PERSEPSI GURU PENJASORKES SMA/MA KOTA PONTIANAK TERHADAP KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI GURU PENJASORKES SMA/MA KOTA PONTIANAK TERHADAP KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013"

Transkripsi

1 PERSEPSI GURU PENJASORKES SMA/MA KOTA PONTIANAK TERHADAP KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013 Beadryx Otte Fallo, Victor Simanjuntak, Eka Supritna Program Studi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan FKIP Untan Pontianak otte.cs678@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota pontianak yaitu SMAN 2, 6, 7, dan 8, SMA Muhammadiyah 1, Madrasah Aliyah Mujahidin, SMA Katolik Santu Petrus dan SMA Kristen Immanuel terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian survei. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 14 orang guru. Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh hasil persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak memilih Kurikulun 2013 sebanyak 66,57% dan yang memilih KTSP 2006 sebanyak 33,43%. Dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 lebih baik dibandingkan persepsi guru terhadap KTSP 2006, karena Kurikulum 2013 lebih jelas dan rinci serta efektif meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan guru lebih berkompeten dibidangnya. Kata Kunci: Persepsi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, Kurikulum 2013 Abstract: The purpose of this study is to find out the Penjasorkes teachers perception of SMA/MA in Pontianak which are SMAN 2, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 8, SMA Muhammadiyah 1, Madrasah Aliyah Mujahidin, SMA Katolik Santu Petrus and SMA Kristen Immanuel toward KTSP 2006 and curriculum of The method used is descriptive method in the form of survey research. The sample of this research about 14 teachers. Based on the result of Penjasorkes teachers perception of SMA / MA in Pontianak that choose curriculum of 2013 as many as 66.57% and choose KTSP 2006 as many as 33.43%. We can conclude that the teachers perception toward curriculum of 2013 better than the teachers perception toward KTSP 2006, because curriculum of 2013 is clear and detailed, and effectively improve students learning outcomes and make the teachers more competent in their field. Keywords: Perception, Education Unit Level Curriculum 2006, Curriculum

2 H ingga saat ini kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian yang dikelompokkan menjadi lima: yakni Kurikulum Rencana Pelajaran, Kurikulum berorientasi pada tujuan, Kurikulum Berbasis Kompetensi, kurikulum yang saat ini sedang diterapkan yaitu KTSP 2006 dan Kurikulum KTSP 2006 merupakan kurikulum yang berpola desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan, guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing. Artinya, kurikulum ini menekankan pada penyediaan materi atau bahan ajar oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi lingkungan sekolah, selanjutnya akan dikembangkan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa. Sedangkan Kurikulum 2013 menekankan pada pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kesiapan guru sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum ini karena berdampak pada motivasi peserta didik untuk melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. Artinya guru memberikan garis besar materi pembelajaran, selanjutnya akan dikembangkan siswa dan menjadi sumber interaksi aktif antara guru dan siswa. Dalam penerapannya, KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing yang dipengaruhi oleh kemampuan guru dan kemampuan dasar siswa, lingkungan sekitar, serta kelengkapan sarana dan prasarana. Persepsi Menurut Poerwadarminta (2003: 880) adalah proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Adapun persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pandangan yang diberikan oleh guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum Menurut Mulyasa (2009: 5) KTSP 2006 adalah sebuah model pengembangan kurikulum berbasis sekolah yang menuntut kemandirian guru. Kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian dalam hal mengembangkan pembelajaran untuk membentuk kompetensi siswa dan membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan lingkungan. Tujuan diterapkannya KTSP 2006 adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Menurut Sanjaya (2009: ), karakteristik KTSP 2006 adalah sebagai berikut: (a) Dilihat dari disainnya, adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, (b) Kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu, (c) Kurikulum yang dikembangkan oleh daerah sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan daerah tersebut, dan (d) Merupakan kurikulum teknologis, yaitu adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar. 2

3 Menurut Fadlillah (2014: 16) Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk menjadi manusia yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif melalui proses belajar yang holistik dan menyenangkan agar tercapainya kompetensi seimbang antara sikap, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Kurinasih dan Berlin Sani (2014: 22) ciri yang paling mendasar pada Kurikulum 2013 adalah: (a) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyakbanyaknya karena siswa zaman sekaran mudah mencari informasi dengan bebas melalui media teknologi dan informasi sehingga guru lebih siap dalam proses pembelajaran, (b) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun berpikir kritis, (c) Bertujuan membentuk generasi yang produktif, kreatif, inovatif dan aktif, dan (d) Pelajaran IPA dan IPS yang diajarkan menyatu dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Standar Nasional Pendidikan yang terkandung di dalam masingmasing kurikulum, terdapat empat perubahan pada Kurikulum 2013 yaitu standar isi, standar kompetensi lulusan, standar Proses dan standar penilaian. Memurut Kurinasih dan Berlin Sani (2014: 45-46), perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 1 Perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 No Kurikulum 2013 KTSP SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006 lebih menekankan pada aspek pengetahuan 3 di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III 4 Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih sedikit 3

4 lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta. TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pramuka menjadi ekstrakuler wajib Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013 Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi TIK sebagai mata pelajaran Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib Penjurusan mulai kelas XI BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan bentuk survei. Populasi penelitian ini berjumlah 14 orang guru. Penarikan sampel menggunakan sampling jenuh, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berikut adalah karakteristik sampel: 4

5 Tabel 2 Krakteristik Sampel No Inisial Jenis Satatus Tahun Usia Kelamin Pegawai Mengajar 1 MA Laki-laki 34 Pegawai Swasta JE Laki-laki 51 Pegawai Negeri EH Laki-laki 49 Pegawai Negeri RH Laki-laki 32 Pegawai Swasta MF Laki-laki 29 Pegawai Swasta MH Perempuan 27 Pegawai Swasta AB Laki-laki 30 Pegawai Swasta HPP Laki-laki 32 Pegawai Swasta AM Laki-laki 39 Pegawai Negeri MU Laki-laki 31 Pegawai Swasta H Laki-laki 30 Pegawai Swasta VA Laki-laki 28 Pegawai Swasta SR Laki-laki 52 Pegawai Negeri NR Laki-laki 27 Pegawai Swasta 2011 Sumber: data sekolah Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner (angket) dan interview (wawancara). Teknik kuesioner digunakan untuk mengetahui presentase persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak terhadap KTSP 2006 dan KTSP Teknik interview digunakan untuk mengetahui persepsi atau pandangan guru penjasorkes terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, pertanyaan akan diberikan pada guru untuk dijawab pada saat dilakukan proses pengumpulan data. Instrument dalam penelitian ini berbentuk angket dan pedoman wawancara (guide sheet). Angket dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan skala Guttman. skala Guttman merupakan skala kumulatif digunakan untuk mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multi dimensi sehingga skala ini mempunyai sifat unidimensional, (Nazir, 2003: 304). Dalam skala Guttman hanya ada dua interval, penelitian menggunakan skala ini apa bila ingin mendapat suatu jawaban yang jelas terhadap suatu permasalahan, (Sugiyono, 2009: 96). Model skala Guttman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Setuju dan Tidak Setuju. 5

6 Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Indikator Komponen Implementasi KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Hambatan Implementasi KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Penilaian Perencanaan Pembelajaran Pelaksaanaan Proses Belajar Mengajar Penilaian a. Silabus b. RPP c. Program Tahunan d. Program Semester e. Lembar Penilaian a. Pembukaan pelajaran b. Interaksi dengan siswa c. Penggunaan metode mengajar d. Penggunaan media/alat dan sumber pembelajaran e. Respon dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran f. Alokasi waktu g. Teknik pengelolaan kelas h. Cara memotivasi siswa i. Penutup pembelajaran a. Waktu penilaian b. Bentuk dan jenis penilaian c. Tindak lanjut penilaian Sumber: Ludiagungwahyudi.blogspot.co.id/2011/01/contoh-proposalpenelitian.html, yang diunggah pada 22 Januari

7 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilakukan pada guru mata pelajaran Penjassorkes yang berjummlah 14 orang yang terdiri dari 4 guru Pegawai Negeri Sipil dan 10 guru Pegawai Swata. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 14 guru Penjasorkes, maka didapat hasil sebagai mana tabel 4 berikut: Tabel 4 Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak Terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Kriteria Jumlah Persentas Jawaban e Memilih KTSP ,43% Memilih Kurikulum ,57% Jumlah % Berdasarkan tabel 4 Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontanak Terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 diperoleh hasil sebanyak 33,43% memilih KTSP 2006 sebagai Kurikulum yang cocok diterapkan di sekolah mereka dan sebanyak 66,57% memilih Kurikulum 2013 sebagai Kurikuum yang cocok diterapkan di sekolah mereka. Selanjutnya berdasarkan data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik histrogram 1 sebagai berikut: 100% 80% 60% 40% 20% 0% 66,57% Memilih Kurikulum ,43% Memilih KTSP 2006 Grafik 1 Persentase Persepsi Guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak Terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum

8 Berdasarkan grafik 1 di atas menunjukkan bahwa persepsi guru Penjasorkes SMA/MA Kota Pontianak paling dominan memilih menerapkan Kurikulun 2013 di sekolah mereka yaitu sebanyak 66,57%. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di 8 SMA/MA Kota Pontianak yang terdiri dari 4 SMA Negeri, 3 SMA Swasta, dan 1 MA Swasta. Proses penelitian secara keseluruhan berlangsung selama 4 hari di setiap sekolah. Hari pertama peneliti datang ke sekolah untuk memasukkan surat izin penelitian, hari kedua peneliti datang ke sekolah untuk bertemu dengan guru mata pelajaran Penjasorkes selaku subjek dalam penelitian ini, menyerahkan angket dan menentukan waktu yang tepat sesuai dengann kesiapan guru untuk diwawancarai dan mengembalikan angket yang telah diisi sebelumnya. Hari ketiga peneliti datang ke sekolah untuk melakukan wawancara dan mengambil angket kembali. Setelah wawancara selesai dan angket di ambil kembali, peneliti melapor ke bagian administrasi sekolah untuk meminta surat balasan sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian di sekolah tersebut. Hari keempat peneliti datang ke sekolah untuk mengambil surat balasan dan berterimakasih kepada guru dan kepala sekolah karena telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut serta mennyampaikan bahwa penelitian yang peneliti lakukan telah selesai dan peneliti berpamitan pada pihak sekolah. Penelitian ini terbagi menjadi tiga aspek yaitu persepsi gurur terhadap persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, maka didapat hasil 42,86% guru memilih proses persiapan pembelajaran KTSP dan 57,14% guru memilih persiapan pembelajaran Kurikulum 2013, dapat digambarkan dalam bentuk grafik 2 sebagai berikut: 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 42,86% Memilih KTSP ,14% Memilih Kurikulum 2013 Grafik 2 Persentase Persepsi Guru Terhadap Persiapan Pembelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum

9 Berdasrkan hasil wawancara diketahui bahwa perbedaan dalam proses persiapan pembelajaran yang dialami oleh guru pada KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah pada pembuatan RPP. Perbedaan tersebut terdapat pada langkahlangkah pembelajaran, jika pada RPP KTSP 2006 kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, maka pada RPP Kurikulum 2013 kegiatan intinya terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring yang bermula dari pendengkatan saintifik (ilmiah) dan kontekstual sebagai sarana untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Perbedaan juga terdapat pada lembar penilaian. Pada Kurikulum 2013 harus dicantumkan item lembar pengamatan sikap dalam bentuk instrumen, sementara pada KTSP 2006 tidak. Pada awal penerapannya, pembuatan RPP Kurikulum 2013 memang membuat guru-guru Penjasorkes repot, karena guru harus menuliskan hal apa saja yang akan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung. Hal itu dirasa kurang efektif karena mata pelajaran Penjasorkes dilakukan tidak hanya di dalam kelas, tapi juga di lapangan. Saat pelaksanaan proses pembelajaran di lapangan terkadang apa yang dilakukan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah cuaca yang berubah-ubah. Namun setelah mengalami revisi, maka dalam pembuatan RPP Kurikulum 2013 saat ini guru tidak perlu lagi menuliskan apa yang akan dilakukan di lapangan dari awal sampai akhir, cukup menuliskan poin-poin dari proses pembelajaran yang akan dilakukan. Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, didapat hasil 21,43% guru mengatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran KTSP 2006 lebih baik dan 78,57% guru mengatakan proses pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 lebih baik, dapat digambarkan dalam bentuk grafik 3 sebagai berikut: 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 21,43% Memilih KTSP ,57% Memilih Kurikulum 2013 Grafik 3 Persentase Persepsi Guru Terhadap Proses Pembelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum

10 Pada pelaksanaan pembelajaran, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hanya saja pada Kurikulum 2013 guru harus mempunyai metode khusus agar dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dalam Kurikulum 2013 guru dituntut dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu bagi siswa, namun siswa harus mencari ilmu melalui sumber-sumber lain yanng tersedia. Hal ini yang merupakan tantangan bagi guru, selama ini murid terbiasa hanya menerima ilmu yang diberikan oleh guru, namun dengan mereka mendapatkan tambahan ilmu secara mandiri guru juga harus siap untuk menerima dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa yang akan lebih kritis, karena dengan menemukan hal baru akan membuat rasa penasaran siswa meningkat dan guru harus siap untuk menjawab rasa penasaran tersebut, ini berarti bahwa guru juga harus memiliki wawasan yang luas. Hal ini juga akan berdampak pada perubaha perilaku siswa yang lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 orang guru, didapat hasil 37,5% guru mengatakan proses penilaian KTSP 2006 lebih mudah dan 62,5% guru mengatakan bahwa penilaian Kurukulm 2013 lebih jelas, dapat digambarkan dalan grafik 4 sebagai berikut: 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 37,50% Memilih KTSP ,50% Memilih Kurikulum 2013 Grafik 4 Persepsi Guru Terhadap Proses Penilaian KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 Pada mata pelajaran Penjassorkes tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penilaian, penilaian tetap mengacu pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor, hanya saja terdapat perbedaan pada poin-poin yang harus dinilai. Jika saat menerapkan KTSP guru menilai proses yang dilakukan siswa secara keseluruhan dan hasil, maka saat menerapkan Kurikulum 2013 guru menilai proses yang dilakukan siswa dari awal sampai akhir dan selanjutnya menilai hasil. Berdasaarkan wawancara yang telah dilaukan oleh peneliti, didapati bahwa pada awalnya guru merasa kesulitan untuk melakukan penilaian pada Kurikulum

11 karena guru harus membuat format penilaian yang lebih lengkap dan pada saat penilaian guru harus memperhatikan siswa secara teliti, namun setelah terbiasa sistem penilaian ini dianggap lebih efektif dan membantu meningkatkan hasil belajar siswa karena walaupun saat melakukan praktek hasilnya tidak sempurna namun terdapat poin-poin pada proses yang telah dilakukan siswa. Berdasarkah wawancara terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Pontianak, diketahui 4 orang gurur mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu: a. Kurangnya pengetahuan guru mengenai Kurikulum 2013, kurangnya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan pada guru-guru mengenai penerapan kurikulum 2013, b. Kurangnya penguasaan media elektronik terutama bagi guru yang telah burusia lanjut menyebabkan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran tidak maksimal, dan c. Susahnya mengubah paradigma lama tentang proses pembelajaran, bahwa guru merupakan satu-satunya sumber ilmu menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran untuk menjadikan siswa lebih kreatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapat persepsi guru secara keselururhan terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah: a. KTSP 2006 merupakan kurikulum yang baik, namun masih terdapat kekurangan dan itu dilengkapai di Kurikulum b. Kurikulum 2013 pada awal penerapannya memang mengalami banyak hambatan karena kurangnya pengetahuan guru terhadap Penerapannya dan Kurangnya sosialisasi kepada guru, namun setelah dijalani ternyata penerapan Kurikulum 2013 tidak sulit. c. Kurikulum 2013 memiliki ketelitian yang lebih dari KTSP terutama dalam proses penilaian, ini membatu dalam meningkatkan hasil belajar siswa. d. Tujuan dari Kurikulum 2013 untuk menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif secara tidak langsung menjadikan guru memiliki wawasan yang lebih luas dan berkompeten dalam bidangnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap persepsi guru Penjasorkes terhadap KTSP 2006 dan Kurikulum 2013, maka didapatkan hasil sebagai berikut: (1) Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 lebih baik dari pada KTSP 2006, saat ini guru lebih memilih Kurikulm 2013 karena merupakan penyempurnaan dari KTSP 2006, (2) Kurikulm 2013 lebih teliti dari KTSP

12 terutama dalam hal penilaian, walaupun rumit tapi lebih jelas dan rinci, (3) Walaupun pada awalnya terdapat masalah dalam pelaksanaannya, namun ternyata Kurikulum 2013 cocok diterapkan di SMA/MA Kota Pontianak, Terbukti 85,71% atau 12 orang guru memilih Kurikulum 2013, dan (4) Kurikulum 2013 efektif meningkatakan hasil belajar siswa dan menjadikan guru lebih berkompeten dalam bidangnya. Saran Berdasarkan hsil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: (1) Pemerintah sebaiknya memberikan pelatihan menyeluruh secara bertahap pada guru-guru agar lebih paham terhadap Kurikulum 2013, (2) Guru sebaiknya meningkatkan kretivitas dan menambah wawasan agar lebih berkompeten dibidangnya, dan (3) Sebaiknya guru mulai meninggalkan paradigma lama yang menganggap guru adalah sumber ilmu utama dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa agar lebih kretif dan aktif agar tujuan dari Kurikulum 2013 dapat tercapai. DAFTAR RUJUKAN Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/MA. Yogyakarta: AR-Ruzz Media. Kurinasih, Imas dan Berlin, Sani. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jkarta: PT Bumi Aksara. Poerwadarminta, W.J.S. (2013). Kamus Umum Bahasa Indonasia. Jakarta: Balai Pustaka. Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajarn Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikn (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. 12

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013

Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013 Perihal Keunggulan Dan Kelemahan Kurikulum 2013 Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang.

Lebih terperinci

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pemisahan antara mata

Lebih terperinci

Persamaan dan perbedaan KTSP dan kurikulum 2013

Persamaan dan perbedaan KTSP dan kurikulum 2013 Persamaan dan perbedaan KTSP dan kurikulum 2013 Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) rumusan masalah, (C) tujuan penelitian, (D) manfaat penelitian, (E) definisi operasional. Berikut ini merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama

1. PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor utama 1 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses

Lebih terperinci

TABEL PERBANDINGAN KTSP DENGAN K13

TABEL PERBANDINGAN KTSP DENGAN K13 Contoh : Analisis Kurikulum TABEL PERBANDINGAN KTSP DENGAN K13 NO KURIKULUM 2016 ( KTSP ) KURIKULUM 2013 ( K13 ) 1 2 3 4 5 Standar Isi ==> Standar Kompetensi Standar Kompetensi Lulusan (SKL)==> Lulusan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.1b ELEMEN PERUBAHAN 2 Elemen Perubahan 3 Elemen Perubahan Elemen Kompetensi Lulusan Kedudukan mata pelajaran (ISI) Pendekatan (ISI) Deskripsi

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU TENTANG PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SD MUHAMMADIYAH 24 GAJAHAN SURAKARTA

PERSEPSI GURU TENTANG PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SD MUHAMMADIYAH 24 GAJAHAN SURAKARTA PERSEPSI GURU TENTANG PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SD MUHAMMADIYAH 24 GAJAHAN SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 DASAR HUKUM, RASIONAL PENGEMBANGAN SERTA ELEMEN PERUBAHAN TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN, PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN RANCANGAN KURIKULUM 2013 Oleh : Intan Mustika Noor

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 2 (2015)

JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 2 (2015) JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 2 (2015) ISSN: 2460-3481 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SE-KOTA JAYAPURA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman 33-43 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg PENGETAHUAN GURU IPS TERPADU SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk intitusi pendidikan yang isinya berupa

Lebih terperinci

KETERAMPILAN CALON GURU BIOLOGI MERANCANG PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BIOLOGY TEACHER CANDICATE SKILLS IN DESIGN LEARNING CURRICULUM 2013

KETERAMPILAN CALON GURU BIOLOGI MERANCANG PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BIOLOGY TEACHER CANDICATE SKILLS IN DESIGN LEARNING CURRICULUM 2013 KETERAMPILAN CALON GURU BIOLOGI MERANCANG PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 BIOLOGY TEACHER CANDICATE SKILLS IN DESIGN LEARNING CURRICULUM 2013 Yokhebed 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO. Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMAN 2 BUNGO Irma Suryani, Aripudin dan Zulena Fertika ABSTRACK Artikel ini memberikan hasil penelitian dari Implementasi Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: prasarana dan sarana, dana,

Lebih terperinci

Journal of Physical Education and Sports

Journal of Physical Education and Sports JPES 4 (2) (2015) Journal of Physical Education and Sports http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU

PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU PERSEPSI GURU BIOLOGI MENGHADAPI KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SATUAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI KOTA PEKANBARU Suwondo, Mariani Natalina L. dan Vivi Triska Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA

Lebih terperinci

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Dalam pendidikan, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang diharapkan dari siswa/subjek

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X SMA KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN KUBU RAYA

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X SMA KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN KUBU RAYA IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS X SMA KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN KUBU RAYA Haryadi, Leo Sutrisno, Haratua T. M. S. Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN RAMBAH SAMO

ANALISIS HAMBATAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN RAMBAH SAMO ANALISIS HAMBATAN PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU KELAS X SMA/SEDERAJAT DI KECAMATAN RAMBAH SAMO Pramono 1), Nurul Afifah 2) dan Ria Karno 3) 1 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif kreatif,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMA

DESKRIPSI PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMA DESKRIPSI PELAKSANAAN PENILAIAN PORTOFOLIO OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMA Dwi Oktofa, Asep Nursangaji, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email : dwi_oktofa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 Pergeseran Komponen Kurikulum 2013 Komponen Silabus: (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) kompetensi inti, (4)

Lebih terperinci

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR ELEMEN PERUBAHAN SKL terstruktur dalam: SKL Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar SKL Menyeimbangkan kognitif, afektif, dan psikomotor Kompetensi inti mengikat kompetensi-kompetensi

Lebih terperinci

PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU

PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU PEMETAAN PERSEPSI GURU PADA PENERAPAN KEMBALI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEDAYU Tri Wahyuningsih Dhiniaty Gularso, S.Si, M.Pd Universitas PGRI Yogyakarta email:

Lebih terperinci

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 PPT - 1.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Elemen Perubahan Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV ARTIKEL PENELITIAN Oleh MELVIKA FITRIANTI NIM F37011004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

AKTIVITAS GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH

AKTIVITAS GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH Aktivitas guru dalam pelaksanaan (Iwan Kristanto) 1 AKTIVITAS GURU DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH THE TEACHER ACTIVITIES IN IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, baik buruknya peradaban

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman SP-002-008 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 97-101 Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman Muhammad Joko Susilo

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV Melvika Fitrianti, Mastar Asran, Nurhadi PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email : mel.vika51@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga mengalami perubahan. Begitu pula dengan kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI. (Artikel) Oleh ELIYANA PUTRI

KAJIAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI. (Artikel) Oleh ELIYANA PUTRI KAJIAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN IPA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI (Artikel) Oleh ELIYANA PUTRI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014

Lebih terperinci

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3 Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko

Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko Disampaikan dalam rangka Workshop Penguasaan Teknologi Informasi dan Pengembangan Kurikulum 2013 Pada tanggal 10 Mei 2014 di SMK Muhammadiyah Prambanan, Yogyakarta Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko Makalah

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Andri Irawan

PENDAHULUAN. Andri Irawan Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 11, Nomor 1, April 2015 Andri Irawan Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta KETERAMPILAN GURU

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Kode Kuesioner Tanggal Lokasi Kota : : - -2014 : MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Satuan Pendidikan SD SMP SMA SMK (tandai salah satu) A. DATA RESPONDEN

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, SURVEI PEMAHAMAN GURU TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 BIDANG STUDI PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA NEGERI SE KECAMATAN LAMONGAN (Studi Pada Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Lebih terperinci

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dalam bimbingan dan arahan serta motivasi dari seorang guru. Pembelajaran

Lebih terperinci

Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP

Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Problematika Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Scientific Pada Kurikulum 2013 di SMP Riawan Yudi Purwoko Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: karakter, pendekatan saintifik

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci: karakter, pendekatan saintifik IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SAINS MENYONGSONG GENERASI EMAS INDONESIA Ida Mintarina Nulfita, M.Pd, SMAN 1 Padangan Bojonegoro, 62162 Email: idaersyat@yahoo.co.id Data

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H KESIAPAN SMP NEGERI 3 KARANG BARU DALAM MENGHADAPI KURIKULUM 2013 SKRIPSI Diajukan Oleh : ULFATUL HASANAH Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Program Strata Satu (S-1) Jurusan/Prodi

Lebih terperinci

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK (WEBBED) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN TEMA PENGALAMAN DI KELAS III SD NEGERI 5 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2013/ 2014 Hanik Wijayanti 1, Suhartono 2, Joharman 3 PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Febertina Zai SMP Negeri Satu Atap Gunungsitoli Selatan, kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG Tersedia secara online EISSN: 2502-471X Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 2 Nomor: 1 Bulan Januari Tahun 2017 Halaman: 105 112 STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING PENERAPAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING (RBL) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SDN 1 KLAPASAWIT TAHUN AJARAN 2014/2015 Elin Khaeriyah 1, Warsiti 2, Kartika Chrysti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu komponen yang utama dalam pendidikan. Kurikulum inilah yang bisa menentukan arah pencapaian tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A

KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A 420 100 134 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMA/MA/SMK SASARAN SE KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL Oleh: DITA ASTRI MARTINA

Lebih terperinci

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK

ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK ANALISIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BIOLOGI BERKARAKTER KELAS XI SMA NEGERI UNTUK STANDARISASI RPP DI KABUPATEN SOLOK Leni Gusdenti, Mulyati, Siska Nerita Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PJOK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N SE-KECAMATAN BANTUL

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PJOK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N SE-KECAMATAN BANTUL Implementasi Pembelajaran PJOK (Nur Hidayati Ika P.) 1 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PJOK BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N SE-KECAMATAN BANTUL IMPLEMENTATION OF BASED CURRICULUM 2013 PHYSICAL EDUCATION

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ELASTISITAS KELAS X SMA NEGERI 2 SIDOARJO Jufita Ratnasari, Wasis Jurusan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI. PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Leni MAYASARI 1), Jodion SIBURIAN 1), Retni S. BUDIARTI 1) 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR

HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR HUBUNGAN METODE MENGAJAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR Mela Marzuki, Erlina Rupaidah, Nurdin Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan pada saat ini adalah pergantian kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Kurikulum merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KALENG TAHUN AJARAN 2014/2015 Nurul Syifa Urohmah 1, Wahyudi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian dengan judul implementasi pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH MERY FRANSISKA NIM F32111035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka BAB V PEMBAHASAN Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah Kurikulum. Perubahan Kurikulum sekolah dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 METRO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Laela Ngasarotur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TEKS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 03 MODEL INVEST KOTA BENGKULU

KEMAMPUAN MENULIS TEKS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 03 MODEL INVEST KOTA BENGKULU 166 KEMAMPUAN MENULIS TEKS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMK NEGERI 03 MODEL INVEST KOTA BENGKULU Prisna Destia 1, Padi Utomo 2, dan M. Arifin 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN MATERI PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR Diterbitkan oleh: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Lebih terperinci

PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh

PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL Oleh FITRI ANDRIANA RAPANI ASMAUL KHAIR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani 59 Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 60-63 PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA SISWA SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA TERHADAP PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal

BAB I PENDAHULUAN menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Hal ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan segala potensi diri melalui proses belajar atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 EVALUASI PROGRAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN JEMBRANA BALI I Komang Adi Palgunadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan

Lebih terperinci

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL H. Syaiful Sagala Abstrak Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG Novi Harista Putri 1, M. Nursi 2, Hendrizal 1 1 Program

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Drs. Purnomo, M.Pd PGSD FIP Universitas Negeri Semarang

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Drs. Purnomo, M.Pd PGSD FIP Universitas Negeri Semarang IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Drs. Purnomo, M.Pd pakubumi667@yahoo.co.id PGSD FIP Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Kata Kunci : Implementasi, Kurikulum 2013, Pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi awal manusia untuk dapat berjalan dalam kehidupan ini. Sejak awal manusia diciptakan, pendidikan telah menjadi bagian dalam kehidupan untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SD NEGERI 37 ALANG LAWEH PADANG Oleh RANTI EFRIZAL NPM 1210013411035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang

BAB I PENDAHULUAN. ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

Pena Vol 7 No.2 Desember 2017 ISSN

Pena Vol 7 No.2 Desember 2017 ISSN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII CI DI SMP NEGERI1 KOTA JAMBI Rustam* FKIP Universitas Jambi ABSTRACT The purpose of this study is to determine the implementation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika merupakan mata pelajaran yang menuntut siswanya untuk berfikir secara logis, kritis, tekun, kreatif, inisiatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tema sebagai dasar pembelajaran untuk mengikat materi pelajaran yang terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

KESIAPAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK JURNAL

KESIAPAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK JURNAL KESIAPAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK JURNAL PUTRA SURIANTO 10070136 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan melaksanakan perubahan kurikulum. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki

Lebih terperinci

STUDI REALITAS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI JENJANG SMA

STUDI REALITAS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI JENJANG SMA STUDI REALITAS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PAI DAN BUDI PEKERTI JENJANG SMA (Studi Deskriptif pada Berbagai Klasifikasi Guru SMA di Kota Bandung Tahun 2015) Humaira Ulfah,* Edi Suresman,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD Oleh: Faisal Rahman Luthfi 1, Suripto 2, Harun Setyo Budi 3 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret E-mail: luthfifaisal@ymail.com

Lebih terperinci

REFLEKSI RESPON GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 1 NGAGLIK E-JOURNAL

REFLEKSI RESPON GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 1 NGAGLIK E-JOURNAL REFLEKSI RESPON GURU TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 1 NGAGLIK E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

HAMBATAN MAHASISWA REGULAR B PRODI PENJASKESREK FKIP UNTAN DALAM MENYELESAIKAN PROPOSAL SKRIPSI

HAMBATAN MAHASISWA REGULAR B PRODI PENJASKESREK FKIP UNTAN DALAM MENYELESAIKAN PROPOSAL SKRIPSI HAMBATAN MAHASISWA REGULAR B PRODI PENJASKESREK FKIP UNTAN DALAM MENYELESAIKAN PROPOSAL SKRIPSI Julfirman Setiawan Simbolon, Wiwik Yunitaningrum, Edi Purnomo Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP

Lebih terperinci

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Syarifah Leni Fuji Lestari, Ahadi Sulissusiawan, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan, Pontianak

Lebih terperinci