MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM. Dosen Pengajar : Dra. Hj Fatimah, M.Hum. Di Susun Oleh: Kelompok I :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM. Dosen Pengajar : Dra. Hj Fatimah, M.Hum. Di Susun Oleh: Kelompok I :"

Transkripsi

1 MAKALAH SOSIOLOGI HUKUM Dosen Pengajar : Dra. Hj Fatimah, M.Hum Di Susun Oleh: Kelompok I : 1. Tiara Ernita Nim : A1A Annisa Nurjanah Nim : A1A Erina Rusmita Nim : A1A Mutmainnah Nim : A1A Nur Fajrin Nim : A1A Rina Wati Nim : A1A Program Studi pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2010

2 BAB I 1.1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Yaitu timbulnya kebimbangan akan kebenaran dan keadilan (dalam arti kesebandingan) dari hukum yang berlaku. Lagi pula timbul pendapat-pendapat yang berisikan ketidakpuasaan terhadap hukum yang berlaku, oleh karena hukum tersebut tidak sesuai lagi dengan keadaan mastyarakat yang diaturnya. Ketidakpuasaan tersebut dapat dikembalikan pada beberapa faktor, antara lain ketegangan-ketegangan yang timbul antara kepercayaan (khususnya agama) dan hukum yang sedang berlaku. Hal ini disebabkan karena tidak jarang peraturan-peraturan kepercayaan atau agama yang dianut tidak sesuai dengan hukum yang berlaku,atau sebaliknya. Dengan demikian, maka timbul usaha-usaha untuk mengatasi kepincangan yang ada dengan jalan mencari pengertian-pengeratian tentang dasar dasar hukum yang berlaku untuk disesuaikan dengan dasar-dasar agama. Timbul pula ketegangan antara hukum yang berlaku dengan filsafat, yang disebabkan karena perbedaan antara dasar-dasar hukum yang berlaku,dengan pemikiran orang di bidang filsafat, kesangsian akan kebenaran serta keadilan (dalam arti kesebandinagan) dari hukum yang berlaku timbul pula, terlepas dari sistem suatu agama maupun filsafat. Kesangsian terutama ditujukan terhadap nilai peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Artinya adalah isi dari peraturan-peraturan yang berlaku tidak dianggap adil dan dianggap pula sebagai yang tak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menilai perilaku orang, dalam hal ini terdapat suatu ketegangan antara peraturan-peraturan hukum yang berlaku di masyarakat dengan pendirian mengenai isi peraturan-peraturan tersebut. Lagi pula perlu di catat bahwa setiap pemikiran sistematis terhadap disiplin hukum senantiasa berhubungan dengan filsafat politik (Purnadi Purcaraka & Chidir Ali,1980:1). Dengan demikian maka filsafat hukum terutama bertujuan untuk menjelaskan niali-nilai dan dasar-dasar hukum sampai pada dasar-dasar filsafatnya, Hasil pemikiran para ahli filsafat hukum tersebut terhimpun dalam berbagai mazhab atau aliran.

3 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain : 1. Memahami hasil pemikiran para ahli filsafat hukum dalam berbagai mazhab/aliran 2. Memahami hukum apa saja yang dibuat oleh umat manusia 3. Memahami hasil pemikiran para sosiolog antara lain a.aristoteles b.hobbes c.spinoza d.montesqueiu

4 BAB II 2.1 ISI/PEMBAHASAN Beberapa Tokoh-Tokoh / Aliran Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sosiologi Hukum Menurut Aristoteles, Hobbes, Spinoza, Montesquieu Aristoteles di jaman purba ( SM) dan Montesquieu di jaman modern ( ) adalah yang hampir mendekati pada sosiologi hokum metodis. Aristoteles mengemukakan keseluruhan masalah-masalahyang semestinya harus di pecahkan ; Montesquiue,yang di pengaruhi oleh fisika social dari Hobbes ( ) telah menghilangkan prasangkaprasangka kesusilaan pada telaahan berdasarkan kepada pengamatan empiris secara sistematis. Dengan demikian,untuk memahami arti keadilan. Aristoteles terlebih dahulu menggambarkan berbagai macam hukum positif, dalam hubungannya dengan Nomos (tata tertib sosial yang benar-benar efesien) Philia (sociality atau solidaritas social) dan kelompokkelompok tertentu (Kainoniai), sedang negara hanya merupakan mahkotanya, dan untuk menemukan bentuk sebaik-baiknya dari pemerintahan, Aristoteles memulai dengan menelaah semua tipe pemerintahan yang benar-benar ada dalam hubungannya dengan struktur berbagai tipe masyarakat (bahkan ia mengadakan penyelidikan perbandingan dari konstitusi-konstitusi di Yunani,yang di antaranya hanya fragmen mengenai konstitusi Athena yang sampai pada kita) Menurut Aristoteles semua hukum, baik yang diselenggarakan oleh kemauan manusia maupun diluar kemauan manusia (hingga boleh dikatkan kodrat hanyalah semata-mata perumusan rasional dari tuntutan-tuntutan Nomos (Ethica Nic dan seterusnya).

5 Hukum menurut Aristoteles adalah tuntutan-tuntutan hukum yang ditetapkan dalam rumus-rumus, adalah lebih abstrak, lebih statis dari Nomos yang konkret dan dinamis, dan dalam hal ini hukum cenderung ketinggalan dan selalu harus menyesuaikan dirinya kepanya, suatu fakta yang secara jelas-jelas mensugesti masalah kenyataan social hokum. Tipe-tipe itu sendiri dapat di selenggarakan sebagai fungsi-fungsi dri berbagai philia dan koinonia, karena kenyataan hukum yang hidup dapat menegaskan dirinya sendiri dalam milieu social; sosial milieu ini tersusun dari bentuk-bentuk ikatan social dan dri kelompok-kelompok khusus. Antara Aristoteles dan Montesquieu terdapat perkembangan di jaman modern ini dari ilmu-imu eksperimental, mekanisme Descartes, dan usaha untuk membentuk suatu fisika social hukum, yang khususnya dihubungkan denga nama-nama Hobbes dan Spinoza. Kita hanya secara singkat dapat membicarakan ahli-ahli pikir ini, karena mereka tidak ada sangkut-pautnya dengan sosiologi hukum, melainkan dengan suatu filsafat hukum masyarakat alami, yang berdasarkan penggunaan ilmu pesawat terhadap fenomena sosial. Hobbes dan Spinoza memecah-belah dan membongkar masyarakat, yang dipersamakan dengan Negara, sampai kepada unsur-unsur yang paling sederhana yang menurut mereka adalah individu-individu yang terpencil yang ditempatkan ke dalam suatu Negara alam yang hipnotis. Gerak-gerak mekanis atom-atom disamakan conatos sui tuendi et conservandi dari individu-individu,yang ada bersama dengan hukum alamnya yang tidak dibedakan dari tenaga yang mereka miliki.tetapi clach yang dengan demikian terjadi yakni clachnya individu-individu atom dan tenaga-tenaga mekanis bertentangan dengan kecendrungan mereka untuk mempertahankan diri dari akal mereka: yakni bermufakat untuk menggabungkan tenaga-tenaga individualnya menjadi suatu kekuatan yang berkuasa,yakni kekuasaan umum,negara,dan sementara itu menciptakan suatu keseimbangan tenaga-tenaga dan menjamin ketertiban dan perdamaian,yang identik dengan hukum positif. Dalam bukunya Esprit de Lois(1748) yang termsyhur, Montesquieu mencoba mempersatukan warisan yang maha besar dari Aristoteles (ia hanya mengambil bagian yang mengenai kelompok politik) dengan metode fisika sosial khususnya dalam bentuk yang diberikan oleh Spinoza. Nama karyanya itu dua maknanya, yang berarti bahwa ia bermaksud:

6 (a) mencari ke bawah kulit peraturan-peraturan formal hukum untuk mendapatkan inspirasi serta hubungannya dengan bentuk pemerintahan, dan selanjutnya dengan substuktur sosial yang dapat berubah-ubah dari kelompok yang mendasarinya ; (b) untuk menyelenggarakan hukum-hukum sebagai hal-hal yang selalu ada dengan sewajarnya ( hubungan-hubungan yang perlu yang berasal dari sifat-sifat hal-hal yang sewajarnya ) yang akan menerangkan terjadinya berbagai tipe-tipe poitik juridis karena sifat ketergantungan pada fenomena sosial lainnya (khususnya dengan ekologi sosial yang menyelidiki dan menelaah volume suatu masyarakat, bentuk dan bangun tanahnya, sifat-sifat khas geografisnya, dan lain-lainnya, dalam hubungannya dengan padat penduduk. Tiga bentuk pokok pemerintahan (Republic, Monarki, Despotism); akhirnya pertikaianpertikaian antara bentuk dan asas pemerintahan, Montesquieu membatasi lapangan penyelidikan dengan cara yang betul-betul tidak dapat diterima. Tetapi karena petunjukpetunjuk tidak menyebabkan adanya perbedaan antara makna-makna moral, maka Montesquieu, dalam usahanya membatasi objek sosiologi hukum terpaksa menyandarkan diri pada ukuran lainnya: dalam karyanya itu, hukum muncul karena: diselenggarakan oleh pembuat undang-undang, yang ditetapkan terlebih dahulu dari atas dalam rumusan-rumusan yang kaku pendeknya, dan diperintahkan oleh Negara. Dalam hal ini ia jauh lebih kurang dari Aristoteles : ketidaktahuan tentang masalahmasalah mikro sosiologi, pemutusan perhatiannya kepada sosiologi hukum genetis yang semata-mata dipakainya di lapangan politik, dan selain itu, semata-mata kepada strukturstruktur Negara terorganisasi, jelek sekali akibatnya bagi hasil-hasil penyelidikannya. Montesquieu, ia tidak menghindarkan dirinya dari pengejaran suatu tujuan yang praktis, yakni pembenaran liberalisme, individualistis, Maka kita akan menyadari bahwa meskipun kemajuan methodologis yang dicapainya, namun dengan tertibnya esprit des lois itu sama sekali tidak berarti bahwa telah tersusun pula suatu sosiologi hukum.

7 A. HASIL PEMIKIRAN PARA AHLI FILSAFAT HUKUM DAN ILMU HUKUM Hasil pemikiran para ahli filsafat hukum tersebut terhimpun dalam berbagai mazhab atau aliran, antara lain sebagai berikut: 1. Mazhab Formalistis Beberapa ahli filsafat hukum menekankan, betapa pentingnya hubungan antara hukum dengan prinsip-prinsip moral (yaitu etika dalam arti sempit) yang berlaku umum. Salah seorang tokoh terkemuka dari mazhab iini adalah ahli filsafat hukum dari inggris john Austin ( ). Austin terkenal dengan pahamnya yang menyatakan, Bahwa hukum merupakan perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan. Menurut Austin, hukum adalah perintah yang di bebankan untuk mengatur makhluk berpikir yang memegan dan mempunyai kekuasaan. Austin menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup, dan oleh karena itu ajarannya dinamakan abalytical jurisfrudence. Jadi hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan (dalam arti kesebandingan) dan hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk, melainkan di dasarkan pada kekuasaan dari penguasa. Menurut austiin, hukum-hukum di bagi dalam dua bagian, yaitu hukum yang di buat oleh Tuhan dan hukum yang disusun oleh umat Manusia. Hukum yang dibuat manusia dapat di bedakan dalam: a. Hukum Yang Sebenarnya b. Hukum Yang Tidak Sebenarnya Hukum yang sebenarnya terdiri atas hukum yang dibuat oleh penguasa bagi pengikutpengikutnya dan hukum yang disusun oleh individu-individu guna melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya. Austin beranggapan bahwa hukum yang sebenarnya mengandung 4 unsur, yaitu: Perintah, Sanksi, Kewajiban dan Kedaulatan. Hukum merupakan hasil dari perintah-perintah yang artinya adalah bahwa ada satu pihak yang menghendaki bahwa pihak lain melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu.

8 Kelemahan-kelemahan ajaran analitikal jurisprudence tersebut diatas adalah antara lain bahwa suatu sistem hukum tidak mungkin untuk sepenuhnya bersifat tertutup. Sistem yang tertutup secara mutlak akan menyulitkan dan menghalang-halangi penyesuaian kaidah-kaidah hukum terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Seorang tokoh dari mazhab formalitas adalah Hans Kelsen yang terkenal dengan teori murni tentang hukum (pure secery of law) Hans Kelsen (1934: ), kelsen mengganggap suatu sistem hukum sebagai suatu sistem pertanggapan dari kaidah-kaidah dimana suatu kaidah hukum yang lebih tinggi derajatnya. Jadi, menurut kelsen setiap sistem hukum merupakan stufenbau dari pada kaidah-kaidah. Kelemahan utama dari teori kelsen tersebut terletak pada kaidah-kaidah dasar apakah yang menjadi dasar sah nya kaidah dasar tersebut. Kelsen menganggap persoalan tadi tidak penting karena pertanyaan tadi bersifat meta yuridis. Secara priori dia menganggap bahwa kaidah dasar adalah sah. 2. Mazhab Sejarah dan kebudayaan Mazhab sejarah dan kebudayaan, mempunyai pendirian yang sangat berlawanan dengan mazhab formalitas. Mazhab ini justru menjelaskan bahwa hukum hanya dapat di mengerti dengan cara menelaah kerangka sejarah dan kebudayaan dimana hukum tersebut timbul. Seorang tokoh terkemuka dari mazhab ini adalah Friendrich Karl Von Savigny ( ) yang dianggap sebagai permukaan ilmu sejarah hokum. Von Savigny berpendapat, bahwa hukum merupakan perwujudan dan kesadaran hukum masyarakat (volksgeist). Dia berpendapat, bahwa semua hukum berasal adri adat istiadat dan kepercayaan, bukan berasal dari pembentuk undang-undang Von Savigny, seorang jerman, waktu itu menentang kodifikasi hukum jerman. Keputusankeputusan badan legislative dapat membahayakan masyarakat karena tidak selalu sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat. Von Savigny selannjutnya mengemukakan, betapa pentingnya untuk meneliti hubungan antara hokum dengan struktur masyarakat beserta system nilai-nilainya. Kelemahan pokok dari teori von savigny terletak pada konsepnya mengenai kesadaran hukum yang sangat abstrak.

9 Seorang tokoh lain dari mazhab ini adalah Sir Henry Maine ( ) yang terkenal sebagai penulis buku ancient law. Teori yang terkenal adalah perihal perkembangan hukum dari status ke kontrak yang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang sederhana ke masyarakat yang modern and kompleks. Menurut maine, hubungan-hubungan hokum yang didasarkan pada status warga masyarakat yang masih sederhana, berangsur-angsur akan hilang apabila masyarakat tadi berkembang menjadi masyarakat modern dan kompleks. Pembedaan antara masyarakat sederhana dengan yang modern dan kompleks adalah sejalan dengan pembedaan yang di lakukan oleh para sosiologi atas masyarakat sederhana yang secara relative bersifat statis dan homogeny, dengan masyarakat yang kompleks, dinamis dan heterogen. Kiranya telah jelas, betapa pentingnya hasil hasil pemikiran tokoh-tokoh mazhab sejarah dan kebudayaan tersebut, bagi perkembangan sosiologi hukum. Hal ini pun di akui oleh tokohtokoh teori sosiologi seperti Emile Durkheim dan Max Weber yang menyadari betapa pentingnya aspek-aspek kebudayaan sejarah untuk memahami gejala hokum dan masyarakat. 3. Aliran Utilitarianism Jeremy Bentham ( ) dapat di anggap sebagai salah seorang tokoh yang terkemuka dari aliran ini. Bentham adalah seorang ahli filsafat hukum yang sangat menekankan pada apa yang harus dilakukan oleh suatu sistem hukum. Dalam teori tentang hukum, Bentham mempergunakan salah satu prinsip dari aliran utilitarianism, bahwa manusia bertindah untuk memperbanyak kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Tokoh lain dari aliran ini adalah Rudolph Von Lhering ( ) yang ajarannya biasanya disebut sebagai social utilitarianism. Von lhering menganggap bahwa hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya.dia menganggap hukum sebagai sarana untuk mengendalikan individu, agar tujuannya sesuai dengan tujuan masyarakat dimana mereka menjadi wargannya.bagi lhering, hukum juga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk melakukan perubahan perubahan sosial. Ajaran ajaran lhering banyak memperngaruhi jalan pikiran para sarjana sosiologi hukum Amerika, antara lain Roscoe Pound.

10 4. Aliran Sociological Jurisprudence Seorang ahli hukum dari Austria yaitu Eugen Ehrlich dianggap sebagai pelopor dari aliran sociological jurisprudence berdasarkan hasil karyanya yang berjudul fundamental principles of the sociologi of law. Ajaran-ajaran aliran sociological jurisprudence berkembang dan menjadi popular di Amerika Serikat terutama atas jasa Roscoe ( ). Roscoe pound berpendapat bahwa hukum harus dilihat atau dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang berfunsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan tugas dari ilmu hukum untuk mengembangkan suatu kerangka yang mana kebutuhan-kebutuhan social dapat terpenuhi secara maksimal. Selanjutnya, Pound menganjurkan untuk mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in action) yang dibedakannya dengan hokum tertulis (law in the book). Perbedaan ini dapat dibedakan pada seluruh bidang hukum, baik hukum substantife maupun hukum ajektif. Aliran sociological juris frudence telah meninggalkan pengaruh yang mendalam, terutama pada pemikiran hukum Amerika Serikat. Walaupun aliran tersebut belum sepenuhnya dapat dinamakan sosiologi hukum, karena usahanya untuk menetapkan kerangka normatife bagi ketertiban hukum belum tercapai, akan tetapi aliran tersebut memperkenalkan teori-teori dan metode sosiologi pada ilmu hukum. 5. Aliran Realisme Hukum Aliran realism hokum diprakarsai oleh Karl Llewellyn ( ), Jerome frank ( ), dan Justice Oliver Wendelll Holmes( ) ketiga-tiganya orang Amerika. Ahli-ahli pemikir dari aliran ini menaruh perhatian yang sangat besar terhadap keadilan, walaupun mereka berpendapat bahwa secara ilmiah tidak dapat ditentukan apa yang dinamakan hukum yang adil.

11 B. HASIL-HASIL PEMIKIRAN PARA SOSIOLOG 1. Emile Durkheim ( ) Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Didalam masyarakat dapat ditemukan dua macam kaidah hukum, yaitu Represif dan Restitutif. Didalam masyarakat dapat dijumpai kaidah-kaidah hukum yang sangksinya mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggar kaidah-kaidah hukum yang bersangkutan. Sanksi kaidah hukum tersebut menyangkut hari depan dan kehormatan seorang warga masyarakat atau bahkan merampas kemerdekaan dan kenikmatan hidupnya. Kaidah-kaidah hukum tersebut merupakan kaidah-kaidah hukum yang refresif yang merupakan hukum pidana. Dijumpai pula kaidah-kaidah hukum yang bersifat sanksi berbeda dengan kaidah-kaidah hukum yang refresif. Tujuan utama dari sanksi-sanksi kaidah hukum jenis yang kedua ini tidak perlu semata-mata mendatangkan penderitaan bagi mereka yang melanggarnya. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagi akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah yang restitutif. Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum administrasi, dan hukum tata Negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya. Menurut Durkheim dapat di bedakan dua macam solidaritas positif yang dapat di tandai oleh ciriciri berikut: a. Pada solidaritas pertama, seorang warga masyarakat secara langsung terikat kepada masyarakat. Didalam hal solidaritas yang kedua, seorang warga masyarakat tergantung kepada masyarakat, karena dia tergantung pada bagian-bagian masyarakat yang bersangkutan. b. Dalam hal solidaritas kedua tersebut, masyarakat tidak dilihat dari aspek yang sama. Dalam hal pertama, masyarakat merupakan kesatuan kolektif dimana terdapat kepercayaan dan perasaan yang sama. Sebaliknya, pada hal kedua masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bermacam-macam fungsi yang merupakan hubungan-hubungan yang tetap, sebetulnya keduanya merupakan suatu gabungan, akan tetapi dilihat dari sudut-sudut yang berbeda. c. Dari kedua perbedaan tersebut timbullah perbedaan yang lain dapat menentukan karakteristik dan nama dua macam solidaritas di atas.

12 2. Max Weber ( ) Ajaran-ajaran Max Weber (seorang jerman yang mempunyai latar belakang pendidikan dibidang hukum) yang memberi saham dalam perkembangan ilmu sosiologi sangat banyak dan bersifat klasik khususnya tentang sosiologi hukum, dibahasnya dengan luas terutama dalam bab7 dari buku wirtschaft and gesellschaft yang merupakan pembukuan kembali dari karangan tentang ekonomi dan masyarakat. Praktikus hukum maupun yang dinamakannya para honoratioren. Para honoratioren adalah orangorang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Oleh karena kedudukan ekonominya, orang-orang yang bersangkutan secara langsung berhasil menduduki posisi kepemimpinan tanpa ganti rugi atau hanya dengan ganti rugi secara nominal. 2. Mereka menempati kedudukan social terpandang yang sedemikian rupa sehingga hal tersebut akhirnya menjadi suatu tradisi (M. Rheinstein 1967:52) Maka suatu alat pemaksa menentukan bagi adanya hukum. Alat pemaksa tersebut tidak perlu berbentuk badan peradilan sebagaimana yang dikenal di dalam masyarakat yang modern dan komplek. Alat tersebut dapt berwujud suatu keluarga. Konvensi sebagai mana dijelaskan diatas, juga meliputi kewajiban-kewajiban akan tetapi tanpa suatu alat pemaksa. Konvensi-konvensi tersebut harus dibedakan dari Usage ( Kebiasaan) merupakan kemungkinan-kemungkinan adanya unifornitas di dalam orientasi suatu aksi sosial, sedangkan Custom ( Adap Istiadat), terjadi apabila suatu perbuatan telah menjadi kebiasaan. Usage merupakan suatu bentuk perbuatan, sedangkan Custom adalah perbuatan yang diulang-ulang didalam bentuk yang sama. Baik usage maupun custom tidak bersifat memaksa dan orang tidak wajib untuk mengikutinya. Menurut Julien Freund, bentuk-bentuk yang di kemukakan oleh Max Weber tersebut merupakan bentuk-bentuk ideal (J.Freund 1969:248) Selanjutnya didalam teori Max Weber tentang hukum dikemukakan empat type ideal dari hukum, yaitu masing-masing sebagai berikut : 1. Hukum irrasional dan materiil yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusannya semata-mata pada nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidah pun. 2. Hukum irrasional dan formil yaitu dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah diluar akal, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan.

13 3. Hukum rasional dan materiil yaitu dimana keputusan-keputusan para pembentuk uundangundang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan penguasa atau ideology. 4. Hukum rasional dan formil yaitu dimana hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum. Dengan demikian, hukum formal cenderung untuk menyusun sistematika kaidah-kaidah hukum, sedangkan hukum material lebih bersifat empiris. Namun demikian, kedua macam hukum tersebut dapat di rasionalisasikan yaitu pada hukum formal di dasarkan pada logika murni, sedangkan hukum material pada kegunaannya.walaupun demikian, mungkin masih dapat di temukan unsur yang irasional, seperti adanya lembaga sumpah. Juga lembaga juri di Negara-negara anglo saxon yang merupakan unsur irasional dalam hukum.

14 BAB III 3.1 PENUTUP 3.2 Kesimpulan Emile Durkheim dari perancis adalah seorang tokoh penting yang mengembangkan sosiologi dengan ajaran-ajaran yang klasik. Didalam masyarakat dapat ditemukan dua macam kaidah hukum, yaitu Represif dan Restitutif. Tujuan utama kaidah-kaidah hukum ini adalah untuk mengembalikan kaidah pada situasi semula, sebelum terjadi kegoncangan sebagi akibat dilanggarnya suatu kaidah hukum, kaidah tersebut adalah kaidah yang restitutif. Kaidah tersebut antara lain mencakup hukum perdata, hukum dagang, hukum acara, hukum administrasi, dan hukum tata Negara setelah dikurangi dengan unsur-unsur pidananya. Sosiologi hukum timbul dalam pemikiran-pemikiran sejarah dan, etnografi yang berkenaan dengan hukum, dan juga dalam penyelidikan-penyelidikan di lapangan hukum yaitu mencari maksud-maksud lainnya seperti menciptakan suasana idaman sosial atau berupa filsafat teknis mengenai sumber-sumber, hukum adalah tuntunan-tuntunan hukum yang ditetapkan dalam rumus-rumus adalah lebih abstrak lebih statis dan dinamis. Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari fenomena hukum dengan mencoba keluar dari batas-batas peraturan hukum dan mengamati hukum sebagaimana dijalankan oleh orang-orang dalam bermasyarakat dan sosiologi hukum itu berkembang berdasarkan suatu proses hukum yang berlangsung dalam suatu sistem sosial yang dinamakan masyarakat, dan hukum muncul karena di selenggarakan oleh pembuat undang-undang. 3.3 Saran Dengan mempelajari Sosiologi Hukum Diharapkan agar kita dapat memahami secara mendalam, menelaah Beberapa Tokoh-Tokoh Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sosiologi Hukum dalam konteks yang benar. Sehingga kita bisa memahaminya dengan mudah.

15 Daftar Pustaka Soekanto, Prof, Dr. Soerjono, S.H, M.A Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Berry David Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012 Pertumbuhan Sosiologi Hukum

PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM. 9/8/2012  Pertumbuhan Sosiologi Hukum PERTUMBUHAN SOSIOLOGI HUKUM 1 Perbandingan Karakteristik Karakteristik Sociological Jurisprucende Sociology of Law 1. Ilmu Induk Ilmu Hukum Sosiologi 2. Sifat kajian Hub. Normatik/ logistik Kusalitas (exprerience)

Lebih terperinci

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM

BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM A. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh

Lebih terperinci

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H.

SOSIOLOGI. Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. SOSIOLOGI Oleh: Anton Budiarto, S.H., M.H. Bacaan a.l. : 1. J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto Sosiologi ; Teks Pengantar & terapan (2004) 2. Soeryono Soekanto Sosiologi ; Suatu Pengantar ( 2006) 3. Kamanto

Lebih terperinci

Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam. masyarakat

Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam. masyarakat MAKALAH TEORI HUKUM/KELAS A REGULE Pandangan tokoh Teori Sociological Jurisprudence mengenai hukum yang baik dalam masyarakat DISUSUN OLEH: MARIA MARGARETTA SITOMPUL,SH 117005012/HK PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BUKU AJAR. SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : HM.101. Pengajar: M. CHAIRUL BASRUN UMANAILO NIPS:

BUKU AJAR. SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : HM.101. Pengajar: M. CHAIRUL BASRUN UMANAILO NIPS: BUKU AJAR SOSIOLOGI HUKUM Kode Mata Kuliah : HM.101 Pengajar: M. CHAIRUL BASRUN UMANAILO NIPS: 137 030 233 e-mail: chairulbasrun@gmail.com telp: 085243025000 JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Sebelum membahas Sumber-sumber hukum, ada baiknya perlu memahami bahwa ada tiga dasar kekuatan berlakunya hukum (peraturan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Hukum adalah pembatasan kebebasan setiap orang demi kebebasan semua orang... Kaidah hukum mengarahkan diri hanya pada perbuatanperbuatan lahiriah. Jadi. saya berbuat sesuai dengan

Lebih terperinci

und wird mit dem Volke). Dampak ajaran madzab ini sangat tampak pada para sarjana

und wird mit dem Volke). Dampak ajaran madzab ini sangat tampak pada para sarjana MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 13 T E O R I H U K U M (Bagian 3) 4. Historis/Sejarah 1 Pemikiran tentang hukum di abad ke-19 secara sederhana terbagi atas 3 (tiga) aliran mazhab. Dimulai

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HUKUM

METODE PENELITIAN HUKUM METODE PENELITIAN HUKUM Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris Oleh : Prof. Dr. H. Gunarto., S.H., S.E., Akt., M.Hum A. Teori Dalam Ilmu Hukum Teori Hukum menurut JJH Bruggink memberikan penjelasan

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum

Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum Sosiologi Hukum Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Hukum Anzilotti (1882) Sosiologi Hukum Dipopulerkan oleh Roscoe Pound, Emile Durkheim, Eugene Ehrlich, Mark Weber, Karl Llewellyn Merupakan derivatif dari

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

HUKUM PERBANKAN INDONESIA

HUKUM PERBANKAN INDONESIA HUKUM PERBANKAN INDONESIA Oleh: Irdanuraprida Idris HUKUM Dalam Pandangan Masyarakat Ketika seseorang berhadapan dengan Hukum pada saat kondisi sedang normal, orang cenderung berpandangan bahwa Hukum adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai wilayah yang terbentang luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai Negara yang

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan:

HAKIKAT ILMU SOSIAL. Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: PENGANTAR SISTEM SOSIAL TKW 121 2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. KULIAH KE 2 HAKIKAT ILMU SOSIAL Sifat sifat hakikat sosiologi sehingga dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan: a. Sosiologi merupakan ilmu

Lebih terperinci

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI PendekatanTeoriSosial 1. Dimensikognitif. Dalam dimensi ini, ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai cara untuk membangun pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika 1 1.1. Norma Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan diantaranya adalah kebutuhan untuk

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

Warganegara dan Negara

Warganegara dan Negara Warganegara dan Negara 5 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengetahui dan menghargai kedudukan dan peranan setip warganegara dalam negara hukum indonesia Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat sosiologi dalam kehidupan. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO Beberapa Definisi Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya: kebiasaan atau watak Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores), artinya: cara hidup atau kebiasaan /adat.

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2

SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2 CORAK & SISTEM HUKUM ADAT OLEH: 1 SISTEM HUKUM ADAT SISTEM HUKUM? (Apakah Sistem Hukum Itu?) 2 Soepomo (1996): Sistem hukum adalah kebulatan aturan-aturan yang berdasarkan suatu kesatuan alam pikiran.

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM Pembahasan 1. Pengertian Etika 2. Etika,Moral dan Norma Moral 3. Etika Yang Berkembang di Masyarakat Kontrak Perkuliahan Tugas untuk nilai UAS berupa pembuatan Blog/web Konten

Lebih terperinci

BAB VII KEPEMIMPINAN

BAB VII KEPEMIMPINAN BAB VII KEPEMIMPINAN 7.1 Pengantar Secara umum konsep kekuasan, wewenang, dan kepemimpinan senantiasa ada dalam kehidupan masyarakat yang masih sederhana maupun yang telah kompleks, jadi menarik untuk

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen SH 1118 2 Genap Irman, SH.,MH Deskripsi Mata Kuliah Standar Mata kuliah ini mempelajari mengenai pentingnya pemahaman

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH

POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH POLITIK HUKUM BAB IV NEGARA DAN POLITIK HUKUM. OLEH: PROF.DR.GUNARTO,SH.SE.A,kt.MH BAGI POLITIK HUKUM. Negara perlu disatu sisi karena Negara merupakan institusi pelembagaan kepentingan umum dan di lain

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI TEORI HUKUM INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI SIFAT HAKEKAT MENGIKATNYA HUKUM INTERNASIONAL Apakah yang menjadi dasar kekuatan mengikatnya Hukum Internasional? Mengingat Hukum Internasional tidak

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM BY: RINDHA WIDYANINGSIH

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM BY: RINDHA WIDYANINGSIH ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM BY: RINDHA WIDYANINGSIH HUKUM ALAM Bersifat tidak tertulis Hukum alam ditanggapi tiap-tiap orang sebagai hukum, karena menyatakan apa yang termasuk alam manusia itu sendiri,

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM Sejarah perkembangan filsafat memberikan sumbangsih dalam menjamurnya aliran-aliran filsafat berdasarkan tahapan periode perkembangan filsafat itu sendiri. Aliran-aliran filsafat

Lebih terperinci

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR (TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI)

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR (TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI) MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR (TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI) Dosen pembimbing : Oleh : Moh. Rizki Hidayaturrahman Imron hamdiyah SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) NURUL JADID PRODI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH 1 PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * I. PENDAHULUAN Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH Hukum itu akal, tetapi juga pengalaman. Tetapi pengalaman yang diperkembangkan oleh akal, dan akal

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap sistem hukum menunjukan empat unsur dasar, yaitu : pranata peraturan, proses penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan lembaga

Lebih terperinci

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH SEBUAH MATA KULIAH PENGANTAR PENGANTAR HUKUM INDONESIA Pengantar Hukum Indonesia HUKUM SEBAGAI PRANATA SOSIAL sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi

Lebih terperinci

Pendahuluan. A. Perbandingan sebagai Metode- Sasaran

Pendahuluan. A. Perbandingan sebagai Metode- Sasaran Pendahuluan A. Perbandingan sebagai Metode- Sasaran adanya hasil/ capaian yang diperoleh/ dikehendaki/ diinginkan Taylor: suatu hubungan J.S Mill: hubungan yang merupakan sebab akibat Soerjono Soekanto:

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) 0 TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari segi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang

Lebih terperinci

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh : PERKAWINAN ADAT (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA Perilaku etis lah yang medasari munculnya etika sebagai sebuah ilmu yang mempelajari nilai-nilai baik dan buruk. Etika juga berkembang sebagai studi tentang kehendak manusia. 1.1

Lebih terperinci

Sosiologi Hukum dan Relevansinya dengan Pembangunan Hukum Nasional

Sosiologi Hukum dan Relevansinya dengan Pembangunan Hukum Nasional SOSIOLOGI HUKUM 83 Sosiologi Hukum dan Relevansinya dengan Pembangunan Hukum Nasional Syamsu Hadi J. Fakultas Adab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak: Peningkatan taraf hidup menuju perubahan kehidupan

Lebih terperinci

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli:

Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: Berikut beberapa pengertian sosiologi hukum menurut para ahli: 1. Soerjono Soekanto : sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris yang menganalisis atau mempelajari

Lebih terperinci

KEKUASAAN DAN WEWENANG

KEKUASAAN DAN WEWENANG KEKUASAAN DAN WEWENANG A. Pengantar Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi

Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi

Lebih terperinci

Sejarah perkembangan sosiologi. DR. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si

Sejarah perkembangan sosiologi. DR. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si Sejarah perkembangan sosiologi DR. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si Sejarah perkembangan sosiologi Tiga Tahap Perkembangan Ilmu Sosiologi Sosilogi sebelum Auguste Comte Sosiologi Auguste Comte Sosiologi sesudah

Lebih terperinci

II. Istilah Hukum Perdata

II. Istilah Hukum Perdata I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah Hukum Perdata Prof.Soebekti pokok-pokok Hukum Perdata

Lebih terperinci

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA

B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA B. TOPIK PENDEKATAN SOSIOLOGI TERHADAP AGAMA 1. Pendekatan Sosiologi Terhadap Agama. Beberapa cara melihat agama; menurut Soedjito (1977) ada empat cara, yaitu: memahami atau melihat sejarah perkembangan

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TEORI-TEORI SOSIOLOGI Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi

BAB 2. TEORI-TEORI SOSIOLOGI Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi BAB 2. TEORI-TEORI SOSIOLOGI 2.1. Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Sosiologi TOKOH Auguste Comte (1798 1857) Emile Durkheim (1858-1917) PEMIKIRAN - Bapak Sosiologi, anggapannya sosiologi terdiri

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum MAKNA KATA HUKUM Asal-usul hukum, kata hukum berasal dari bahasan Arab hukmun

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Modul ke: Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Filsafat dalam bahasa

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA 0 PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang secara geografis sangat luas wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah sepatutnya Indonesia

Lebih terperinci

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) 1 Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo) Bambang Kusumo T. E.0001083 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT 1. Menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan : a. Adat : aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan

Lebih terperinci

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli :

Berikut ini adalah pengertian dan definisi tentang masyarakat menurut beberapa ahli : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MASYARAKAT Menurut Istilah masyarakat berasal dari kata musyarak yang berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM GARIS-GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP) SOSIOLOGI HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM GARIS-GARIS BESAR POKOK PENGAJARAN (GBPP) SOSIOLOGI HUKUM Mata Kuliah : Sosiologi Dosen : Marnia Rani, S.H., M.H. Deskripsi Singkat : Mata kuliah Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalagejala hukum yang terjadi di masyarakat, efektivitas

Lebih terperinci

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Ada beberapa teori-teori demokrasi yaitu : 1. Teori Demokrasi Klasik Demokrasi, dalam pengertian klasik, pertama kali muncul pada abad ke-5 SM tepatnya di Yunani. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KULIAH 1. Kuliah selama 2 x 50 menit 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris sebagai penunjang. Pendekatan normatif dan empiris yaitu penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id 1. Hukum alam/naturalisme 2. Positivisme 3. Utilitarianisme 4. Mazhab sejarah/historis 5. Sociological jurisprudence 6. Realisme hukum 7. Teori-teori kritis tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum di lapangan oleh Kepolisian Republik Indonesia senantiasa menjadi sorotan dan tidak pernah berhenti dibicarakan masyarakat, selama masyarakat selalu mengharapkan

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM TERTINGGI DISUSUN OLEH NAMA : ALFAN RASYIDI NIM : 11.12.5949 KELOMPOK : I DOSEN : Drs.Mohammad Idris.P,MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Pancasila ditinjau dari pendekatan

Lebih terperinci

Definisi tentang Hukum Berbagai pandangan ahli tentang hukum dipaparkan sebagai berikut:

Definisi tentang Hukum Berbagai pandangan ahli tentang hukum dipaparkan sebagai berikut: RESENSI BUKU: HUKUM DALAM MASYARAKAT: Perkembangan dan Masalah Oleh: Drs. Ali Uraidy, MH. * Pendahuluan Perdebatan hukum normatif dan hukum empiris tidak menemukan titik temu hingga dewasa ini. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945. Negara juga menjunjung tinggi hak asasi

Lebih terperinci

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia. Selly Rahmawati, M.Pd.

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia. Selly Rahmawati, M.Pd. Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Indonesia Selly Rahmawati, M.Pd. 1 Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia Pancasila sebagai dasar Negara merupakan asas kerokhanian atau dasar filsafat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA Penggolongan Hukum Menurut Drs. C.S.T. Kansil, S.H hukum digolongkan menurut sumber, bentuk, tempat berlakunya, waktu berlakunya, cara mempertahankan, sifatnya, wujudnya, dan isinya. Pembagian hukum dalam

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM.

PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM. HAKEKAT DAN DASAR BERLAKUNYA HUKUM INTERNASIONAL PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM. DASAR KEKUATAN MENGIKAT HI Alasan Pembahasan : O HI tidak memiliki lembaga2 yang lazim diasosiasikan dengan

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PANCASILA DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM 1. Penegakan Hukum Penegakan hukum mengandung makna formil sebagai prosedur

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah: BAB I PENDAHULUAN A. HUKUM PERDATA 1. Pengertian Hukum Perdata Para ahli banyak memberikan pengertian-pengertian maupun penggunaan istilah Hukum Perdata. Adapun pengertian-pengertian tersebut tergantung

Lebih terperinci