BAB I PENDAHULUAN. serangkaian upaya pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan. adanya perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan kerja,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan merupakan suatu elemen dari serangkaian upaya pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan kepada peningkatan martabat, harkat, dan kemampuan serta kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan suatu upaya yang bersifat menyeluruh di semua sektor dan daerah yang ditunjukan dengan adanya perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan mutu dan kemampuan, serta memberi perlindungan terhadap tenaga kerja. Berkaitan dengan itu maka pembangunan kualitas sumber daya manusia menjadi sebuah kunci. Yang tujuannya adalah mengambil peran di dalam sistem kehidupan global tersebut. Sehingga apabila pasar bebas diberlakukan maka diharapkan kita tidak dipinggirkan oleh pemain baru dalam perekonomian di negara kita. Sehingga seperti di negara kita Republik Indonesia eksistensi tenaga kerja sebagai sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dari berbagai komponen pembangunan. Komponen yang lainnya adalah alam, tenaga kerja, dan modal. Di dalam ekonomi ketiga komponen ini saling terkait dan tidak bisa dipisahkan, akan tetapi ternyata dalam kenyataan, mau tidak mau harus diakui, bahwasannya komponen

2 tenaga kerja sebagai sumber daya manusia merupakan suatu hal yang menonjol. 1 Proses inilah, dimana pada saat era reformasi banyak terjadi kebangkitan nasional yang semenjak dahulu rakyat Indonesia terkekang oleh rezim pemerintahan orde baru yang ditandai dengan berhentinya Suharto sebagai presiden. Dan selama 32 tahun pemerintahan orde baru, perlawanan yang ada selalu dibungkam di bawah permukaan karena selalu dicengkram oleh kebijakan politik yang dikenal sebagi security approach. Di era reformasi ini apresiasi buruh/pekerja/karyawan menjadi lebih transparan dimana permasalahan yang ada selalu diangkat ke permukaan. Sehingga permasalahannya tidak lagi hanya terbatas masalah persoalan perut semata seperti, gaji pokok, UMR, dan tunjangan, yang lebih bersifat normatif. Akan tetapi kini sudah merambah ke hal hal yang sifatnya subtansial, seperti pengelolaan perusahaan secara baik dan benar (good corporate governance), peranan tenaga kerja dalam pengelolaan perusahaan, kontribusi perusahaan dalam perpektif lingkungan, community development. Di dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) di tegaskan : bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari pasal tersebut dapat diartikan bahwa disinilah dibutuhkan peran dan fungsi negara dalam memunculkan regulasi serta kebijakan-kebijakan yang dapat memberikan jaminan lapangan kerja bagi 1 Gunadi kartasapoetra ( dkk), Hukum Perburuhan Pancasila dalam Pelaksanaan Hubungan Kerja, Penerbit Armico, Bandung, Cet.I, 1983, hal.9.

3 warga negara serta jaminan atas kehidupan yang layak sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Menurul Pasal 1 ayat (14) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan: perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya. Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan: perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. 2 Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan 2 Undang Undang Ketenagakerjaan lengkap. Sinar Grafika, hal 4.

4 perkembangan kemajuan dunia usaha. Dalam hubungan ini, maka suatu perekonomian yang digerakkan oleh rakyat untuk kepentingan rakyat banyak, merupakan cita-cita yang perlu diwujudkan. Proses demokratisasi semacam ini pada gilirannya akan mampu menumbuhkan nilai tambah kemartabatan yang akan mengarah pada terciptanya kemandirian dan keswadayaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan. Oleh karena itu maka pihak yang terkait dalam hal ini yaitu pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja harus terus melakukan pengawasan dan perlindungan berkaitan dengan penjaminan atas hak hak dasar tenaga kerja. Dalam perolehan hak di perusahaan pihak-pihak yang terlibat secara langsung adalah tenaga kerja, pengusaha, dan pemerintah. Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi, dan musyawarah tentang suatu masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah karena berkepentingan untuk terwujudnya hubungan kerja yang harmonis sebagai syarat keberhasilan suatu usaha, sehingga produktifitas dapat meningkat yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan ketentuan diatas, menurut teori pengayoman, hukum bertujuan untuk memberikan pengayoman atau mengayomi manusia. yang berarti melindungi manusia dalam arti pasif dan aktif. Dalam artian mencegah tindak sewenang-wenang dan pelanggaran hak, serat menciptakan kondisi masyarakat yang membuka jalan seluas mungkin serta mendorong manusia

5 untuk terus-menerus memanusiakan diri. Maksudnya hukum bertujuan untuk menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi yang memungkinkan proses-proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar, sehingga secara adil setiap manusia memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan seluruh potensi bakat dan kemampuan kemanusiaannya secara utuh. 3 Oleh karena itu perlawanan yang dilakukan oleh karyawan PT. Telkom merupakan suatu perjuangan pula yang mana untuk pertama kalinya adalah menuntut sesuatu hal yang sifatnya subtansial, dimana perjuangan ini bukanlah suatu upaya menuntut kenaikan gaji akan tetapi lebih dari itu yaitu menuntut perbaikan kesejahteraan, yakni memperjuangkan rasa memiliki yang sedemikian besar terhadap perusahaan tempat mereka bernaung. Oleh karena itu secara jelas diatur di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 tentang pekerja/serikat buruh bahwa pekerja/buruh sebagai warga negara yang mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam satu organisasi, serta mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 karyawan PT. Telkom khususnya di wilayah Divre IV Jawa Tengah-Yogyakarta yang bernamakan Serikat Karyawan (SEKAR) Telkom, maka organisasi ini bertujuan untuk membatalkan atau mengagalkan rencana tukar guling atau penjualan aset PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah-Yogyakarta kepada pihak 3 Tim pengajar PIH Fakultas Hukum UNPAR Pengantar Ilmu Hukum, FH UNPAR Jawa Barat 1995.hal 37.

6 PT. Indosat. Oleh karena itu Sekar Telkom merasa dirugikan apabila kepemilikan itu merupakan kepemilikan silang pada aset kepemilikan tersebut. Karenanya itu karyawan menolak dengan keras rencana tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka penulis ingin meneliti lebih jauh tentang besarnya Peranan Dinas Tenaga Kerja Dalam Pengawasan Perlindungan Atas Hak Hak Tenaga Kerja di PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah-Yogyakarta B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah peranan Dinas Tenaga Kerja dalam pengawasan perlindungan atas hak-hak tenaga kerja di PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah Yogyakarta? 2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja dalam pengawasan perlindungan atas hak-hak tenaga kerja di PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peranan Dinas Tenaga Kerja dalam pengawasan perlindungan atas hak hak tenaga kerja di PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah-Yogyakarta.

7 2. Untuk menemukan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Dinas Tenaga Kerja dalam pengawasan perlindungan atas hak hak tenaga kerja di PT. Telkom Divre IV Jawa Tengah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbang saran kepada pemerintah dalam rangka penentuan kebijakan ketenagakerjaan. 2. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan dalam literatur dan referensi Hukum Ketenagakerjaan E. Tinjauan Pustaka Di era reformasi kini aspirasi rakyat Indonesia terangkat ke permukaan. Dan menjadi angin segar di dalam kehidupan bangsa Indonesia di berbagai bentuk elemen-elemen masyarakat. Dengan adanya Dinas Tenaga Kerja penegakkan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan secara konsisten dan konsekuen, artinya terhadap para pengusaha yang masih melanggar ketentuan yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 akan diberikan sanksi sesuai dengan undang-undang dimaksud secara proporsional. Menghadapi masalah ketenagakerjaan yang semakin kompleks, pembinaan hubungan industrial yang harus lebih ditingkatkan. Artinya

8 masing-masing pihak, pekerja, pengusaha, serikat pekerja maupun pemerintah dapat memahami fungsi dan tugas masing-masing demi kelancaran usaha. Untuk itu perlu terus dikembangkan sarana komunikasi dan konsultasi yang sedini mungkin secara maksimal dalam menyelesaikan masalah yang akan terjadi Sehingga di dalam pelaksanaanya harus dilakukan pengawasan dan perlindungan hukum bagi para tenaga kerja, yang akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan para tenaga kerja. Untuk mewujudkan kesejahteraan para tenaga kerja maka diatur di dalam Undang-Undang Nomer 21 Tahun 2000 tentang serikat pekerja/serikat buruh. Serikat pekerja dapat berfungsi sebagai penggalang motivasi dan semangat kerja. Keberadaan serikat pekerja bukan hanya menciptakan ketentraman dan keamanan kerja di perusahaan, akan tetapi juga menutup pintu bagi analisir luar yang ingin mengganggu perusahaan, baik dalam rangka mencari keuntungan pribadi maupun dalam rangka persaingan antar perusahaan. Hak atas kebebasan berserikat sebagai dasar, dalam penggunaannya untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja menjadi sangat penting dan bernilai strategis. Dikatakan demikian karena penggunaan hak atas kebebasan berserikat dalam bentuk serikat pekerja, dengan sendirinya fungsi hak bukan lagi semata-mata merupakan hak fundamental, akan tetapi juga memperoleh nilai sebagai hak instrumental. Maksudnya serikat pekerja sebagai pengimplementasian dari hak atas kebebasan berserikat, berfungsi

9 sebagai instrumen bagi pekerja untuk memenuhi syarat-syarat agar dapat memperoleh hak-hak normatif lainnya. 4 Salah satunya adalah sebuah organisasi pekerja, yaitu Serikat Karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (SEKAR TELKOM) yang masih tergolong pendatang baru. Betapa tidak, organisasi yang beranggotakan hampir seluruhnya karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. ini yang dideklarasikan pada tanggal 1 maret 2000 di Bandung, Jawa Barat. 5 Dengan berdasarkan atas suatu dasar rasa memiliki, rasa kecintaan, dan kebanggaan yang mendalam terhadap perusahaan. Serta dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan terbentuk satu organisasi yang merupakan suatu wadah penyalur aspirasi karyawan secara terorganisir dan juga sebagai suatu wadah untuk menyikapi kebijakan manajemen perusahaan kepada karyawan secara obyektif dan bertanggung jawab. Menyusul deklarasi pembentukan Sekar Telkom, maka perangkat organisasi ini pun dilengkapi sesuai persyaratan yang ada. Selanjutnya dibentuk kepengurusan organisasi Serikat Karyawan (SEKAR) TELKOM yang terdiri atas Dewan Pimpinan Pusat (DPP), 9 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), dan 85 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di seluruh indonesia. Anggota SEKAR TELKOM untuk pertama mencapai orang (73%) dari karyawan aktif. Kemudian terdaftar di Departemen Tenaga Kerja RI di Jakarta dengan Nomor: 131/SEKARTELKOM/DFT/BW/ Bahder Johan Nasution, Hukum Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja. Mandar Maju, Bandung, hal Mohammad Soffi, Profil Serikat Karyawan di PT. Telkom ( wawancara ketua DPD sekar telkom yogyakarta.), Yogyakarta,

10 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 204/M/BW/2000 tertanggal 3 Mei Lebih dari itu kemudian para pengurus melengkapi organisasi ini dengan berbagai hal seperti visi, misi, strategi, peran dan posisi Sekar Telkom. 6 F. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Data yang didapat dari penelitian lapangan dengan cara melakukan wawancara terhadap responden dan nara sumber. b. Data Sekunder Yaitu : Data yang didapat dengan melakukan penelitian kepustakaan. 1). Bahan Hukum Primer a) Undang-Undang Dasar b) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. c) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Pekerja/ Serikat Buruh d) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Konvensi ILO No 81 mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam indrustri dan perdagangan. 6 Jainul A. Dalimunthe dan Permadi Sindar, Kebangkitan Nasionalisme Karyawan BUMN (Perjuangan Sekar Telkom Menyelamatkan Divre IV Jateng Yogyakarta). The Institute of Public Service. Yogyakarta. Hal 75.

11 e) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. 2). Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum Primer yang terdiri dari : a) Buku-Buku : b) Literatur c) Jurnal, majalah, koran, dan artikel. 3). Bahan Hukum Tersier Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus hukum, eksiklopedia. 2. Lokasi Penelitian a. Dinas Tenaga Kerja kota Yogyakarta. b. Kantor PT. Telkom Yogyakarta 3. Responden dan Narasumber a. Responden adalah 11 karyawan PT. Telkom kota Yogyakarta. b. Narasumber terdiri dari : 1) Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Yogyakarta. 2) Ketua Serikat Karyawan PT. Telkom Daerah Yogyakarta. 4. Metode penentuan sampel Mengingat responden yang berjumlah kurang lebih tiga ratusan karyawan maka, dilakukan dengan menggunakan metode purpossive

12 random sample yaitu penentuan sampel dari sebagian jumlah karyawan yaitu 10 responden yang akan mewakili jumlah karyawan tersebut. 5. Analisis data Dalam penelitian hukum normatif pengelolaan data pada prinsipnya merupakan kegiatan sistematika terhadap bahan-bahan hukum. Artinya membuat klarifikasi terhadap bahan hukum untuk memudahkan menganalisis dan mengkonstruksinya. Data yang telah diperoleh di analisis secara deskriptif Yuridis yaitu dengan melakukan pendekatan hukum sebagai acuan penyelesaian permasalahan yang menjadi obyek penelitian.