A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Hartono Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan kemajuan teknologi, ada beberapa orang yang mendefinisikan mengenai hukum udara, bahwa hukum udara adalah serangkaian ketentuan nasional dan internasional mengenai pesawat, navigasiudara, pengangkutan udara komersial dan semua hubungan hukum publikataupun perdata, yang timbul dari navigasi udara domestik dan internasional. 1 Hukum udara adalah cabang hukum yang menentukan dan mempelajari hukum dan peraturan hukum mengenai lalu lintas udara dan penggunaan pesawat udara dan juga hubungan-hubungan yang timbul dari hal-hal tersebut. 2 Seperti dalam kasus pendaratan pesawat Lion Air tersebut, dan tidak menemukan adanya penyimpangan prosedur yang dilakukan Air Trafic Control(ATC).Air Trafic Control(ATC)telah melakukan tugas dan fungsinya secara profesional, dengan menjalankan berbagai prosedur yang seharusnya dilakukan oleh Air Trafic Control(ATC). Dalam konteks kejadian ini, juga prihatin jika ada orang-orang yang kemudian menyebar rumor bahwa Air Trafic Control(ATC) Indonesia tidak diperhatikan Pemerintah ;Air Trafic Control(ATC) Indonesia tidak mendapatkan perlindungan hukum yang memadai ; Air Trafic Control(ATC) Indonesia resah, dll. Dasar hukum dari ATC diatur dalam Undangundang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan yang sangat komprehensif.didalam undang-undang tersebut, banyak butir yang nyata-nyata 1 I. Diederiks-Verschoor, Hukum Udara dan Hukum Ruang Angkasa, (Sinar Grafika, Jakarta, 1991), hal.7 2 H.K. Martono, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik, (Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2012), hal 4 1
2 112 menetapkan program keselamatan penerbangan, program budaya tindak keselamatan yang mengacu pada standard ICAO.Dalam UU ini juga memuat peraturan keselamatan penerbangan, sistem pelaporan keselamatan, analisis data dan informasi keselamatanpromosi keselamatan, pengawasan keselamatan, dan lain-lain.yang dalam banyak hal diarahkan untuk melindungi Air Trafic Control(ATC) dari eksploitasi, pencegahan dari tindak kesalahan atau kelalaian dalam bertugas, pengabaian atas hak-haknya, dll. Menteri Perhubungan juga telah mengesahkan Peraturan Menhub berupa CASR (untuk Air Trafic Control(ATC) ada CASR 69 dan 170 serta 172 dll).dalam CASR ini juga sangat jelas usaha Pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi ATC yang sedang melaksanakan tugas, berupa kepastian-kepastian hukum dalam menjalankan tugas profesinya. Dirjen Perhubungan Udara juga telah mengeluarkan Peraturan Dirjen Hubud berupa Staff Instruction (SI) dan Advisory Circular (AC) yang disana juga dengan jelas menuntun dan mengarahkan kita (ATC Indonesia) bagaimana agar mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya dapat terhindar dari kesalahan - kesalahan yang merugikan diri Air Trafic Control(ATC) tersebut secara pribadi, yang dapat merugikan masyarakat penerbangan, bangsa dan negara RI. Dari berbagai aturan tersebut diatas, sangat tidak beralasan jika Pemerintah dianggap tidak melindungi ATC Indonesia.Kepastian hukum, merupakan salah satu bentuk perlindungan hukum bagi masyarakat.dengan kepastian tersebut, masyarakat menjadi tahu mana atau apa-apa yang menjadi haknya, apa-apa yang harus dihindari, apa-apa yang tidak boleh dilakukan, karena
3 12 dapat berbahaya dan membahayakan dirinya, orang lain, pengguna jasa penerbangan dll. 3 Air Trafic Control(ATC) merupakan pengatur lalu lintas udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, Air Trafic Control(ATC) juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam menghandle emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll). Tujuan dari pengaturan lalu lintas udara adalah untuk menghindari tabrakan antar pesawat terbang, menghindarkan pesawat terbang yang berada di daerah pergerakan pesawat dengan penghalang lainnya dan terciptanya kelancaran serta keteraturan lalu lintas udara. 4 Air Trafic Control(ATC) sangat berperan penting dan memiliki otoritas penuh terhadap pilot yang sedang menerbangkan pesawatnya. Pasalnya semua aktivitas pesawat di area manouevring harus mendapat mandat terlebih dahulu dari ATC. Tujuannya tidak lain adalah agar tercapai keselamatan dalam penerbangan. Semua komunikasi yang dilakukan antara pilot dan Air Trafic Control(ATC) menggunakan alat yang sesuai dengan aturan. 5 Pilot telah mengatur ketinggian menuju posisi lebih rendah, dan pada saat yang sama juga berusaha membenarkan rute dengan bantuan perangkat komputer manajemen penerbangan (Flight Management Computer FMC). Para awak diakses tanggal 27 Januari diakses tanggal 28 Januari 2016
4 13 pesawat mendapat gambaran yang salah mengenai posisi pesawat pada saat itu dan ditambah komunikasi dengan pengendali lalu lintas udara yang membingungkan.para awak pesawat kurang berkonsentrasi pada penerbangan dan lebih berkonsentrasi pada komputer sebab permasalahan disebabkan pada database navigasi. Pengawas lalu lintas udara (Air Trafic Control) adalah orang-orang yang terlatih untuk mempertahankan jalur yang aman, tertib dan cepat dari lalu lintas udara dalam sistem kontrol lalu lintas udara global.posisi pengendali lalu lintas udara adalah salah satu yang sangat memerlukan pengetahuan khusus, keterampilan, dan kemampuan.pengawas lalu lintas udara menerapkan aturan pemisahan untuk menjaga pesawat pada jarak yang aman dari satu sama lain di daerah mereka tanggung jawab dan pengawas berhati-hati memindahkan semua pesawat dengan aman dan efisien melalui sektor mereka ditugaskan dari wilayah udara, serta di lapangan, karena pengendali memiliki tanggung jawab sangat besar saat bertugas (seringkali dalam penerbangan, "pada posisi") dan membuat banyak keputusan sepersekian detik setiap hari, profesiair Trafic Control(ATC) secara konsisten. 6 Jalur penerbangan bertujuan untuk mengatur arus lalu lintas penerbangan. 7 Pelayanan lalu lintas penerbangan sebagaimana mempunyai tujuan yaitu mencegah terjadinya tabrakan antarpesawat udara di udara, mencegah terjadinya tabrakan antarpesawat udara atau pesawat udara dengan halangan (obstacle) di daerah manuver (manouvering area), memperlancar dan menjaga keteraturan arus 6 diakses tanggal 28 Januari Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, Pasal 266
5 14 lalu lintas penerbangan, memberikan petunjuk dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi penerbangan; dan memberikan notifikasi kepada organisasi terkait untuk bantuan pencarian dan pertolongan (search and rescue). 8 Pelayanan lalu lintas penerbangan terdiri atas pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan (airtraffic control service); pelayanan informasi penerbangan (flight informationservice), pelayanan saran lalu lintas penerbangan (air trafficadvisory service); dan pelayanan kesiagaan (alerting service). 9 Kemajuan di bidang hukum udara erat kaitannya dengan kepadatan arus lalu lintas udara yang semakin dirasakan dengan kebutuhan masyarakat. Peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat tersebut merupakan peringatan bagi petugas pengawas lalu lintas udara atau Air Trafic Control(ATC) dan para pilot perusahaan penerbangan nasional maupun internasional agar lebih berhati-hati terhadap semua kemungkinan/halangan yang membahayakan keselamatan penerbangan mulai dari persiapan penerbangan, lepas landas, sampai pada setelah melaksanakan penerbangan hingga mendarat, kewaspadaan tersebut.air Trafic Control(ATC) dibentuk untuk mengatasi lajunya lalu lintasudara, namun masih terjadi kecelakaan-kecelakaan penerbangan baik padapenerbangan domestik maupun pada penerbangan internasional.tidak semua kecelakaan yang terjadi disebabkan karena kesalahan dari pihak pengatur lalu lintas udara saja, tetapi ada pihak lain yang dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat udara, misalnya: penumpang, pilot, perusahaan penerbangan, petugas navigasi dan lain-lainnya 8 Ibid, Pasal Ibid, Pasal 279 ayat (1)
6 15 yang dengan sendirinya harus ada pihak yang bertanggung jawab untuk keselamatan penerbangan tersebut. Air Traffic Control (ATC) dengan perannya sebagai pengatur lalulintas udara secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap semuakecelakaan lalu lintas udara sejauh hal tersebut tidak menyimpang dari tugasair Trafic Control(ATC).Tanggungjawab Air Traffic Control (ATC) sebagai pengawas lalulintas udara terhadap kecelakaan pesawat yang dikarenakan kesalahannyadapat dipertanggungjawabkan secara perdata.pertanggungjawaban secara perdata dapat berupa ganti rugi berdasarkan padapasal 1365 KUHPerdata. Bekerja sebagai air traffic controller (ATC) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan, membutuhkan kewaspadaan yang sangat tinggi serta tanggung jawab yang besar.seringkali seorang Air Trafic Control(ATC) melanggar dokumen-dokumen tersebut baik disengaja maupun tidak, untuk itu perlu adanya upaya agar seorang Air Trafic Control(ATC) selalu bekerja berdasarkan peraturan, yaitu dengan cara:pertama memastikan bahwa seorang Air Trafic Control(ATC) memahami semua peraturan yang berlaku dalam memberikan pelayanan lalu lintas udara dengan cara melakukan sosialisasi dan refreshing kepada Air Trafic Control(ATC).Kedua memberikan reward bagi Air Trafic Control(ATC) yg melaksanakan peraturan dengan baik serta memberikan punishment bagi yang melakukan pelanggaran.ketiga melakukan kontrol dan monitoring oleh para supervisor serta melakukan evaluasi terhadap peraturanperaturan yang berlaku oleh unit SMS (Safety Management System).Di samping itu hal yang sangat penting adalah Air Trafic Control(ATC) harus terbiasa dan
7 16 membudayakan berkerja berdasarkan peraturan yang berlaku.dengan bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku maka pelayanan lalu lintas udara yang diberikan oleh Air Trafic Control(ATC) dapat berjalan dengan aman, lancar dan efisien. 10 Peristiwa-peristiwa kecelakaan pesawat tersebut merupakan peringatan bagi petugas pengawas lalu lintas udara atau Air Trafic Control(ATC) dan para pilot perusahaan penerbangan nasional maupun internasional agar lebih berhatihati terhadap semua kemungkinan/halangan yang membahayakan keselamatanpenerbangan mulai dari persiapan penerbangan, lepas landas, sampai pada setelah melaksanakan penerbangan hingga mendarat, kewaspadaan tersebut harus diperhatikan demi keselamatan penerbangan. Dalam hal ini tidak dapat dihindarkan lagi, bahwasanya yang membahayakan jalur penerbangan harus dicegah sedini mungkin.salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi terjadinya kecelakaan pesawat udara adalah dengan mengadakan suatu sistem pengawasan atau pengendalian lalu lintas udara atau Air Trafic Control(ATC).Air Trafic Control(ATC)dibentuk untuk mengatasi lajunya lalu lintas udara, namun masih terjadi kecelakaan-kecelakaan penerbangan baik pada penerbangan domestik maupun pada penerbangan internasional. Tidak semua kecelakaan yang terjadi disebabkan karena kesalahan dari pihak pengatur lalu lintas udara saja, tetapi ada pihak lain yang dapat mengakibatkan kecelakaan pesawat udara, misalnya: penumpang, pilot, perusahaan penerbangan, petugas navigasi dan lain-lainnya yang dengan 10 diakses tanggal 29 Januari 2016
8 17 sendirinya harus ada pihak yang bertanggung jawab untuk keselamatan penerbangan tersebut. Pertanggungjawaban secara perdata dapat berupa ganti rugi berdasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata sedangkan pertanggungjawaban secara pidana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. Dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Penerbangan memberikan sanksi berupa sanksi administrasi kepada personil/petugas Air Trafic Control(ATC) yang apabila dalam menjalankan tugasnya telah melakukan kelalaian sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan pesawat.sanksi administrasi dapat berupa pemberian peringatan, pemberhentian sementara dari tugasnya, atau pencabutan sertifikat kecakapan. Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul Tanggung Jawab Pengawas Lalu Lintas Udara (Air Traffic Control) Terhadap Lalu Lintas Udara Yang Aman Dan Lancar (Studi Pada Bandar Udara Kuala Namu International). B. Permasalahan Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. BagaimanakahPengaturan Lalu Lintas Udara di Indonesia pada Umumnya?
9 18 2. BagaimanakahPelaksanaan FungsiLalu Lintas Udara (air traffic control) dibandar Udara Kuala Namu International dalam memberikan Keselamatan dan Kenyamanan bagi Penerbangan? 3. BagaimanakahTanggung jawab pengawas lalu lintas udara (air traffic control) terhadap lalu lintas udara? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahuipengaturan Lalu Lintas Udara di Indonesia. 2. Untuk mengetahuipelaksanaan FungsiLalu Lintas Udara (air traffic control) dibandar Udara Kuala Namu International dalam memberikan Keselamatan dan Kenyamanan bagi Penerbangan. 3. Untuk mengetahuitanggung jawab pengawas lalu lintas udara (air traffic control) terhadap lalu lintas udara. D. Manfaat Penulisan Manfaat atau kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Menambah literatur yang membahas tentang lalu lintas udara,khususnya tanggungjawab pengawaslalu lintas udara Air Traffic Control (ATC) yangdiatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentangpenerbangan. a) Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan padaumumnya dan hukum udara pada khususnya.
10 19 b) Sarana untuk mengembangkan hukum udara. 2. Manfaat Praktis Merupakan informasi awal yang dapat dikembangkan untukpenelitian berikutnya, dan diharapkan dapat memberikan pandanganserta sumbangsih secara umum bagi masyarakat, dan khususnya bagipara petugas Air Traffic Control (ATC). a) Dapat digunakan sebagai masukan bagi para petugas Air TrafficControl (ATC) untuk melaksanakan tugasnya dalam halsumbangan pemikiran terhadap tanggungjawab pengawas. b) Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenaitanggungjawab pidana Air Traffic Control (ATC)sebagai pelaksana lalu lintas udara. E. Metode Penelitian Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu.sementara itu metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.dengan demikian metodologi penelitian adalah sebuah materi pengetahuan untuk mendapatkan pengertian yang lebih dalam mengenai sistematisasi atau langkah-langkah penelitian. 11 Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa bahasa Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari).dengan demikian secara logika berarti mencari kembali. 12 Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara 11 Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit Citapustaka Media, 2012), hal Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2012), hal 27.
11 20 sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif.langkah pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penerbangan. 2. Sumber Data Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan sehingga data yang dikumpulkan pada dasarnya merupakan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Sumber data kepustakaan dan dokumen diperoleh dari : a. Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer, terdiri dari : 14 Norma atau kaidah dasar, peraturan dasar, dan Peraturan atau ketentuan perundang-undangan sebagai hukum yang tertulis dan terkait di bidang hukum udara. 13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Penebit Rajawali Pres, 2013), hal Bambang Sunggono, Op.Cit, hal 185
12 21 b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum bahan hukum primer, 15 seperti: hasil-hasil penelitian, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder. 16 Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier (penunjang) di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian Teknik Pengumpulan data Untuk memperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan metode pengumpulan bahan hukum tersebut dengan penelitian kepustakaan (library Research) dan alat untuk mengumpulkan bahan hukum tersebut adalah melalui studi dokumen. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan dilakukan dengan informan. 4.Analisis Data Data primer dan data sekunder yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu dengan 15 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 118 dan Ibid 17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.Cit, hal 41
13 22 mendeskripsikan permasalah hukum yang ditemukan melalui penelitian kepustakaan dengan menggunakan peraturan-peraturan di bidang penerbangan. F. Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalahtanggung Jawab Pengawas Lalu Lintas Udara (Air Traffic Control) Terhadap Lalu Lintas Udara yang aman dan lancar (Studi pada Bandar Udara Kuala Namu International), judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh mahasiswa, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pemasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI LALU LINTAS UDARA MENURUT HUKUM. Bab ini berisikan tentangbandara dan Sarana Prasarana di Kuala Namu International Airport, Perkembangan Lalu Lintas Pengangkutan Udara (Air Traffic
14 23 Controller) di mata dunia, Pengaturan yang berkaitan dengan Pelaksanaan Lalu Lintas Udara berdasarkan Undang-undang penerbangan. BAB III : EKSISTENSI AIR TRAFFIC CONTROL DALAM PELAKSANAAN LALU LINTAS UDARA DI BANDARA. Bab ini berisikan tentangair Traffic Control Dalam Pelaksanaan Lalu Lintas Udara, Fungsi dan Peranan Petugas Pengawas Lalu Lintas Udara Air Traffic Control, dan Pengawas lalu Lintas Udara Sebagai Kewajiban Perlindungan bagi semua yang bersangkutan. BAB IV : TANGGUNGJAWAB PENGAWAS LALU LINTAS UDARA (AIR TRAFFIC CONTROL) TERHADAP LALU LINTAS UDARA YANG AMAN DAN LANCAR (STUDI PADA BANDAR UDARA KUALA NAMU INTERNATIONAL). Bab ini berisi tentangpengaturan Lalu Lintas Udara di Indonesia, Pelaksanaan FungsiLalu Lintas Udara (air traffic control) dibandar Udara Kuala Namu International dalam memberikan Keselamatan dan Kenyamanan bagi Penerbangan, dan Tanggung jawab pengawas lalu lintas udara (air traffic control) terhadap lalu lintas udara. BAB V : Kesimpulan dan Saran. Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran.
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan udara baik internasional maupun domestik mempunyai peranan dan fungsi yang makin lama makin penting dalam kehidupan umat manusia. Khusus bagi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerjasama berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui kesepakatan. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dana pensiun merupakan sebuah alternatif pilihan dalam memberikan jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Jaminan tersebut dimungkinkan dapat menyelesaikan masalah-masalah
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam peranan yang mutlak, bahkan pengakutan memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesawat udara merupakan salah satu alat transportasi yang digemari dibandingkan alat transportasi lainnya karena banyaknya keuntungan yang didapat jika menggunakannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penerbangan di Indonesia berkembang dengan cepat setelah adanya deregulasi mengenai pasar domestik melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.695, 2016 KEMENHUB. Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 55 TAHUN 2016 TENTANG TATANAN NAVIGASI PENERBANGAN
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
TANGGUNG JAWAB PENGAWAS LALU LINTAS UDARA (AIR TRAFFIC CONTROL) TERHADAP LALU LINTAS UDARA YANG AMAN DAN LANCAR (STUDI PADA BANDAR UDARA KUALA NAMU INTERNATIONAL) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara sekarang ini mengalami perkembangan pesat, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya perusahaan atau maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA Oleh : A.A. Gde Yoga Putra Ida Bagus Surya Darmajaya Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dielakkan, Indonesia adalah negara yang terdiri atas
Lebih terperinci2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1773, 2015 KEMENHUB. Pengoperasian Sistem. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Dilayani Indonesia. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dicirikan dengan adanya akses transportasi yang cukup baik. Perbaikan akses transportasi ke suatu tempat akan menjadikan lahan tersebut semakin menarik. Berkembangnya
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terbang sampai dengan tujuan. Sebelum melakukan penerbangan pilot harus
46 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ATC merupakan pengatur lalu lintas udara sejak pesawat itu akan terbang sampai dengan tujuan. Sebelum melakukan penerbangan pilot harus membuat flat planning
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang disatukan oleh wilayah perairan dan udara. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
Lebih terperinciMANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA
MANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM RUANG UDARA Ruang udara terdiri dari : 1. Controlled Airspace Controlled Area (CTA) Controlled Zone (CTR) 2. Uncontrolled
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART 170-04)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pada sektor transportasi dan informasi dewasa ini menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi perdagangan luar negeri atau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara merupakan industri yang memiliki kaitan erat dengan ekonomi global. Peningkatan 1% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara global akan meningkatkan
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN. normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap
32 I. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris (applied normative law) adalah perilaku nyata (in action) setiap
Lebih terperinciETIKA PROFESI AIR TRAFFIC CONTROLLER (ATC) BEKERJA DI BANDARA DI SUSUN OLEH :
ETIKA PROFESI AIR TRAFFIC CONTROLLER (ATC) BEKERJA DI BANDARA DI SUSUN OLEH : 1. Wira Satya Pratama Biantong ( D42115015 ) 2. Muh. Muhtasan ( D42115515) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, bidang transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda kehidupan perekonomian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat
Lebih terperinciASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU) JURNAL HUKUM OLEH: NAMA: PUSPITASARI DAMANIK
ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU) JURNAL HUKUM D I S U S U N OLEH: NAMA: PUSPITASARI DAMANIK NIM: 100200241 DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi tidak aman (unsafe condition). Keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan dalam dunia penerbangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dominan. Hal ini ditandai dengan jumlah alat transportasi darat lebih banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Sejalan dengan perkembangan zaman sistem transportasi dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang terus mengalami peningkatan baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis transportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan alat transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN
I. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi konsumen, karena dapat melakukan perjalanan yang jauh hanya dalam waktu yang relatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sitematis dan konsisten.
41 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sitematis dan konsisten. Metodelogis
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA Oleh Theresia Carmenia Yudithio Ni Putu Purwanti Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang disebut era globalisasi membuat semakin banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan sarana
Lebih terperinciMemmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN nirf.ktorat.tenderal PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 90 TAHUN 2014 TENTANG PFTUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PERSETUJUAN PERANCANGAN PROSEDUR PENERBANGAN
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG
TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG Oleh Cok Istri Ida Andriani I Wayan Parsa Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dengan menelaah ketentuan-ketentuan peraturan hukum tertulis,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengoperasikan pesawat udara melalui kawasan udara terlarang sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor transportasi menjadi salah satu tolok ukur dalam menentukan perkembangan sebuah negara. Sektor transportasi harus memiliki sistem manajemen yang sangat baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dapat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transportasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dapat memudahkan bagi mereka untuk dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dengan adanya transportasi,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Rahadi Osman yang terletak di Kota Ketapang, Provinsi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bandar Udara Rahadi Osman yang terletak di Kota Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, merupakan salah satu bandar udara di Indonesia yang digunakan untuk melayani kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat udara merupakan suatu kemajuan teknologi yang sangat luar biasa bagi dunia. Melalui pesawat udara hubungan antar Negara-negara di dunia semakin mudah. Saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang antara lain terjadi di bandar udara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II. (Persero) sebagaimana digambarkan pada Tabel 1-1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan angkutan udara di Indonesia dalam kurun waktu satu setengah dasa warsa pasca krisis moneter sangatlah meningkat pesat. Hal tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 55 TAHUN 2016 TENT ANG TATANAN NAVIGASI PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! PERHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan penerbangan selalu menjadi hal serius selama bertahun-tahun hal ini dikarenakan resiko kematian yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan pesawat terbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini pengangkutan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan dengan makin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam
Lebih terperincidiperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas (dienstverhoeding), yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian kerja merupakan awal dari lahirnya hubungan industrial antara pemilik modal dengan buruh. Namun seringkali perusahaan melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan usaha di berbagai bidang baik bidang industri, pertanian, manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
Lebih terperinciKETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA
KETENTUAN HUKUM DALAM PENGGUNAAN DRONE DI INDONESIA Drone, pesawat udara mini tanpa awak yang dikendalikan dengan remote control dan frekuensi radio, semakin diminati para pecinta teknologi di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas
Lebih terperinci2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a
No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa bandar udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar
BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti, digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan,
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu
1 III.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu mengadakan pendekatan masalah. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan masalah yaitu langkah-langkah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan cara menelaah kaidah-kaidah atau
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu Pendekatan Yuridis Normatif dan Pendekatan Yuridis Empiris. 1. Pendekatan Yuridis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal research), dan pendekatan yuridis empiris (empirical legal research). Disebut demikian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) diatur pada pasal 222 sampai dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan ketidakmampuan membayar
Lebih terperinciPEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL
PEMIHAKAN DAN PEMILIHAN ATAS PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL DAN NON DOKTRINAL Taufik H. Simatupang Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Hukum dan HAM RI Jl. Raya Gandul Cinere Jakarta Selatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah bukan hanya dalam kehidupannya, untuk matipun manusia masih memerlukan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode
32 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan hal yang ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode penelitian hukum merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan
Lebih terperinci2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat udara 1 merupakan sarana perhubungan yang cepat dan efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi. Pesawat udara memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan pembentukan institusi atau lembaga negara baru dalam sistem dan struktur ketatanegaraan merupakan hasil koreksi terhadap cara dan sistem kekuasaan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Yang memiliki letak sangat strategis serta kekayaan alam melimpah
Lebih terperinciNOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DTREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 TENTANG PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN KAWASAN PELATIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan
Lebih terperincidua orang yang tidak akan pernah tergantikan dalam hidupku. Serta untuk kalian semua yang selalu memberiku semangat.
Untuk Ibu dan Ayah, dua orang yang tidak akan pernah tergantikan dalam hidupku. Serta untuk kalian semua yang selalu memberiku semangat. Terima kasih yang teramat besar 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT
BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang
Lebih terperinciakan transportasi antar daerah di Indonesia dalam menjalankan roda dari Miangas ke Pulau Rote, hal tersebut tentunya membutuhkan pola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, yang berkembang pesat dan berhasil masuk pada jajaran negara G20, yang merupakan dua puluh negara dengan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi udara merupakan satu sarana transportasi menggunakan jalur udara, sarana ini lazim disebut dengan penerbangan. Selama beroperasi, seluruh perusahaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] BAB XXII KETENTUAN PIDANA Pasal 401 Setiap orang yang mengoperasikan pesawat udara Indonesia atau pesawat udara asing yang memasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan
Lebih terperinciKriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)
Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif
29 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memerlukan dan mengharuskan dilakukannya penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi masyarakat. Dalam industri
Lebih terperincipengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan
tanpa didukung adanya jasa angkutan udara, sebab dampak dari adanya pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan secara langsung, antara lain perhubungan yang cepat, efisien
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu: 22
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu: 22 1) Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa musibah yang dialami manusia
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
36 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent
No.689, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Tanpa Awak. Pesawat Udara. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinci