A. Pendahuluan Secara istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Pendahuluan Secara istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak"

Transkripsi

1 A. Pendahuluan Secara istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Sudarsono, 2007). Zakat merupkan legitimasi Allah yang tercantum dalam al-qur an. Kata zakat sendiri dalam bentuk ma rifah disebut 30 kali, yang mana 27 kali di antaranya disebutkan dalam satu ayat bersama shalat. Berdasarkan kesejarahan, zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijriah, sedangkan shadaqoh fitrah pada tahun ke-2 hijriah. Akan tetapi ahli hadits memandang bahwa zakat telah diwajibkan sebelum tahun ke- 9 H, ketika Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya (Sudarsono, 2007; mengutip Abdul Hasan). Sebelum diwajibkan, zakat merupakan sumbangan sukarela yang belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukumnya. Peraturan itu kemudian hadir seiring dengan kokohnya dasar islam, dan semakin banyaknya orang masuk islam. Peraturan yang disusun tersebut meliputi system pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenakan zakat, batas-batas zakat, dan tingkat persentase zakat untuk barang yang berbeda-beda (Sudarsono, 2007). Pada perkembangannya, masa kehidupan Rasulullah dan khulafaurrasyidin, zakat merupakan sumber pendapatan utama Negara islam. Zakat dimasukkan sebagai perisai utama kebijakan fiscal dalam rangka memecahkan masalah ekonomi secara umum. Pelaksanaan pemungutan zakat di masa pemerintahan Rasulullah dan Khulafaurrasyidin menjadi bukti arti pentingnya zakat bagi pembangunan Negara. Namun, dengan catatan bahwa pengumpulan zakat tersebut harus dilakukan secara optimal. Di Indonesia sendiri, usaha untuk mengoptimalkan konsep zakat telah lama dilakukan. Akan tetapi, seiring dengan hal tersebut masih

2 banyak masyarakat, baik dari kalangan muslim, pemerintah, yang menolak urgensi dalam melegalisasikan peraturan zakat tersebut (Sudarsono, 2007). B. Lembaga Zakat Dalam khazanah hukum Islam, yang bertugas mengambil dan yang menjemput zakat adalah para petugas zakat (amil). Menurut Imam Qurthubi, amil adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung, dan mencatat atas harta zakat yang diambil dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya (Karim,2009). Pada masa Rasulullah SAW yang diangkat menjadi amil zakat adalah Baginda Umar bin Khattab ra. Rasulullah SAW juga pernah mempekerjakan seorang pemuda dari Suku Asad, yang bernama Ibnu Lutaibah untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim. Beliau juga pernah mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat. Selain Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW juga pernah mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, yang di samping bertugas sebagai da i (mendakwahkan Islam secara umum), juga mempunyai tugas khusus menjadi amil zakat. Ketika Umar menjadi khalifah, beliau mengangkat Ibnus Sa'dy Al- Maliki sebagai pengumpul zakat. Hal ini diriwayatkan oleh Busr bin Sa'ied dari Ibnus Sa'dy Al-Maliki, yang berkata, ''Umar pernah mengangkat aku untuk mengurus zakat (amil). Ketika usai pekerjaanku dan aku laporkan kepadanya, maka dia kemudian mengirimi aku upah. Maka aku katakan, 'Sungguh, aku melakukan tugas ini karena Allah.' Maka Umar berkata, 'Ambillah apa yang telah diberikan kepadamu. Aku dulu juga pernah menjadi amil Rasulullah SAW, dan beliau memberi upah untuk tugas itu. Ketika aku katakan kepada beliau seperti yang kau katakan tadi, maka Rasulullah SAW berkata, bila engkau diberi sesuatu yang tak kau pinta, maka makanlah dan sedekahkanlah.' (HR Al-Bukhari dan Muslim), (Karim,2009).

3 Di Indonesia sejarah kelahiran amil zakat telah digagas sejak 13 abad silam. Sejak cahaya Islam terbit dan menerangi nusantara, sejak itulah semangat masyarakat untuk mengenal, memahami dan mengamalkan Islam muncul. Namun pada perjalanannya praktek pengelolaan zakat tersebut masih bersifat alamiah dan sederhana. Pada tanggal 24September 1968, sebelas ulama tingkat nasional menyarankan kepada presiden Soeharto untuk membentuk badan pengelolaan zakat tersebut. Pada acara Isra' Mi'raj di Istana Negara, 26 Oktober 1968, Presiden menegaskan kesediaannya menjadi amil tingkat nasional. Seruan tersebut disusul dengan dikeluarkannya surat perintah Presiden No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober Isinya, mengamanatkan kepada Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid dan Kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional. Seruan Presiden ini ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta dengan mendirikan Bazis DKI. Juga Bazis- Bazis daerah oleh kepala daerah masing-masing. Selanjutnya, untuk lebih menguatkan dan mengembangkan keberadaan lembaga pengelola zakat, akhirnya dikeluarkan Instruksi Menteri Agama Nomor 16 tahun 1989 tentang Pembinaan Zakat dan Infak/Sedekah. Selanjutnya dikukuhkan dengan Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun (mengutip Karim, 2009). Perkembangan selanjutnya, setelah jatuhnya rezim Soeharto, dan dimulainya era pemerintahan Habibie, dengan didukung oleh masyarakat maka Habibie memerintahkan untuk membuat undang-undang pengelolaan zakat. Sebagai hasil dari perintah itu lahirlah Undang- Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dan sejak itulah legalitas lembaga amil zakat diakui undang-undang. Pada BAB III pasal 6 dan 7 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri atas dua kelompok institusi, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Yang mana

4 BAZ merupakan badan yang dibentuk pemerintah sedangkan LAZ dibentuk oleh masyarakat. 1. Badan Amil Zakat Badan Amil Zakat adalah badan tertinggi pengelola zakat yang terdiri atas dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana. Ketiga unsure tersebut masing-masing memiliki fungsi, yaitu: (1) dewan pertimbangan berfungsi untuk memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi kepada badan pengelola dan komisi pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat yang meluputi aspek syariah dan aspek manajerial. Adapun (2) komisi pengawa merupakan pengawas internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Sedangkan (3) badan pelaksana berfungsi sebagai pelaksana pengelolaan zakat. 2. Lembaga Amil Zakat Lembaga zakat sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang zakat merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat. Lembagalembaga ini merupakan bentukan baik dalam lingkup regional maupun nasional. Banyak lembaga amil zakat yang dibentuk oleh organisasi politik, lembaga takmir masjid, pesantren, media massa, bank dan lembaga keuangan kemasyarakatan. Tiap lembaga zakat memiliki struktur organisasi yang berbeda-beda. C. Kajian Ulama Fiqh Tentang Lembaga Amil Zakat Pada prinsipnya zakat adalah kewajiban yang unik jika dibandingkan dengan shadaqoh dan infak serta wakaf. Keunikan itu tidak hanya tercermin dari nilai persentasenya atau pun ukuran wajib zakatnya. Akan tetapi, yang berhak menerima zakat pun adalah orang atau golongan tertentu.

5 Di dalam Al-Qur an surat at- Taubah ayat 60 secara jelas merupakan dalil yang menentukan para penerima zakat. Dalam ayat tersebut terdapat delapan golongan yang menjadi wajib sasaran zakat. Golongan yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah: (1) fakir, (2) miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) muallaf, (5) budak, (6) orang yang berutang, (7) fisabilillah, (8) musafir. Kedelapan golongan inilah yang merupakan sasaran lembaga amil zakat untuk menyalurkan dana zakat yang dikumpulnya. Pada perkembangan masa sekarang, di setiap Negara paling tidak hanya ada empat kelompok penerima wajib zakat, yaitu: fakir, miskin, orang yang berutang, dan orang yang sedang dalam perjalanan. Kajian seputar pandangan para ulama tentang sasaran orang yang berhak menerima zakat ini ditunjukkan oleh table di bawah ini (disarikan dari Zuhayly, 2000). Tabel 1 Kajian Fiqh Seputar Zakat Keterangan Mazhab Syafi i Mazhab Hanafi Mazhab Maliki Mazhab Hambali Sasaran pembagian zakat Zakat fitrah boleh Membolehkan Sama dengan Hanya satu kepada kelompok yang untuk satu orang hanya kepada satu Hanafi kelompok delapan fakir atau miskin kelompok atau orang saja di antara delapan kelompok Selain kelompok delapan Tidak boleh Tidak boleh Tidak boleh Tidak boleh Besar Zakat yang Boleh diberikan Tidak Boleh saja Sama dengan diberikan kepada kepada fakir dan mengehendaki diberikan Syafi i. penerimanya. miskin sebesar jika satu orang sebesar satu keperluan untuk diberi sebesar satu nishab. memenuhi hajatnya. nishab zakat, akan tetapi di bawah itu boleh. Mewakilkan orang lain Boleh dengan Boleh dengan Boleh dengan Boleh dengan

6 untuk membagikan zakat syarat ada niat syarat ada niat syarat ada niat syarat ada niat dari orang yang dari orang yang dari orang yang dari orang mewakilkan. mewakilkan. mewakilkan. yang mewakilkan. Hal-hal di atas merupakan permasalahan fiqh yang terjadi pada penyaluran zakat oleh lembaga amil zakat. Akan tetapi, permasalahan kontemporer yang menjadi sorotan belakangan ini adalah penyaluran zakat dalam bentuk zakat produktif. Sepanjang penelusuran kami, permasalahan ini belum kami temukan kajian dari keempat ulama mazhab fiqh yang tersebut dalam table di atas. Baik itu yang berupa melarang maupun yang membolehkan. Akan tetapi, beberapa pendapat menyebutkan bahwa pemberian modal kepada perorangan/kelompok dalam bentuk zakat produktif, amil (lembaga amil zakat) harus mempertimbangkan dengan matang kriteria orang tersebut. hal-hal yang mampu dianalisa seperti kemampuan orang yang mengolah dana yang diberikan sehingga pada suatu saat nanti ia tidak lagi bergantung pada zakat, dan apabila dikelola dengan pengawasan amil zakat, maka hal ini boleh-boleh saja. Karena pada akhirnya nanti tujuan yang diharapkan adalah menjadikan mustahik menjadi muzakki baru yang dapat mengalirkan dana zakat yang baru (Hasan, 2003). D. Eksistensi Dan Prospek Lembaga Amil Zakat 1. Eksistensi Lembaga Amil Zakat Secara ekplisit seperti yang dikemukakan pada bahasan sebelumnya, bahwa zakat merupakan perintah Allah yang tertera di dalam Al-Qur an, yang keberadaannya tidak dapat disangkal atau pun dipertanyakan. Perintah itu jelas mengumandangkan bahwa setiap muslim yang sudah terkena nishab zakat wajib mengeluarkannya sebagai wujud pembersihan harta atas rezeki yang dilimpahkan kepadanya. Namun, meski perintah ini sudah merupakan kewajiban

7 mutlak, akantetapi tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar zakat masih sangat minim. Untuk itulah al-qur an tidak melarang dan bahkan lebih memberikan peluang agar pengumpulan zakat dilakukan melalui sebuah lembaga yang diatur oleh pemerintah. Indonesia sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia juga telah menerapkan pengumpulan dan pengelolaan dana zakat secara melembaga maupun dalam bentuk badan organisasi. Hal ini tercantum dalam Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat di Indonesia terdiri atas dua kelompok institusi, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat (Sudarsono, 2007). Lahirnya undang-undang ini memberikan angin segar terhadap tumbuhnya LAZ-LAZ yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Sejak keluarnya undang-undang tersebut, di Indoneisa terdapat 18 LAZ nasional yang mendapat pengukuhan Menteri Agama. LAZ itu, yakni (1) Dompet Dhuafa, (2) Yayasan Amanah Takaful, (3) Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), (4) Yayasan Baitul Maal Muamalat, (5) Yayasan Dana Sosial Al Falah, (6) Yayasan Baitul Maal Hidayatullah, (7) LAZ Persatuan Islam (PERSIS), (8) Yayasan Baitul Maal Ummat Islam (BAMUIS) PT BNI (persero) tbk, (9) LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, (10) LAZ Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (11) LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, (12) LAZIS Muhammadiyah, (13) LAZ Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), (14) LAZ Yayasan Dopet Sosial Ummul Quro (DSUQ), (15) LAZ Baituzzakah Pertamina (BAZMA), (16) LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPUDT), (17) LAZ Nahdlatul Ulama (NU), dan (18) LAZ Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI). Melihat tumbuh dan berkembangnya LAZ ini memang turut memberikan rasa bangga dan gembira bagi bangsa ini. Karena selain LAZ yang tersebut di atas, masih banyak terdapat LAZ-LAZ lain yg

8 dibentuk oleh masyarakat baik di kota maupun di daerah yang menurut Forum Zakat jumlahnya mencapai 500 lembaga (mengutip dari Hamid yang diambil dari Republika, 5/2/2007). Hadirnya lembaga zakat yang bak jamur di musim hujan ini memberikan indikasi bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam membayar zakat semakin tinggi. Di lain pihak masyarakat mulai menerima dan percaya akan adanya lembaga pengumpul dan pengelola zakat dan mulai meninggalkan tradisi lama membayar zakat dari tetangga ke tetangga. Menurut Adi Warman Karim peristiwa menjamurnya LAZ-LAZ di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikan itu tercermin dalam berbagai hal, seperti: a) Semangat menyadarkan umat Hadirnya lembaga amil zakat memiliki tujuan untuk menjadi penggerak dalam penyadaran umat akan pentingnya berzakat. Bukan tanpa alasan karena potensi zakat yang besar pada kenyataannya belum terhimpun secara optimal. Di lain pihak para wajib zakat masih belum memiliki kesadaran akan pentingnya membayar zakat. Indonesia bukan negara Islam yang menerapkan hukum memerangi bagi mereka yang membangkang untuk membayar zakat. Maka jika negara tidak berkenan menjadi otoriter untuk pengumpulan zakat, tugas da i dan amil zakat selaku pihak yang lebih memahami tentang pentingnya berzakat harus menjadi motor untuk penyadaran ini. b) Semangat melayani secara professional Lembaga zakat yang muncul akhir-akhir ini memang merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi para muzakki. Hal ini dikarenakan para muzakki dapat menyalurkan zakatnya melalui lembaga tersebut sehingga tersalur pada orang yang tepat menerimanya. Semangat melayani secara profesional ini

9 tergambar dari kepuasan muzakki atas pelayanan yang diberikan beberapa amil zakat. Dengan transparansi pelaporan dan penyaluran yang tepat sasaran, serta program-program unik dalam pemberdayaan masyarakat membuat muzakki merasa puas dan semakin gemar untuk berzakat. Akan tetapi, semangat profesionalisme crew zakat itu masih didominasi oleh LAZ LAZ besar, seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat Indonesia, DPU-DT, YDSF, Al Azhar, dan LAZ besar lainnya. c) Semangat berinovasi untuk membantu mustahik Setiap LAZ-LAZ besar, saat ini banyak memiliki programprogram unik dalam memikat hati muzakki. Program unik inilah yang membuat muzakki luluh hatinya menyerahkan dananya kepada LAZ itu. Ambillah contoh Dompet Dhuafa dengan Warung Ukhuwah-nya, DPU-DT dengan Misykat-nya, Rumah Zakat Indonesia dengan Super Qurban-nya, dan program unik lain dari LAZ-LAZ yang tidak kalah inovatifnya. Hal itu semuanya berujung pada semangat LAZ dalam memberdayakan umat. Inovasi inilah yang perlu dicatat sebagai keunikan tersendiri, karena tidak semua LAZ di negara-negara lain bisa berkreasi sedemikian rupa seperti halnya terjadi di Indonesia. Mungkin seandainya pemerintah turut campur tangan terhadap seluruh pengelolaan zakat, infak dan sedekah (ZIS), mungkin inovasi dan kreasi produk ZIS dari LAZ kita tidak seinovatif dan sekreatif saat ini. d) Semangat Memberdayakan Masyarakat Hadirnya lembaga zakat di berbagai daerah, di masjidmasjid, dan bahkan lembaga pemerintah/swasta memberikan gambaran bahwa nilai sosial masyarakat negara ini masih terpelihara dengan baik. Artinya bahwa masyarakat kita masih menjunjung tinggi arti pentingnya kepedulian untuk sesama.

10 Pemaparan Karim di atas tentang eksistensi LAZ di Indonesia saat ini memang memberikan gambaran cita-cita mulia dari lembaga zakat itu sendiri. Akan tetapi, suatu hal yang patut dipertanyakan adalah, apakah cita-cita mulia ini sudah tercapai dan terwujud? Pertanyaan itu timbul didasari atas peristiwa yang sangat fenomenal yaitu tragedi penyaluran zakat di daerah Pasuruan 15 Desember 2008 silam yang sampai menelan korban jiwa. Kejadian ini memberikan dugaan dan pandangan dari berbagai kalangan. Sebagian pendapat mengemukakan bahwa peristiwa itu mencerminkan betapa tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia. Beberapa pendapat menyalahkan ketidak siapan aparat dalam mengamankan pembagian zakat. Sedangkan pendapat lainnya adalah bahwa kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap amil zakat. Dalam konteks pengelolaan zakat peristiwa di atas memberikan gambaran bahwa kinerja amil zakat belum optimal baik dalam menggali potensinya yang besar maupun dalam mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Karena bagaimanapun keberadaan amil zakat di Indonesia masih tergolong muda dan masih mencari bentuk format pengelolaan yang lebih baik dari segi yuridis, formal maupun organisasi zakat itu sendiri ( 2. Prospek Lembaga Amil Zakat Sebelum masuk pada pembahasan peospek lembaga amil zakat, ada baiknya pembahasan akan prospek zakat bagi perekonomian diungkapkan terlebih dahulu. Terkait dengan hal itu, zakat merupakan instrument public yang mempengaruhi sisi demand ekonomi. Secara teoritis, pendistribusian zakat akan mengakibatkan naiknya daya beli masyarakat mustahik yang pada akhirnya akan meningkatkan kurva permintaan melalui agregat demand (Sakti, 2007). Akan tetapi, secara jangka pendek akan meningkat harga. Namun, peningkatan harga itu otomatis akan meningkatan revenue

11 produsen. Dan jika diasumsikan kenaikan harga ini diketahui semua pelaku pasar, dengan demikian akan mengundang pelaku pasar baru. Implikasinya harga akan terkoreksi. Turunnya harga ini tidak serta-merta akan menurunkan kuantitas produksi keseimbangan. Akan tetapi tetap meningkat. Inilah kemudian yang menunjukkan bahwa zakat mendorong pertumbuhan ekonomi. Lebih lengkap ditunjukkan oleh kurva di bawah ini (Sakti, 2007): P 1 S0 P2 P1/P3 2 S1 D0 D1 0 Q1 Q2 Q3 Q Sumber: Sakti, 2007 Dari penjelasan di atas terlihat bahwa zakat berpotensi sebagai pendorong laju pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, tentunya potensi itu harus disertai dengan pengumpulan dana zakat yang optimal. Maka di sinilah peran lembaga amil zakat dibutuhkan. Sebagai satusatunya lembaga pengelola yang disebutkan dalam al-qur an, lembaga amil zakat memiliki prospek yang cerah untuk meningkatkan kesejahteraa kaum dhuafa. Seperti yang dituliskan Adiwarman Karim, prospek itu didorong oleh fator-faktor sebagai berikut: 1. Potensi Penghimpunan Dana Zakat Yang Besar

12 Berdasarkan rilisan dari hasil penelitian PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Centre), potensi dana zakat di Indonesia yang populasinya 87% muslim, sangat besar hingga mencapai 9,09 trilliun rupiah tahun Nilai ini meningkat pesat dibandingkan tahun 2004 yang hanya berpotensi 4,45 trilliun rupiah. Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Alfath bahwa potensi zakat Indonesia mencapai 20 trilliun rupiah per tahun. Akan tetapi, yang baru tergali baru Rp 500 miliar per tahun (Karim, 2009). Terlepas dari berapapun nilainya, kedua hasil survei tersebut memberikan gambaran bahwa potensi itu bukanlah angka yang kecil.jika semua potensi itu dapat terkumpul dan dikelola oleh lembaga amil zakat yang propesional dan amanah, maka bukan mustahil tingkat kesejahteraan rakyat miskin dapat diperbaiki. 2. Regulasi Yang Mulai Mendukung Sejak bergulirnya era reformasi, regulasi zakat pun menemukan momentumnya. Jika sebelumnya hanya bersifat instruksi dan keputusan menteri, akhirnya Indonesia memiliki payung hukum tentang zakat, di mana dengan keluarnya Undang- Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pada tanggal 23 September Infrastruktur IT Yang Menunjang Perkembangan teknologi di masa sekarang memberikan efek yang luar biasa bagi setiap aktifitas kehidupan. Hadirnya inovasi-inovasi teknologi baru yang memudahkan, seperti internet dan lain sebagainya, memberikan kemudahan yang berarti. Jika lembaga amil zakat mampu menerapkan teknologi ini, maka profesionalsime dan kecekatan lembaga amil tersebut akan semakin efektif. 4. Tingkat kesadaran yang semakin meningkat.

13 Survei PIRAC melaporkan tingkat kesadaran muzakki meningkat dari 49,8% di tahun 2004 menjadi 55% di tahun Hal ini berarti dalam kurun waktu 3 tahun terjadi peningkatan sebesar 5,2% kesadaran berzakat dalam masyarakat, jika 5,2% itu dikalikan dengan populasi muzakki di Indonesia, maka terdapat lebih dari 29 juta keluarga sejahtera yang akan menjadi warga sadar zakat. Sedangkan saat ini, diperkirakan hanya ada sekitar juta muzakki yang membayar zakat via LAZ, berarti masih ada lebih dari separuh potensi zakat yang belum tergarap oleh LAZ (Karim, 2009). E. Kendala Dan Strategi Pengembangan Lembaga Amil Zakat Meskipun begitu besar prospek yang dapat diambil dari pengumpulan dana zakat oleh Lembaga Amil Zakat, namun dalam kenyataannya masih sedikit dana zakat yang terkumpul. Hal ini dikarenakan masih banyak kendala-kendala yang menghambat pengumpulan dana zakat tersebut. Di samping itu strategi-strategi yang harus dilakukan oleh lembaga amil zakat juga perlu ditingkatkan, agar potensi zakat yang besar itu dapat terkumpul dan tersalurkan secara optimal. 1. Kendala Atau Kelemahan Pengumpulan Dana Zakat Ada tiga aspek yang menjadi kendala bagi LAZ- LAZ di Indonesia dalam pengumpulan dana zakat, yaitu: a. Aspek Sosiologis. 1) Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang membayar zakat 2) Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap amil zakat. 3) Masih menggunakan cara lama atau tradisional. b. Aspek Manajemen Institusi Zakat

14 1) Adanya dualisme institusi pengelolaan zakat (BAZ dan LAZ). 2) Kelemahan dalam penerapan prinsip manajemen organisasi. 3) Rendahnya penguasaan teknologi oleh institusi zakat. c. Aspek Hukum (Yuridis) 1) Undang-undang tentang pengelolaan zakat no. 38 tahun 1999 berpotensi menghambat pengembangan zakat mengingat substansinya tidak tegas dalam mengatur fungsi regulator, pengawas dan operator. 2) Dalam undang-undang tersebut zakat hanya digunakan sebagai pengurang laba/pendapatan kena pajak dari wajib pajak. 2. Strategi Pengembangan Lembaga Amil Zakat Untuk dapat menanggulangi kendala yang disebutkan di atas maka strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah (Sudarsono, 2007); 1) Perlunya pensosialisasian zakat bukan pada wilayah keagamaan saja. 2) Memahamkan zakat tidak hanya sekedar pendekatan agama tetapi juga ekonomi, sosial, budaya, dan politik. 3) Pentingnya kordinasi antar sesama lembaga zakat sehingga akan meningkatkan kinerja masing-masing yang pada akhirnya memberikan pandangan baik bagi masyarakat, sehingga kepercayaan masyarakat kembali timbul terhadap lembaga zakat. 4) Revisi undang-undang zakat no.38 tahun 1999.

15 F. Penutup Pemaparan di atas memberikan gambaran bagaimana zakat bisa berpotensi sebagai solusi untuk mengatasai kesenjangan ekonomi yang terjadi di negara Indonesia. Begitu besar potensi zakat yang bisa digunakan sebagai penopang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin yang selalu menjadi momok menakutkan bagi negara. Akan tetapi, potensi yang besar itu pada saat sekarang masih belum bisa dioptimalkan secara efektif dan efisien. Meskipun pertumbuhan lembaga-lembaga zakat meningkat drastis, namun perjalanannya masih membutuhkan pengkajian ulang atas programprogram yang direncanakan. Pembenahan terhadap organisasi lembaga zakat masih sangat diperlukan, agar harapan potensi besar akan dana zakat itu dapat terkumpul secara optimal sehingga disalurkan untuk menanggulangi tingkat kesejahteraan kaum miskin di negara Indonesia. Namun, terlepas dari itu semua uluran tangan pemerintah baik dalam bentuk undang-undang yang baku sangat diperlukan guna mewujudkan tujuan mulia ini. Sekalipun undang-undang zakat telah dibentuk, namun masih dirasakan setengah hati dan perlu adanya revisi yang lebih mempertajam posisi pentingnya dana zakat bagi negara.

16

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarahnya pengelolaan zakat di negara Indonesia sebelum tahun 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada tahun 90-an belum

Lebih terperinci

Pedoman Pengajuan. Lembaga Zakat Terdaftar

Pedoman Pengajuan. Lembaga Zakat Terdaftar Pedoman Pengajuan Lembaga Zakat Terdaftar Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015 Pedoman Pengajuan Lembaga Zakat Terdaftar Dodik Siswantoro Sri Nurhayati 2015 Pedoman Pengajuan Lembaga Zakat Terdaftar Copyright

Lebih terperinci

FENOMENA UNIK DI BALIK MENJAMURNYA LAZ (LEMBAGA AMIL ZAKAT) DI INDONESIA

FENOMENA UNIK DI BALIK MENJAMURNYA LAZ (LEMBAGA AMIL ZAKAT) DI INDONESIA Fenomena Unik Di Balik Menjamurnya LAZ (Lembaga Amil Zakat) Di Indonesia FENOMENA UNIK DI BALIK MENJAMURNYA LAZ (LEMBAGA AMIL ZAKAT) DI INDONESIA IR. H. ADIWARMAN A. KARIM, SE, MBA, MAEP 1 & A. AZHAR SYARIEF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat dan Infaq mempunyai peranan sangat besar dalam meningkatan kualitas kehidupan sosial masyarakat kurang mampu. Hal ini disebabkan karena zakat dan Infaq

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius yang menyangkut dimensi kemanusiaan. Kemiskinan tetap merupakan masalah yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasional bangsa di Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental spiritual, antara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat bagi seorang muslim merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam. Melaksanakan zakat adalah kewajiban semua muslim yang telah memenuhi syarat-syarat untuk berzakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam satu dekade atau lebih, pada tahun-tahun terakhir ini atau pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam satu dekade atau lebih, pada tahun-tahun terakhir ini atau pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade atau lebih, pada tahun-tahun terakhir ini atau pada masa-masa akhir pemerintahan orde baru, terjadi peningkatan semangat masyarakat beragama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan dengan nilai ketuhanan saja namun berkaitan juga dengan hubungan kemanusian yang bernilai

Lebih terperinci

PER - 15/PJ/2012 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-33/PJ/2011 TENTANG BADAN/LEMB

PER - 15/PJ/2012 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-33/PJ/2011 TENTANG BADAN/LEMB PER - 15/PJ/2012 PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-33/PJ/2011 TENTANG BADAN/LEMB Contributed by Administrator Monday, 11 June 2012 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PEMBAYARAN ZAKAT MELALUI LAYANAN MOBILE-ZAKAT (M-ZAKAT) MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DIAN NOVITA Fakultas Hukum, Universitas Wiraraja Sumenep dianovita79@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi di sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam dan mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Indonesia, merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paket kebijakan tentang percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada 8 Juni 2007 telah diterbitkan oleh pemerintah.

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam hal operasional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT DESKRIPSI MASALAH Terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan (filantropi) dalam konteks masyarakat Muslim. Zakat merupakan kewajiban bagian dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesungguhnya seluruh kebutuhan manusia telah diciptakan Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu khawatir lagi tidak akan memperoleh bagian rezeki. Namun, pada

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam hal operasional penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam memiliki instrumen penting yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro. xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan zaman secara global yang cepat dan karena kemajuan era teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk besar yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, dimana dalam ajaran Islam terdapat perintah yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu Negara ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya harus mengupayakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang. Perkembangan ekonomi islam telah menjadikan islam sebagai satu-satunya solusi masa depan. Hal ini di tandai dengan semakin banyak dan ramainya kajian akademis serta

Lebih terperinci

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Misalnya: a. Usaha apotek; b. Rumah makan; c. Toko *) dapat bersifat final apabila memiliki peredaran bruto tertentu (PP No. 46 Tahun 2013) Penghasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara dunia ketiga atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Di Indonesia kemiskinan masih menjadi isu utama pembangunan, saat ini pemerintah masih belum mampu mengatasi kemiskinan secara tuntas. Hingga tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam merupakan salah satu ajaran agama yang begitu kompleks dan universal. Kompleksitas ajaran dalam agama Islam tersebut mencakup berbagai lini kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat penting, karena dalam pandangan Islam setiap individu harus secara layak di tengah

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Program Studi Muamalah (Syariah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Wakaf diambil dari kata waqafa, menurut bahasa berarti menahan atau berhenti. Dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat (AS) sekalipun. Ternyata tercatat 15 juta tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam dibangun di atas lima pilar yang terangkum dalam rukun Islam. Zakat yang merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam tersebut tidak seperti shalat ataupun puasa

Lebih terperinci

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat 143 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep fiqh al-awlawiyyah pada prioritas kebutuhan mustahik dalam distribusi zakat terbagi menjadi dua metode dalam penetapan skala prioritasnya. Adapun metode pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan perkataan Ketua Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan Jurnalis dan sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Zakat dalam ajaran Islam menduduki posisi yang penting dan strategis karena zakat tidak saja menjadi rukun (pilar) Islam yang ketiga dari rukun Islam yang

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa kesadaran keagamaan masyarakat telah mendorong peningkatan jumlah pembayar zakat, yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amalan wakaf sangat besar artinya bagi kehidupan sosial ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo) PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan zakat cukup tinggi, beberapa tahun terakhir ini, sebagai fakta bahwa 80% dari 220 juta penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Ditulis oleh Prof. Dr. DUSKI SAMAD, M.Ag./ Dekan dan Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang Rabu, 06 Agustus :11

Ditulis oleh Prof. Dr. DUSKI SAMAD, M.Ag./ Dekan dan Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang Rabu, 06 Agustus :11 MELEMBAGAKAN KEDERMAWANAN Sedih, malu, dan kasihan melihat dan menyaksikan antrian, desakan dan saling dorong ratusan orang untuk mendapatkan sedekah, zakat ataupun sumbangan dari orang-orang yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta menjadi unsur dari rukun Islam. Zakat merupakan pilar utama dalam Islam khususnya dalam perannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan zakat itu berlaku bagi setiap muslim yang dewasa, merdeka, berakal sehat, dan telah memiliki harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya lembaga filantropi di dalam memberdayakan usaha mikro agar dapat menjadikan manusia yang produktif melalui peran penyaluran dana ZIS yang telah dikumpulkan.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT. 3.1 Sejarah Singkat Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT. 3.1 Sejarah Singkat Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT 3.1 Sejarah Singkat Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia Pengelolaan zakat di Indonesia sebelum tahun 90-an memiliki beberapa ciri khas, seperti diberikan langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zakat menurut terminologi merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah disebutkan di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur penegak syariat Islam. Umat Islam di Indonesia, disamping memiliki potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin yang mampu diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya yang notabenenya adalah hak orang lain. Zakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama perusahaan adalah melakukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan suatu langkah yang direncanakan produsen sebelum produk dihasilkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 164, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh makhluk. Menurut (Wijaya, 2014) Al-quran meyakinkan bahwa sumber daya itu tersedia

Lebih terperinci

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam ajaran Islam terdapat hal-hal yang berkaitan dengan aspek ekonomi yang bersifat solutif, dengan menjadikan zakat, infaq, wakaf, dan sedekah sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Sejarah dan Perkembangan LAZISMU Pekanbaru. tidak bisa bangkit dalam hidupnya padahal jika kita mau sungguh-sungguh

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Sejarah dan Perkembangan LAZISMU Pekanbaru. tidak bisa bangkit dalam hidupnya padahal jika kita mau sungguh-sungguh BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah dan Perkembangan LAZISMU Pekanbaru Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Pekanbaru didirikan sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi umat Islam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek ruhiyah harus senantiasa dimiliki oleh manusia dalam menjalani setiap aktivitasnya, yaitu kesadaran akan hubungannya dengan Allah Yang Maha Menciptakan. Manifestasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA A. Analisis Mekanisme Pendayagunaan Dana Wakaf Masjid dan Wakaf Qur an di YDSF Surabaya Nāżir merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang sebenarnya telah berlangsung lama dalam kehidupan manusia. Kemiskinan merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan salah satu rukun islam yang wajib ditunaikan oleh umat muslim atas harta kekayaan seorang individu yang ketentuannya berpedoman pada Al-Qur an

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. Ketika itu tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi dan sosial yang baik tanpa bergantung kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi dan sosial yang baik tanpa bergantung kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat menjadikan setiap insan harus mampu sebaik mungkin memanfaatkan waktunya agar dapat bertahan hidup dengan ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG A. Analisis Pengelolaan Wakaf Uang Baitul Maal Hidayatullah Semarang menurut hukum positif Dengan lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Kemiskinan ini sudah ada sejak lama dan telah menjadi kenyataan dalam kehidupan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan sekarang ini merupakan salah satu isu penting di Indonesia, terutama setelah Indonesia dilanda krisis moneter yang terjadi pada periode tahun 1997-1999.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam Islam. Zakat disebutkan dalam Alquran sebanyak 35 kali, yang dalam 27 diantaranya penggunaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT A. Analisis Wakaf Uang Di KSPPS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Jawa Timur Cabang Babat Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Istutik (2013) meneliti mengenai penerapan standar akuntansi Zakat Infak/Sedekah (PSAK: 109) pada pertanggungjawaban keuangan atas aktivitas penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA A. Analisis Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama Terhadap Keberhasilan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 23 SERI E.23 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga zakat adalah lembaga yang berada ditengah-tengah publik sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) dalam

Lebih terperinci

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dana zakat harus didukung dengan peranan amil yang profesional agar dampak zakat secara sosial ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat. Di Indonesia,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR 3.1 Sejarah Singkat Kantor UPZ Kecamatan Tanggeung BAZ kabupaten Cianjur asal mulanya adalah Lembaga Kesejahteraan Umat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA A. Analisis Manajemen Penghimpunan, Pengelolaan serta Pendistribusian Dana Sosial pada Yayasan Al-Jihad Surabaya Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat. Rendahnya taraf perekonomian nyatanya juga dialami oleh masyarakat muslim pada masa awal. Persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan data statistik pada tahun 2014 baik di kota maupun di desa sebesar 544.870 jiwa, dengan total persentase

Lebih terperinci

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek 130 BAB V PEMBAHASAN A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah dan Al-Haromain

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa perkembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan khususnya masyarakat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Zakat merupakan ibadah yang menandakan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT, ibadah zakat mengandung dua dimensi, yaitu dimensi vertikal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LAZISMU PEKANBARU. A. Sejarah Singkat Berdirinya Lazismu Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LAZISMU PEKANBARU. A. Sejarah Singkat Berdirinya Lazismu Pekanbaru BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LAZISMU PEKANBARU A. Sejarah Singkat Berdirinya Lazismu Pekanbaru Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Pekanbaru didirikan sebagai bentuk keprihatinan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat merupakan ibadah yang mengandung 2 dimensi, yaitu dimensi hablumminallah dan hablumminannas 1. Zakat dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN PEMBIAYAANNYA DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHID (DPU-DT) CABANG SEMARANG A. ANALISIS PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem yang terdapat pada sebuah perusahaan atau badan usaha baik yang mencari laba maupun nirlaba yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 34 UUD 1945 menyatakan: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Ketentuan pasal tersebut mengamanatkan kepada Negara untuk memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Hasbi Ramli (2005 : 56 ), Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan

Lebih terperinci

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Zakat dan Infak Sedekah a. Zakat Dari segi bahasa, zakat berarti tumbuh, bersih, berkah, berkembang dan baik. Sedangkan dari segi istilah, zakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang El-Zawa UIN Maliki Malang merupakan lembaga pusat kajian zakat dan wakaf dan merupakan sebuah unit khusus di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang,

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG :

Lebih terperinci

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang PENGELOLAAN ZAKAT Kementerian Agama Republik lndonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah menjadi isu utama pembangunan diberbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah memporak-porandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia Secara demografi mayoritasnya beragama Islam dan setiap muslim mempunyai kewajiban untuk membayar zakat. Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga,

Lebih terperinci