III. BAHAN DAN METODE
|
|
- Yuliani Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Teori dan Komputasi, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor dari Bulan Oktober 2010 sampai dengan Juni Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah laptop dengan processor Intel(R) Pentium(R) Dual CPU 2.16GHz 2.17GHz serta RAM 2,50 GB. Laptop tersebut dilengkapi software MS.Office 2010 dan MATLAB R2010a guna pembuatan program simulasi. 3.3 Metode Penelitian Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan untuk memahami proses penjalaran impuls dalam neuron sehingga memudahkan dalam perancangan program simulasi. Selain itu studi pustaka akan mempermudah analisis hasil yang diperoleh dari program simulasi serta mengaitkannya dengan keadaan fisis neuron Pembuatan Program Simulasi Langkah awal dalam penelitian ini adalah pembuatan program simulasi model neuron Fitzhugh-Nagumo. Pembuatan program dilakukan untuk mempermudah analisis numerik yang dilakukan sekaligus menampilkan hasilnya dalam bentuk gambar. Program dibuat menggunakan software MATLAB R2010a yang akan menghasilkan keluaran gambar yang mirip dengan keadaan potensial aksi neuron. Nilai parameter yang digunakan sesuai dengan nilai parameter yang digunakan dalam simulasi Fitzhugh Analisis Numerik Analisis numerik diperlukan karena persamaan yang didapatkan pada perancangan model neuron Fitzhugh- Nagumo merupakan sistem dua persamaan diferensial. Persamaan ini sangat sulit diselesaikan secara analitik, sehingga diperlukan analisis numerik untuk memecahkan sistem persamaan tersebut. Metode yang akurat untuk menyelesaikan Model neuron Fitzhugh-Nagumo adalah Runge-Kutta 45 karena terdiri dari persamaan diferensial biasa. Software MATLAB R2010a telah menyediakan sebuah fungsi ode45 yang bekerja berdasarkan metode tersebut. Keberadaan fungsi ini dapat mempermudah penelitian dalam mencari solusi persamaan diferensial dari model neuron Fitzhugh-Nagumo Variasi Nilai a, b, dan c Model Neuron Fitzhugh-Nagumo Setelah program simulasi berhasil menampilkan gambar yang mirip dengan potensial aksi neuron, langkah berikutnya adalah memvariasikan nilai a, b, dan c model neuron Fitzhugh-Nagumo. Variasi dimulai dengan memvariasikan nilai a. Pada kondisi ini, b dan c tetap bernilai konstan yang nilainya sesuai dengan nilai parameter simulasi Fitzhugh. Variasi dilakukan hingga mendapatkan sekitar tiga gambar keluaran program yang cukup signifikan sehingga dapat digunakan untuk bahan analisis. Perlakuan yang sama juga berlaku pada saat melakukan variasi terhadap b dan c Analisis Hasil Simulasi Setelah semua data didapatkan, langkah berikutnya adalah menganalisis hasil keluaran tersebut. Gambar yang diperoleh dari penelitian dibandingkan hasilnya dengan keadaan potensial aksi neuron. Dengan mengamati perubahan yang tampak pada gambar keluaran pada setiap variasi, dapat diketahui hubungan tiap konstanta terhadap keadaan fisis membran neuron. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi Model Neuron Fitzhguh- Nagumo Model neuron Fitzhugh-Nagumo terdiri atas dua persamaan diferensial seperti yang disebutkan pada persamaan (16) dan (17). 7 Hasil persamaan (16) berkaitan dengan potensial membran sehingga dapat menjelaskan keadaan potensial aksi sebuah neuron. Hasil ini dipengaruhi oleh besar rangsangan z yang diberikan pada neuron serta besarnya konstanta a, b, dan c. Hasil simulasi model Fitzhugh-Nagumo seperti pada Gambar 6 diperoleh dengan menggunakan program MATLAB. Nilai parameter yang dipilih besarnya sama dengan nilai parameter simulasi yang dilakukan oleh Fitzhugh, yaitu z = -0,4; a = 0,7; b = 0,8; dan c = 3. 7 Hasil simulasi menggambarkan ketika waktu t = 1 ms neuron baru saja menerima rangsangan. Rangsangan yang dianggap
2 6 sebagai arus ini menyebabkan kenaikan potensial membran yang ditunjukkan dengan naiknya kurva. Sekitar 2 ms kemudian, potensial membran mencapai batas ambang yang ditandai dengan meningkatnya potensial membran secara drastis. Keadaan ini menggambarkan bereaksinya protein membran transaxonal 3 yang sangat peka terhadap perubahan potensial di sekitarnya. Reaksi protein yang berperan sebagai saluran ion Na dan K ini mengakibatkan terjadinya potensial aksi. Gambar 7. Hasil simulasi model neuron Fitzhugh-Nagumo. Potensial aksi terjadi dalam rentang waktu 3-12 ms. Pada saat t = 3-4 ms terjadi peningkatan potensial membran yang cukup tajam. Keadaan ini menggambarkan adanya peningkatan permeabilitas membran neuron terhadap ion Na. Saluran ion Na terbuka dan Na + masuk ke dalam neuron sehingga potensial di dalam neuron yang awalnya bernilai negatif berubah menjadi lebih positif daripada potensial di luar neuron. Pada saat t = 4 10 ms terjadi penurunan potensial membran namun tidak terlalu curam. Pada fase ini terjadi dua keadaan sekaligus, yaitu peningkatan permeabilitas membran terhadap ion K disertai dengan penurunan pemeabilitas membran terhadap ion Na. Pada saat saluran ion K terbuka, keadaan di luar neuron lebih negatif sehingga K + di dalam neuron keluar. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan potensial membran neuron. Pada waktu yang sama, saluran ion Na mulai tertutup menyebabkan berkurangnya Na + yang masuk ke dalam neuron. K + yang keluar lebih banyak daripada Na + yang masuk sehingga potensial mengalami penurunan namun tidak terlalu curam. Pada saat t = ms potensial membran mengalami penurunan drastis. Keadaan ini menggambarkan membran sudah tidak permeabel terhadap Na + karena saluran ion Na sudah tertutup rapat sehingga hanya saluran ion K yang masih terbuka. Keluarnya K + dari neuron tanpa disertai masuknya Na + mengakibatkan potensial membran neuron mengalami penurunan yang lebih curam daripada sebelumnya. Tepat saat t = 12 ms saluran ion K telah tertutup rapat sehingga tidak ada saluran ion yang terbuka. Hanya active transport dan passive redistribution 3,9 yang terjadi dan mengakibatkan potensial membran kembali pada potensial istirahatnya. Pada saat ini neuron mengalami periode relative refractory. 9,10 Neuron hanya dapat memberikan respon apabila rangsangan yang diberikan sangat kuat melebihi rangsangan normal yang diberikan saat neuron berada pada potensial istirahat. Secara keseluruhan hasil simulasi menunjukkan bahwa potensial aksi yang terbentuk menggambarkan pada lamanya proses terbuka dan menutupnya saluransaluran ion. Saluran ion Na terbuka sangat singkat, yaitu sekitar 1 ms. Namun membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menutup kembali sekitar 6 ms. Saluran ion K terbuka lebih lama bila dibandingkan dengan saluran ion Na. Saluran ion ini terbuka kurang lebih selama 8 ms. Semua keadaan di atas menggambarkan pembukaan saluran ion Na berlangsung sangat cepat sedangkan penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K sebagai variabel pemulihan berlangsung lebih lama. Hasil ini menggambarkan keadaan neuron yang sesungguhnya sehingga sesuai dengan yang diharapkan. 4.2 Variasi Nilai a, b, dan c Penggunaan variasi nilai a, b, dan c dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketiga konstanta tersebut terhadap keadaan yang terjadi pada membran neuron. Ketika salah satu konstanta divariasikan, konstanta lain bernilai tetap yang besarnya sama dengan nilai parameter Fitzhugh. 7 Pemilihan nilai konstanta perlu memperhatikan batasan-batasan yang diberikan Fitzhugh pada persamaan (18) agar dapat menggambarkan keadaan potensial aksi yang sesungguhnya.
3 Variasi Nilai a Berdasarkan aturan Fitzhugh, saat b bernilai 0,8 maka nilai a yang digunakan harus di antara 0,45-1. Hasil yang diperoleh sudah tidak menggambarkan bentuk potensial aksi ketika nilai a lebih dari 0,75 seperti diperlihatkan pada Gambar 7. Hal ini terjadi karena stimulus z = -0,4 masih belum cukup untuk membangkitkan respon neuron saat nilai a lebih dari 0,75. Oleh karena itu, nilai variasi a yang digunakan harus berada dalam rentang 0,45 hingga 0,75 agar hasil simulasi menggambarkan bentuk potensial aksi sehingga dapat dianalisis. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 8 menggambarkan terjadinya perubahan bentuk potensial aksi saat a bernilai 0,7; 0,6; dan 0,5. Dari hasil yang didapat, tampak neuron mendapat rangsangan saat waktu t = 1 ms. Nilai a berbeda memberikan respon berbeda untuk menanggapi rangsangan tersebut. Hal ini ditandai dengan berbedanya kemiringan kurva sebelum mencapai batas ambang yang terjadi sekitar 2 ms setelah pemberian rangsangan. Semakin besar nilai a, potensial membran cenderung lebih cepat dalam mencapai batas ambang sehingga potensial aksi dimulai lebih awal. Keadaan potensial aksi sebelum t = 4 ms tidak mengalami perubahan berarti yang ditandai dengan berhimpitnya ketiga kurva dengan kemiringan yang sama. Hal ini menandakan bahwa a tidak mempengaruhi proses pembukaan saluran ion Na. Perubahan signifikan terjadi setelah t = 4 ms. Apabila nilai a diperbesar, kemiringan kurva menjadi lebih landai yang berarti penutupan saluran ion Na dan terbukanya saluran ion K berlangsung lebih lambat. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah potensial aksi juga menjadi semakin lama seiring bertambahnya nilai a. Semua keadaan di atas menunjukkan bahwa a mempengaruhi lama penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K di dalam membran neuron. Hasil simulasi menggambarkan keadaan yang berbeda apabila nilai a yang diberikan kurang dari batasan minimum Fitzhugh seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9. Keadaan hingga saat saluran ion Na terbuka masih belum menggambarkan adanya perubahan karakteristik bentuk potensial aksi. Hal ini memperkuat hasil simulasi sebelumnya (saat a memenuhi batasan Fitzhugh) yang menjelaskan bahwa a mempengaruhi kecepatan respon neuron dalam membentuk potensial aksi dan tidak berpengaruh terhadap proses pembukaan saluran ion Na. Ketika potensial membran mulai turun, perubahan yang ditimbulkan berkebalikan dengan hasil sebelumnya. Gambar 8. Hasil simulasi saat a= 0,751 Gambar 9. Hasil simulasi variasi nilai a. Gambar 10. Hasil simulasi nilai a di bawah batasan Fitzhugh
4 8 Semakin besar nilai a proses potensial aksi berakhir lebih cepat. Perbedaan hasil ini semakin memperkuat berlakunya batasan Fitzhugh untuk memperoleh karakteristik potensial aksi yang sebenarnya. Selain itu juga memperkuat hasil sebelumnya yang menggambarkan bahwa a mempengaruhi lama penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K. Apabila ditinjau dari model Fitzhugh- Nagumo, a merupakan salah satu parameter dari persamaan (17). Persamaan ini berperan sebagai variabel pemulihan dalam model neuron Fitzhugh-Nagumo yang berarti hanya berkaitan dengan pembukaan saluran ion Na dan penutupan saluran ion K. Keadaan ini telah berhasil dibuktikan berdasarkan hasil simulasi Variasi Nilai b Ketika nilai a = 0,7 dan c = 3 maka nilai b yang digunakan pada penelitian ini harus lebih besar dari 0,45 dan kurang dari 1. Ketika nilai b = 1 hasil simulasi sudah tidak membentuk potensial aksi seperti pada Gambar 10. Keadaan ini memperkuat berlakunya batasan Fitzhugh dalam simulasi. Hasil penelitian seperti pada Gambar 11 menunjukkan terjadinya perubahan bentuk potensial aksi saat nilai b bernilai 0,7; 0,8; dan 0,9. Hasil menunjukkan neuron mulai mendapat rangsangan ketika t = 1 ms yang ditandai dengan mulai meningkatnya potensial membran dari titik yang sama. Adanya beda kemiringan kurva sebelum mencapai batas ambang menggambarkan perbedaan nilai b mempengaruhi respon neuron dalam menanggapi rangsangan. Berkebalikan dengan a, pada variasi ini potensial membran cenderung lebih lambat dalam mencapai batas ambang saat nilai b diperbesar sehingga terjadi keterlambatan dalammembentuk potensial aksi. Kurang lebih 3 ms setelah menerima rangsangan, potensial aksi mulai terjadi ditandai dengan meningkatnya potensial membran secara drastis. Ketiga kurva tampak berhimpit dengan kemiringan yang nyaris sama sehingga dapat diartikan bahwa b tidak mempengaruhi pembukaan saluran ion Na. Saat potensial membran mulai turun, ketiga kurva jelas terlihat saling tindih dengan kemiringan yang sama. Keadaan ini menggambarkan saluran ion Na mulai menutup disertai dengan terbukanya saluran ion K dengan kecepatan yang sama. Sekitar 5 ms berikutnya, saluran ion Na telah benarbenar tertutup dan hanya saluran ion K yang masih terbuka. Dari sini mulai tampak kemiringan garis yang berbeda. Semakin besar nilai b maka semakin landai kurva yang dihasilkan dan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah potensial aksi semakin lama. Gambar 11. Hasil simulasi nilai b = 1. Gambar 12. Hasil simulasi variasi nilai b. Gambar 13. Hasil simulasi nilai b di bawah batasan Fitzhugh.
5 9 Dari hasil tersebut dapat diartikan waktu yang dibutuhkan saluran ion K untuk membuka semakin lama seiring dengan bertambahnya nilai b. Hasil yang diperoleh menggambarkan bahwa b tidak mempengaruhi lama membuka dan menutupnya saluran ion Na namun hanya berpengaruh terhadap lama proses pembukaan saluran ion K. Apabila nilai b yang digunakan kurang dari 0,45 hasil yang diperoleh diperlihatkan pada Gambar 12. Hasil simulasi hampir mirip dengan potensial aksi, namun memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan mulai timbul sejak penutupan saluran ion Na. Selain itu, sifat berkebalikan terjadi saat nilai b semakin besar. Pada keadaan ini pembentukan potensial aksi membutuhkan waktu yang lebih singkat. Keadaan ini jelas bertentangan dengan variasi saat memenuhi batasan Fitzhugh. Sama halnya dengan a, b juga merupakan salah satu parameter dari persamaan (17) yang berperan sebagai variabel pemulihan dalam model neuron Fitzhugh-Nagumo. Variabel pemulihan memiliki fungsi yang mirip seperti variabel n dan h pada persamaan Hudgkin-Huxley (HH). Variabel n berkaitan dengan proses terbukannya saluran ion K sedangkan h merupakan variabel yang berkaitan dengan menutupnya saluran ion Na. Pada simulasi ini, b memiliki fungsi yang mirip dengan variabel n pada persamaan HH Variasi Nilai c Hasil simulasi variasi c menunjukkan berapapun nilai c, potensial aksi tetap dapat terbentuk asalkan melebihi batas minimum yang ditentukan Fitzhugh pada persamaan (18). Semakin besar nilai c, diperlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan sebuah potensial aksi seperti pada Gambar 13. Nilai c yang tinggi cenderung memperlambat respon neuron untuk mencapai batas ambang. Hal ini ditunjukkan dengan semakin landainya kemiringan kurva ketika potensial aksi belum terjadi. Potensial aksi baru dimulai saat potensial membran naik secara drastis. Pada keadaan ini tidak tampak perbedaan kemiringan kurva yang signifikan sehingga dapat diartikan bahwa c tidak mempengaruhi terbukanya saluran ion Na. Perbedaan kemiringan mulai tampak jelas saat potensial membran turun. Semakin tinggi nilai c, kurva penurunan potensial membran yang dibentuk semakin landai dan panjang. Keadaan ini menggambarkan penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K berlangsung semakin lama. Ketika saluran ion Na telah tertutup dan hanya saluran ion K yang terbuka, potensial terendah yang dicapai tiap sampel berbeda. Gambar 14. Hasil simulasi variasi nilai c. Gambar 15. Hasil simulasi saat nilai c =1,9. Gambar 16.Hasil simulasi saat 2 c 2,5.
6 10 Hasil simulasi menunjukkan terjadinya penurunan potensial membran melebihi potensial istirahatnya saat nilai c diperbesar. Keadaan ini biasa disebut dengan hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi dapat terjadi karena saluran ion K terbuka terlalu lama. 9 Apabila ditinjau dari batasan Fitzhugh, saat nilai b = 0,8 maka nilai c harus lebih besar dari 0,8 namun pada simulasi ini potensial aksi belum terbentuk ketika c kurang dari 2 seperti diperlihatkan pada Gambar 14. Hal ini menandakan stimulus z = -0,4 masih belum cukup untuk membangkitkan respon neuron. Ketika nilai c = 2 potensial aksi mulai terbentuk namun memiliki karakteristik berbeda dengan nilai c yang lebih besar dari 2,5 seperti digambarkan pada Gambar 15. Pada keadaan ini terlihat potensial aksi membutuhkan waktu yang lebih singkat ketika nilai c diperbesar. Berbeda dengan dua konstanta sebelumnya, c bukan hanya terdapat di persamaan (17) namun juga menjadi salah satu parameter di persamaan (16). Persamaan (16) menghasilkan simulasi potensial membran dari model Fitzhugh- Nagumo. Persamaan ini berkaitan dengan variabel V dan m dari persamaan HH. Variabel V merupakan potensial membran sedangkan m adalah variabel yang berkaitan dengan terbukanya saluran ion Na. Selain mempengaruhi variabel pemulihan, c juga berpengaruh langsung terhadap keadaan potensial membran itu sendiri. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil simulasi yang diperoleh. Simulasi variasi nilai c menggambarkan hasil yang kurang signifikan apabila selisih variasi nilai yang diberikan terlalu kecil, sedangkan hasil simulasi variasi a dan b sudah tampak perbedaannya ketika nilai variasi yang diberikan hanya berselih 0,1. Secara keseluruhan, semua hasil simulasi telah menggambarkan keadaan potensial aksi neuron dengan baik. Hasil memperlihatkan bahwa potensial aksi terdiri dari kenaikan dan penurunan potensial membran karena adanya pengaruh terbuka dan menutupnya saluran ion Na serta terbukanya saluran ion K. Secara fisis a dan c merupakan konstanta yang berkaitan dengan terbukanya saluran ion Na dan menutupnya saluran ion K. Hanya saja a lebih sensitif apabila dibandingkan dengan c. Keadaan ini dapat dilihat dari perubahan nilai a yang kecil sudah dapat mengubah bentuk hasil simulasi potensial aksi secara signifikan. Selain itu, hasil simulasi juga menunjukkan bahwa b memiliki arti fisis sebagai konstanta yang berkaitan dengan menutupnya saluran ion K. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Model Fitzhugh-Nagumo merupakan salah satu model neuron yang terdiri dari dua persamaan diferensial. Persamaan pertama berkaitan dengan potensial membran sedangkan persamaan kedua berkaitan dengan variabel pemulihan. Hasil dari kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh besar rangsangan z yang diberikan pada neuron serta besarnya a, b, dan c. Simulasi model ini berhasil menggambarkan keadaan neuron saat menerima rangsangan hingga terbentuknya potensial aksi. Secara keseluruhan hasil simulasi menunjukkan bahwa potensial aksi yang terbentuk menggambarkan pada lamanya proses terbuka dan menutupnya saluran-saluran ion. Saluran ion Na terbuka sangat singkat namun membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menutup kembali. Sedangkan saluran ion K terbuka lebih lama bila dibandingkan dengan waktu terbukanya saluran ion Na. Berdasarkan hasil simulasi variasi nilai a, diketahui bahwa konstanta ini mempengaruhi lama penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K di dalam membran neuron. Apabila nilai a diperbesar, penutupan saluran ion Na dan terbukanya saluran K berlangsung lebih lambat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah potensial aksi menjadi lebih lama. Selain itu, hasil simulasi juga menggambarkan bahwa a tidak mempengaruhi proses terbukanya saluran ion Na. Berkebalikan dengan a, simulasi variasi nilai b menunjukkan bahwa b tidak mempengaruhi lama proses membuka dan menutupnya saluran ion Na namun hanya berpengaruh terhadap pembukaan saluran ion K. Semakin besar nilai b, waktu yang dibutuhkan saluran ion K untuk membuka semakin lama. Dalam simulasi ini, b memiliki fungsi yang mirip dengan variabel n pada persamaan HH. Simulasi variasi c menjelaskan bahwa perubahan nilai c hanya mempengaruhi proses penutupan saluran ion Na dan pembukaan saluran ion K, namun tidak berpengaruh terhadap pembukaan saluran ion Na. Semakin besar nilai c, waktu yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah
ANALISIS MODEL NEURON FITZHUGH-NAGUMO DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SIFAT KELISTRIKAN NEURON IKA IKRIMA
ANALISIS MODEL NEURON FITZHUGH-NAGUMO DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SIFAT KELISTRIKAN NEURON IKA IKRIMA DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK
Lebih terperinciLAMPIRAN. Studi Pustaka. Pembuatan Program Model Neuron Fitzhugh-Nagumo. Berhasil. Variasi Variabel b
LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian Studi Pustaka Pembuatan Program Model Neuron Fitzhugh-Nagumo Berhasil Tidak Ya Variasi Variabel a Variasi Variabel b Variasi Variabel c Analisis Hasil Dikaitkan
Lebih terperinciBAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO
BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO 4.1 Model Dinamika Neuron Fitzhugh-Nagumo Dalam papernya pada tahun 1961, Fitzhugh mengusulkan untuk menerangkan model Hodgkin-Huxley menjadi lebih umum, yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DIPEROLEH
BAB IV : HASIL YANG DIPEROLEH 25 BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH Model yang telah diturunkan pada bab 3, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan MATLAB 7.0 untuk mendapatkan hasil numerik. 4.1 Simulasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS. Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial,
BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial, yang dapat disederhanakan sebagai berikut : d ( v ) = f 1( vnhrcai,,,,
Lebih terperinciBIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil
BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial adalah suatu persamaan diantara derivatif-derivatif yang dispesifikasikan pada suatu fungsi yang tidak diketahui nilainya dan diketahui jumlah
Lebih terperinciPENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp
PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp tanggal upload : 23 April 2009 FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu
Lebih terperinciPENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp
PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu pengorganisasian biologis sel yang
Lebih terperinciBIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1
BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS 2006 Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 Selamat pagi!!! Paul S. Poli/Biofisika/2006 2 SEL PEKA RANGSANGAN Sel-sel yg dapat dirangsang utk membentuk aliran
Lebih terperinciBAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan
4 3.2 Peralatan..(9) dimana,, dan.(10) substitusi persamaan (10) ke persamaan (9) maka diperoleh persamaan gelombang soliton DNA model PBD...(11) agar persamaan (11) dapat dipecahkan sehingga harus diterapkan
Lebih terperinciPotensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa
Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.3 Perumusan Masalah. 1.4 Hipotesis. 1.5 Keluaran. 2.2 Fisiologi Sel Saraf. 2.1 Morfologi Sel Saraf
3 Perumusan Masalah a Bagaimanakah pengaruh perubahan input berupa arus I searah sebagai sumber rangsangan terhadap penjalaran impuls didalam sel saraf dari persamaan Hindmarsh-Rose? b Bagaimanakah persamaan
Lebih terperinciPENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK
PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp, M.Biomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY
BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI
PEMODELAN DAN SIMULASI NUMERIK GERAK OSILASI SISTEM BANDUL PEGAS BERSUSUN ORDE KEDUA DALAM DUA DIMENSI Frando Heremba, Nur Aji Wibowo, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI Implementasi
BAB 4 IMPLEMENTASI Bab ini menuturkan penjelasan mengenai implementasi dari sistem pengujian yang dibangun berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan diferensial berperan penting dalam kehidupan, sebab banyak permasalahan pada dunia nyata dapat dimodelkan dengan bentuk persamaan diferensial. Ada dua jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam fenomena alam dan berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran ilmu fisika
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM DINAMIKA PROPAGASI POTENSIAL AKSI TERSTIMULASI ARUS EKSTERNAL SERTA SINKRONISASI CHAOTIK JARINGAN SYARAF MADA SANJAYA WS
PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM DINAMIKA PROPAGASI POTENSIAL AKSI TERSTIMULASI ARUS EKSTERNAL SERTA SINKRONISASI CHAOTIK JARINGAN SYARAF MADA SANJAYA WS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini, sebagai berikut: 3.1 Instrumen Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
Lebih terperinciBAB V HASIL SIMULASI
46 BAB V HASIL SIMULASI Pada bab ini akan disajikan beberapa hasil pendekatan numerik harga opsi put Amerika menggunakan metode beda hingga. Algoritma yang disusun di bawah ini untuk menentukan harga opsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena penyelesaian partikular tidak diketahui, maka diadakan subtitusi: = = +
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran matematika sebagai suatu ilmu pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari ilmu lainnya. Dalam ilmu fisika, industri, ekonomi, keuangan, teknik sipil peran matematika
Lebih terperinciAnalisis Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Indonesia Menggunakan Temperatur Negatif Distribusi Boltzmann
Analisis Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Indonesia Menggunakan Temperatur Negatif Distribusi Boltzmann Qoniti Amalia 1,a) dan Acep Purqon 1,b) 1 Laboratorium Sistem Kompleks,
Lebih terperinciPERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak masalah nyata di alam ini yang dapat dibuat model matematikanya. Persamaan diferensial adalah salah satu model matematika yang banyak digunakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persamaan Diferensial merupakan ilmu matematika yang dapat digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya dalam ilmu kesehatan yaitu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN Permasalahan yang akan dijawab atau tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk melakukan prakiraan beban listrik jangka pendek atau untuk
Lebih terperinciGambar 17. Tampilan Web Field Server
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung derivatif dari variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Persamaan diferensial sendiri
Lebih terperinci1.8 Jadwal Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangun geometri 2 dimensi adalah sebuah bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis dan dimana titik ujung setiap garis terhubung dengan garis yang lain minimal tiga
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Kebutuhan Program Untuk menjalankan aplikasi ini ada beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengguna. Spesifikasi kebutuhan berikut ini merupakan spesifikasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses rancang bangun sistem penilaian kinerja pada lembaga pemerintahan dengan menggunakan
Lebih terperinciJAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK
JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban
Lebih terperinciEksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data
7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam
Lebih terperinciBAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain
BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI NUMERIK
BAB IV SIMULASI NUMERIK Pada bab ini kita bandingkan perilaku solusi KdV yang telah dibahas dengan hasil numerik serta solusi numerik untuk persamaan fkdv. Solusi persamaan KdV yang disimulasikan pada
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA. Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah
BAB IV IMPLEMENTASI SKEMA RUNGE-KUTTA Pada bab ini akan dibahas implementasi skema skema yang telah dijelaskan pada Bab II dan Bab III pada suatu model pergerakan harga saham pada Bab II. Pada akhir bab
Lebih terperinciBAB 4. Evaluasi Performansi
BAB 4 Evaluasi Performansi 4.1 Skenario 1 4.1.1 Trafik CBR 10 Koneksi Pada bagian ini akan ditampilkan hasil simulasi berupa parameter-parameter performansi yaitu throughput, packet control dan packet
Lebih terperinciBAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI
BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3
9 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Perlakuan Pasif untuk Tegangan Membran 1.1 Tinjauan Perlakuan Variasi Konsentrasi Gambar 11 memperlihatkan grafik tegangan membran telur terhadap variasi konsentrasi larutan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dilingkungan Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 017 ANALISIS DINAMIK MODEL FITZHUGH-NAGUMO PADA PENJALARAN IMPULS SEL SARAF MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LIENARD Nomor DIPA : DIPA BLU: DIPA-05.04..4381/016 Tanggal
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.
BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dijelaskan metode Adams Bashforth-Moulton multiplikatif (M) orde empat beserta penerapannya. Metode tersebut memuat metode Adams Bashforth multiplikatif orde empat
Lebih terperinciMedia Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss
Media Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss Puji Catur Siswipraptini 1, Rifarhan 2 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta JL. Lingkar Luar Barat, Menara PLN,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, perkembangan Teknologi Informasi sudah semakin pesat. Banyak perusahaan yang sudah memakai sistem terkomputerisasi untuk mempermudah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri:
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Retrival Berikut ini adalah contoh tampilan hasil dari kueri: 1. Kategori Buah Gambar 4.1 Hasil kueri kategori buah dengan metode histogram warna 55 56
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5
III PEMBAHASAN 3.1 Perumusan Model Model yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini adalah model SIDRS (Susceptible Infected Dormant Removed Susceptible) dari penularan penyakit malaria dalam suatu populasi.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan
Lebih terperinciBAB III : MODEL 19 BAB III MODEL
BAB III : MODEL 19 BAB III MODEL Model yang akan diturunkan dan dibahas pada bab ini lebih menitikberatkan pada mekanisme korosi dari sudut pandang Teori Keadaan Peralihan bahwa logam terlebih dahulu berubah
Lebih terperinciSolusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)
Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2) 1) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Universitas Tanjungpura 2)Program Studi Ilmu Kelautan
Lebih terperinciDASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF
DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:
Lebih terperinciElektroda Cu (katoda): o 2. o 2
Bab IV Pembahasan Atom seng (Zn) memiliki kemampuan memberi elektron lebih besar dibandingkan atom tembaga (Cu). Jika menempatkan lempeng tembaga dan lempeng seng pada larutan elektrolit kemudian dihubungkan
Lebih terperinciBAB III METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL
BAB III METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL 3.1 Tepi Objek Pertemuan antara bagian obyek dan bagian latar belakang disebut tepi obyek. Dalam pengolahan citra, tepi obyek
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4. Implementasi 4.. Spesifikasi Hardware untuk Pengembangan Sistem Aplikasi dikembangkan dengan (satu) buah PC dengan spesifikasi sebagai berikut : - Processor : 3 GHz -
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan September
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan September 2015 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =
6 Kelas Target Sidik jari individu 5 0000100000 Sidik jari individu 6 0000010000 Sidik jari individu 7 0000001000 Sidik jari individu 8 0000000100 Sidik jari individu 9 0000000010 Sidik jari individu 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor adalah alat tranportasi yang memiliki beberapa kelebihan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor adalah alat tranportasi yang memiliki beberapa kelebihan diantara lain, ekonomis dalam penggunaan bahan bakar, tidak membutuhkan tempat parkir yang
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI SUHU PADA PELAT DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA BEDA HINGGA
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol No., esember 0 ISSN: 087-9946 ANALISIS ISTRIBUSI SUHU PAA PELAT UA IMENSI ENGAN MENGGUNAKAN METOA BEA HINGGA Supardiyono Jurusan Fisika FMIPA UNESA Kampus
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap sistem. Tahapan ini dilakukan setelah perancangan selesai dilakukan dan selanjutnya akan diimplementasikan
Lebih terperinciOPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG
OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG Oleh : Ellys Kumala P (1107100040) Dosen Pembimbing Dr. Melania Suweni Muntini, MT JURUSAN
Lebih terperinciPemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 T - 4 Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami Melalui Pendekatan Finite Difference Method Yulian Fauzi 1, Jose Rizal 1, Fachri Faisal 1, Pepi
Lebih terperinciSistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan
Sistem Irigasi Sederhana Menggunakan Sensor Kelembaban untuk Otomatisasi dan Optimalisasi Pengairan Lahan Dinda Thalia Andariesta1,a), Muhammad Fadhlika1,b), Abdul Rajak2,c), Nina Siti Aminah1,d), dan
Lebih terperinciNeuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015
Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3
PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 Tornados P. Silaban 1, Faiz Ahyaningsih 2 1) FMIPA, UNIMED, Medan, Indonesia email: tornados.p_silaban@yahoo.com 2)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang semakin modern menuntut manusia untuk selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang semakin modern menuntut manusia untuk selalu mengikuti perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih dalam segala aktivitas kehidupan. Di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengukuran dibutuhkan instrument sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) yang bersifat numerik. Dengan nilai kuantitas tersebut maka
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1. PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas beberapa materi antara lain, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, ruang lingkup kajian, sumber data, dan sistematika penyajian sebagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN. Proses simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai. - prosesor : Pentium Dual Core 2,66 Ghz,
BAB IV HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Model Batuan Proses simulasi dilakukan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut : - prosesor : Pentium Dual Core 2,66 Ghz, - memori (RAM) : 960
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penulis melihat pada perkembangan zaman saat ini yang tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pengambilan judul skripsi ini berlatar belakang beberapa hal antara lain penulis melihat pada perkembangan zaman saat ini yang tidak terlepas dari kebutuhan dari sumber
Lebih terperinciAPLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION
APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION Alvama Pattiserlihun, Andreas Setiawan, Suryasatriya Trihandaru Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Permodelan 4.1.1 Hasil Fungsi Distribusi Pasangan Total Simulasi Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh hasil fungsi distribusi pasangan total simulasi 1 jenis atom
Lebih terperinciKOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB
KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB Tatik Juwariyah Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional
Lebih terperinciKAJIAN SEJUMLAH METODE UNTUK MENCARI SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL
KAJIAN SEJUMLAH METODE UNTUK MENCARI SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Mulyono 1) 1) Program StudiSistemKomputer FMIPA UNJ mulyono_unj_2006@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir - Juli 2013
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pada penelitian ini dimodelkan dengan menggunakan Software iric: Nays2DH 1.0 yang dibuat oleh Dr. Yasuyuki Shimizu dan Hiroshi Takebayashi di Hokkaido University,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri. Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Judul Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Web Dengan exe Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Untuk SMA.
BAB I PENDAHULUAN Judul Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Web Dengan exe Pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Untuk SMA. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan
HASIL DAN PEMBAHASAN Model Regresi Logistik Biner untuk data Hasil Pembangkitan Model regresi logistik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara peubah respon dan peubah penjelas pada data hasil pembangkitan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Algoritma yang telah dirancang, akan diimplementasikan dalam program simulasi untuk mengetahui bagaimana performanya dan berapa besar memori yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PERILAKU MODEL
BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL Pada bagian analisis kebijakan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis pada model dasar, dan kemudian dilanjutkan dengan analisis penerapan skenario kebijakan yang telah
Lebih terperinciLaporan Kimia Analitik KI-3121
Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 2 PENETAPAN ANION FOSFAT DALAM AIR Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 28 September 2012 Tanggal Laporan : 5 Oktober 2012 Asisten
Lebih terperinciANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN MILNE
ANALISIS SOLUSI NUMERIK MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN MILNE SKRIPSI Oleh Nuril Afandi NIM 091810101032 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. luas dalam berbagai bidang pendidikan di Indonesia. Banyak universitas di Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, peranan teknologi informasi sudah sangat luas dalam berbagai bidang pendidikan di Indonesia. Banyak universitas di Indonesia telah
Lebih terperinciBAB 4 HASIL SIMULASI DAN DISKUSI
BAB 4 HASIL SIMULASI DAN DISKUSI Dari pembahasan di bab 3 dimana telah didapatkan beberapa persamaan yang menjelaskan tentang analisa disain thermal actuator dengan dua lengan panas baik analisa elektrotermal
Lebih terperinciPERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA
1 PERMODELAN MATEMATIS LINTASAN BOLA YANG BERGERAK DENGAN TOP SPIN PADA OLAH RAGA SEPAK BOLA Ridho Muhammad Akbar Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia (15 Juli 2013) Tujuan dari
Lebih terperinciAPROKSIMASI OSILATOR CHAOTIC DAN PERSAMAAN FOKKER-PLANCK PADA MODEL BURSTING NEURON HINDMARSH-ROSE MUHAMMAD YUSUF
APROKSIMASI OSILATOR CHAOTIC DAN PERSAMAAN FOKKER-PLANCK PADA MODEL BURSTING NEURON HINDMARSH-ROSE MUHAMMAD YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya komputer di zaman sekarang membuat semua aspek kehidupan tidak dapat menghindari dari pengaruh komputer. Pengaplikasian komputer dalam
Lebih terperinciAPROKSIMASI OSILATOR CHAOTIC DAN PERSAMAAN FOKKER-PLANCK PADA MODEL BURSTING NEURON HINDMARSH-ROSE MUHAMMAD YUSUF
APROKSIMASI OSILATOR CHAOTIC DAN PERSAMAAN FOKKER-PLANCK PADA MODEL BURSTING NEURON HINDMARSH-ROSE MUHAMMAD YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dirancang untuk aplikasi di sistem operasi Windows, menggunakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana penelitian ini dirancang untuk aplikasi di sistem operasi Windows, menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi umat manusia. Tanpa energi listrik manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Mercu Buana, Meruya Selatan, Jakarta Barat. Agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI. Disusun Oleh:
MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI Disusun Oleh: JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2017 i PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha
Lebih terperinciImplementasi Teknik Bisection Untuk Penyelesaian Masalah Nonlinear Break Even Point
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Implementasi Teknik Bisection Untuk Penyelesaian Masalah Nonlinear Break Even Point Khairina Natsir Fakultas Ekonomi, Universitas Tarumanagara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Usaha untuk mendapatkan teknologi produksi tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian. Penelitian yang dilaksanakan di lapang, rumah kaca atau
Lebih terperinci