UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN"

Transkripsi

1 UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI LEBAH MADU LUMBANG DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN Emma Savitri 1, Syamsul Hadi 2, Agung Prayitno 3 1 Program Studi Teknik Kimia/Universitas Surabaya, Surabaya 2 Program Studi Manajemen/Universitas Muhammadiyah Malang, Malang 3 Program Studi Teknik Elektro/Universitas Surabaya, Surabaya Alamat Korespondensi : Program Studi Teknik Kimia, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Tenggilis, Surabaya, Gedung TG Lantai 5 Telp. (031) / Fax (031) ) savitri_ma@staff.ubaya.ac.id 2) syam_umm@yahoo.com 3) prayitno_agung@staff.ubaya.ac.id Abstrak Salah satu potensi yang berkembang di Kecamatan Lumbang, Probolinggo adalah hasil hutan lebah dari jenis Apis sp. Potensi ini dibangun dari 10 Kelompok Tani Hutan dan diperkuat oleh SK Bupati Probolinggo no.030/1134/426.12/2013 tentang penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu unggulan Kabupaten Probolinggo berupa hasil hutan lebah (Apis sp) dengan hasil produk madu. Namun demikian, potensi belum mampu meningkatkan kesejahteraan para peternak lebah secara umum dan menjadikan madu Lumbang sebagai produk unggulan daerah. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengidentifikasikan faktor faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut serta memberikan alternatif solusi dengan pendekatan teknologi, strategi pemasaran dan penguatan kelembagaan.beberapa metode pendekatan baik jangka pendek maupun jangka panjang mulai dilakukan untuk memberikan mencapai tujuan. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain pendekatan kelembagaan serta penguatan manajemen kelompok, penyadaran akan pentingnya teknologi dalam upaya peningkatan kualitas madu, peningkatan daya dukung pakan ternak lebah serta perubahan stategi pemasaran madu. Langkah-langkah awal yang dilakukan mulai menggeser dinamika kelompok ke arah yang lebih baik. Kelompok peternak lebah telah mulai memikirkan untuk bergabung dalam suatu kelembagaan ekonomi yang lebih kuat seperti koperasi. Koperasi bertindak sebagai lembaga yang akan mengelola hasil produksi madu peternak berdasarkan kualitas dari madu peternak serta melakukan strategi pemasaran yang lebih baik, modern dan dalam jangkauan yang lebih luas. Karena kualitas menjadi penting maka teknologi penurunan kualitas kadar air dalam madu dan ketercukupan pakan lebah menjadi target utama yang dijalankan oleh kelompok. Upaya - upaya tersebut diharapkan akan mampu mendongkrak kesejahteraan peternak lebah dan juga menjadikan madu sebagai salah satu produk unggulan di Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo Kata kunci: lebah Apis sp, madu, Lumbang, kelompok tani hutan, koperasi 1. PENDAHULUAN Kecamatan Lumbang terletak di wilayah Kabupaten Probolinggo bagian tengah selatan. Ditinjau dari ketinggian di atas permukaan air laut, wilayah Kecamatan Lumbang berada pada ketinggian 169 meter sampai 1224 meter, yakni terdiri dari dataran tinggi. Kecamatan Lumbang memiliki luas wilayah sebesar ha yang dihuni oleh kepala keluarga dan berpenduduk jiwa dimana komposisi laki-laki ( jiwa) dan wanita (16.846) seimbang pada tahun 2013.[1] Sebagai kecamatan yang ditunjuk menjadi Lokasi Sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu Kabupaten Probolinggo melalui SK Bupati Kabupaten Probolinggo Tanggal 2 Maret /571/426.12/2015, sudah terdapat 10 Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berada di Kecamatan Lumbang. SK Bupati Probolinggo sendiri tentang Penetapan Sentra Budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu di Kabupaten Probolinggo berisi bahwa [2,3]: 496 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

2 1. Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo sebagai Lokasi Sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu di Kabupaten Probolinggo 2. Kecamatan Lumbang Kabupaten Probolinggo sebagai lokasi sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu dan selain sebagai lokasi sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu Kecamatan Lumbang sebagaimana dimaksud diktum kesatu keputusan ini juga merupakan prioritas dalam pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu Kabupaten Probolinggo 3. Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan Tabel 1 menunjukkan Data Produksi Madu yang dihasilkan dari Kecamatan Lumbang pada tahun 2014.[4] Tabel 1. Data Produksi Madu di Kecamatan Lumbang Tahun 2014 No Nama KTH Desa Jumlah Produksi Jumlah Sarang Jumlah Madu (kg/bulan) 1 Kunci Tani I Negororejo ,33 2 Kunci Tani II Negororejo Sumber Madu Lumbang Mekar Jaya Branggah ,67 5 Sumber Rejeki Purut ,33 6 Dadi Mulya Tandon Sentol Putra Mandiri Boto ,17 8 Sumber Rejeki Wonogoro ,33 9 Wana Mulya Palang Besi ,17 10 Bina Sejahtera Lambang Kuning ,50 Meskipun telah terdapat 10 Kelompok Tani Hutan dan legalitas dari Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Surat Keputusan Bupati Probolinggo, tetapi ternyata kesejahteraan peternak lebah madu di Kecamatan Lumbang belum meningkat secara signifikan. Hanya sebagian kecil dari peternak lebah madu yang berhasil secara ekonomi. Beberapa penyebab ketidakberhasilan peningkatan kesejahteraan peternak lebah madu ini antara lain adalah pertama, berkurangnya pepohonan berbunga di wilayah sekitar Kecamatan Lumbang karena penebangan oleh penduduk yang menyebabkan berkurangnya persediaan pakan lebah sehingga lebah harus digembalakan ke tempat lain yang pepohonannya sedang berbunga. Kedua, peternak lebah cenderung untuk menjual hasil madunya setelah panen ke tengkulak dalam partai besar tidak dalam partai eceran sehingga harga jual madu partai besar ini cenderung murah. Ketiga, kurangnya pemahaman peternak dalam manajemen keuangan usaha sehingga peternak lebah cenderung konsumtif terutama setelah panen madu. Keempat, kurang kuatnya sistem manajemen kelembagaan dari Kelompok Tani Hutan yang ada. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka diperlukan program-program yang diharapkan dapat membawa perubahan kondisi kesejahteraan dari peternak lebah madu di Kecamatan Lumbang ke arah yang lebih baik. Beberapa pendekatan yang dilakukan diarahkan kepada perbaikan ekosistem di wilayah Kecamatan Lumbang sehingga persediaan pakan lebah menjadi melimpah, penguatan kelembagaan kelompok tani hutan dalam wadah koperasi serta perbaikan sistem pemasaran. Dengan program program tersebut diharapkan permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh peternak lebah madu pada khususnya dan kesejahteraan peternak dapat ditingkatkan. Tujuan dari tulisan ini adalah melihat potensi keberhasilan dari kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tingkat kesejahteraan dari peternak lebah di Kecamatan Lumbang ke arah yang lebih baik. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

3 2. METODE Setiap program dalam upaya peningkatan kesejahteraan peternak lebah dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain sosialisasi kegiatan kepada masyarakat pada umumnya dan peternak lebah pada khususnya. Setelah sosialisasi program maka dilakukan perancangan teknis pelaksanaan program di masyarakat. Rancangan program yang telah disusun kemudian diterapkan dalam kegiatan di lapangan. Evaluasi dilakukan setelah program dijalankan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program dengan tujuan yang ditetapkan. Tahapan tahapan ini dilakukan untuk setiap pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan meliputi program penanaman pepohonan berbunga baik untuk untuk jangka pendek maupun jangka panjang, program penguatan kelembagaan melalui lembaga ekonomi koperasi, serta perubahan sistem pemasaran dengan memperhatikan kualitas madu dalam hal ini kadar air dalam madu. Potensi keberhasilan kegiatan dengan melihat perbaikan perbaikan yang terjadi baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pelaksanaan program maka dapat diamati perkembangan dinamika dan perbaikan kondisi terutama dalam hal perubahan pola pikir dan kekuatan kelembagaan. Dari program program yang dilaksanakan maka dapat diuraikan sebagai berikut : 3.1 Pemberdayaan masyarakat untuk melakukan perbaikan ekosistem terutama penanaman pepohonan berbunga sebagai persediaan pakan ternak lebah Kegiatan penanaman pepohonan berbunga ini dilakukan dengan memperhatikan umur pohon sehingga layak sebagai pakan lebah. Oleh karena itu kegiatan ini dilakukan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek dipilih bunga matahari (sunflower). Bunga matahari ini merupakan penyedia nektar bagi lebah yang tumbuhnya tidak perlu waktu panjang, hanya membutuhkan waktu tiga bulan untuk tumbuh dan berbunga. Bunga dari sunflower ini dapat bertahan dalam waktu satu bulan sehingga cukup lama sebagai penyedia pakan lebah. Selain sebagai penyedia nektar bagi lebah, bunga matahari juga merupakan salah satu bunga yang cukup indah untuk ditanam di sekitar daerah-daerah obyek wisata sebagai salah satu obyek foto bagi para wisatawan. Dalam hal ini bunga matahari dapat berperan dalam penyediaan pakan lebah sehingga mengurangi biaya untuk penggembalaan lebah ke luar daerah sekaligus untuk membangun rintisan obyek wisata alternatif sebelum ke Bromo yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Gerakan penanaman bunga matahari ini mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat di Kecamatan Lumbang karena peranan dari kepemimpinan di wilayah Kecamatan Lumbang. Dengan menjadikan sejuta bunga matahari sebagai icon pariwisata di Kecamatan Lumbang, maka sebagian besar Pemerintah Desa berlomba lomba untuk melakukan penanaman bunga matahari di wilayah desa masing-masing. Dalam hal ini pengaruh penanaman bunga matahari tidak saja berhubungan dengan peternak lebah sebagai sumber pakan lebah tetapi juga masyarakat di wilayah Kecamatan Lumbang yang menginginkan berkembangnya pariwisata alternatif yang mendukung pariwisata Air Terjun Madakaripura dan Forest Park yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan penanaman di sebagian besar wilayah Kecamatan Lumbang merupakan indikasi penerimaan masyarakat terkait ide penanaman sejuta bunga matahari. Oleh karena itu 498 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

4 Gambar 1. Partisipasi aktif masyarakat dalam program penanaman bunga sun flower upaya penanaman bunga matahari harus diikuti oleh program program lain sebagai kelanjutan dari program penanaman bunga matahari ini. Upaya ini akan menjadikan penanaman bunga matahari sebagai kegiatan yang akan terus berlanjut. Program program lanjutan yang dapat dikembangkan dan bernilai ekonomis bagi masyarakat karen potensi dari tumbuhan bunga matahari ini baik dari biji, batang maupun minyaknya. Potensi-potensi ini perlu dikembangkan sehingga menjadi produk produk turunan bunga matahari yang dapat menjadi produk unggulan daerah. Karena kandungan nutrisi yang sangat baik pada biji bunga matahari maka pengolahan biji bunga matahari sebagai suplemen kesehatan serta pengolahan sebagai makanan ringan. Upaya upaya pelatihan pemrosesan produk turunan dari biji bunga matahari perlu dilakukan secara terus menerus kepada masyarakat sehingga masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga dapat menjadikan produk produk ini sebagai sumber penghasilan. Sisa tanaman pada saat panen juga berpotensi sebagai pakan ternak sehingga semua bagian dari tanaman bunga matahari ini dapat dimanfaatkan. Dalam jangka panjang, penananaman pepohonan berbunga sebagai sumber pakan lebah juga harus dilakukan mengingat waktu yang pendek untuk bunga matahari. Jenis pepohonan berbunga yang jadi sumber pakan lebah antara lain pohon Randu, Kaliandra, Kopi, Karet, Bidara Arab, dan lain lain. Mulai tanam sampai berbunga maka pohon pohon ini membutuhkan waktu hampir tiga tahun. Tempat penanaman juga menjadi bahan evaluasi pada program ini. Penanaman pada tempat yang tidak tepat akan menyebabkan penebangan liar oleh masyarakat yang memanfaatkan dan menjual kayunya. Oleh karena itu penanaman dengan bekerjasama dengan Perhutani di kawasan hutan lindung menjadi alternatif dalam program ini. Dengan penanaman di hutan lindung maka tidak memungkinkan masyarakat untuk menebang pohon pohon pelindung hutan. Pemberdayaan masyarakat terutama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan menjadi alternatif pelaksana program penanaman pohon-pohon berbunga ini di kawasan hutan lindung. Program ini baru memberikan dampak bagi peternak lebah tiga sampai 4 tahun ke depan dimana jumlah pohon-pohon berbunga akan cukup untuk sumber pakan ternak lebah milik peternak lebah di kawasan Lumbang. Dengan ketercukupan sumber pakan ternak lebah maka proses penggembalaannya akan dapat ditekan semaksimal mungkin sehingga dapat menekan pembiayaan karena proses penggembalaan tersebut. Kalau dilihat dari segi pembiayaan untuk proses penggembalaan maka unit-unit pembiayaan yang dikeluarkan meliputi biaya pengangkutan stup-stup ke tempat penggembalaan yang cukup jauh, biaya akomodasi dan konsumsi selama satu bulan penggembalaan, serta biaya biaya lain yang tak terduga. Sehingga penghilangan biaya penggembalaan atau minimal mengurangi jumlah penggembalaan akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak lebah. Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

5 3.2 Penguatan manajemen kelembagaan melalui koperasi Salah satu kelemahan dari Kelompok Tani Hutan di Kecamatan Lumbang adalah lemahnya sistem manajemen kelompok. Tingkat pendidikan peternak lebah yang rendah menjadi salah satu kendala dalam menjalankan manajemen di bisnis madu ini. Sebagian besar peternak lebah di Kecamatan Lumbang ini selalu berpikir mudah bagaimana memanen madu kemudian segera menjualnya ke tengkulak sehingga segera memperoleh penghasilan. Setelah memperoleh penghasilan maka keterbatasan pengetahuan dalam manajemen bisnis menyebabkan pengelolaan keuangan peternak lebah buruk, peternak cenderung bersikap konsumtif pada saat memeperoleh penghasilan setelah panen madu. Sikap konsumtif ini yang menyebabkan peternak lebah kehabisan modal kerja pada saat penggembalaan lebah. Oleh karena itu adanya penguatan manajemen kelembagaan bagi peternak lebah menjadi sangat penting dalam menjalankan roda usaha ternak lebah. Koperasi akan berperan dalam setiap tahapan proses yang dilalui oleh peternak lebah yaitu sebagai sumber pemodalan, sebagai lembaga penampung madu dengan harga kompetitif yang didasarkan pada kualitas madu dan produk turunan dari madu, sebagai retail penjualan madu dan produk turunan dengan merk yang akan diekspansi sebagai produk unggulan daerah Lumbang. Gambar 2. Pelatihan pelatihan untuk penguatan manajemen kelembagaan kelompok Peternak lebah dapat meminjam modal kerja kepada koperasi dengan pembayaran berupa penyetoran madu pada saat panen lebah. Madu yang disetorkan kepada koperasi dihargai dengan standar berdasarkan kualitas madu. Kadar air yang tinggi akan memiliki harga yang rendah, sedangkan kadar air yang rendah akan meningkatkan harga dari madu. Koperasi juga akan menyediakan teknologi penurunan kualitas air dalam madu yang dapat disewakan kepada peternak untuk meningkatkan kualitas madunya. Madu yang telah dikumpulkan akan dikemas dengan pengemasan yang modern dan merek yang telah didaftarkan dengan variasi berdasarkan kualitas dari madu. Penjualan madu dalam kemasan akan dilakukan dalam sentra madu lumbang sebagai front liner penjualan madu Lumbang yang ada di kawasan eduwisata lebah madu dan secara online. Semua keuntungan dari diversifikasi yang dijalankan oleh koperasi akan dibagikan ke anggota koperasi sebagai SHU anggota. Koperasi juga berperan dalam meningkatkan kemampuan manajemen anggotanya sehingga akan dapat menjalankan usaha peternakan lebah dengan lebih profesional. 3. Perubahan sistem pemasaran menjadi eceran dengan memperhatikan kualitas kadar air dalam madu Sistem pemasaran madu yang sebagian besar dijalankan oleh peternak lebah adalah penjualan dalam partai besar ke pengepul madu maupun industri madu. Hanya sebagian kecil dari 500 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

6 madu yang dipanen dijual dalam bentuk eceran tanpa memperhatikan kualitas madu. Penjualan madu dalam partai besar ini memiliki harga yang tidak kompetitif karena tergantung kepada tengkulak. Oleh karena itu peternak lebah tidak memiliki kekuatan negosiasi harga dalam menjual madu ke tengkulak atau pengepul madu. Berdasarkan analisis ekonomis maka keuntungan yang diperoleh bisa mencapai dua tiga kali lipat daripada dijual ke pengepul madu. Dari kondisi saat inipun penjualan secara retail dilakukan dengan apa adanya dengan menggunakan botol bekas dan tanpa menggunakan stiker merek. Program yang dilaksanakan diarahkan kepada sistem pemasaran retail dengan sistem pengemasan yang baik, modern dan higienis serta memiliki nomor resmi dari instansi terkait. Penekanan juga dilakukan untuk mengubah pola pikir peternak lebah untuk meningkatkan kualitas madu dengan menurunkan kadar air madu karena harga madu dapat meningkat hingga dua kali harga madu tanpa pengolahan. Sistem penjualan pun mulai diarahkan tidak hanya secara offline di rumahrumah tapi juga secara online melalui e-commerce maupun media sosial. Penjualan secara online ini akan memperluas jangkauan pelayanan kepada pembeli. Dengan sistem penjualan sistem retail, pengemasan yang modern serta penjualan dengan jangkauan yang lebih luas diharapkan penghasilan yang diperoleh oleh peternak lebah akan meningkat dari waktu ke waktu dan menjadikan madu Lumbang menjadi produk unggulan Kabupaten Probolinggo yang dikenal sampai seantero nusantara. Program program yang dijalankan pada tahap ini telah mengarah kepada hal hal positif ke arah perbaikan kesejahteraan peternak lebah khususnya dan masyarakat Lumbang pada umumnya. 4. KESIMPULAN Permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh peternak lebah dalam hal paceklik sumber pakan lebah, sistem pengelolaan manajemen peternak lebah yang lemah dan sistem pemasaran partai besar ke tengkulak berusaha diperbaiki dengan pelaksanaan program program baik jangka pendek maupun jangka panjang. Paceklik sumber pakan lebah berusaha diatasi dengan program penanaman bunga sun flower sebagai penyedia nektar bagi lebah dalam jangka pendek dan penanaman pohon berbunga di wilayah hutan lindung. Partisipasi aktif dari masyarakat di luar peternak lebah juga terlihat dalam pengembangan bunga sun flower di wilayah kecamatan Lumbang untuk mendukung destinasi wisata di wilayah Lumbang. Penguatan manajemen kelembagaan melalui koperasi juga dapat mengubah pola pengelolaan keuangan dari para peternak lebah. Perubahan sistem pemasaran secara retail daripada partai besar, dengan pengemasan modern serta jangkauan pemasaran yang luas diharapkan berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan petani lebah pada khususnya dan masyarakat kecamatan Lumbang pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo, 2014, Kecamatan Lumbang dalam Angka 2014, Katalog BPS [2] Bupati Probolinggo, 2013, Surat Keputusan Bupati Probolinggo Tanggal 22 Nopember 2013 no.030/1134/426.12/2013 tentang penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu unggulan Kabupaten Probolinggo [3] Bupati Probolinggo, 2015, Surat Keputusan Bupati Probolinggo Tanggal 2 Maret /571/426.12/2015 tentang penetapan Sentra Budidaya Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Madu di Kabupaten Probolinggo [4] Pemerintah Kabupaten Probolinggo, 2013, Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo No 07 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 Seminar Nasional dan Gelar Produk SENASPRO

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU

KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU KARYA ILMIAH USAHA LEBAH MADU Disusun Oleh : Muhammad Burhan Kurniawan NIM : 10.11.4556 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Meraup Untung dari Usaha Lebah Madu Abstraksi Bisnis lebah madu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN

PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Rencana Bisnis Madu KPHP Limau Unit VII Hulu Kabupaten Sarolangun PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN, AGUSTUS 2015 RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MADU (Apis cerrana dan Apis trigona) DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batu adalah sebuah Kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sejak dahulu telah di kenal sebagai pusat pariwisata Jawa Timur. Kota Batu memiliki suhu yang dingin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang I. PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang lndonesia sangat cocok untuk usaha peternakan lebah, karena sangat kaya akan ragam tanaman berbunga dan hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan lebah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya lebah madu merupakan salah satu alternatif usaha peternakan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap produk madu secara nasional. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan merupakan ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan manusia yang harus dilindungi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KABUPATEN BOGOR DALAM MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KABUPATEN BOGOR DALAM MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT KABUPATEN BOGOR 204-208 DALAM MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR TERMAJU DI INDONESIA Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Keberadaan hutan rakyat selain sudah menjadi tradisi atau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa

Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa BAB VI Pembangunan Madu Hutan Di Kabupaten Sumbawa Oleh: Julmansyah / Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi NTB Sumbawa, salah satu Kabupaten di Provinsi NTB (dengan luas 516.242 Ha atau (48.67 %). Merupakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Koloni Trigona sp

Gambar 1. Koloni Trigona sp BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP Oleh : Victor Winarto *) Rusmalia *) I. PENDAHULUAN Madu adalah salah satu produk primadona HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) di Indonesia. Banyaknya manfaat madu bagi kesehatan,

Lebih terperinci

TIPOLOGI USAHA SUTERA ALAM DI KECAMATAN DONRI- DONRI KABUPATEN SOPPENG

TIPOLOGI USAHA SUTERA ALAM DI KECAMATAN DONRI- DONRI KABUPATEN SOPPENG Tipologi Usaha Sutera Alam di Kecamatan... Nurhaedah dan Wahyudi Isnan TIPOLOGI USAHA SUTERA ALAM DI KECAMATAN DONRI- DONRI KABUPATEN SOPPENG Nurhaedah Muin * dan Wahyudi Isnan Balai Litbang Lingkungan

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan

Lebih terperinci

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

Penjelasan PP No. 34 Tahun 2002 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG Page 1 of 19 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 UMUM TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Madu merupakan bahan pangan berbentuk cairan kental yang memiliki rasa manis alami yang dihasilkan oleh lebah berbahan baku nektar bunga. Madu kaya akan kandungan nutrisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suaka margasatwa merupakan salah satu bentuk kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah kawasan yang mempunyai fungsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti 11 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 105 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan kepada upaya untuk memahami persepsi dan strategi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat. Pemahaman terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

hutan secara lestari.

hutan secara lestari. UPAYA REVITALISIASI SEKTOR KEHUTANAN DI KABUPATEN BOGOR Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor Selama periode tahun 2014 2015, Distanhut telah berhasil meningkatkan persentase luas penanganan rehabilitasi

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

diperoleh, ada 3 (tiga) jenis warna madu hutan yaitu madu hitam, madu merah, dan madu kuning. UKM mitra mampu menghasilkan madu hutan minimal

diperoleh, ada 3 (tiga) jenis warna madu hutan yaitu madu hitam, madu merah, dan madu kuning. UKM mitra mampu menghasilkan madu hutan minimal BAB 1. PENDAHULUAN Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE Wahjoe Mawardiningsih Program Studi Komunikasi, Fakultkas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Surakarta Jl. Raya Palur Km. 5, Surakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buana Sakti dan sekitarnya pada bulan November -- Desember 2011. B. Objek dan Alat Penelitian Objek pengamatan

Lebih terperinci

Magang Kewirausahaan Pada Sentra Lebah Madu di Pahuyuban Peternak Lebah Sari Mulya Kecamatana Tumpang Kabupaten Malang.

Magang Kewirausahaan Pada Sentra Lebah Madu di Pahuyuban Peternak Lebah Sari Mulya Kecamatana Tumpang Kabupaten Malang. Tedjo.Magang Kewirausahaan Pada Sentra Budidaya Lebah Madu. Magang Kewirausahaan Pada Sentra Lebah Madu di Pahuyuban Peternak Lebah Sari Mulya Kecamatana Tumpang Kabupaten Malang. Ir. Tedjo Budiwijono

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN, KRITERIA DAN STANDAR PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele

Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele Diversifikasi Ikan Lele Menjadi Produk Olahan Pangan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani Lele Dhanang Eka Putra 1*, Andi Muhammad Ismail 2 1 Manajemen Agroindustri /Jurusan Manajemen Agribisnis, Politeknik

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

Oleh Drs. EKSAN GUNAJATI, M.Si Kepala BAPPEDA Kabupatn Jombang

Oleh Drs. EKSAN GUNAJATI, M.Si Kepala BAPPEDA Kabupatn Jombang Oleh Drs. EKSAN GUNAJATI, M.Si Kepala BAPPEDA Kabupatn Jombang Luas Area : 1.159.50 km² Kecamatan : 21 Kecamatan Populasi : 1.234.501 Jiwa Kepadatan : 1.065 jiwa/km 2 Pertumbuhan penduduk : 0.82% Sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Wanawiyata. Widyakarya PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Wanawiyata. Widyakarya PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA No.1131, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Wanawiyata. Widyakarya PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG WANAWIYATA WIDYAKARYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penetapan program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) merupakan upaya pemerintah dan perum perhutani untuk menyelamatkan sumber daya hutan dan linkungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA HUTAN LINDUNG, HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN SEMINAR NASIONAL HHBK DAN PERESMIAN ASOSIASI BAMBU SLEMAN SEMBADA TANGGAL : 6 NOVEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Bapak/Ibu

Lebih terperinci

REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR

REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR REG A : NO REGISTER : REGISTER KERUSAKAN HUTAN AKIBAT PENCURIAN / PENEBANGAN LIAR Wilayah Kerja : Seksi... Resort... Koordinat : S E Waktu Kejadian : Tanggal 2 0 1 2 Jam Jenis Pohon : Diameter Tunggak

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis karakteristik wistawan di Desa Wisata Bobung diketahui bahwa karakteristik geografis sebagian besar wisatawan berasal dari luar Yogyakarta. Berdasar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI U M U M Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Dalam UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hutan hak merupakan hutan yang berada di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi

I. PENDAHULUAN. peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen penting di dalam strategi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlebahan memiliki peran penting dalam membantu penyediaan pangan dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Perlebahan juga merupakan komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara (BPS Aceh 2012). penduduk. Areal tanaman kelapa di Provinsi Aceh pada tahun 2004 seluas

I. PENDAHULUAN. sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara (BPS Aceh 2012). penduduk. Areal tanaman kelapa di Provinsi Aceh pada tahun 2004 seluas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Aceh terdiri atas 23 Kabupaten dan 8 Kota dengan luas wilayah 56.770,81 km2 terletak antara 2 6 o LU dan 90 98 o BT. Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia memiliki peranan yang sangat besar dari segi ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai teknologi menyebabkan implikasi

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis

BUDIDAYA LEBAH MADU. Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis BUDIDAYA LEBAH MADU Oleh ODJON SOLIKIN, SP. Penyuluh Kehutanan Kab. Ciamis Budidaya lebah ada 2 cara yaitu : 1) Budidaya Lebah Secara Menetap, dan 2) Budidaya Lebah Secara Berpindah. Pada budidaya lebah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan bangsa yang dapat meningkatkan perekonomian.

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik

I. PENDAHULUAN. 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK,

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN

LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN LANGKAH-LANGKAH MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL PERLEBAHAN Oleh : Kuntadi Pusat Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi MANFAAT PERLEBAHAN Optimalisasi sumberdaya tumbuhan/tanaman (tanpa dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai daerah yang memiliki tanah yang subur, Kabupaten Boyolali hendaknya bisa menjadi daerah yang berkembang dengan meningkatkan taraf hidup penduduknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa

TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS KOLONI LEBAH Apis mellifera dan Apis cerana YANG DIPELIHARA DI AREAL Acacia crassicarpa A. Luas Hutan Tanaman khususnya HTI Nasional: Definitif : 9 juta Ha Target s/d

Lebih terperinci

IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO

IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO Munaji,Arif Hartono,Didik Riyanto Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketertarikan masyarakat terhadap pengusahaan hutan rakyat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Ketertarikan masyarakat terhadap pengusahaan hutan rakyat semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketertarikan masyarakat terhadap pengusahaan hutan rakyat semakin meningkat, terlihat dari jumlah masyarakat yang turut berperan dalam upaya memperbaiki kondisi hutan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: TRI JATMININGSIH L2D005407 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agrowisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agrowisata 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agrowisata Menurut Reza Moh dkk (1996), pengertian agrowisata adalah objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan didunia bisnis saat ini sangat pesat. Hampir disemua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan didunia bisnis saat ini sangat pesat. Hampir disemua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan didunia bisnis saat ini sangat pesat. Hampir disemua sektor baik manufaktur atau jasa sedang mengalami peningkatan yang signifikan disetiap tahunnya.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2002 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan

Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 Foto Wawancara Dengan Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Magetan Foto di samping menjelaskan aktifitas si peneliti melakukan wawancara langsung dengan Salah satu informan

Lebih terperinci

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau 1 C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Forests and Governance Programme Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau Oding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HUTAN

RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HUTAN RUANG LINGKUP PERLINDUNGAN HUTAN a. Perlindungan terhadap kawasan hutan. Penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Penggunaan kawasan hutan yang menyimpang harus mendapat persetujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH

BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH BUDIDAYA LEBAH MADU TRIGONA SP MUDAH DAN MURAH Oleh : Septiantina Dyah Riendriasari, S. Hut PENDAHULUAN Dulu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya lebah madu Trigona sp ini. Hanya jenis Apis

Lebih terperinci

Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development)

Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development) Panduan Pelatihan untuk Fasilitator Analisis dan Pengembangan Pasar (Market Analysis and Development) Pendahuluan: Pengenalan Pengembangan & Analisis Pasar (Market Analysis & Development) 2 Perbedaan Karakteristik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

CILACAP SURGANYA GULA KELAPA

CILACAP SURGANYA GULA KELAPA CILACAP SURGANYA GULA KELAPA Cilacap merupakan daerah yang memiliki Sumber Daya Alam yang cukup kaya, baik dari sektor kelautannya sampai dengan sektor pertanian. Bahkan dengan kondisi geografisnya Cilacap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1998 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh atraksi wisata terhadap minat berkunjung wisatawan di Curug Pelangi, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bali tidak hanya dikenal dari sektor pariwisata juga dikenal dari sektor pertanian. Pertanian merupakan kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Desember 2017 Edisi Desember 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Tiwul Instan, Makanan Tradisional Kaya Gizi Bagi masyarakat desa khususnya di

Lebih terperinci

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R Oleh : INDIRA PUSPITA L2D 303 291 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci