PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor)"

Transkripsi

1 PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) SKRIPSI YOLANDA MARTHA HARI FIANTI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : YOLANDA MARTHA HARI FANTI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

3 Judul skripsi : Penerapan Metode Frontier Analysis Dalam Mengukur Efisiensi Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus: UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) Nama : YOLANDA MARTHA HARI FIANTI NRP : F Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA NIP : Mengetahui, Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP : Tanggal lulus :

4 SURAT PERNYATAAN MENGENAI SKTIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul PENERAPAN METODE FRONTIER ANALYSIS DALAM MENGUKUR EFISIENSI KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus : UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor) adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, da belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupaun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di baian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2011 Yolanda Martha Hari Fianti F

5 YOLANDA MARTHA H. F Penerapan Metode Frontier Analysis dalam Mengukur Efisiensi Kinerja Pada Usaha Skala Mikro dan Kecil, Studi Kasus UMK Jamur Tiram di Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Hartrisari RINGKASAN Efisiensi merupakan suatu parameter kinerja yang penting dalam dunia perindustrian terutama pada bidang Agroindustri. Efisiensi kinerja suatu industri akan mempengaruhi jumlah pendapatan industri tersebut. Pengukuran efisiensi dapat dijadikan suatu gambaran bagi pelaku industri untuk memperbaiki atau meningkatkan pemanfaatan sumberdaya terutama pada berskala mikro dan kecil (UMK). Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi kinerja pada Usaha Kecil dan Menengah (UMK) budidaya dan pengolahan Jamur Tiram di Bogor dengan metode Frontier Analysis. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan UMK Jamur Tiram di Kabupaten sehingga dapat dijadikan acuan untuk perbaikan kinerja UMK. Frontier Analysis merupakan suatu metode pengkuruan kinerja yang dikembangkan dari Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah alat dalam pengukuran tingkat kinerja atau produktifitas dari sekelompok organisasi. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan penggunaan sumberdaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan output yang optimal. Output dari perhitungan menggunakan metode Frontier Analysis (FA) adalah tingkat efisiensi dari operasionalisasi UMK. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yakni hasil dari wawancara langsung terhadap pengelola UMK Jamur Tiram. Responden penelitian ini adalah UMK Jamur Tiram yang terdiri dari 5 UMK budi daya dan 3 UMK pengolahan. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa UMK budi daya, terdapat empat UMK yang memiliki nilai efisiensi kinerjanya %, yakni UMK A, B, D, dan E. UMK C memiliki nilai efisiensi sebesar 22,76%. Pengukuran kinerja UMK pengolahan dengan Frontier Analysis menunjukan UMK B dan UMK F memiliki nilai %, sedangkan UMK A memiliki skor 58,84%. Pada proses analisis dengan Frontier, dilakukan Frontier Plot dengan dua variabel input yang memiliki korelasi paling tinggi dengan skor efisiensi yaitu Biaya Produksi (0.40) dan Turunan Bibit (0.41). UMK yang memiliki skor efisiensi % adalah UMK A, B dan D diikuti UMK D 87,60 %, dan UMK C 21,98%. Sedangkan pada UMK pengolahan, dua variabel input yang digunakan adalah Keuangan (0.26) dan Jam Kerja (0.37) serta Pendaptan (0.29) sebagai variabel output. Hasil dari Frontier Plot pada UMK pengolahan adalah UMK A dan B memiliki nilai efisiensi sebsar % dan UMK F memiliki nilai 57.36%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimulkan bahwa UMK Jamur Tiram di Kabupaten Bogor secara keseluruhan masih belum efisien. Penggunaan sumber daya belum dimanfaatkan secara tepat. Hal ini terlihat dari efisiensi yang berbeda antara UMK yang satu dengan yang lain. Efisiensi UMK Jamur Tiram masih perlu ditingkatkan, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas produksi dan harga jual jamur tiram maupun olahannya.

6 APPLICATION OF FRONTIER ANALYSIS METHOD IN MEASURING PERFORMANCE EFFICIENCY IN MICRO and SMALL ENTERPRISE (MSE) CASE STUDY IS MSE s OYSTER MUSHROOM IN BOGOR DISTRICT. Hartrisari and Yolanda Martha Hari Fianti Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia ABSTRACT Data Envelopment Analysis (DEA) was developed as a tool in measuring the level of performance or productivity of a group of organizations. Measurement were done to determine the possibilities of the use of resources that can be done to produce the optimal output. In the process of performance measurement will use the Frontier Analysis method. Output from the calculation result with Frontier Analysis method is the level of operational efficiency of MSE. Data used in this study are primary data, the results of direct interviews with manager of MSE s oyster mushroom. MSE s oyster mushroom which consists of five MSE s cultivation and three MSE S processing. Measurements process started by calculating the productivity of MSE, both based on the ratio of production bag log capacity and overall of MSE, then continued the calculation by Frontier Analysis. The Result of Frontier Analysis is the performance of efficiency value and potential improvement of each MSE. Potential improvement can be used as a basic to improve the MSE s performance. The result of this research shows performance efficiency of MSE s oyster mushroom in Bogor District needed to be improved by increasing the selling price and production capacity. Keywords: Measurement, efficiency, MSE, oyster mushroom, Frontier Analysis

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 5 Maret Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Hary Purwanto dan Erfina Anwar. Penulis mengawali pendidikan di TK Burung Pipit Pondok Gede pada tahun Pada tahun 1994 penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri 01 Pondok Gede, tahun di Sekolah Swasta 17 Agustus, dan melanjutkan pendidikan SDN Malaka Jaya 04 Jakarta Timur. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 139 Jakarta dan lulus pada tahun Setelah tamat dari SLTP, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 81 Jakarta dan lulus pada tahun Tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa program sarjana (S1) Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknologi Indistri (HIMALOGIN) sebagai staf Departemen Human Resource Development pada tahun Penulis juga aktif dalam unit kegiatan mahasiswa Gentra Kaheman sebagai pengajar tari Sunda. Penulis melaksanakan Praktek Lapang di PT Herlina Indah dengan judul Mempelajari Perencanaan Produksi dan Pengendalian Ketersediaan Bahan Baku. Tugas akhir penulis dilaksanakan pada tahun Responden penelitian adalah UKM jamur tiram yang berada di Kabupaten Bogor, dengan judul Penerapan Metode Frontier Analysis Dalam Mengukur Efisiensi Kinera Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus: UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor). Saat ini penulis telah bekerja di Permata Wedding Organizer and Catering Service sebagai marketing.

8 Hak cipta milik Yolanda Martha Hari Fianti, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagai atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan nikmat- Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Metode Frontier Analysis Dalam Mengukur Efisiensi Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus: UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor). Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA selaku dosen pembimbing akademik, yang banyak memberikan bimbingan berupa arahan dan saran dalam penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Sukardi, MM dan Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng selaku dosen penguji yang bersedia memberikan berbagai masukan yang sangat bermanfaat bagi perbaikan skripsi ini. 3. Pengelola UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor; Ibu Nita, Ibu Ade, Bapak Muhroji, Ibu Ira, Bapak Aidil, dan Bapak Ryan atas bimbingan dan kerjasamanya. 4. Ayahanda Hary Purwanto, Ibunda Erfina Anwar, serta kakak-kakakku; Reza Martin, Dwi Mariana, Juan Fariz, Novita Lidia. Kasih sayang serta dukungan mereka yang tidak terhingga untuk penulis. 5. Dosen-dosen Teknologi Industri Pertanian yang sudah memberikan pembekalan ilmu kepada penulis. 6. Rekan satu bimbingan, yakni Faiza Arifa dan Mahesa Agni PHP atas keersamaan, kerjasama dan bantuannya selama ini. 7. Kakak satu bimbingan, Kak Sigit Pranoto, Maulina Fitri, Wahyu Fitriyanto dan terutama Bimo Bayu Aji yang telah memberi semangat serta bimbingan kepada penulis. 8. Pak Mul, Bu Nina, Bu Yuli dan seluruh staff UPT dan Departemen TIN atas bantuan yang tidak terhingga kepada penulis. 9. Mitha, Resa, Rina, Gaby, Kristin, Selly, Randy, Irma, serta teman-teman TIN 43 yang selalu memberikan keceriaan dan kenangan manis kepada penulis. 10. Teman-teman TIN 41, TIN 42, TIN 44, teman-teman kost Perwira 50 dan Wisma Ami atas semangat, kebersamaan, dan keceriaan yang telah diberikan selama ini. 11. Arum Anggita, Liza Sri Sekarwati, Sarah Q.N.H, Wulan Nurdefaliana, Aulia K, Fitria T atas persahabatan yang indah. 12. Pihak-pihak yang turut membantu terlaksanannya penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa bahasan mengenai penjadwalan produksi memiliki ruang lingkup yang amat luas, dan bahwa skripsi ini hanya mencakup sebagian kecil dari bahasan tersebut. Walaupun demikian, penulis berharap adanya skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi diadakannya penelitian lainnya, dan memberi manfaat bagi pembacanya. Bogor, Januari 2011 Penulis i

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN RUANG LINGKUP... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA EFISIENSI KINERJA DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN FRONTIER ANALYSIS USAHA KECIL DAN MEENENGAH (UKM) JAMUR TIRAM PENELITIAN TERDAHULU... 5 III. METODOLOGI PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN INTERPRETASI DATA IV. KEADAAN UMUM UKM JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR UKM JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR KEADADAAN UMUM JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR UKM BUDI DAYA JAMUR TIRAM UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM V. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALAISIS EFISIENSI KINERJA UKM BUDI DAYA JAMUR TIRAM VARIABEL INPUT-OUTPUT UKM BUDI DAYA JAMUR TIRAM ANALISIS INDEKS KINERJA UKM BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS EFISIENSI KINERJA UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM VARIABEL INPUT-OUTPUT UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM ANALISIS INDEKS KINERJA UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR FRONTIER ANALYSIS VI. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian Gambar 2. Diagram proses budi daya jamur tiram Gambar 3. Diagram proses pembuatan kerupuk jamur tiram UKM A Gambar 4. Diagram proses pembuatan keripik jamur UKM B Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan keripik jamur UKM F Gambar 6. Diagram layang-layang variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram 28 Gambar 7. Diagram layang-layang variabel input-output UKM B budi daya jamur tiram 28 Gambar 8. Diagram layang-layang variabel input-output UKM C budi daya jamur tiram 29 Gambar 9. Diagram layang-layang variabel input-output UKM D budi daya jamur tiram 30 Gambar 10. Diagram layang-layang variabel input-output UKM E budi daya jamur tiram 30 Gambar 11. Diagram layang-layang variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di... Kabupaten Bogor Gambar 12. Diagram layang-layang variabel input-output UKM Budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Gambar 13. Diagram layang-layang variabel input-output UKM Budi daya jamur tiram berkapasitas < Gambar 14. Diagram layang-layang variabel input-output UKM A pengolahan jamur tiram Gambar 15. Diagram layang-layang variabel input-output UKM B pengolahan jamur tiram Gambar 16. Diagram layang-layang variabel input-output UKM F pengolahan jamur Tiram Gambar 17. Diagram layang-layang variabel input-output UKM F pengolahan jamur Tiram di Kabupaten Bogor Gambar 18. Kontribusi input/ouput UKM budi daya A Gambar 19. Kontribusi input/output UKM budi daya B Gambar 20. Kontribusi input/output UKM budi daya C Gambar 21. Potential improvement UKM budi daya C Gambar 22. Kontribusi input/output UKM budi daya D Gambar 23. Kontribusi input/output UKM budi daya E Gambar 24. Diagram Total Potential Improvements UKM Budi daya Gambar 25. Grafik Frontier Plot UKM Budi daya jamur tiram di Bogor Gambar 26. Kontribusi input ouput UKM Pengolahan Jamur Tiram A Gambar 27. Grafik Potential Improvements UKM Pengolahan Jamur Tiram A Gambar 28. Kontribusi input/output UKM Pengolahan B Gambar 29. Kontribusi input/ouput UKM Pengolahan F Gambar 30.Grafik Potential Improvement UKM Pengolahan F Gambar 31. Diagram Total Potential Improvements UKM Pengolahan Jamur Tiram di Bogor Gambar 32. Grafik Frontier Plot UKM pengolahan Jamur Tiram di Bogor iii

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar variabel input output UKM budi daya jamur tiram Tabel 2. Daftar variabel input output UKM pengolahan jamur tiram Tabel 3. Rumusan rasio produktivitas Tabel 4. Data variabel Money UKM budi daya jamur tiram Tabel 5. Data variabel Man UKM budi daya jamur tiram Tabel 6. Data variabel Machine UKM budi daya jamur tiram Tabel 7. Data variabel Material UKM budi daya jamur tiram Tabel 8. Data variabel Market UKM budi daya jamur tiram Tabel 9. Data variabel Method UKM budi daya jamur tiram Tabel 10. Data variabel Environment dan Management UKM budi daya Jamur Tiram.. 27 Tabel 11. Data produktivitas variabel input-output UKM bud daya jamur tiram di Kabupaten Bogor Tabel 12. Kapasitas produksi UKM budi daya jamur tiram Tabel 13. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Tabel 14. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas <50 bag log Tabel 15. Data variabel Money UKM pengolahan jamur tiram Tabel 16. Data variabel Man UKM pengolahan jamur tiram Tabel 17. Data variabel Machine UKM pengolahan jamur tiram Tabel 18. Data variabel Material UKM pengolahan jamur tiram Tabel 19. Data variabel Market UKM pengolahan jamur tiram Tabel 20. Data variabel Manajemen dan Lingkungan UKM pengolahan jamur tiram Tabel 21. Skor efisiensi UKM Budi daya jamur Tiram di Bogor Tabel 22. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi pada UKM budi daya jamur... tiram Tabel 23. Skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Bogor Tabel 24. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi pada UKM pengolahan jamur tiram iv

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuesioner UKM Budi daya Jamur Tiram Lampiran 2. Kuesioner UKM Pengolahan Jamur Tiram Lampiran 3. Efficiency Report UKM Budi daya Jamur Tiram Lampiran 4. Efficiency Report UKM Pengolahan Jamur Tiram Lampiran 5. Grafik Korelasi UKM Budi Daya Jamur Tiram Lampiran 6. Grafik Korelasi Pengolahan Jamur Tiram Lampiran 7. Proses pembuatan bag log Lampiran 8. Proses Pembuatan Keripik Jamur Tiram UKM B Lampiran 9. Proses Pembuatan Keripik Jamur UKM F v

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi merupakan suatu parameter dalam penilaian kinerja suatu industri. Tingkat efisiensi suatu industri menunjukkan gambaran optimalisasi kinerja suatu industri dalam rangka memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimiliki untuk menghasilkan produk dan jasa. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia mempunyai peran signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Perkembangan jumlah UKM periode mengalami peningkatan sebesar 2.88 persen yaitu dari unit pada tahun 2007 menjadi unit pada tahun 2008 (Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009). Dari data tersebut tercatat bahwa 51.51% dari UKM tersebut bergerak dalam bidang agroindustri. Menurut Austin dkk (1981) agroindustri merupakan kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Usaha jamur tiram merupakan salah satu contoh agroindustri yang relatif potensial di Kabupaten Bogor. Kondisi geografis yang meliputi kelembapan udara, tanah dan curah hujan Kabupaten Bogor mendukung kelangsungan usaha jamur tiram. Dari segi budi daya jamur tiram merupakan komoditas unggul, karena mudah dalam teknik budidayanya, bebas pestisida, serta memiliki kandungan gizi yang tinggi sebagai alternatif dari sumber protein non-hewani. Kapasitas produksi jamur tiram di Kabupaten Bogor masih berskala kecil. Jumlah UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor sebanyak 21 unit dengan total produksi sebesar kilogram per bulan (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bogor, 2003). Berdasarkan hasil survei didapatkan lima UKM budi daya dan tiga UKM pengolahan. UKM pengolahan terdiri dari dua UKM keripik jamur tiram dan satu UKM kerupuk jamur tiram. UKM budi daya memiliki kapasitas maksimum produksi sebanyak kilogram per bulan, sedangkan UKM pengolahan memiliki kapasitas maksimum 400 kilogram untuk produk keripik jamur dan 240 kilogram produk kerupuk jamur per bulan. Permasalahan yang dihadapi pelaku usaha atau UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor adalah ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran jamur tiram segar. Apabila suplai berlebih, maka harga jual akan turun. Pelaku usaha budi daya jamur tiram sering mengalami kerugian bila suplai berlebih. Penanganan pasca panen di tingkat UKM yang bersifat sederhana, tidak mampu membuat jamur tiram bertahan lama. Sifat jamur tiram yang mudah busuk dalam waktu 2-3 hari menyebabkan jamur tiram harus segera dijual meskipun dengan harga murah. Permasalahan yang lain dihadapi para pelaku usaha jamur tiram adalah pengolahan jamur tiram baru terbatas pada keripik jamur tiram. Namun demikian, potensi pengolahan jamur tiram patut dipertimbangkan mengingat nilai tambah yang diperoleh dari harga jual keripik jamur tiram. Harga keripik jamur tiram adalah Rp per kilogram dibandingkan dengan harga jamur tiram segar (Rp 7.000/kg). Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran tingkat kinerja dari sekelompok organisasi/industri. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui alternatif penggunaan sumberdaya dalam rangka menghasilkan output yang optimal. Dalam proses pengukuran kinerja industri dalam DEA digunakan metode Frontier Analysis yaitu

15 metode yang mampu mengukur efisiensi dengan memperhitungkan seluruh input dan output. (Abidin, 2007). Hasil dari perhitungan dengan metode Frontier Analysis adalah tingkat efisiensi dari industri relatif terhadap unit yang diperbandingkan. Pada penelitian ini metode Frontier Analysis akan digunakan dalam mengukur efisiensi kinerja UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor. Hasil yang diharapkan dari penerapan metode ini adalah tingkat efisiensi UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor. Berdasarkan tingkat efisiensi saat ini dapat direkomendasikan pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi dalam rangka peningkatan kinerja UKM. 1.2 Perumusan Masalah Karakteristik UKM di Indonesia adalah usaha perorangan dengan skala relatif kecil dan memiliki keterbatasan dari segi finansial dan pemenuhan permintaan pasar. Teknologi yang diterapkan biasanya masih sederhana bahkan tradisional. UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor masih menerapkan teknologi tradisional dalam pelaksanaan budi dayanya. Masalah yang sering dihadapi dalam usaha jamur tiram adalah kerugian yang diderita dari hasil penjualan dengan harga yang murah akibat produksi yang berlebih. Skala produksi UKM jamur tiram yang relatif kecil juga menjadi kendala dalam pengembangan produk olahan jamur tiram. Data Envelopment Analysis yang dilengkapi metode Frontier Analysis dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi dari suati industri. Berdasarkan hasil yang didapat maka direkomendasikan perbaikan yang perlu dilakukan oleh UKM tersebut. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur tingkat efisiensi dari kinerja UKM Jamur Tiram di Bogor dengan metode Frontier Analysis. 1.4 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini UKM jamur tiram yang diambil sebagai obyek penelitian adalah UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor yang terdaftar di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB dan hasil survei lapang. Faktor-faktor yang diidentifikasi mencakup man, money, machine, method, material, market, management dan environment (7M,1E). Setelah diidentifikasi, faktor tersebut diukur efisiensi untuk mengetahui kondisi dari UKM jamur tiram. 2

16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 EFISIENSI KINERJA Hasibuan (1993) memberikan pengertian efisiensi usaha sebagai menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, atau tidak ada sumber daya yang terbuang, serta berusaha menggunakan input seminim mungkin. Sumber daya diartikan oleh Warren dan Raymond (1994) sebagai input terhadap sistem atau merupakan elemen yang diproses, diubah, atau digunakan dan mempengaruhi lingkungan internal. Sumber daya yang dimaksud terdiri dari Man, Material, Money, Method, Management, Machine, Material dan Environment (7M1E). Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi serta legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Prawirosentono, 1999). Kinerja menurut Legowo (1996) memiliki elemen-elemen sebagai beirkut: 1. Efisiensi dalam produksi yaitu kemampuan berproduksi dengan efisien 2. Efisiensi dalam penyaluran yaitu kemampuan mendistribusikan hasil produksi dengan biaya rendah. 3. Dapat mengalokasikan sumber daya hingga harga yang dikenakan kepada konsumen rendah sesuai dengan biaya produksi termasuk keuntungan yang normal bagi produsen. 4. Kinerja berupa mutu, harga, dan jumlah (variasi produksi) yang sesuai dan bisa memuaskan konsumen. Comparative Performance Index (CPI) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja. CPI adalah indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif. CPI mentransformasi nilai dari variabel dengan jangkauan berbeda menjadi suatu indeks gabungan yang dapat dibandingkan (Marimin, 2002) 2.2 DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN FRONTIER ANALYSIS Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu metode pendekatan untuk mengevaluasi kinerja dari suatu set entitas yang disebut Unit Pembuat Keputusan (Decision- Making Unit) pada kelompok atau organisasi (Cooper,.dkk, 2004). Farrell (1957) menambahkan, DEA merupakan metode yang menggunakan estimasi fungsi frontier (batas). Setiap input yang digunakan dalam proses produksi mempunyai kapasitas maksimum dan optimal. Pengukuran efisiensi melalui pendekatan DEA meliputi penggunaan Linear Programming dalam menghitungkan efisiensi. Bougnol et al., (2001) menyatakan bahwa komponen utama yang perlu disiapkan untuk penggunaan Frontier Analysis adalah identifikasi dari daftar entitas dan pengklasifikasian sebagai input atau output. Identifikasi variabel input dan output yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja merupakan langkah terpenting. Hal ini dinyatakan oleh Purwantoro (2003), karena hasil evaluasi kinerja akan tergantung pada pilihan input dan output. Variabel yang digunakan dalam penelitian ditentukan berdasarkan kondisi yang ada pada objek penelitian 3

17 Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai % pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi % merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial dari masing-masing input (Hadad dkk, 2003). 2.3 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Usaha Kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang mandiri, dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha besar. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta, sedangkan usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 10 miliar. (Kementrian Koperasi dan UKM, 2009). Hubeis (1997) menyatakan bahwa UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: a. Kelebihan: 1. Organisasi internal sederhana terutama pada usaha kecil dan menengah (UKM), sedangkan pada usaha menengah cukup terstruktur 2. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya dan berpeluang untuk mengisi pasar ekspor dan mensubtitusi impor 3. Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit 4. Bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan 5. Mampu memperpendek rantai distribusi 6. Fleksibilitas dalam pengembangan usaha b. Kekurangan: 1. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial 2. Keterbatasan ketersediaan keuangan 3. Ketidak mampuan pemenuhan aspek pasar 4. Keterbatasan pengetahuan produksi, teknologi dan informasi 5. Tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai 6. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama 7. Sering tidak memenuhi standar 2.4 Jamur Tiram Jamur tiram putih atau Pleurotus ostreatus merupakan salah satu jenis jamur kayu yang banyak ditemukan pada media kayu yang sudah lapuk. Jamur tiram putih diklasifikasikan (Nunung dan Siregar, 2001) sebagai berikut: Super Kingdom : Eukayota Kingdom : Myceteae (Fungi) Divisio : Amastigomycotae Sub-Divisio : Basidiomycetae Kelas : Basidiomcetes Ordo : Agaricales Familia : Agaricaceae (Tricholomataceae) 4

18 Genus Spesies : Pleurotus : Pleurotus ostreatus Jamur tiram merupakan jamur konsumsi dan bernilai ekonomi tinggi. Kandungan protein jamur tiram rata-rata 3,5-4% dari berat basah. Jamur tiram memiliki jandungan protein sebesar 19-35% dari berat keringnya. Kandungan protein jamur tiram lebih besar dibandingkan dengan bahan makanan lainnya seperti beras 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%. Jamur tiram juga mengandung sembilan asam-asam amino esensial yang tidak bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin. Kandungan lemak jamur tiram setidaknya 72% dari total asam-asam lemaknya adalah asam lemak tidak jenuh sehingga tidak membahayakan untuk kesehatan. Jamur tiram juga mengandung sejumlah vitamin penting terutama kelompok vitamin B, vitamin C dan provitamin D yang akan diubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2009). 2.5 Penelitian Terdahulu Kushendarini (2003) melakukan penelitian yang berjudul analisa budi daya untuk peningkatan produksi jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis cara budi daya jamur tiram putih pada 20 kelompok tani yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Analisis yang dilakukan adalah mencari kombinasi bahan baku log yang terbaik, waktu panen dan analisis finansial. Hasil penelitian berupa infromasi menganai kandungan bahan baku yang terbaik, tahapan pembudidayaan, waktu panen dan analisis kelayakan usaha. Modal yang dibutuhkan untuk usaha budi daya dengan kapasitas log adalah sebesar pendapatan bersih yang diharapkan sebesar Rp /bulan. Soeharto (2003) melakukan penelitian yang berjudul prospek teknologi pengolahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreaetus) dalam peningkatan pendapatan petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari teknologi untuk mengolah jamur tiram agar memiliki nilai tambah. Pengolahan jamur tiram yang digunakan adalah mengolah jamur tiram menjadi keripik dengan mencari kombinasi bumbu yang terbaik. Analisa yang dilakukan berupa uji proksimat, organoleptik dan analisis kelayakan industri keripik jamur. Hasil dari penelitian adalah keripik jamur tiram putih berumur 13 hari merupakan produk yang paling disukai secara organoleptik. Hasil perhitungan analisis finansial, usaha keripik jamur memerlukan dana awal Rp , PPh 10-1=30%. NPV Rp , IRR 54.16%, Net B/C 1.64 dan PBP selama 5.62 bulan. Usaha keripik jamur layak dengan harga jual produk sebsar Rp per kg curah, pada kapasitas penuh (50 kg produk per hari) dan tingkat suku bunga 1.5% per bulan dan margin Rp atau 33.92% dari biaya produksi. Sudaryanto (2006) melakukan analisis efisiensi kinerja pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Data Envelopment Analysis (DEA) di Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang. Hasil penelitian menunjukan terdapat dua dari enam TPI yang belum efisien. Dua TPI yang belum mencapai efisien yaitu TPI Banyuwoto dan TPI Puncel. Perlu penggunaan input-output yang sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kinerja TPI yang belum mencapai efisien. Penggunaan input-input tersebut tidak terlepas dari adanya pihak-pihak yang terkait untuk melakukan pengurangan input maupun peningkatan output. Bayuaji (2008) melakukan penelitian terhadap industri tapioka skala kecil dengan melakukan pengukuran efisiensi kinerja dari industri tapioka yang ada di Bogor. Pengukuran dilakukan dengan mengidentifikasi variabel input dan output yang mempengaruhi proses 5

19 produksi kemudian dianalisis dengan Frontier Analysis. Hasilnya menunjukkan bahwa seluruh industri tapioka skala kecil belum memperhatikan aspek lingkungan ditunjukkan dengan variabel Environment yang rendah. Penggunaan mesin juga tidak merata antara industri yang satu dengan yang lain. Industri tapioka skala kecil di kota Bogor secara keseluruhan masih belum efisien. Hal ini terlihat dari efisiensi yang berbeda antara industri yang satu dengan yang lain dan masih ada industri yang belum efisien. Efisiensi industri tapioka skala kecil masih perlu ditingkatkan, salah satunya dengan pengunaan mesin untuk meningkatkan rendemen produk dan penambahan permodalan. 6

20 III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN UKM merupakan salah satu penyumbang dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Kontribusi yang dapat dilihat adalah dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatnya nilai ekspor. Hal ini berpengaruh baik terhadap produk domestik bruto (PDB) serta pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jamur tiram merupakan salah satu komoditi yang berpotensi untuk dibudidayakan dan diolah. Kabupaten Bogor memiliki beberapa UKM yang bergerak dibidang jamur tiram. Saat ini beberapa UKM tersebut memiliki kendala dalam pengelolaan usaha jamur tiram, yakni keseimbangan antara jumlah penawaran dan permintaan akan jamur tiram segar. Jumlah penawaran jamur tiram segar lebih banyak dibandingkan jumlah permintaan di pasar. Akibat dari ketidakseimbangan jumlah penawaran dan permintaan jamur tiram segar adalah, tidak stabilnya harga jual. Jamur tiram dijual dengan harga murah, sehingga petani jamur mengalami penurunan pendapatan bahkan mengalami kerugian. UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor pada umumnya masih dalam produksi skala kecil dan bersifat sederhana. Jumlah jamur tiram yang terbatas membuat pelaku UKM hanya mampu menjual jamur tiram segar saja. Pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor baru terbatas berupa keripik jamur. Hasil survei dan wawancara ke pelaku usaha pengolahan jamur tiram menyebutkan harga jual keripik jamur tiram dapat mencapai Rp /kg. Berdasarkan informasi tersebut, jamur tiram segar memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan seperti kripik maupun kerupuk jamur tiram. Permasalahan yang dihadapi UKM jamur tiram akan mempengaruhi produktivitas dan efisiensi dari kinerja UKM. Pengukuran efisiensi kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana produktivitas dan efisiensi kinerja UKM. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran dan menganalisis efisiensi kinerja dari UKM jamur tiram di Kabupaten Bogor. Penentuan variabel input dan output diperlukan sebagai indikator pengukuran dan efisiensi. Analisis akan dilakukan dengan metode Frontier Analysis. Frontier Analysis digunakan untuk memudahkan dalam pengolahan data serta pengukuran efisiensi. Hasil pengukuran diharapkan dapat menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi dari UKM, sehingga dapat dijadikan informasi bagi UKM untuk meningkatkan efisiensi kinerjanya. 3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan selama dua bulan dimulai bulan April 2010 sampai Juni Penelitian dilakukan di UKM Jamur Tiram Kabupaten Bogor yang terletak di Dramaga, Ciomas, Ciampea, Tanah Sereal dan Tajur Halang. 3.3 TAHAPAN PENELITIAN: Identifikasi Variabel Input dan Output Variabel input output yang akan digunakan adalah hasil modifikasi variabel dari penelitian terdahulu oleh Bayuaji (2008) dalam penelitiannya, yakni pengukuran efisiensi kinerja pada industri tapioka. Beberapa sub variabel input output diubah karena disesuaikan

21 dengan keadaan UKM yang dijadikan objek penelitian ini. Sub variabel yang diubah adalah jenis mesin serta biaya penyediaan bahan bakar yang digunakan pada variabel teknologi, dan penambahan variabel metode. Variabel metode terdiri dari dua sub variabel, yakni turunan bibit dan takaran bibit. Variabel input output yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Jumlah variabel yang diidentifikasi pada UKM pengolahan terdiri dari tujuh variabel, yakni keuangan (money), tenaga kerja (man), market, bahan baku (material), teknologi (machine), manajemen (management), dan environment. Variabel method tidak dimasukan dimasukkan ke dalam perhitungan karena produk olahan yang dihasilkan tidak sama, sehingga tidak bisa dibandingkan Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan bantuan penyebaran kuesioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2) dan wawancara. Data sekunder diperoleh dengan melakukan tinjauan pustaka. Responden dalam penelitian ini adalah UKM Budidaya dan Pengolahan Jamur Tiram skala kecil yang didapat dari hasil survey lapang. Data dikumpulkan dengan bantuan kuesioner yang diberikan kepada pengelola UKM. Untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner, juga dilakukan pengamatan dan wawancara Pengolahan Data : Teori Produktivitas Pada tingkat industri, produktivitas dihitung dengan rumus rasio yang berbeda-beda untuk masing-masing unit organisasi. Rasio produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Keuntungan menggunakan teori produktivitas adalah mudah dalam perhitungannya dan dapat diaplikasikan ke dalam berbagai jenis masalah. Hasil perhitungan menunjukkan secara langsung keadaan dari variabel yang ingin dikaji. Penelitian ini menggunakan model produktivitas sebagian (parsial) dan model Haberstar Produvtivity Wheel. Model produktivitas sebagian dijelakan oleh Umar (2009), yakni perbandingan output dengan satu masukan input. Model produktivitas sebagian digunakan untuk menghitung produktivitas variabel tenaga kerja dan modal. Soetisna (2009) mengatakan bahwa Haberstar Produvtivity Wheel Model (Model Roda Produktivitas Haberstar) biasa digunakan manajer perusahaan untuk meningkatkan proutivitas perusahaan. Pada penelitian ini Haberstar Produvtivity Wheel Model digunakan untuk menghitung produktivitas bahan baku, metode, penjualan, dan teknologi. Rumusan produktivitas yang digunakan dalam pengolahan data penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. 8

22 Tabel 1. Daftar Variabel Input Output UKM budi daya jamur tiram Variabel Definisi Satuan Keterangan Keuangan Asal modal Jumlah Modal Titik Impas Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga kerja Lama Jam Kerja Gaji Tenaga Kerja Pelatihan Tenaga Kerja Teknologi Penggunaan Mesin (alat) Teknologi Jenis Pemanas Biaya Investasi Mesin (alat) Biaya Bahan Bakar Mesin (alat) Bahan Baku Biaya produksi Dari mana modal UKM diperoleh Jumlah modal yang digunakan UKM Lama UKM mengalami impas Jumlah total tenaga kerja setiap UKM Lama jam kerja UKM dalam sehari Gaji tenaga kerja yang dibayarkan UKM setiap bulannya Adanya pelatihan terhadap tenaga kerja Adanya penggunaan mesin dalam proses produksi Alat pemanas yang digunakan untuk sterilisasi Besarnya investasi pengadaan mesin Biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin (alat) Biaya penyedia media bibit Jumlah produksi Jumlah bag log yang digunakan untuk budidaya dalam sebulan Asal Bibit Bibit didapat dari produksi sendiri atau beli Pemasaran dan Produk Umur panen Lamanya jamur untuk siap dipanen Jumlah Produksi Jumlah jamur tiram yang dipanen dalam sehari Harga Penjualan Harga penjualan jamur tiram dan produk olahan Ordinal 1. Sendiri ; 2. Keluarga; 3. Pinjaman Rupiah Tahun Orang Jam per hari Rupiah per hari Ordinal 1. Ya 2. Tidak ada Ordinal 1. Ya 2. Tidak Rupiah Rupiah per bulan Rp per Bag Log Log per bulan Hari Kg jamur segar per hari Rupiah per kg 1. Konvensional 2. Autoclaf 1. Buat sendiri 2. Beli 9

23 Lanjutan Tabel 1. Metode Turunan Bibit Turunan bibit yang digunkan; F2, F3, F4 2. F2 3. F3 4. F4 Takaran bibit Manajemen Perencanaan Produksi Takaran bibit yang diinokulasikan Adanya perencanaan produksi Pengendalian Kualitas Adanya pengendalian kualitas Environment (Lingkungan) Pengolahan Limbah Pengolahan limbah yang dilakukan dalam UKM budidaya Tanggapan Masyarakat Tanggapan masyarakat terhadap limbah UKM budidaya Spatula Ordinal 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal 1. Ada 2. Tidak ada Ordinal Ordinal 1. Sangat Baik 2. Cukup Baik 3. Baik 4. Kurang Baik 5. Buruk 1. Sangat Mengganggu; 2. Cukup Mengganggu; 3. Mengganggu; 4. Kurang Mengganggu; 5. Tidak Mengganggu Tabel 2. Daftar variabel input output UKM pengolahan jamur tiram Variabel Definisi Satuan Keterangan Keuangan Asal modal Dari mana modal UKM diperoleh Ordinal 1. Sendiri 2. Keluarga; 3. Pinjaman Jumlah Modal Titik Impas Ketenagakerjaan Jumlah Tenaga kerja Lama Jam Kerja Jumlah modal yang digunakan UKM Lama UKM mengalami impas Jumlah total tenaga kerja setiap UKM Lama jam kerja UKM dalam sehari Rupiah Tahun Orang Jam per hari 10

24 Lanjutan Tabel 2. Gaji Tenaga Kerja Teknologi Penggunaan Mesin Biaya Investasi Mesin (alat) Bahan Baku Gaji tenaga kerja yang dibayarkan UKM setiap bulannya Adanya penggunaan mesin dalam proses produksi Besarnya investasi pengadaan mesin Rupiah hari per Ordinal 1. Ya 2. Tidak Rupiah Biaya produksi Biaya pengolahan jamur Rp/kg Asal Bahan Baku Utama Sumber jamur tiram segar didapat 1. Budidaya sendiri 2. Beli Pemasaran dan Produk Jumlah Produksi Jumlah produk olahan yang diproduksi dalam satu bulan Harga Penjualan Harga penjualan produk olahan jamur Manajemen Perencanaan Adanya perencanaan Produksi produksi Pengendalian Adanya pengendalian Kualitas kualitas Environment Lingkungan) Pengolahan Limbah Pengolahan limbah yang dilakukan Tanggapan Tanggapan masyarakat Masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan UKM Kg/bulan Rp/kg Ordinal 3. Ada 4. Tidak ada Ordinal 3. Ada 4. Tidak ada Ordinal Ordinal 1. Sangat Baik 2. Cukup Baik 3. Baik 4. Kurang Baik 5. Buruk 1. Sangat Mengganggu; 2. Cukup Mengganggu; 3. Mengganggu; 4. Kurang Mengganggu; 5. Tidak Mengganggu 11

25 Tabel 3. Rumusan rasio produktivitas Variabel Sub Variabel Budi daya Pengolahan Keuangan Modal Tenaga Kerja Jam Kerja Jumlah Tenaga Kerja Gaji Bahan Baku Bag log Metode Bibit Penjualan Produk Teknologi Mesin (alat) Composite Performance Index (Marimin, 2002) Composite Performance Index (CPI) merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif (i) berdasarkan beberapa kriteria (j). Formula yang digunakan dalam teknik CPI : Aij = X ij (min) x / Xi j (min) A (i + 1.j) = (X (I + 1.j) )/ X ij (min) x Iij Ii = Keterangan: = A ij x P j A ij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke j X ij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A (i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria ke j X (i + 1.j) = nilai alternatif ke-i + 1 pada kriteria awal ke j P j = bobot kepentingan kriteria ke j I ij = indeks alternatif ke-i I i = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke i i = 1, 2, 3,, n j = 1, 2, 3,, m Pada penelitian ini, CPI digunakan untuk menormalisasikan nilai dari hasil perhitungan rasio produktivitas yang memiliki desimal dan satuan yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar nilai produktivitas setiap variabel dapat diperbandingkan. Nilai yang telah dinormalisasikan akan diinterpretasikan berupa diagram layang-layang. 12

26 Frontier Analysis Cooper., dkk (2000) membuat suatu formula yang dapat digunakan untuk menghitung nilai efisiensi kinerja, yakni: Epq = Maksimumkan untuk s r 1 m i 1 s r 1 m y i 1 v r i x io y v r i x ro rj ij 1 di mana j sebagai kondisi pencapaian optimal; r, v i 0 v i > 0 untuk i = 1,,m ; u r > o untuk r = 1,,s Keterangan: i r j = jumlah output pada UKM Jamur Tiram = jumlah input pada UKM Jamur Tiram = jumlah UKM Jamur Tiram yang dianalisis y ro = nilai output ke-i (i=1,..,m) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) x ro = nilai input ke-j (r=1,..,s) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) u r v r = bobot tertimbang bagi nilai output ke-i (i=1,..,m) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) = bobot tertimbang bagi nilai input ke-j (r=1,..,s) dari UKM Jamur Tiram ke-j (j=1,..,n) Epq =efisiensi relatif UKM Jamur Tiram ke-q (q=1,..,n) bila dievaluasi menggunakan bobotbobot yang diasosiasikan dengan UKM Jamur Tiram ke-p (p=1,..,n) Bobot yang diberikan sesuai dengan tingkat kepentingan dari variabel input outputnya. 3.4 INTERPRETASI DATA Interpretasi data yang akan dibuat ada dua, yakni diagram layang-layang hasil dari perhitungan rasio produktivitas dan hasil dari perhitungan Frontier Analysis. Perhitungan dilakukan dengan bantuan Banxia Frontier Analysis (BFA) software. Hasil dari BFA adalah nilai efisiensi kinerja atau score efficiency dari setiap UKM yang dijadikan sampel. BFA juga akan menghasilkan informasi potential improvement berupa grafik. Berdasarkan hasil BFA tersebut akan diinterpretasikan berupa penjelasan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi kinerja dan dapat digunakan sebagai acuan dalam peningkatan efisiensi kinerja UKM. 13

27 Mulai Identifikasi variabel input output (money, man, machine, market, method, management, material, dan environment) Wawancara Data Rasio Produktivitas Normalisasi (Comperative Performance Index) Pengukuran Efisiensi dengan Banxia Frontier Analyisis Nilai produktifitas dan efisiensi Interpretasi Data selesai Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian 14

28 IV. KEADAAN UMUM UKM JAMUR TIRAM DI BOGOR 4.1 Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor terletak di antara BT BT dan LS LS dengan jarak kurang lebih 60 km dari ibu kota. Kabupaten Bogor mempunyai luas wilayah Ha dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di dataran bagian selatan, yaitu sekitar 29.28% berada pada ketinggian 15- meter dpl, 8.43% berada pada ketinggian meter dpl dan 0.22% berada pada ketinggian meter dpl. Kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominai oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basait. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif tembus air, dimana kemampuan meresapkan air hujan tergolong besar (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). Kemiringan Kabupaten Bogor berkisar antara 0 15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15 30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%). (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). Ibukota Kabupaten Bogor adalah Cibinong. Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi di sebelah utara, Kabupaten Karawang di sebelah timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di sebelah selatan, serta Kabupaten Lebak di sebelah barat. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan,( pada Tabel 2) yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan (Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2009). 4.2 UKM Jamur Tiram di Kabupaten Bogor Keadaan umum UKM Jamur Tiram di Kabupaten Bogor UKM Jamur Tiram di Bogor, baik budi daya maupun pengolahan secara umum proses produksinya masih tergolong sederhana. Hal ini dikarenakan kemampuan produksi terbatas akibat kurangnya permodalan. Pada UKM budi daya, rata-rata pemiliknya memulai usaha dari coba-coba hinga akhirnya ke tahap lebih serius untuk menjalani usaha budi daya jamur. Modal yang digunakan kecil, dan mereka belum berani meminjam dana ke Bank untuk mengembangkan usaha budi daya jamur. Keuntungan yang diperoleh dijadikan modal lagi untuk meningkatkan kapasitas produksi. Masyarakat Bogor belum menjadikan jamur tiram sebagai bahan makanan yang favorit. Hanya kalangan masyarakat tertentu saja yang senang mengkonsumsi jamur tiram, sehingga mengakibatkan labilnya permintaan akan jamur tiram segar. Adanya petani budi daya jamur tiram berskala besar sering kali membuat harga jamur tiram jatuh di pasar tradisional sehingga berdampak buruk terhadap petani jamur tiram berskala menengah dan kecil. Karena hal inilah, sulitnya UKM jamur tiram berskala kecil untuk mengembangkan 15

29 usahanya. Pelaku usaha jamur tiram sebaikanya mempunyai pasar tersendiri agar dapat menjual jamur tiram segar dengan harga tinggi. Dikarenakan faktor-faktor yang telah disebutkan, maka ada beberapa petani yang menyadari bahwa menjual jamur tiram dalam bentuk segar tidak akan menghasilkan keuntungan yang besar. Supaya nilai tambah dari jamur tiram meningkatkan, beberapa petani berinisiatif mengolah jamur tiram segar menjadi makanan ringan yang bergizi, seperti keripik jamur dan kerupuk jamur tiram. Harga jual produk olahan bisa mencapai 10 kali dari harga jual jamur tiram segar UKM Budi Daya Jamur Tiram Jamur tiram putih sebagai produk yang dibudidayakan oleah petani dihasilkan dari log-log yang merupakan media pertumbuhan jamur. Bahan-bahan pembuat media tersebut antara lain serbuk kayu, dedak, kapur, gips dan pupuk. Volume produksi jamur tiram di beberapa UKM masih tergolong kecil. Skala kapasitas produksi yang dihasilkan masingmasing UKM budi daya jamur tiram bermacam-macam, dipengaruhi oleh besar modal awal yang diinvestasikan dalam usaha ini. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pelaku usaha budi daya jamur tiram menggunakan modal pribadi untuk memulai usaha. Modal awal ini digunakan untuk membangun rumah kumbung sebagai tempat produksi serta pemeliharaan jamur, membeli peralatan dan bahan baku produksi. Proses budi daya jamur mencakup pembibitan, pembuatan bag log, pemeliharaan dan pemanenan. Pembibitan merupakan proses pembuatan kultur murni yang akan dibiakan menjadi bibit jamur tiram. Pembuatan bag log terdiri dari pencampuran bahan baku bag log dengan nutrisi, pengomposan, pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, dan inkubasi. Pemeliharaan merupakan masa tumbuh dari jamur tiram. Pemanenan merupakan tahap terakhir dari budi daya, yakni pengambilan jamur tiram dewasa. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan bag log: 1. Persiapan Serbuk Kayu Kandungan serbuk kayu yang diperlukan sebagai media tumbuh jamur tiram adalah karbohidrat, serat dan lignin, namun ada serbuk kayu juga memiliki zat yang tidak dibutuhkan dalam proses pertumbuhan miselium. Zat ini adalah getah dan zat ekstraktif (zat pengawt alami yang terdapat pada kayu). Pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media penanaman jamur tiram putih perlu memperhatikan kebersihan dan kekeringan. Selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. 2. Pengayakan Pengayakan dilakukan untuk menghindari benda-benda asing yang tidak dibutuhkan dalam proses pembuatan log dan memisahkan potongan kayu dengan serbuk kayu dari proses penggergajian. Apabila potongan kayu ikut serta dalam bag log, akan mengakibatkan menghambat pertumbuhan miselium dan sobeknya bag log. 3. Pengomposan Serbuk kayu yang akan dikomposkan, terlebih dahulu dicampurka dengan dedak dan bekatul. Pengomposan dilakukan dengan menutup serbuk kayu yang telah dengan plastik atau terpal untuk mengurangi kadar ksigen dalam campuran tersebut. Tujuan dari pengomposan adalah menguraikan senyawa-senyawa yang terdapat di dalam media tanam agar lebih sederhana. Proses ini membutuhkan waktu selama 1-2 hari. Kompos yang baik adalah apabila kompos teresebut mudah dikepal menjadi gumpalan dan mudah juga untuk dihancurkan kembali. 16

30 4. Pencampuran Tujuan dari pencampuran bahan media tanam adalah menyediakan sumber hara atau nutrisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram hingga siap panen. Formulasi media tanam dicampur secara manual dengan tenaga kerja. Pencampuran harus dilakukan dengan merata agar nutrisi yang diinginkan homogen dan tidak menggumpal. Jika media tanam menggumpal dapat menghambat pertumbuhan bibit jamur yang ditanam. 5. Pembungkusan Setelah bahan-bahan telah dicampur dan diaduk hingga merata, bahan media tanam dimasukkan ke dalam kantong plastik polipropilen (PP) berkapasitas 1 kilogram., lalu dipadatkan agar bibit dapat ditanam secara merata. Pemadatan dilakukan sampai media mencapai ketinggian sekitar 20 cm. Media kurang padat akan menyebabkan panen tidak optimal, karena media tanam menjadi cepat busuk sebelum berakhirnya panen, sehingga produktifitas menurun. Setelah media dipadatkan, ujung atas plastik dipasang cincin yang terbuat dari bambu kemudian disumbat dengan kapas dan ditutup lagi dengan kertas koran bekas. 6. Sterilisasi bag log Sterilisasi dilakukan untuk membunuh mikroba, khususnya jamur-jamur liar ataupun mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan jamur utama yang ditanam. Caranya dengan memberikan steam (penguapan atau pengukusan) selama 6-8 jam. Sterilisasi dapat dilakukan dengan alat konvensional dan alat sterilisasi modern. Sterilisasi dengan alat konvensional biasanya menggunakan drum dan berbahan bakar gas. Sedangkan alat sterilisasi modern yang digunakan pada salah satu responden dalam penelitian ini adalah autoclaf. 7. Pendinginan Sebelum diinokulasikan dengan bibit jamur, bag log didinginkan terlebih dahulu hingga suhu mencapai C. Suhu bag log yang lebih dari 40 C akan mengakibatkan bibit jamur diinoklasikan tidak akan tumbuh. 8. Inokulasi Inokulasi adalah proses memasukan bibit jamur ke dalam bag log. Proses ini harus dilakukan dengan cara aseptis. Inokulasi dilakukan setelah bag log dingin dan dilakukan di ruangan yang telah disterilkan. Selain ruangan, alat-alat yang digunakan untuk inokulasi juga disterilkan dengan menggunakan alkohol dan bunsen. Setiap UKM memiliki jumlah takaran bibit yang berbeda-beda dalam proses inokulasi. 9. Inkubasi Inkubasi atau proses menumbuhkan miselium jamur dilakukan dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi bersuhu C dengan kelembaban 90-%. Suhu ruangan harus tetap terjaga agar pertumbuhan miselium optimum. Bag log diletakkan dengan posisi berdiri. Masa inkubasi bag log adalah 40 hari, atau hingga bag log dipenuhi oleh miselium. 10. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Pemeliharaan dimaksudkan agar keadaan bag log tetap terjaga, sehingga pertumbuhan jamur optimum. Pemeliharaan dilakukan di kumbung. Kegiatan pemeliharaan mencakup menjaga suhu dan kelembapan kumbung, menyeleksi bag log yang telah rusak, dan menjaga kebersihan kumbung. Agar suhu dan kelembapan 17

31 kumbung tetap stabil, biasanya dilakukan pengkabutan secara berkala, tergantung keadaan cuaca. 11. Pemanenan Proses pemananen dilakukan setelah badan buah jamur dan tudungnya mencapai ukuran optimal (diameter 5-10cm). Pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegran jamur tiram putih dan mempermudah pemasarannya. Pemanenan dilakukan secara manual menggunakan tangan atau menggunakan pisau tajam. Jamur diambil hingga akar agar tidak ada bagian yang tertinggal yang dapat menyebabkan pembusukan bag log. 18

32 Serbuk kayu Penjemuran sampai bau berkurang dan warna serbuk menjadi pucat Pengayakan Kapur dan dedak Pengomposan (10 hari) - TSP - Gipsum - Urea - CaCO 3 - Tepung jagung Pencampuran bahan Kantong plastik 24x29 cm Pembungkusan - Cincin bambu - Sumbat Pemadatan berbentuk tabung silinder Sterilisasi (pengukusan) C Pendinginan Inokulasi Inkubasi ± 30 hari Suhu optimum 28 C Kelembapan optimum 80% Pertumbuhan dan pemeliharaan pemanenan Jamur tiram segar Gambar 2. Diagram proses budi daya jamur tiram 19

33 UKM Pengolahan Jamur Tiram 1. Kerupuk Jamur UKM A UKM A terletak di Kabupaten Ciomas. UKM A mengolah jamur tiram segar menjadi kerupuk jamur tiram. Jamur tiram yang digunakan sebagai bahan baku utama berasal dari budi daya sendiri. Modal yang dibutuhkan dalam membangun usaha kerupuk jamur tiram sebesar Rp ,-. Proses pembuatan kerupuk jamur tiram lebih panjang dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Berikut adalah diagram alir proses pembuatan keripik jamur tiram UKM A: Jamur tiram segar Pencucian Perebusan - Tepung tapioka - Telur - Gula - Garam Penggiligan Pemberian Bumbu Pembungkusan Pengukusan Pendinginan Pengirisan Penjemuran Penggorengan Kerupuk jamur tiram Gambar 3. Diagram proses pembuatan kerupuk jamur tiram UKM A 2. Keripik Jamur UKM B Lokasi UKM B berada di Kabupaten Tajur. UKM B tidak hanya bergerak dibidang budi daya saja, namun juga pengolahan jamur tiram berupa keripik jamur 20

34 tiram (snack). Jamur tiram yang dihasilkan dari budi daya sendiri dijadikan bahan baku utama dalam bisnis keripik jamur. Modal yang dibutuhkan dalam membangun usaha pengolahan jamur tiram tergolong kecil, yakni lima juta rupiah. Meskipun modal yang digunakan untuk mendirikian usaha pengolahan jamur tiram, UKM B mampu balik modal dalam waktu satu bulan. Berikut ini adalah diagram alir proses pembuatan keripik jamur tiram UKM B. Jamur tiram segar yang telah dibuang tangkainya Pengecilan ukuran Pencucian Penirisan Perebusan (±3 menit) Pendinginan - Tepung beras - Tepung terigu - tapioka Pencampuran ke dalam bumbu dan tepung - Garam - Penyedap - Telur Penggorengan Keripik jamur tiram Gambar 4. Diagram proses pembuatan keripik jamur UKM B 3. Keripik Jamur UKM F UKM F mengolah jamur tiram menjadi keripik jamur tiram. Bedanya dengan UKM B, bahan baku utama yakni jamur tiram dibeli dari pembudi daya jamur tiram. Selain itu yang menjadi pembeda adalah ukuran jamur yang lebih besar, rasa, proses pemasakan, serta ukuran keripik jamur. Proses pemasakan lebih sederhana dan bumbu yang digunakan tidak beragam jika dibandingkan dengan UKM B. UKM F mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan warga yang berada di sekitar lokasi UKM. Produksi tidak dilakukan setiap hari, melainkan seminggu sekali atau tergantung pemesanan. Peralatan yang digunakan untuk 21

35 memproduksi keripik jamur sudah tergolong bagus. UKM F telah menggunakan spinner untuk menjaga kualitas keripik agar tidak mudah bau akibat dari kandungan minyak yang berlebih. Selain itu, untuk mendukung beroperasinya mesin spinner, UKM F menggunakan genset berbahan bakar bensin. Jamur tiram segar yang tela dibuang tangkainya Pencucian Penirisan Pendinginan - Tepung terigu - Penyedap Pencampuran ke dalam bumbu dan tepung Penggorengan Keripik jamur tiram Gambar 5. Diagram alir proses pembuatan keripik jamur UKM F 22

36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Efisiensi KinerjaUKM Budi daya Jamur Tiram Variabel Input-Output Budi daya Jamur Tiram Variabel input-output ditentukan berdasarkan pada sumber daya industri. Ilmu manajemen menyebut sumber daya ini dengan sebutan 7M1E, yakni Man, Money, Machine, Methode, Market, Material dan Environment. Pada penelitian ini, variabel Man, Money, Machine, Methode, Management, Material dan Environment dijadikan sebagai variabel input, sedangkan variabel market dijadikan sebagai variabel output. Tabel. 4. Data variabel Money UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PBP (tahun) A Sendiri ,5 B Sendiri belum C Sendiri D Sendiri E Sendiri Variabel Money menunjukkan jumlah uang yang digunakan UKM untuk mendirikan usaha dan lamanya waktu yang dicapai UKM untuk balik modal (Pay Back Perode). Berdasarkan Tabel 3 diketahui modal terbesar dimiliki UKM D dan modal terkecil dimiliki UKM B. UKM B belum mencapai balik modal, hal ini dikarenakan UKM B menjual jamur tiram segar pada tahun pertama sejak berdirinya UKM. Setelah satu tahun kemudian, UKM B membuka usaha pengolahan jamur tiram berupa keripik jamur yang bahan bakunya berasal dari hasil budi daya sendiri Harga jamur tiram diberi harga yang sama dengan biaya produksinya sehingga tidak ada keuntungan lebih yang dihasilkan dari budi daya jamur tiram. Jumlah modal telah dihitung dengan Net Present Value agar dapat dibandingkan. Pay Back Period (PBP) menginformasikan waktu yang diperlukan oleh industri untuk mengembalikan jumlah investasinya. Tabel 5. Data variabel Man UKM budi daya jamur tiram UKM Jumlah Tenaga Kerja Jam Kerja (jam/hari) Gaji/bulan/orang (Rp) Pelatihan/pendidikan khusus A Tidak B Ya C Tidak D Tidak E Tidak Varibel Man menunjukkan penggunaan sumber daya manusia. Variabel ini meliputi jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari, gaji yang dibayarkan setiap bulan serta keterangan 23

37 mengenai pemberian pelatihan khusus kepada pekerja. Sub varibel pemberian pelatihan khusus hanya ada pada UKM budi daya. Hal ini dikarenakan dibutuhkannya teknik khusus untuk budi daya yang akan mempengaruhi hasil kerja dari pekerja. Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa setiap UKM memiliki jumlah tenaga kerja yang berbeda-beda. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan disesuaikan dengan keadaan UKM. Kedaan UKM dapat berupa kapasitas produksi dan jenis alat ataupun mesin yang digunakan. UKM D memiliki jumlah pekerja terbanyak, yakni 15 orang. Jumlah ini sesuai dengan kapasitas produksinya. UKM D memiliki kapasitas terbesar jika dibandingkan dengan UKM lainnya, yakni menghasilkan bag log setiap bulan dan 50 kg jamur tiram segar setiap hari. UKM A memiliki 10 tenaga kerja dengan kapasitas produksi bag log dan 20 kilogram jamur tiram segar per harinya, kemudian diikuti oleh UKM E, C dan B. UKM C dan E memiliki waktu jam kerja terlama, sedangkan UKM B memiliki waktu terendah. Hal ini dapat dikarenakan pemilik UKM B memberi pelatihan kepada pekerja, sehingga mempengaruhi kecepatan dalam bekerja. Nilai yang akan dicari dari produktivitas variabel ini adalah kemampuan untuk menghasilkan bag log setiap orangnya dengan memepertimbangkan upah, dan jumlah tenaga kerja. Tabel 6. Data variabel Machine UKM budi daya jamur tiram UKM Pengguna an mesin Investasi mesin (Rp) Investasi alat (Rp) A Tidak (@70.000, 6 buah) Jenis Mesin/peralatan Konvensional (drum) B Tidak ( 1 buah) Konvensional (drum) C Tidak (@80.000, 2 buah) Konvensional (drum) Kapasitas alat D Iya Autoclaf 0 E Tidak (@90.000, 3 buah) Konvensional (drum) Variabel Machine menunjukan jumlah investasi alat dan mesin yang digunakan UKM dalam proses produksi. Secara umum, UKM budi daya jamur tiram masih bersifat tradisonal dalam memproduksi bag log. Dari lima responden, hanya satu UKM yang memakai mesin, yakni UKM D. Jenis mesin yang digunakan adalah autoclave, yakni mesin untuk mensterilisasi bag log sebelum diinkubasi. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Alat sterilisasi yang digunakan UKM A, B, C dan E adalah bersifat konvensional, yakni menggunakan drum sebagai sterilisator. Bahan bakar yang digunakan drum untuk mensterilisasi adalah tabung gasberkapasitas 3 kg. Autoclave mampu mensterilisasi sebanyak bag log, sedangkan drum mampu menampung sebanyak 150 bag log. Variabel Material menunjukkan berapa jumlah biaya produksi untuk membuat bag log, jumlah bag log yang dibuat dalam satu bulan, serta asal bibit yang digunakan. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa biaya produksi tertinggi terdapat pada UKM E (Rp 1.300), dan biaya produksi terendah dimiliki oleh UKM D (Rp 700). Apabila biaya diproduksi dibandingkan berdasarkan tiga subvariabel di atas, maka dapat dianalisis bahwa besarnya biaya produksi tidak dipengaruhi kapasitas produksi. Hal ini dapat diketahui dari perbandingkan UKM C dengan UKM E. UKM C memiliki kapasitas 8000 bag log per bulan dengan biaya produksi Rp 900 per bag log, sedangkan UKM E berkapasitas bag log 24

38 perbulan memiliki biaya produksi Rp per bag log. UKM D yang memiliki kapasitas terbesar memiliki biaya produksi terendah. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi. Tabel 7 Data variabel Material UKM budi daya jamur tiram UKM Biaya produksi/bag log (Rp) Jumlah bag log/bulan Bibit A Buat Sendiri B Beli C Buat Sendiri D Buat sendiri E Beli Berdasarkan hasil wawancara, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya produksi adalah asal bibit, jenis bahan pengisi bag log yang digunakan, takaran bibit yang diinokulasikan dan letak lokasi UKM. Asal bibit berpengaruh besar terhadap biaya produksi dikarenakan jika bibit dibuat sendiri dapat menekan biaya produksi. Harga jual bibit sekitar Rp Rp per botol, sedangkan biaya produksi bibit Rp per botol. Biaya produksi dipengaruhi juga oleh bahan pengisi bag log. Bahan pengisi bag log yang dimasudkan adalah media tanam dan kandungan nutrisi yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan jamur tiram pada bag log. Setiap UKM memiliki susunan bahan pengisi yang berbeda dalam membuat nutrisi media tanam jamur tiram. Secara umum media yang digunakan sama, yakni serbuk kayu, namun jenis dan jumlah nutrisi yang dicampurkan berbeda. Semakin bagus nutrisi yang digunakan, maka harga dari pembuatan bag log juga akan mahal. Faktor lain yang mempengaruhi besarnya biaya produksi pengadaan bag log adalah takaran bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log. Bibit bag log dikembangbiakkan di dalam botol kaca. Satu botol bibit dapat digunakan sebanyak spatula. Spatula merupakan alat penakar yang digunakan untuk mengambil bibit di dalam botol. Semakin banyak jumlah takaran yang diinokulasikan ke dalam bag log maka semakin cepat habis bibit yang ada di dalam botol, dan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bibit. Faktor terakhir yang mempengaruhi biaya produksi adalah lokasi UKM. Lokasi UKM yang strategis akan membantu dalam penekanan biaya produksi. Lokasi yang dimaksudkan adalah dekat dengan pasar, dekat dengan penyedia bahan baku serta fasilitas transportasi yang mendukung. Tabel 8. Data variabel Market UKM budi daya jamur tiram UKM Sub Variabel 1 Sub Variabel 2 Sub Variabel 3 Sub Variabel 4 Sub Variabel 5 Sub Variabel 6 A B C D E Keterangan: Sub variabel 1 Sub variabel 2 : Jumlah produksi jamur tiram segar kg/hari : Harga jual jamur tiram segar (Rp/kg) 25

39 Sub variabel 3 Sub variabel 4 Sub variabel 5 Sub variabel 6 : Harga jual bag log (Rp/bag log) : Jumlah bag log yang dijual setiap bulan : Jumlah bibit yang dproduksi dan dijual setiap bulan : Harga bibit (Rp/botol) Tabel 8 menujukkan data dari variabel Market yang terdiri dari empat sub variabel, yakni jumlah produksi jamur tiram segar setiap harinya, harga jual per kilogram, jumlah bag log yang dijual, jumlah bag log yang dijual, jumlah bibit yang diproduksi dan dijual serta harga bibit. Jumlah panen per bag log adalah kemampuan panen bag log dalam satu siklus masa hidup, yakni selama empat bulan. Kemampuan panen setiap UKM berbeda-beda. Kemampuan panen dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang ada di dalam bag log dan perawatan jamur tiram selama masa pemeliharaan. Sub variabel jumlah produksi dipengaruhi oleh jumlah bag log yang diproduksi. Nilai harga jual jamur tiram UKM A, B, C, dan D tidak jauh berbeda, sedangkan UKM E memiliki harga jual tertinggi. UKM A, B, C, dan D menjual jamur sesuai dengan harga pasar tradisonal. Harga di pasar tradisional ditentukan oleh pengepul jamur tiram dengan mempertimbangkan banyaknya jamur yang masuk ke dalam pasar. UKM C dan D menjual jamur tiram segar di pasar tradisional melalui perantara pengepul. UKM A dan UKM B tidak menjual jamurnya ke pihak lain, melainkan digunakan sebagai bahan baku utama untuk membuat produk olahan jamur tiram. UKM E menjual jamur tiram segar di Supermarket Yogya, ke restoran-restoran dan ke relasi pemilik UKM E sehingga harga jual tinggi. UKM A, D, dan E memiliki sumber penghasilan tidak hanya dari hasil penjualan jamur tiram segar saja, tetapi juga dari hasil penjualan bag log yang siap dibudidayakan. Tabel 9. Data variabel Method UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Sterilisasi Turunan Bibit Takaran Bibit (spatula) Kemampuan panen bag log A Ya F2 4 6 B Ya F1 2 5 C Ya F2 4 5 D Ya F1 3 6 E Ya F2 5 5 Variabel Method terdiri dari tiga sub variabel, yakni proses sterilisasi, jenis turunan bibit yang diinokulasikan ke dalam bag log, dan banyaknya bibit yang digunakan. Penggunaan jenis turunan bibit mempengaruhi hasil panen dan biaya produksi. Apabila menggunakan turunan bibit F1, maka umur hidup bag log lebih lama, produktivitas bag log tinggi, jamur tiram yang dihasilkan lebih besar dan tebal. Bibit F1 merupakan kultur murni sehingga mampu menghasilkan jamur tiram yang berkualitas. Penggunaan jenis turunan bibit juga mempengaruhi biaya produksi. Pada umumnya harga bibit F1 lebih mahal. Semakin panjang turunan bibit yang digunakan, harga bibit semakin murah. Jumlah takaran bibit yang masukkan ke dalam bag log juga mempengaruhi ketahan miselium untuk berkembang dalam bag log dan jamur tiram yang dihasilkan. Semakin banyak takaran yang digunakan, maka semakin cepat pertumbuhan miselium. Pada Tabel 10. menujukkan data variabel Environment dan Management UKM budi daya. Variabel Environment atau limbah terdiri dari tiga sub variabel, yakni ada atau tidaknya limbah yang dihasilkan oleh UKM budi daya, cara pengolahan limbah, dan tanggapan 26

40 masyarakat mengenai cara pengolahan limbah. Dari lima responden, semuanya menghasilkan limbah, namun UKM E memiliki cara pengolahan limbah yang buruk. UKM E membuang limbah ke sungai di dekat lokasi, sehingga limbah berupa kantung plastik bag log akan menghambat aliran sungai. Variabel Management terdiri dari dua sub variabel, yakni perencanaan produksi dan pengendalian kualitas. Tabel 10. Data variabel Environment dan Management UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Hasil Limbah Enviroment Cara Pengolahan Tanggapan masyarakat Management Perencanaan A Ada Sangat baik Tidak mengganggu `Ya Ya B Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya C Ada Sangat baik Tidak mengganggu Ya Ya D Ada Sangat Baik Tidak mengganggu Ya Ya E Ada Kurang baik Kurang menggangu Ya Ya QC Analisis Indeks Kinerja UKM Budi daya Jamur Tiram Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode Composite Performance Index (CPI) dari lima responden UKM budi daya. Metode CPI akan menghasilkan nilai masing-masing variabel yang berada dalam jangkauan yang sama. Jangkauan nilai yang digunakan pada penelitian ini adalah 0-. Jangkauan nilai dikategorikan menjadi tiga, yakni kecil (0-39.9), sedang ( ) dan besar (75.0-,0). Pembagian kelas dilakukan untuk menganalisis kinerja secara lebih detail. Gambar 6 adalah diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa dari delapan variabel, UKM A budi daya memiliki jangkauan besar pada variabel Keuangan (), Tenaga Kerja (79), Manajemen () dan Lingkungan (). Bahan Baku (56), Metode (60) dan Market (66) memiliki jangkauan sedang ( ). Produktivitas variabel Teknologi memiliki nilai terkecil yakni (30.36). UKM A menggunakan drum sebagai sterilisator dan gas elpiji 3 kg sebagai bahan bakar. UKM A memiliki enam buah drum yang berkapasitas 150 bag log, namun pengguanaannya tidak digunakan secara maksimum. UKM A mengisi 123 bag log. Bahan bakar gas memberikan kontribusi besarnya biaya penyediaan bahan bakar, sehingga terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan alat dan pemborosan energi bahan bakar. Biaya produksi bag log UKM A tergolong besar, yakni Rp Hal ini mengakibatkan variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang. Pendapatan terbesar UKM A didapat dari penjualan bag log, karena hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama dalam memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk. Harga jual jamur tiram dijual dengan harga rendah untuk menekan biaya produksi usaha krupuk jamur tiram sehingga keuntungan dari usaha budi daya rendah. Hal tersebut mengakibatkan variabel Keuangan dan Market berada pada jangkauan rendah. Variabel Tenaga Kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan upah yang tenaga kerja besar, yakni Rp per orang. Tenaga kerja UKM A mampu menghasilkan bag log per orang dalam satu bulan. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang dikarenakan bag log mampu panen sebanyak enam kali dengan menggunakan 4 takaran bibit yang diinokulasikan. 27

41 TEKNOLOGI LINGKUNGAN 30,36 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 66 MARKET 60 METODE Gambar 6. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A budi daya jamur tiram Gambar 7 di bawah ini menunjukkan diagram layang produktivitas variabel inputoutput UKM B. Terdapat lima variabel yang berada dalam jangkauan besar ( ), yakni Keuangan (86), Lingkungan (), Manajemen (), Market (97) dan Metode (). Variabel Bahan Baku (49) dan Tenaga Kerja (55) berada di jangkauan sedang. Satu-satunya variabel yang berada di jangkauan kecil ada variabel Teknologi (25.3). Gambar 7 menunjukkan bahwa variabel Keuangan UKM B belum mencapai maksimal. Hal ini dikarenakan harga jual jamur tiram segar yang belum mampu menutup modal yang digunakan untuk mendirikan usaha budi daya jamur tiram. UKM B telah berdiri selama 1,5 tahun, namun belum mengalami balik modal akibat dari harga jual yang tidak stabil di pasar tradisional. Kerugian dialami UKM B pada tahun pertama. Pelaku usaha UKM B membuat pengolahan jamur tiram sebagai solusi untuk mengatasi kerugian. Jamur tiram segar diolah menjadi keripik (snack). Panen yang dihasilkan setiap harinya digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan keripik jamur, sehingga harga jamur tiram segar menjadi stabil, yakni Rp per kilogram. Harga jual jamur tiram segar dijadikan biaya produksi pada usaha keripik jamur. TEKNOLOGI LINGKUNGAN KEUANGAN 86 25, TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 97 MARKET METODE Gambar 7. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B budi daya jamur tiram Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan sedang ( ) karena upah tenaga kerja rendah, yakni Rp per tenaga kerja.variabel Bahan Baku memiliki jangkauan 28

42 sedang, karena biaya produksi untuk penyediaan satu bag log besar, yakni Rp dan kemampuan bag log untuk panen adalah sebanyak lima kali dalam satu siklus masa hidupnya. Variabel Metode berada dalam jangkauan tinggi disebabkan penggunaan jenis bibit F1, yakni turunan pertama dari bibit murni. UKM B memasukkan bibit sebanyak dua takaran bibit pada bag log agar mampu panen sebanyak lima kali. Variabel Teknologi memiliki jangkauan rendah, karenaukm B tidak memanfaatkan penggunaan alat secara maksimum dalam mensterilisasi bag log. UKM B memiliki dua drum untuk mensterilisasi yang berkapasitas 150 bag log. Dalam proses sterilisasi bag log, UKM B hanya memanfaatkan satu drum dengan 96 bag log. Secara UMUM UKM B dapat dikatakan memiliki produktivitas yang tinggi karena memiliki lima dari delapan variabel yang berada di jangkauan besar. TEKNOLOGI LINGKUNGAN MANAJEMEN KEUANGAN 30, MARKET 50 TENAGA KERJA 65 BAHAN BAKU METODE Gambar 8. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM C budi daya jamur tiram UKM C (Gambar 8) merupakan UKM memiliki produktivitas terendah. UKM C memiliki jangkauan besar hanya pada variabel Lingkungan () dan Manajemen (). Variabel lainnya seperti Bahan Baku dan Metode berada dalam jangkauan sedang yang bernilai berturut-turut 65 dan 50. Jangkauan kecil dimiliki oleh variabel Teknologi (20), Keuangan (16), dan Market (24). Sumber pendapatan UKM C berasal dari penjualan jamur tiram segar. Harga jualnya Rp per kilogram dengan jumlah panen sebesar 15 kilogram setiap harinya. Pendapatan ini masih belum cukup untuk menutupi biaya produksi dan oprasional UKM C. Pengaturan penggunaan sumber daya juga masih buruk, sehingga mengakibatkan beberapa variabel berada dalam jangkauan sedang dan rendah. Gambar 9 memberikan informasi mengenai UKM D. UKM D memiliki jangkauan besar hampir diseluruh variabel input-output, kecuali variabel Keuangan. Penggunaan sumber daya yang dimiliki sudah dipergunakan dengan baik. Sumber pendapatan UKM D adalah hasil dari penjualan jamur tiram, bag log, dan bibit. Hasil penjualan tersebut belum memiliki keuntungan yang besar sehingga tingkat produktivitas keuangannya masih berada di jangkauan sedang. Modal dengan jumlah yang besar digunakan untuk membangun UKM D sehingga membuat variabel Keuangan berada pada jangkauan sedang. Bibit yang diinokulasikan pada bag log adalah buatan sendiri sehingga biaya produksi rendah. UKM D juga menggunakan autoclave yang berkapasitas 0 bag log, sehingga lebih menghemat waktu, bahan bakar serta tenaga kerja dalam memproduksi bag log. 29

43 TEKNOLOGI,0 LINGKUNGAN KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU MANAJEMEN 80 METODE MARKET Gambar 9. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM D budi daya jamur tiram UKM E memiliki tiga variabel yang berada di jangkauan besar, empat variabel berada di jangkuan sedang dan dua berada di jangkauan rendah. Produktivitas UKM E dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan diagram layang-layang dapat diketahui varibael Manajemen (), Market (81), dan Tenaga Kerja (81) berada dalam jangkauan besar. Variabel Lingkungan (60), Keuangan (64), Bahan baku (45) dan Metode (40) berada dalam jangkauan sedang, sedangkan variabel Teknologi (20) berada pada jangkauan kecil. Variabel Tenaga Kerja memiliki jangkauan besar karena pekerja UKM E memiliki produktivitas yang tinggi, yakni mampu menghasilkan bag log per orang dalam waktu satu bulan. Sumber pendapatan UKM E berasal dari penjualan jamur tiram segar dan bag log. UKM menjual jamur tiram dengan harga tinggi, yakni Rp per kilogram dan harga jual bag log Rp UKM E tidak menjual jamur tiram ke pasar tradisional, melainkan menjual ke supermarket dan restoran. Variabel Bahan Baku berada pada jangkauan sedang dikarenakan UKM E memiliki biaya produksi besar, namun bag log hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. Variabel Metode berada pada jangkauan sedang karena UKM E menggunakan jumlah takaran bibit yang banyak, namun hanya mampu panen sebanyak lima kali dalam satu siklus hidup bag log. UKM E memiliki jangkauan sedang pada Variabel Lingkungan. Hal ini dikarenakan UKM tidak mengolah limbahnya dengan baik. Bag log yang telah rusak, dibuang ke sungai tanpa memisahkan plastik dengan isi bag log. Berdasarkan uraian di atas, maka produktivitas UKM E masih rendah. TEKNOLOGI LINGKUNGAN 60 30,2 KEUANGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU 40 MANAJEMEN METODE MARKET 81 Gambar 10. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM E budi daya jamur tiram 30

44 Setelah melakukan perbandingan kinerja masing-masing UKM budi daya, analisis selanjutanya adalah melakukan perbandingan kinerja secara agregat. Perbandingan kinerja ini dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar tersebut menunjukkan kondisi dari produktivitas UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor. TEKNOLOGI LINGKUNGAN KEUANGAN,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TENAGA KERJA BAHAN BAKU A B C D MANAJEMEN METODE E MARKET Gambar 11. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor Variabel UKM budi daya jamur tiram memiliki nilai produktivitas yang bervariasi. Berikut ini data secara keseluruhan produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor yang diasjikan ke dalam Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 diketahui produktivitas variabel yang terbaik adalah UKM D, karena memiliki tujuh dari delapan variabel yang berada dalam jangkauan besar. Artinya, UKM D telah berusaha untuk memanfaatkan sumber daya dengan tepat. UKM yang memiliki nilai produktifitas terendah adalah UKM C. Tabel 11. Data produktivitas variabel input-ouput UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor Parameter UKM A UKM B UKM C UKM D UKM E Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Metode (Methode) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Produktivitas variabel Bahan Baku (Material) didapat dari hasil bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan biaya produksi per bag log. UKM D () memiliki nilai produktivitas variabel Bahan Baku yang sempurna, sedangkan nilai produktivitas yang terkecil dimiliki oleh UKM E (45). Produktivitas variabel Metode (Method) didapat dari hasil 31

45 bagi antara jumlah kemampuan panen bag log dengan banyaknya takaran bibit yang dimasukkan ke dalam bag log. UKM B () memiliki nilai tertinggi sedangkan UKM E (40) memiliki nilai produktivitas variabel Metode terendah. Produktivitas variabel Market didapat dari hasil bagi antara total pendapatan UKM dengan biaya produksi. UKM D () memiliki nilai terbesar, kemudian diikuti oleh UKM B (97), E (81), A (66) dan terkecil adalah UKM C. UKM budi daya jamur tiram masih memiliki peluang dalam pengembangan usaha melihat dari variabel Market yang berada dalam rentang nilai yang tinggi dan sedang. Produktivitas variabel Teknologi (Machine) menunjukan keefisienan dalam pengguanan bahan bakar untuk mengoperasikan mesin ataupun alat. Nilai produktivitas variabel Teknologi dihasilkan dari perhitungan bagi antara biaya produksi dibagi dengan jumlah bag log yag dibuat. Dari lima responden, hanya UKM D () yang menggunakan mesin untuk mensterilisasi bag log, sedangkan UKM yang lainnya menggunakan alat konevensional, yakni drum sebagai alat sterilisasi bag log. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa hanya UKM D yang berada di jangkauan besar, sedangkan responden lainnya berada di jangkauan rendah. Hal ini dikarenakan biaya oprasional yang dibutuhkan untuk mensterilisasikan dengan mengunakan drum lebih mahal jika dibandingkan dengan menggunakan autoclave. Bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan drum adalah gas elpiji 3kg. Harga gas elpiji 3kg adalah Rp per tabung. Kapasitas maksimum drum adalah 150 bag log. Bahan bakar untuk mengoperasikan autoclave adalah kayu bakar. Biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan kayu bakar setiap sterilisasi adalah sebesar Rp dengan jumlah produksi 900 bag log. Nilai variabel Manajemen dan Lingkungan didapat dengan melakukan penilaian secara ordinal berdasarkan jawaban kuesioner. Perbandingan Kinerja Berdasarkan Kapasitas Produksi Tabel 12. Kapasitas produksi UKM budi daya jamur tiram Nama UKM Kapasitas Rasio Jenis A B < 50 C < 50 D E < 50 UKM budi daya jamur tiram di Bogor memiliki kapasitas produksi berbeda-beda. Pada penelitian ini, kapasitas produksi dibagi berdasarkan rasio kapasitas produksi bag log yakni lebih besar sama dengan 50 bag log, dan kurang dari 50 bag log. Pembagian menjadi dua berdasarkan dari hasil perhitungan rasio dengan menggunakan Composite Performance Index (CPI). Perbandingan kinerja dengan memperhitungangkan produktivitas berdasarkan kapasitas UKM dilakukan untuk melihat pengaruh kapasitas produksi UKM terhadap kinerja UKM. Perbandingan kinerja UKM berkapasitas 50 bag log dapat dilihat pada Gambar 12 UKM berkapasitas 50 bag log memiliki jangkauan besar (75-) pada variabel manajemen, lingkungan dan tenaga kerja. Berdasarkan diagram layang-layang juga diketahui bahwa UKM D lebih baik dibandingkan dengan UKM A. Hal ini dapat dilihat dari jauhnya selisih nilai variabel teknologi, bahan baku, metode, dan market. UKM A hanya memiliki jangkauan tinggi pada variabel keuangan (), tenaga kerja (79), manajemen () dan lingkungan (). 32

46 KEUANGAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN TENAGA KERJA BAHAN BAKU A D MANAJEMEN METODE MARKET Gambar 12. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Nilai produktivitas variabel Bahan Baku UKM D besar, dikarenakan biaya produksinya rendah. Biaya produksinya sebesar Rp 700/bag log dan mampu panen sebanyak enam kali selama satu siklus hidup bag log. UKM A memiliki biaya produksi lebih mahal, yakni Rp 1.250/bag log yang mampu menghasilkan jamur tiram juga sebanyak enam kali. UKM D dapat memanfaatkan jumlah takaran bibit yang digunakan untuk menghasilkan kemampuan panen bag log secara maksimum. UKM A dan UKM D memiliki kemampuan panen yang sama yakni enam kali dalam satu siklus hidup bag log, namun UKM D menggunakan jumlah takaran bibit lebih sedikit daripada UKM A. UKM D membutuhkan tiga takaran bibit, sedangkan UKM A sebanyak empat takaran bibit. Nilai variabel Market UKM A lebih rendah karena jumlah panen jamur tiram yang dijual lebih sedikit dibandingkan dengan UKM D. Harga jual jamur tiram segar UKM A juga lebih rendah. Hal ini dikarenakan hasil panen jamur tiram digunakan sebagai bahan baku utama untuk pembuatan kerupuk jamur, sehingga pemilik UKM A menggunakan harga rendah supaya biaya produksi pembuatan kerupuk jamur menjadi rendah. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas 50 bag log Parameter UKM A UKM D Keuangan (Money) 64 Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) 56 Metode (Methode) Market 66 Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Produktivitas kinerja UKM berkapasitas < 50 bag log ditunjukkan pada Gambar 13. Jangkauan nilai variabel input output pada UKM berkapasitas < 50 tidak merata. Hanya 33

47 variabel Manajemen saja yang berada di jangkauan besar ( ), sedangkan variabel lainya memiliki nilai yang beragam. Variabel Keuangan UKM berkapasitas < 50 bag log memiliki perbedaan nilai, UKM B (86) memiliki nilai produktivitas lebih besar dibandingkan dengan UKM C (25) dan E (56). Variabel Tenaga Kerja UKM berkapasitas <50 bag log berada dalam jangkauan kecil ( ) pada UKM C (18), jangkauan sedang pada UKM B (55) dan jangkauan besar pada UKM E (81). Variabel Bahan Baku UKM berkapasitas < 50 bag log berada di jangkauan kecil, kecuali pada UKM C (65). KEUANGAN TEKNOLOGI TENAGA KERJA LINGKUNGAN BAHAN BAKU B C E MANAJEMEN METODE MARKET Gambar 13. Diagram layang-layang variabel input- output UKM berkapasitas < 50 budi daya jamur tiram Variabel Metode UKM C (50) dan E (40) berkapasitas <50 bag log memiliki jangkauan sedang, sedangkan UKM B berada pada kisaran jangakauan besar. Produktivitas variabel Market berada di jangkauan besar kecuali pada UKM C (24). Semua UKM budi daya Jamur Tiram berkapasitas < 50 memiliki niali yang berada di jangkauan kecil. Variabel Manajemen dan Lingkungan UKM berkapasitas <50 bag log memiliki nilai jangkauan yang besar, kecuali pada UKM E memiliki Lingkungan yang sedang ( ). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa UKM B adalah UKM yang memiliki produktivitas terbaik dibandingkan UKM C dan E. Perbandingan nilai produktivitas variabel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 14. Produktivitas variabel input-output UKM budi daya jamur tiram berkapasitas < 50 bag log Parameter UKM B UKM C UKM E Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Metode (Methode) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) 60 Teknologi (Machine)

48 5.2 Analisis Efisiensi Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram Variabel Input-Output Pengolahan Variabel input-output yang digunakan dalam mengukur kinerja UKM Pengolahan adalah money, man, material, management, market, machine dan environment. Variabel Method tidak dipergunakan karena produk yang dihasilkan responden tidak sama, sehingga proses produksinya pun berbeda. Tabel 15 menunjukkan variabel Money pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM A memproduksi olahan jamur tiram berupa kerupuk jamur, UKM B dan UKM F memproduksi berupa keripik jamur. Dari ketiga UKM pengolahan, UKM B yang memiliki modal terendah dan telah mengalami balik modal dalam waktu cepat (Pay Back Period), yakni 1/4 tahun atau sekitar 3 bulan. UKM A dan F belum mengalami balik modal. UKM A belum mengalami balik modal dikarenakan sistem pembayarannya. Pembayaran dilakukan pada saat kerupuk jamur telah laku terjual di toko-toko, sehingga perputaran uang pada UKM A tidak lancar. UKM F belum mengalami balik modal dikarenakan jumlah modal yang tergolong besar yakni pembangunan tempat usaha dan pembelian mesin spinner. Tabel 15. Data variabel Money UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Asal Modal Jumlah (Rp) PEB (tahun) A Sendiri Belum B Sendiri /4 F Sendiri dan Keluarga Belum Tabel 16. Data variabel Man UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Jumlah Tenaga Kerja Jam kerja/hari (Jam) Gaji per bulan (Rp) A B F Tabel 16 menunjukan data varibel Man pada UKM pengolahan jamur tiram. UKM B memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak, yakni enam orang. UKM B dapat memberdayakan enam orang dengan upah yang lebih rendah dibandingkan UKM lainnya. Pada umumnya tenaga kerja dari ketiga UKM adalah tetangga atau warga sekitar lokasi UKM berada. Tabel 17. Data variabel Machine UKM pengolahan jamur tiram Nama UKM Penggunaan Mesin Investasi Mesin (Rp) Keterangan A Tidak 0 B Tidak 0 F Ya spinner - siller Pada proses pengolahan ketiga UKM terdapat proses pengeringan produk dari minyak goreng. Proses pengeringan dilakaukan secara tradisional, yakni menggunakan saringan yang terbuat dari kayu. Proses pengeringan membutuhkan waktu 10 menit/kg jamur olahan. UKM F menggunakan spinner untuk mempercepat proses pengeringan atau pengurangan kadar 35

49 minyak dari keripik jamur. Spinner yang digunakan adalah spinner yang berkapasitas 3kg. Penggunaan spinner dapat menghemat waktu pengeringan dan kadar minyak rendah. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan adalah dua menit per kilogram. Kadar minyak yang rendah akan menghasilkan makanan yang mutunya terjaga, karena makanan lebih renyah, umur simpan makanan menjadi lebih lama, dan higienis. Selain spinner, alat yang digunakan dalam proses pengolahan jamur tiram adalah siller. Siller digunakan dalam proses pengemasan keripik jamur. Tujuan dari penggunaan siller adalah menghasilkan produk dengan kemasan yang rapih dan menghemat waktu dalam proses pengemasan. Proses pengemasan pada UKM A dan B masih bersifat tradisional, yakni menggunakan lilin sebagai perekat kemasan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengemasan dengan cara tradisional adalah 3-5 menit/kg produk olahan dan 1.5 menit/kg dengan penggunaan siller. Tabel 18. Data variabel Material UKM pengolahan jamur tiram UKM Biaya produksi (Rp/ kg jamur basah) Asal bahan baku A Lahan sendiri (Rp. 6000) B Lahan sendiri (Rp. 7500) F Beli (Rp. 8000/kg jamur basah) Tabel di atas menunjukkan varibel Material pada UKM pengolahan jamur tiram. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa asal bahan baku tidak mempengaruhi biaya produksi. Faktor yang memberikan pengaruh besar adalah upah tenaga kerja dan bahan baku sekunder, seperti bumbu-bumbu dan bahan kemasan. UKM A memiliki harga bahan baku utama termurah, namun bahan baku tambahan lebih banyak digunakan dan proses pembuatannya berbeda dengan UKM B dan F. Biaya produksi UKM B lebih rendah jika dibandingkan dengan UKM F, walaupun dari jumlah jenis bahan baku yang digunakan UKM B lebih banyak daripada UKM F. Hal ini dikarenakan UKM F memiliki biaya tambahan pada pengendalian mutu produk. UKM F menggunakan spinner dalam proses pengeringan untuk mengurangi kadar minyak, dan memperbaiki rasa serta menjaga umur simpan keripik jamur. UKM F membutuhkan listrik tambahan untuk mengoperasikan mesin spinner, dikarenakan listrik yang tidak memadai. UKM F menyediakan genset berbahan bakar bensin sebagai penyedia tenaga listrik. Tabel 19. Data variabel Market UKM pengolahan jamur tiram UKM Jumlah produksi (kg/bulan) Jumlah penjualan (kg/bulan) Harga (Rp/kg) Iklan A Tidak B Ya F Tidak Tabel 19 menujukkan data variabel Market yang terdiri dari subvariabel jumlah produksi, jumlah penjualan, harga jual, dan iklan. UKM B memiliki jumlah penjualan terbesar dan melakukan promosi melalui media cetak dan radio. UKM A memiliki harga jual terendah, sedangkan UKM B dan F yang sama-sama memproduksi keripik jamur memiliki harga jual Rp Pada Tabel 20 menunjukkan data variabel Manajemen dan Lingkungan. UKM pengolahan jamur tiram pada umumnya memiliki manajemen dalam 36

50 perencanaan produksi dan pengendalian kualitas. UKM pengolahan juga sudah menerapkan pengolahan limbah secara baik. Tabel 20. Data variabel Manajemen dan Lingkungan UKM pengolahan jamur tiram UKM Manajemen Perencanaan Produksi Lingkungan QC Limbah Cara Pengolahan A Ya Ya Ya Baik Baik B Ya Ya Ya Baik Baik F Ya Ya Ya Baik Baik Tanggapan Masyarakat Analisis Indeks Kinerja UKM Pengolahan Jamur Tiram Analisis indeks kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja masing-masing UKM pengolahan secara detail berdasarkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki (variabel input-output). Analisis dilakukan berdasarkan perhitungan rasio produktivitas dan metode CPI dari tiga responden UKM pengolahan. Jangkauan nilai yang digunakan sama dengan analisis kinerja pada UKM budi daya. Gambar 15 menujukkan keadaan dari UKM pengolahan A. Grafik menunjukkan UKM A memiliki produktivitas yang rendah, hal ini dapat dilihat dari jangkauan variabel. Variabel Keuangan (38), Tenaga Kerja (24), dan Market (38) berada pada jangkauan kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena rasio antara pendapatan terhadap biaya modal kecil. Variabel Tenaga Kerja juga berada dalam jangkauan rendah karena UKM A memiliki produktivitas jam kerja, upah dan kapasitas tenaga kerja yang rendah. UKM A memiliki produktivitas harga jual dan keuntungan yang rendah, sehingga mengakibatkan variabel Market berada pada jangkauan rendah. Jangkauan besar terdapat pada variabel Material, Lingkungan dan Manajemen, yakni bernilai. MATERIAL TEKNOLOGI 52 KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 14. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM A pengolahan jamur tiram UKM B (Gambar 15) merupakan UKM yang keadaan kinerjanya paling baik jika dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel Keuangan, Market, Material, Manajemen, dan Lingkungan berada dalam jangkauan besar. Variabel Tenaga Kerja berada di jangkauan sedang dikarenakan upah yang diberikan masih tergolong rendah. UKM B hanya membutuhkan modal kecil untuk membangun usaha keripik jamur namun memiliki 37

51 pendapatan tinggi tiap bulannya. UKM B memiliki kemampuan untuk balik modal dengan cepat. UKM ini memiliki pasar tetap untuk menjual keripik jamur, sehingga pendapatannya bersifat konstan. Selain itu, faktor yang membuat Market UKM B tinggi adalah pemilik UKM B telah mengiklankan produknya melalui siaran radio dan media cetak. 86 MATERIAL KEUANGAN TENAGA KERJA 20 TEKNOLOGI 42 0 MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 15. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM B pengolahan jamur tiram MATERIAL 75 TEKNOLOGI KEUANGAN TENAGA KERJA MARKET LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 16. Diagram layang-layang produktivitas variabel input-output UKM F pengolahan jamur tiram Gambar 16 menunjukkan kondisi dari UKM F. Variabel Lingkungan dan Manajemen berada pada jangkauan besar. Variabel tenaga kerja (71) dan market (57) berada pada jangkauan sedang, dan variabel keuangan (57) berada pada jangkauan rendah. Variabel keuangan berada dijangkauan rendah karena modal yang digunakan besar, karena UKM F membeli spinner untuk menjaga kualitas produk. Besarnya modal tidak diikuti oleh pendapatan yang besar, hal ini dikarenakan kapasitas produksi UKM F kecil juka dibandingkan dengan UKM pengolahan lainnya. Variabel tenaga kerja berada pada jangkauan sedang dikarenakan produktivitas tenaga kerja belum optimal. UKM F memeiliki jangkauan besar pada variabel teknologi (), manajemen (), lingkungan () dan material (75). 38

52 GRAFIK LAYANG-LAYANG VARIABEL INPUT -OUTPUT UKM PENGOLAHAN JAMUR TIRAM MATERIAL KEUANGAN TENAGA KERJA A B TEKNOLOGI MARKET F LINGKUNGAN MANAJEMEN Gambar 17. Diagram layang-layang variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor Gambar 17 menunjukkan kondisi dari produktivitas variabel input-output UKM Pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor. Secara keseluruhan, UKM pengolahan belum memiliki produktivitas yang baik. Belum meratanya penggunaan sumber daya mengakibatkan produktivitas masih rendah. Penggunaan teknologi khusus (mesin) dirasa belum dibutuhkan dalam UKM pengolahan, karena tidak mempengaruhi peningkatan kapasitas produksi Tabel 21. Produktivitas variabel input-output UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor Parameter UKM A UKM B UKM F Keuangan (Money) Tenaga Kerja (Man) Bahan Baku (Material) Market Manajemen (Management) Lingkungan (Environment) Teknologi (Machine) Frontier Analysis Frontier Analysis digunakan untuk menganalisis efiisiensi dari UKM Jamur Tiram. Variabel input output dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kinerja UKM Jamur Tiram. Besarnya skor efisiensi dan peningkatan efisiensi akan diperoleh pada akhir analisis. Program yang digunakan adalah Banxia Frontier Analysis. Proses analisis diawali dengan penentuan input dan output serta penentuan model perhitungan. Analisis dilakukan dengan penerapan model perhitungan maximizing output. Model perhitungan ini dilakukan dalam rangka menghitung nilai efisiensi dengan memaksimalkan output berdasarkan input yang diberikan. 39

53 Ouput yang dihasilkan berupa nilai skor efisiensi, input/ouput contribution dan grafik potensial improvement untuk UKM yang belum efisien. Frontier Analysis UKM Budi Daya Jamur Tiram Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa dari lima UKM budi daya jamur tiram, hanya satu UKM yang nilai efisiensinya belum mencapai %, yaitu UKM C dengan nilai efisiensi 25.21%. UKM yang memiliki efisiensi % merupakan UKM yang dinilai paling optimal dalam pemanfaatan sumberdayanya. UKM C diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output sesuai dengan potential improvement-nya. Tabel 22. Skor efisiensi UKM budi daya jamur tiram di Kabupaten Bogor UKM Skor Efisiensi (%) A B C D E Grafik kontribusi variabel input output merupakan grafik yang memberikan informasi mengenai pengaruh penggunaan variabel input output yang digunakan terhadap efisiensi kinerja. Grafik berwarna hijau menunjukkan besarnya kontribusi variabel input, sedangkan grafik yang berwarna biru menunjukkan besarnya kontribusi variabel output. Penjumlahan dari nilai kontribusi disetiap variabel akan menghasilkan nilai %. Pada proeses perhitungan efisiensi dengan menggunakan Frontier Analysis, data yang digunakan adalah sub variabel. Tujuan dari penggunaan sub variabel sebagai data inputan adalah untuk mendapatkan hasil analisis penggunaan sumber daya yang lebih spesifik, sehingga memberikan informasi yang lebih detail apakah sumber daya telah digunakan sudah tepat atau belum. Gambar 18. Kontribusi input/ouput UKM budi daya A Gambar 18 menunjukkan grafik kontribusi variabel input-ouput UKM budi daya A. Jumlah penjualan (%) yang didapat UKM A dipengaruhi oleh variabel manajemen (73%) 40

54 dan jumlah tenaga kerja (27%). Gambar 19 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM budi daya B. Nilai efisiensi UKM budi daya B dipengaruhi oleh variabel jumlah takaran (4%), jumlah tenaga kerja (13%), gaji tenaga kerja (34%), dan keuangan (50%) untuk mendapatkan jumlah penjualan (%). Gambar 19. Kontribusi input/output UKM budi daya B Gambar 20 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM C. Nilai efisiensi UKM C dipengaruhi oleh turunan bibit (5%), jumlah bag log (44%), biaya produksi (51%), untuk mendapatkan nilai variabel jumlah penjualan (%). Frontier Analysis menyediakan informasi bagi unit yang belum mencapai % (UKM C) yakni mengenai variabel yang dapat ditingkatkan agar mencapai efisiensi kinerja % berupa grafik Potential Improvement. Berdasarkan Gambar 21 dapat diketahui bahwa untuk meningktakan efisiensi kinerja menjadi %, UKM C perlu meningkatkan Penjualan sebesar 296% dengan cara meningkatkan harga jual jamur tiram. Penurunan variabel manajemen (29%), limbah (33%), jumlah takaran bibit yang digunakan (51%), teknologi (39%), jam kerja (39%), jumlah tenaga kerja (32%), gaji tenaga kerja (65%), keuangan/modal (11%) menunjukkan bahwa penggunaan kedua variabel tidak diperlukan seperti saat ini untuk mencapai target output. Gambar 20. Kontribusi input/output UKM budi daya C 41

55 Gambar 21. Potential improvement UKM budi daya C Gambar 22 menujukkan grafik kontribusi variabel input output UKM D. Nilai efisiensi UKM D dipengaruhi oleh turunan bibit (2%), Jumlah bag log (48%), biaya produksi (49%) untuk mendapatkan jumlah penjualan %. Gambar 23 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM E. Nilai efisiensi UKM E dipengaruhi oleh turunan bibit (3%), jumlah bag log (36%), biaya produksi (61%) untuk mendapatkan jumlah penjualan %. Gambar 22. Kontribusi input/output UKM budi daya D Gambar 23. Kontribusi input/output UKM budi daya E 42

56 Gambar 24 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang perlu dilakukan oleh UKM. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa UKM budi daya jamur tiram di Bogor dapat meningkatkan pendapatannya sebesar 49.47% dengan menaikkan harga jual, dan mencari tempat pemasaran yang baru. Sementara efisiensi dapat dilakukan untuk variabel keuangan/modal, gaji tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, jam kerja, takaran bibit, limbah dan manajemen. Gambar 24. Diagram total potential improvements UKM budi daya Efficiency Frontier Budi Daya Jamur Tiram Efficiency frontier merupakan analisis secara grafis yang menggambarkan posisi kedekatan (peer position) satu UKM dengan UKM lainnya. Efficency frontier hanya dapat dilakukan dengan 2 input dan 1 output untuk model perhitungan maximaizing ouput. Analisis efisiensi kinerja untuk UKM jamur tiram terdiri dari sepuluh input dan satu output, hal ini akan mengakibatkan persamaan menjadi multidimensi dan tidak dapat ditampilkan dengan grafik. Oleh karena itu, untuk melakukan frontier plot perlu melakukan eliminasi terhadap 8 variabel input. Eliminasi dilakukan berdasarkan korelasi antara variabel. Variabel yang memiliki korelasi paling tinggi adalah biaya produksi (0,40) dan jumlah bag log (0,31). Pada Gambar 25 ditunjukkan posisi masing-masing UKM dalam garis frontier. Garis frontier adalah garis batas yang menghubungkan UKM yang memiliki efisiensi %. Analsisi efisiensi dengan 2 input menghasilkan skor yang berbeda. UKM yang memiliki efisiensi % adalah UKM B dan D. Semakin jauh UKM dari garis frontier maka efisiensi UKM semakin kecil. Garis biru merupakan garis referensi efisiensi. Tabel 22 menunjukkan potensial peningkatan input output dari UKM yang belum efisien. UKM A, C, dan E dapat meningkatkan efisiensi dengan memaksimalkan jumlah penjualan, yakni meningkatkan harga jual, mencari pasar baru untuk menjual jamur segar dengan harga tinggi. 43

57 Gambar 25. Grafik Frontier Plot UKM Budi daya jamur tiram di Bogor Tabel 22. Daftar potensial peningkatan analisis efisiensi UKM budi daya jamur tiram UKM Jumlah Bag log Biaya Produksi Penjualan Skor Efisiensi (%) A C E Analisis dengan rasio produktivitas dan frontier anlaysis harus dilakukan secara bersamaan. Frontier analysis menghasilkan input output contribution dan potential improvements untuk peningkatan efisiensi. Efisiensi yang dihasilkan oleh frontier analysis merupakan efisien relatif dimana UKM yang efisien dapat memperoleh skor %. Rasio produktivitas digunakan untuk mengetahui apakah UKM yang memiliki efisiensi relatif % masih memerlukan peningkatan kinerja atau tidak. Frontier Analysis UKM Pengolahan Jamur Tiram Tabel 23 menunjukkan skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Bogor. Dari tiga reponden, hanya UKM B yang memiliki nilai efisiensi %. UKM A dan F diharapkan dapat meningkatkan efisiensinya dengan melakukan peningkatan pada variabel input output sesuai dengan potential improvement-nya. Tabel 23. Skor efisiensi UKM pengolahan jamur tiram di Kabupaten Bogor UKM Skor Efisiensi (%) A B.00 F

58 Gambar 26. Kontribusi input ouput UKM pengolahan jamur tiram A Berdasarkan Gambar 26 diketahui bahwa dari tujuh data yang dimasukkan, variabel yang berpengaruh terhadap nilai efisineis kinerja UKM A adalah lingkungan (12%), manajemen (12%), teknologi (25%), bahan baku (28%), tenaga kerja (5%), keuangan/modal (18%) dan market/hasil penjualan (%). Perbaikan yang dapat dilakukan UKM A untuk meningkatkan efisiensi menjadi % dapat dilihat pada Gambar 26. Diagaram potential improvement menujukkan UKM A sebaiknya meningkatkan variabel tenaga kerja sebanyak 107%, keuangan 104%, dan market/hasil penjulan sebesar 104% dengan meningkatkan kapasitas produksi. Gambar 27. Diagram potential improvement UKM pengolahan A Gambar 28 menunjukkan grafik kontribusi variabel input output UKM pengolahan B. Nilai efisiensi UKM pengolahan B dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (25%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (28%) dan market (%). Nilai efisensi UKM F dipengaruhi oleh lingkungan (10%), manajemen (10), teknologi (35%), bahan baku (20%), tenaga kerja (6%), keuangan (18%) dan market (%). 45

59 Gambar 28. Kontribusi input/output UKM pengolahan B Gambar 29. Kontribusi input/ouput UKM pengolahan F Efisiensi UKM pengolahan F belum mencapai %. Nilai efisiensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan varabel lingkungan sebesar 4% dengan melaksanakan pengolahan limbah dan peningkatan dukungan pemerintah. Variabel manajemen sebesar 4% dengan melakukan perencanaan produksi yang lebih baik, bahan baku 19% dengan mencari jamur tiram segar yang harganya lebih murah, serta keuangan (modal) sebesar 83% untuk meningkatkan kapasitas produksi. Gambar 30. Potential Improvement UKM pengolahan jamur tiram F 46

60 Gambar 31 menujukkan grafik Total Potential Improvements. Total Potential Improvements menggambarkan peningkatan kinerja yang harus dilakukan oleh UKM pengolahan jamur tiram. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa UKM pengolahan jamur tiram dapat meningkatkan penggunaan variabel keuangan (modal) sebesar 30.32, tenaga kerja 16.36%, hasil penjualan 30.32% dengan melakukan peningkatan kapasitas produksi serta melakukan efisiensi pada variabel teknologi, manajemen, dan lingkungan. Gambar 31. Diagram Total Potential Improvements UKM pengolahan jamur tiram di Bogor Pada Gambar 32 ditunjukkan posisi masing-masing UKM Pengolahan dalam garis frontier. Dua input yang digunakan adalah keuangan (0.98) dan tenaga kerja (0.47), sedangkan outputnya adalah market (0.98). UKM Pengolahan yang memiliki efisiensi % adalah UKM B dan F. Semakin jauh UKM dari garis frontier, efisiensi UKM semakin kecil. UKM B mampu menjual produk dengan harga mahal dengan biaya produksi rendah. UKM F juga mampu menjual produk dengan harga tinggi dengan jumlah jam kerja lebih sedikit dibandingkan UKM pengolahan lainnya. Sedangkan UKM A, memiliki biaya produksi tinggi dengan harga jual rendah dan upah tenaga kerja yang besar. Gambar 32. Grafik Frontier Plot UKM pengolahan jamur tiram di Bogor 47

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN UKM merupakan salah satu penyumbang dalam peningkatan perekonomian di Indonesia. Kontribusi yang dapat dilihat adalah dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Efisiensi KinerjaUKM Budi daya Jamur Tiram 5.1.1. Variabel Input-Output Budi daya Jamur Tiram Variabel input-output ditentukan berdasarkan pada sumber daya industri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang melimpah. Sumberdaya hutan Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme multiselular yang banyak tumbuh di alam bebas. Organisme ini berbeda dengan organisme lain yaitu dari struktur tubuh, habitat, cara makan,

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu sumber hayati, yang diketahui hidup liar di alam. Selama ini, jamur banyak di manfaatkan sebagai bahan pangan, dan dapat di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. A. Pengolahan Ikan

II. LANDASAN TEORI. A. Pengolahan Ikan II. LANDASAN TEORI A. Pengolahan Ikan Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. UKM Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di Indonesia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhan serta permintaan masyarakat. Keanekaragaman

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH 5.1 Kecamatan Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki empat unit usaha

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable). 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bersama, kita kaya sekali akan berbagai macam buah dan sayur. Hampir di setiap daerah menghasilkan komoditas ini, bahkan di beberapa daerah mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI KAYU OLAHAN SENGON DI CV. CIPTA MANDIRI, KECAMATAN SUKOREJO, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH Oleh : FITRI MEGA MULIANTI A14104042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Di Indonesia, bank mempunyai

Lebih terperinci

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan:

9. Secara singkat gambaran usaha pembuatan bag log pada Responden Bersangkutan: LAMPIRAN Hari/Tanggal:.. MANFAAT EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH SERBUK GERGAJI DI KECAMATAN LEUWISADENG DAN KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR Oleh Dewi Asrini Fazaria (H44080032), Mahasiswa Departemen Ekonomi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Business Performance of Kelanting Agroindustry in Karang Anyar Village, Gedongtataan District, Pesawaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah potensial penghasil perikanan dan telah menyokong produksi perikanan nasional sebanyak 40 persen, mulai dari budidaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah banyak berkontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional dan penyerapan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram

Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram Usaha Kuliner Lingkungan Bisnis Keripik Jamur Tiram Shofriya Alfiyani 11.12.5556 S1.SI.03 STMIK AMIKOM YOGYAKART ABSTRAK Jamur tiram merupakan jamur konsumsi yang hidup di kayu mudah dibudidayakan menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN Sihati Suprapti dan Djarwanto PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci