah terletak pada pembebanan B sebesar 2,9 sedangkan akgna keamanan tertinggi terletak pada pembebanan C sebesar 8,5. Pada modifikasi 1 dan 2 angka keamanan terkecil terdapat pada pembebanan A modifikasi 2 sebesar 3,1. Sedangkan angka keamanan terbesar terdapat pada modifikasi 1 pada pembebanan C sebesar 9,6. 76

73 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Dari tabel analisa diatas yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1 Berdasarkan pengujian static bending yang telah dilakukan terhadap analisa origin : a Tegangan yang terjadi pada tiap pembebanan antara A, B, dan C analisa origin terbesar terdapat pada pembebanan B sebesar 50,78 MPa. Tegangan terkecil pada pembebanan C sebesar 17,69 MPa. Defleksi terbesar pada analisa awal terdapat pada pembebanan B sebesar 0,9964 mm dan defleksi terkecil terdapat pada pembebanan C sebesar 0,3938 mm. b Angka keamanan terrendah terletak pada pembebanan B sebesar 2,93 sedangkan terbesar terdapat pada pembebanan C 8,5. 2 Pada pengujian static bending terhadap modifikasi 1 dan 2: a Tegangan yang terjadi pada modifikasi 1 terbesar pada pembebanan A sebesar 36,19 Mpa dan stress terendah terdapat pada pembeanan C sebesar 17,11 MPa. Pada modifikasi 2 stress terbesar pada pembebanan B sebesar 158,3 MPa dan stress terendah terdapat pada pembeanan C sebesar 46,11 MPa. b Defleksi yang terjadi pada pada modifikasi 1 terbesar pada pembebanan B sebesar 0,98 mm dan defleksi terendah terdapat pada pembeanan C sebesar 0,33 mm. Pada modifikasi 2 defleksi terbesar pada pembebanan A sebesar 0,93 mm dan defleksi terendah terdapat pada pembeanan C sebesar 0,37 mm. c Angka keamanan (FoS) terendah yang terjadi pada modifikasi 1 terdapat pada posisi pembebanan B sebesar 5,7. Sedangkan angka keamanan terbesar terdapat pada pembebanan C sebesar 9,6. Pada modifikasi 2 angka 55

74 keamanan terendah terdapat pada posisi pembebanan A sebesar 3,1. Sedangkan angka keamanan terbesar terdapat pada pembebanan C sebesar 7,6. 3 Setelah dilakukan simulasi terhadap analisa awal dan seluruh modifikasi pada pengujian static bending : a Tegangan yang paling besar terdapat pada modifikasi 2 dimana melebihi dari nilai hasil simulasi awal. Sedangkan pada modifikasi 1 hasil simulasi tidak jauh berbeda terhadap simulasi awal. b Perbandingan hasil simulasi terhadap simulasi origin dan modifikasi 1 dan 2 tidak jauh berbeda hanya memiliki rata-rata selisih 0,001 mm. c Perbandingan angka keamanan antara simulasi awal dan modifikasi 1 dan 2, modifikasi 2 lebih rendah daripada modifikasi 1. Jadi dapat disimpulkan dari perbandingan hasil diatas didapatkan modifikasi 1 lebih layak untuk dipilih sebagai alternatif dalam redesain overhead crane. 5.2 Saran Hasil simulasi ini merupakan sarana pendukung alternatif dalam redesain overhead crane untuk memodifikasi overhead crane yang lama dimana pergerakan overhead crane terdapat batasan yang mengakibatkan proses maintenance di PLTU Paiton mengalami kendala. Untuk memilih mdofikasi mana yang baik saya menyarankan untuk memilih modifikasi 1, hal itu dikarenakan angka keamanan dan defleksi yang lebih baik daripada modifikasi 1. Tapi jiga dilihat dari segi ekonomis dalam redesain lebih baik memilih modifikasi 2. 56

75 DAFTAR PUSTAKA [1] Eko Warsito., Juni Analisisi Struktur Overhead Crane Kapasitas 35 Ton Dengan Modifikasi Tambahan Beban 6 Ton. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. [2] Dary L.Logan., (4th Edition). A First Course in The Finite Element Menthod. Platteville : University of Wisconsin. [3] Russell C. Hibbeler., (9th Edition). Mechanics of Materials. USA. [4] Sidney H. Avner., Second Edition. Intrduction to Physical Metallurgy. Ney York City: College City University of New York [5] SolidWork Corporation. Solidworks USA: SolidWork Corporation;

76 Halaman Ini sengaja dikosongkan 56

77 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di kota Surakarta, pada tanggal 15 Juli 1992, merupakan putra kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuhnya dimulai dari TK Al-Furgon Klaten, SDN 2 Klaten, SMP N 2 Klaten, dan SMA N 2 Klaten. Setelah lulus SMA pada tahun penulis mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru program Diploma III UGM dan diterima sebagai mahasiswa di Jurusan D3 Teknik Mesin UGM Yogyakarta, Setelah lulus penulis melanjutkan kuliah tahap Sarjana Jurusan Teknik Mesin Lintas Jalur Teknik Mesin ITS Surabaya. Selain aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kegiatan didalam maupun diluar kampus. PT PANATA JAYA MANDIRI merupakan tempat kerja praktek selama 4 bulan penulis pada tahun Penulis aktif pada organisasi HMTM periode bidang Minat bakat dan seni. Penulis dapat dihubungi di nomor telepon atau di alamat alfian.aziz18@gmail.com. 57

Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp :

Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp : Disusun oleh: Nama: Eko Warsito Nrp :4211106008 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA OUTLINE METODOLOGI ANALISA DATA & PEMBAHASAN KESIMPULAN & SARAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN Perindustrian diera sekarang semakin

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE Joseph Rama Wiratama 1) dan Soeharsono 2) 1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS

DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Y PADA HYBRID POWDER SPRAY CNC 2 AXIS PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarahli Madya (A. Md) Disusun oleh : KIBAGUS MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Pesawat Pengangkat Banyak jenis perlengkapan pengangkat yang tersedia membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Penggolongan ini masih dipersulit lagi oleh kenyataan

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA SKRIPSI ANALISA POROS ALAT UJI KEAUSAN UNTUK SISTEM KONTAK TWO-DISC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANANG HADI SAPUTRO NIM. 201254007 DOSEN PEMBIMBING Taufiq Hidayat, ST., MT. Qomaruddin, ST.,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Universitas Pasundan Bandung AGUS SALEH NPM :128712004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014 Agus Supriatna 20412401 Teknik Mesin Pembimbing: Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Z PADA PC BASED CNC MILLING MACHINE

LAPORAN PROYEK AKHIR DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Z PADA PC BASED CNC MILLING MACHINE LAPORAN PROYEK AKHIR DESAIN DAN ANALISIS RANGKA LENGAN CNC SUMBU Z PADA PC BASED CNC MILLING MACHINE Disusun guna memenuhi sebagian syarat Untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Ahli Madya Teknik

Lebih terperinci

BAB II TEORI ELEVATOR

BAB II TEORI ELEVATOR BAB II TEORI ELEVATOR 2.1 Definisi Elevator. Elevator atau sering disebut dengan lift merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun penumpang dari suatu tempat

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : EKO SULISTIYONO NIM. I 8111022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan Latar Belakang Dalam mencapai kemakmuran suatu negara maritim penguasaan terhadap laut merupakan prioritas utama. Dengan perkembangnya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA. Tugas Akhir

STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA. Tugas Akhir STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA Engelbertha Noviani Bria Seran NRP: 0321011 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST. TUGAS AKHIR Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib PEMBIMBING Yohanes, ST. Msc SYAMSUL ARIF 2110 106 023 LATAR BELAKANG Kualitas dari

Lebih terperinci

Analisis Struktur Overhead Crane Kapasitas 35 Ton Dengan Modifikasi Tambahan Beban 6 Ton

Analisis Struktur Overhead Crane Kapasitas 35 Ton Dengan Modifikasi Tambahan Beban 6 Ton 1 Analisis Struktur Overhead Crane Kapasitas 35 Ton Dengan Modifikasi Tambahan Beban 6 Ton Penulis Eko Warsito, Dosen Pembimbing Ir. Amiadji, M.M., M.Sc, dan Irfan Syarif Arief, ST. MT Jurusan Teknik Sistem

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER KOMARA SETIAWAN NRP. 0421042 Pembimbing : Anang Kristanto, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka )

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka ) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PEMOTONG KRUPUK RAMBAK KULIT ( Rangka ) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA CHRYSSE WIJAYA L2E604271

TUGAS SARJANA CHRYSSE WIJAYA L2E604271 TUGAS SARJANA PERBANDINGAN BESARNYA SUDUT SPRINGBACK PADA PROSES PENEKUKAN BERDASARKAN HASIL PENGUJIAN TEKUK, PERHITUNGAN TEORITIS DAN SIMULASI PROGRAM ANSYS 9.0 PADA STAINLESS STEEL Diajukan sebagai salah

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ANALISIS SIMULASI STRUKTUR CHASSIS MOBIL MESIN USU BERBAHAN BESI STRUKTUR TERHADAP BEBAN STATIK DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ANSYS 14.5 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-168 Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut Musfirotul Ula, Irfan Syarief Arief, Tony Bambang

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen, Penelitian ini menggunakan baja sebagai bahan utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini profil baja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN: ANALISIS KEKUATAN KOSTUM TIKUS PADA KONSTRUKSI SALURAN KABEL UDARA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH SECARA PEMODELAN MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bagian-bagian Utama Pada Truck Crane a) Kabin Operator Seperti yang telah kita ketahui pada crane jenis ini memiliki dua buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN 30 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN Tabel 4.2 Kapasitas beban angkat dengan variasi kemiringan sudut ke arah depan. Kemiringan Linde H25D No Sudut ke

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986) BAB II DASAR TEORI 2.1 Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam statika keberadaan gaya-gaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang, sudut lubang, jarak antar lubang, dan panjang

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON TUGAS AKHIR BIDANG KONTRUKSI Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan Merencana, berarti merumuskan suatu rancangan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Pada mulanya, suatu kebutuhan tertentu mungkin dengan mudah dapat diutarakan secara jelas,

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA AFRIYANTO NRP : 0221040 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI Mesin pengangkat yang dimaksud adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkat, memindahkan serta menurunkan suatu benda ke tempat lain dengan jangkauan operasi terbatas.

Lebih terperinci

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH Disusun sebagai salah satu syarat untuk lulus kuliah MS 4011 Metode Elemen Hingga Oleh Wisnu Ikbar Wiranto 13111074 Ridho

Lebih terperinci

ANALISA DISTRIBUSI TEGANGAN PADA HOUSING MOTOR HOIST OVERHEAD CRANE GRINDING MILL PLTU PAITON DENGAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA DISTRIBUSI TEGANGAN PADA HOUSING MOTOR HOIST OVERHEAD CRANE GRINDING MILL PLTU PAITON DENGAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA TUGAS AKHIR TM141585 ANALISA DISTRIBUSI TEGANGAN PADA HOUSING MOTOR HOIST OVERHEAD CRANE GRINDING MILL PLTU PAITON DENGAN SOFTWARE BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA Bagus Yudha Setiawan NRP. 2113106024 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN KERJA OVERHEAD CRANE

ANALISA KELAYAKAN KERJA OVERHEAD CRANE ANALISA KELAYAKAN KERJA OVERHEAD CRANE PADA GRAVING DOCK I SAAT OPERASI PENGANGKATAN DI PT. PELABUHAN INDONESIA III ( PERSERO ) UNIT PERKAPALAN SURABAYA Ananto Sudarmadi NRP. 6108030052 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir 2.2 Prinsip Kerja Sand Filter Rotary Machine BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Penyaring Pasir Mesin penyaring pasir merupakan mesin yang berfungsi sebagai pemisah antara material pasir yang halus dan kasar dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : LRFD, beban, lentur, alat bantu, visual basic.

ABSTRAK. Kata Kunci : LRFD, beban, lentur, alat bantu, visual basic. ABSTRAK Dewasa ini baja sudah mulai banyak digunakan dalam konstruksi bangunan di Indonesia, hal ini mendorong perencanaan desain konstruksi baja yang semakin berkembang terutama dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n ) MATERI 2 MESIN PENGANGKAT (hoisting machine) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi Mahasiswa dapat menghitung kapasitas pesawat angkat Mahasiswa dapat menyebutkan komponenkomponen

Lebih terperinci

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT

SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 SIMULASI PENGUJIAN TEGANGAN MEKANIK PADA DESAIN LANDASAN BENDA KERJA MESIN PEMOTONG PELAT Dedy Haryanto,

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR RANGKA TURBIN HELIKS TIPE L C500 DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI COSMOSWORKS 2007

ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR RANGKA TURBIN HELIKS TIPE L C500 DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI COSMOSWORKS 2007 Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS KEKUATAN STRUKTUR RANGKA TURBIN HELIKS TIPE L C500 DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI COSMOSWORKS 2007 1 Aidil Haryanto, 2 Novrinaldi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9] BAB II DASAR TEORI MESIN PRESS BTPTP, KARAKTERISTIK BTPTP DAN METODE ELEMEN HINGGA 2.1 Mesin press BTPTP Pada dasarnya prinsip kerja mesin press BTPTP sama dengan mesin press batako pada umumnya dipasaran

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan I.1 Tegangan dan Regangan Normal 1. Tegangan Normal Konsep paling dasar dalam mekanika bahan adalah tegangan dan regangan. Konsep ini dapat diilustrasikan dalam

Lebih terperinci

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis, SIFAT MEKANIK BAHAN Sifat (properties) dari bahan merupakan karakteristik untuk mengidentifikasi dan membedakan bahan-bahan. Semua sifat dapat diamati dan diukur. Setiap sifat bahan padat, khususnya logam,berkaitan

Lebih terperinci

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR RESTRA SANDHITA B.P 6607040016 RESQI IKHWAN M. 6607040018 MEMPERSEMBAHKAN FINAL PROJECT DENGAN JUDUL PERANCANGAN DAN ANALISA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

A. Penelitian Lapangan

A. Penelitian Lapangan BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia (Suparmoko, 1991).

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA JIB CRANE

MEKANISME KERJA JIB CRANE JIB CRANE DEFINISI JIB CRANE Jib Crane adalah jenis crane di mana anggota horisontal (jib atau boom), mendukung bergerak hoist, adalah tetap ke dinding atau ke tiang lantai-mount. Jib dapat ayunan melalui

Lebih terperinci

Bab II STUDI PUSTAKA

Bab II STUDI PUSTAKA Bab II STUDI PUSTAKA 2.1 Pengertian Sambungan, dan Momen 1. Sambungan adalah lokasi dimana ujung-ujung batang bertemu. Umumnya sambungan dapat menyalurkan ketiga jenis gaya dalam. Beberapa jenis sambungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

30 Rosa, Firlya; Perhitungan Diameter Poros Penunjang Hub Pada Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan PERHITUNGAN DIAMETER POROS PENUNJANG HUB PADA MOBIL LISTRIK TARSIUS X3 BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya Rosa, S.S.T., M.T. Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER Tugas Akhir Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Gelar Kesarjanaan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI PENGARUH BEBAN DAN TEKANAN UDARA PADA DISTRIBUSI TEGANGAN VELG JENIS LENSO AGUS EFENDI Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI Velg merupakan komponen utama dalam sebuah kendaraan.

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Oleh : Moch. Wahyu Kurniawan 219172 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga G77 Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga Rafid Buana Putra, Achmad Zubaydi, Septia Hardy Sujiatanti Departemen

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci