GAMBARAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN BB DAN TB BERDASARKAN KARAKTERISTIK KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA TIMUR PROVINSI ACEH TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN BB DAN TB BERDASARKAN KARAKTERISTIK KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA TIMUR PROVINSI ACEH TAHUN"

Transkripsi

1 GAMBARAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN BB DAN TB BERDASARKAN KARAKTERISTIK KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA TIMUR PROVINSI ACEH TAHUN 2015 Nurainun 1, Fitri Ardiani 2, Etti Sudaryati 2 1) Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2) Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, nadhirah2010.nq@gmail.com ABSTRACT There are any cadre of Posyandu who have not skill in measurement of weight and high of body of child under five in dacin balancing before weighing the child under five. This is influenced by any factors such as education, knowledge, duration to be a cadre and training followed by the cadre. This research aims to study an overview of skill of cadre in measure the weigh and high of body of child under five in Posyandu in the work area of Puskesmas Langsa Timur Province of Aceh. This research is a descriptive study by moment observation study. The data was collected by interview and observation when implement the Posyandu activities. Based on the research indicated that the skill of cadre in measurement of weight and height of child body under five was in poor skill category for 59 cadres (62.1%). The higher education was in the category of graduate of senior high school (SMA) for 46 cadres (48.4%). The cadre who has skill in measurement of weight and height of body with graduation of DIII/S1 is 11 persons (84.62%). More of cadres have poor knowledge about the measurement of weight and height of body for 41 cadres (43.2%). The cadres who have skill in measurement of weight and height of body with good knowledge were 15 persons (60%). The cadres who never follow any training were 70 cadres (73.7%). The cadres who have skill in measurement of weight and height of body are cadres who have follow training for 24 persons (96%). More of cadres with the duration time to be cadres were > 3 years for 49 cadres (51.6%). The cadre who has skill in measurement of weight and height of body and has to be cadre during > 3 years was 23 persons (46.94%). It is suggested that Puskesmas design and hold training for cadres periodically to minimize the error in measurement that influence the nutrition status of child under five. Keywords : Characteristic of cadre, Skill of cadre in measurement of weight and Height of body PENDAHULUAN Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi anak. Disebutkan bahwa sekurangnya 80% balita disetiap kabupaten/kota di timbang setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita tersebut tumbuh sehat. Soekirman (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Namun demikian dari hasil penelitian Satoto dkk (2002) menunjukkan bahwa sekitar 35% desa di Indonesia masih melaksanakan Posyandu sampai sekarang dan sebagian masyarakat miskin masih menggunakan Posyandu sebagai tempat pelayanan kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa Posyandu masih mempunyai peran penting sebagai forum kegiatan masyarakat. Seperti dikemukakan diatas 1

2 bahwa operasional Posyandu tidak lepas dari adanya kader Posyandu yang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu di 5 (lima) meja yang ada telah ditetapkan. Berdasarkan penelitian UNICEF (2002) bahwa tingkat ketelitian kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3%. Rendahnya ketelitian dan keterampilan kader dalam melakukan penimbangan berat badan balita mungkin disebabkan oleh banyak faktor, seperti : pelaksanaan prosedur penimbangan, pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah pelatihan yang diikuti dan frekuensi penimbangan yang dilakukan (Dodinofria, 2008). Kondisi alat timbang di Posyandu yang tidak dikalibrasi atau ditera ulang akan menyebabkan ketidak akuratan hasil penimbangan. Ketelitian dan keterampilan kader Posyandu untuk melaksanakan penimbangan sangat penting, kerana hal ini menyangkut status gizi balita. Di samping itu kurangnya latihan atau penyegaran kader serta kurangnya pembinaan kader dari petugas Puskesmas menyebabkan kurangnya keterampilan kader dalam melaksanakan tugasnya. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak akurat artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi buruk dan sebaliknya (Helen, 2009). Di Asia, angka kejadian stunting tinggi yaitu sekitar 36% dengan prevalensi kejadian tertinggi berada di kawasan Asia Selatan. Di Asia Selatan setengah dari jumlah total anak dibawah 5 tahun mengalami stunting (UNICEF, 2010). Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2 %, sementara wasting (kurus) menurun dari 13,6 % menjadi 12,1 %. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Data yang diperoleh dari petugas gizi Puskesmas Langsa Timur pada tahun 2014 dari 1423 balita terdapat 157 balita (11,03%) yang mengalami status gizi pendek (stunting), 95 balita (60,51%) berjenis kelamin laki-laki dan 62 balita (39,49%) berjenis kelamin perempuan. Dari 157 balita yang mengalami stunting tersebut ternyata setelah dilakukan pemantauan yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas Langsa Timur terdapat ketidaksesuaian dalam melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dilakukan oleh kader Posyandu, kesalahan alat pengukuran tinggi badan yang seharusnya menggunakan microtoice, namun dilakukan dengan menggunakan pita cm yang digunakan oleh penjahit pakaian, ketidaksesuaian yang lain yaitu tata cara penimbangan berat badan dengan menggunakan dacin yang dilakukan tidak sesuai dengan prosedur misalnya pada pengukuran berat badan balita dengan menggunakan dacin kader tidak menyeimbangkan jarum dacin dengan menggunakan pasir atau batu kerikil yang dimasukkan kedalam plastik yang diikatkan diujung batang dacin terlebih dahulu sehingga sering kali terdapat pengukuran yang tidak sesuai. Dari survey awal pada 10 kader ternyata mayoritas kader berpendidikan SMP yaitu 6 kader (60%), 5 kader (50%) berpengetahuan cukup tentang pengukuran BB dan TB, dan 4 kader (40%) sudah lama berpengalaman menjadi kader, namun penimbangan dan pengukuran yang dilakukan masih belum benar sehingga mempengaruhi ketepatan dan ketelitian hasil pengukuran. Hal ini akan mengakibatkan kesalahan dalam menilai 2

3 status gizi sehingga terjadi kesalahan dalam perencanaan program selanjutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study yaitu antara variabel dependen dan independen diukur dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur Kota Langsa yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur yang berjumlah 95 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik total sampling, yaitu yang menjadi sampel penelitian adalah seluruh kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur yang berjumlah 95 orang. Berdasarkan Notoadmodjo (2003), langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating. Data dikumpulkan secara manual kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Kader Penelitian dilakukan pada kader Posyandu yang berjumlah 95 kader. Adapun karakteristik kader meliputi umur kader, pendidikan kader, pengetahuan kader, pelatihan yang pernah diikuti kader dan lama menjadi kader. Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur dapat diketahui bahwa keterampilan kader dalam kegiatan pengukuran BB dan TB balita lebih banyak pada kategori tidak terampil, yaitu sebesar 59 kader (62,1%) yang menunjukkan bahwa kegiatan pengukuran BB dan TB balita di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur belum terlaksana dengan maksimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi keterampilan kader dalam melakukan pengukuran BB dan TB pada balita di Posyandu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur No Keterampilan Kader n % 1 Terampil 36 37,9 2 Tidak Terampil 59 62,1 Jumlah Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Penggunaan Dacin Gambaran keterampilan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur digunakan analisis deskriptif berdasarkan pengamatan dalam lembar chek list. Hasil pengamatan untuk item no.1,4,7,9 semua kader (100%) melakukannya dengan benar. Kondisi ini termasuk kedalam kategori terampil. Artinya bahwa keterampilan kader tentang cara penggantungan dacin sudah benar yaitu dilakukan dengan cara menggantungnya ditempat yang kokoh, kader sudah memasang sarung / kotak timbang yang kosong pada dacin, keterampilan kader tentang cara membaca hasil penimbangan sudah benar yaitu dengan membaca BB balita dengan melihat angka diujung bandul geser, dan juga semua kader mengembalikan bandul ke angka nol dan mengeluarkan balita dari sarung/kotak timbang setelah selesai penimbangan. Sementara itu untuk hasil pengamatan item no.8 semua kader yaitu 95 kader (100%) tidak melakukan dengan benar artinya bahwa semua kader tidak ada yang mencatat hasil penimbangan di kertas/buku bantu dalam kg dan ons, kader 3

4 hanya menyuruh ibu balita mengingat berapa hasil timbangan balitanya sebelum dituliskan ke buku register penimbangan balita. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi kader menurut keterampilan berdasarkan penggunaan dacin dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Penggunaan Dacin No Proses yang diamati n % Menimbang balita dengan menggunaan dacin 1 Mengatur penggantungan dacin pada tempat yang kokoh Menggantung dacin dan mengatur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang 6 6,32 3 Memastikan bandul geser berada pada angka NOL dan paku tegak lurus 7 7,37 4 Memasang sarung/celana/kotak timbang yang kosong pada dacin Menyeimbangkan dacin dengan memberi kantong plastik berisikan pasir/batu diujung batang dacin sampai kedua jarum tegak lurus 12 12,63 6 Memasukkan balita kedalam sarung timbang dengan pakaian seminimal mungkin dan menggeser bandul sampai jarum tegak lurus 11 11,58 7 Membaca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser Mencatat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons Mengembalikan bandul ke angka NOL dan mengeluarkan balita dari sarung/celana/kotak timbang Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Penggunaan Alat Ukur Panjang Badan Hasil pengamatan no.1,3,4,7 yaitu 95 kader (100%) melakukannya dengan benar. Kondisi ini termasuk kedalam kategori terampil. Artinya bahwa sudah semua kader meletakkan papan pengukur ditempat yang datar dan rata sebelum melakukan pengukuran TB, keterampilan kader tentang cara meletakan balita di papan ukur sudah benar yaitu membaringkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (bagian papan yang tidak dapat bergerak), kader sudah memastikan kepala balita menempel pada bagian papan yang tidak dapat bergerak, dan semua kader sudah terampil dalam membaca hasil pengukuran. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi kader menurut keterampilan berdasarkan penggunaan alat ukur panjang badan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Alat Ukur Panjang Badan No Proses yang Diamati n % Mengukur panjang badan balita yang belum dapat berdiri tegak 1 Meletakkan papan pengukur ditempat datar dan rata Mengatur posisi pengukur berada disebelah kanan balita 11 11,58 3 Membaringkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (bagian papan yang tidak dapat bergerak) Memastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang tidak dapat bergerak 5 Mengatur posisi bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel secara tepat pada papan pengukur 16 16,84 6 Menggeser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian telapak kaki menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki) 9 9,47 7 Membaca dan mencatat panjang badan balita dari angka kecil ke angka besar

5 Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Penggunaan Microtoice dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur diketahui bahwa keterampilan kader dalam menggunakan microtoice terdiri dari 2 bagian yaitu : A. Prosedur Penempatan Microtoice Secara Permanen Hasil pengamatan untuk kegiatan no. 1,2,3,4 yaitu 95 kader (100%) melakukannya dengan benar. Kondisi ini termasuk kedalam kategori terampil. Artinya bahwa semua kader sudah terampil bagaimana cara menempatkan microtoice secara permanen. B. Prosedur Pengukuran Balita Hasil pengamatan item no.3 dan 6 yaitu 95 kader (100%) tidak melakukannya dengan benar. Kondisi ini termasuk kedalam kategori tidak terampil. Sedangkan untuk hasil pengamatan item no.4 dan 5 yaitu 95 kader (100%) melakukannya dengan benar. Hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi kader menurut pengamatan/observasi yang benar dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Keterampilan Berdasarkan Penggunaan Microtoice No. Mengukur tinggi badan dengan microtoise pada balita yang sudah dapat berdiri tegak n % A. Prosedur penempatan microtoise secara permanen 1. Memilih dinding dan lantai yang rata dan tegak lurus Meletakkan microtoise di lantai dan menempel pada dinding, kemudian menarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka NOL Memaku/menempelkan ujung pita meteran pada dinding Menarik kepala microtoise ke atas sampai ke paku B. Prosedur pengukuran balita 1. Memposisikan balita berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding 21 22,11 2. Memposisikan kepala balita berada dibawah alat geser microtoise, pandangan lurus kedepan 15 15,78 3. Memeriksa posisi kedua lutut dan kedua tumit Menarik kepala alat microtoise sampai puncak kepala balita Membaca angka pada jendela baca dan mata pembaca sejajar dengan garis merah 5. (angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke angka besar) Mencatat tinggi badan balita 0 0 Distribusi Frekuensi Kader Menurut item Pertanyaan Pengetahuan Gambaran pengetahuan kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur dapat diketahui dengan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan tanggapan atas pertanyaan pertanyaan dalam kuesioner. Item item pertanyaan dalam pengetahuan digambarkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan 10 item pertanyaan, ada 2 item pertanyaan masuk kedalam kategori baik yaitu item no.1 dan 10, untuk kategori cukup ada 3 item pertanyaan yaitu no. 4, 6 dan 7, Sedangan untuk kategori kurang ada 5 pertanyaan yaitu item no.2, 3, 5, 8 dan 9. Hasil penelitian yang dilakukan 5

6 maka diketahui distribusi frekuensi kader menurut pengetahuan jawaban kuisioner yang benar dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Item Pertanyaan Pengetahuan No Item Pertanyaan n Persentasi (%) kategori 1 Anak yang berumur 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara : Baik 2 Pada pengukuran berat badan langkah pertama yang harus dilakukan adalah : 37 38,9 Kurang 3 Dibawah ini adalah hal yang harus diperhatikan pada penimbangan bayi, kecuali 25 26,3 Kurang 4 Alat ukur tinggi badan harus mempunyai skala ketelitian tinggi yaitu : 65 68,4 Cukup 5 Apakah tujuan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB bayi/balita? 53 55,79 Kurang 6 Untuk pengukuran berat badan balita langkah yang paling menentukan ketepatannya adalah : 58 61,1 Cukup 7 Dibawah ini merupakan alat ukur tinggi/panjang badan bayi dan balita, kecuali 69 72,6 Cukup 8 Bagaimana posisi anak waktu megukur tinggi badan anak? 53 55,79 Kurang 9 Agar alat ukur tetap valid maka alat ukur tersebut harus di ,1 Kurang 10 Bagaimana cara pemasangan microtoice? Baik Pendidikan Kader Langsa Timur dari 95 kader dapat diketahui jumlah kader tertinggi status pendidikan berada pada pendidikan SMA/Sederajat yaitu sebanyak 46 kader (48,4%) dan terendah DIII/S1 yaitu sebanyak 13 kader (13,7%). Tingkat pendidikan mempengaruhi keterampilan seseorang untuk memahami dan melakukan tindakan/keterampilan apa yang diajarkan atau dilatih. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula dala pemahaman, kemampuan, keterampilan dan ketelitian. Walaupun Departemen Kesehatan RI (1990) tidak mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu untuk menjadi kader Posyandu, hanya mensyaratkan bisa membaca dan menulis, akan tetapi tingkat pendidikan ini juga perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi diperlukan dalam mengerjakan tugas tugas di Posyandu. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan kader dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur No Pendidikan n % 1 SD/SMP 36 37,9 2 SMA/Sederajat 46 48,4 3 DIII/S ,7 Jumlah Pengetahuan Kader Langsa Timur diketahui bahwa mayoritas kader memiliki pengetahuan kurang tentang pengukuran BB dan TB balita di Posyandu yaitu sebanyak 41 kader (43,2%) dan minoritas kader berpengetahuan cukup tentang pengukuran BB dan TB balita di Posyandu yaitu sebanyak 25 kader (26,3%). Notoatmodjo (1993), menyebutkan bahwa adanya informasi atau pengetahuan yang sering dan berulang ulang dapat meningkatkan retensi pengetahuan 6

7 seseorang. World Health Organization (WHO) yang dikutip Notoatmodjo (1993) menyebutkan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan berasal dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar adalah pengalaman yang terjadi di dalam diri sendiri. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi pengetahuan kader dalam melakukan pengukuran BB dan TB seperti pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kader Menurut Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur No Pengetahuan n % 1 Baik 25 26,3 2 Cukup 29 30,5 3 Kurang 41 43,2 Jumlah Pelatihan Yang Pernah Diikuti Langsa Timur menyatakan bahwa sebagian besar kader tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 70 kader (73,7%). Kurangnya keterampilan kader dalam memberikan penyuluhan kemungkinan menyebabkan ibu balita kurang berminat untuk mengunjungi posyandu. Ibu balita yang mampu, lebih memilih untuk mengunjungi dokter untuk memantau pertumbuhan balitanya (Basyir, dkk 2008). Agar pelatihan kader berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu berdedikasi dalam memberikan pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul (Nilawati, 2008). Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi pelatihan yang pernah diikuti kader dalam melakukan pengukuran BB dan TB pada balita di Posyandu dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kader Menurut Pelatihan Yang Pernah Diikuti di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur No Pelatihan Yang n % Pernah Diikuti 1 Ada 25 26,3 2 Tidak Ada 70 73,7 Jumlah Lama Menjadi Kader Langsa Timur menyatakan bahwa mayoritas kader dengan lama menjadi kader >3 tahun sebanyak 49 kader (51,6%). Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diketahui distribusi frekuensi lama menjadi kader dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kader Menurut Lama Menjadi Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur No Lama Menjadi n % Kader 1 >3 tahun (lama) 49 51, tahun (baru) Jumlah Hasil Analisis Tabulasi Silang Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB Berdasarkan Pendidikan Langsa Timur menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan kader semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin rendah pendidikan kader maka semakin tidak 7

8 terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah kader yang terampil dalam pengukuran BB dan TB dengan pendidikan DIII/S1 sejumlah 11 orang (84,62%). Pada umumnya semakin tinggi pendidikan akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Kader yang berpendidikan tinggi akan lebih mengetahui dan terampil dalam memahami perannya sedangkan kader dengan tingkat pendidikan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan perannya. Saifullah (2011) menyebutkan bahwa kader yang memiliki pendidikan DIII/S1 lebih cepat mengerti, memahami kegatan serta mampu melaksanakan prosedur kegiatan pengukuran BB dan TB balita yang telah di tetapkan dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan dasar. Berdasarkan penelitian Nurayu (2013) responden dengan pendidikan lanjutan (tamat SMA atau Sarjana) 21 orang terdiri dari 9 orang (42,9%) memiliki kualitas laporan baik dan 12 orang (57,1%) kualitas laporannya kurang baik. Responden berpendidikan dasar (tamat SD dan tamat SMP) semuanya (100%) memiliki kualitas laporan yang kurang baik. Tabel 10. Tabulasi Silang Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur Keterampilan Kader Dalam No Pendidikan Pengukuran BB dan TB Jumlah Terampil Tidak Terampil n % n % N % 1 SD/SMP 8 22, , SMA/Sederajat 17 36, , DIII/S , , Jumlah Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB Berdasarkan Pengetahuan Langsa Timur menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan kader semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin kurang pengetahuan kader maka semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB. Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Langsa Timur berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah kader yang terampil dalam pengukuran BB dan TB dengan pengetahuan baik sejumlah 15 orang (60%). artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan kader di Posyandu akan semakin baik tingkat keterampilan kader dalam melakukan pengukuran BB dan TB balita di Posyandu. Faktor yang menjadi penyebab adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan kader adalah jika tingkat pengetahuan kader semakin baik maka diharapkan kader dapat menerapkan pengetahuan tersebut dengan lebih baik sehingga keterampilan dalam melakukan pengukuran BB dan TB balita akan semakin meningkat. Tingkat pengetahuan dan keterampilan kader akan lebih baik jika pendidikan dasar atau pendidikan tinggi mengikuti pembinaan serta mempunyai frekuensi tinggi mengikuti pembinaan. Tingginya nilai pengetahuan dan keterampilan kader dipengaruhi oleh 8

9 pendidikan formal, keaktifan kader di Posyandu dan lamanya menjadi kader. Tabel 11. Tabulasi Silang Ketermpilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB berdasarkan Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB No Pengetahuan dan TB Jumlah Terampil Tidak Terampil n % n % N % 1 Baik Cukup 14 48, , Kurang 7 17, , Jumlah Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB Berdasarkan Pelatihan Yang Pernah Diikuti Langsa Timur menunjukkan bahwa kader yang pernah mengikuti pelatihan maka semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan maka semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB. Langsa Timur berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah kader yang terampil dalam pengukuran BB dan TB yaitu kader yang pernah mengikuti pelatihan sejumlah 24 orang (96%) dan tidak mempunyai keterampilan sebagian besar tidak pernah mengikuti pelatihan yaitu 58 kader (82,86%). Banyaknya kader yang belum mendapat latihan dalam melakukan pengukuran BB dan TB adalah karena mereka merupakan pengganti kader yang sudah tidak aktif lagi. Latihan dasar kader, latihan ulang kader dan latihan penyegaran kader akan mempengaruhi keterampilan kader dalam pengukuran BB dan TB balita di Posyandu. Bila latihan ini tidak diadakan oleh pihak Puskesmas maka kader akan kesulitan melaksanakan tugasnya dan lama kelamaan kader akan tidak aktif lagi. Tabel 12. Tabulasi Silang Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB Berdasarkan Pelatihan Yang Pernah Diikuti Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur Keterampilan Kader Dalam No Pelatihan Yang Pernah Pengukuran BB dan TB Jumlah Diikuti Terampil Tidak Terampil n % n % N % 1 Ada Tidak Ada 12 17, , Jumlah

10 Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB Berdasarkan Lama Menjadi Kader Langsa Timur menunjukkan semakin lama kader bekerja sebagai kader maka semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya kader yang masih baru maka tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB. Langsa Timur seperti pada tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah kader yang terampil dalam pengukuran BB dan TB yang lama menjadi kader >3 tahun sejumlah 23 orang (46,94%) dan tidak mempunyai keterampilan sebagian besar kader dengan lama menjadi kader 1-3 tahun yaitu sebanyak 33 kader (71,74%). Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Makin lama menjadi kader pengalaman yang dimiliki semakin banyak sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak/mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemula belum memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu ragu. Kondisi ini akan menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan. Masa kerja berkaitan dengan peran kader artinya ada hubungan antara peran serta kader dengan masa kerja dengan asumsi bahwa semakin lama kader bekerja semakin tinggi pula peran sertanya dalam kegiatan di Posyandu, hal ini terjadi karena semakin berpengalaman akan akan semakin meningkat keterampilan yang dimiliki. Tabel 13. Tabulasi Silang Keterampilan Kader Dalam Pengukuran BB dan TB berdasarkan Lama Menjadi Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur Keterampilan Kader Dalam No Lama Menjadi Kader Pengukuran BB dan TB Jumlah Terampil Tidak Terampil n % n % N % 1 >3 tahun (lama) 23 46, , tahun (baru) 13 28, , Jumlah KESIMPULAN 1. Ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan kader semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin rendah pendidikan kader maka semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB 2. Ada kecenderungan semakin baik pengetahuan kader semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin kurang pengetahuan kader maka semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB 3. Ada kecenderungan semakin lama kader bekerja sebagai kader maka semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya kader yang masih baru maka tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB 4. Ada kecenderungan bahwa kader yang pernah mengikuti pelatihan maka kader akan terampil dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan maka 10

11 kader tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB SARAN 1. Agar pihak Puskesmas dapat merencanakan dan mengadakan pelatihan ataupun penyegaran kader secara preriodik sehingga diharapkan tidak terjadi lagi kesalahan yang menimbulkan bias pengukuran saat Posyandu yang akan mempengaruhi status gizi balita 2. Diharapkan kepada kader saat menimbang dengan menggunkan dacin agar lebih memperhatikan posisi batang dacin, memastikan bandul geser berada pada angka NOL dan paku tegak lurus, menyeimbangkan dacin dengan memberi kantong plastik berisikan pasir/batu diujung batang dacin sampai kedua jarum tegak lurus dan mencatat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu dalam kg dan ons 3. Diharapkan kepada kader saat mengukur panjang badan balita yang belum dapat berdiri tegak agar lebih memperhatikan lagi posisi pengukur, posisi bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit balita menempel secara tepat pada papan pengukur dan menggeser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian telapak kaki menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki) 4. Diharapkan kepada kader saat mengukur tinggi badan dengan microtoise pada balita yang sudah dapat berdiri tegak agar lebih memperhatikan lagi posisi balita berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding, posisi kedua lutut dan kedua tumit dan mencatat tinggi badan balita dengan baik dan benar 5. Disarankan kepada kader agar lebih meningkatkan pengetahuan dalam hal langkah-langkah pengukuran BB, hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penimbangan bayi, mengetahui tujuan dilakukan penimbangan BB dan pengukuran TB bayi/blita, mengetahui bagaimana posisi anak waktu mengukur TB anak dan mengetahui validasi alat ukur DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI., Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit. Jen. Yanmedik. 2., Panduan Pelatihan Kader. Pusat pendidikan dan pelatihan kesehatan. 3., Konseling Gizi, Pelatihan Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta 4., Buku Pegangan Kader. Semarang. 5. Nilawati Pengaruh Karakteristik Kader Dan Strategi Revitalisasi Posyandu Terhadap Keaktifan Kader Di Kecamatan Samadua Kabupaten Aceh Selatan Tahun Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 6. Notoatmodjo, S Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, Notoatmodjo, S., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 11

12 8., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 9. Profil Puskesmas Langsa Timur, Data Jumlah Balita. 10. Saifullah Pengaruh karakteristik kader posyandu terhadap penimbangan balita di Kecamatn Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Tesis. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 11. Soekirman Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. 12

13 13

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi 73 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 2014 A. Karakteristik Kader Nomor Responden : Nama Posyandu : Tgl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan yang strategis serta berfungsi sebagai media promosi maupun sarana pemantauan pertumbuhan bayi dan balita. Kegiatan

Lebih terperinci

Keywords: Posyandu, cadres knowledge, infant and under five children growth monitoring

Keywords: Posyandu, cadres knowledge, infant and under five children growth monitoring GAMBARAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER POSYANDU DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LALANG TAHUN 014 (DESCRIPTION OF CADRES KNOWLEDGE AND SKILLS IN MONITORING

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN (GROWTH) BERKAITAN DG. PERUBAHAN DALAM BESAR, JUMLAH, UKURAN DAN FUNGSI TINGKAT SEL, ORGAN MAUPUN INDIVIDU

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan ibu balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah case control untuk mempelajari hubungan obesitas

Lebih terperinci

PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG. Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015, Indonesia

PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG. Universitas Sumatera Utara, Medan, 2015, Indonesia PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG Hastaty Hs 1 ; Zulhaida Lubis 2 ; Jumirah 1 Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Gusti Evi Zaidati 1, Deni Suryanto 2 1 Akademi Kebidanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang berjudul Penyusunan Model Perbaikan Status Gizi Dan Kesehatan Anak Balita Pada Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, 43 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN DAN MP- DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) Atikah*, R. Djoko Nugroho**,Siti Fatimah P** * ) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014 Enderia Sari Prodi D III KebidananSTIKesMuhammadiyah Palembang Email : Enderia_sari@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. Panduan Pengukuran Antropometri

I. Panduan Pengukuran Antropometri I. Panduan Pengukuran Antropometri A. Tujuan Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi anak. Penilaian pertumbuhan pada anak sebaiknya dilakukan dengan jarak

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG BUKU KIA DI POSYANDU WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG BUKU KIA DI POSYANDU WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015 REPRESENTATION EDUCATION S LEVEL OF CADRES ABOUT MCH BOOK IN POSYANDU DEMANGAN VILLAGE GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA IN 215 Vitia Eka Prahastuti 1, Suherni 2, Dwiana Estiwidani 3 1. Jurusan Kebidanan Poltekkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RIZKY APRILIANA DUVITANINGTYAS 201410104306 PROGRAM

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG PENGUKURAN ANTROPOMETRI DENGAN KETRAMPILAN DALAM MELAKUKAN PENGUKURAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU KELURAHAN KARANGASEM KECAMATAN LAWEYAN Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nila Eriza Sativa 1610104275 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Status Gizi Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Jumlah anggota keluarga Langsung Tidak Langsung Biokimia Klinis Antropometri

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN Cholifatun Ni mah 1, Lailatul Muniroh 2 1,2 Departemen Gizi Kesehatan Fakultas

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 386 Artikel Penelitian Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014 Selvia Emilya 1, Yuniar Lestari 2, Asterina 3 Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Nova Yulita Sellia Juwita Universitas Abdurrab Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru 085376039565 nova.yulita@univrab.ac.id

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

KUALITAS HASIL PENIMBANGAN BERAT BADAN BALITA OLEH KADER POSYANDU

KUALITAS HASIL PENIMBANGAN BERAT BADAN BALITA OLEH KADER POSYANDU P-ISSN : 2527-3310 Penimbangan Berat Badan E-ISSN di : Posyandu... 2548-5741 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, November 2016; 1(2): 111-115 KUALITAS HASIL PENIMBANGAN BERAT BADAN BALITA OLEH KADER

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA 40 GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA Intan Nugroho 1, Budi Rahayu 1 1 Stikes Jen. A.Yani

Lebih terperinci

GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH

GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH RADIAH ADAWIYAHˡ ˡMahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh Intisari

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang diberikan pada balita akan bermanfaat untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013 ISMI NUR KHIKMAH 1 1 Program studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional di bidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM MENILAI PERTUMBUHAN BALITA DIPUSKESMAS PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2014 A. Data Umum No. :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG Anni Suciawati* *Fakultas Kesehatan Prodi Kebidanan Universitas Nasional Email Korespodensi:

Lebih terperinci

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22 HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA Andre Maharadja, 2011; Pembimbing I : Franky Saputra.S, dr, Sp.A Pembimbing II : Winny Suwindere,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0. METODE PENELITIAN Desain Penelitian, Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilakukan pada bulan Agustusi 2012. Desain penelitian

Lebih terperinci

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017 Volume. No APRIL 0 PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGGUNAAN KMS BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN ANAK 6- BULAN a Asweros U. Zogaraa Program Studi Gizi, Poltekkes Kemenkes Kupang, 85000 *Email : eroz.zogara@gmail.com

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN Oleh MAHARDIKA CAHYANINGRUM NIM: 030113a050 PROGRAM

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM MENGINTERPRETASIKAN HASIL PENIMBANGAN (N DAN T) DALAM KMS DI PUSKESMAS BAUMATA KABUPATEN KUPANG NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU Rita Afni Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri Ni Putu Lisa Eka Pratiwi, Luh Seri Ani (Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan E-JURNAL Ibu MEDIKA, dengan VOL. Sikap 6 dan NO. 10, Perilaku OKTOBER, Ibu...) 2017 : 45-49 ISSN: 2303-1395 Hubungan Antara Tingkat

Lebih terperinci

Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita Dewi ³. INTISARI

Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita Dewi ³. INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DI DESA PLEDO KECAMATAN WITIHAMA ADONARA KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR Petronela Bahi ¹, Herawati ², Devillya Puspita

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus Global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain

Lebih terperinci

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGA KECAMATAN LEMBAH SORIK MARAPI KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2015 Eskalila Suryati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00-

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April 2013. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam 09.00- BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian akan dilakukan di peternakan ayam CV. Malu o Jaya Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa dan peternakan ayam Risky Layer Desa Bulango

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN NATROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Disusun

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2 HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG POSYANDU DAN KADER DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI KELURAHAN NANGGELENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGELENG KOTA SUKABUMI Asti Nurilah Khadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian di SMPN 8 Kota Gorontalo yang terletak di Jl. Madura Pulubala Kecamatan Kota Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian di SMPN 8 Kota Gorontalo yang terletak di Jl. Madura Pulubala Kecamatan Kota Tengah. BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu 1.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di SMPN 8 Kota Gorontalo yang terletak di Jl. Madura Pulubala Kecamatan Kota Tengah. 1.1.2 Waktu penelitian Waktu

Lebih terperinci

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengikuti Posyandu dengan Kenaikan Berat Badan Balita Usia 2-3 Tahun di Kelurahan Sawah Besar Kecamatan Gayamsari Semarang The Correlation between Mothers Knowledge

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2. Ilmu gizi, khususnya bidang antropometri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET 66 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 01, Januari 2016 TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET Ranityas Kinasih 1, Era Revika 1, Diyah Yuliantina 1 ABSTRACT Background:

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh : MEIRINA MEGA MASTUTI 040112a028 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN USIA IBU DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PESAN-PESAN GIZI (PEMBERIAN MP-ASI) DI BUKU KIA DI DESA BULUSULUR KABUPATEN WONOGIRI Disusun Oleh : SRI REJEKI J 300 090 022

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 3-5 TAHUN DI TK PERMATA HATI TAHUN 2015 Sun Aidah Andin Ajeng Rahmawati Dosen Program Studi DIII Kebidanan STIKes Insan Cendekia Husada Bojonegoro

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN DI KABUPATEN BANYUMAS RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat.

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat. Junisarah Binti Ab. Hamid (102010379) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016. ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016 Disusun Oleh : ANNISA TRIUTAMI NIM. D11.2012.01479 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

Lebih terperinci

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Artikel Penelitian STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Terati, SKM, M.Si, Sartono, SKM, M.Kes, Yunita Nazarena.S.Gz Dosen

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu 1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian di Desa Tegowanu Nurul Budi Lestari 1, Agus Sartono 2, Erma Handarsari 3 1,2,3 Program Studi S1 Ilmu Gizi FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang asartono15@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional untuk melihat gambaran secara deskriptif analisis mengenai faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN Kartika Dian Listyaningsih 1), Deny Eka Widyastuti 2), Megayana Yessy Mareta 3) 1, 2,3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan 2 variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR RACHMADY Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh Latar belakang : Kinerja

Lebih terperinci

The Correlation between Clean and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among Toddler Living In Poor Households In Way Kanan

The Correlation between Clean and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among Toddler Living In Poor Households In Way Kanan The Correlation between Clean and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among Toddler Living In Poor Households In Way Kanan Julius WD, Zuraida R. Saftarina F. Medical Faculty of

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain 39 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5 GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESCRIPTION OF LEVEL EDUCATION, EMPLOYMENT AND

Lebih terperinci

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU DALAM PENIMBANGAN BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM KECAMATAN MEDAN PETISAH TAHUN 2013 S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari

Jurnal Kesehatan Masyarakat. ZAHRATUN NIDA Mahasisiwi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh. Inti Sari GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS ISTRI SELAMA HAMIL DITINJAU DARI DARI PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN SUAMI TENTANG KEHAMILAN DI POLINDES SAKURA DESA LAM GEU EU KECAMATAN PEUKAN BADA ACEH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Umi Kalsum 1), Andi Lis Arming Gandini 1) 1) Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim,

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 1 PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013 Kadek Sri Sasmita Dewi G Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri Buku Panduan Keterampilan Antropometri Haerani Rasyid Agussalim Buchari A. Yasmin Syauki Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 2015 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MENGENAI DIARE DI WILAYAH KERJA UPT KESMAS BLAHBATUH II, KABUPATEN GIANYAR BALI TAHUN 215 ABSTRAK Nyoman Bendhesa Wirananggala Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN. Oleh : DEA FADLIANA

HUBUNGAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN. Oleh : DEA FADLIANA HUBUNGAN TINGKAT SADAR GIZI KELUARGA DAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN Oleh : DEA FADLIANA 070100091 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN TINGKAT SADAR

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU BALITA MENIMBANG ANAKNYA KE POSYANDU Achmad Djamil Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Mitra Lampung Email: babedjamil@gmail.com Abstract: Related

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 Eva Nurhidayati, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015 Disusun oleh : HANUM TRI HAPSARI D11.2011.01307 Telah diperiksa

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci