Jurnal Penelitian Program Pascasarjana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Penelitian Program Pascasarjana"

Transkripsi

1 PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR MEMERINTAH SISWA SMP NEGERI 13 KERINCI ARTIKEL SUDARLI IDRIS NPM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA

2 PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR MEMERINTAH SISWA SMP NEGERI 13 KERINCI (THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS THE SPEECH ACT OF COMMANDING AT SMP NEGERI 13 KERINCI) Sudarli Idris ¹, Yusrita Yanti ¹, Marsis ¹ 1 Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta sudarliidris@gmail.com Abstract The paper deals with the hierarchical perception of politeness strategiesin the speech act of governing used by the students of SMP Negeri 13 Kerinci based on different listener. It also describes and explainsthe hierarchical perception of politeness strategies used by the students based on gender differences, -male and female-, andex plains the comparison between the hierarchy of students perceptionof politeness strategies based on different partner sspeec handgender. The subjects were students of SMP Negeri13Kerinci. The research datain terms of students assessment to a number ofspeech act of commanding. In analyzingthe data, the writer usedsome concepts proposed by Gunarwan(1992, 1994) on the perceptionof politenes sdirective in Indonesian, Searle cited by Yule(1996) about the speech act, Brown and Levinson (1987) on linguistic politeness strategies, Leech (1983) that states about politeness scale, and Sobur(2013) that tells abou tperception. Data were collected by questionnaire survey and interview techniques. Analysis ofthe data using a combination of methods (mixedmethods) stated by Sugiyono(2013). From the data analysis, the writer found(1) some differences of the students perception between known and unknown speakers and opponents,(2) the different of male students perception and female students perception hierarchically, (3) the differences and similar ities of perception between speakers and opponents based on gender perception. As a result, female students tend to use the strategies on record with redressive action interms of positive politeness, and then the use off record strategy. Keywords: perception, speech act, politeness strategy. Abstrak Makalah ini akan memaparkan persepsi strategi kesantunan memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur, mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dan mendeskripsikan dan menjelaskan perbandingan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 13 Kerinci. Data penelitian berupa penilaian siswa terhadap sejumlah ujaran tindak tutur memerintah. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan konsep Gunarwan (1992, 1994) tentang persepsi kesantunan direktif di dalam Bahasa Indonesia, Searle yang dikutip oleh Yule (1996 ) tentang tindak tutur, Brown dan Levinson (1987) tentan g strategi kesantunan berbahasa,leech (1983) tentang skala kesantunan berbahasa, dan Sobur (2013) tentang persepsi. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik survei kuesioner dan wawancara. Analisis data menggunakan metode kombinasi (mixed methods)yang dinyatakan oleh Sugiyono (2013). Metode kombinasi digunakan untuk mendapatkan hasil yang memadai karena data tidak cukup hanya dianalisis dengan menggunakan satu metode. Dari hasil analisis data, ditemukan perbedaan hirarkhi persepsi siswa terhadap mitra tutur yang sudah dikenal dengan yang baru dikenal. Selanjutnya, ditemukan perbedaan hirarkhi antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Siswa perempuan cenderung menggunakan strategi bertutur kesantunan positif dan samar-samar lebih tinggi daripada siswa lakilaki. Hal ini menyiratkan bahwa dalam bertutur, siswa perempuan cenderung lebih santun daripada 2

3 siswa laki-laki. Demikian juga dengan perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Hasilnya menunjukkan perbedaan untuk masing-masing aspek penelitian. Kata Kunci: persepsi, strategi bertutur, tindak tutur memerintah, strategi kesantunan 1. Pendahuluan Tuturan memerintah merupakan bagian dari tindak tindak tutur direktif. Perintah diungkapkan oleh seorang penutur yang mempunyai peran atau kekuatan yang lebih besar daripada mitra tutur. Kartomihardjo (1988 ) mengatakan bahwa perintah berhubungan erat dengan status sosisal. Peserta interaksi yang berstatus sosial lebih tinggi biasanya bertindak sebagai pemberi perintah. Sebaliknya, peserta interaksi yang berstatus sosial lebih rendah bertindak sebagai penerima perintah. Perintah dapat berwujud aba-aba, amanat, arahan, instruksi, komando, mandat, order, suruhan, titah, tugas. Penggunaan tidak tutur memerintah memiliki kekuatan yang dapat mengancam kelancaran berkomunikasi. Seperti yang diungkapkan oleh Gunarwan (1992), bahwa dengan memerintah atau meminta seseorang melakukan sesuatu, kita sebenarnya menghalangi kebebasannya untuk melakukan (bahkan untuk menikmati tindakannya). Misalnya kita memerintah seseorang yang sedang duduk sambil menikmati rokok untuk mengerjakan sesuatu, dapat diartikan sebagai upaya untuk tidak membiarkan mitra tutur melakukan dan menikmati kegiatannya itu. Untuk mengurangi ancaman tersebut, penutur membutuhkan strategi-strategi ataupun cara-cara tertentu dalam menyampaikan maksud tuturan. Brown dan Levinson (1987) memaparkan lima strategi yang dapat digunakan oleh penutur dalam bertutur. Selain itu, kesantunan bertutur berkaitan erat dengan norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat. Penutur yang santun adalah penutur yang menghargai nilai-nilai luhur tersebut. Oleh sebab itu, semua peserta hendaknya memiliki kesantunan dalam bertutur, terutama pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah persepsi siswa terhadap santun tidaknya sebuah tuturan. Permasalahan ini belum banyak dikaji dan diteliti oleh peneliti sebelumnya. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa peneliti-peneliti sebelumnya lebih tertarik mengkaji wujud ataupun strategi kesantunan itu sendiri. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah berdasarkan perbedaan mitra tutur, mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi persepsi siswa berdasarkan perbedaan jenis kelamin, dan mendeskripsikan dan menjelaskan hirarkhi perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Terkait dengan tujuan ketiga, penelitian ini memiliki sub-subtujuan, yakni membandingkan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki terhadap mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal, membandingkan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa perempuan terhadap mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal, membandingkan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dengan siswa perempuan terhadap mitra tutur yang sudah dikenal. dan membandingkan hirarkhi persepsi 3

4 strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dengan siswa perempuan terhadap mitra tutur yang baru dikenal. 2. Kajian Pustaka Istilah dan teori tindak tutur diperkenalkan pertama kali oleh John L. Austin. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi merupakan tindakan bahasa jika kita ingin menyampaikan makna tertentu. Tindak tutur ini semata-mata hanya menuturkan sebuah kalimat tanpa memperhatikan konteksnya. Tindak ilokusi, oleh Gunarwan (1994), didefinisikan sebagai tindak melakukan sesuatu. Tindak ini berbeda dengan tindak lokusi karena memiliki daya ( force), misalnya melapor, memeritah, dan mengancam. Tindak yang ketiga adalah tindak perlokusi. Gunarwan (1994) mengatakan bahwa tindak perlokusi mengacu ke efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu. Teori lain tentang tindak bahasa dikemukakan oleh Searle. Yule (1996) seperti yang dikutip dari Searle, mengemukakan bahwa klasifikasi tindak tutur terdiri dari lima jenis, yakni: deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Deklarasi adalah tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Representatif merupakan tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini oleh penutur. Ekspresif merupakan tindak tutur untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Direktif merupakan tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakantindakan di masa yang akan datang. Brown dan Levinson (1987) mengklasifikasikan strategi bertutur berdasarkan konsep FTA. Strategi tersebut meliputi strategi dengan melakukan FTA dan strategi tidak melakukan FTA (tindak tutur diam). Strategi dengan melakukan FTA, dapat diungkapkan secara langsung (on record) ataupun secara tidak langsung (off record). Strategi yang diungkapkan secara langsung (on record), dapat dilakukan tanpa adanya penyesuaian atau dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu. Tuturan yang dilakukan dengan penyesuaian, berbentuk tindak tutur kesantunan positif dan tindak tutur kesantunan negatif. Gunarwan (2003 ) mendefinisikan persepsi sebagai tilikan. intuisi ataupun pengetahuan yang diperoleh dengan melihat, mendengar atau membaca, yang selanjutnya dinyatakan dalam tanggapan setuju atau tidak setuju. Dalam hal ini, budaya merupakan sumber pengetahuan yang memiliki nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut milik bersama. Selain itu, nilainilai tersebut akan mempengaruhi pola hidup bermasyarakat, termasuk pola berbahasa. Menurut Sobur (2013) proses persepsi memiliki enam tahap yakni: menerima, rangsangan, menyeleksi rangsangan, pengorganisasian, penafsiran, pengecekan, dan reaksi. 3. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kombinasi (mixed methods). Penelitian kombinasi merupakan perpaduan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk membantu memperjelas analisis data secara kualitatif, yaitu berupa hitungan jumlah dan persentase, dan rata-rata persepsi strategi kesantunan berbahasa. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data secara jelas dengan dibantu statistik sederhana. Model penelitian yang digunakan adalah sequential explanatory design. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2013), sequential explanatory design diawali dengan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif dan tahap berikutnya diikuti dengan pengumpulan 4

5 data dan analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data kuantitatif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Arikunto (1993 menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual apa adanya). Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan apa adanya hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan oleh penulis. Alasan pemilihan metode deskriptif adalah karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau kelompok tertentu. Sebagai catatan, jenis penelitian ini mengacu kepada metodologi penelitian Gunarwan (1992), terutama dalam teknik pengumpulan dan pengolahan data. Namun penulis melakukan berbagai modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan karakter penelitian. Oleh sebab itu, topik, objek, konteks, dan situasi penelitiannya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunarwan tersebut. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kerinci. Yang bertindak sebagai responden adalah siswa-siswa dari sekolah tersebut. Instrumen penelitian kuantitatif yang digunakan adalah angket sederhana yang berbentuk kuesioner. Tujuan pemberian angket adalah untuk menjaring data pribadi para responden dan penilaian mereka terhadap sejumlah bentuk ujaran tindak tutur memerintah. Skala penilaiannya adalah 1 s.d. 5. Hal ini sesuai dengan jumlah strategi kesantuan bertutur yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson. Data yang dibutuhkan adalah hasil penilaian responden terhadap sejumlah bentuk ujaran tindak tutur memerintah. Kepada responden, penulis menjelaskan bahwa tugas mereka adalah memberikan nilai 1 s.d. 5 untuk tuturan yang mereka nilai tidak santun s.d. tuturan yang mereka nilai sangat santun. Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan rinci untuk dinilai oleh responden. Data tersebut dikuantifikasikan untuk mencari bilangan rata-rata penilaian para responden. Penghitungan hasil temuan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengal ikan jumlah responden dengan dengan nilai yang mereka berikan untuk tiap-tiap bentuk tuturan; (2) menjumlahkan semua hasil perkalian pada (1); dan (3) membagi hasil penjumlahan pada (2) dengan semua jumlah responden. Bilangan yang diperoleh dari hasil (3) itu adalah hasil ratarata para responden untuk bentuk ujaran tertentu. Uraian tersebut dirumuskan dengan rumus sebagai berikut: n 1 x 1 + n 2 x 2.n 5 x 5 BR = n 1 + n 2..+ n 5 Keterangan BR = bilangan / nilai rata-rata n 1 = jumlah responden yang memberikan nilai 1 n 2 = jumlah responden yang memberikan nilai 2 Metode pengumpulan data kualitatif adalah wawancara. Metode ini dilakukan kepada beberapa orang responden, setelah mereka mengisi kuesioner. Dasar penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui alasan responden memberikan nilai tiap-tiap tuturan. Selain itu, metode ini dijadikan sebagai gambaran atas kebenaran data yang diisi oleh responden. Analisis data kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan terhadap hasil penilaian persepsi siswa. Jika ditemukan adanya pertentangan antara kedua data tersebut, penulis menguji kembali data penelitian kualitatif. Pengujian tersebut dilakukan hingga hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan data. 4. Pembahasan Pada bagian ini, dijelaskan pembahasan hasil penelitian berupa persepsi stra- 5

6 tegi kesantunan berdasarkan perbedaan mitra tutur; persepsi strategi kesantunan perbedaan jenis kelamin; dan perbandingan persepsi strategi kesantunan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. a. Persepsi Strategi Kesantunan Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur, digambarkan dalam tabel 1. Tabel 1 Persepsi Strategi KesantunanTindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur No. Jenis Strategi Aspek Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan A B BR % Langsung tanpa Sudah Dikenal ,55 10,33 basa-basi (LTB) Baru Dikenal ,67 11,15 Sudah Dikenal ,20 27,98 2 Kesantunan positif (KP) Baru Dikenal ,01 26,75 Sudah Dikenal ,57 23,79 3 Kesantunan negatif (KN) Baru Dikenal ,63 24,20 Sudah Dikenal ,58 23,87 4 Samar-samar (SS) Baru Dikenal ,54 23,62 5 Dalam Hati Sudah Dikenal ,10 14,03 (DH) Baru Dikenal ,14 14,28 Temuan yang menarik dari tabel 1 adalah kecenderungan siswa menempatkan strategi kesantunan positif sebagai strategi yang paling santun dibandingkan dengan keempat strategi lainnya. Berdasarkan skala yang dikemukan oleh Leech, strategi bertutur samar-samar yang digunakan dalam penelitian ini yakni tuturan Batas waktu untuk mengumpulkan tugas bahasa Indonesia tinggal dua hari lagi. Jika buku paketnya tidak ada, apakah saya bisa menyelesaikan PR yang sebanyak itu? memiliki tingkat ketidaklangsungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan Saya tahu kamu masih membutuhkan buku yang kamu pinjam kemarin, tapi pekerjaan rumah saya belum siap... Saya lagi yang pakai, ya?. Dengan demikian, tuturan pada strategi samar-samar dinilai lebih santun daripada tuturan pada strategi kesantunan positif. Dari beberapa responden yang memberi nilai tertinggi untuk strategi tersebut, diperoleh gambaran bahwa penggunaan strategi bertutur tersebut bertujuan agar mitra tutur tidak bersikap apatis atau seolah-olah tidak memahami maksud penutur. Temuan lainnya terlihat pada mitra tutur yang baru dikenal. Responden yang memberikan nilai 1 atau tidak santun dan nilai 2 atau kurang santun untuk strategi strategi bertutur langsung tanpa basabasi, berjumlah 90 dan 53 responden. Total responden untuk kedua skor ini adalah 143 responden. Jumlah ini setara dengan 88,27% dari jumlah responden. Jika dibandingkan dengan tiga skor lainnya, jumlahnya hanya 19 responden. Kenyataan ini menandakan bahwa tuturan langsung tanpa basa-basi tidak disenangi oleh responden. Kecuali tindak tutur dalam hati, yang tidak dapat dianalisis tingkat kesantunannya kerena tidak 6

7 menyampaikan maksud tuturan, strategi bertutur langsung tanpa basa-basi memiliki tingkat ketidaklangsungan yang rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki kecenderungan bertutur santun kepada orang atau teman yang baru dikenal. Dari beberapa responden, diperoleh gambaran bahwa mereka lebih menghargai kesantunan dan nilai-nilai persahabatan daripada berlaku kasar kepada temannya. Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur, ditunjukkan oleh tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur Aspek Sudah Dikenal Baru Dikenal Hirarkhi Jenis Strategi KP - SS - KN - DH - LTB KP - KN - SS - DH - LTB Tabel 2 menggambarkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki persepsi yang sama dalam menggunakan KP, DH, dan LTB. Perbedaan persepsi hanya terjadi pada KN dan SS. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap strategi kesantunan tindak tutur memerintah, baik antara mitra tutur yang sudah dikenal ataupun dengan mitra tutur yang baru dikenal, cenderung sama. Kesamaan persepsi ini didukung oleh banyak persamaan skor dan jumlah responden untuk setiap strategi bertutur. Pada strategi bertutur langsung tanpa basa-basi, persamaan persepsi terjadi pada dua skor penilaian, yakni skor 1 dan 3. Jumlah responden yang memberikan persepsi yang sama pada strategi kesantunan positif terjadi pada bobot nilai 2. Sedangkan pada strategi bertutur samar-samar dan dalam hati, jumlah responden memberikan persepsi yang sama terjadi pada bobot nilai 4. Terkait dengan masalah tersebut, temuan lainnya adalah bilangan rata-rata kedua latar penelitian. Selisih bilangan rata-rata antara teman yang sudah dikenal dengan orang yang baru dikenal, sangat kecil. Perbedaan hanya berberkisar dalam bentuk desimal. Capaian perbedaan tertinggi terjadi pada strategi kesantunan positif. Selisih antara kedua aspek tersebut adalah 0,19. Sedangkan pada strategi lainnya, selisihnya lebih kecil dari angka tersebut. Bahkan pada strategi bertutur samar-samar dan strategi bertutur dalam hati memiliki nilai selisih terkecil, yakni 0,04. Meskipun demikian, hasil analisis tetap menunjukkan adanya perbedaan. Secara hirarkhi, penggunakan KN dan SS untuk aspek mitra tutur yang sudah dikenal berbeda dengan mitra tutur yang baru dikenal. Selain itu, bilangan rata-rata kedua aspek menunjukkan perbedaan antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki perbedaan persepsi strategi kesantunan memerintah berdasarkan perbedaan mitra tutur. b. Persepsi Strategi Kesantunan Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan jenis kelamin, digambarkan dalam tabel 3 berikut ini. 7

8 Tabel 3 Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci Bardasarkan Perbedaan Jenis Kelamin No. Jenis Strategi Aspek Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan A B BR % Langsung tanpa Laki-laki ,64 10,88 basa-basi (LTB) Perempuan ,58 10,58 Laki-laki ,93 26,14 2 Kesantunan positif (KP) Perempuan ,24 28,44 Laki-laki ,63 24,13 3 Kesantunan negatif (KN) Perempuan ,56 23,84 Laki-laki ,53 23,45 4 Samar-samar (SS) Perempuan ,57 23,92 5 Dalam Hati Laki-laki ,27 15,12 (DH) Perempuan ,97 13,22 Dari tabel 3, temuan yang menarik tergambar pada aspek perempuan. Pada aspek tersebut, strategi kesantunan negatif dengan strategi bertutur samarsamar memiliki selisih nilai bilangan rata-rata yang hampir sama. Selisih yang dihasilkan kedua bilangan tersebut adalah 0,01. Selain itu, sebaran nilai untuk kedua strategi inipun relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua strategi ini sering digunakan secara berimbang oleh responden dalam berkomunikasi. Gambaran tentang persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Aspek Laki-laki Perempuan Hirarkhi Jenis Strategi KP - KN - SS - DH - LTB KP - SS - KN - DH - LTB Perbandingan persepsi siswa berdasarkan jenis kelamin, memperlihatkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki kesamaan persepsi dalam menggunakan KP, DH, dan LTB. Perbedaan persepsi hanya terjadi pada KN dan SS. Hasil ini menunjukkan persamaan dengan perbandingan persepsi siswa berdasarkan perbedaan mitra tutur. Selain itu, hasil ini juga menunjukkan bahwa persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan relatif sama. Meskipun demikian, hasil analisis tetap menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini buktikan oleh hirarkhi kesantunan dari kedua aspek tersebut. Selain itu, hasil analisis nilai untuk kedua aspek tersebut, juga menunjukkan perbedaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP Negeri 13 Kerinci memiliki perbedaan persepsi strategi kesantunan 8

9 memerintah berdasarkan perbedaan jenis kelamin. c. Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur dan Jenis Kelamin 1) Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci terhadap lawan tutur yang berbeda, digambarkan dalam tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci Bardasarkan Perbedaan Mitra Tutur Distribusi Skor Responden N Jenis Strategi Aspek untuk Setiap Tuturan A B BR % o Langsung tanpa Sudah Dikenal ,66 11,05 1 basa-basi (LTB) Baru Dikenal ,62 10,78 Sudah Dikenal ,03 26,85 2 Kesantunan positif (KP) Baru Dikenal ,84 25,57 Sudah Dikenal ,58 23,84 3 Kesantunan negatif (KN) Baru Dikenal ,68 24,57 Sudah Dikenal ,58 23,84 4 Samar-samar (SS) Baru Dikenal ,48 23,20 Dalam Hati Sudah Dikenal ,16 14,43 5 (DH) Baru Dikenal ,38 15,89 Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah sebaran nilai yang dianggap tidak santun (1) dan kurang santun (2). Tuturan yang dinilai responden dengan angka ini, sebarannya hampir sama. Hal ini terlihat pada strategi bertutur dalam hati dan strategi bertutur langsung tanpa basa-basi. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci, memiliki kesamaan persepsi dalam menggunakan kedua strategi bertutur tersebut. Dari tabel 3 tersebut, gambaran tentang hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Aspek Sudah Dikenal Baru Dikenal Hirarkhi Jenis Strategi KP - SS- KN - DH - LTB KP - KN - SS - DH - LTB Tabel 6 memperlihatkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci memiliki perbedaan hirarkhi antara mitra tutur 9

10 yang sudah dikenal dengan kepada mitra tutur yang baru dikenal. Kecenderungan hirarkhi strategi bertutur kepada mitra tutur yang sudah dikenal adalah KP-SS- KN-DH-LTB sedangkan kepada mitra tutur yang baru dikenal adalah KP-KN- SS-DH-LTB. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek mitra tutur, siswa laki-laki SMP Negeri 13 kerinci tidak memiliki perbedaan persepsi. Perbedaan hanya ditunjukkan oleh hasil penghitungan kedua aspek tersebut. 2) Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Mitra Tutur Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap lawan tutur yang berbeda, digambarkan dalam tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Bardasarkan Perbedaan Mitra Tutur No. Jenis Strategi Aspek Distribusi Skor Responden untuk Setiap Tuturan A B BR % Langsung tanpa Sudah Dikenal ,46 9,74 basa-basi (LTB) Baru Dikenal ,72 11,46 Sudah Dikenal ,34 28,91 2 Kesantunan positif (KP) Baru Dikenal ,16 27,72 Sudah Dikenal ,56 23,75 3 Kesantunan negatif (KN) Baru Dikenal ,58 23,90 Sudah Dikenal ,58 23,90 4 Samar-samar (SS) Baru Dikenal ,60 23,97 5 Dalam Hati Sudah Dikenal ,06 13,71 (DH) Baru Dikenal ,94 12,96 Temuan yang menarik terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah responden tidak memberikan skor tertinggi pada strategi bertutur langsung tanpa basa-basi. Skor 3 dan 4 untuk kategori santun dan cukup santunpun terdiri dari 1 responden. Dari hasil wawancara di lapangan, diperoleh gambaran bahwa mereka tidak menyukai dan jarang menggunakan strategi ini dalam berkomunikasi. Dari perbandingan aspek mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal, temuan yang menarik untuk diamati adalah persepsi siswa terhadap strategi bertutur samar-samar. Sebaran nilai untuk masing-masing skor relatif sama. Bahkan untuk persepsi tuturan yang dinilai tidak santun (skor 1) antara lawan tutur yang sudah dikenal dengan lawan tutur yang baru dikenal, jumlahnya sama, yakni 2. Demikian juga yang terjadi pada rentang nilai tertinggi (skor 5). Jumlah respondennya samasama 16 responden. Sebaran skor 2, 3, dan 4 pun hampir berimbang. Akibatnya, bilangan rata-rata kedua aspek ini memiliki selisih yang kecil, yakni 0,07. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa perbedaan lawan tutur tidak mempengaruhi persepsi strategi bertutur samar-samar siswa perempuan SMP Negeri 13 Kerinci. 10

11 Gambaran tentang hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur ditunjukkan oleh tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin Aspek Sudah Dikenal Baru Dikenal Hirarkhi Jenis Strategi KP - SS - KN - DH - LTB KP - SS - KN - DH - LTB Tabel 8 memperlihatkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa perempuan SMP Negeri 13 Kerinci tidak memiliki perbedaan hirarkhi antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan kepada mitra tutur yang baru dikenal. Perbedaan antara kedua aspek ini hanya ditunjukkan oleh berolehan nilai dari persepsi responden. 3) Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Siswa Laki-laki dan Perempuan Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, digambarkan dalam tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal Distribusi Skor Responden N Jenis Strategi Aspek untuk Setiap Tuturan A B BR % o Langsung tanpa Laki-laki ,66 11,05 1 basa-basi (LTB) Perempuan ,46 9,74 Laki-laki ,03 26,85 2 Kesantunan positif (KP) Perempuan ,34 28,91 Laki-laki ,58 23,84 3 Kesantunan negatif (KN) Perempuan ,56 23,75 Laki-laki ,58 23,84 4 Samar-samar (SS) Perempuan ,58 23,90 Dalam Hati Laki-laki ,16 14,43 5 (DH) Perempuan ,06 13,71 Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah persepsi terhadap strategi bertutur samar-samar. Kedua aspek dalam strategi ini menunjukkan berbagai kesamaan. Bilangan rata-rata kedua aspek ini sama. Bahkan untuk persepsi tuturan yang dinilai tidak santun (skor 1) antara antara responden laki-laki dengan responden perempuan, jumlahnya sama. Jumlah responden untuk kedua aspek ini adalah 6. Demikian juga yang terjadi pada rentang nilai tertinggi (skor 5). Jumlah respondennya sama-sama 16 responden. Sebaran skor 2, 3, dan 4 pun 11

12 hampir berimbang. Akibatnya, kedua aspek ini memiliki kesamaan bilangan rata-rata. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa strategi berutur samar-samar terhadap orang yang sudah dikenal, tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, ditunjukkan oleh tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Terhadap Mitra Tutur yang Sudah Dikenal Aspek Laki-laki Perempuan Hirarkhi Jenis Strategi KP - SS - KN - DH - LTB KP - SS - KN - DH - LTB Tabel 10 menunjukkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 13 Kerinci tidak memiliki perbedaan hirarkhi antara responden lakilaki dengan responden perempuan. Perbedaan antara kedua aspek ini hanya ditunjukkan oleh perolehan nilai dari persepsi responden. 4) Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Siswa Laki-laki dan Perempuan Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal Persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa laki-laki dan perempuan SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, digambarkan dalam tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Perbandingan Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal Distribusi Skor Responden N Jenis Strategi Aspek untuk Setiap Tuturan A B BR % o Langsung tanpa Laki-laki ,62 10,78 1 basa-basi (LTB) Perempuan ,72 11,46 Laki-laki ,84 25,57 2 Kesantunan positif (KP) Perempuan ,16 27,72 Laki-laki ,68 24,57 3 Kesantunan negatif (KN) Perempuan ,58 23,90 Laki-laki ,48 23,20 4 Samar-samar (SS) Perempuan ,60 23,97 Dalam Hati Laki-laki ,38 15,89 5 (DH) Perempuan ,94 12,96 Dari tabel tersebut, yang menarik untuk diamati adalah persepsi siswa terhadap strategi kesantunan negatif. Kedua aspek dalam strategi ini menunjukkan berbagai kesamaan. Selisih bilangan ratarata kedua aspek ini adalah 0,1. Bahkan 12

13 untuk persepsi tuturan yang dinilai tidak santun, kurang santun dan santun (skor 1, 2, dan 4) responden laki-laki dan responden perempuan, jumlahnya sama. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa penggunaan strategi kesantunan negatif terhadap orang yang baru dikenal, tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Gambaran hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan mitra tutur, ditunjukkan oleh tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Hirarkhi Persepsi Strategi Kesantunan Tindak Tutur Memerintah Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMP Negeri 13 Kerinci Terhadap Mitra Tutur yang Baru Dikenal Aspek Laki-laki Perempuan Hirarkhi Jenis Strategi KP - SS - KN - DH - LTB KP - KN - SS - DH - LTB Tabel 12 memperlihatkan bahwa persepsi strategi kesantunan berbahasa siswa SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur yang baru dikenal, memiliki perbedaan antara responden laki-laki dengan responden perempuan. Responden laki-laki cenderung menggunakan pola KP-SS-KN-DH-LTB, sedangkan responden perempuan menggunakan pola KP-KN-SS-DH-LTB. Selain itu, nilai yang diberikan oleh responden terhadap masing-masing strategi, menunjukkan perbedaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terhadap mitra tutur yang baru dikenal, persepsi strategi kesantunan tindak tutur siswa laki-laki SMP Negeri 13 Kerinci, memiliki perbedaan dengan siswa perempuan. 5. Simpulan Berdasarkan pembahasan penelitian, simpulan yang diperoleh tentang persepsi siswa terhadap strategi kesantunan bertutur Brown dan Levinson adalah sebagai berikut. Pertama, terdapat perbedaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci terhadap mitra tutur mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi, sedangkan hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa kepada mitra tutur yang baru dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Sebagai catatan, siswa tidak menempatkan strategi bertutur samarsamar SS sebagai strategi yang paling santun. Hal ini menandakan bahwa siswa tersebut kurang arif dalam melakukan penilaian. Faktor usia dan sosial budaya siswa sangat mempengaruhinya. Seperti diungkapkan oleh Chaer (2010:64-65) yang dikutip dari Brown dan Levinson menyatakan bahwa semakin tua umur penutur dan mitra tutur, akan semakin tinggi peringkat kesantunan bertuturnya. Sebaliknya semakin muda umur penutur dan mitra tutur, akan semakin rendah peringkat kesantunan bertuturnya. Rendahnya usia penutur dan mitra tutur tersebut, sangat memungkin bagi mereka kurang memiliki kemampuan dalam menggunakan strategi bertutur samarsamar. Selain itu, antara penutur dengan mitra tutur memiliki tingkat sosial yang sama. Mereka adalah sama-sama pelajar. Oleh sebab itu, sangatlah memungkinkan bagi mereka untuk menggunakan tuturan 13

14 yang memiliki tingkat kelangsungan yang lebih tinggi. Kedua, terdapat perbedaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Selain perbedaan kecenderungan penggunaan KN dan SS, bilangan rata-rata siswa perempuan terhadap kedua strategi ini lebih dominan dibandingkan dengan siswa laki-laki. Timbul perbedaan ini, seperti diungkapkan oleh Chaer (2010) yang dikutip dari Brown dan Levinson, adalah karena dalam kesehariannya perempuan lebih banyak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat keindahan dan perasaan. Sedangkan laki-laki lebih mengutamakan akal dan pikirannya dalam bekerja. Ketiga, terdapat perbedaan dan persamaan hirarkhi persepsi strategi kesantunan tindak tutur memerintah siswa SMP Negeri 13 Kerinci berdasarkan perbedaan mitra tutur dan jenis kelamin. Perbedaan dan persamaan yang dimaksud adalah hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki terhadap mitra tutur yang sudah dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi, sedangkan hirarkhi persepsi kesantunan bertutur siswa laki-laki terhadap mitra tutur yang baru dikenal adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi; hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa perempuan menunjukkan persa-maan persepsi antara mitra tutur yang sudah dikenal dengan mitra tutur yang baru dikenal. Hirarkhi persepsi tersebut adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Perbedaan hanya dibuktikan oleh perbedaan nilai yang diberikan oleh responden; terhadap mitra tutur yang sudah dikenal, hirarkhi persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki menunjukkan persamaan persepsi dengan siswa perempuan. Hirarkhi persepsi tersebut adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Perbedaan hanya dibuktikan oleh perbedaan nilai yang diberikan oleh responden; dan terhadap mitra tutur yang baru dikenal, persepsi strategi kesantunan memerintah siswa laki-laki adalah strategi bertutur kesantunan positif, samar-samar, kesantunan negatif, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi, sedangkan persepsi siswa perempuan adalah strategi bertutur kesantunan positif, kesantunan negatif, samar-samar, dalam hati, dan langsung tanpa basa-basi. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Brown, Penelope dan Stephen Levinson Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Chaer, Abdul Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Cummings, Louise Pragmatics: A Multidisciplinary Perspective. Edinburgh: Edinburgh University Press. Gunarwan, Asim Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di Antara Beberapa Kelompok Etnik di Jakarta. dalam Pellba V. Hal Jakarta: Unika Atma Jaya Pragmatik: Pandangan Mata Burung dalam Menggiring Rekan Sejati. Hal Jakarta: Unika Atma Jaya. Holmes, Janet An Introduction to Sociolinguistics. second editionnew York: Logman. 14

15 Kartomihardjo, Soeseno Bahasa, Cermin Kehidupan Bermasyarakat. Jakarta: P2LPTR. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D.Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Manaf, Ngusman Abdul Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun dalam Bahasa Indonesia. Dalam Jurnal pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 N0. 1. Hal Januari Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrin Pendidikan Nasional. Sobur, Alex Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Yule, George Pragmatik. Terjemahan Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 15

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI MTs RIADHUS SHOLIHIN KOTO BARU KABUPATEN SIJUNJUNG Yossie Ana Welvi, Ermanto, Hasanuddin WS Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DAN RESPON SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS IX SMP NEGERI 26 PADANG Oleh: Melisa Eki Saputri 1, Emidar 2, Ermawati Arief 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL BURUNG TERBANG DI KELAM MALAM KARYA ARAFAT NUR (KAJIAN PRAGMATIK) ARTIKEL ILMIAH ELSI OKTAVIANTI NPM.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL BURUNG TERBANG DI KELAM MALAM KARYA ARAFAT NUR (KAJIAN PRAGMATIK) ARTIKEL ILMIAH ELSI OKTAVIANTI NPM. TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL BURUNG TERBANG DI KELAM MALAM KARYA ARAFAT NUR (KAJIAN PRAGMATIK) ARTIKEL ILMIAH ELSI OKTAVIANTI NPM. 11080014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO Oleh: Nuri Gusriani 1, Atmazaki 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV

TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV TINDAK TUTUR ILOKUSI USTAZ YUSUF MANSUR DALAM ACARA WISATA HATI DI STASIUN TELEVISI ANTV Mefi Ellini 1, Novia Juita 2, Hamidin 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: mefi.ellini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

STRATEGI BERTUTUR DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF BAHASA INDONESIA PADA KEGIATAN DISKUSI

STRATEGI BERTUTUR DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF BAHASA INDONESIA PADA KEGIATAN DISKUSI STRATEGI BERTUTUR DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF BAHASA INDONESIA PADA KEGIATAN DISKUSI Oleh: Tia Alfioda 1, Ngusman 2, Ermawati Arief 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta

JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA Woro Retnaningsih IAIN Surakarta woro_solo@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindak tutur jenis apa saja yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013 TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013 Lalu Muhamad Hidlir, I. N. Suandi, I. B. Putrayasa Program Studi Pendidikan Bahasa, Program

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PAINAN

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PAINAN TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PAINAN Oleh: Puji Desty Yadita MYD 1, Ngusman 2, Ena Noveria 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan 1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA

UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA Gusdi Sastra dan Alex Dermawan Fak. Sastra Universitas Andalas Abstrak

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK

PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dalam masyarakat selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya yang disebut komunikasi. Berkomunikasi di dalam masyarakat menggunakan sebuah

Lebih terperinci

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL Edy Jauhari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya Mahasiswa Pascasarjana UNS Surakarta

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM BENTUK TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM BENTUK TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF DALAM BENTUK TUTURAN DIREKTIF DI LINGKUNGAN STKIP MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG Dessy Saputry Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Muhammadiyah Pringsewu

Lebih terperinci

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM: TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM KOMUNIKASI PENJUAL DAN PEMBELI DI DEPOT SATE DAN GULE HAJI UMAR DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGASEM KABUPATEN KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (campuran). Dimana ada dua jenis data yang nantinya digunakan dan diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (campuran). Dimana ada dua jenis data yang nantinya digunakan dan diolah 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif (campuran). Jenis penelitian ini juga sering disebut dengan istilah mixed

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT

TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT TINDAK TUTUR DIREKTIF PEDAGANG PAKAIAN DALAM BAHASA MANDAILING DI PASAR UJUNG GADING KABUPATEN PASAMAN BARAT Leli Hermita 1, Agustina 2, M.Ismail Nst. Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap 1 BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM 11080016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam menangani siswa bermasalah dilihat dari tindak tuturnya. Selain itu telah dibahas juga mengenai bentuk ilokusi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON SKRIPSI Oleh JANJI WIJANARKO NIM 09340080 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun Dalam Berbahasa Indonesia

Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun Dalam Berbahasa Indonesia Peminimalan Beban dan Peminimalan Paksaan Sebagai Cara Berperilaku Santun Dalam Berbahasa Indonesia Ngusman Abdul Manaf Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang Abstrak: Tujuan penulisan

Lebih terperinci

KESOPANAN TINDAK TUTUR MENYURUH DALAM BAHASA INDONESIA

KESOPANAN TINDAK TUTUR MENYURUH DALAM BAHASA INDONESIA KESOPANAN TINDAK TUTUR MENYURUH DALAM BAHASA INDONESIA Ngusman Abdul Manaf Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang email: ngusman66@yahoo.com Abstract This study aims to describe verbal expressions

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

TELAAH TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) CITRA ADI BANGSA KABUPATEN BANYUWANGI

TELAAH TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) CITRA ADI BANGSA KABUPATEN BANYUWANGI TELAAH TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK USIA DINI DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) CITRA ADI BANGSA KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI OLEH MEGA AJENG RATNASARI 201010080311142

Lebih terperinci

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT ANALISIS KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENGANCAM MUKA NEGATIF MITRA TUTUR PADA TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK THE ADVENTURES OF SHERLOCK HOLMES Maftuchah Dwi Agustina uwiequw@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research

Lebih terperinci

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY 1 DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY Eli Mandari 1, Charlina 2, M.Nur Mustafa 3 fidearly@gmail.com. No. HP. 085263570873 charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

POLITENESS STRATEGIES USED BY THE MAIN CHARACTER OF SHERLOCK HOLMES A GAME OF SHADOW MOVIE THESIS BY MELISA DYAH PARASAYU NIM

POLITENESS STRATEGIES USED BY THE MAIN CHARACTER OF SHERLOCK HOLMES A GAME OF SHADOW MOVIE THESIS BY MELISA DYAH PARASAYU NIM POLITENESS STRATEGIES USED BY THE MAIN CHARACTER OF SHERLOCK HOLMES A GAME OF SHADOW MOVIE THESIS BY MELISA DYAH PARASAYU NIM 0911110060 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURE

Lebih terperinci

REPRESENTASI TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG

REPRESENTASI TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG REPRESENTASI TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG Oleh: Suci Larassaty 1, Syahrul R 2, Erizal Gani 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK RETORIKA INTERPERSONAL PRAGMATIK DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DALAM KEGIATAN AKADEMIK (Studi Kasus di Politeknik Indonusa Surakarta) Ratna Susanti 1 ; Sumarlam 2 ; Djatmika 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH TINDAK TUTUR EKSPRESIF GURU SEBAGAI WUJUD KESANTUNAN POSITIF DALAM PENANAMAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Setiawan; Indri Kusuma Wardani Universitas Sebelas Maret bestari.agus@gmail.com; indrikusumawardani10@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SELOKA 1 (2) (2012) Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka RESPONS VERBAL PESERTA DIDIK SMP TERHADAP JENIS, FUNGSI, DAN KESANTUNAN TUTURAN

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI

TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TINDAK TUTUR DIREKTIF LANGSUNG LITERAL GURU PADA PEMBELAJARAN TEKS EKSPOSISI DI KELAS X IPS-3 SMA NEGERI 3 BOYOLALI (Literal Directive Speech Act in Exposition Text Learning in Class X IPS-3 SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang desain penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpula data, dan prosedur dan teknik analisis data. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

GENDER AND POLITENESS: A COMPARISON BETWEEN HILLARY CLINTON S AND BARRACK OBAMA S SPEECHES IN UNITED STATES

GENDER AND POLITENESS: A COMPARISON BETWEEN HILLARY CLINTON S AND BARRACK OBAMA S SPEECHES IN UNITED STATES GENDER AND POLITENESS: A COMPARISON BETWEEN HILLARY CLINTON S AND BARRACK OBAMA S SPEECHES IN UNITED STATES OF AMERICA S 2008 ELECTION A THESIS BY SITTI FATIMAH REG. NO. 080705041 DEPARTMENT OF ENGLISH

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan peranan yang sangat penting, tanpa bahasa manusia tidak akan bisa sempurna dalam berinteraksi. Manusia dapat memenuhi semua kebutuhan sosialnya

Lebih terperinci

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU Siska Indri Febriana * Imam Suyitno Widodo Hs. E-mail: fchizka@gmail.com Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah 0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PERHOTELAN JURUSAN PARIWISATA FAKULTAS PARIWISATA PERHOTELAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia harus berinteraksi dengan orang lain agar dapat bertahan hidup. Dalam interaksi denga yang lain,

Lebih terperinci

Angga Aminullah Mansur STIBA INVADA Cirebon

Angga Aminullah Mansur STIBA INVADA Cirebon MITIGASI PADA TINDAK TUTUR MEMERINTAH (COMMANDING) DALAM DUA SERI NOVEL HARRY POTTER: SERI PERTAMA HARRY POTTER AND THE SORCERER S STONE DAN KE-TIGA HARRY POTTER AND THE PRISSONER OF AZKABAN Angga Aminullah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR ILOKUSI PARA DAI DI MESJID NURUSH SHIDDIQ KELURAHAN GUNUNG PANGILUN KECAMATAN PADANG UTARA Yuliza 1, Novia Juita 2, Ngusman 3 Program Studi Sastra Indonesia

Lebih terperinci