Gambar 2.1. Struktur hormon tiroid dan senyawa senyawa yang berhubun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2.1. Struktur hormon tiroid dan senyawa senyawa yang berhubun"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon Tiroid Hormon tiroid mengatur ekspresi gen, diferensiasi jaringan dan perkembangan umum. Kelenjar tiroid menghasilkan 2 hormon asam iodoamino, yaitu 3,5,3 - triiodotironin (T 3 ) dan 3,5,3,5 -tetraiodotironin (tiroksin, T 4 ), yang telah lama diketahui kepentingannya dalam pengaturan metabolisme umum, perkembangan dan diferensiasi jaringan. (Granner, 2003). Gambar 2.1. Struktur hormon tiroid dan senyawa senyawa yang berhubun

2 2.2. Metabolisme Yodida Menurut Granner (2003), metabolisme yodida melibatkan beberapa tahapan yang terpisah : A. Konsentrasi yodida (I - ) : kelenjar tiroid bersama dengan beberapa jaringan epitel lainnya, termasuk kelenjar mammae, korion, kelenjar saliva dan lambung, mampu memekatkan I - dengan melawan gradien elektrokimia yang kuat. Proses ini bergantung pada energi dan berkaitan dengan pompa Na + /K + yang bergantung-atpase. Aktivitas transporter I - tiroid dapat dipisahkan dari tahap biosintesis hormon berikutnya melalui penghambatan organifikasi I - dengan obat obat golongan tiourea. Rasio yodida dalam tiroid terhadap yodida dalam serum (rasio T:S) merupakan pencerminan aktivitas transporter. Rasio T:S pada manusia dengan diet yodium yang normal adalah 25:1. B. Oksidasi I - : kelenjar tiroid merupakan satu satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I - hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi; proses oksidasi ini merupakan suatu tahapan yang wajib ada dalam organifikasi I - dan biosintesis hormon tiroid. Tahapan ini melibatkan enzim peroksidase yang mengandung heme dan terjadi pada permukaan lumen sel folikular. C. Iodinasi tirosin : yodida yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam suatu reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase. Posisi 3 pada cincin aromatik merupakan bagian yang pertama kali mengalami iodinasi dan kemudian baru posisi 5-nya sehingga membentuk masing masing MIT dan DIT. Reaksi ini, yang kadang kadang disebut organifikasi, terjadi dalam waktu beberapa detik saja di dalam tiroglobulin luminal. Begitu iodinasi terjadi, yodium tidak segera meninggalkan kelenjar tiroid. Tirosin bebas dapat mengalami iodinasi tetapi tidak disatukan ke dalam protein mengingat tidak adanya trna yang mengenali tirosin teriodinasi itu.

3 D. Perangkaian iodotirosil : perangkaian dua molekul DIT untuk membentuk T 4 atau perangkaian MIT dengan DIT untuk membentuk T 3 akan terjadi di dalam molekul tiroglobulin, sekalipun hal ini tidak berarti bahwa kemungkinan penambahan MIT atau DIT bebas pada DIT yang terikat sudah bisa disingkirkan. Enzim tersendiri untuk perangkaian tersebut masih belum ditemukan, dan karena reaksi perangkaian ini merupakan proses oksidasi, kita memperkirakan bahwa enzim tiroperoksidase yang sama akan mengatalisis reaksi ini dengan merangsang pembentukan radikal bebas iodotirosin. Hipotesis ini didukung oleh hasil observasi yang menunjukkan bahwa obat yang sama yang menghambat oksidasi I - juga menghambat reaksi perangkaian. Hormon tiroid yang terbentuk tetap merupakan bagian integral tiroglobulin sampai molekul tiroglobulin ini terurai seperti dikemukakan di atas. Hidrolisis tiroglobulin dirangsang oleh TSH tetapi dihambat oleh I - ; efek yang belakangan ini kadang kadang dimanfaatkan dengan penggunaan kalium yodida untuk mengobati hipertiroidisme.

4 Gambar 2.2. Model metabolisme yodida di dalam folikel tiroid. Tampak sebuah sel folikular yang menghadap lumen folikular dan ruang ekstrasel (di bawah). Yodida memasuki tiroid terutama lewat pengangkut. Sintesis hormon tiroid terjadi di ruang folikular melalui serangkaian reaksi yang banyak di antaranya berlangsung dengan diperantarai enzim peroksidase. Hormon tiroid dilepas dari tiroglobulin melalui hidrolisis. (Tgb, tiroglobulin; MIT, monoiodotirosin; DIT, diiodotirosin; T 3, triiodotironin; T 4, tetraiodotironin). Tanda bintang menunjukkan tahapan atau proses yang merupakan defisiensi enzim yang diwariskan sehingga menyebabkan penyakit gondok (goiter) kongenital yang sering mengakibatkan hipotiroidisme.

5 2.3. Yodium Definisi yodium Yodium ada di dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004% dari berat badan atau mg. Sekitar 75% dari yodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin, tetraiodotironin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3 ). Hormon hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan mental hewan dan manusia. Di dalam darah yodium terdapat dalam bentuk yodium bebas atau terikat dengan protein. (Almatsier, 2009) Sumber yodium Menurut Djokomoeljanto (2009), sumber yodium antara lain : a. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar paling tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock, 900 ug/kg bahan). b. Air laut mengandung sedikit yodium, sehingga kandungan yodium garam rendah. c. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar yodium tinggi sebab organisme ini mengkonsentrasikan yodium dari lingkungan sekitarnya. d. Sumber bahan organik yang berada dalam oksidan, desinfektan, yodofor (iodophor), zat warna makanan dan kosmetik, dan vitamin yang beredar di pasaran menambah yodium juga. e. Ikan laut, cumi cumi yang dikeringkan mengandung banyak yodium.

6 Tabel 2.1. Sumber yodium dalam makanan No. Bahan Makanan Berat (gram) Kandungan Yodium (µg) 1. Remis, kerang besar, ikan Salmon 2. Udang, ikan Cod Makarel, tuna, herring Garam beryodium Sumber : dikutip dalam tesis Determinan Kejadian GAKY pada Anak Sekoalh Dasar di Dataran Rendah dan Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan (Rusnelly, 2006) Fungsi yodium Yodium merupakan bagian integral dari kedua macam hormon tiroksin triidotironin (T 3 ) dan tetraiodotironin (T 4 ). Fungsi utama hormon hormon ini adalah mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen. Dengan demikian, hormon tiroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang menghasilkan energi. Yodium berperan pula dalam perubahan karoten menjadi bentuk aktif vitamin A dan yodium juga berperan dalam sintesis kolesterol darah. (Almatsier, 2009). Menurut Kartasapoetra (2002), fungsi yodium dalam tubuh adalah : 1. Sebagai komponen penting dalam pembentukan tiroksin pada kelenjar gondok. 2. Tiroksin termasuk yodium merupakan pengendali transduksi energi selular Kebutuhan yodium WHO, UNICEF dan ICCIDD dalam Djokomoeljanto (2009) menganjurkan kebutuhan yodium sehari sebagai berikut : a. 90 mg untuk anak prasekolah (0 59 bulan) b. 120 mg untuk anak sekolah dasar (6 12 tahun) c. 150 mg untuk dewasa (di atas 12 tahun)

7 d. 200 mg untuk wanita hamil dan wanita menyusui Tabel 2.2. Angka kecukupan yodium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) Golongan umur AKI* (mg) Golongan umur AKI* (mg) 0 6 bulan 90 Wanita : 7 11 bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 150 Pria : tahun tahun tahun tahun tahun 150 Hamil : tahun tahun 150 Menyusui : tahun bulan tahun bulan +50 *Angka Kecukupan Iodium Sumber : Prinsip Dasar Ilmu Gizi (Almatsier, 2009) Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Definisi GAKY Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) atau Iodine Deficiency Disorders (IDD) adalah satu spektrum gangguan yang luas sebagai akibat defisiensi yodium dalam makanan yang berakibat atas menurunnya kapasitas intelektual dan fisik pada

8 mereka yang kurang yodium; serta dapat bermanifestasi sebagai gondok, retardasi mental, defek mental serta fisik dan kretin endemik. (Djokomoeljanto, 2009) Survei Epidemiologis Gondok Endemik Menurut Djokomoeljanto (2009), survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya kelenjar tiroid, dilakukan dengan metode palpasi, menurut klasifikasi Perez atau modifikasinya (1960) : (A) Grade 0 : tidak teraba Grade 1 : teraba dan terlihat hanya dengan kepala ditengadahkan Grade 2 : mudah dilihat, kepala posisi biasa Grade 3 : terlihat dari jarak tertentu (B) Karena perubahan awal gondok perlu diwaspadai maka grading system, khususnya grade 1 dibagi lagi dalam 2 kelas. Grade 1a : tidak teraba atau jika teraba tidak lebih besar dari kelenjar tiroid normal. Grade 1b : jelas teraba dan membesar, tetapi umumnya tidak terlihat meskipun kepala posisi tengadah. Ukuran tiroid disebut normal apabila sama atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien. (C) Akhir ini kriteria palpasi disederhanakan untuk mencegah kesulitan membedakan grade 1a dan grade 1b di atas dengan modifikasi sebagai berikut (2001) Grade 0 : tidak terlihat maupun teraba gondok Grade 1 : gondok teraba tetapi tidak terlihat apabila leher dalam posisi normal (tiroid tak terlihat membesar). Grade 2 : pembengkakan di leher yang jelas terlihat pada leher dalam posisi normal dan pada palpasi memang membesar.

9 Survei Epidemiologis Kretin Endemik Menurut Djokomoeljanto (2009), kretin endemik dapat ditinjau dari 3 segi yaitu : 1. Segi epidemiologis : kretin endemik selalu berhubungan dengan defisiensi yodium berat. 2. Segi klinis : adanya defisiensi mental yang disertai dengan salah satu gejala di bawah ini : a. Gejala neurologis yang mencolok yang terdiri atas gangguan pendengaran (bilateral dan nada tinggi) dan wicara, gangguan cara berjalan (gait) dan sikap badan waktu berdiri yang khas b. Gejala mencolok adalah pertumbuhan (cebol) dan hipotiroidisme. 3. Segi pencegahan : terjadinya kretin endemik dapat dicegah dengan pemberian unsur yodium yang adekuat Dampak GAKY UNICEF menggambarkan dampak GAKY dalam suatu piramida. Sebanyak 1 10 % sebagai puncak gunung es adalah dampak fisik dalam bentuk kretin dan pembesaran kelenjar tiroid. Sedang di bawahnya (5 30 %) umumnya tersembunyi tetapi apabila diperhatikan dengan seksama mereka sudah menderita gondok tingkat sedang dan ringan (grade 1a dan 1b) dan pengurangan tingkat kecerdasan (IQ). Pada bagian kaki dari piramida (30 70%) adalah dampak GAKY yang tersembunyi yaitu kerusakan sel sel otak, hilangnya produktivitas kerja dan gangguan metabolisme energi. (Soekirman, 2000).

10 Dampak nyata : gondok dan kretin 1 10 % Gondok ringan/ IQ turun 5 30 % Dampak tersembunyi : kerusakan otak, hilang energi, hipotiroid % Gambar 2.3. Gunung Es GAKY menurut UNICEF (Soekirman, 2000) Pemeriksaan Status Yodium Menurut Arisman (2004), cara yang dianjurkan untuk memeriksa status yodium : 1. Penilaian angka kejadian gondok, baik gondok yang telah terlihat maupun baru teraba 2. Pengukuran kadar yodium yang diekskresikan ke dalam urine 3. Penentuan kadar T4 atau TSH dalam darah berbagai kelompok usia, terutama bayi baru lahir dan wanita hamil. Tabel 2.3. Kriteria epidemiologis penilaian yodium yang berasal dari makanan yang disantap berdasarkan nilai median kadar yodium urine (Arisman, 2004). Rata rata kadar urine (µg/l) Asupan Yodium Status Yodium < Tidak cukup Tidak cukup Tidak cukup Kurang Yodium Berat Kurang Yodium Sedang Kurang Yodium Ringan

11 Cukup Lebih dari cukup >300 Berlebihan Sumber : Gizi dalam Daur Kehidupan (Arisman, 2004). Optimal Risiko hipotiroidisme Risiko hipertiroidisme 2.5. Garam Beryodium Definisi Garam dan Garam Beryodium Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap makanan. Garam juga merupakan sumber mineral natrium dan klorida, dapat pula digunakan untuk pengawetan makanan, membuat cairan isotonis dan sebagainya (Lenni, 2007). Menurut Lenni (2007), garam yang digunakan oleh masyarakat terbagi atas 2 jenis garam, yaitu : a. Garam dapur Garam dapur adalah garam yang diproduksi dari air laut yang diuapkan dan dikeringkan di terik matahari. b. Garam meja Garam meja adalah garam konsumsi yang diolah sedemikian rupa baik menggunakan maupun tanpa menggunakan bahan bahan anti gumpalan atau bahan pengering sehingga menjadi halus dan putih bersih. Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO 3 yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung KIO 3 sebesar ppm. (Industri Garam Indonesia, 2000).

12 Sifat Garam Dapur Menurut Lindawati (2006), sifat sifat garam dapur yaitu : a. Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya mengandung 95% natrium klorida. b. Merupakan kristal berwarna putih dan berbentuk kubus. c. Mudah larut dalam air. d. Pola keadaan padat garam dapur tidak berair tetapi bersifat higroskopis yaitu dapat menarik air baik dalam bentuk uap maupun cair. e. Pada suhu normal (15 o C) larutan jenuh dari garam dapur mempunyai berat jenis 1,204 dan mengandung NaCl 26,4%. f. Mempunyai titik lebur 803 o C dan titik didih 1430 o C. g. Mudah rapuh karena peristiwa perubahan bentuk dan kehilangan air kristal sehingga mudah retak Peranan Garam Dapur Menurut Lindawati (2006), garam dapur memegang peranan penting dalam tubuh manusia antara lain : a. Ikut menjaga tekanan osmosis di dalam cairan tubuh. b. Menjaga keseimbangna air dalam tubuh. c. Ikut menjaga tetapnya keasaman (ph) dalam tubuh. d. Berperan terhadap kepekaan saraf untuk rangsangan baik dalam tubuh sendiri maupun dari luar tubuh. e. Untuk media mineral antara lain yang akan dimasukkan di dalam tubuh, karena memerlukan antara lain : kalsium, magnesium, besi, fluor dan yodium Komposisi Garam Dapur Garam dapur sebagian besar berasal dari penguapan air laut dan sedikitnya mengandung 95% natrium klorida. Garam dapur sebagai garam konsumsi harus memenuhi beberapa syarat atau kriteria standar mutu diantaranya yaitu penampakan

13 yang bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak terkontaminasi oleh timbal dan bahan logam lainnya (Lindawati, 2006). Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca pada label kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam plastik, tertutup rapat, tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan garam beryodium. Cara penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang tertutup rapat dan kering, diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api dan sinar matahari langsung (Depkes RI, 1999). Menurut SNI nomor garam dapur harus memenuhi syarat komposisi sebagai berikut : Tabel 2.4. Komposisi garam dapur menurut SNI nomor Senyawa Kadar a.natrium Klorida Minimal 94,7 % b.air Maksimal 7 % c.iodium sebagai KIO 3 Minimal 30 mg/kg d.oksidasi Besi (FeO 3 ) - e.kalsium dan Magnesium - f.sulfat (SO - 4 ) - g.bagian tak larut dalam air - h.cemaran logam Pb Maksimal 10,0 mg/kg i.cemaran logam Cu Maksimal 10,0 mg/kg j.cemaran logam Hg Maksimal 0,1 mg/kg k.cemaran logamas Maksimal 0,1 mg/kg l.rasa Asin m.warna Putih n.bau Tidak ada Sumber : dikutip dari SNI dalam tugas akhir Pengaruh Waktu Penyimpanan dan Pemanasan terhadap Kadar Iodium dalam Garam Beriodium (Lindawati, 2006).

14 Unsur unsur yang Menentukan Kualitas Garam 1. Natrium Klorida Secara teoritis garam yang berasal dari penguapan air laut memiliki kadar natrium klorida 97% lebih, akan tetapi dalam praktek umumnya lebih rendah, karena dipengaruhi oleh kualitas air laut, cara pembuatan dan cara cara lain yang mempengaruhi kristalisasi garam (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989). Garam yang mengandung natrium klorida yang tinggi umumnya berwarna putih bersih, tetapi terkadang ditemukan garam yang berwarna putih bersih ternyata mengandung kadar NaCl yang relatif rendah (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989). 2. Kalsium Sebagai kotoran kotoran unsur kalsium yang ada dalam bentuk kalsium sulfat, sedang senyawa lainnya adalah kalsium karbonat yang mulai mengendap. Kristal kalsium sulfat yang sangat halus mengendap sangat lambat sehingga pada masa pembentukan kristal NaCl kristal ini ikut mengendap. Hal ini menjadi salah satu garam yang diperoleh dari penguapan air laut dengan tenaga sinar matahari kemurniannya lebih rendah dibandingkan dengan garam yang dihasilkan dari penguapan buatan (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989). 3. Magnesium Magnesium sebagai kotoran kotoran terdapat dalam larutan induk sehingga melekat di bagian luar kristal NaCl. (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989) Masalah Garam Beryodium dan Penyediaan Garam Beryodium Menurut Ismalia (2007), permasalahan yang sering muncul di masyarakat : 1. Sumber garam, dimana sumber yang berbeda misalnya garam rakyat, garam tambang yang dikelola secara bisnis akan menimbulkan beban biaya yang berbeda, yang sudah tentu pada akhirnya menjadi beban masyarakat.

15 2. Kualitas garam, kemurnian dan kandungan air akan mempengaruhi proses iodisasi dan selera konsumen. 3. Masalah distribusi, perlu adanya deregulasi, karena prosedur yang rumit akan meningkatkan beban biaya, sehingga harga mahal dan sasaran tak tercapai. 4. Penyimpanan, teknik penyimpanan kurang memadai akan mempengaruhi kualitas garam beryodium. 5. Pengepakan, memerlukan teknik tertentu, menghindari sinar matahari dan kelembaban yang dapat mengakibatkan penguapan yodium. 6. Konsumen, umumnya masyarakat mengatakan rasa garam beryodium kurang enak serta harga lebih mahal. Menurut Ismalia (2007), faktor yang mempengaruhi penyediaan garam beryodium diantaranya adalah : a. Kondisi iklim/alam wilayah Indonesia mempengaruhi produksi garam (pada musim hujan produksi garam dalam negeri tidak cukup). b. Adanya garam impor yang masuk, dipasarkan sebelum diiodisasi. c. Rendahnya kualitas garam rakyat/garam krosok. d. Kurangnya pengawasan perdagangan antar pulau. e. Harga garam beryodium relatif mahal. f. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat garam beryodium. g. Kebiasaan menyimpan garam dalam wadah terbuka dan di atas tempat memasak mengakibatkan garam mudah menguap Uji Garam Beryodium Menurut Lindawati (2006), pengujian yodium pada garam dapur dapat diketahui dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah suatu metode analisis instrumental berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan materi. Dimana radiasi elektromagnetiknya adalah sinar dengan daerah panjang gelombang UV-Vis, sedangkan materinya adalah molekul atau senyawa kimia.

16 Alat dan Bahan Alat : 1. Spektrofotometer UV-1240 merk Shimadzu 2. Neraca digital 3. Botol sampel 4. Pipet tetes 5. Gelas ukur 6. Labu ukur Bahan : 1. Garam dapur beryodium yang beredar di warung dan pasar tradisional 2. Aquades 3. KIO 3 kadar 99,7% 4. HNO 3 pekat 65% 5. KI kadar 99,5 % Pembuatan larutan larutan induk a. Larutan induk KIO ppm 1000 ml Menimbang sebanyak 0,1224 gram KIO 3, dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda. b. Larutan HNO 3 1M Menimbang sebanyak 8,4950 ml HNO 3 dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda. c. Larutan KI 1M Menimbang sebanyak 16,600 gram KI dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda.

17 Penentuan kurva kalibrasi larutan KIO 3 Larutan KIO ppm diambil 0 ml ; 0,2 ml ; 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml ; 1 ml ; 1,2 ml, masing masing larutan ditambah 1 ml HNO 3 1 M dan 2 ml KI 1 M, dan masing masing diencerkan dengan aquades hingga 10 ml, larutan menjadi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Kemudian ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditentukan dan membuat kurva kalibrasi larutan standar antara absorbansi (Y) dan konsentrasi (X) Penentuan konsentrasi dan kadar KIO 3 dalam garam beryodium Menimbang 2 gram garam yang dilarutkan dengan 20 ml aquades, kemudian ditambah 1 ml HNO 3 1 M dan 2 ml KI 1 M. Kemudian melakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 435nm, dan diperoleh data absorbansi, dihitung konsentrasi dan kadar KIO 3 dalam garam beryodium Prosedur pemakaian alat (spektrofotometer UV-Vis) pada metode fotometer 1. Menyalakan alat (dengan menekan tombol poser pada sisi belakang alat). Sebelumnya harus diperiksa sampel kompartemen harus dalam keadaan kosong. Instrumen akan secara otomatis melakukan inisialisasi. 2. Setelah proses inisialisasi selesai maka akan tampil layar menu utama. Selanjutnya dipilih metode fotometer (dengan menekan tombol 1). 3. Untuk mengukur panjang gelombang yang akan digunakan analisa tekan tombol [ GOTO WL ], tekan [ Numerik ] untuk memasukkan panjang gelombang yang diinginkan kemudian tekan [ ENTER ]. 4. Tekan [ F1 ] untuk mengubah mode pengukuran hingga diperoleh mode yang diinginkan (ABS atau persen T). 5. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam kompartemen sampel, baik untuk sisi standar maupun sisi sampel. 6. Tekan [ AUTO ZERO ] untuk menolkan sinyal.

18 7. Ganti kuvet pada sisi sampel dengan sampel yang akan dianalisa. 8. Tekan [ START ] untuk membaca nilai absorban dan transmitansinya. 9. Ulangi langkah 6 8 untuk sampel berikutnya Jenis Garam di Indonesia Menurut Depkes RI (2005), jenis garam yang terdapat di Indonesia : 1. Garam curai/krosok, merupakan garam yang mempunyai kualitas garam yang paling rendah. 2. Garam briket/bata beryodium, banyak yang memproduksi dan mempasarkannya, dikemas dalam plastik isi 12 batang mempunyai mutu lebih baik dari garam curai/krosok. 3. Garam halus beryodium, merupakan garam yang mempunyai mutu lebih baik dari garam briket/bata dan garam curai/krosok Proses Iodisasi Garam Persyaratan Iodisasi 1. Garam Berdasarkan standar yang ditetapkan UNICEF maka garam yang akan diiodisasi harus memenuhi syarat garam sebagai berikut : a. Ukuran partikel atau butiran butiran tidak lebih besar dari 2 mm yang baik adalah 0,5 1,5 mm. b. Kadar air sekitar 2 4 % atau lebih rendah lagi. c. Mempunyai sifat free flowing (tidak menggumpal). d. Mempunyai berat jenis kira kira sama dengan air. e. Ditinjau dari segi kesehatan keadaannya cukup bersih. 2. Kalium Iodat Berdasarkan kestabilannya KIO 3 pada saat ini merupakan senyawa yodium yang banyak digunakan dalam proses iodisasi garam.

19 3. Air Air yang dipergunakan sebagai pelarut KIO 3 sebaiknya air yang memenuhi persyaratan air minimum Cara Iodisasi Menurut Departemen Perindustrian Sulawesi Utara (1989), iodisasi atau pembubuhan zat, dalam hal ini senyawa kalium iodat (KIO 3 ) ada beberapa cara : a. Dengan penambahan larutan KIO 3 4 % sebanyak 0,5 ml melalui mikro buret kemudian diaduk dan dianalisa. b. Dengan penambahan KIO 3 4 % yang dikerjakan oleh suatu unit peralatan iodisasi dilakukan pada garam yang belum dimasukkan ke dalam karung untuk di homogenkan dan kemudian dimasukkan ke dalam karung. c. Iodisasi dilakukan dengan cara mengaduk larutan KIO % ke dalam satu kotak kayu bersama dengan garam secara bertahap. Tahap pertama adalah sebagian garam non yodium yang akan diiodisasi ±20% dari jumlah garam yang akan diiodisasi ditambahkan dengan larutan KIO 3 secukupnya diaduk sampai rata (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989). Tahap kedua adalah garam yang telah diiodisasi pada tahap pertama yaitu 80% dari jumlah garam yang akan diiodisasi. (Departemen Perindustrian Sulawesi Utara, 1989) Persyaratan Hasil yang Diperoleh Kadar KIO 3 yang harus dikandung oleh garam beryodium harus mengandung KIO 3 sebanyak 40 ppm atau 40 mg/kg garam dengan toleransi 10 ppm. Dengan mengatur kondisi dari bahan dan peralatan yang dipergunakan diusahakan agar diperoleh hasil dengan kadar KIO 3 40 ppm, demikian pula dibantu dengan pengadukan akan menghasilkan pemerataan kandungan yodiumnya. (Departemen Perindustrian Banjar Baru, 1989).

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pasar tradisional dan pasar modern Kota Gorontalo dan pengujiannya dilaksanakan di laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gaky Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada umumnya yang perlu diperhatikan yaitu status kesehatan terutama masalah gizi, faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI YODIUM PADA GARAM DAPUR DI DESA TENGAH, DESA HULU DAN TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2011

IDENTIFIKASI YODIUM PADA GARAM DAPUR DI DESA TENGAH, DESA HULU DAN TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2011 IDENTIFIKASI YODIUM PADA GARAM DAPUR DI DESA TENGAH, DESA HULU DAN TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU TAHUN 2011 OLEH : CONNY THERESA TIHARMA NAPITUPULU 080100208 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KALIUM IODAT DALAM GARAM DAPUR YANG BEREDAR DI PASAR KOTA BITUNG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Anggelia Nelisa Kapantow, Fatimawali, Adithya Yudistira Program Studi Farmasi

Lebih terperinci

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN Korry Novitriani dan Dina Sucianawati Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya Juli 2014 ABSTRAK Iodium merupakan zat gizi essensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, yaitu sekumpulan gejala yang ditimbulkan akibat tubuh mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Yodium merupakan zat yang esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yodium merupakan zat mineral mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid dan berguna untuk proses metabolisme di dalam tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan dalam mineral makro dan mikro.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan manusia saat ini menjadi hal yang sangat kompleks dan perlu dikaji secara kompleks. Salah satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi perbincangan

Lebih terperinci

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

Apa yang dimaksud dengan Yodium? UPAYA MENINGKATKAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DI PROVINSI BALI MELALUI KEBIJAKAN BERWAWASAN KESEHATAN : SURAT EDARAN GUBERNUR BALI NOMOR : 440/2541/KESMAS.DISKES, TANGGAL 16 FEBRUARI 2015 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) 1. Pengertian Gangguan akibat kurang Yodium (GAKY) adalah rangkaian efek kekurangan yodium pada tumbuh kembang manusia. Kekurangan unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yodium merupakan trace elements yang dibutuhkan tubuh sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh kekurangan yodium, pembentukan hormon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Kalium Iodat atau KIO3 adalah serbuk berwarna putih dan tidak berbau serta mempunyai berat molekul 214,00. kalium iodat mudah larut dalam air dan berfungsi mengatur keseimbangan

Lebih terperinci

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY)

Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Gangguan Akibat kekurangan Yodium (GAKY) Kelompok 8 Noer Rafidah Ramli (K 111 11 297) Nur Asizah (K 111 11 298) Ramdani (K 111 11 301) Rahmawati Mustamin (K 111 11 303) Febi Riska (K 111 11) Outline Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam 2.1.1 Pengertian Garam Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Klorida

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. soda api, soda abu sodium sulfat dan lain-lain. Tanpa garam, manusia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. soda api, soda abu sodium sulfat dan lain-lain. Tanpa garam, manusia tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Garam Garam adalah tambahan makanan yang dipergunakan oleh masyarakat sebagai penyedap makanan. Garam adalah salah satu komoditas strategis, selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih

Lebih terperinci

MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP)

MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP) MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP) APA MANFAAT YODIUM? Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat berupa barang atau benda, serta berupa sebuah jenis jasa atau pelayanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat berupa barang atau benda, serta berupa sebuah jenis jasa atau pelayanan. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Konsumsi Garam Beryodium 2.1.1 Definisi Konsumsi Konsumsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mengambil kegunaan dari suatu produk dan jasa. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iodium Iodium merupakan zat gizi essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini,

Lebih terperinci

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014 Kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Indonesia

Lebih terperinci

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3 Triastuti Sulistyaningsih, Warlan Sugiyo, Sri Mantini Rahayu Sedyawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) menjadi salah

Lebih terperinci

MODUL PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM UNTUK ANAK SD

MODUL PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM UNTUK ANAK SD MODUL PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM UNTUK ANAK SD Oleh Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar Sulawesi Barat Modul Pembelajaran Penggunaan Garam Beryodium untuk Anak SD 1 Tiap 100 anak

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Fungsi Yodium Proses Metabolisme Yodium

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Fungsi Yodium Proses Metabolisme Yodium 5 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Yodium Yodium terdapat di tanah dan di laut dalam bentuk iodida. Tahun 1811 yodium ditemukan dalam ganggang laut oleh Bernard Courtois. Iodida berasal dari kata iode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Yodium Yodium ditemui dalam bentuk inorganik (yodida) dan organik dalam jaringan tubuh. Yodium adalah penting untuk reproduksi system disamping untuk produksi hormon tiroid yaitu

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah gizi diantaranya yaitu kekurangan yodium dan kekurangan yodium dapat diderita orang pada setiap kehidupan

Lebih terperinci

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PENGUJIAN AMDK Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM PARAMETER UJI Warna Kekeruhan Kadar kotoran ph Zat terlarut Zat organik(angka KMnO40 Nitrat Nitrit Amonium Sulfat Klorida Flourida Sianida Klor bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah kesehatan yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tetap menjadi ancaman global utama untuk kesehatan dan pembangunan. Defisiensi yodium memiliki beberapa efek buruk pada pertumbuhan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR Warlan Sugiyo, Jumaeri, Cepi Kurniawan FMIPA UNNES ABSTRAK Kualitas garam produksi petani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air.

BAB I PENDAHULUAN. 2. TUJUAN Mampu memeriksa kadar Nitrat dalam air. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Nitrat (NO 3 ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan

I. PENDAHULUAN. melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar. Perilaku diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gipsum Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad. Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Kurang zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa (Untoro, 2004). Zat gizi mikro

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan 2. Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan 2. Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo 1 ANALISIS MUTU GARAM TRADISIONAL DI DESA SIDUWONGE KECAMATAN RANDANGAN KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO Nanang Kasim Pakaya, Rieny Sulistijowati, Faiza A Dali ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

MUTIARA INDAH SARI NIP:

MUTIARA INDAH SARI NIP: HORMON TIROID Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN............ 1 II. ANATOMI KELENJAR TIROID............... 1 III. STRUKTUR KELENJAR TIROID.......... 4 IV. METABOLISME

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Lokasi penanaman variabel bebas Kadar kalium air kelapa variabel terikat Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat mempengaruhi kadar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium klorida (>80 %) serta senyawa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. B. Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Analis Kesehatan,

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nikè:Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Nanang Kasim Pakaya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia D III Analis Kesehatan Fakultas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT

PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI BERDASARKAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS IOD-AMILUM MENGGUNAKAN OKSIDATOR PERSULFAT ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 1, No. 1, pp. 85-90 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received, 7 January 2013, Accepted, 14 January 2013, Published online, 1 February 2013 PENENTUAN KADAR IODIDA SECARA SPEKTROFOTOMETRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Departemen Kesehatan (2000) menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di antaranya adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI A. PRAKTIKAN Nama : CHICI WULANDARI NIM : P07 134 012 007 B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM a. Tujuan : Menghitung Jumlah Sisa Klor dalam Air PAM b. Waktu : Senin, 6 Januari

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida) ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan

BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID. Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan BAB 2 ANATOMI DAN FUNGSI KELENJAR TIROID 2.1 Anatomi Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa yodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT PEDOMAN PELAKSANAAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM DI TINGKAT MASYARAKAT PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Defisiensi yodium menyebabkan produksi hormon tiroid (tiroksin, trioditironin) oleh kelenjar tiroid berkurang.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatan kesehatan dan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap uji pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder

Lebih terperinci