PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010)"

Transkripsi

1 PENELITIAN IPTEKS PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) USUL PENELITIAN Oleh : 1. Nurjanah, S.KM (NPP ) 2. Suharyo, S.KM, M.Kes (NPP ) FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2010

2 LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN USUL PENELITIAN 1. a. Judul Penelitian : Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Olah Raga terhadap Kapasitas Vital Paru (Studi pada Karyawan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2010) b. Bidang Ilmu : Kesehatan c. Kategori : Penelitian Ipteks 2. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap dan Gelar : Nurjanah, S.KM b. Jenis Kelamin : Perempuan c. Golongan Pangkat dan NPP : - / d. Jabatan fungsional : Asisten Ahli e. Jabatan Struktural : - f. Fakultas / Program Studi : Kesehatan / Kesehatan Masyarakat g. Pusat Penelitian : Universitas Dian Nuswantoro Semarang 3. Alamat Ketua Peneliti : a. Alamat Kantor : Jl. Nakula I No 5 Semarang Tlp/fax (024) Jumlah Anggota Peneliti : 1 orang Nama Anggota Peneliti : Suharyo, SKM, M.Kes 5. Lokasi Penelitian : Semarang 6. Lama Penelitian : 5 bulan Mulai penelitian : Mei 2010 Selesai penelitian : September Biaya Penelitian : Rp ,00 8. Sumber Biaya Penelitian : Universitas Dian Nuswantoro Semarang Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang Semarang, 29 Maret 2010 Ketua Peneliti, ( Dr. dr. Sri Andarini Indreswari, M.Kes ) ( Nurjanah, S.KM ) NPP NPP Menyetujui, Ketua LP2M Udinus Tyas Catur Pramudi. S.Si, M.Kom NPP

3 FORMULIR ISIAN USUL PENELITIAN 1. a. Nomor ID : [ ] b. Tahun Anggaran : [ 10 ] 2. Judul Penelitian : Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Olah Raga terhadap Kapasitas Vital Paru (Studi pada Karyawan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2010) 3. Tim Peneliti : No Nama Peneliti NPP Tanggal Lahir Jabatan Akademik Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir 1 (Ketua Tim) [ ] NURJANAH [ 04 ] [ 02 ] S [1] 2 (Anggota) SUHARYO [ ] [ 03 ] [ 01 ] S [2] Tanggal lahir : isikan tanggal, bulan, tahun kelahiran Jabatan Akademik diisi salah satu : 01=GB, 02=LK, 03=L, 04=AA, 05=AAM Jenis kelamin : isikan 01=laki-laki, 02=perempuan 5. Nama Fakultas/Prodi: Kesehatan/ Kesehatan Masyarakat 6. Kategori Penelitian : Penelitian Ipteks 7. Lingkup Penelitian : Universitas 8. Bidang ilmu yang diteliti : Kesehatan 9. Lokasi Penelitian : UDINUS 10. Macam Penelitian : Survei 11. Lama dan waktu penelitian : a. Lama penelitian : [ 05 ] bulan b. Bulan Penelitian : Mei 2010 September Biaya Penelitian a. Jumlah : Rp ,00 c. Sumber Biaya : Universitas Dian Nuswantoro 13. Rencana Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian : 3 Orang Semarang, Maret 2010 Ketua Tim Peneliti,

4 (Nurjanah, S. KM) NPP

5 DAFTAR ISI A. Judul penelitian... 1 B. Bidang Ilmu... 1 C. Latar Belakang Masalah... 1 D. Perumusan masalah... 2 E. Tujuan penelitian... 3 F. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi dan Fisiologi Organ Pernafasan Kapasitas Vital Paru Uji Fungsi Paru Kesehatan Paru Kebiasaan Merokok Kebiasaan Olah Raga Kerangka Teori G. Kontribusi Penelitian H. Metode Penelitian I. Jadwal Peneltian J. Personalia Penelitian K. Anggaran Biaya Penelitian Daftar Pustaka Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti

6 A. JUDUL PENELITIAN Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Olah Raga terhadap Kapasitas Vital Paru (Studi pada Karyawan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2010). B. BIDANG ILMU Kesehatan C. LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya kesehatan tenaga kerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan tenaga kerja dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi, dimana kondisi karyawan yang sehat dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja dan meningkatkan penghasilan pekerja. Kinerja yang baik dapat meningkatkan pelayanan dan produktifitas kerja (Soekidjo, 2003). Salah satu indikator kondisi kesehatan tenaga kerja adalah fungsi paru sebagai organ pemasok oksigen yang digunakan dalam pembakaran untuk penyediaan energi dan metabolisme tubuh. Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis sebagai akibat frekuensi, lamanya seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja. Faktor internal tersebut meliputi usia, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan asupan gizi. Fungsi paru dapat dipantau dengan pemeriksaan spirometer (Suparman, 1994). Hasil observasi awal menunjukkan masih dijumpai karyawan Udinus yang merokok baik di dalam gedung, warung makan, dan di sekitar kampus. Kebiasaan merokok merupakan salah satu penyebab kematian. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit kanker paru, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa setiap tahun terdapat 4 juta orang meninggal akibat

7 kebiasaan merokok dan 90% kematian karena gangguan pernafasan, seluruhnya dipacu oleh kebiasaan merokok (Husaini, 2006). Kondisi kesehatan seseorang dapat diupayakan baik jika menjaga stamina dan berolahraga dengan teratur dan sesuai komposisi. Melalui olahraga yang teratur dan sesuai komposisi, maka kemampuan maksimal mengambil oksigen (bernafas) akan meningkat 10-12%. Lain halnya dengan seorang perokok yang menghabiskan satu bungkus sehari maka kemampuan maksimal mengambil oksigen akan turun 7-10%. Selain itu, zat nikotin dan karbonmonoksida yang berada dalam aliran darah juga akan menghambat pengikatan oksigen sehingga akan mengganggu metabolisme tubuh (Jos Usin, 2000). Universitas Dian Nuswantoro merupakan institusi pendidikan yang mempunyai kebijakan mutu sebagai perguruan tinggi yang berkualitas, Universitas Dian Nuswantoro mampu memberikan kepuasan kepada stakeholder, menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi dan memiliki kemampuan wirausaha. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang bermutu baik tenaga di bidang akademik, administratif dan tenaga penunjang pelaksanaan pelayanan pendidikan bagi mahasiswa. Sumberdaya manusia yang bermutu sangat tergantung dari kondisi kesehatan baik fisik maupun psikis. Melihat data hasil observasi awal terhadap perilaku merokok pada karyawan Udinus dan memandang kebutuhan SDM yang mempunyai kondisi kesehatan yang baik, maka penulis tertarik meneliti pengaruh kebiasaan merokok dan berolahraga terhadap kapasitas vital paru pada karyawan Udinus. D. PERUMUSAN MASALAH Hasil observasi awal penulis. Menunjukkan masih dijumpai karyawan Udinus baik administrasi maupun akademik yang merokok dan atau melakukan olahraga. Secara teori, kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan. Oleh karena itu ditetapkan pertanyaan penelitiannya adalah

8 Bagaimana pengaruh kebiasaan merokok dan berolah raga terhadap kapasitas vital paru pada karyawan Udinus?. E. TUJUAN PENELITIAN 1. Umum Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok dan berolahraga terhadap kapasitas vital paru pada karyawan Udinus. 2. Khusus a. Mendeskripsikan kebiasaan merokok pada karyawan Udinus. b. Mendeskripsikan kebiasaan berolahraga pada karyawan Udinus. c. Mendeskripsikan kapasitas vital paru karyawan Udinus. d. Menganalisis pengaruh kebiasaan merokok terhadap kapasitas vital paru karyawan Udinus. e. Menganalisis pengaruh kebiasaan berolahraga terhadap kapasitas vital paru karyawan Udinus. f. Mengidentifikasi variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kapasitas vital paru karyawan Udinus. F. TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi dan Fisiologi Organ Pernafasan Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh (Evelyn C. Pearce, 2002). Anatomi pernafasan terdiri dari: a. Rongga Hidung Hidung merupakan saluran pernafasan udara yang pertama, mempunyai 2 (dua) lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan semua selaput lendir semua sinus yang

9 mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung (Syaifuddin, 2003). b. Faring Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan jalan pernafasan dan jalan makanan. Berada di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. c. Batang Tenggorok Batang tenggorok atau trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti kaki kuda (huruf: C). Sebelah dalam trakea diliputi oleh selaput lendir yang berburu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan (Syaifuddin, 2003). d. Cabang Tenggorok (Bronkus) Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 (dua) buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke-4 dan ke-5. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh sel yang sama (Syaifuddin, 2003). e. Paru-paru Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa) atau alveoli. Gelembunggelembung ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Paru-paru jika dibentangkan luas permukaan kurang lebih 90 meter persegi. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen masuk ke dalam darah dan karbondioksida keluar dari darah. Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru atau pernafasan eksterna, oksigen diperoleh melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, oksigen

10 masuk melalui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris (Evelyn C. Pearce, 1999). Proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau pernafasan eksternal: a. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. b. Arus darah melalui paru-paru. c. Distrrbusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler. CO 2 telah lebih mudah berdifusi daripada oksigen (Evelyn C. Pearce, 1999). 2. Kapasitas Vital Paru Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan nafas. Kapasitas mencakup volume cadangan inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Penilaiannya dengan menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur. Menurut Al Sagaff (1993), kapasitas vital paru merupakan volume udara maksimal yang dapat dihembuskan setelah inspirasi yang maksimal.

11 Tabel 1. Kategori Penilaian Volume dan Kapasitas Vital Paru pada Laki-laki dan Wanita Laki-laki Wanita Laki-laki Jenis (20-40 tahun) (20-30 tahun) (41-60 tahun) Tidal Volume Inspiratory capacity Inspiratory Reserv Volume Expiratory Reserv Volume Vital capacity Residual volume Fungtional 20 % 24 % 40 % Residual (Sumber: Junsul Hairy, 1989) 3. Uji Fungsi Paru Spirometer adalah alat untuk mengukur pernafasan, mengukur pemasukan dan pengeluaran udara. Dengan alat ini dapat dilakukan penelitian mengenai kapasitas ventilasi paru-paru seseorang yaitu (Tabrani Rab. 1996) : a. EVC : Estimated Vital Capacity (Harga perkiraan kapasitas vital) Adalah perkiraan besarnya kapasitas vital paru-paru seseorang. Dengan menghubungkan umur dengan tinggi badan (TB)/cm, atau dengan rumus : EVC laki-laki = {27,73 (0,02 x umur)} x Tinggi Badan EVC wanita = { 21,78 (0,101 x umur)}x Tinggi Badan b. VC : Vital Capacity (Kapasitas Vital)

12 Adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas maksimal dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya. c. FVC : Forced Vital Capacity (Kapasitas vital yang dipaksakan) Pengukuran kapasitas vital yang dihasilkan dengan ekspirasi yang cepat dan sekuat-kuatnya setelah inspirasi maksimal. d. FEV : Forced Expiratory Volume (Volume ekspirasi yang dipaksakan) Volume udara yang dapat diekspirasi dalam waktu standar selama pengukuran FVC. e. % VC = % perbandingan antara VC dengan EVC VC %VC = x 100 % EVC f. % FVC = % perbandingan antara FVC dengan EVC FVC % FVC = x 100% EVC g. % FEV I = % perbandingan antara FEV I dengan FVC FEVI %FEV I = x 100% FVC h. MEFR : Maximum Expiratory Flow Rate (Nilai penghembusan udara secepat-cepatnya per menit). Adalah udara yang dikeluarkan selama satu menit apabila dihembuskan secepat mungkin. Harga normal: Dewasa : >150 lt / menit 70 tahun ke atas : >100 lt / menit i. IPU (Indeks Penangkap Udara) Adalah untuk mengetahui sejenis kelainan ventilasi paru-paru yang disebabkan oleh buruknya keelastisan paru-paru. Rumus : IPU = Harga normal = < 5 % VC - FVC X 100 % VC

13 4. Kesehatan Paru Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernafasan dapat berkurang akibat sakit. Kapasitas vital paru akan berkurang pada penyakit paru-paru, jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan kelemahan otot paru (Guyton, 1997). Penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur 40 tahun. Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah volumenya akan mencapai nilai maksimum pada usia tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia. Jenis kelamin akan mempengaruhi kapasitas paru, karena secara anatomi sudah berbeda. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira % lebih kecil daripada pria (Guyton, 1997). Debu dapat menyebabkan reflek batuk atau penghentian pernafasan. Jika zat-zat ini menembus ke dalam paru-paru dapat terjadi bronkitis, edema paru atau pneumonitis (World Health Organization, 1995). Hubungan paparan debu dan efek bergantung pada lamanya paparan dalam kondisi kerja tertentu yaitu dengan tingkat paparan yang biasanya berlaku di negara-negara industri maka penyakit paru dan gangguan fungsi paru akan timbul. Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tenaga kerja, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng Budiono, 2003). Pelindung pernafasan adalah alat yang penting, mengingat 90% kasus keracunan sebagai akibat masuknya bahan-bahan kimia beracun atau korosi lewat saluran pernafasan. Alat pelindung diri pernafasan memberikan perlindungan terhadap sumber bahaya di udara tempat kerja seperti pencemaran oleh partikel (debu, asap), pencemaran udara oleh gas (uap), kekurangan O 2 (Sugeng Budiono, 2003).

14 5. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan paru berupa bronchitis dan emfisema. Pada kedua keadaan ini terjadi penurunan fingsi paru dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit tersebut. Selain itu pecandu rokok sering menderita penyakit batuk kronis, kepala pusing, perut mual, sulit tidur, dan lain-lain. Kalau gejala-gejala di atas tidak segera diatasi maka gejala yang lebih buruk lagi akan terjadi, seperti semakin sulit untuk bernafas, kecepatan pernafasan bertambah, kapasitas vital berkurang, dan lain-lain (Jos Usin, 2000). Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penuruna faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa per tahun adalah 28,721 ml untuk non perokok, 38,4 ml untuk bekas perokok dan 41,7 ml untuk perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja (Triswanto Sugeng, 2007). Kebiasaan merokok menurut aktifitas merokoknya dibedakan menjadi perokok aktif dan perokok pasif, berdasarkan cara menghisapnya dibedakan menjadi perokok inhaler dan non inhaler, serta berdasarkan jumlah batang yang dihisap dibedakan menjadi perokok ringan, sedang, dan berat. Perokok aktif yaitu orang yang langsung menghisap rokok sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang lain yang merokok. Perokok inhaler adalah prokok aktif yang pada saat merokok menelan sampai dada tetapi yang non inhaler tidak sampai ditelan. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang perhari, sedang jika rokok perhari, dan berat jika lebih dari 20 batang per hari (Triswanto, 2007).

15 6. Kebiasaan Olah Raga Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas vital pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997). Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat. Olah raga merupakan keseluruhan harmoni gerak tubuh yang teratur, standar yang dianjurkan adalah minimal seminggu 3 kali selama 4,5 jam (Soekarman R.1987). 7. Kerangka Teori Faktor Internal: - Umur - Jenis Kelamin - Riwayat Penyakit - Status Gizi Faktor Eksternal: - Alat Pelindung Diri - Lama Paparan Debu - Kebiasaan Merokok - Pemakaian Masker - Kebiasaan Berolahraga - Lingkungan Kapasitas vital paru Gambar 1. Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Guyton (1997); Suma mur (1996); HJ. Mukono (2000)

16 G. KONTIBUSI PENELITIAN 1. Bagi Keilmuan Menambah referensi fakta lapangan tentang kaitan perilaku dengan status kesehatan khususnya perilaku merokok dan olahraga dengan kapasitas paru. 2. Bagi Udinus Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. bahan perencanaan program peningkatan kesehatan karyawan khususnya kesehatan paru, b. bahan perencanaan pengaturan perilaku merokok di lingkungan kampus Udinus. 3. Bagi Peneliti a. Penelitian ini dapat dijadikan media peningkatan kemampuan meneliti. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti sebagai referensi tambahan dalam pembelajaran Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. 4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau pengetahuan tentang pengaruh kebiasaan merokok dan berolahraga terhadap kapasitas vital paru. H. METODE PENELITIAN 1. Kerangka Konsep Kebiasaan Merokok Kapasitas vital paru

17 Kebiasaan Berolahraga Gambar 2. Kerangka Konsep 2. Variabel Penelitian a. Variabel bebas: kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga b. Variabel terikat: kapasitas vital paru 3. Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Nama Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala Kapasitas vital paru Jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah (dikeluarkan) dari paru-paru ke alat spirometri yang paling kuatpada satu tarikan nafas. Pemeriksaan Spirometer Hutchinson - Normal, Lakilaki (20-40 th) 3400 (41-60 th) Tidak normal, Laki-laki (20-40 th) < 3400 (41-60 th) < 2400 (MC. Ardle WD. 1991) Nominal Kebiasaan merokok Kebiasaan responden dalam menghisap rokok 6 bulan terakhir, terutama jumlah batang yang dihisap setiap hari. Wawancara Kuesioner 1. Perokok 2. bukan perokok Nominal Kebiasaan berolahraga Gerak tubuh atau aktivitas fisik seseorang meliputi jenis, frekuensi, dan durasi per minggu. Wawancara Kuesioner 1. baik ( x > mean ) 2. kurang baik ( x < mean) Nominal 4. Rancangan Penelitian

18 Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross-sectional study). Studi ini mempelajari hubungan antara faktor risiko (paparan) dan efek (outcome) dengan cara mengamati status faktor risiko (paparan) dan efek secara serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau satu periode (Sudigdo Sastroasmoro, 2002). Studi dimulai dengan menyeleksi populasi studi yang memenuhi kriteria inklusi, lalu dipilih secara acak sampai jumlah sampel terpenuhi. Kemudian dilakukan pengukuran status efek (kapasitas vital paru) dan pengukuran status faktor risiko dengan wawancara. Pengukuran faktor risiko dan efek dilakukan satu kali Faktor Risiko Ya Tidak a Efek (+) b Efek (-) c Efek (+) d Efek (-) Gambar 3. Struktur Dasar Studi Cross-Sectional Untuk Menilai Peran Faktor Risiko Dalam Terjadinya Efek. Tabel 3. Format Tabel Silang untuk Penyajian Data Penelitian Efek Ya Tidak Jumlah Ya a b a + b Faktor risiko Tidak c d c + d Jumlah a + c b + d a+b+c+d a = Subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek b = Subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek c = Subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek d = Subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek 5. Populasi dan Sampel

19 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan laki-laki Udinus baik pada bagian administrasi maupun bagian edukatif (dosen) yang berjumlah 265. Sampel merupakan bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Sampel yang akan diteliti diambil secara proporsional simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama terhadap anggota populasi untuk dijadikan sampel. Proporsional yang dimaksud adalah jumlah sampel menurut bagian-bagian yang ada di Udinus (Fakultas dan Pascasarjana, Rektorat dan Biro, Unit Pelaksana Teknis, TV-Ku). Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Zα 2 PQ N = d 2 Tingkat kepercayaan yang ditetapkan peneliti sebesar 95% sehingga Zα = 1,96. P adalah proporsi masalah penelitian, dari data terdahulu atau pustaka, karena belum pernah ada penelitian sebelumnya maka ditetapkan P = 0,5 sehingga Q = 0,5 (Q = 1 P). Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki peneliti sebesar 90% sehingga d = 0,1. Rumus tersebut sesuai untuk penelitian yang bertujuan untuk mencari proporsi dan hipotesis pada sampel tunggal (Sudigdo, 2002). Hasil perhitungan dengan rumus tersebut diperoleh sampel sebesar 96 responden. Selanjutnya dilakukan perhitungan besar sampel berdasarkan jumlah populasi per bagian di Udinus sehingga menjadi proporsional. 6. Pengumpulan Data a. Data Primer. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dengan responden untuk mengetahui kebiasaan merokok dan berolahraga dengan alat bantu kuesioner. Data kapasitas vital paru diketahui dari pemeriksaan fisik responden dengan alat spirometri.

20 Cara penggunaan spirometri adalah sebagai berikut: (1) Terlebih dahulu memasukkan air ke dalam spirometer sebatas garis. (2) Memasang skala ukur pada tempatnya dan disesuaikan dengan suhu ruangan pada saat itu. (3) Membersihkan corong dengan alkohol, hal ini juga dilakukan setiap kali pergantian. (4) Responden diberi penjelasan sebelum dilakukan pengukuran mengenai tujuan dan maksud pengukuran. (5) Melepaskan pengunci yang menahan putaran tabung sehingga apabila ke dalam tabung dihembuskan udara, maka tabung akan berputar. (6) Meniupkan palung udara dan responden siap menghirup udara sebanyak-banyaknya melalui hidung. (7) Mengatupkan kuat-kuat corong hembusan pada mulut dan hidung ditutup rapat-rapat agar tidak ada bocoran udara, kemudian menghembuskan udara lewat mulut ke dalam corong sehingga yang bersangkutan tidak lagi mampu menghembuskan udara dari paru-paru, dengan hembusan itu maka talang putarnya akan berputar dan akan berhenti. (8) Mencatat hasil yang didapat, pengukuran dilakukan sampai 3 kali kemudian diambil hasil yang terbaik (Herry K, 2005). b. Data Sekunder. Data sekunder berupa gambaran umum Udinus baik organisasi maupun data karyawan yang didapat dari catatan di bagian kepegawaian Udinus. 7. Instrumen Penelitian a. Kuesioner Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang: 1) Identitas responden (umur, masa kerja, dan golongan)

21 2) Riwayat penyakit paru 3) Kebiasaan olahraga 4) Kebiasaan merokok b. Spirometer Spirometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer jenis hutchinson (rotari spirometer). Spirometer ini digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru. 8. Validitas dan Reliabilitas Untuk mengetahui instrumen penelitian, terutama kuesioner terstruktur, dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan instrumen tersebut dapat dipercaya serta dapat diandalkan maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas dilakukan dengan menguji korelasi antara skor tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Uji korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut (Sokidjo, 2005): r xy = Â xy - ( Â x)( Â y) ( Â x) NÂ y - Â 2 2 [{ N x }{ ( x) }] Â N dimana : r xy : koefisien korelasi antara variabel x dengan y N : jumlah responden xy : jumlah perkalian x dan y x 2 y 2 : kuadrat dari x : kuadrat dari y Hipotesis Ho : skor butir soal tidak berkorelasi positif dengan skor total Ha : skor butir soal berkorelasi positif dengan skor total Pada praktiknya peneliti menggunakan alat bantu software statistik untuk menghitung validitas dan reliabilitas.pengambilan keputusan dengan menggunakan α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95%.

22 Hasil uji dikatakan valid jika r (corrected item-total correlation) hasil positif, serta r hasil > r tabel (0,239 karena jumlah uji yang digunakan 30 kasus). bertanyanya. Jika ada yang tidak valid maka dilakukan perubahan cara Sedangkan uji reliabilitas adalah suatu cara untuk melihat apakah alat ukur atau kuesioner yang digunakan konsisten atau tidak. Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan menggunakan metode Alpha-Cronbach (r alpha) (Sugiyono. 2004). Perhitungannya dilakukan dengan rumus Alpha yaitu: α = Keterangan : α k si 2 st 2 Â Ê k Ê ˆ si Á Á1 - Ë k -1 Ë Â st 2 2 ˆ : koefisian reliabilitas α : banyaknya belahan : varians skor belahan : varians skor total Suatu alat ukur bisa dinyatakan reliabel bila nilai r alpha positif dan r alpha > r tabel (0,239 karena jumlah uji yang digunakan 30 kasus). 42) Pengambilan data untuk uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap mahasiswa laki-laki di sebanyak 30 mahasiswa. 9. Pengolahan Data Udinus. Jumlah yang akan diambil Data yang terkumpul kemudian diolah dengan langkah sebagai berikut : a. Editing, merupakan langkah memeriksa kelengkapan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. b. Coding, melakukan pengelompokan jawaban responden dan memberikan kode untuk memudahkan pengolahan data c. Data entry, proses pemindahan data ke dalam media komputer agar diperoleh data masukan yang siap diolah. d. Tabulating, pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian memasukkan ke dalam tabel. 10. Analisa Data

23 Analisis Data dengan menggunakan program SPSS yang terdiri dari : a. Diskripsi karakteristik responden, dengan menyajikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. b. Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square karena data yang digunakan berskala nominal. 45) Jika syarat uji Chi-Square tidak terpenuhi maka uji alternatifnya dalah Fisher s exact. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%. Untuk menafsirkan dan penyimpulan hasil yaitu dengan membandingkan nilai p (probabilitas) hasil analisa (menggunakan program SPSS) dengan nilai yang telah ditentukan yaitu 0,05 (karena interval kepercayaannya 95%). Jika nilai p hitung lebih besar dari 0,05 maka kesimpulannya tidak ada hubungan dan kebalikannya bila nilai p hitung lebih kecil dari 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel bebas maka digunakan indikator rasio prevalensi (RP). RP adalah perbandingan antara prevalens efek pada kelompok dengan penyebab, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa penyebab. Dari tabel 3.1 maka RP dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Sudigdo Sastroasmoro, 2002). RP = a/(a+b) : c/(c+d) Interpretasi hasil RP adalah sebagai berikut: Jika RP = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tersebut tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau dengan kata lain ia bersifat netral. Jika RP > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko timbulnya efek.

24 Jika RP < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, maka berarti faktor yang diteliti justru akan mengurangi kejadian efek, bahakan variabel tersebut merupakan faktor protektif Jika nilai interval kepercayaan RP mencakup angka 1, berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin RP = 1, sehingga belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor risiko atau faktor protektif. c. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas yang potensial. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi ganda logistik karena data dari variabel berskala nominal. Tujuan dilakukan analisis regresi ganda logistik adalah: 1) Menemukan model regresi yang paling sesuai, paling irit, sekaligus masuk akal dan untuk menggambarkan hubungan antara variabel terikat dan beberapa variabel bebas dalam populasi. 2) Meramalkan terjadinya variabel terikat pada individu berdasarkan nilai-nilai variabel bebas yang diukur. Pemakaian analisis regresi mampu memperkirakan probabilitas individu untuk melakukan atau tidak suatu praktik berdasarkan nilai-nilai beberapa variabel bebas yang diukur. Prediksi dari model regresi ganda logistik dapat dirumuskan sebagai berikut (Bhisma Murti, 1997): P = 1 + e 1 (a + b1x1 + b2x2 + b3x3...+ bkxk) Keterangan: P : peluang untuk mengalami efek a : konstanta b1, b2, b3...dst : variabel bebas yang pengaruhnya akan diteliti

25 e : bilangan logaritma natural (2,71828) Prosedur analisis regresi ganda logistik dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1) dilakukan uji bivariat variabel-variabel bebas dan bila hasil analisis menunjukkan nilai p < 0,25, maka variabel bebas tersebut dapat dimasukkan ke dalam model multivariat. 2) Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model apabila hasil analisis menunjukkan nilai p yang signifikan yaitu nilai p < 0,05. variabel yang terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan dikeluarkan dari model. I. JADWAL PENELITIAN Tabel 4. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Bulan No Kegiatan Mei Juni Juli Agust Sept 1 Persiapan (perijinan) X 2 Persiapan interviewer X 3 Uji coba kuesioner X X 4 Pengukuran variabel penelitian X X X 5 Pengolahan dan analisis data X 6 Pembuatan laporan akhir X X J. PERSONALIA PENELITIAN 1. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Nurjanah, SKM b. NPP : c. Golongan/ Pangkat : III A/ - d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli e. Jabatan Struktural : - f. Fakultas/Program Studi : Kesehatan / Kesehatan Masyarakat g. Bidang Keahlian : Promosi Kesehatan h. Tempat Penelitian : UDINUS

26 i. Waktu untuk Penelitian : 6 jam/minggu 2. Anggota Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar : Suharyo, SKM, M.Kes b. NPP : c. Golongan/ Pangkat : III C/ - d. Jabatan Fungsional : Lektor e. Jabatan Struktural : - f. Fakultas/Program Studi : Kesehatan / Kesehatan Masyarakat g. Bidang Keahlian : Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi) h. Tempat Penelitian : UDINUS i. Waktu untuk Penelitian : 4 jam/minggu 3. Interviewer Pembantu 3 mahasiswa Fakultas Kesehatan semester 6 K. ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. Kesekretariatan a. Kertas A4, 2 rim Rp ,00 b. Tinta refil, 1 dos Rp ,00 c. Foto copy & jilid proposal, 4 eks Rp ,00 d. Foto copy & jilid laporan, 6 eks Rp ,00 e. Kenang-kenangan responden, 96 org Rp ,00 2. Peralatan Penelitian a. Pembuatan kuesioner Rp ,00 b. Uji coba kuesioner, 30 mhs ,00 Rp ,00 c. Penggandaan kuesioner, 126 Rp Rp ,00 d. sewa spirometer, 3 bulan Rp Rp ,00 3. Laporan Penelitian a. Pengolahan dan analisis data Rp ,00 b. Pengetikan laporan Rp ,00 4. Dokumentasi a. cetak foto Rp ,00

27 5. Honorarium a. Ketua Peneliti Rp ,00 b. Anggota Peneliti Rp ,00 c. Pencacah (inteviewer pembantu), 3 Rp ,00 Total Rp ,00

28

29 DAFTAR PUSTAKA Bhisma Murti Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. UGM Press. Yogyakarta Evelyn C. Pearce Anatomi Fisiologis untuk Paramedis. PT. Gramedia Pusat Utama. Jakarta Guyton A.E., John E. Hall Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan.EGC. Jakarta Herry K & Eram T.P, Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan Kerja. UPT UNNES Press. Semarang Husaini, Tobat Merokok, cetakan 1. Pustaka Iman, Bandung Jos Usin Pernapasan Untuk Kesehatan. Elex Media komputindo. Jakarta Junsul Hairy, Fisiologi Olahraga jilid I. Depdikbud Direktorat Jendral Perguruan Tinggi. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta Sugeng Budiono, dkk Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Tri Tunggal Fajar. Jakarta Suparman, Warpadji Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Syaifuddin B. A. C Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. EGC. Jakarta Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.EGC. Jakarta Soekarman R Dasar Olahraga Untuk Pembina Pelatih Dan Atlet. Depdikbud. Inti Sedayu Perss. Jakarta Sudigdo Sastroasmoro, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta Sugiyono Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta, Bandung Triswanto Sugeng, Stop Smoking, Progressif Books, Yogyakarta

30 Tabrani Rab Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates, Jakarta World Health Organization Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja, Terjemahan oleh dr. Joko Suyono.EGC. Jakarta

31 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) A. PENDAHULUAN 1. Interviewer mengucapkan salam. 2. Interviewer memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud penelitian 3. Interviewer menyampaikan bahwa hasil penelitian ini semata untuk kepentingan keilmuan sehingga informasi yang diberikan responden akan dijaga kerahasiaannya. 4. Interviewer mohon ijin pengambilan gambar saat wawancara. B. IDENTITAS RESPONDEN 1. Bagian : a. Rektorat/biro b. Fakultas... c. Pascasarjana d. UPT... e. TV-Ku 2. Nama : Umur :...tahun. 4. Masa Kerja :...tahun 5. Golongan : Pendapatan : Rp.../bulan C. KEBIASAAN MEROKOK 1. Dalam 6 bulan terakhir apakah anda merokok? 1. Ya 2. Tidak 2. Berapa batang rata-rata rokok yang dihisap setiap harinya?...batang 3. Dimana tempat yang anda gunakan untuk merokok? 1. rumah 2. kantor, sebutkan tempatnya...

32 3. warung makan 4. Lainnya, sebutkan Kapan biasanya anda merokok?... D. KEBIASAAN BEROLAHRAGA 1. Dalam sebulan terakhir apakah anda pernah berolahraga? 1. Ya 2. Tidak 2. Jika pernah, Jenis Olahraga Frekuensi/minggu Durasi (jam)/waktu E. PENUTUP 1. Interviewer mengecek kembali kelengkapan jawaban responden. 2. Interviewer mengucapkan dan memberikan tanda terimakasih. 3. Mengucapkan salam penutup

33 RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PENELITI Nama Lengkap dan Gelar : Nurjanah, SKM NPP : Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tanggal Lahir : Wonogiri, 29 Oktober 1975 Alamat Kantor/ Telepon : Jl. Nakula I 5-11 Semarang, Fakultas/Jurusan : Kesehatan/Kesehatan Masyarakat Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/IIIA Bidang Keahlian : Promosi Kesehatan Pendidikan Profesional : S-1 Kesehatan Masyarakat tahun 1998 Riwayat Pekerjaan : Dosen di Fakultas Kesehatan UDINUS, sekarang Riwayat Penelitian : 1. Ketua Tim Peneliti Imlementasi Pasal 83 UU No. 13 Th 2003 tentang Hak Menyusui Pekerja Perempuan Selama Waktu Kerja Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Anak, dibiayai Dipa DP2M Dikti Nomor : 242/D3/Pl/ Anggota tim Peneliti Kesiapan Petani Tembakau Menghadapi RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan (Studi Kasus di Kabupaten Temanggung) bersama Balitbang Propinsi Jawa Tengah (2009) Publikasi Ilmiah : 2. Pembicara pada seminar Kesiapan Petani Tembakau menghadapi RUU Pengendalian Tembakau di Bappeda Kabupaten Temanggung 2. Pembicara pada Workshop Perencanaan dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah dengan judul Amanah Pasal-pasal tentang Tembakau pada UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan Semarang, Maret 2010 Ketua Peneliti Nurjanah, S.KM NPP

34 Nama Lengkap dan Gelar : Suharyo, SKM, M.Kes NPP : Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 18 Mei 1979 Alamat Kantor/ Telepon : Jl. Nakula I 5-11 Semarang, Fakultas/Jurusan : Kesehatan/Kesehatan Masyarakat Pangkat/Golongan : Lektor/IIIC Bidang Keahlian : Epidemiologi Pendidikan Profesional : S-1 Kesehatan Masyarakat tahun 2001 S-2 Promosi Kesehatan tahun 2009 Riwayat Pekerjaan : Dosen di Fakultas Kesehatan UDINUS, sekarang Riwayat Penelitian : 1. Hubungan antara kejadian gondok akibat kurang iodium dengan tingkat konsentrasi dan prestasi belajar pada murid SD/MI kelas V di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati tahun 2001.(mandiri) 3. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kebugaran jasmani pada manusia usia lanjut di Jawa Tengah (studi kasus di panti wreda Kota Semarang), 2004 (dibiayai oleh P & K Jateng) Publikasi Ilmiah : 1. Hubungan antara kejadian gondok akibat kurang iodium dengan tingkat konsentrasi dan prestasi belajar pada murid SD/MI kelas V di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati tahun Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis (studi kasus di Kota Semarang dan sekitarnya), Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kebugaran jasmani pada manusia usia lanjut di Jawa Tengah (studi kasus di panti wreda Kota Semarang), 2004 Semarang, Maret 2010 Anggota Peneliti Suharyo, S.KM NPP

35

36

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010)

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) PENELITIAN IPTEKS PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) LAPORAN AKHIR Oleh : 1. Nurjanah, S.KM (NPP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di kelompok pengrajin batik

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015 57 Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok Gisella Maria

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM (Studi Pada Peternakan Ayam CV. Malu o Jaya dan Peternakan Ayam Risky Layer Kabupaten Bone Bolango) Putri Rahayu H. Umar Nim. 811409003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU Dwi Purnamasari Zees Program Studi keperawatan, fakultas ilmu ilmu kesehatan dan keolahragaan, universitas negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang telah membudaya bagi masyarakat di sekitar kita. Di berbagai wilayah perkotaan sampai pedesaan, dari anak anak sampai orang

Lebih terperinci

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058 Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) Dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengampelasan Di Industri Mebel X Wonogiri Rimba Putra Bintara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Status Gizi Kebiasaan Merokok Kapasitas Vital Paru Masa Kerja Penggunaan Masker Posisi Kerja Gambar 3.1 Kerangka

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan survei analitik menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (kepribadian, pengaruh teman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Perhatikan gambar berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Bagian yang ditunjukan nomor 2 dan 4 adalah... Bronkiolus dan alveolus Bronkus danalveolus Bronkus

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Laporan Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Oleh SAUSAN NAZHIRA 1206103010064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yaitu penelitian untuk menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok objek.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Kemudian melakukan analisis komparasi (comparative study) dengan cara BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik, yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

Lebih terperinci

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang

Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang Oleh Rr. Vita Nur Latif (Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan rr.vitanurlatif@yahoo.com ABSTRAK Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran terhadap nilai kapasitas vital

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular dan sistem respirasi harus bekerja sama untuk melakukan pertukaran gas. Sistem ini berfungsi untuk mengelola pertukaran oksigen dan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas : Variabel Terikat : 1. Kadar Debu 2. iklim kerja 3. Ventilasi 4. Umur 5. Kebiasaan Merokok Kapasitas Vital Paru 6. Kebiasaan Olahraga 7.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa menghisap rokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, tetapi sampai sekarang masyarakat Indonesia masih banyak yang merokok,

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapasitas paru merupakan volume udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah inspirasi maksimal (costanzo, 2012). Kapasitas vital paru rata rata pada usia

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional, untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENYAKIT HIV DAN AIDS PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENYAKIT HIV DAN AIDS PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 PENELITIAN IPTEKS LAPORAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENYAKIT HIV DAN AIDS PADA ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 Oleh : 1. Suharyo, S.KM (NPP. 0686.11.2002.295)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran. Seseorang dengan aktivitas fisik rendah memiliki 20% sampai 30% lebih tinggi risiko

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010)

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 2 / September 2010 PENGARUH KEBIASAAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang mengarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelational untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas yaitu peran pengawas minum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gresik karena ibu hamil yang mengalami KEK dan bayi dengan berat lahir rendah masih tinggi. Waktu pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

BAB III METODE PENELITIAN. Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah analitik observasional (Setiawan dan Saryono, 2010, p.84) dengan menggunakan rancangan cross sectional atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi (correlation study) yakni penelitian atau penelaahan hubungan antara variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18 1. Perhatikan gambar berikut! Image not found http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/bio9-18-01.png Bagian yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengajuan hipotesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok menimbulkan berbagai masalah, baik di bidang kesehatan maupun sosio-ekonomi. Rokok menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti gangguan respirasi, gangguan

Lebih terperinci

Sistem Pernafasan Manusia

Sistem Pernafasan Manusia Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010)

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) JURNAL VISIKES - Vol. 9 / No. 2 / September 2010 PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN OLAH RAGA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU (STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2010) Nurjanah, Suharyo*)

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O Apersepsi Kegiatan Siswa menarik napas kemudian menghembuskan napas Pertanyaan Melalui kegiatan bernapas yang telah kamu lakukan, dapatkah kamu memprediksikan organ apa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah. 1 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KAPASITAS PARU TENAGA KERJA PENGANGKUT SAMPAH DI KABUPATEN GORONTALO Novalia Abdullah, Herlina Jusuf, Lia Amalaia novaliaabdullah@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian analitik yang menjelaskan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang menggunakan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Rancangan penelitian ini merupakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Suhu Udara Kelembaban Udara Keluhan Sick Building Syndrome Angka Total Mikrobiologi Udara Gambar 3.1 Kerangka konsep B. Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka. 1 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan. Penulis melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas tentang jenis, rancangan, dan desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti memilih tipe pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu penelitian yang bersifat penjelasan pada setiap variabelnya melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel pada obyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancang Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010,

BAB III METODE PENELITIAN. explanatory study dengan pendekatan potong lintang (cross. simultan (dalam waktu yang bersamaan) (Notoatmodjo, 2010, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik explanatory study dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasional untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasional untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasional untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas yakni peran keluarga dalam PMO dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi Kedokteran dan Ilmu Farmakologi-Toksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian survei (Survey Research Method), yaitu suatu penelitian. (sampel) (Notoatmodjo,2010, pp.25-26).

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian survei (Survey Research Method), yaitu suatu penelitian. (sampel) (Notoatmodjo,2010, pp.25-26). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode penelitian survei (Survey Research Method), yaitu suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu 37 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya (status merokok orang tua, pergaulan teman sebaya,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci