BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkat laku baik pengetahuan, pengertian, kebiasaan, ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti serta sikap. Senada dengan Hamalik (2004: 30) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku seseorang, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini juga didukung oleh Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Gagne & Briggs dalam Sukiniarti (2006) yang menyatakan hasil belajar ialah kemampuan internal meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah siswa mengikuti pembelajaran dan siswa mampu menerapkan materi yang telah diajarkan dalam berbagai bidang. Menurut Srianti (2006) juga menyampaikan hal yang senada yaitu hasil belajar ialah nilai yang diperoleh siswa setelah siswa mempelajari suatu pokok bahasan. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005: 23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Enam aspek dalam ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari enam aspek yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif serta interpretatif. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penelitian ini sejalan dengan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005: 22) yang mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang dilihat dalam penelitian ini dapat berupa tes formatif, menurut Purwanto (2004) yang terpenting dalam penilaian tes formatif adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan dalam program satuan pelajaran. 5

2 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa, menurut Sudjana (2005) dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa yaitu kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial politik, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar yang dapat diraih siswa juga tergantung dari lingkungan, salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran, yang dimaksud kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat tiga unsur dalam kualitas pengajaran yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. kemampuan siswa dan kualitas pengajaran mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa, artinya makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Senada dengan pendapat tersebut, pendapat Hadis dan Nurhayati (2010: 100) juga menyatakan bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada diri siswa. Faktor psikologis antara lain faktor bakat, intelegensi, sikap, perhatian, pikiran, persepsi, pengamatan, minat dan motivasi; faktor sosiologis siswa yang mempengaruhi hasil belajar ialah kemampuan siswa berinteraksi sosial dan komunikasi sosial, baik sesama siswa dengan siswa, ataupun siswa dengan guru; faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil belajar ialah faktor kesehatan pancaindera secara khusus dan kesehatan fisik secara umum yang dimiliki siswa. Faktor eksternal berupa faktor lingkungan, peralatan dan faktor eksternal lainnya. 3. Bahan Ajar a. Pengembangan Bahan Ajar Menurut Mudlofir (2011:128) menyatakan bahan ajar adalah segala jenis bahan yang digunakan untuk membantu guru/intruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Senada dengan Mudlofir, Purnomo (2006) juga menyatakan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar dan membaca. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sutopo dan Haryanto (2005) yang menyatakan bahwa bahan ajar atau alat bantu ajar ialah bahan yang berupa alat elektronik maupun non elektronik atau kombinasi keduanya yang digunakan untuk mendukung strategi dan metode dalam proses pembelajaran. 6

3 Menurut Purnomo (2006) proses pengembangan ada tiga kegiatan yang dilakukan yaitu mengkaji kurikulum, mengumpulkan dan menyeleksi bahan, dan menulis draf modul. Pengkajian kurikulum dimaksudkan untuk menentukan kompetensi yang harus dibinakan, indikator kompetensinya apa dan apa materinya. Pengumpulan dan penyeleksian bahan dimaksudkan untuk mengumpulkan bahan atau materi ajar yang mungkin sesuai kurikulum, kemudian menyeleksinya berdasarkan kriteria tertentu. Menulis draf merupakan kegiatan inti yang menghasilkan draf modul untuk siswa dan modul untuk guru. Strategi dalam proses pengembangan bahan ajar menurut Sutama (2000) yang pertama ialah stategi pengelolaan yaitu pengorganisasian isi mata pelajaran (pemilihan isi, penataan isi, dan pembuatan format). Kedua, strategi penyampaian yaitu metode dalam pembelajaran. Ketiga, stategi pengelolaan yaitu penataan variabel siswa dengan variabel pembelajaraan lainnya. Keterpaduan antar aspek akan mendasari pengembangan bahan ajar ini. Pengembangan bahan ajar ini juga mempunyai prosedur, agar proses yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. Menurut Sutadji (2000) yang menyatakan langkah-langkah pengembangan mengikuti alur berikut: tahap pertama adalah mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran di kelas; tahap kedua adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dikembangkan dan mengkaji silabus yang ada; tahap ketiga, menyusun dan mengembangkan modul dengan komponen-komponen: topik, pengantar, daftar isi, petunjuk, prasyarat, tes awal, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, epitome/kerangka isi pembelajaran, materi, gambar, rangkuman, latihan, tugas, sisipan dan rujukan; tahap keempat, uji coba dan revisi yang meliputi uji coba produk dan revisi produk dan tahap kelima, prototipe modul pembelajaran individual. Pengembangan tersebut dapat menghasilkan bahan ajar yang baik jika mempunyai ciri-ciri seperti yang disampaikan oleh Mudlofir (2011) yang menyatakan ciri-ciri bahan ajar yang baik antara lain menimbulkan minat baca, ditulis dan dirancang untuk siswa, menjelaskan tujuan instruksional, disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai, memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih, mengakomodasi kesulitan siswa, memberikan rangkuman, gaya penulisan komunikatif dan semi formal, kepadatan berdasar kebutuhan siswa, dikemas untuk proses instruksional, mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, menjelaskan cara mempelajari bahan ajar. Hal ini juga didukung oleh Sutopo dan Haryanto (2005) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang bermutu jika memuat antara lain kesahitan yaitu benar tidaknya fakta, data dan konsep 7

4 yang menjadi rujukan penulisan; kemutahiran yaitu aktual tidaknya materi yang disampaikan; kedalaman artinya intensitas pembahasan materi; konsistensi yaitu ketetapan dalam pemakaian suatu istilah; kejelasan yaitu ada kesamaan pemahaman antara penulis dan pembaca; keruntutan yaitu alur penyajian materi sesuai ddengan alur disiplin ilmu; kesesuaian artinya ada keserasian antara tujuan penulisan dengan bobot tulisan yang disajikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dalam pengembangan bahan ajar sesuai dengan Sutadji (2000) yang menyatakan langkah-langkah pengembangan yaitu: mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran di kelas; menetapkan matapelajaran yang akan dikembangkan dan mengkaji silabus yang ada; menyusun dan mengembangkan modul dengan komponenkomponen: topik, pengantar, daftar isi, petunjuk, prasyarat, tes awal, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, epitome/kerangka isi pembelajaran, materi, gambar, rangkuman, latihan, tugas, sisipan dan rujukan; uji coba dan revisi yang meliputi uji coba produk dan revisi produk; prototipe modul pembelajaran individual. b. Jenis Bahan Ajar Sutopo dan Haryanto (2005) menyampaikan jenis bahan ajar ialah bahan cetak misalnya hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur; audio visual misalnya video atau film, VCD; audio misalnya radio, kaset, CD audio; Visual misalnya foto, gambar, model atau market; multimedia misalnya CD interaktif, internet. Senada dengan Sutopo dan Haryanto, Mudlofir (2011) membagi jenis bahan cetak yang pertama ialah buku teks, indikator yang harus dimiliki buku teks sehingga dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran ialah kesahitan, kemutahiran, kedalaman, konsistensi, kejelasan, keruntutan dan kesesuaian; kedua, laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang aktual atau mutakhir; ketiga, jurnal yaitu penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar; keempat, pakar bidang studi yang penting digunakan sebagai sumber bahan ajar dan dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dan sebagainya; kelima, kalangan profesional ialah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu; keenam, buku kurikulum yang digunakan sebagai sumber bahan ajar, karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi bahan dapat ditemukan; 8

5 ketujuh, penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan berkala seperti koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu mata pelajaran; kedelapan, internet sebagai sumber bahan ajar siswa untuk belajar; kesembilan, media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio); kesepuluh, lingkungan (alam, sosial, seni budaya, teknik, industri, ekonomi). Menurut hasil penelitian Purnomo (2006) yang menyatakan bahwa ada beberapa kategori bahan ajar yang digunakan oleh guru, yaitu buku wajib, buku penunjang (misalnya: buku teks ), lembar kerja siswa (LKS) dan bahan pembelajaran buatan guru. Buku wajib yang digunakan oleh guru pada umumnya adalah buku pelajaran matematika yang telah diterbitkan, baik oleh penerbit pemerintah atau swasta. Buku penunjang yang biasa digunakan oleh guru adalah buku-buku terbitan swasta. Lembar kerja siswa (LKS) adalah bahan ajar yang berupa tugas dan pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa, yang hanya ada latihan dan soal-soal. Guru juga membuat atau mengembangkan bahan pembelajaran sendiri yang berupa LKS dan handout. Beberapa jenis bahan ajar yang diuraikan di atas, dipilih bahan ajar jenis buku teks untuk dikembangkan menjadi modul. Menurut Rowntree dalam Setiawan (2007), menjelaskan empat tahapan yang perlu dilakukan dalam pengembangan modul, sebagai berikut: pertama, mengindentifikasi tujuan instruksional, penulisan tujuan instruksional harus mengandung aspek ABCD (Audience, Behaviour, Condition dan degree). A merujuk pada siapa yang menjadi target, sasaran atau peserta didik. B menjelaskan kompetensi yang diharapkan akan dikuasai peserta didik setelah mempelajari modul. C merujuk pada situasi di mana tujuan diharapkan akan dicapai. D adalah tingkat kemampuan yang kita inginkan dikuasai pembaca; kedua, memformulasikan garis besar materi, pada saat menentukan materi, juga harus memperhatikan ABCD dari tujuan instruksional. Artinya materi harus disesuaikan dengan target siswa, tingkah laku siswa yang diharapkan akan dikuasai setelah mempelajari modul, kondisi tingkah laku dan tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai; ketiga, menulis materi, pada saat mulai menulis modul, ada tiga pertanyaan yang harus dijawab untuk menentukan keluasan dan kedalaman materi yang ditulis, antara lain: apa yang harus diketahui siswa setelah selesai membaca materi?; apa yang sebaiknya diketahui siswa setelah membaca materi?; apakah ada manfaatnya jika siswa selesai membaca materi?; keempat, menentukan format dan tata letak. Variabel yang mempengaruhi tata letak meliputi empat hal berikut ini: ukuran halaman dan format, kolom dan margin, penempatan tabel, gambar, dan diagram 9

6 4. Modul Berbasis PMRI a. Modul Pengertian modul yang didefinisikan Russel dalam Ali (2004) ialah suatu paket belajar mengajar berkenaan satu unit bahan pelajaran. Senada dengan Ali, Mudlofir (2011) juga menyatakan modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Pendapat tersebut didukung oleh Muljono (2001) yang mendefinisikan modul sebagai unit terkecil dari pelajaran yang memuat suatu konsep secara utuh, sehingga dapat dipelajari secara terpisah dari bagian lain tanpa mengurangi maknanya. Senada dengan pendapat Muljono, Santyasa (2009) juga menjelaskan pengertian modul sebagai suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Ciri-ciri modul berdasarkan Ali (2004) pertama ialah unit pengajaran terkecil yang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional, terdiri dari: rumusan tujuan instruksional yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menyelesaikan unit pelajaran, deskripsi isi pengajaran yang harus dikuasai siswa, daftar alat-alat pelajaran yang akan digunakan siswa dalam proses belajar mengajar; kegiatan belajar yang harus dilakukan disusun dalam jenis teks bacaan dan petunjuk yang harus diikuti serta lembaran kerja yang berisi tugas-tugas yang harus diselesaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan; kunci jawaban kerja; lembaran evaluasi -test- untuk mengukur taraf penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari dilengkapi lembaran jawaban; kunci evaluasi berisi jawaban yang benar dari setiap soal test sebagaimana tercantum pada lembaran evaluasi; petunjuk guru yang berisi petunjuk penggunaan modul. Kedua, sebuah modul dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan siswa dapat belajar sendiri seoptimal mungkin. Ketiga, sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi setiap akhir unit pelajaran. Keempat, sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing. Kelima, sebuah modul dirancang berasaskan kepada belajar tuntas. Tarat ketuntasan yang ditentukan adalah 75%. Siswa yang belum mencapai taraf itu tidak diperkenankan melanjutkan mempelajari modul berikutnya. Menurut Mudlofir (2011) yang menyebutkan tujuan penulisan modul ialah memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau 10

7 peserta diklat maupun guru/instruktur; mengefektivitaskan belajar siswa, seperti: meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa, mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnnya, memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Senada dengan Mudlofir, Sutadji (2000) juga menyebutkan beberapa kelebihan pemanfaatan penggunaan modul adalah: lebih mengutamakan proses belajar; rumusan tujuan belajarnya jelas; mengutamakan cara belajar yang aktif; menggunakan banyak balikan dan evaluasi; memperhatikan perbedaan kemampuan setiap individu; motivasi belajar lebih tinggi; pembelajaran lebih efektif; dapat mengetahui tingkat keberhasilan yang telah dicapai; dapat mengetahui bahan pembelajaran yang belum dikuasai siswa; dapat menerima balikan mengenai tingkat keberhasilan; diberikan waktu untuk memperbaiki halhal yang belum disampaikan. Pendapat-pendapat di atas juga didukung oleh Nasution (2008: ) menyebutkan kelebihan modul bagi siswa dan guru, bagi siswa antara lain: modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya; setiap siswa mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas; tujuan modul jelas dan spesifik sehingga siswa terarah untuk mencapainya dengan segera; langkah-langkah pembelajaran modul yang teratur, menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya; dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain: kecepatan belajar, cara belajar, dan bahan pelajaran; kerja sama antar siswa lebih terarah karena setiap siswa tidak bersaing untuk mencapai rangking tertinggi, juga kerjasa dengan guru karena kedua belah pihak merasa sama bertanggung jawab atas berhasilnya pengajaran; modul memberi kesempatan pelajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan atau kekurangan siswa yang segera dapat ditemukan sendiri oleh siswa berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu. Kelebihan bagi guru antara lain: penyusunan modul yang cermat memudahkan siswa mempelajari materi sehingga hasil belajar yang baik bagi semua siswa lebih terjamin, guru pun mendapatkan kepuasan yang lebih besar karena telah melakukan profesinya dengan baik; modul memberikan kesempatan dan waktu yang lebih besar untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap siswa yang membutuhkannya tanpa mengganggu seluruh kelas; guru mendapatkan lebih banyak waktu untuk pelajaran tambahan sebagai pengayaan; modul membebaskan guru dari persiapan pelajaran karena seluruhnya telah disediakan oleh modul; modul yang berdiri sendiri 11

8 mengenai topik tertentu dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, ini berarti penghematan waktu dan sekolah-sekolah dapat saling bertukar modul; pengajaran modul menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai proses belajar itu sendiri, pertanyaan tersebut merangsang guru berpikir dan mendorong bersikap ilmiah tentang profesinya serta lebih terbuka bagi saran-saran dari pihak siswa untuk memperbaiki modul; penggunaan modul yang dicobakan pada siswa yang kecil jumlahnya dalam taraf pengembangan sehingga dapat dinilai taraf hasil belajar siswa tentang keefektivitasan bahan tersebut. Uraian di atas menyebutkan kelebihan pengajaran dengan modul dibandingkan tanpa modul, namun ada sejumlah massalah timbul bagi siswa, guru, maupun administrator. Kesulitan bagi siswa antara lain: siswa harus sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan-godaan teman untuk bermain; siswa yang suddah terbiasa memandang guru sebagai sumber belajar utama dalam pelajaran dapat menimbulkan kesukaran siswa untuk penyesuaian. Kesulitan bagi guru ialah persiapan penyusunan modul yang memakan waktu yang banyak juga memerlukan keahlian dan ketrampilan yang cukup, hendaknya guru diberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkannya; kedudukan guru yang tinggi akan banyak berkurang dengan pengajaran modul, ada kemungkinan guru merasakan kehilangan gengsi; guru akan menghadapi siswa yang akan menanyakan hal-hal yang mungkin berkenaan dengan berbaggai fase keseluruhan bahan tidak berpusat pada bagianbagian tertentu. Kesulitan bagi administrator antara lain: memerlukan lebih bnyak fasilitas yang melibatkan soal pembiayaan; penyusunan jadwal pelajaran yang fleksibel dapat pula menimbulkan kesukaran; kesulitan-kesulitan tersebut maka pelaksanaan pengajaran modul di PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) masih belum mampu membiarkan siswa-siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing, dengan program pengayaan dicoba agar semua siswa mulai dengan modul yang sama pada waktu yang bersamaan, sehingga semuanya menyelesaikan studinya dan memperoleh STTB pada saat yang sama pula. Modul sebelum diterapkan kepada siswa terlebih dahulu modul divalidasikan kepada 3 orang ahli. Menurut Amiyati (2010) ketentuan kriteria persentase validitas sebagai berikut: Tabel 2.1 Kriteria Persentase Validitas Persentase Kriteria Validitas Baik sekali Baik Cukup Gagal 12

9 Berdasarkan uraian pengertian modul di atas, dapat disimpulkan pengertian modul berdasarkan pendapat Mudlofir (2011) yang menyatakan modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. b. PMRI Marpaung (2004) menyatakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan paradigma pendidikan sekarang. PMRI menginginkan adanya perubahan dalam paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar menjadi paradigma belajar. Senada dengan pendapat Marpaung, Zulkarnain (2002) menyatakan PMRI juga menekankan untuk membawa matematika pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata. Suharta (2003) juga menyampaikan proses pembelajaran PMRI dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: siswa diberikan masalah realistik, dan diberi kesempatan untuk memahami masalah; siswa secara individual atau kelompok memecahkan masalah, dengan terlebih dahulu membuat model matematika; melalui diskusi/interaksi kelas siswa dibimbing untuk menemukan matematika formal; setelah siswa merekonstruksi pengetahuan matematika formal, siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikannya baik dalam matematika maupun dalam bidang yang lain. Terdapat 5 karakteristik utama dalam PMRI yakni: yang pertama dengan menggunakan konteks dunia nyata, dalam PMRI pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual dari konsep yang sesuai dari situasi nyata yang dinyatakan oleh De Lange sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit, kemudian siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyatahal tersebut untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematika dengan pengalaman sehari-hari dan penerapan matematika sehari-hari. Karakteristik kedua ialah menggunakan model-model (matematisasi). Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri (self developed models). Peran self developed models merupakan jembatan bagi siswa 13

10 dari situasi real ke situasi abstrak atau dari matematika formal ke matematika informal. Ketiga, menggunakan produksi dan kontruksi. Pembuatan produksi bebas siswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal siswa yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber informasi dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut yaitu untuk mengkontruksi pengetahua matematika formal. Keempat menggunakan interaktif, secara eksplisit jenis-jenis interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pernyataan atau refleksi digunakan untuk mencapai jenis formal ke jenis-jenis informal siswa. Karakteristik kelima ialah menggunakan keterkaitan (intertwinment), dalam PMRI pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Proses Pembelajaran yang mengabaikan keterkaitan dengan bidang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah. Pengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, tidak hanya aritmatika, aljabar, geometri tetapi juga bidang lain. Menurut Danoebroto (2008) juga menyampaikan hal yang sama yaitu pendekatan PMRI merupakan salah satu inovasi pembelajaran matematika yang potensial meningkatkan koneksi siswa terhadap konsep-konsep matematika. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI konsep matematika diperoleh melalui proses berpikir siswa sendiri sehingga pembelajaran berpusat pada siswa. Masalah nyata atau situasi sehari-hari digunakan sebagai titik mula pembelajaran, oleh karena masalah kontekstual tersebut harus realistik atau nyata bagi siswa. Menurut Dhoruri (2010) dalam Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) matematika menyebutkan standar bahan ajar PMRI ialah bahan ajar disusun dengan kurikulum yang berlaku; bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk memotivasi siswa dan membantu siswa belajar matematika; bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang terkait sehingga siswa memperoleh pengetahuan matematika yang bermakna dan utuh; bahan ajar memuat materi pengayaan yang mengakomodasi perbedaan cara dan kemampuan berpikir siswa; bahan ajar dirumuskan atau disajikan sedemikian sehingga mendorong memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif serta berinteraksi dalam belajar. c. Modul PMRI Modul yang digunakan dalam penelitian adalah modul berbasis PMRI. Modul berbasis PMRI disusun dengan melibatkan karakteristik PMRI yakni: menggunakan 14

11 konteks dunia nyata; menggunakan model-model; menggunakan produksi dan kontruksi; menggunakan interaktif; menggunakan keterkaitan. Penyusunan modul PMRI juga memperhatikan syarat-syarat ditaktik, kontruksi dan taktis. Bahan ajar modul PMRI ini sesuai dengan pendapat Fauzan (2005) yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran PMRI terdiri dari perangkat pembelajaran pegangan siswa dan pegangan guru. perangkat pembelajaran pegangan siswa memuat soal-soal kontekstual serta soal-soal untuk pekerjaan rumah. Beberapa soal kontekstual yang diberikan dalam setiap pertemuan juga langsung sebagai soal kuis. Kuis ini berfungsi untuk melihat daya serap siswa dalam mempelajari tiap alur belajar yang diperkenalkan. Perangkat pembelajaran pegangan guru memuat modul kerja siswa dan komentar tentang soal-soal kontekstual bervariasi antara yang satu dengan yang lain. Komentar tersebut berupa petunjuk yang mungkin dibutuhkan siswa, beberapa alternatif solusi dari soal-soal kontekstual, suatu tindak lanjut yang mungkin dapat dilakukan guru berdasarkan jawaban yang diberikan siswa. 4. Karakteristik Siswa Kelas VIII Sunarto (2008: 6) berpendapat: seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang berada di dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang pun yang sama. Kategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut: pertama; perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak. Kedua, perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga dan suku. Ketiga, perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap. Keempat, perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar. Kelima, perbedaan kecakapan atau kepandaian. Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku mereka di rumah maupun di sekolah. Menurut Piaget dalam Sunarto (2008: 24) menambahkan perkembangan kognitif siswa kelas VIII antara umur 11 tahun-dewasa termasuk pada tahap keempat yaitu masa operasi formal. Usia remaja seseorang sudah mampu berpikir abstrak dan hipotetis. Remaja dalam berpikir operasional formal setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting yaitu: sifat deduktif hipotesis: dalam menyelesaikan masalah, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik. Remaja menganalisis masalah dan mengajukan cara-cara penyelesaian hipotesis yang mungkin. Kedua ialah berpikir operasional juga berpikir kombinatoris: sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisis. 15

12 Senada dengan pendapat Sunarto, Danim (2010) yang menyatakan juga bahwa kebanyakan siswa yang mencapai tahap operasi formal akan mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Tahap ini siswa dapat berpikir abstrak dan deduktif, serta dapat mempertimbangkan kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan atas kejadian yang siswa alami secara langsung. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan karakter siswa SMP menurut Danim (2010) yang menyimpulkan bahwa kebanyakan siswa masih pada tahap operasi formal yang mempunyai ciri-ciri dapat berpikir abstrak dan deduktif. 5. Materi Bahan Pokok Matematika Kelas VIII Sistematika bahan pokok pelajaran yang menjadi bahan penelitian di kelas VIII yaitu materi bangun ruang sisi datar mengenai sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas; membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas; menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma dan limas; menghitung volume kubus, balok, prisma dan limas. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian Indaryanti (2008) yang berjudul pengembangan modul pembelajaran individual dalam mata pelajaran matematika di kelas XI SMA Negeri 1 Palembang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa modul yang dihasilkan dari pengembangan ini, isi materi dalam modul sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran dan dapat digunakan oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Pelembang. Penelitian Santyasa (2009) berjudul metode penelitian pengembangan dan teori pengembangan modul. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Negeri 1 Nusa Penida pada kelas X. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu didapatkan produk modul yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Penelitian Danoebroto (2008) berjudul meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui pendekatan PMRI dan pelatihan metakognitif. Hasil dari penelitiannya menyebutkan kemampuan siswa memecahkan masalah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI dan metakognitif lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Penelitian Suharta (2003) yang berjudul Pendidikan Indonesia Realistik Indonesia (alternatif pembelajaran matematika yang berorientasi kurikulum berbasis kompetensi) yang menyatakan bahwa PMRI merupakan alternatif pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum yang berlaku dan 16

13 berpotensi menumbuhkan rasa senang dengan matematika atau atau menghilangkan rasa takut terhadap matematika. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dapat terlihat dari hasil belajar siswa pada materi yang diajarkan. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut salah satu caranya dengan penerapan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa SMP. Penelitian ini akan didesain bahan ajar dengan mengembangkan teori dari (Sutadji, 2000) dan (Fauzan, 2005) untuk melakukan pembelajaran dengan penggunakan modul pembelajaran matematika berbasis PMRI. Guru dan sekolah kebanyakan menggunakan bahan ajar berupa buku wajib, buku penunjang (misalnya: buku teks atau buku pelajaran), lembar kerja siswa (LKS). Penggunaan bahan ajar tersebut untuk mempermudahkan siswa, tetapi pada kenyataannya materi yang disajikan dalam buku teks misalnya tidak sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa. Penelitian yang dilakukan Indaryanti (2008) menunjukan bahwa modul yang dirancang sudah sesuai kurikulum dan hasil belajar siswa yang diajar dengan modul terjadi peningkatan. Pendekatan PMRI yang digunakan dalam penyusunan modul pembelajaran matematika didasarkan karakteristik dari PMRI yang berpusat pada siswa, persoalan kontekstualnya nyata dalam kehidupan siswa sehingga sesuai dengan karakteristik siswa kelas VIII pada masa remaja. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat disusun kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang timbul. Kegiatan belajar mengajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya sarana dan prasarana, minat, aktivitas, metode pembelajaran, proses pembelajaran, dan sebagainya. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar matematika adalah sarana dan prasarana yang berupa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan bahan ajar yang tidak tepat dalam pembelajaran juga dapat menghambat proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika yang lebih efektif diantaranya dengan menerapkan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik siswa SMP. Penggunakan Modul pembelajaran matematika berbasis PMRI dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran. 17

14 Secara sistematis kerangka pemikiran dari hubungan bahan ajar dengan hasil belajar siswa ditunjukkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Sistematis Kerangka Berpikir Analisis bahan ajar yang ada Studi kepustakaan Merancang bahan ajar yang dikembangkan berupa modul pembelajaran berbasis PMRI Validasi modul dengan para ahli Revisi modul Modul diterapkan pada siswa kelas VIIID SMP Negeri 3 Suruh Analisis hasil belajar siswa Kelompok eksperimen dengan bahan ajar modul berbasis PMRI Kelompok kontrol tanpa modul berbasis PMRI Diharapkan hasil belajar siswa dengan modul berbasis PMRI lebih baik dibanding siswa dengan tanpa modul berbasis PMRI D. Hipotesis Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan modul pembelajaran pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar berbasis PMRI terhadap hasil belajar siswa kelas VIIID SMP Negeri 3 Suruh Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun ajaran 2011/

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ada banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (1991:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dalam bertindak atau beraktifitas menuju pembenaran, dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Potret pembelajaran sastra di berbagai sekolah (di Indonesia) selama ini terlihat buram dan sedih. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif terhadap

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Lampiran B6 DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP 1. Kelayakan Penyajian UNTUK AHLI MEDIA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data hasil PISA dan TIMSS. Tahun PISA TIMSS dari 38 negara dari 41 negara -

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data hasil PISA dan TIMSS. Tahun PISA TIMSS dari 38 negara dari 41 negara - BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat perlu dimiliki oleh setiap orang. Dengan pendidikan, seseorang akan mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi pada saat ini dan mampu

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.

BAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd. BAHAN AJAR MODUL Irnin Agustina D.A., M.Pd. 1. definisi modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (depdiknas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI POKOK LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME PRISMA DAN LIMAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

KONSEP RENCANA PEMBELAJARAN

KONSEP RENCANA PEMBELAJARAN KONSEP RENCANA PEMBELAJARAN RENCANA PEMBELAJARAN Merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan Upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem solving pada materi barisan dan deret tak hingga, (2)

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PEMANFAATAN DAN PRODUKSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

PENYUSUNAN RENCANA PEMANFAATAN DAN PRODUKSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung PENYUSUNAN RENCANA PEMANFAATAN DAN PRODUKSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN 2013 Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung SILABUS DAN RPP Prinsip Pengembangan Silabus - Ilmiah: keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP

ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP 203 Lampiran B5 ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI UNTUK SISWA SMP KELAS VII SEMESTER GENAP UNTUK AHLI MEDIA Yang terhormat, Nama :... Asal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN 1 PENGEMBANGAN SILABUS 1. Landasan Pengembangan Silabus 2. Pengertian Silabus 3. Pengembang Silabus 4. Prinsip Pengembangan Silabus 5. Tahapan Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan sumber daya manusia seutuhnya yang mampu membangun dirinya dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 PENGEMBANGAN SILABUS 1. Landasan Pengembangan Silabus 2. Pengertian Silabus 3. Pengembang Silabus 4. Prinsip Pengembangan Silabus

Lebih terperinci

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.

Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M. Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan Kegiatan Belajar 1 IKA KURNIAWATI, M.Pd Modul Pelatihan 7 PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KB 1 KONSEP,

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai alat untuk mengungkapkan informasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu: Dra. MM. Endang Susetyawati, M.Pd Disusun Oleh: Nikmahtun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal

PENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal PENYUSUNAN BAHAN AJAR Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal IDENTITAS Nama : U. Hendra Irawan Tempat Tgl Lahir : Bandung, 02 Juli 1969 Alamat : Komplek Puri Budi

Lebih terperinci

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Allen Marga Retta 1 1 Email: Allen_marga_retta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL. Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan,

PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL. Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, PEDOMAN PENYUSUNAN MODUL PEMBELAJARAN UNIVERSITAS ESAUNGGUL A. PENGERTIAN Modul merupakan sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika

BAB II KAJIAN TEORI. aplikasi dari konsep matematika. Pengenalan konsep-konsep matematika BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Realistik 1. Pengertian Pendekatan Realistik Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antar konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia perlu mendapatkan perhatian karena penyediaan bahan ajar yang berkualitas baik sesuai kurikulum

Lebih terperinci

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan Unit 4 Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak Isniatun Munawaroh Pendahuluan Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sudah umum digunakan bagi para guru tak terkecuali di tingkat Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bawen yang terletak sangat strategis karena berada di tepi jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01). 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Ke SD-an a. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung kemajuan bangsa dan Negara seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Dalam mendukung dan memfasilitasi peserta didik untuk belajar diperlukan proses yang dapat mengatur, membimbing, mengawasi,

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Ajar

Pengertian Bahan Ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai BAB II KAJIAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai bahan ajar. Dalam Prastowo (2015: 17), bahan ajar merupakan segala bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Keaktifan Belajar a. Pengertian Keaktifan Belajar Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui berbagai interaksi

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dipelajari oleh semua siswa, mulai dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis), design (perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern menuntut setiap negara harus siap dalam menghadapi perkembangan yang semakin maju, salah satunya dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan undang undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dilakukan melalui pendidikan bermutu yang diatur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil akhir baik berupa perilaku, maupun pengetahuan (kognitif) yang terjadi setelah proses pembelajaran dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globalisasi yang berkembang dengan pesat, mendorong perlunya perubahan paradigma pendidikan. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Terima kasih telah mengunjungi

Terima kasih telah mengunjungi PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penemuan-penemuan baru dalam ilmu dan teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibat dari pengaruhpengaruh itu maka pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media pembelajaran dalam dunia pendidikan. Teknologi telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang penting bagi setiap individu bahkan Negara. Dalam kehidupan yang penuh persaingan saat ini, seseorang diperhitungkan kedudukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1) Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk dimengerti. Banyak sekali siswa yang tidak suka dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada

Lebih terperinci