PENGEMBANGAN PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMILIHAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PEDESAAN SKRIPSI RUSNIA ZAIDUN F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMILIHAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PEDESAAN SKRIPSI RUSNIA ZAIDUN F"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMILIHAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PEDESAAN SKRIPSI RUSNIA ZAIDUN F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RUSNIA ZAIDUN. F A Computer Program Development for Selecting Windmills-Generated Electric Power in Rural Areas. Supervised by Mad Yamin ABSTRACT Rural areas which have not getting electricity networks provided by Perusahaan Listrik Negara or PLN can consider constructing windmills to generate electricity. In the construction of these windmills, a special attention should be paid to such factors as topography of the location and wind speed in the site of windmills so that a proper type of windmills that will be used in the area can be decided. Therefore, developing a computer program for selecting the type of windmills used is expected to serve as an input for the development of agricultural technologies that utilize renewable energy. Making the computer program consists of the following steps: making the initial view layout of the program, program scripts, animation, and program evaluation. Making a program design is started by determining the input and output components of the program so as to set the initial view of the program. Based on the formulas used for windmills generating electricity, a computer program to determine the type of windmills was developed by using Visual Basic 6.0. Meanwhile, Adobe Flash CS3 Professional software was used to construct animated windmills, which can also be run under Visual Basic 6.0 program. Keywords: windmill, energy, electricity, power

3 RUSNIA ZAIDUN. F Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan. Di bawah bimbingan Mad Yamin RINGKASAN Masyarakat di Indonesia tidak bisa terpisahkan dari penggunaan energi untuk setiap kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari. Pada umumnya semua kegiatan masyarakat menggunakan energi listrik untuk kelancaran kegiatannya. Peran Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertugas untuk menyediakan sumber energi listrik bagi masyarakat tentu sangat bermanfaat. Berdasarkan data yang diperoleh PLN bahwa dari seluruh 240 juta penduduk Indonesia hanya 64% yang sudah mendapatkan jaringan listrik PLN. Jadi sisanya sebesar 36% dari seluruh penduduk Indonesia belum terjangkau jaringan listrik PLN. Pada wilayah-wilayah di pedesaan yang belum terjangkau jaringan listrik PLN dapat diterapkan pengembangan pembangunan kincir angin pembangkit tenaga listrik. Dalam pembangunan kincir angin pembangkit tenaga listrik tersebut terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Faktorfaktornya adalah keadaan topografi lokasi dan tingkat kecepatan angin di daerah tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka dapat diketahui jenis kincir angin yang akan digunakan. Oleh karena itu, pembuatan pengembangan program komputer untuk pemilihan jenis kincir angin pembangkit tenaga listrik ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan teknologi pertanian yang memanfaatkan energi terbarukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemilihan jenis kincir angin pembangkit tenaga listrik menggunakan program komputer dengan Visual Basic 6.0. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan April 2010 hingga Juli Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows XP Profesional SP 2, Microsoft Visual Basic 6.0 dan Adobe Flash CS3 Professional. Bahan yang digunakan dalam membuat program aplikasi ini adalah data kecepatan angin di daerah Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur. Pembuatan program komputer untuk menentukan pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik ini terdiri atas langkah-langkah: pembuatan layout, tampilan program, pembuatan skrip program, pembuatan animasi, dan evaluasi program. Pembuatan desain program komputer untuk pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik dimulai dengan menentukan komponen input dan output program sehingga dapat ditentukan tampilan awal programnya. Input dalam program ini adalah data kecepatan angin, tinggi tower rencana, jumlah blade, ketinggian lokasi dari atas permukaan laut, ukuran diameter rotor, dan keadaan lokasi berupa jenis topografi. Output dalam program ini adalah luas area rotor, nilai kecepatan putaran, torsi, nilai koefisien power, daya listrik, gambar animasi dan jenis kincir angin. Program dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Software ini dipilih karena merupakan salah satu bahasa pemograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Selain itu bahasa Visual Basic 6.0 mudah dipelajari dan digunakan. Berdasarkan rumus-rumus yang digunakan untuk kincir angin pembangkit tenaga listrik maka pengembangan program komputer untuk menentukan pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik telah dibuat dengan menggunakan Visual Basic 6.0. Berdasarkan hasil running program dengan contoh kasus aplikasi di daerah NTB dengan ratarata kecepatan angin sebesar 1.6 m/dtk, tinggi tower 10 m, jumlah blade 3 buah, diameter rotor 5 m, dan ketinggian lokasi dari atas permukaan laut (dpl) 0 mdpl; maka diperoleh luas area penangkapan angin 19.6 m 2, kecepatan putar rotor 51 rpm, torsi rotor 3.96 Nm, nilai C p > 0.45 dan daya listrik Watt. Jenis kincir angin yang sesuai untuk daerah tersebut adalah horisontal axis tipe three blade aerofoil.

4 Berdasarkan hasil running program dengan contoh kasus aplikasi di daerah Kalimantan Timur dengan rata-rata kecepatan angin sebesar 2 m/dtk, tinggi tower 10 m, jumlah blade 3 buah, diameter rotor 5 m, dan ketinggian lokasi dari atas permukaan laut (dpl) 0 mdpl; maka diperoleh luas area penangkapan angin 19.6 m 2, kecepatan putar rotor 70 rpm, torsi rotor 7.46 Nm, nilai C p > 0.45 dan daya listrik Watt. Jenis kincir angin yang sesuai untuk daerah tersebut adalah horisontal axis tipe three blade aerofoil.

5 PENGEMBANGAN PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMILIHAN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PEDESAAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh RUSNIA ZAIDUN F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi : Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan Nama : Rusnia Zaidun NIM : F Menyetujui, Pembimbing, (Ir. Mad Yamin, MT) NIP Mengetahui : Ketua Departemen, (Dr. Ir. Desrial, M.Eng) NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Nopember 2010 Yang membuat pernyataan Rusnia Zaidun F

8 BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Bau-Bau, Kecamatan Wolio, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara pada tanggal 27 Maret 1988 dari pasangan Bapak Zaidun dan Ibu Rasnah yang berketurunan Buton asli. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Batulo pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Bau-Bau pada tahun dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bau-Bau pada tahun dan pada tahun 2006 lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setahun kemudian penulis memilih mayor Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.Selama menjalani pendidikan perguruan tinggi di IPB, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi, diantaranya pada tahun penulis bergabung dengan UKM KSR (Korps Sukarela PMI Unit I IPB) dan pada tahun penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) sebagai Staf Keteknikan. Selain itu, penulis juga aktif dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia dibagian kesekretariatan (IMATETANI). Pada tahun ajaran penulis menjadi asisten dosen pada mata kuliah Matematika Teknik. Pada tahun 2009 penulis mengikuti praktek lapang di PTPN VIII Perkebunan Teh Goalpara dengan judul Aspek Keteknikan Pertanian di Perkebunan Teh PTPN VIII Goalpara Sukabumi, Jawa Barat di daerah Sukabumi, Jawa barat selama 2 bulan. Pada tahun 2010 penulis melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan di bawah bimbingan Bapak Ir. Mad Yamin, MT.

9 KATA PENGANTAR Alhamdullillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat, hidayah serta karunia-nya yang sangat berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan yang bertujuan untuk menentukan pemilihan jenis kincir angin pembangkit tenaga listrik menggunakan program komputer dengan Visual Basic 6.0. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Ir. Mad Yamin, MT sebagai dosen pembimbing akademik atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Astika, Msi sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf Teknik Pertanian IPB yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis. 5. Kepala Kantor Pusat BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) di Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan data-data di kantor BMG guna mendukung terselenggaranya penelitian ini. 6. Orang tua penulis (Bapak Zaidun dan Ibu Rasnah), Kakakku (Yasin Zaidun dan Eka Risma Zaidun), dan Adikku Muh. Said Zaidun serta keluarga besar tercinta atas do a, dukungan, kasih sayang dan motivasinya kepada penulis. 7. Saudara seperjuanganku Azzah dan Fina dalam melakukan penelitian dan bersama-sama dalam melakukan bimbingan pada Bapak Ir. Mad Yamin, MT. 8. Sahabat-sahabat terbaikku Defra, Mey, Yoffa, Micha, Eny, Arif, Samuel, terimakasih atas kebersamaannya, dan semua temanku di TEP 43 yang selalu memberikan motivasi dalam bentuk apapun kepada penulis. 9. Mba Ririn, Kak Epi, Kak Herna, Kak Nina, dan semua kakak serta adikku di kos Puri Citra Handayani (PCH) terimakasih atas bantuannya dan selalu memberikan jawaban setiap pertanyaan yang ditanyakan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 10. Nirmala Dewi, Amalia, Kak Sri Citra, Haris, dan semua saudaraku yang berasal dari Bau-Bau terimakasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis dan saran-saran yang telah diberikan untuk menyelesaikan penulisan skripsi. 11. Dan seluruh pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari saudara demi penyempurnaan untuk penelitian selanjutnya. Harapan penulis sebuah karya kecil ini kelak dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin. Bogor, Nopember 2010 Rusnia Zaidun iii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii vi vii viii I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. KINCIR ANGIN... 3 B. ENERGI ANGIN... 3 C. KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN... 5 D. KOMPONEN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK... 7 E. LOKASI PEMASANGAN KINCIR ANGIN F. DESAIN PERANGKAT LUNAK G. MICROSOFT VISUAL BASIC H. ADOBE FLASH CS3 PROFFESIONAL I. KEADAAN UMUM DAERAH NTB J. KEADAAN UMUM DAERAH KALIMANTAN TIMUR III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PEMBUATAN PROGRAM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM B. PEMBUATAN PROGRAM iv

11 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Syarat-syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik... 4 Tabel 2. Klasifikasi kekasaran (zo)... 5 Tabel 3. Densitas udara kering pada berbagai ketinggian pada kondisi standar... 5 Tabel 4. Tipe kincir angin dan kegunaannya... 6 vi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Aliran proses energi angin hingga menjadi energi listrik... 3 Gambar 2. Diagram alir pembuatan program Gambar 3. Splash screen Gambar 4. Tampilan awal program Gambar 5. Tampilan output pembantu Gambar 6. Sistem pengaman Gambar 7. (a) Gear dan (b) generator Gambar 8. Rotor Gambar 9. Tower Gambar 10. Rumah yang diberi penerangan Gambar 11. Tampilan animasi kincir angin Gambar 12. Diagram alir program Gambar 13. (a) Tampilan awal program dan (b) tampilan output pembantu di daerah NTB 29 Gambar 14. (a) Tampilan awal program dan (b) tampilan output pembantu di daerah Kalimantan Timur Gambar 15. (a), (b), (c), (d), (e), dan (f) Tampilan form help Gambar 16. Tampilan animasi di daerah NTB dan Kaltim vii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh format penentuan tenaga angin Lampiran 2. Nomogram kecepatan angin rataan pada ketinggian rotor tertentu Lampiran 3. Contoh penentuan bulan rancangan Lampiran 4. Data kecepatan angin di daerah NTB dan Kalimantan Timur viii

15 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi angin telah lama dilupakan, padahal manfaatnya begitu besar dan ramah terhadap lingkungan. Selain itu, angin merupakan energi yang tidak ada habisnya. Energi angin untuk pembangkit listrik telah dilakukan dibeberapa negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Perancis, Russia, Brasil, dan Denmark. Di Thailand kincir angin telah banyak digunakan sebagai pemompa air untuk ladang garam dan mengairi sawah (Aribowo 1996). Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, pertumbuhan populasi penduduk sekitar 1.98% setiap tahun, pertumbuhan kebutuhan listrik sekitar 17% setiap tahun, dan dengan keadaan wilayahnya berupa ribuan kepulauan yang menyebar, mempunyai masalah dalam penyediaan dan pemerataan energi listrik bagi penduduknya. Berbagai sumber energi alternatif untuk menggantikan peran energi fosil, khususnya minyak bumi sudah banyak dicoba. Tetapi ketergantungan pada energi fosil masih demikian besar (Aribowo 1996). Masyarakat di Indonesia tidak bisa terpisahkan dari penggunaan energi untuk setiap kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari. Pada umumnya semua kegiatan masyarakat menggunakan energi listrik untuk kelancaran kegiatannya. Peran Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertugas untuk menyediakan sumber energi listrik bagi masyarakat tentu sangat bermanfaat. Pada wilayah-wilayah perkotaan mungkin tidak begitu sulit untuk mendapatkan pasokan energi listrik dari PLN. Namun, untuk wilayah-wilayah di pedesaan yang belum terjangkau oleh jaringan PLN agak sulit untuk mendapatkan pasokan energi listrik tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh PLN bahwa dari seluruh 240 juta penduduk Indonesia hanya 64% yang sudah mendapatkan jaringan listrik PLN. Jadi sisanya sebesar 36% dari seluruh penduduk Indonesia belum terjangkau jaringan listrik PLN. Pada wilayah-wilayah di pedesaan yang belum terjangkau jaringan listrik PLN perlu diterapkan pengembangan pembangunan kincir angin pembangkit tenaga listrik. Dalam pembangunan kincir angin pembangkit tenaga listrik tersebut terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut adalah keadaan topografi lokasi dan tingkat kecepatan angin di daerah tersebut. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka dapat diketahui jenis kincir angin yang akan digunakan. Oleh karena itu, pembuatan pengembangan program komputer untuk pemilihan jenis kincir angin pembangkit tenaga listrik ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan teknologi pertanian yang memanfaatkan energi terbarukan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya termasuk lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± km. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang potensial untuk pengembangan kincir angin pembangkit tenaga listrik, namun sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis, pada saat Indonesia menjadi tuan rumah konferensi dunia mengenai pemanasan global di Nusa Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor satu pemanasan global (Syaif 2010). Potensi energi angin di Indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5 m/dtk. Berdasarkan hasil pemetaan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terdapat 120 lokasi di Indonesia yang menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki potensi kecepatan angin di atas 5 m/dtk. Beberapa lokasi tersebut diantaranya, Nusa penida Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Pantai Selatan Jawa.

16 B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pemilihan jenis kincir angin pembangkit tenaga listrik menggunakan program komputer dengan Visual Basic

17 II. TINJUAUAN PUSTAKA A. KINCIR ANGIN Manga (1985) mengemukakan bahwa kincir angin dapat didefinisikan sebagai alat perubah energi kinetis aliran udara atau angin menjadi energi mekanis yang biasanya dalam bentuk putaran. Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam. Pembangkit listrik tenaga angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar kincir angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator di bagian belakang kincir angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan ke dalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Udara Perbedaan temperatur Angin Pergerakan vertikal dan horisontal Energi putar (memutar blade/bilah kincir) Gerak translasi Energi kinetis angin Sistem transmisi gear box Baterai (penyimpanan) Memutar generator Energi listrik Aplikasi Gambar 1. Aliran proses energi angin hingga menjadi energi listrik B. ENERGI ANGIN Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Energi kinetik diperoleh dari angin yang bergerak. Energi angin dapat dikonversi ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir angin atau turbin angin. Oleh karena itu, kincir angin atau turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin atau di singkat SKEA (Anwar 2008). Perlu diketahui bahwa kecepatan angin bersifat fluktuatif, sehingga pada daerah yang memiliki kecepatan angin rata-rata 3 m/dtk, akan terdapat pada saat-saat dimana kecepatan anginnya lebih besar dari 3 m/dtk. Pada saat inilah turbin angin dengan cut-in win speed 3 m/dtk akan bekerja. Selain untuk pembangkitan listrik, kincir angin sangat cocok untuk mendukung kegiatan pertanian dan perikanan, seperti untuk keperluan irigasi, aerasi tambak ikan, dan sebagainya.

18 Tenaga angin spesifik dapat dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan berikut: P ρ V....(1) Keterangan : P = Tenaga angin spesifik (Watt/m 2 ) = Densitas udara (kg/m 3 ) V = Kecepatan angin (m/dtk) Jika kecepatan angin diukur di stasiun pengamatan pada ketinggian tertentu maka harus dikonversi ke kecepatan angin pada elevasi tinggi poros rotor. Contoh format penentuan tenaga angin terdapat pada Lampiran 1. Syarat-syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Syarat-syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik Kelas angin Kecepatan angin (m/dtk) Angin tenang, asap lurus ke atas Kondisi alam di daratan Asap bergerak mengikuti arah angin Wajah terasa ada angin, daun-daun bergoyang pelan, petunjuk arah angin bergerak Debu jalan, kertas beterbangan, ranting pohon bergoyang Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar Ranting pohon besar bergoyang Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa di telinga Dapat mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan arah angin Dapat mematahkan ranting pohon, rumah rubuh Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerusakan Menimbulkan kerusakan parah Tornado Sumber : Atmaja 2010 Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Lebih dari kelas 8 adalah angin yang bukan dapat dimanfaatkan, tetapi angin yang membawa bencana. Berdasarkan Handbook of Wind Pumping koreksi kecepatan angin untuk ketinggian tertentu dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : / /...(2) / Keterangan : z = tinggi di lokasi (m) zo = height roughness of site (m) zr = tinggi referensi data (m) 4

19 zor ln = panjang kekasaran (roughness length) di lokasi referensi (m) = natural logarithm Untuk nilai zo dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi kekasaran (zo) Topografi Jenis lahan Nilai zo (m) Datar Terbuka Kasar Sangat kasar Tertutup Perkotaan Pantai, es, salju dan lautan Rumput pendek, lapangan udara, lahan pertanian Rumput tinggi dan tanaman pendek Tanaman tinggi dan hutan pendek Hutan dan perkebunan Perkampungan Pusat kota dan lahan terbuka di hutan Sumber : Van Meel et al diacu dalam Shabrina > > Persamaan 2 di atas, secara grafik pada ketinggian 10 m dapat dilihat pada nomogram Lampiran 2. Densitas udara tergantung pada elevasi lokasi di atas permukaan laut seperti yang terlihat pada Tabel 3, densitas udara di atas permukaan laut adalah 1,2 kg/m 3. Tabel 3. Densitas udara kering pada berbagai ketinggian pada kondisi standar Height above sea level Density of dry air at 20 o C (kg/m 3 ) Sumber : Van Meel et al diacu dalam Shabrina 2007 Density of dry air at 0 o C (kg/m 3 ) C. KARAKTERISTIK KINCIR ANGIN Perencanaan kincir angin harus disesuaikan untuk keperluan apa kincir angin tersebut digunakan. Dari data pada Tabel 4 di bawah ini, kita dapat menentukan berapa jumlah blade yang harus digunakan untuk berbagai penggunaan kincir angin. Sesuai dengan data pada Tabel 4, untuk membuat kincir angin yang akan digunakan untuk memproduksi tegangan listrik harus digunakan kincir angin dengan 3 blade (Sudu). Kincir angin dengan menggunakan 3 blade akan menghasilkan kecepatan tinggi dengan torsi rendah dan mempunyai solidity yang rendah, dan khusus digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik. 5

20 Tabel 4. Tipe kincir angin dan kegunaannya Type Speed Torque Cp Solidity (%) Use Horizontal Multi blade Low High Mechanical power axis Three-blade aerofoil High Low Up to 0.45 Less than 5 Electricity production Vertical Panemone Low Medium Less than Mechanical power axis Darrieus Moderate Very low Electricity production Sumber : Anwar, 2008 Menurut Anwar (2008), untuk mendesain sebuah kincir angin, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Hal pertama yang harus dipertimbangkan yaitu berapa besar daya yang kita butuhkan, kemudian kecepatan angin, setelah itu yang tidak kalah penting yaitu berapa jumlah blade yang harus digunakan, dan masih banyak hal teknis lainnya. Hal pertama yang diperhatikan dalam desain kincir angin yaitu TSR (Tip Speed Ratio) atau perbandingan kecepatan di tip kincir angin (ujung) dan kecepatan angin yang didapat oleh kincir. Menghitung TSR (λ) dapat menggunakan persamaan (Anwar 2008) :...(3) Keterangan : λ = TSR (Tip Speed Ratio) ω = Rotasi putaran kincir angin (Rad/s) R Rotor = Radius rotor kincir angin (m) = Kecepatan angin (m/dtk) TSR mempengaruhi kecepatan putaran kincir (rpm). Hubungan TSR dengan kecepatan putar yaitu (Anwar 2008) :...(4) Keterangan : w kecepatan putar kincir (rpm) D = Diameter rotor (m) Torsi dari sebuah kincir angin dapat dihitung menggunakan persamaan (Anwar 2008) :... (5) Keterangan : V = kecepatan angin (m/dtk) R = Radius rotor kincir angin (m) λ = TSR (Tip Speed Ratio) 6

21 Koefisien tenaga (power coefficient) adalah rasio antara tenaga mekanik kincir dengan tenaga angin referensi (Van Meel et al diacu dalam Shabrina 2007) :......(6) Keterangan : P = Tenaga mekanik kincir (Watt) ρ = Densitas udara (kg/m 3 ) A = Luas rotor (m 2 ) V = Kecepatan angin (m/dtk) Koefisien torsi (torque coefficient) adalah rasio antara torsi yang dihasilkan rotor dengan torsi angin referensi (Van Meel et al diacu dalam Shabrina 2007) :....(7) Keterangan : = Koefisien torsi torsi rotor (Nm) ρ = Densitas udara (kg/m 3 ) A = Luas rotor (m 2 ) V = Kecepatan angin (m/dtk) R = Radius rotor kincir angin (m) Bulan Rancangan/Design Month (DM) Bulan rancangan dalam hal ini diartikan sebagai bulan kritis dimana keperluan akan listrik tertinggi dalam kaitannya dengan tenaga angin yang tersedia, atau dengan kata lain adalah bulan dimana beban kerja sistem kincir angin terberat. Design Month (DM) dihitung dengan rasio antara keperluan tenaga listrik dengan tenaga angin yang tersedia setiap bulan. Angka ini bersatuan luas (m 2 ) disebut sebagai luas referensi (reference area). Dalam perhitungan ukuran komponen kincir angin, angka ini dikonversi ke luas rotor dengan memasukan parameter kincir angin. Contoh penentuan DM terdapat pada Lampiran 3 (Van Meel et al diacu dalam Shabrina 2007). D. KOMPONEN KINCIR ANGIN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK Secara garis besar bagian-bagian dari kincir angin terdiri atas : a. Tower (Menara) Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi. Karena kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi menara makin besar tenaga yang didapat. Tinggi tower standar untuk skala sedang sekitar 4 sampai 15 m sedangkan untuk skala besar sekitar 40 sampai 90 m. Pada umumnya dalam pemilihan tinggi tower berada pada ketinggian yang lebih tinggi dari pepohonan maupun bangunan di sekitar lokasi pemasangan. 7

22 b. Rotor Bilah kipas pada kincir bersama porosnya dinamakan rotor. Diameter rotor dapat ditentukan dengan ukuran yang biasanya digunakan dalam pemasangan kincir angin pembangkit tenaga listrik. Ukuran diameter rotor dalam pembuatan program ini termasuk dalam input. Umumnya ukuran diameter rotor yang digunakan sekitar 2.5 sampai 8 m untuk skala sedang dan untuk skala besar sekitar 50 sampai 90 m. Besarnya daya maksimum ideal yang dapat diserap oleh rotor dari energi angin (Harijono 1980) adalah : =......(8) Keterangan : = Daya maksimum ideal (Watt) ρ = Densitas udara (kg/m 3 ) A = Area penangkapan angin (m 2 ) = Kecepatan angin (m/dtk) Daya output yang dihasilkan oleh kincir angin (Harijono 1980) adalah :....(9) Keterangan : P = Daya output kincir (Watt) Cp = Koefisien tenaga (power coefficient) = Daya maksimum ideal (Watt) Untuk menentukan luas area penangkapan angin menggunakan persamaan:......(10) Keterangan : A = Area penangkapan angin (m 2 ) D = Diameter rotor (m) Energi kinetik dari setiap m 3 udara yang bergerak, ditentukan dengan rumus: E ρ.....(11) Keterangan : E = Energi (Joule) = Densitas udara (kg/m 3 ) v = Kecepatan angin (m/dtk) c. Blade (Bilah Kipas) Kebanyakan kincir angin mempunyai 2 atau 3 bilah kipas. Angin yang menghembus menyebabkan kincir angin tersebut berputar. Untuk menentukan jumlah blade yang digunakan, dapat digunakan persamaan (Anwar 2008) : 8

23 (12) Keterangan : = jumlah blade yang digunakan λ = TSR (Tip Speed Ratio) d. Gear box (Roda Gigi) Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Roda gigi menaikkan putaran dari rpm menjadi kira-kira rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar generator listrik. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60. e. Brake System Alat ini digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja yang telah ditentukan. Kehadiran angin diluar akan menyebabkan putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak diatasi maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus, karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar. f. Generator Generator adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem kincir angin pembangkit tenaga listrik. Generator ini dapat mengubah energi putar menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan elektromagnetik. Singkatnya, mengacu pada salah satu cara kerja generator yaitu poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen. Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah kumparankumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC (alternating current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. g. Penyimpan energi Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat kincir angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada masyarakat menurun. Penyimpanan energi ini diakomodasi dengan menggunakan alat penyimpan energi. Contoh sederhana yang dapat dijadikan referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki mobil memiliki kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama ± 0.5 jam pada daya 780 W. Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya DC (Direct Current) untuk mengisi energi, sedangkan dari generator dihasilkan catu daya AC (Alternating Current). Oleh karena itu diperlukan rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini. 9

24 h. Rectifier-inverter Rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat menyearahkan gelombang sinusoidal (AC) yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Inverter berarti pembalik. Ketika dibutuhkan daya dari penyimpan energi (aki/lainnya) maka catu yang dihasilkan oleh aki akan berbentuk gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC, maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan oleh aki menjadi gelombang AC, agar dapat digunakan oleh rumah tangga. i. Nacelle (Rumah Mesin) Rumah mesin ini terletak di atas menara. Di dalamnya berisi gear-box, poros putaran tinggi/rendah, dan generator. E. LOKASI PEMASANGAN KINCIR ANGIN Secara umum tempat-tempat yang baik untuk pemasangan kincir angin antara lain (Anwar 2008) : 1. Celah di antara gunung Tempat ini dapat berfungsi sebagai nozzle, yang dapat mempercepat aliran angin. 2. Dataran terbuka Karena tidak ada penghalang yang dapat memperlambat aliran angin, dataran terbuka yang sangat luas memiliki potensi energi angin yang besar. 3. Pesisir pantai Perbedaan suhu udara antara di laut dan di daratan menyebabkan angin bertiup secara terus menerus. Walaupun pada dasarnya kincir angin dapat dipasang di mana saja, di tempat-tempat tersebut di atas merupakan pengkajian tempat-tempat potensi angin tetap harus dilakukan untuk mendapatkan sistem konversi energi angin yang tepat. Pengkajian potensi energi angin di suatu tempat dilakukan dengan mengukur dan menganalisis kecepatan dan arah angin. Analisis data angin dilakukan dengan menggunakan metoda statistik untuk mencari kecepatan angin rata-rata, durasi kecepatan angin dan distribusi frekuensi data angin (Anwar 2008). F. DESAIN PERANGKAT LUNAK Perangkat lunak secara umum merupakan suatu solusi terhadap sejumlah persoalan. Persoalan ini kemudian direpresentasikan menjadi sejumlah kebutuhan. Kebutuhan yang mana berasal dari proses-proses yang ada pada sistem dimana perangkat lunak tersebut akan menjadi salah satu komponen pendukungnya. Untuk perangkat lunak sistem informasi, kebutuhan berasal dari proses bisnis yang ada dalam organisasi dimana perangkat lunak diimplementasikan. Pada tingkatan yang paling abstrak perangkat lunak memiliki alur mulai dari pemasukan data, pengolahan dan/atau penyimpanan data, dan pengeluaran data dalam bentuk informasi. Data dapat berasal dari masukan langsung dari user, keluaran langsung dari perangkat atau sistem eksternal, data sistem lain yang telah tersimpan di basis data, dan file-file yang tersimpan di perangkat penyimpanan seperti harddisk. Data diolah, berubah status dan lain-lain, sesuai dengan proses bisnis yang ada. Jika diperlukan data dapat disimpan secara permanen untuk kemudian diolah dilain waktu. Pada akhirnya data ditampilkan kembali dalam format yang beragam. Data keluaran tersebut dapat dikonsumsi oleh user langsung maupun oleh sistem eksternal (Shabrina 2007). 10

25 Program komputer merupakan suatu aplikasi yang dibuat dengan menggunakan bahasa program tertentu dan telah ter-install di dalam komputer. Program komputer merupakan contoh perangkat lunak komputer yang menuliskan aksi komputasi yang akan dijalankan oleh komputer. Komputasi ini biasanya dilaksanakan berdasarkan suatu algoritma atau urutan perintah tertentu. Urutan perintah merupakan suatu perangkat yang sudah termasuk dalam program komputer tersebut. Tanpa algoritma tersebut program komputer tidak dapat berjalan dengan baik (Shabrina 2007). G. MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan salah satu aplikasi pemograman visual yang memiliki bahasa pemrograman yang cukup populer dan mudah dipelajari. Basis bahasa pemrograman yang digunakan dalam Visual Basic adalah bahasa BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code) yang merupakan salah satu bahasa pemrograman tingkat tinggi yang sederhana dan mudah dipelajari. Dengan Visual Basic 6.0, kita bisa membuat program dengan aplikasi GUI (Graphical User Interface) atau program yang memungkinkan pengguna komputer berkomunikasi dengan komputer tersebut menggunakan grafik atau gambar (Tim Divisi Penelitian dan Pengembangan 2008). Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan salah satu bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada lingkungan sistem operasi Windows. Dengan menggunakan Visual Basic 6.0, kemampuan Windows dapat dimanfaatkan secara optimal. Kecanggihan yang dimiliki oleh Visual Basic 6.0 akan menjadikan betapa mudahnya menyusun program aplikasi dengan tampilan grafis yang menawan dalam waktu yang relatif singkat. Program aplikasi dapat berupa program database, program grafis, program kendali, dan lain sebagainya (Firawan 2006). Didalam Visual Basic 6.0 sudah terdapat komponen-komponen yang sangat membantu pembuatan program aplikasi. Beberapa keuntungan menggunakan Visual Basic 6.0 daripada bahasa pemrograman yang lain diantaranya (Firawan 2006) : 1. Tampilan grafis (under Windows) sehingga lebih bersahabat. 2. Cara pemrograman relatif lebih mudah sehingga cocok untuk segala tingkat programer. 3. Hubungan dengan perangkat luar (hardware) tidak begitu rumit sehingga cukup mudah untuk mengimplementasikan sebagai pengendali peralatan elektronik. Langkah pertama dalam membuat program aplikasi dengan Visual Basic 6.0 adalah membuat sebuah project. Pembuatan sebuah project dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan meng-klik Start Program Microsoft Visual Studio 6.0 Microsoft Visual Basic 6.0. Setelah itu akan terlihat tampilan pilihan jenis New Project, pilih Standart EXE maka akan terlihat tampilan IDE (Integrated Development Environment) Visual Basic 6.0 (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer 2004). Struktur aplikasi pada Visual Basic 6.0 terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut (Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer 2004) : Form Sebuah bidang dimana kita dapat mendesain program dengan meletakkan objek-objek yang merupakan rangkaian dari perintah-perintah yang akan dikerjakan oleh aplikasi tersebut. Control Mempunyai bentuk gambar grafis yang akan diletakkan di atas bidang kerja yang disebut form yang dapat berinteraksi dengan user, seperti textbox, labelbox, dan commanbutton. Form dan control merupakan objek dalam pemograman ini. 11

26 Properties Variabel atau predikat yang melekat pada setiap objek (form dan control). Contoh properties adalah nama, caption, ukuran, warna, posisi dan isi. Visual Basic 6.0 memberikan nilai baku dan nilai ini dapat diubah pada waktu program dijalankan. Method Prosedur yang sudah dibuat pada setiap objek yang sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan tujuan method tersebut. Event Procedure Kode yang berhubungan dengan setiap objek, yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan nama event yang dimaksud. Kode ini akan bereaksi apabila ada aksi dari user pada objek yang bersangkutan. General Procedure Kode-kode yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang ada. Prosedur ini akan dijalankan apabila dipanggil namanya dalam sebuah pernyataan pada baris program. Modules Kumpulan dari beberapa general procedure, deklarasi variabel, dan definisi konstanta yang digunakan dalam sebuah aplikasi. H. ADOBE FLASH CS3 PROFESSIONAL Flash CS3 menyediakan berbagai macam tools dalam menggambar sebuah objek. Dalam aplikasi flash ini diberikan kebebasan dalam menggambar suatu objek, objek yang dibuat tergantung dari imajinasi masing-masing user. Di dalam Flash CS3 terdapat berbagai macam objek yang sangat unik diantaranya oval tool (yang sering digunakan untuk menggambar sebuah lingkaran) dan rectangle tool (yang sering digunakan untuk menggambar sebuah bujur sangkar atau persegi panjang). Kedua tool tersebut bersifat paten yakni sudah menjadi bawaan Flash CS3 itu sendiri. Terdapat 2 metode pembuatan animasi pada Flash CS3 ini yakni : 1. Frame by Frame Animation Frame by frame animation merupakan suatu metode pembuatan animasi dalam flash CS3 yang menggunakan frame pada timeline. Biasanya animasi yang dibuat dengan metode ini prinsipnya sama dengan membuat sebuah film pada windows movie maker, tetapi bedanya pada flash CS3 ini harus menyesuaikan kuncinya terlebih dahulu dan meletakkan film tersebut pada kunci yang telah dibuat dan disesuaikan. 2. Tweened Animation Tweened animation merupakan suatu animasi yang memanfaatkan fasilitas motion dari flash CS3. Untuk membuat suatu animasi motion sangatlah mudah, hanya dengan menentukan panjang animasi tersebut lalu dijalankan dengan menggerakkan objek dari satu sisi ke sisi lainnya. Biasanya objek yang telah di tween pada timeline akan terlihat tanda panah. Adobe flash CS3, dipilih dengan pertimbangan karena software ini memiliki kemampuan yang baik dalam perancangan animasi dasar. Berikut ini adalah peran software dalam animasi : a. Untuk perancangan animasi dasar, setelah gambar yang akan dianimasikan telah melalui proses pewarnaan pada proses sebelumnya. b. Mengatur pewaktuan animasi dasar sebelum ditransfer ke gambar sekuen PNG (*.png). c. Untuk mentransfer dan memperbanyak rangkaian sekuen, sebelum memasuki proses selanjutnya yakni komposisi (Supriadi 2010). 12

27 I. KEADAAN UMUM DAERAH NUSA TENGGARA BARAT Letak geografis Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 8 o 5-9 o 5 LS dan 115 o o 10 BT. Ketinggian dari permukaan laut rata-rata daerahnya berkisar m dari permukaan laut (dpl). Daerah ini terdiri atas pulau besar dan banyak lagi pulau kecil lainnya yang tidak berpenghuni. Kedua pulau besar tersebut adalah pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Apabila dilihat dari segi iklim dan kesuburan tanahnya, keadaan pulau ini berbeda. Keadaan iklim dan kesuburan tanah di pulau Lombok lebih baik dari pulau Sumbawa yang termasuk daerah kurang hujan, kering dan panas (Aribowo 1996). Berdasarkan sirkulasi udara/angin musim, periode satu tahun di Nusa Tenggara dapat dibedakan atas dua musim. Selama November-Februari angin muson barat laut yang lembab bertiup dari daratan Asia. Kelembapan nisbi angin tersebut semakin meningkat dengan adanya deretan pegunungan di bagian utara pulau Lombok dan bagian tengah pulau Flores. Sehingga selama periode ini hujan tercurah di sebagian besar wilayah tersebut. Selama Maret-Oktober, angin muson tenggara yang kering dari daratan Australia bertiup secara dominan. Sehingga selama periode ini daerah Nusa Tenggara mengalami musim kemarau. Daerah Nusa Tenggara karena letaknya dekat dengan benua Australia, lebih banyak dipengaruhi oleh angin muson tenggara, sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan daerah kering dan panas (Aribowo 1996). J. KEADAAN UMUM DAERAH KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, luasnya km 2 terletak di antara 113 o 44' 119 o 00' BT, 40 o 24' LU dan 20 o 25' LS, dengan batas-batas di sebelah utara dengan negara bagian Sabah (Malaysia Timur), sedangkan di sebelah barat dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Sarawak (Malaysia Timur). Di sebelah timur berbatasan dengan selat Makasar dan laut Sulawesi, sedangkan di sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan (Divisi Informasi dan Dokumentasi 2010). Wilayah Kalimantan Timur didominasi topografi bergelombang, dari kemiringan landai sampai curam, dengan ketinggian berkisar antara m dpl dengan kemiringan 60%. Provinsi Kalimantan Timur termasuk iklim Tropika Humida dengan curah hujan berkisar antara mm per tahun. Temperatur udara minimum rata-rata 21 C dan maksimum 34 C dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5-7 C. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan Agustus. Kelembaban udara ratarata mencapai 86 % dengan kecepatan angin rata-rata 5 Knot/jam. Data curah hujan selama 5 tahun dari tahun mencatat bahwa rata-rata curah hujan mencapai mm per tahun (Agusmincom, 2009). 13

28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan April 2010 hingga Juli B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows XP Profesional SP 2 sebagai program dasar pengatur kerja komputer. b. Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai program dasar pembuatan aplikasi. c. Adobe Flash CS3 Professional sebagai program dasar pembuatan animasi yang dapat dijalankan dalam aplikasi. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam membuat program aplikasi ini adalah data kecepatan angin dari badan meteorologi pusat di Jakarta dimana data kecepatan angin yang digunakan memenuhi syarat untuk dilakukan pemasangan kincir angin pembangkit tenaga listrik di suatu lokasi. Data kecepatan angin yang akan dijadikan contoh dalam running program ini adalah data kecepatan angin di daerah Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur. C. METODE PEMBUATAN PROGRAM Pembuatan program komputer untuk menentukan pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pembuatan layout tampilan program Hal yang pertama dilakukan dalam pembuatan program komputer menggunakan Visual Basic 6.0 ini adalah dengan menentukan komponen-komponen input dan output program. Setelah input dan output program diketahui maka user dapat membuat layout tampilan program dengan mudah. 2. Pembuatan skrip program Pembuatan skrip program dilakukan berdasarkan proses input program hingga menghasilkan output program. 3. Pembuatan animasi Pembuatan animasi menggunakan Adobe Flash CS3 Professional, yang dapat dijalankan di Visual Basic 6.0.

29 4. Evaluasi program Evaluasi terhadap program dilakukan dengan cara memasukkan inputan data sesuai dengan data yang diperoleh sehingga menghasilkan output program berupa angka, tampilan animasi dan jenis kincir angin yang digunakan. Input program Proses dari input hingga menghasilkan output program Layout program Skrip program Evaluasi program Output program Tidak Keluaran berupa angka, tampilan animasi dan jenis kincir angin yang digunakan Ya Program komputer untuk pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik Gambar 2. Diagram alir pembuatan program 15

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM Pembuatan desain program komputer untuk pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik dimulai dengan menentukan komponen input dan output program sehingga dapat ditentukan tampilan awal programnya. Input dalam program ini adalah sebagai berikut : 1. Data kecepatan anginn selama satu tahun di lokasi pemasangan kincir 2. Tinggi tower rencanaa 3. Jumlah blade yang akan digunakan 4. Ketinggian lokasi pemasangan kincir angin dari atas permukaan laut 5. Ukuran diameter rotor yang digunakan 6. Keadaan lokasi berupa jenis topografi Output dalam program ini adalah : 1. Luas area rotor (m 2 ) 2. Nilai kecepatan putaran rotor (rpm) 3. Torsi yang dihasilkan rotor (Nm) 4. Nilai koefisien power (C p ) 5. Daya listrik (Watt) 6. Gambar animasi kincir angin 7. Jenis kincir angin yang digunakan Dari parameter input dan output tersebut, dibuatlah tampilan program seperti pada Gambar 4 dan Gambar 5. Dalam prosesnya, pengolahan input menjadi output dalam program Visual Basic 6.0 ini, membutuhkan form output pembantu atau dummy yang ditunjukkan pada Gambar 5, keluaran pada form pembantu ini dinamakan output pembantu. Pada saat awal menjalankan program, maka tampilan yang pertama kali muncul adalah Splash Screen. Gambar 3. Splash screen

31 Gambar 4. Tampilan awal program Gambar 5. Tampilan output pembantu Dalam program ini, selain user mendapatkan keluaran berupa angka atau hasil perhitungan data, juga dilengkapi animasi sebagai gambaran dari output program tersebut. Pembuatan animasi menggunakan Adobe Flash CS3 Professional. Langkah pertama pembuatan animasi ini adalah membuat gambar masing-masing komponen kincir angin pembangkit tenaga listrik, yang terdiri atas tower, rotor (bilah kipas), transmisi berupa gear, generator, sistem pengaman, dan output berupa rumah yang diberi penerangan lampu, yang masing-masing ditempatkan pada layer yang berbeda. Gambar 6. Sistem pengaman 17

32 (a) (b) Gambar 7. (a) Gear dan (b) generator Gambar 8. Rotor Gambar 9. Tower 18

33 Gambar 10. Rumah yang diberi penerangan Untuk mendapatkan gambar yang bergerak, pada frame-frame tertentu diletakkan keyframe yang ditempatkan gambar rotor dengan posisi yang berbeda (dirotasi), sehingga pada saat dijalankan rotor terlihat berputar, begitu pula untuk gambar gear dan generator serta sistem pengaman yang ditampilkan. Sama halnya dengan gambar rotor yang terlihat berputar maka untuk mendapatkan variasi kecepatan putaran rotor dan gear diatur pada frameline dengan mengubah kecepatan pergerakan frame per detik, yang biasa disebut dengan fps (frame per second). Selanjutnya file dari Adobe Flash CS3 Professional tersebut diexport kedalam bentuk video yang berformat AVI agar dapat ditampilkan dalam program yang telah dibuat. Gambar keseluruhan animasi kincir angin pembangkit tenaga listrik dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 11. Tampilan animasi kincir angin B. PEMBUATAN PROGRAM Program dibuat dengan menggunakan software Visual Basic 6.0. Software ini dipilih karena merupakan salah satu bahasa pemograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Selain itu bahasa Visual Basic 6.0 mudah dipelajari dan digunakan. 19

34 Urut-urutan perintah dari pembuatan program ini ditunjukan pada diagram alir Gambar 12 di bawah ini. Mulai A Data kecepatan angin selama satu tahun (m/dtk) Diameter rotor (m) Rata-rata kecepatan angin (m/dtk) 1. Tinggi tower (m) 2. Topografi di lokasi 1. Klasifikasi kekasaran (zo) 2. Faktor koreksi kecepatan angin 3. Kecepatan angin pada poros rotor (m/dtk) 4. Tenaga angin spesifik (Watt/m 2 ) 5. Nilai kecepatan angin pada bulan rancangan (m/dtk) 1. Nilai koefisien torsi 2. Kecepatan sudut kincir (Rad/s) 3. Energi angin (Joule) 4. Daya yang diserap rotor (Watt) Output utama : 1. Luas area rotor (m 2 ) 2. Nilai kecepatan putaran rotor (rpm) 3. Torsi yang dihasilkan rotor (Nm) 4. Nilai koefisien power (C p ) 5. Daya listrik (Watt) 6. Gambar animasi kincir angin 7. Jenis kincir angin yang digunakan Jumlah blade Nilai design Tip Speed Ratio 1. Horisontal axis : a. Multi blade (C p = ) b. Three blade aerofoil (C p > 0.45) 2. Vertikal axis : a. Panemone (C p < 0.1) b. Darrieus (C p = ) Tinggi lokasi (m dpl) Densitas udara (kg/m 3 ) diperoleh dari Tabel 3 Selesai A Gambar 12. Diagram alir program 20

Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan

Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan Technical Paper Pengembangan Program Komputer untuk Pemilihan Kincir Angin Pembangkit Tenaga Listrik di Pedesaan Development of the Computer Program for Selecting Windmills-Generated Electric Power in

Lebih terperinci

TINJUAUAN PUSTAKA A. KINCIR ANGIN B. ENERGI ANGIN

TINJUAUAN PUSTAKA A. KINCIR ANGIN B. ENERGI ANGIN II. TINJUAUAN PUSTAKA A. KINCIR ANGIN Manga (1985) mengemukakan bahwa kincir angin dapat didefinisikan sebagai alat perubah energi kinetis aliran udara atau angin menjadi energi mekanis yang biasanya dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM Pembuatan desain program komputer untuk pemilihan kincir angin pembangkit tenaga listrik dimulai dengan menentukan komponen input dan output program

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN A. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENGARUH VARIASI JUMLAH STAGE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS TIPE- L Krisna Slamet Rasyid, Sudarno, Wawan Trisnadi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA). BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turbin angin pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya. Turbin angin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin BAB II TEORI DASAR 2.1 Energi Angin Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin BAB I LANDASAN TEORI 1.1 Fenomena angin Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan lebih tinggi ke tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU Muhammad Suprapto Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : Muhammadsuprapto13@gmail.com

Lebih terperinci

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit ini dapat mengkonversikan energi angin menjadi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M.

PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN. Nama : M. Beny Djaufani ( ) Ardhians A. W. ( Benny Kurnia ( Iqbally M. PEMBANGKIT LISRIK TENAGA ANGIN Nama : M. Beny Djaufani (11-2009-035) Ardhians A. W. (11-2009-0 Benny Kurnia (11-2009-0 Iqbally M. (11-2009-0 Pengertian PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Angin Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, ketinggian dan temperatur. Semakin besar

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Data Berdasarkan pembelajaran mengenai pembangkit energi tenaga angin yang telah ada maka berdasar dengan fungsi dan kegunaan maka dapat

Lebih terperinci

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ahmad Farid 1, Mustaqim 2, Hadi Wibowo 3 1,2,3 Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Kota Tegal dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AWAL GENERATOR AXIAL MAGNET PERMANEN KECEPATAN RENDAH Aris Budiman, Dhanar Yuwono Aji, Hasyim Asy'ari Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH)

PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) Dinamika Teknik Mesin, Volume No. Juli 01 Kade Wiratama, Mara, Edsona: Pengaruh PENGARUH JUMLAH BLADE DAN VARIASI PANJANG CHORD TERHADAP PERFORMANSI TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL (TASH) I Kade Wiratama,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal A. Pendahuluan Angin merupakan sumberdaya alam yang tidak akan habis.berbeda dengan sumber daya alam yang berasal dari fosil seperti gas dan minyak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Literatur Beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian terkait ilmu yang menyangkut tentang turbin angin, antara lain: Bambang setioko (2007), Kenaikan harga BBM

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA STUDI EKSPERIMENTAL EFEK JUMLAH SUDU PADA TURBIN AIR BERSUMBU HORISONTAL TIPE DRAG TERHADAP PEMBANGKITAN TENAGA PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN Sulistyo Atmadi Ahmad Jamaludln Fltroh Peneliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan, LAPAN ABSTRACT A method for determining

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Miftahur Rahmat 1,Kaidir 1,Edi Septe S 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu

Lebih terperinci

Z. Sya diyah/bimafika, 2014, 11, ANALISIS POTENSI ANGIN WILAYAH AMBON SEBAGAI ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN BERBASIS WIND ENERGY

Z. Sya diyah/bimafika, 2014, 11, ANALISIS POTENSI ANGIN WILAYAH AMBON SEBAGAI ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN BERBASIS WIND ENERGY Z. Sya diyah/bimafika, 04,, 66-670 ANALISIS POTENSI ANGIN WILAYAH AMBON SEBAGAI ALTERNATIF ENERGI TERBARUKAN BERBASIS WIND ENERGY Zumrotus Sya diyah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Diterima 8-08-04;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TORI

BAB II LANDASAN TORI BAB II LANDASAN TORI Proses perancangan suatu alat ataupun yang mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Bono, Gatot Suwoto, Margana, Sunarwo Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM: RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM: 612008032 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program

Lebih terperinci

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Optimasi Daya Turbin Angin Savonius dengan Variasi Celah (Farid) OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU Ahmad Farid Prodi. Teknik Mesin, Universitas Pancasakti

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H DISUSUN OLEH : Yos Hefianto Agung Prastyo 41311010005 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDU PENGARAH ALIRAN (GUIDE VANE) TERHADAP DAYA PADA TURBIN SAVONIUS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : YASIR DENHAS NIM.

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT

DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN ABSTRACT JURNAL AUSTENIT VOLUME 3, NOMOR 2, OKTOBER 2011 DESAIN DAN UJI UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Dalom Staf Edukatif Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi ABSTRAK Ketergantungan pembangkit listrik terhadap sumber energi seperti solar, gas alam dan batubara yang hampir mencapai 75%, mendorong dikembangkannya energi terbarukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL Soebyakto Dosen Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal E-mail : soebyakto@gmail.com ABSTRAK Tenaga angin sering disebut sebagai

Lebih terperinci

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan Agus Sifa a, Casiman S b, Habib Rizqon H c a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Indramayu,Indramayu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA 81 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MINI POWER STATION : NANOHIDRO BIDANG KEGIATAN: PKM-KARSA CIPTA Diusulkan Oleh: Edyanto G24100019/2010 Resti Salmayenti G24100046/2010 Dewi Sulistyowati G24100059/2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potesi energi terbarukan saat ini semakin banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potesi energi terbarukan saat ini semakin banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan potesi energi terbarukan saat ini semakin banyak mendapatkan perhatian di kalangan ilmuan maupun di sektor industri. Hal ini disebabkan karena timbulnya

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK

KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK KAJIAN POTENSI ENERGI ANGIN DI DAERAH KAWASAN PESISIR PANTAI SERDANG BEDAGAI UNTUK MENGHASILKAN ENERGI LISTRIK Ilmi Abdullah 1, Jufrizal Nurdin 2*, Hasanuddin 3 1,2,3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, listrik merupakan kebutuhan primer masyarakat pada umumnya. Faktor yang paling berpengaruh pada peningkatan kebutuhan listrik adalah majunya teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS M. Husni Tambrin D0110702 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN ANGIN UNTUK SKALA RUMAH TANGGA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN TURBIN ANGIN UNTUK SKALA RUMAH TANGGA TUGAS AKHIR PERANCANGAN TURBIN ANGIN UNTUK SKALA RUMAH TANGGA TUGAS AKHIR Diajukan Kepada : Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Pengembangan Metode Parameter Awal Rotor... (Sulistyo Atmadi et al.) PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS Sulistyo Atmadi, Ahmad Jamaludin Fitroh Peneliti

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Jurusan TEKNIK MESN OLEH : DWI CAHYONO

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL Yeni Yusuf Tonglolangi Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin, UKI Toraja email: yeni.y.tonglolangi@gmail.com Abstrak Pola

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI ANGIN KELUARAN TAPM (THE AIR POLLUTION MODEL) V UNTUK ENERGI ANGIN DI TIMIKA- PAPUA

ANALISIS POTENSI ANGIN KELUARAN TAPM (THE AIR POLLUTION MODEL) V UNTUK ENERGI ANGIN DI TIMIKA- PAPUA ANALISIS POTENSI ANGIN KELUARAN TAPM (THE AIR POLLUTION MODEL) V. 3.1.7 UNTUK ENERGI ANGIN DI TIMIKA- PAPUA Iis Sofiati dan Sumaryati Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi udara - Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA

STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA STUDI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (PLTB) DI SUMATERA UTARA OLEH : NAMA : WISWANATHEN NIM : 030402072 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 STUDI PEMBANGKIT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Turbin Cross Flow Tanpa Sudu Pengarah Pengujian turbin angin tanpa sudu pengarah dijadikan sebagai dasar untuk membandingkan efisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Proses perancangan suatu alat ataupun mesin yang baik, diperlukan perencanaan yang cermat dalam pendesainan dan ukuran. Teori teori yang berhubungan dengan alat yang dibuat perlu

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI PENGGERAK POMPA SUBMERSIBLE

ANALISIS POTENSI KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI PENGGERAK POMPA SUBMERSIBLE ANALISIS POTENSI KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI PENGGERAK POMPA SUBMERSIBLE OLEH : PHOBI KEVIN 06 118 045 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL

RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL Jurnal Mekanikal, Vol. 1 No. 1 Januari 2010 : 1-6 RANCANG BANGUN KINCIR ANGIN SAVONIUS UNTUK MEMBANGKITKAN ENERGI LISTRIK SKALA KECIL Daud Patabang Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM

NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM NASKAH PUBLIKASI DESAIN GENERATOR AXIAL KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN 8 BUAH MAGNET PERMANEN DENGAN DIMENSI 10 X 10 X 1 CM Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT Dasar Energi Angin Semua energi yang dapat diperbaharui dan berasal dari Matahari. (kecuali.panas bumi) Matahari meradiasi 1,74 x 1.014 kilowatt jam energi

Lebih terperinci

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS

PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS PENGUJIAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER DAYA LISTRIK KOMBINASI DARI SOLAR PANEL DAN TURBIN SAVONIUS Sefta Risdiara 1), Chalilillah Rangkuti 2) 1 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE

STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE STUDI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK PADA VERTICAL AXIS WIND TURBINE (VAWT) SKALA KECIL ( Citra Resmi, Ir.Sarwono, MM, Ridho Hantoro, ST, MT) Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MINIATUR SISTEM KENDALI MOTOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16

RANCANG BANGUN MINIATUR SISTEM KENDALI MOTOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 RANCANG BANGUN MINIATUR SISTEM KENDALI MOTOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HYBRID BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16 Ditulis Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Dipolma 3 Oleh : DEDDI

Lebih terperinci

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b a Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, b Program Studi Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB)

Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Rancang Bangun Generator Portable Fluks Aksial Magnet Permanen Jenis Neodymium (NdFeB) Fithri Muliawati 1, Taufiq Ramadhan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Umum Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR Slamet Riyadi, Mustaqim, Ahmad Farid Progdi Teknik Mesin Fakultas Universitas Pancasakti Tegal Email: mesinftups@gmail.com ABSTRAK Angin merupakan

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM

KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM Febrielviyanti*, Maksi Ginting, Zulkarnain Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM

SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik EKAWIRA K NAPITUPULU NIM UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN SUDU TERHADAP DAYA TURBIN ANGIN TIPE HORIZONTAL DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

ANALISA PERUBAHAN SUDU TERHADAP DAYA TURBIN ANGIN TIPE HORIZONTAL DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA ANALISA PERUBAHAN SUDU TERHADAP DAYA TURBIN ANGIN TIPE HORIZONTAL DI LABORATORIUM TEKNIK LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA LAPORAN AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaian Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI

ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI ANALISIS EKSPERIMENTAL PENGARUH RASIO OVERLAP SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 DESAIN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DENGAN TURBIN HORISONTAL DAN GENERATOR MAGNET PERMANEN TIPE AXIAL KECEPATAN RENDAH Hasyim Asy ari 1, Aris Budiman 2, Wahyu Setiyawan 3 1,2,3) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L Oleh Hendriansyah 23410220 Pembimbing : Dr. Ridwan, MT. Latar Belakang Energi angin merupakan salah satu energi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : PLTMH, Prosedur Praktikum, Sudu Turbin, Efisiensi.

ABSTRAK. Kata kunci : PLTMH, Prosedur Praktikum, Sudu Turbin, Efisiensi. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu modul praktikum PLTMH kemudian mengimplementasikan modul tersebut dengan menyusun suatu petunjuk-petunjuk praktikum serta melakukan pengukuran pada

Lebih terperinci

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI

PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI PERFORMANSI TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU UNTUK MENGGERAKKAN POMPA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALVI SYUKRI 090421064 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DONALD SUPRI

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin BAB DASAR TEORI.1 Energi Angin Energi merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh suatu zat sehingga zat tersebut mempunyai pengaruh pada keadaan sekitarnya. Menurut mediumnya dikenal banyak jenis energi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. Mei 05; 4-46 ERANANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU Supriyo rogram Studi Teknik Konversi Energi oliteknik Negeri Semarang Jl. rof. H. Sudarto, S.H.,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah. BAB IV ANALISA DATA 4.1 Umum Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dalam pengolahan data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang didapatkan, mewakili keseluruhan data sistem yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo adalah pulau kecil dengan pesona alam yang mengagumkan. Terletak disebelah utara Kota Probolinggo sekitar

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMBUATAN PROGRAM PERANCANGAN TURBIN SAVONIUS TIPE-U UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN Novri Tanti, Arnetto Alditihan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Lampung Gedung H Fakultas Teknik, Jl.

Lebih terperinci

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 107-112 Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut I.B. Alit*, Nurchayati, S.H. Pamuji Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD EKO RENDI SETIAWAN NRP 4205 100 060 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD TUGAS AKHIR LS 1336 STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM dan Bergermann, 2005). Dengan mensimulasikan menggunakan. perancangan dengan GUI pada software Matlab.

BAB III PERANCANGAN SISTEM dan Bergermann, 2005). Dengan mensimulasikan menggunakan. perancangan dengan GUI pada software Matlab. BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan alat. Perancangan pembangkit listrik solar updraft tower dengan pemodelan matematis yang diambil dari penelitian sebelumnya (Bernandes, 2013 dan Bergermann, 2005).

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Perpindahan Panas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2

Lebih terperinci

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) G-0 Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat Agus Suhartoko, Tony Bambang Musriyadi, Irfan Syarif Arief Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran... 57

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran... 57 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERSYARATAN GELAR... ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR Oleh : MIRA YUSNIATI C06498067 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara

BAB II TEORI DASAR. Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Definisi Angin Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan udara antara satu tempat dan tempat yang lain (Yusman, 2005). Adapun penyebab perbedaan tekanan udara

Lebih terperinci

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST

SEKILAS TEK.MESIN 1994 FT, 2010 FST SEKILAS TEK.MESIN FST,UNDANA 1994 FT, 2010 FST Konversi Energi Konstruksi Perancangan Rekayasa Material Dosen 21 orang Aktif : (S1=5, S2=13) Sementara study (S2=2, S3=1) Mahasiswa = 198 org Alumni = 164

Lebih terperinci