SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK MUHAMMAD KHALID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK MUHAMMAD KHALID"

Transkripsi

1 SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK MUHAMMAD KHALID DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Simulasi Laju Penurunan Glukosa Darah Diabetes Tipe 1 Setelah Melakukan Aktivitas Fisik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2014 Muhammad Khalid NIM. G

4 ABSTRAK MUHAMMAD KHALID. Simulasi Laju Penurunan Glukosa Darah Diabetes Tipe 1 Setelah Melakukan Aktivitas Fisik. Dibimbing oleh AGUS KARTONO. Pemodelan laju penurunan Glukosa darah diabetes tipe 1 setelah melakukan aktivitas fisik yang dibuat oleh Roy 5 tidak menambahkan faktor konsumsi glukosa. Pada kenyataannya, penderita diabetes melitus tipe 1 (DMT1) mengonsumsi glukosa sebelum melakukan aktivitas fisik. Konsumsi glukosa tersebut dapat berasal dari makanan ataupun minuman. Pada penelitian ini, kami memodifikasi pemodelan yang dibuat oleh Roy 5 dengan menambahkan konsumsi glukosa. Hasil modifikasi model tidak jauh berbeda dengan data eksperimen. Hal ini terbukti dari nilai R 2 yang diperoleh sebesar 99.30%. Selain itu, hasil modifikasi model ini tidak jauh berbeda pula dengan pemodelan yang dibuat oleh Anirban Roy yang memiliki nilai R 2 sebesar 99.25%. Nilai parameter yang digunakan untuk modifikasi model tersebut diatur sama dengan jumlah insulin yang disuntikan (u1) sebesar 15 µu min - 1, durasi melakukan aktivitas fisik selama 60 menit, berat badan penderita sebesar 80 kg, dan konsumsi glukosa (D) sekitar 10 mg min -1 dl -1 (untuk nilai parameter modifikasi model). Hipoglikemia akan terjadi jika jumlah insulin yang disuntikan ke penderita terlalu banyak, sedangkan hiperglikemia dapat terjadi bila jumlah insulin yang disuntikan ke penderita terlalu sedikit. Kata kunci: aktivitas fisik, diabetes melitus, glukosa, hiperglikemia, hipoglikemia ABSTRACT MUHAMMAD KHALID. Simulation of Decline Rate of Blood Glucose in Type 1 Diabetes After Exercise. Supervised by AGUS KARTONO. Decline rate modeling of blood glucose in type 1 diabetes after exercise that made by Roy 5 not attach consumption glucose factor. In the fact, type 1 diabetes mellitus (T1DM) consume the glucose before exercise. Consumption of glucose can from food or drinks. In the research, we modify Roy s 5 model by attached glucose consumption. Result of modification model isn t too different to experiment data. This is evident from R 2 value obtained for 99.30%. In addition, this modification result isn t much different with Anirban Roy s model that have R 2 value is 99.25%. Parameter values used for this model modification it s identic, they are insulin injection (u1) is 15 µu min -1, exercise duration is 60 minute, patient boddy mass is 80 kg, and glucose consumption (D) is around to 10 mg min -1 dl -1 (for parameter values in modification model). Hypoglycemia will occur if amount of insulin injected into patient too much, while hyperglycemia can occur if amount of insulin injected into patient too little. Keywords: diabetes mellitus, exercise, glucose, hyperglycemia, hypoglycemia

5 SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK MUHAMMAD KHALID Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Simulasi Laju Penurunan Glukosa Darah Diabetes Tipe 1 Setelah Melakukan Aktivitas Fisik Nama : Muhammad Khalid NIM : G Disetujui oleh Dr. Agus Kartono Pembimbing Diketahui oleh Dr. Akhiruddin Maddu Ketua Departemen Fisika Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul Simulasi Laju Penurunan Glukosa Darah Diabetes Tipe 1 Setelah Melakukan Aktivitas Fisik sebagai salah satu syarat penelitian untuk kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, Bapak Muhammad Nur dan Ibu Erna Fatma, serta Amalia Muhammad dan Muhammad Fakhri sebagai saudara kandung penulis yang memberikan dukungan dan kasih sayang yang tulus. 2. Bapak Dr. Agus Kartono selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa selalu sabar membimbing, memberikan wawasan, dan nasihat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. 3. Bapak Dr. Husin Alatas selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak saran dan motivasi selama perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dengan lancar. 4. Bapak Drs. M. Nur Indro, M. Sc dan Bapak Dr. Jajang Juansah selaku penguji dari kolokium hingga ujian sidang sarjana S1 yang memberikan kritik, saran, dan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan baik. 5. Bapak Firman yang membantu penulis dalam bidang administrasi selama perkuliahan hingga penulis lulus S1 dan Bapak Junaedi yang membantu penulis menyediakan sarana dan prasana dalam pelaksanaan kolokium hingga sidang sarjana S1. 6. Teman-teman fisika 47 yang telah memberikan inspirasi dan motivasi selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Bogor, April 2014 Muhammad Khalid

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 2 Latar Belakang 2 Perumusan Masalah 2 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Diabetes Melitus 2 Hyperglycemia 2 Hypoglycemia 3 Ordinary Differential Equation 45 (ODE 45) 3 Minimal Model (MINMOD) Laju Penurunan Glukosa Darah 4 METODE 7 Alat 7 Lokasi dan Waktu Penelitian 7 Prosedur Penelitian 7 Analisa Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Justifikasi Pemodelan 9 Variasi Insulin dan Konsumsi Glukosa 14 SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 RIWAYAT HIDUP 21

10 DAFTAR TABEL Tabel 1 Definisi Parameter 6 Tabel 2 Justifikasi pemodelan 8 Table 3 Variasi insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D) 8 Tabel 4 Rentang parameter pemodelan Roy 9 Tabel 5 Nilai parameter untuk penelitian 10 Tabel 6 Data Eksperimen 10 Tabel 7 Nilai R 2 hasil variasi insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D) 14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Mekanisme pemodelan glukosa darah oleh Bergman 4 Gambar 2 Mekanisme pemodelan glukosa darah oleh Roy 6 Gambar 3 Justifikasi 1: Pemodelan tanpa penyuntikan insulin, tanpa aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa 11 Gambar 4 Justifikasi 2: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, tanpa aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa 11 Gambar 5 Justifikasi 3: Pemodelan dengan aktivitas fisik, tanpa penyuntikan insulin, dan tanpa konsumsi glukosa 11 Gambar 6 Justifikasi 4: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa 12 Gambar 7 Justifikasi 5: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa 12 Gambar 8 Hasil justifikasi 1, 2, 3, 4, dan 5 12 Gambar 9 Perbesaran gambar 8 untuk waktu menit 13 Gambar 10 Hasil Variasi 1, 3, dan 4 15 Gambar 11 Hasil variasi 2 dan 5 15 Gambar 12 Hasil Variasi 1, 2, 3, 4, dan 5 15 Gambar 13 Perbesaran gambar 12 untuk waktu menit 16 Gambar 14 Perbesaran gambar 12 untuk waktu menit 16 Gambar 15 Tampilan GUI Utama 19 Gambar 16 Tampilan GUI Grafik 20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Source Code GUI Utama 19 Lampiran 2 Source Code GUI Grafik 20

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit diabetes melitus tipe 1 merupakan penyakit yang disebabkan pankreas tidak mampu produksi insulin yang diperlukan oleh tubuh. Pankreas tersebut tidak berfungsi dengan baik. Penyakit diabetes timbul disebabkan mengonsumsi glukosa yang berlebihan. Jika glukosa yang tersimpan dalam tubuh melebihi batas normal dan tidak mengalami penurunan setelah melakukan aktivitas ataupun olahraga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Penyakit tersebut dapat menggangu sistem metabolisme tubuh. Adapun dampak penyakit yang dapat ditimbulkan selanjutnya yakni kencing manis, luka sobek tidak cepat sembuh atau bahkan membusuk, gangguan pada penggunaan hormon, dan masih banyak lagi dampak yang ditimbulkan oleh pengakit diabetes. Penyakit diabetes diperkirakan pada tahun 2030 akan menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Pada koran Harian Nasional yang terbit tanggal 14 September 2013 disebutkan bahwa menurut International Diabetes Federation (IDF) terdapat 371 juta jiwa di dunia yang berumur tahun memiliki penyakit diabetes. 1 Indonesia menempati posisi ketujuh di bawah negara China, India, USA, Brazil, Rusia, dan Meksiko. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah manusia yang terkena diabetes. Upaya tersebut berupa pengobatan secara medis maupun non-medis. Pengobatan secara medis dilakukan dengan memberikan insulin dari luar tubuh agar kadar Glukosa darah yang terkadung di dalam tubuh berkurang. Aktivitas fisik baik ringan, sedang, maupun berat merupakan bentuk pengobatan secara nonmedis. Ketika penderita diabetes tipe 1 melakukan aktivitas fisik, insulin yang diperlukan akan disuntikan atau diminum ke dalam tubuh dengan jumlah tertentu. Upaya untuk mengetahui berapa kadar insulin yang diperlukan untuk disuntikan ke dalam tubuh ketika penderita melakukan aktivitas fisik merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Salah satu cara melihat berapa jumlah insulin yang diperlukan oleh penderita diabetes tipe 1 adalah model matematika. Pemodelan yang sudah ada hanya untuk kondisi ketika penderita melakukan olahraga dan besar jumlah insulin yang diperlukan. Namun bagaimana ketika pasien sebelumnya mengonsumsi glukosa yang dalam hal ini bisa makanan ataupun minuman. Kondisi seperti ini belum pernah dimodelkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan cara memodifikasi model yang sudah ada dengan menambahkan konsumsi glukosa, agar dapat sesuai dengan kondisi sebenarnya. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut: - Bagaimana bentuk model matematika yang digunakan untuk mengetahui kadar glukosa dan insulin ketika manusia melakukan aktivitas fisik dengan menambah konsumsi glukosa? - Apakah hasil pemodelan matematika sesuai dengan kondisi sebenarnya?

12 2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi model matematika Roy 5, kemudian digunakan untuk mengetahui kadar glukosa dan insulin ketika manusia melakukan aktivitas fisik dengan menambah konsumsi glukosa serta membandingkan dan menganalisis hasil pemodelan dengan data eksperimen. TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus Penyakit diabetes melitus disebabkan pankreas tidak mampu produksi insulin yang dibutuhkan tubuh untuk mengurangi kadar Glukosa dalam darah. Secara umum diabetes melitus dibagi kedalam dua tipe berdasarkan tingkat kerusakan pankreas yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2. 2 Diabetes melitus tipe 1 (DMT1) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan sel β pada pankreas tidak menghasilkan insulin. Kerusakan sel β dapat terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan, minuman, atau obat-obatan yang menyebabkan kerusakan tersebut. Selain itu, penderita menderita diabetes sejak masih kecil ketika dilahirkan oleh seorang ibu yang sedang menderita diabetes. Penderita DMT1 tidak dapat disembuhkan baik secara medis maupun non-medis. Oleh karena itu penderita DMT1 sangat membutuhkan insulin dari luar tubuh. Diabetes melitus yang disebabkan oleh gaya hidup yang salah, yaitu sering mengonsumsi makanan yang banyak mengandung glukosa. Diabetes ini disebut dengan diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Selain itu, sel β pada pankreas tidak mengalami kerusakan. DMT2 tidak membutuhkan insulin dari luar tubuh secara terus menerus, hanya pada waktu-waktu tertentu saja karena sel β masih mampu menghasilkan insulin. DMT2 dapat disembuhkan baik secara medis maupun nonmedis. Pengobatan secara non-medis dilakukan dengan melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak energi seperti olahraga. Jenis olahraga yang dilakukan tergantung kebutuhan pasien DMT2. Olahraga yang dapat dilakukan berupa olahraga ringan seperti lari, jogging, dan bersepeda; atau olahraga berat seperti fitness, renang, sepak bola, dan futsal. Hyperglycemia Hyperglycemia (hiperglikemia) merupakan kondisi dimana jumlah kadar Glukosa dalam darah melebihi batas normal. 3 Kadar Glukosa tersebut tidak turun setelah insulin bekerja. Hal ini dikarenakan insulin yang diproduksi tidak cukup banyak. Ciri-ciri orang yang mengalami hiperglikemia adalah berat badan menurun, luka yang sukar sembuh, penglihatan kabur, kulit kering, sering buang air kecil. 4

13 3 Hypoglycemia Hypoglycemia (hipoglikemia) merupakan kondisi dimana jumlah kadar Glukosa dalam darah kurang dari batas normal. 3 Kadar Glukosa tersebut mengalami penurunan secara drastis setelah insulin bekerja. Hal ini dikarenakan insulin yang diproduksi cukup banyak. Ciri-ciri orang yang mengalami hipoglikemia adalah kondisi tubuh yang lemah, sering pusing, sering sakit kepala, badan yang bergemetar, berkeringat dingin, dan lapar. 4 Ordinary Differential Equation 45 (ODE 45) Ordinary Differential Equation 45 (Ode45) merupakan salah satu fasilitas penyelesaian suatu persamaan diferensial biasa (PDB) yang disediakan oleh software MATLAB (Matrix Laboratory). Fasilitas ini menggunakan metode Runge Kutta dalam penyelesaian PDB. Arti angka 45 dari ode45 adalah metode Runge Kutta orde empat dijumlahkan dengan metode Runge Kutta orde lima kemudian dirata-ratakan. Berikut ini adalah uraian metode Runge Kutta orde dua yang tidak jauh berbeda dengan Runge Kutta orde empat dan orde lima. f(x i+1 ) = f(x i ) + hf 1 (x i ) + h 2 f 2 (x i )/2 + θ(h 3 ) (1) Persamaan diatas merupakan ekspansi Taylor sampai suku ketiga. Kemudian dimodifikasi sehingga diperoleh persamaan: y n+1 y(x n + h) = y n + hy n + h 2 y n + θ(h 3 ) (2) dimana y n = f(x n, y n ). Untuk memperoleh midpoint method, dilakukan ekspansi y n disekitar x h/2 sehingga diperoleh persamaan: y n = y n+1/2 (hy n+1/2 )/2 + (h 2 y n+1/2 ) + θ(h 3 ) (3) Modifikasi persamaan (2) dengan x + h/2 sehingga diperoleh bentuk persamaan: y n+1 = y n+1/2 + (hy n+1/2 )/2 + (h 2 y n+1/2 ) + θ(h 3 ) (4) Kemudian eleminasi persamaan (3) dan (4) sehingga diperoleh bentuk persamaan: y n+1 = y n + hy n+1/2 Asumsikan y n+1/2 = y n + hy n /2 dan y n+1/2 maka diperoleh persamaan: y n+1/2 + θ(h 3 ) (5) = f(x n+1/2, y n + hf(x n, y n )/ 2), = f(x n+1/2, y n+1/2 ) (6) Oleh karena itu, dapat diambil pemisalan: k 1 = f(x n, y n ) dan k 2 = f(x + h/2, y n + hk 1 /2) sehingga bentuk persamaan akhir Runge Kutta orde dua yakni: y n+1 = y n + hk 2 (7)

14 4 Minimal Model (MINMOD) Laju Penurunan Glukosa Darah Minimal model pertama kali dikenalkan oleh Richard N. Bergman. Model tersebut merupakan model sederhana yang menggambarkan laju perubahan glukosa dalam darah yang dipengaruhi beberapa parameter. Minimal model Bergman mengasumsikan bahwa tubuh manusia sebagai kompartemen/tangki. Konsentrasi glukosa dan konsentrasi insulin yang dihasilkan bertemu pada kompartemen/tangki. Pada dasarnya terdapat dua model Bergman. Model yang pertama menjelaskan kinetik glukosa, bagaimana konsentrasi glukosa darah bereaksi dengan konsentrasi insulin darah. Model berikutnya menjelaskan kinetik insulin, bagaimana konsentrasi insulin darah bereaksi dengan konsentrasi glukosa darah. Metode tersebut pada dasarnya menggunakan konsep sebagai berikut: 3 accumulated = in out + generated consumed dari konsep diatas diperoleh hasil penurunan dua model Bergman sebagai berikut: dg(t) dt di(t) dt = p 1 G(t) p 4 X(t)G(t) + p 1 G b + u 2(t) Vol g G(0) = G 0 (8) = ni(t) + p 5 u 1 I(0) = I 0 (9) Keterangan: I(t) = Fungsi insulin bergantung waktu G(t) = Fungsi Glukosa bergantung waktu G b = Kadar basal glukosa sedangkan X(t) merupakan fungsi kompartemen bertemunya insulin dan glukosa dengan persamaan sebagai berikut: dx(t) dt = p 2 X(t) + p 3 (I(t) I b ) X(0) = 0 (10) dengan I b merupakan kadar basal insulin. Mekanisme dari pemodelan yang dilakukan oleh Bergman adalah sebagai berikut: Gambar 1 Mekanisme pemodelan glukosa darah oleh Bergman

15 5 Adapun modifikasi minimal model Bergman yang sudah dilakukan Roy 5 untuk memodelkan pengaruh aktivitas fisik pada diabetes melitus tipe 1 (DMT1) adalah sebagai berikut: dg(t) dt = p 1 [G(t) G b ] p 4 X(t)G(t) + {W[G prod (t) G gly (t) G upt (t)]+u 2(t) } Vol g G(0) = Gb (11) di(t) dt dx(t) dt dg prod (t) dt dg upt (t) dt di e (t) dt = ni(t) I e (t) + p 5 u 1 (t) I(0) = I b (12) = p 2 X(t) + p 3 [I(t) I b ] X(0) = 0 (13) = a 1 PVO 2 max (t) a 2 G prod (t) G prod (0) = 0 (14) = a 3 PVO 2 max (t) a 4 G upt (t) G upt (0) = 0 (15) = a 5 PVO 2 max (t) a 6 I e (t) I e (0) = 0 (16) Variabel G upt (t) merupakan laju penyerapan glukosa, sedangkan variabel G prod (t) merupakan laju produksi Glukosa hepatik dan G gly (t) adalah laju penurunan glycogenolysis selama aktivitas fisik akibat berkurangnya jumlah glikogen hati. I e (t) merupakan laju pemindahan insulin dari sistem peredaran darah karena perubahan fisiologi akibat aktivitas fisik. Laju glycogenolysis mulai berkurang ketika energi yang dikeluarkan melebihi nilai ambang batas kritis (A TH ) yang merupakan fungsi dari intensitas dan durasi. Ambang batas kritis (A TH ) dimodelkan dengan fungsi: A TH = [u ex (t)] u ex (t) (17) dengan laju glyvogenolysis dirumuskan sebagai: 0 A(t) < A TH dg gly (t) = { k A(t) A TH (18) dt G gly (t) u T ex = 0 1 dimana A(t) merupakan integrasi dari intensitas aktivitas fisik. Adapun persamaan integrasinya adalah sebagai berikut: u da(t) ex u ex > 0 = { dt A(t) (19) u T ex = 0 2 dengan u ex adalah intensitas aktivitas fisik dan T 2 = min. Pada modifikasi pemodelan tersebut, Roy 5 menambahkan faktor konsumsi oksigen selama melakukan aktivitas fisik dengan bentuk pemodelannya sebagai berikut: dpvo 2 max (t) dt = 0.8PVO 2 max (t) + 0.8u ex (t) PVO 2 max (0) = 0 (20)

16 6 Mekanisme hasil modifikasi pemodelan yang dilakukan Roy 5 adalah sebagai berikut: u 1 P 1 = k 5 + k 6 P 4 = k 3 + k 4 p 5 p 3 I X n p 2 a 6 Ie a 5 k 3 k 4 Liver G k 6 Periphery k 5 a 4 a 2 u 2 Gupt a 3 Ggly Gprod a 1 PVO 2 max Gambar 2 Mekanisme pemodelan glukosa darah oleh Roy 5 Adapun definisi parameter yang diguanakan pada penelitian Roy 5 dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 Definisi Parameter Parameter Penjelasan p 1 Konstanta pemindahan glukosa dari ruang plasma ke hati atau ke peripheral bergantung pada insulin. p 2 Konstanta pengurangan insulin yang keluar dari kompartemen X(t). p 3 Konstanta penambahan insulin yang masuk ke dalam kompartemen X(t). p 4 Konstana pengendali laju pengurangan kadar glukosa p 5 Konstanta dari kebalikan ruang distribusi insulin. n Konstanta pembersihan plasma inuslin. a 1 dan a 2 Konstanta dinamika G prod. a 3 dan a 4 Konstanta dinamika G upt. a 5 dan a 6 Konstanta dinamika I e. k Konstanta laju peningkatan G gly. u 1 Jumlah infus insulin dari luar tubuh. u 2 Jumlah infus glukosa dari luas tubuh. T 1 Konstanta waktu semu untuk mengatur G gly agar kembali ke kondisi basal setelah aktivitas fisik. T 2 Konstanta pengatur A(t) agar kembali ke kondisi awal (kondisi nol).

17 7 METODE Alat Penelitian ini menggunakan laptop ACER AO531h dengan spesifikasi: HDD (Harddisk Drive) 150 GB, Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N280 1,66 GHz, RAM 1 GB, dan Windows 7 Home Premium 32-bit Operating System. Software simulasi MATLAB 2012a. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika Teori Departemen Fisika IPB dan di mulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Febuari Prosedur Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mencari literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan memodifikasi hasil pemodelan Anirban Roy. Modifikasi tersebut yakni dengan memberikan variabel baru berupa laju penyerapan glukosa akibat adanya konsumsi glukosa yang bersumber dari makanan ataupun minuman sebelum melakukan aktivitas fisik. Bentuk persamaan yang ditambahkan adalah sebagai berikut: dd(t) dt = drate. D(t) D(0) = D 0 (21) dengan drate merupakan parameter penyerapan glukosa di dalam tubuh yang bersumber dari makanan ataupun minuman. Persamaan tersebut disubtitusikan pada Persamaan (11) menghasilkan persamaan dibawah ini: dg(t) dt = p 1 [G(t) G b ] p 4 X(t)G(t) + {W[G prod (t) G gly (t) G upt (t)] + u 2 (t)} + X(t)D(t) Vol g G(0) = G b (22) Modifikasi ini dilakukan untuk mengembangkan pemodelan tersebut agar sesuai dengan kondisi sebearnya yakni penderita mengonsumsi glukosa sebelum melakukan aktivitas fisik. Persamaan (21) merupakan persamaan laju penyerapan glukosa karena adanya konsumsi glukosa yang diasumsikan sama untuk semua penderita diabetes melitus tipe 1. Persamaan tersebut dimasukkan ke dalam Persamaan (11) sehingga diperoleh Persamaan (22). Penambahan faktor konsumsi glukosa pada Persamaan (11) dikarenakan glukosa yang diserap oleh tubuh penderita diabetes menambah kadar Glukosa darah pada kompartemen Glukosa darah (G) dan laju pengurunannya diatur oleh insulin yang berada d kompartemen X. Oleh karena itu, modifikasi yang dilakukan memiliki bentuk X(t)D(t) dengan

18 8 X adalah tempat bertemunya insulin dan D adalah faktor konsumsi glukosa.setelah memodifikasi pemodelan, tahapan berikutnya adalah justifikasi (pengujian) pemodelan dengan data eksperimen (kondisi nyata). Justifikasi tersebut dilakukan dengan mengatur beberapa kondisi penderita diabetes melitus. Kondisi terserbut tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Justifikasi pemodelan Jutifikasi Kondisi Penyuntikan Insulin Aktivitas Fisik Konsumsi Glukosa Tahap berikutnya setelah melakukan justifikasi pemodelan adalah melakukan variasi penyuntikan insulin dan konsumsi glukosa. Variasi yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsumsi glukosa terhadap penyuntikan insulin selama satu menit. Adapun variasi yang dilakukan tertera pada Tabel 3. Table 3 Variasi insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D) Variasi Tipe Pemodelan Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa u1 D (µu min -1 ) (mg min -1 dl -1 ) Analisa Data Analisa yang dilakukan adalah dengan melakukan variasi parameter untuk memperoleh keterangan jumlah insulin yang harus disuntikan baik sebelum ataupun sesudah melakukan aktivitas fisik. Indikator jumlah insulin yang dibutuhkan dapat diketahui dengan grafik hasil pemodelan mendekati grafik hasil eksperimen. Selain itu, analisa nilai koefisien deterministik (korelasi) dilakukan untuk mengetahui korelasi antara data hasil pemodelan terhadap data hasil eksperimen yang di rumuskan sebagai: R 2 = 1 X2 SST dengan X 2 dan SST adalah sebagai berikut: (23)

19 9 X 2 N [ y i y(t i,θ 1,,θ M ) i=1 ] (24) N σ 2 SST i=1 (25) [ y i y σ ]2 dimana y i merupakan data hasil eksperimen dengan standar deviasi sebesar σ, y(t i, θ 1,, θ M ) merupakan data hasil pemodelan, N banyak data, dan y merupakan nilai rata-rata data eksperimen. HASIL DAN PEMBAHASAN Justifikasi Pemodelan Pemodelan laju penurunan Glukosa darah yang dikembangkan oleh Roy 5 belum memperhatikan kondisi dimana penderita sebelum melakukan aktivitas fisik terlebih dahulu mengonsumsi glukosa. Glukosa tersebut dapat bersumber dari makanan, minuman atau bahkan disuntikan secara langsung. Penelitian ini memodifikasi pemodelan tersebut. Persamaan (11) sampai dengan Persamaan (20) merupakan pemodelan Roy 5. Penelitian ini memodifikasi pemodelan laju penuruan glukosa yang dikembangkan Roy 5. Namun untuk menyatakan hasil modifikasi tersebut layak digunakan terlebih dahulu harus dilakukan justifikasi. Penentuan nilai parameter yang dilakukan pada penelitian ini berada pada rentang penderita diabetes melitus tipe 1. Rentang parameter tersebut mengacu pada parameter hasil penelitian Roy 5 yang tertera pada Tabel 4. Nilai parameter yang digunakan pada penelitian ini tertera pada Tabel 5. Tabel 4 Rentang parameter pemodelan Roy 5 Parameter Rentang Satuan p min -1 p min -1 p ml µu -1 min -2 p 4 1 min -1 p ml -1 n min -1 Vol G Dl G b 80.0 mg dl -1 a mg kg -1 min -2 a min -1 a mg kg -1 min -2 a min -1 a µu ml -1 min -1 a min -1 k mg kg -1 min -2 T min

20 10 Tabel 5 Nilai parameter untuk penelitian Parameter Nilai Parameter Satuan p min -1 p min -1 p ml µu -1 min -2 p 4 1 min -1 p ml -1 n min -1 Vol G dl G b 98.0 mg dl -1 a mg kg -1 min -2 a min -1 a mg kg -1 min -2 a min -1 a µu ml -1 min -1 a min -1 k mg kg -1 min -2 T min Nilai parameter pada Tabel 5 digunakan untuk justifikasi hasil modifikasi pemodelan. Pada Tabel 2 menunjukkan variasi kondisi untuk justifikasi. Justifikasi tersebut dikatakan benar bila hasil modifikasi pemodelan tidak jauh berbeda dengan data eksperimen dan memiliki nilai R 2 yang tinggi. Data eksperimen yang digunakan penelitian ini berasal dari jurnal penelitian Brun et al. 6 Data eksperimen tersebut tertera pada Tabel 6. Tabel 6 Data eksperimen Waktu (min) Glukosa (mg dl -1 ) Waktu (min) Glukosa (mg dl -1 ) Asumsi pada justifikasi yakni: nilai u1 = 15 µu min -1 ; u2 = 10 mg min -1 ; konsumsi glukosa sebesar 10 mg min -1 dl -1 ; aktivitas fisik selama 60 menit; dan berat badan penderita sebesar 80 kg.

21 11 Gambar 3 Justifikasi 1: Pemodelan tanpa penyuntikan insulin, tanpa aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa. Nilai R 2 = 82.01% Gambar 4 Justifikasi 2: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, tanpa aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa. Nilai R 2 = 99.07% Gambar 5 Justifikasi 3: Pemodelan dengan aktivitas fisik, tanpa penyuntikan insulin, dan tanpa konsumsi glukosa. Nilai R 2 = 77.65%

22 12 Gambar 6 Justifikasi 4: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan tanpa konsumsi glukosa. Nilai R 2 = 99.25% Gambar 7 Justifikasi 5: Pemodelan dengan penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa. Nilai R 2 = 99.30% Gambar 8 Hasil justifikasi 1, 2, 3, 4, dan 5

23 13 Gambar 9 Perbesaran gambar 8 untuk waktu menit Justifikasi 1 dengan mengatur kondisi tidak ada penyuntikan insulin, tidak melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi glukosa diperoleh grafik pada Gambar 3. Pada Gambar 3 menunjukan bahwa ketika pada kondisi tersebut kadar Glukosa darah menurun akan tetapi tidak mencapai daerah basal glukosa normal di dalam tubuh yakni mg dl -1. Hasil uji statistik dengan metode koefisien deterministik diperoleh nilai R 2 sebesar 82.01%. Kondisi justifikasi ini tidak mungkin terjadi karena penderita diabetes melitus tipe 1 sangat membutuhkan insulin. Kadar Glukosa darah tidak dapat turun apabila tidak ada penyuntikan insulin dari luar tubuh. Namun pada penelitian ini mengasumsikan bahwa masih terdapat sisa insulin dalam tubuh yakni sebesar 9 µu ml -1. Justifikasi 2 dengan mengatur kondisi ada penyuntikan insulin, tidak melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi glukosa diperoleh grafik pada Gambar 4. Pada Gambar 4 menunjukan bahwa ketika pada kondisi tersebut kondisi tersebut kadar Glukosa darah menurun dan mencapai daerah basal glukosa normal. Nilai R 2 pada kondisi ini sebesar 99.07%. Hal ini menandakan bahwa penderita diabetes tipe 1 sangat membutuhkan insulin. Justifikasi 3 dengan mengatur kondisi tidak ada penyuntikan insulin, melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi glukosa diperoleh grafik pada Gambar 5. Pada gambar tersebut menunjukan bahwa ketika pada kondisi tersebut kadar Glukosa darah menurun akan tetapi tidak mencapai daerah basal glukosa normal. Kondisi pada justifikasi 3 tidak jauh berbeda dengan kondisi justifikasi 1 dan dengan nilai R 2 sebesar 77.65%. Namun penurunan kadar Glukosa darah pada justifikasi 3 tidak curam dibandingkan dengan justifikasi 3. Nilai R 2 pada kondisi justifikasi 3 sebesar 88.56%. Aktivitas fisik membantu untuk menurunkan kadar Glukosa darah sebagaimana yang telah dibuktikan pada penelitian Roy 5. Justikasi 4 dengan mengatur kondisi ada penyuntikan insulin, melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi glukosa diperoleh grafik pada Gambar 6. Pada gambar tersebut menunjukan bahwa kadar Glukosa darah menurun dan semakin mendekati pola grafik dari data eksperimen yang dilakukan oleh Brun et al. 6 serta masih berada di dalam rentang basal glukosa normal. Nilai R 2 yang

24 14 diperoleh yakni 99.25%. Justifikasi 5 dengan mengatur kondisi ada penyuntikan insulin, melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi glukosa diperoleh grafik pada Gambar 7. Pada Gambar 7 terlihat bahwa kadar Glukosa darah menurun dan semakin mendekati dengan pola grafik dari data eksperimen dibandingkan dengan justifikasi 4. Namun untuk kondisi akhir pada menit 180, grafik justifikasi 5 berada sedikit di atas grafik justifikasi 4. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi glukosa mempengaruhi kadar Glukosa darah. Nilai R 2 pada justifikasi 5 sebesar 99.30%. Semua perbedaan grafik hasil justifikasi dapat terlihat jelas pada Gambar 8 akan tetapi grafik dari beberapa justifikasi seperti justifikasi 2, 4, dan 5 terlihat berdekatan. Pada Gambar 9 menunjukan perbedaan yang jelas antar grafik justifikasi yang berdekatan dengan perbesaran grafik antara waktu menit. Hasil justifikasi menunjukkan bahwa modifikasi pemodelan yang dilakukan sudah layak dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Hal ini terlihat pada nilai R 2 pada justifikasi 5 yang merupakan hasil modifikasi pemodelan pada penelitian sebesar 99.30%. Variasi Insulin dan Konsumsi Glukosa Modifikasi pemodelan yang sudah dijustifikasi dilakukan variasi penyuntikan insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D). Insulin tersebut disuntikan ke tubuh penderita diabetes tipe 1 dengan laju aliran dari alat suntik ke bagian tubuh yang disuntikan sebesar µu selama satu menit. Sebelum melakukan aktivitas fisik, penderita tersebut juga mengonsumsi glukosa sebanyak mg dl -1 selama satu menit. Adapun nilai R 2 hasil variasi insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D) tertera pada Tabel 7. Variasi 1 Tabel 7 Nilai R 2 hasil variasi insulin (u1) dan konsumsi glukosa (D) Tipe Pemodelan Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa u1 (µu min -1 ) D (mg min -1 dl -1 ) Nilai R % Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa Penyuntikan insulin, aktivitas fisik, dan konsumsi glukosa % % % %

25 15 Gambar 10 Hasil Variasi 1, 3, dan 4 Gambar 11 Hasil variasi 2 dan 5 Gambar 12 Hasil Variasi 1, 2, 3, 4, dan 5

26 16 Gambar 13 Perbesaran gambar 12 untuk waktu menit Gambar 14 Perbesaran gambar 12 untuk waktu menit Variasi pertama (u1 = 15 µu min -1, D = 10 mg min -1 dl -1 ), variasi ketiga (u1 = 15 µu min -1, D = 15 mg min -1 dl -1 ), dan variasi keempat (u1 = 15 µu min -1, D = 20 mg min -1 dl -1 ) memiliki bentuk grafik yang sama dan saling berhimpit satu sama lain dan hal ini terlihat pada Gambar 10. Namun variasi kedua (u1 = 20 µu min -1, D = 10 mg min -1 dl -1 ) memiliki bentuk grafik yang tidak berhimpit dengan yang lainnya dan berada di bawah dari ketiga grafik hasil variasi. Nilai R 2 untuk masingmasing variasi tertera pada Tabel 7. Pada Gambar 12 menunjukkan bahwa ketika jumlah insulin yang disuntikan diperbanyak (variasi 2), laju penurunan Glukosa darah begitu cepat dan berada dibawah rentang basal glukosa normal pada menit ke-36 (Gambar 13). Kondisi seperti ini mengakibatkan penderita mengalami hipoglikemia lebih cepat. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar Glukosa darah seseorang di bawah basal glukosa normal. Variasi 1, 3, dan 4 mengalami kondisi hipoglikemia pada menit ke-42 (Gambar 13). Variasi kelima (u1 = 15 µu min -1, D = 100 mg min -1 dl -1 ) pada Gambar 11 menunjukan bahwa ketika konsumsi glukosa diperbesar maka laju penuruan kadar Glukosa darah berjalan lambat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan penderita mengalami hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan dimana kadar Glukosa darah seseorang di atas

27 17 basal glukosa normal. Selain itu, variasi 5 mengalami kondisi hipoglikemia pada menit ke-45 (Gambar 13). Pada kondisi menit ke-32 sampai dengan menit ke-120 merupakan kondisi penderita mengalami hipoglikemia dan menyebabkan insulin tidak bekerja serta tubuh kembali menghasilkan glukosa. Pada menit ke-120 sampai dengan menit ke-180 insulin bekerja kembali dan menjaga kadar Glukosa darah berada pada rentang basal glukosa normal. Namun pada menit ke-180 variasi 2 menyebabkan penderita mengalami hipoglikemia kembali. Laju penurunan yang begitu cepat pada waktu 0-45 untuk setiap variasi disebabkan glukosa yang terdapat di dalam tubuh di konversi menjadi energi sebagai akibat adanya aktivitas fisik. Jumlah insulin yang optimum untuk disuntikan ke penderita diabetes melitus tipe 1 untuk mempertahankan kadar glukosa akhir (t = 180 menit) adalah sebesar 15 µu min -1 (15 µu selama satu menit). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penambahan faktor konsumsi glukosa (Persamaan 21) pada persamaan (11) dilakukan dengan bentuk X(t)D(t) sehingga diperoleh persamaan 22. Hal ini memperhatikan tempat bertemunya hasil konsumsi glukosa terhadap Glukosa darah dan insulin di dalam tubuh. Justifikasi yang dilakukan dengan berbagai kondisi dengan nilai parameter yang diatur sama menunjukan kedekatan hasil justifikasi dengan data eksperimen yang berbeda-beda. Justifikasi 1 dan 3 tidak mungkin terjadi karena penderita sangat bergantung pada insulin dan grafik yang dihasilkan menyimpang dari data eksperimen. Hasil justifikasi yang mendekati data hasil eksperimen terdapat pada justifikasi 4 dan 5. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji statistik dengan metode koefisien deterministik (R 2 ). Nilai R 2 untuk pemodelan dengan kondisi ada penyuntikan insulin, melakukan aktivitas fisik, dan tidak mengonsumsi glukosa (justifikasi 4) sebesar 99.25%, sedangkan nilai R 2 untuk pemodelan dengan kondisi ada penyuntikan insulin, melakukan aktivitas fisik, dan mengonsumsi glukosa (justifikasi 5) sebesar 99.30%. Hasil modifikasi pemodelan dapat dikatakan sudah layak dengan kondisi sebenarnya dan dibuktikan dengan nilai R 2 yang sangat tinggi. Penambahan faktor konsumsi glukosa mempengaruhi laju penurunan kadar Glukosa darah. Jumlah insulin yang diberikan secara berlebihan menyebabkan penderita diabetes melitus tipe 1 mengalami hipoglikemia. Hal ini terlihat pada variasi 2 (Gambar 10) yang menunjukkan data hasil pemodelan berada di bawah data hasil eksperimen. Jila jumlah insulin yang diberikan rendah atau konsumsi glukosa yang berlebihan berpotensi menyebabkan hiperglikemia. Hal ini terlihat pada variasi 5 (Gambar 10) yang menunjukkan data hasil pemodelan berada di atas data hasil eksperimen dari menit ke-3 sampai menit ke-60. Kadar insulin yang optimal yang harus disuntikan ke penderita diabetes melitus tipe 1 sebesar 15 µu min -1 dengan kondisi penderita memiliki berat badan 80 kg dan melakukan aktivitas fisik selama 60 menit serta jumlah kadar glukosa yang diperbolehkan untuk dikonsumsi berada pada kisaran mg min -1 dl -1.

28 18 Saran - Optimasi parameter yang terdapat pada pemodelan sebaiknya menggunakan metode statistik nonlinier. - Validasi hasil modifikasi pemodelan diusahakan menggunakan lebih dari satu data sekunder. DAFTAR PUSTAKA 1. [Anonim]. DM Renggut 1,3 Juta Jiwa. Harian Nasional. Rubik Kesra (Kesejahteraan Rakyat): A4 (kol1), 14 September Elha. Perbedaan Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2. [terhubung berkala] [30 September 2013] Friis, Esben, Jensen. Modeling and Simulation of Glucose-Insulin Metabolism. Tesis, Denmark: Technical University of Denmark, Irfan, Johannes. Kenali Gejala Hiperglikemia dan Hipoglikemia. [terhubung berkala] [30 September 2013] Roy, Anirban. Dynamic Modeling of Free Fatty Acid, Glucose, and Insulin During Rest and Exercise in Insulin Dependent Diabetes Mellitus Patien. Disertasi, Pennsylvania (US): University of Pittsburgh, Brun et al. Influence of Short-Term Submaximal Exercise on Parameter of Glucose Assimilation Analyzed With Minimal Model. Metabolism, WB Sounders, 1995.

29 19 Lampiran 1 Source Code GUI Utama clear; clc; %%======================================== %% Header GUI %%======================================== win=figure('color',[.4.4.9],'resize','off','menubar','none','name',... 'Tugas Akhir Muhammad Khalid G ','numbertitle','off','position',... [ ]); %%======================================== %% Frame %%======================================== frame1=uicontrol('parent',win,'units','points',... 'position',[ ],'backgroundcolor',[1.6.6],... 'style','frame','foreground',[.4.3.4]); frame2=uicontrol('parent',win,'units','points',... 'position',[ ],'backgroundcolor',[1.6.6],... 'style','frame','foreground',[.4.3.4]); %%======================================== %% Nilai P1 %%======================================== label3_0=uicontrol('parent',win,'position',[ ],... 'style','text','string','p1','fontname',... 'arial','fontsize',12,'backgroundcolor',... [.8.8.9],'foreground',[0 0 0]); label3_1=uicontrol('parent',win,'position',[ ],... 'style','text','string','0.035','fontname',... 'arial','fontsize',12,'backgroundcolor',... [.8.8.9],'foreground',[0 0 0]); edit3_2=uicontrol('parent',win,'position',[ ],... 'style','edit','fontname','arial','fontsize',12,... 'backgroundcolor',[1 1 1],'foreground',[0 0 0]); *********** Gambar 15 Tampilan GUI Utama

30 20 Lampiran 2 Source Code GUI Grafik %%======================================== %% Header GUI %%======================================== win2=figure('color',[.4.4.9],'resize','off','name',... 'Grafik Muhammad Khalid G ','numbertitle','off','position',... [ ]); %%======================================== %% Grafik %%======================================== graf1=axes('parent',win2,'units','point','position',[ ],... 'xgrid','off','ygrid','off','color',[1 1 1]); *********** Gambar 16 Tampilan GUI Grafik

31 21 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 6 November 1991 dari pasangan Bapak Muhammad Nur dan Ibu Erna Fatma. Penulis merupakan anak pertama dari 3 orang bersaudara. Penulis mengikuti pendidikan TK selama 1 Tahun di TK Islam Putri Kembar. Pada tahun penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar di SDN Jatimulya 11, dilanjutkan di SMPN 4 Tambun Selatan selama 3 tahun hingga lulus tahun 2007 dan lanjut di SMAN 9 Bekasi serta lulus pada tahun Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di IPB lewat jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa di Departemen Fisika. Selama menjalani pendidikan penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa dan kepanitian, di antaranya sebagai BEM FMIPA periode ; Ketua Departemen PSDM HIMAFI periode ; panitia Physics Goes to School tahun 2012; panitia Pesta Sains Nasional tahun 2011 dan 2012; panitia Kompetisi Fisika tahun 2011; panitia Explo-Science tahun 2012; panitia SPIRIT FMIPA tahun 2012; panitia MPD (Masa Perkenalan Departemen) tahun 2012 dan 2013; panitia Physics Expo tahun 2012 dan 2013; panitia Bina Desa HIMAFI tahun Penulis pernah aktif sebagai asisten praktikum elektronika lanjut, pernah aktif sebagai asisten praktikum eksperimen fisika 1, dan pernah mengajar di tempat bimbingan belajar. Penulis pernah mengikuti event pemilihan MAPRES (Mahasiswa Berprestasi) tingkat Departemen, Olimpiade Sains tingkat wilayah kopertis III dan nasional, Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-26.

SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK

SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK Jurnal Biofisika 10 (1): 43-54 SIMULASI LAJU PENURUNAN GLUKOSA DARAH DIABETES TIPE 1 SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK M. Khalid,* A. Kartono. Bagian Fisika Teori, Departemen Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang telah merambah ke seluruh lapisan dunia. Prevalensi penyakit ini meningkat setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TES TOLERANSI GLUKOSA INTRAVENA MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DAN METODE NUMERIK

ANALISIS DATA TES TOLERANSI GLUKOSA INTRAVENA MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DAN METODE NUMERIK ANALISIS DATA TES TOLERANSI GLUKOSA INTRAVENA MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DAN METODE NUMERIK NURULLAELI leli.biofisika@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi Model Model simulasi yang dibuat harus kredibel atau dapat dipercaya. Representasi kredibilitas tersebut ditunjukkan oleh validasi model. Validasi merupakan proses penentuan

Lebih terperinci

DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT DIABETES TIPE 2 ANDARI PRATIWI

DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT DIABETES TIPE 2 ANDARI PRATIWI DINAMIKA ORAL MINIMAL MODEL UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT DIABETES TIPE 2 ANDARI PRATIWI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

APLIKASI GRAVITATIONAL SEARCH ALGORITHM UNTUK PENENTUAN PARAMETER SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA ORAL MINIMAL MODEL TERMODFIKASI

APLIKASI GRAVITATIONAL SEARCH ALGORITHM UNTUK PENENTUAN PARAMETER SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA ORAL MINIMAL MODEL TERMODFIKASI APLIKASI GRAVITATIONAL SEARCH ALGORITHM UNTUK PENENTUAN PARAMETER SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA ORAL MINIMAL MODEL TERMODFIKASI RAKHMAT FEBRIANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SIMULASI KINEMATIKA TERAPI DIABETES TIPE 1 MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DEMOS WIRA ARJUNA

SIMULASI KINEMATIKA TERAPI DIABETES TIPE 1 MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DEMOS WIRA ARJUNA SIMULASI KINEMATIKA TERAPI DIABETES TIPE 1 MENGGUNAKAN MINIMAL MODEL TERMODIFIKASI DEMOS WIRA ARJUNA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004). BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidap diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengidap diabetes di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Soekirman, 2000). Di bidang gizi telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

LOGO SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Rifdatur Rusydiyah Dosen Pembimbing : DR. Subiono, M.Sc

LOGO SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Rifdatur Rusydiyah Dosen Pembimbing : DR. Subiono, M.Sc LOGO SEMINAR TUGAS AKHIR Oleh : Rifdatur Rusydiyah 1206 100 045 Dosen Pembimbing : DR. Subiono, M.Sc JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan penderita secara keseluruhan bergantung pada sumber insulin external yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan penderita secara keseluruhan bergantung pada sumber insulin external yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan kondisi di mana pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengatur kadar gula dalam darah. Pada penderita diabetes tipe

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) 1 DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi) Oleh: MADA SANJAYA WS G74103018 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA

OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA OPTIMASI EFISIENSI TUNGKU SEKAM DENGAN VARIASI LUBANG UTAMA PADA BADAN KOMPOR RIFKI MAULANA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK RIFKI MAULANA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kinetika Glukosa dan Insulin

TINJAUAN PUSTAKA Kinetika Glukosa dan Insulin TINJAUAN PUSTAKA Kinetika Glukosa dan Insulin Berbagai eksperimen in vivo dan in vitro menunjukkan bahwa laju sekresi insulin dari pankreas, berosilasi dalam beberapa skala waktu yang berbeda. Osilasi

Lebih terperinci

PEMODELAN DINAMIKA GLUKOSA DENGAN PERSAMAAN HOVORKA MENGGUNAKAN METODE ODE 45 UNTUK KASUS DIABETES TIPE 1 ISMI GARTIKA MAULANI

PEMODELAN DINAMIKA GLUKOSA DENGAN PERSAMAAN HOVORKA MENGGUNAKAN METODE ODE 45 UNTUK KASUS DIABETES TIPE 1 ISMI GARTIKA MAULANI PEMODELAN DINAMIKA GLUKOSA DENGAN PERSAMAAN HOVORKA MENGGUNAKAN METODE ODE 45 UNTUK KASUS DIABETES TIPE 1 ISMI GARTIKA MAULANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 135-142 PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS Marisa Effendi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban

Lebih terperinci

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh KARTIKA YULIANTI NIM : 20106010 Program Studi Matematika

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA POPULASI PENDERITA DIABETES SKRIPSI

ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA POPULASI PENDERITA DIABETES SKRIPSI ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA POPULASI PENDERITA DIABETES SKRIPSI KARTIKA DAMAYANTI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis atau diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemui di hampir semua

Lebih terperinci

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON Ade S. Dwitama PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM. DIABETES MELITUS Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hyperglikemia (kadar - gula darah tinggi) yang kronik disertai berbagai kelainan meta bolik akibat gangguan hormonal. Akibat gangguan hormonal tsb

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit yang sering diderita masyarakat saat ini. Prevalensi Diabetes Melitus terus meningkat setiap tahunnya. International Diabetes Federation

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MODEL MINIMAL KINETIKA GLUKOSA DAN INSULIN UNTUK MENDETEKSI DIABETES TIPE 2 SEM SERAH

MODEL MINIMAL KINETIKA GLUKOSA DAN INSULIN UNTUK MENDETEKSI DIABETES TIPE 2 SEM SERAH MODEL MINIMAL KINETIKA GLUKOSA DAN INSULIN UNTUK MENDETEKSI DIABETES TIPE 2 SEM SERAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis

KATA PENGANTAR. Penulis KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim... Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO

RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO RANCANGAN SOFTWARE UNTUK DESAIN KRISTAL FOTONIK SATU DIMENSI BERBASIS GRAPHICAL USER INTERFACE DICKY ARDIYANTO WIBOWO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEL SURYA HYBRID p-n HETEROJUNCTION CADMIUM SULFIDE DAN CAMPURAN POLY(3-HEXYLTHIOPHENE)/KITOSAN SYAFWA OKTAWANDI

PEMBUATAN SEL SURYA HYBRID p-n HETEROJUNCTION CADMIUM SULFIDE DAN CAMPURAN POLY(3-HEXYLTHIOPHENE)/KITOSAN SYAFWA OKTAWANDI PEMBUATAN SEL SURYA HYBRID p-n HETEROJUNCTION CADMIUM SULFIDE DAN CAMPURAN POLY(3-HEXYLTHIOPHENE)/KITOSAN SYAFWA OKTAWANDI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP UMUR SIMPAN MINUMAN BERAROMA APEL. Oleh : DEWI RATIH PUJIHASTUTI F

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP UMUR SIMPAN MINUMAN BERAROMA APEL. Oleh : DEWI RATIH PUJIHASTUTI F PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP UMUR SIMPAN MINUMAN BERAROMA APEL Oleh : DEWI RATIH PUJIHASTUTI F34103016 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, bertambah pula prevalensi penyakit-penyakit degeneratif. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 menyatakan bahwa terdapat 3,2 juta penduduk dunia meninggal karena penyakit diabetes mellitus (DM) setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolisme yang ditandai oleh glukosa darah melebihi normal yang diakibatkan karena kelainan kerja insulin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kematian, Diabetes Mellitus (DM) juga menyebabkan kecacatan, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH Helen Sustantine Restiany, 1310199, Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.Mkes. Pembimbing II : Dr. Hana Ratnawati,

Lebih terperinci

PENENTUAN SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA MODIFIKASI MINIMAL MODEL MENGGUNAKAN ALGORITMA PSO UNTUK KASUS OBESITAS LUT FIANUR CANIAGO

PENENTUAN SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA MODIFIKASI MINIMAL MODEL MENGGUNAKAN ALGORITMA PSO UNTUK KASUS OBESITAS LUT FIANUR CANIAGO PENENTUAN SENSITIVITAS INSULIN DAN EFEKTIVITAS GLUKOSA PADA MODIFIKASI MINIMAL MODEL MENGGUNAKAN ALGORITMA PSO UNTUK KASUS OBESITAS LUT FIANUR CANIAGO DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang disebabkan ketidakmampuan pankreas mengeluarkan insulin. American Diabetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat merupakan suatu tuntutan bagi manusia untuk selalu tetap aktif menjalani kehidupan normal sehari-hari. Setiap aktivitas memerlukan energi, yang tercukupi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga kesehatan tubuh adalah hal yang harus diperhatikan setiap manusia, karena dengan tubuh yang sehat dan kuat kita dapat menghadapi aktifitas dan menjalani kesibukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus, atau yang lebih dikenal masyarakat dengan penyakit kencing manis, merupakan sekumpulan kelainan-kelainan metabolik yang menghasilkan satu gejala yang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL SIMULASI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL SIMULASI DAN ANALISA BAB HASIL SIMULASI DAN ANALISA Bab ini membahas analisa dari uji eksperimen pengendalian kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe I dengan metode MPC dengan beberapa parameter penalaan yang berbeda.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

KAJIAN FENOMENA DAN PENGHAMBATAN RETROGRADASI BIKA AMBON ANNI FARIDAH

KAJIAN FENOMENA DAN PENGHAMBATAN RETROGRADASI BIKA AMBON ANNI FARIDAH KAJIAN FENOMENA DAN PENGHAMBATAN RETROGRADASI BIKA AMBON ANNI FARIDAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI

ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI ROKHANA ETHA DAMAYANTI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang telah menjadi masalah global dengan jumlah penderita lebih dari 240 juta jiwa di dunia. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF Meti Kusmiati, Dimas Adi Pradana Prodi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penyakit Diabetes

Lebih terperinci

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA ANALISIS KEUNTUNGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG WARALABA DAN NON WARALABA (Kasus: Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Taman Topi dan Rahat Cafe di Bogor) SKRIPSI BESTARI DEWI NOVIATNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahoni (Swietenia macrophylla, King) termasuk pohon tropis yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini merupakan salah satu spesies terbesar dari genus Swietenia

Lebih terperinci

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL DENGAN PENAMBAHAN ASAM ASETAT PADA UMUR SIMPAN YANG BERBEDA SKRIPSI HANDI SURYONO

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL DENGAN PENAMBAHAN ASAM ASETAT PADA UMUR SIMPAN YANG BERBEDA SKRIPSI HANDI SURYONO DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR ITIK TEGAL DENGAN PENAMBAHAN ASAM ASETAT PADA UMUR SIMPAN YANG BERBEDA SKRIPSI HANDI SURYONO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB. HULU SUNGAI SELATAN, KALIMANTAN SELATAN Raymond Sebastian Tengguno, 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme gula

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu diantara lima negara dengan penderita Diabetes Melitus (DM) terbanyak di dunia dan menempati urutan ke empat setelah India, Cina dan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup dan merupakan masalah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)

ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh FEZZI UKTOLSEJA H24102038 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena keturunan dan/atau disebabkan karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau oleh tidak efektifnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus Dewi Pratama Kurniawati Jurusan Teknik Informatika. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeratif yang menjadi perhatian utama dalam kesehatan secara global. Secara umum DM merupakan salah satu penyumbang beban

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekrsi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H14103002 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA SKRIPSI DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL Hans Ariel Satyana, 2015, Pembimbing I : Rizna Tyrani, dr.,m.kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR

HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR HUBUNGAN PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI DENGAN KINERJA PENGAJAR FREELANCE PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BINTANG PELAJAR CABANG BOGOR MAKALAH SEMINAR Oleh: DEWI ERAWATI H 24066003 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dewasa ini, terbukti membawa dampak negatif dalam hal kesehatan. Orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terhadap

Lebih terperinci