BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Urbanisasi Urbanisasi memiliki pengertian perpindahan penduduk dari desa menuju perkotaan. Para ahli juga menyumbangkan pemikiran mereka diantaranya, a. Menurut Prof.Dr.Herlianto urbanisasi memiliki pengertian: 1. Proses pertumbuhan daerah pertanian / pedesaan menjadi perkotaan. 2. Daerah pedesaan yang berkembang menuju kota atau desa yang mempunyai ciri-ciri seperti kota. 3. Proses yang dialami manusia dari bentuk kehidupan agraris pedesaan menjadi kehidupan industri perkotaan. 4. Proses perpindahaan penduduk dari desa ke kota atau dari pekerjaan pertanian di desa ke pekerjaan industri di kota. b. Menurut J.H De Goede urbanisasi memiliki pengertian : 1. Adanya perpindahan penduduk ke kota. 2. Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja di sektor industri dan jasa. 3. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota. 4. Munculnya pemukiman kumuh. 5. Mulusnya pengaruh kota di daerah pedesaan meliputi segi ekonomi, sosial, psikologi, politik dan kebudayaan dalam arti luas.

2 2.2 Konsep Urbanisasi Bintarto (1986:15) menyatakan bahwa urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses dalam artian: 1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota. Kota menjadi lebih padat sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, baikoleh hasil kenaikan fertilisasi penghuni kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari yang bermukim dan berkembang di kota. 2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi. 3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota. Urbanisasi biasanya dilihat dari persentase penduduk yang tingggal di daerah perkotaan. Tingkat urbanisasi di suatu daerah dapat diukur dengan membandingkan jumlah penduduk di daerah perkotaan dengan jumlah penduduk seluruhnya disuatu wilayah. Perhitungan urbanisasi dapat dicari dengan rumus: Dimana: U = besarnya jumlah penduduk urban ( perkotaan ) P = populasi / jumlah penduduk keseluruhan Pu = persentase penduduk yang tingggal di perkotaan

3 Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor. Perkembangan daerah perkotaan melalui sektor industri dan perdagangan serta keinginan untuk memperoleh penghasilan merupakan faktor penyebab terjadinya urbanisasi. Proses urbanisasi terjadi akibat kebijakan dan peraturan di daerah perkotaan, terutama bidang ekonomi yang dikembangkan oleh pemerintah kota. Hubungan positif antara konsentrasi penduduk terhadap kegiatan akan menyebabkan semakin besarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan daerah perkotaan ( Firman 2005:3). 2.3 Teori Migrasi Teori Migrasi Everett S. Lee Keinginan dan keputusan bermigrasi selalu terjadi akibat hasrat untuk memperbaiki salah satu aspek kehidupan, sehingga keputusan seseorang melakukan migrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Lee (1987) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk yaitu: 1. Faktor - faktor daerah asal. 2. Faktor faktor yang terdapat pada daerah tujuan. 3. Rintangan antara ( rintangan yang menghambat ). 4. Faktor faktor individual. Setiap daerah memiliki faktor faktor yang menahan seseorang untuk tidak meningggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut. Adapula faktor faktor yang memaksa mereka untuk meningggalkan daerah

4 tersebut. Selain itu adapula faktor yang tidak mempengaruhi penduduk untuk bermigrasi. Diantara keempat faktor tersebut, faktor individu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam penentuan untuk bermigrasi. Penilaian positif atau negatif terhadap suatu daerah tergantung kepada individu itu sendiri. Semakin maju kondisi sosial ekonomi akan mendorong dan terciptanya berbagai faktor pendorong dan penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, perumahan dan transportasi. Hal tersebut merupakan kondisi yang diminati oleh banyak penduduk dengan harapan dapat memenuhi kebutuhannnya Teori Migrasi Todaro Teori ini berasumsi bahwa perpindahan penduduk dari desa ke kota sebenarnya merupakan fenomena ekonomi. Sehingga keputusan bermigrasi merupakan keputusan yang dirumuskan secara rasional, para imigran tetap saja bermigrasi meskipun tahu resiko bermigrasi. Teori ini juga mendasarkan pemikiran bahwa arus migrasi berlanjut dan berlangsung sebagai angggapan adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Premis dasar dalam model ini adalah bahwa para migran menimbang dan membandingkan jenis jenis pasar tenaga kerja di sektor pedesaan dan perkotaan, serta memilih dan memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari migrasi. Para migran akan memutuskan untuk melakukan migrasi jika penghasilan bersih di kota melebihi penghasilan bersih yang tersedia di desa. Teori ini menitikberatkan pada pengaruh faktor selisih pendapatan sebagai penentu keputusan akhir untuk bermigrasi. Para migran ini biasanya bermigrasi guna mencari upah di kota yang lebih tinggi. Model migrasi

5 ini hanya cocok untuk dikembangkan dalam konteks perekonomian industri maju sehinggga secara implisit mengasumsikan adanya kesempatan kerja penuh atau hampir penuh. Arus migrasi ini akan berhenti dengan sendirinya jika selisih pendapatan di desa dan kota mengecil ( upah di kota menurun karena jumlah pekerja yang tersedia bertambah, sedangkan upah di desa meningkat karena jumlah tenaga kerja menyusut ) sampai akhirnya sama. Berdasarkan pemikiran ini migrasi dianggap bukan suatu masalah yang perlu perlu dikhawatirkan, karena mekanisme pasar akan mampu menghentikan atau meningkatkannya sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tetapi analisis seperti ini tidaklah realistis apalagi jika dikaitkan dengan kerangka kelembagaan dan ekonomi di sebagian negara negara berkembang seperti di Indonesia. Terdapat sejumlah alasan yang kuat untuk mengatakan analisa itu tidak realistis yaitu: Negara negara berkembang pada umumnya menghadapi masalah penganggguran yang serius dan kronis sehinggga seorang migran tidak dapat berharap segera mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tingggi di kota. Banyak migran yang tidak terdidik dan tidak mempunyai keahlian, menjadi penganggguran atau mencoba mencari pekerjaan lepas misalnya menjadi pekerja di bidang informal yang relatif mudah dimasuki, beroperasi pada skala kecil dan dengan upah yang relatif bersaing. Penduduk migran yang terdidik peluangnya lebih baik dan beberapa diantaranya akan menemukan pekerjaan di sektor formal lebih cepat. Namun pekerja terdidik hanya bagian kecil dari aliran penduduk migran secara total.

6 Itu berarti sebelum ada keputusan untuk bermigrasi para calon migran harus mempertimbangkan kemungkinan dan resiko menganggur dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila para calon migran memperkirakan bahwa nilai nilai kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan tetap relatif rendah pada periode awal, bobot kemungkinan tersebut diharapkan akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu dan semakin kuasnya hubungan atau koneksinya, sehingga tetap rasional baginya untuk bermigrasi meskipun penghasilannya yang diharapkan pada periode awal mungkin lebih rendah daripada pendapatan yang diperolehnya di pedesaan. Dengan demikian, migrasi dari desa ke kota bukanlah suatu proses positif yang menyamakan tingkat upah di perkotaan dan di desa, melainkan kekuatan yang menyeimbangkan jumlah pendapatan yang diharapkan di desa dan di kota Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi suatu wilayah merupakan perihal yang menjadi tujuan perekonomian di sutu wilayah. Pembangunan ekonomi ini biasanya tercermin melalui proses yang multi dimensional seperti terjadinya peningkatan pendapatan per kapita dalam jangka panjang, pengelolaan sumber sumber yang ada seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat, melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas hidup serta standar hidup.

7 Chenery dan Syrquin (1975) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pertumbuhan ekonomi atau proses peningkatan pendapatan perkapita yang disertai dengan proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor industri, terutama industri manufaktur dan sektor jasa. Gerald Meier juga menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan per kapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara terus menerus dalam jangka panjang, dengan syarat utama jumlah penduduk yang berada dalam garis kemiskinan absolut tidak bertambah dan distribusi pendapatan tidak menjadi timpang. Pembangunan ekonomi yang terjadi hendaknya tidak hanya melihat hanya sebatas dari peningkatan pendapatan perkapita dan transformasi struktur ekonomi yang terjadi tetapi hendaknya melihat kualitas pembangunan ekonomi yang tercermin melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Sadono Sukirno (1996 : 33) pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang berbeda yaitu pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang, dimana pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Pembangunan ekonomi menurut Adam Smith adalah suatu proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi ( Suryana, 200 :55 ). Pembangunan ekonomi di suatu negara biasanya tidak terlepas pada keberadaan perekonomian perekonomian di setiap daerah. Pembangunan ekonomi

8 daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi institusi baru, pembangunan industri industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan perusahaan baru, diman kesemuanya ini merupakan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di daerah ( Arsyad, 1999: ). Sukirno ( 2000 ) juga mengemukakan pendapatnya tentang pembangunan ekonomi daerah yakni: 1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah. 2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapai strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan kebijakan pembangunan yang berdasarkan sektor potensi suatu daerah. Hal ini mengarahkan pada suatu daerah tersebut kedalam proses pembagunan untuk menciptakan kesempatan baru dan merangsang kegiatan ekonomi. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain ( Munir, 2000 ). Pemerintah daerah harus mampu untuk menentukan kebijakan yang tepat unutk mendorong pembangunan ekonomi di suatu daerah. Pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan mengggunakan sumber daya yang

9 ada harus menafsirkan potensi sumber daya yang diperlukan unutk merancang dan membangun perekonomian daerah ( Lincolin Arsyad, 1999 ). Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, dan pertanggung jawabanya dilakukan oleh daerah. Hal ini menimbulkan hak otonom yang dimiliki oleh setiap daerah. Hak otonom dapat terlaksana melalui adanya perencanaan yang matang di setiap daerah. Perencanaan wilayah merupakan satu satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan perkapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja ( Jhingan, 2000). Dalam melaksanankan perencanaan, setiap daerah berhak untuk menentukan langkah langkah dalam pembangunan daerahnya. Program pembangunan daerah yang ada harus tetap berpedoman pada pembangunan di pemerintahan pusat. Perencanaan pembangunan daerah tersebut merupakan pembangunan berkesinambungan dari pembangunan di wilayah pusat. Otonomi yang dilakukan pemerintah daerah seringkalai tidak menghasilkan hasil yang efektif. Perencanaan yang tidak matang, organisasi yang tidak efisien, kurangnya informasi mengenai keunggulan dan potensi di suatu daerah sering kali menjadi penyebabnya. 2.5 Teori Perubahan Struktur Ekonomi Pembangunan di Indonesia telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan terjadinya perubahan struktur ekonomi. Proses ini ditandai dengan :

10 1. Merosotnya pangsa sektor primer ( pertanian ). 2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder ( industri ). 3. Pangsa sektor tersier ( jasa ) kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuahan ekonomi. Todaro ( 1999 ) menyebutkan bahwa mekanisme transformasi yang terjadi di suatu negara yang sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern dan sangat di dominasi oleh sektor industri dan jasa. Menurut Tambunan ( Tambunan, 2001 ) perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan yang menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor faktor dari sisi permintaan agregat dan dari faktor faktor dari sisi penawaran agregat; serta dipengaruhi juga secara dan/atau tidak langsung oleh intervensi pemerintah. Faktor yang dominan dari sisi permintaan agregat adalah pendapatan riil perkapita dan perubahan selera masyarakat yang tercerminmelalui perubahan permintaan domestik. Perubahan ini sesuai dengan teori Engle yang menyatakan bahwa apabila pendapatan riil masyarakat meningkat, maka permintaan terhadap barang barang non makana akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan pertumbuhan industri industri baru. Faktor yang dominan dari sisi penawaran agregat antar lain kemajuan teknologi, peningkatan kualitas masyarakat, penemuan hal baru untuk produksi dan akumulasi barang modal.

11 2.5.1 Teori Chenery Perubahan struktur ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi dan faktor faktor lain yang diperlukan scara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kesejahtraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita. Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Chenery ( 1960 ) dan Syrquin ( 1975 ). Analisis teori Pattern of development menjelaskan bahwa tahapan proses perubahan ekonomi dari negara berkembang yang mengalami transformasi dari sektor primer ke sektor sekunder sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Peningkatan dalam sektor industri sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang berhubungan dengan akumulasi capital dan peningkatan sumber daya manusia. Dari permintaan domestik Pemintaan domestik akan terjadi penurunan permintaan terhadap konsumsi bahan makanan karena dikompensasikan oleh peningkatan permintaan terhadap barang barang non kebutuhan pangan, peningkatan investasi, dan peningkatan dalam angggaran belanja pemerintah yang mengalami peningkatan dalam struktur GNP yang ada. Di sektor perdagangan internasional terjadi juga perubahan yaitu peningkatan nilai ekspor dan impor. Sepanjang perubahan struktural ini berlangsung terjadi peningkatan pangsa ekspor komoditas hasil produksi sektor industri dan penurunan pangsa sektor yang sama pada sisi impor.

12 Dari segi Tenaga kerja Akan ada terjadi proses perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan menuju sektor industri di perkotaan, walaupun pergeseran tersebut masih tertinggal dibandingkan proses perubahan struktur tersebut.dengan keberadaan ketertinggalan ini maka sektor pertanian akan berperan penting dalam peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik dari awal maupun akhir dari proses transformasi perubahan struktural tersebut. Negara negara dengan jumlah penduduk yang banyak akan memproduksi barang barang yang dulunya diimpor kemudian dijual di dalam negeri. Sedangkan negara dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit akan berada dalam pasar skala internasional. Teori ini menyimpulkan bahwa percepatan dan pola transformasi struktural terjadi pada suatu negar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya Teori W. Arthur Lewis W. Arthur Lewis dalam teorinya meyebutkan bahwa ekonomi dapat dibagi kedalam dua sektor yakni, sektor pertanian yang subsisten dan sektor industri yang kapitalistik. Jumlah penduduk yang berlebih di pedesaan akan menyebabkan terjadinya kelebihan tenaga kerja, tingkat hidup masyarakat dan perekonomian juga berada dalam kondisi subsisten. Kelebihan kapasitas tenaga kerja ini dilihat dari produk marginalnya yang nilainya nol, sehingga fungsi produksi pertanian berada dalam posisi berlakunya hukum diminishing return, dimana tingkat produktifitas tenaga kerja akan semakin rendah. Pengurangan tenaga kerja tidak akan mengurangi jumlah output di sektor tersebut. Hal ini terjadi karena proporsi

13 tenaga kerja lebih banyak daripada proporsi input lainnya seperti tanah dan kapital. Akibatnya penawaran tenaga kerja akan lebih besar daripada permintaan tenaga kerja ( N p s > N p D ) dan menyebabkan pendapatan pada sektor ini akan menjadi semakin rendah. Hal sebaliknya terjadi di perkotaan, tenaga kerja di sektor industri akan mengalami pengurangan. Kondisi seperti ini menyebabkan produktifitas tenaga kerja akan semakin tingggi dan nilai produk marginalnya positif. Sehinggga tinggginya produktifitas akan menyebabkan terjadinya kenaikan upah riil per pekerja di kota. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat upah yang diterima yakni, upah di sektor pertanian lebih rendah daripada sektor industri ( Wp < Wi ) serta menyebabkan pendapatan pekerja di pedesaan lebih rendah daripada pendapatan di perkotaan ( Yp < Yi ). Sehingga banyak tenaga kerja yang berpindah dari pedesaan menuju perkotaan yang biasanya disebut migrasi desakota dan urbanisasi. Perpindahan sebagian tenaga kerja ini akan membuat terjadinya peningkatan pendapatan disuatu negara secara keseluruhan. Terjadinya pola perubahan permintaan masyarakat yang mengalami peningkatan pendapatan, dimana sebagian besar pendapatannya digunakan untuk mengkonsumsi produk industri dan jasa. Hal ini menjadi faktor penggerak terjadinya pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor sektor non pertanian ( gambar 2.1 ).

14 Ekonomi Pedesaan (pertanian) Tahap 1: s D N p > N p W p < W i Y p < Y i Tahap 4 N s D p = N p W p Q p Y p Tahap 2 : Migrasi dan Urbanisasi Tahap 3 : Dp Tahap 5 : Dp Ekonomi Perkotaan (Industri) Tahap 3 D D i Q i Y i Gambar 2.1 Tahapan Proses Perubahan Struktur Ekonomi, Model Lewis (sumber Tambunan, 2001). 2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan Regional adalah produk domestik regional netto atas biaya dasar biaya faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke dalam maka hasilnya akan menjadi pendapatan regional netto yang merupakan jumlah pendapatan yang benar benar diterima oleh seluruh yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Domestik Regional Bruto merupakan indikator utama yang sering digunakan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah secara sektoral dapat dilihat melalui PDRB.

15 Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah. PDRB di suatu wilayah dapat dibedakan atas dua bagian yakni PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Konstan. Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan dalam 3 pengertian yakni: a. Berdasarkan Produksi Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu ( kurun waktu satu tahun ). b. Berdasarkan Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (kurun waktu satu tahun). c. Berdasarkan Pengeluaran Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor netto ( ekspor dikurangi impor ). Berdasarkan beberapa pengertian Produk Domestik Regional Bruto dapat disimpulkan bahwa nilai jumlah barang dan jasa nilai produksi yang dihasilkan harus sama dengan pendapatanfaktor produksinya dan hasus sama dengan pengeluaran yang terjadi.

16 2.6.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Berlaku merupakan gambaran niali tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. PDRB yang masih mengandung unsur inflasi biasanya dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun yang dinilai dengan tahun yang bersangkutan. Nilai tambah bruto mengggambarkan perubahan volume produksi yang dihasilkan dan tingkat perubahan harga dari masing masing kegiatan subsektor dan sektor. Sehinggga nilai produksi bruto atau output dapat dkaji sebagai berikut: a. Sektor primer yang diperoleh dari alam secara langsung yakni, pertanian, pertambangan, dan penggalian. Harga produsen dan kuantum produksi produksi merupakan standar yang sering digunakan. b. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan. Nilai produksi bruto atau output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian anatar kuantum produksi denagn harga masing masing komoditi pada tahun yang bersangkutan dengan tidak melepaskan produksi jasa sebagai pelengkapnya. c. Sektor jasa meliputi sektor perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunkasi, bank dan LKBB, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah dan jasa jasa.

17 2.6.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga konstan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan merupakan pengembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Pengaruh perubahan harga telah dilakukan dengan cara menilai dengan harga satu tahun tertentu. Nilai atas dasar harga konstan dapat mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. Nilai suatu dasar konstan diperoleh dengan cara perhitungan nilai tambah yang dibagi atas 4 bagian yakni: 1. Revaluasi Nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antar atas dasar harga konstan. Revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing masing tahun dengan harga tahun dasar. Kenyataannya sangat sulit untuk melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping itu data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Biaya antara atas harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing masing tahun dengan biaya antara output terhadap tahun dasar. 2. Ekstrapolasi Merupakan nilai tambah masing masing tahun dasar atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan cara mengkalikan nilai tambah pada tahun

18 dasar dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ektra polator dapat merupakan indeks dari dari masing masing produksi yang dihasilkan atau merupakan indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan faktor lain yang diangggap cocok dengan jenis kegiatan subsektor dan sektor. 3. Deflasi Merupakan niali tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga konstan masing masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen (IHK). 4. Deflasi Berganda Merupakan output dan biaya antaranya, yang dideflasikan, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga digunakan sebagai deflator untuk menghitung output atas dasar harga konstan adalah indeksharga konsumen dan indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya. Sedangkan deflator untuk biaya anatara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. 2.7 Ketenagakerjaan Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sedangkan

19 tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun unutk masyarakat. Biasanya batasan usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa adanya batasan umur maksimum. Tenaga kerja dapat dikelompokkkan ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. 1. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesunggguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Angkatan kerja ini dapat dibagi ke dalam dua subsektor yakni kelompok pekerja dan pengangguran. 2. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja ini juga merupakan tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja. Kondisi tenaga kerja di Indonesia dalam perjalanannya mengalami pergeseran. Pergeseran pergeseran tenaga kerja tampak nyata terhadap struktur lapangan kerja yang ada. Zulkarnaen ( 1995 ) menyebutkan bahwa sebelum krisis ekonomi pertumbuhan tenaga kerja di lapangan usaha-usaha di luar sektor pertanian lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan di sektor pertanian. Hal sebaliknya terjadi setelah krisis ekonomi dimana penyerapan tenaga kerja sektor- sektor di luar pertanian mengalami penurunan. Secara langsung tenaga kerja tersebut akan kembali ke pedesaan. Namun kesempatan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan tenaga kerja yang ada. Hal tersebut harus ditanggulangi agar tidak terjadi

20 penumpukan penumpukan tenaga kerja di sektor non industri. Adanya kebijakan yang tepat terhadap kesempatan kerja di sektor non industri dan industri menjadi hal yang harus terealisasi. Pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian tidak mengakibatkan kemerosotan tingkat produksi, maka langkah yang harus dilaksanakan adalah : 1. Program pengembangan Sumber Daya Manusia di sektor pertanian dengan sasaran meningkatkan produktifitas kerja sektor pertanian dengan mengolah hasil pertanian. 2. Memindahkan Sumber Daya Manusia sektor pertanian ke sektor industri pengolahan dengan terlebih dahulu menyiapkan mereka sebagai tenaga kerja terampil dan terlatih untuk memasuki pasar tenaga kerja industri pengolahan. 3. Pergeseran tenaga kerja ini sesuai dengan model Fei Ranis yang berkaitan dengan transfer tenaga kerja. S2 S 0 S 1 f1 f2 f3

21 W A B Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Gambar 2.2 Transfer tenaga kerja model Fei Ranis Dalam model Fei Ranis tahap transfer dibagi pada produk fisik MPP marginal dan upah yang dianggap konstan dan ditetapkan secara eksogenus. 1. Tenaga kerja melimpah maka MPP tenaga kerja sama dengan nol. Sehingga surplus tenaga kerja yang ditransfer dari sektor pertanian ke sektor industri mempunyai kurva penawaran yang elastis sempurna. 2. Pengurangan satu satuan tenaga kerja di sektor pertanian akan menurunkan produksi, MPP tenaga kerja sudah positif. Namun besarnya MPP masih lebih kecil dari tingkat upah W. Transfer tenga kerja pada tahap ini mempunyai biaya imbangan yang positif. Kurva penawaran tenaga kerja di sektor industri mempunyai elastisitas positif sejak S1. 3. Komersialisasi di kedua sektor ekonomi dimana MPP tenaga kerja lebih tinggi dari tingkat upah. Inovasi teknologi di sektor pertanian dapat meningkatnya MPP tenaga kerja.

22 2.8 IPM ( Indeks Pembangunan Manusia ) IPM merupakan suatu indikator yang digunakan untuk Mengklasifikasikan kategori suatu negara baik negara maju, berkembang, atau terbelakang. Menurut United Nations Development ( UNDP ) dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga indikator komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata rata suatu negara dalam pembangunan manusia, yaitu lama hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata rata lama bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; standar hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan menjadi paritas daya beli. Peningkatan IPM suatu daerah / negara bisa dilihat sebagai input proses produksi, pemberdayaan manusia serta kualitas hidup manusia itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan yang tinggi antara IPM dan faktor faktor sosial serta ekonomi. IPM dapat dijadikan acuan bagi kesejahtraan dan kehidupan masyarakat yang ada di suatu daerah. Menurut BPS, BAPPENAS, dan UNDP Indonesia ( 2001) IPM itu merupakan angka rata rata sederhana dari ketiga komponen yakni umur harapan hidup, tingkat pendidikan dan standar hidup layak. IPM dapat dicari dengan mengunakan rumus: IPM = 1/3 (Index X 1 + Index X 2 + Index X 3 )

23 dimana : X 1 X 2 = lamanya hidup, = tingkat pendidikan X = tingkat kehidupan layak 3 Dan jika diberlakukan pada daerah, maka: dimana : X (i,j) X X (i min) Index X =X X } / { X X } (i,j) (i,j) (i min) (i-max) (i-min) = indikator ke i dari daerah j (i max) = nilai minimum dari Xi = nilai maksimum dari Xi Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap Komponen IPM Komponen IPM Maksimum Minimum Keterangan Angka hidup harapan Standar UNDP Angka melek hidup Standar UNDP Rata-rata sekolah lama 15 0 UNDP mengunakan PDB a Daya beli 737, (1996) riil disesuaikan b (1999,2002) Keterangan : a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru. 2.9 Kerangka Konseptual

24 Dalam suatu struktur ekonomi penyerapan tenaga kerja, produk domestik bruto dan IPM adalah yang paling penting untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat transformasi struktur ekonomi. Sektor primer biasanya mengalami tern yang menurun dari tahun ke tahun. Hayami dan Ruttan ( 2001 )menyebutkan bahwa pertumbuhan PDRB juga disertai pertumbuhan sektor pertanian yang meningkat dengan cepat bersamaan dan bahkan mendahului pertumbuhan PDRB. Sektor industri memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan sektor yang lainnya. Akan terjadi penurunan keuntungan jika tidak ada dukungan dari perkembangan sektor pertanian. Kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja yang ada akan membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan mengakibatkan perubahan struktur dari kedua aspek tersebut yang semakin menjauh pada setiap sektor. Dimana hal tersebut dapat terjadi tidak terlepas pada terjadinya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dari tahun ke tahun. Tingkat Urbanisasi PDRB sektor industri Penyerapan tenaga kerja Indeks Pembangunan Manusia Gambar 2.3: Kerangka Pemikiran

25 2.10 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, dimana kebenarannnya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul, berdasrkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesa sebagai berikut: 1. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap pendapatan domesti regional sektor industri. 2. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri. 3. Urbanisasi di Deli Serdang berpengaruh positif terhadap kualitas SDM (IPM)

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI 1. KONSEP DAN DEFINISI Konsep-konsep yang digunakan dalam penghitungan Produk Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai berikut : Domestik A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang

II.TINJAUAN PUSTAKA. dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang II.TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perubahan Struktural Teori perubahan struktural menitikberatkan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang yang semula lebih bersifat subsisten

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha dalam perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB BAB II METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan perekonomian sehingga menimbulkan perubahan pada struktur perekonomian. Sebagai implikasi dari perkembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu : Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH DEFINISI Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika dilihat dari sisi penawaran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Modul ke: Perekonomian Indonesia Tahapan Perubahan Struktur Ekonomi Fakultas Ekonomi & Bisnis Janfry Sihite Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Tujuan Sesuai rapem Perubahan Struktur Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Perubahan Struktural Teori-teori perubahan struktural (struktural change theory) memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang akan memungkinkan negaranegara

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan memperhatikan tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pembangunan harus dilakukan adil dan merata agar setiap masyarakat dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerataan pembangunan ekonomi bagi bangsa Indonesia sudah lama dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang ingin dijadikan kenyataan

Lebih terperinci