BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu sarana dimana sebuah perusahaan dapat mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar dari perusahaan (Kieso, Weygandt dan Warfield, 2011). Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi secara tepat. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang: 1) berguna untuk keputusan investasi dan pemberian kredit 2) berguna untuk menilai prospek arus kas 3) meliputi sumber daya perusahaan, klaim atas sumber daya, dan perubahan atas sumber daya tersebut. Menurut Lam dan Lau (2009) laporan keuangan harus memiliki suatu karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi para pengguna laporan keuangan. Karakteristik kualitatif tersebut diantaranya: 1) Dapat dipahami 11

2 Suatu laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pengguna. Sehingga karakteristik dapat dipahami merupakan suatu kualitas penting atas informasi yang tersedia dalam laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar. 2) Relevan Suatu informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi para pengguna laporan keuangan. Sehingga informasi tersebut dapat membantu para pengguna dalam mengevaluasi kejadian masa lalu, masa kini atau masa depan serta dapat mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3) Keandalan Informasi dikatakan andal ketika informasi tersebut bebas dari salah saji material dan bias, serta disajikan dengan tepat. 4) Dapat dibandingkan Agar dapat mengevaluasi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, para pengguna wajib untuk membandingkan laporan keuangan dari waktu ke waktu dan diantara entitas. 12

3 II.1.2 Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia Ketentuan yang lebih spesifik mengenai pelaporan perusahaan publik diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan. Tetapi Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-38/PM/1996 tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi sejak diberlakukannya Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP- 134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Pada tahun 1996, Bapepam mengeluarkan Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambat lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Tetapi sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam-LK semakin memperketat peraturan dengan mengeluarkan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tersebut menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. 13

4 Dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, laporan keuangan yang harus disampaikan ke Bapepam terdiri dari: 1) neraca 2) laporan laba rugi 3) laporan perubahan ekuitas 4) laporan arus kas 5) laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan jika dipersyaratkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan jenis industrinya; dan 6) catatan atas laporan keuangan Setelah itu dalam rangka melaksanakan prinsip keterbukaan dan memberikan perlindungan kepada masyarakat pemodal, khususnya terhadap Emiten dan Perusahaan Publik yang Efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain (dual listing), maka ditetapkanlah Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di negara lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.7 dinyatakan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada 14

5 Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut. Dengan berlakunya keputusan tersebut maka ketentuan yang mengatur jangka waktu penyampaian: 1. laporan keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala; dan 2. laporan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik, menjadi tidak berlaku bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di negara lain. Namun karena adanya program konvergensi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ke International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai bentuk penyempurnaan peraturan Nomor X.K.2 sebelumnya, maka dikeluarkanlah draft awal Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten dan Perusahaan Publik. Namun 15

6 batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan tidak berubah. Ketentuan yang diatur dalam peraturan Nomor X.K.2 yang baru ini terkait dengan laporan keuangan lengkap yang wajib disampaikan ke Bapepam dan LK terdiri dari: laporan posisi keuangan (neraca); laporan laba rugi komprehensif; laporan perubahan ekuitas; laporan arus kas; laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika Emiten dan Perusahaan Publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika Emiten dan Perusahaan Publik mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; dan catatan atas laporan keuangan. Dalam peraturan itu juga ditambahkan satu ketentuan yang mengatur mengenai penyampaian laporan keuangan berkala bagi emiten atau perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek di negara lain (dual listing). II.1.3 Ketepatan Waktu (Timeliness) Ketepatan waktu laporan keuangan adalah salah satu aspek penting atas laporan keuangan terkait relevansinya yang merupakan salah satu karakteristik kualitatif atas laporan keuangan. Ketepatan waktu menghendaki suatu informasi tersedia bagi para pengguna laporan keuangan secepat mungkin (Carslaw dan Kaplan, 1991). Menurut Owusu Ansah (2000) pelaporan yang tepat waktu adalah suatu cara yang penting untuk mengurangi insider trading, kebocoran, dan rumor di pasar modal negara berkembang. Jaggi dan Tsui (1999) menyatakan bahwa 16

7 investor membutuhkan informasi yang tepat waktu untuk mengurangi tersebarnya informasi keuangan yang asimetri dan untuk pertumbuhan investasi masyarakat secara keseluruhan. Givoly dan Palmon (1982) menguji hubungan diantara isi informasi laporan akuntansi dan ketepatan waktu yang menghasilkan bahwa perusahaan yang mempunyai bad news cenderung untuk menunda pengumuman laporan keuangannya, sedangkan pasar bereaksi positif terhadap pengumuman laba yang lebih awal atas adanya suatu good news. Berita baik dan buruk dikaitkan dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Al ajmi (2008) menguji faktor-faktor penentu ketepatan waktu pelaporan tahunan di Bahrain antara lain: ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage yang menghasilkan bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan tahunan. Al ajmi (2008) juga menyatakan bahwa pengguna laporan perusahaan menganggap ketepatan waktu sebagai salah satu penentu kualitas audit. Owusu Ansah (2000) menganalisis ketepatan waktu laporan tahunan di Zimbabwe yang menemukan bahwa 98% dari perusahaan dalam sampel melaporkan segera kepada publik. Dyer dan McHugh (1975) meneliti ketepatan waktu pelaporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan di Australia. Mereka menemukan bahwa ukuran perusahaan dan akhir tahun tanggal penutupan secara signifikan terkait dengan total keterlambatan (total lag). Soltani (2002) meneliti ketepatan waktu perusahaan dan laporan audit dengan menggunakan data dari perusahaan yang terdaftar di Perancis untuk setiap tahun pada periode yang menemukan bahwa keberadaan audit yang berkualitas cenderung 17

8 memperpanjang penundaan (delay). Gilling (1977) menyatakan bahwa pelaporan yang tepat bergantung pada perusahaan yang menyiapkan laporan keuangan dan opini dari auditor. Penundaan yang terlalu lama dalam menerbitkan laporan keuangan akan meningkatkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan investasi (Ahmad dan Kamarudin, 2003; Ashton et al., 1987). Informasi yang tepat waktu akan mempengaruhi harga efek di pasar (Chambers dan Penman, 1984). Leventis dan Weetman (2004) menyatakan bahwa waktu pengungkapan perusahaan harus secara spesifik dirancang untuk meminimalkan kegiatan seperti rumor pasar yang tidak mencerminkan harga yang sebenarnya, dan insider trading yang merusak efektivitas pasar modal. Berikut ini adalah tabel yang berisi hasil penelitian terdahulu terkait isu ketepatan waktu: Tabel II.1 Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti Sampel Variabel yang digunakan Hasil Penelitian Al ajmi (2008) 231 perusahaan keuangan dan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Bahrain. Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, kompleksitas akuntansi, tipe auditor, klasifikasi industri, dan tata kelola perusahaan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage berpengaruh terhadap ketepatan pelaporan tahunan, sedangkan untuk kompleksitas akuntansi dan tipe auditor tidak ditemukan bukti 18

9 yang mendukung, dan untuk tata kelola perusahaan ditemukan sebagai faktor penentu audit delay. Owusu Ansah (2000) 47 perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Zimbabwe. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, kecepatan (gearing), item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, dan kompleksitas operasi. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan bulan dari akhir tahun keuangan mempunyai pengaruh terhadap audit reporting lead time. Ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan, dan audit reporting lead time berpengaruh terhadap kecepatan perusahaan dalam mengumumkan laba awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir tahunan yang telah diaudit. Yaacob dan Che- Ahmad (2011) Menggunakan lima tahun data terdiri dari pra dan pasca periode adopsi IFRS, dengan panel regresi data Adopsi IFRS, ukuran perusahaan, leverage, loss, opini auditor, jumlah anak perusahaan, bulan Hasil utama penelitian ini adalah adopsi IFRS berpengaruh signifikan terhadap lamanya waktu untuk 19

10 tersebut dilakukan dengan sampel 3050 perusahaan. akhir tahun keuangan, perubahan auditor, ukuran KAP, proporsi direktur independen, dualitas CEO, persentase saham yang dimiliki direktur nonindependen, persentase saham yang dimiliki direktur independen, industri. menerbitkan laporan audit. Dyer dan McHugh (1975) 120 perusahaan yang dipilih secara acak dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia (Sydney). Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan akhir tahun tanggal penutupan. Ukuran perusahaan dan akhir tahun tanggal penutupan berpengaruh signifikan terhadap total lag, sedangkan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ketepatan pelaporan. Givoly dan Palmon (1982) 210 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Amerika (New York) selama periode 15 tahun dari tahun 1960 sampai Ukuran perusahaan, kompleksitas operasi, dan kualitas pengendalian internal. Hanya kompleksitas operasi berdasarkan rasio persediaan ke total asset yang signifikan terhadap audit delay hanya dalam satu tahun, sedangkan ukuran perusahaan yang berdasarkan jumlah penjualan 20

11 berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu laporan tahunan. Ahmad dan Kamarudin (2003) 100 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia pada tahun Ukuran perusahaan, klasifikasi industri, pendapatan, item luar biasa, opini audit, auditor, akhir tahun dan risiko keuangan. klasifikasi industri, opini audit, auditor, loss, akhir tahun dan risiko berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Rachmawati (2008) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Profitabilitas, solvabilitas, auditor internal, ukuran perusahaan, dan ukuran KAP. ukuran perusahaan, dan solvabilitas, memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu, sedangkan profitabilitas, auditor internal, ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu (timeliness). Margaretta (2011) 120 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Penerapan IFRS, ukuran perusahaan, profitabilitas, ukuran KAP, dan kompleksitas operasi perusahaan. ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan, sedangkan penerapan IFRS, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan tidak berpengaruh 21

12 signifikan. Aryati dan Theresia (2005) 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun Ukuran perusahaan, profitabilitas, keberadaan divisi auditor internal, dan ukuran KAP. Ukuran perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap timeliness, sedangkan profitabilitas, keberadaan divisi auditor internal, dan ukuran KAP tidak memberikan pengaruh signifikan. II.1.4 Standar Audit Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2003) terdapat sepuluh standar yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu: 1. Standar Umum a. Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan 22

13 a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui prosedur audit sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit. d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka 23

14 laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Dalam prakteknya, pelaksanaan audit yang makin sesuai dengan standar akan membutuhkan waktu makin lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan standar. II.1.5 Audit Delay Menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) mengenai standar audit, khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dimana menuntut auditor untuk melaksanakan sikap skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Selain itu, standar pekerjaan lapangan memuat pernyataan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan diperolehnya bukti-bukti audit yang memadai guna mendukung hasil opini audit yang akan diterbitkan auditor. Dengan adanya pemenuhan standar tersebut untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang pada akhirnya dapat menyebabkan auditor membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses penyelesaian auditnya. Sehingga dapat berdampak pada adanya keterlambatan laporan auditor, misal dikarenakan belum didapatkannya bukti-bukti audit yang cukup dan kompeten 24

15 dalam mendukung kesimpulan opini audit yang akan diterbitkan oleh auditor. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya audit delay. Menurut Lawrence dan Glover (1998) audit delay adalah the length of time between the fiscal year-end of a company and the date of the auditor's report. Senada dengan pernyataan Bamber at al., (1993) menyatakan bahwa audit delay adalah the number of days between the client's fiscal year-end and the audit report date. Audit delay ini diukur dari lamanya hari yang dilihat dari perbedaan antara akhir tahun fiskal perusahaan dengan tanggal laporan audit. Menurut Abdulla (1996) semakin pendek waktu antara akhir tahun buku dengan tanggal publikasi, maka semakin banyak manfaat yang dapat diperoleh dari laporan tahunan yang telah diaudit. Ketepatan waktu audit merupakan refleksi dari jumlah jam yang dibutuhkan auditor untuk melaksanakan tugas-tugas yang dipengaruhi oleh sejumlah pekerjaan audit interim yang dilaksanakan, jumlah auditor yang diberikan penugasan, dan jumlah jam kerja lembur yang dibutuhkan (Lawrence dan Glover, 1998). Keterlambatan laporan audit akan membuat pemegang saham dan pemegang saham potensial untuk menunda transaksi saham mereka (Ng dan Tai, 1994). Sehingga audit delay sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Semakin lama audit delay, maka perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan keuangan kepada publik, dan sebaliknya. 25

16 II.1.6 Penerapan IFRS di Indonesia Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi dan globalisasi menuntut adanya suatu standar akuntansi internasional yang dapat diterima dan dapat dipahami secara internasional, oleh karena itu muncullah suatu standar internasional yaitu International Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi professional judgement yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomi transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar internasional akan dapat meningkatkan kredibilitas laporan tersebut. Dengan kesiapan penerapan IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi, lintas negara. Pada tahun 2011 merupakan tahap kesiapan akhir bagi perusahaan di Indonesia dalam hal penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS. Sehingga di tahun 2012 diharapkan Indonesia sudah menerapkan keseluruhan PSAK yang dikonvergensi kedalam IFRS. Berikut ini merupakan gambar roadmap penerapan IFRS: 26

17 Gambar II.1 Roadmap Penerapan IFRS: Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Menurut Choi dan Meek (2011) laporan keuangan yang disusun berdasarkan seperangkat standar akuntansi yang global (umum) akan dapat membantu investor untuk dapat memahami dengan lebih baik mengenai peluang investasi dibandingkan dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi nasional. Tanpa standar global (umum), investor global harus mengeluarkan waktu dan usaha untuk memahami dan mengubah laporan keuangan sampai mereka yakin dapat membandingkan peluang investasi yang ada. Sehingga proses tersebut memakan waktu dan dapat sulit, yang terkadang menyebabkan investor untuk menggunakan dugaan dalam membandingkan suatu peluang investasi. Sehingga dalam menerapkan IFRS diperlukan pemahaman yang lebih dalam terkait adanya aturan baru tersebut, hal tersebut dapat 27

18 dilakukan dengan cara adanya training yang diberikan kepada para praktisi akuntansi, orang-orang di departemen keuangan, pendidik akuntansi, serta manajer perusahaan. Menurut Choi dan Meek (2011) atas suatu paper yang baru-baru ini berargumen mengenai global GAAP, adanya manfaat global GAAP sebagai berikut: 1) Meningkatnya kualitas standar pelaporan keuangan yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia sehingga modal dapat dialokasikan dengan efisien. 2) Investor akan dapat membuat suatu keputusan investasi yang lebih baik. Adanya portfolio yang lebih beragam dan risiko keuangan dapat dikurangi. Sehingga timbulnya suatu transparansi dan perbandingan diantara para kompetitor dalam pasar global. 3) Memperbaiki strategi pembuatan keputusan suatu perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. 4) Pengetahuan dan keahlian akuntansi dapat ditransfer ke seluruh dunia. 5) Munculnya pemikiran terbaik dalam hal mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi. Menurut Gamayuni (2009) tujuan IFRS adalah memastikan bahwa informasi-informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang dapat: 28

19 1) Meningkatkan adanya suatu transparansi bagi para pengguna dan laporan tersebut dapat dibandingkan sepenjang periode yang disajikan, 2) Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berbasis pada IFRS, dan 3) Menghasilkan biaya yang tidak melebihi manfaatnya bagi para pengguna. PricewaterhouseCoopers (2005) dalam publikasinya Making A change To IFRS mengatakan: Financial reporting that is not easily understood by global users is unlikely to bring new business or capital to a company. This is why so many are either voluntarily changing to IFRS, or being required to by their governments. Communicating in one language to global stakeholders enhances confidence in the business and improves finance-raising capabilities. It also allows multinational groups to apply common accounting across their subsidiaries, which can improve internal communications, and the quality of management reporting and group decision-making. At the same time, IFRS can ease acquisitions and divestments through greater certainty and consistency of accounting interpretation. In increasingly competitive markets, IFRS allows companies to benchmark themselves against their peers worldwide, and allows investors and others to compare the company s performance with competitors globally. Those companies that do not make themselves comparable (or can t, because national laws stand in the way) will be at a disadvantage and their ability to attract capital and create value going forward will be undermined. Berdasarkan publikasi tersebut, PricewaterhouseCoopers yang merupakan salah satu big four firm, menyatakan bahwa laporan keuangan dituntut untuk dapat menyajikan suatu informasi yang dapat dipahami oleh pengguna global, sehingga dapat membawa bisnis baru maupun modal ke dalam perusahaan. Hal tersebut menyebabkan adanya suatu kebutuhan untuk merubah peraturan akuntansi nasional ke arah standar internasional (IFRS). Dengan 29

20 mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan menyajikan suatu bahasa akuntansi global, yang membuat perusahaan multinasional menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam lintas negara yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan proses pengambilan keputusan. IFRS juga dapat memberikan suatu keyakinan dan konsistensi yang lebih besar, sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dalam suatu persaingan global, dengan adanya adopsi IFRS membuat perusahaan dapat membandingkan kinerjanya dengan pesaing global lainnya. Merupakan suatu kerugian bagi suatu perusahaan apabila tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurangnya kemampuan mereka dalam menarik modal dan menciptakan nilai dimasa yang akan datang. Yaacob dan Che-Ahmad (2011) menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap ketepatan waktu audit di Malaysia, yang menghasilkan rata-rata audit delay adalah 100 hari, yang menunjukkan bahwa adanya kenaikan signifikan atas audit delay setelah adopsi IFRS. Dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa kompleksitas IFRS menyebabkan auditor membutuhkan lebih banyak waktu dalam melaksanakan penugasan audit mereka. II.1.7 Opini Auditor Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2003) laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan atas laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat 30

21 standar pelaporan dalam standar auditing. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Laporan auditor dapat menambah kredibilitas laporan keuangan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan. Tipe pendapat auditor tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (IAPI,2001). Pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan auditor apabila tidak terjadi pembatasan lingkup dan tidak ada pengecualian yang signifikan terkait kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum, serta adanya pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002). 2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion with Explanatory Language) Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya (IAPI,2001). 31

22 Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan sesuai standar audit. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, namun terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan (Mulyadi, 2002). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2008) terdapat lima kondisi yang memungkinkan auditor memodifikasi atau menambah bahasa penjelasan dalam laporan audit wajar tanpa pengecualian, antara lain: 1) Pendapat berdasarkan bagian dalam laporan auditor lain 2) Terkait keberlangsungan usaha 3) Pernyataan auditor terkait adanya penyimpangan dari GAAP 4) Kurangnya konsistensi dalam laporan keuangan karena adanya perubahan akuntansi 5) Penekanan atas masalah 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan (IAPI,2001). Menurut Mulyadi (2002) auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit apabila menemui kondisi seperti berikut: 32

23 1) Lingkup audit dibatasi klien 2) Prosedur audit yang penting tidak dapat dilaksanakan oleh auditor atau auditor tidak mampu memperoleh informasi penting karena adanya kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor 3) Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum 4) Prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten 4. Pendapat tidak wajar (adverse Opinion) Pendapat tidak wajar berarti bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (IAPI,2001). 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan (IAPI,2001). Menurut Mulyadi (2002) kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah: a. Adanya pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit b. Hubungan auditor dengan klien tidak independen 33

24 Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali Kantor Akuntan Publik (KAP) dikaitkan dengan audit atas laporan keuangan. Bamber et al., (1993) menyatakan bahwa pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) tidak mungkin diterbitkan sampai auditor telah menghabiskan waktu dan usaha dalam melakukan prosedur audit tambahan. Ashton et al., (1987) menyatakan bahwa dengan diterbitkannya pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) memungkinkan meluasnya lingkup audit dan antara auditor dengan klien membutuhkan waktu untuk negosiasi yang menyebabkan meningkatnya audit delay, sehingga berdampak pada keterlambatan penyampaian laporan keuangan. II.1.8 Kualitas Auditor Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan, sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. Kualitas auditor dilihat dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, yaitu berupa KAP the big four atau KAP non the big four. Adapun kategori the big four di Indonesia yaitu: 1. KAP PricewaterhouseCoopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan. 34

25 2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Siddharta & Widjaja. 3. KAP Ernst & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Suherman & Surja. 4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio & Rekan. Afify (2009) menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat waktu guna menjaga reputasi dan nama mereka. Sehingga perusahaan audit yang merupakan the big four dianggap dapat melaksanakan auditnya dengan efisien dan tepat waktu. II.1.9 Kompleksitas Operasi Kompleksitas operasi perusahaan dapat dilihat berdasarkan jumlah dan lokasi unit operasi (cabang) serta diversifikasi atas lini produk dan pasar, yang dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan auditnya. Jaggi dan Tsui (1999) mengukur kompleksitas operasi dari jumlah anak perusahaan (subsidiaries) yang diperkirakan memiliki pengaruh terhadap audit delay. Bamber et al., (1993) menggunakan kompleksitas operasi perusahaan yang diukur dari sejumlah lini bisnis yang berbeda atas perusahaan sampel beroperasi. Givoly dan Palmon (1982) menggunakan rasio persediaan terhadap total aset sebagai ukuran kompleksitas. 35

26 II.1.10 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dilihat berdasarkan total asset maupun total pendapatan. Ashton et al., (1989) menyatakan bahwa perusahaan besar dapat melaksanakan suatu pengendalian internal yang lebih kuat yang memungkinkan auditor untuk menempatkan kepercayaan yang lebih atas pengujian kepatuhan daripada pengujian substantif atas saldo akhir tahun, sehingga dapat memfasilitasi terjadinya penyelesaian audit yang tepat waktu. Dan perusahaan besar biasanya dimiliki dan diawasi oleh pihak-pihak eksternal, sehingga manajemen akan memiliki insentif untuk meminimalkan keterlambatan audit. Hal ini juga senada dengan Dyer dan McHugh (1975) bahwa manajemen perusahaan besar memiliki insentif untuk mengurangi audit delay dan menghadapi tekanan eksternal yang lebih besar untuk melaporkan tepat waktu. II.1.11 Solvabilitas Solvabilitas seringkali disebut leverage ratio. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dan jangka panjang. Solvabilitas dapat dilihat berdasarkan debt to asset ratio maupun debt to equity ratio. Tingginya debt to asset ratio menggambarkan bahwa perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan, sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki risiko yang tinggi. Proporsi hutang (debt proportion) pertama kali digunakan dalam penelitian audit delay oleh Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Ahmad dan Kamarudin (2003). Hasil penelitian berpendapat bahwa proporsi debt to asset ratio mungkin mengindikasikan kesehatan 36

27 keuangan perusahaan. Semakin tinggi debt to asset ratio dapat mengakibatkan meningkatnya kegagalan perusahaan yang membuat auditor memberi perhatian lebih terhadap laporan keuangan perusahaan, karena ada kemungkinan laporan keuangan perusahaan tersebut kurang dapat dipercaya (kurang reliable), sehingga auditor membutuhkan proses audit yang lebih panjang. II.1.12 Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan dapat dilihat dari terjadinya profit atau loss atas suatu kegiatan operasional suatu perusahaan. Perusahaan yang mengalami profit cenderung untuk segera melaporkan good news tersebut kepada publik, sehingga semakin kecil pula terjadinya keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Namun sebaliknya untuk perusahaan yang mengalami loss, cenderung menunda untuk menerbitkan laporan keuangannya, karena mereka tidak ingin melaporkan bad news tersebut kepada publik yang dapat membahayakan reputasi dan kinerja perusahaaan tersebut di masa yang akan datang. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian Givoly dan Palmon (1982) yang menemukan bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman laba yang lebih awal atas adanya suatu good news. Sehingga penyajian pengumuman laba secara tepat waktu kepada publik sangat penting dalam hal pengambilan keputusan ekonomi yang tepat dan akurat oleh para pengguna laporan keuangan. 37

28 II.2 Pengembangan Hipotesis II.2.1 Kerangka Hipotesis Berdasarkan pada literatur dan penelitian-penelitian terdahulu, hipotesis yang akan diuji dari penelitian ini antara lain penerapan IFRS, opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, ukuran perusahaan, solvabilitas, dan kinerja perusahaan. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji kembali terkait kesiapan akhir perusahaan publik dalam menerapkan IFRS untuk tahun 2011 apakah terdapat kendala dalam penerapan IFRS tersebut yang dapat berdampak pada keterlambatan perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangannya. Penelitian ini hanya dilakukan pada tahun 2011 saja, karena tahun 2011 merupakan tahap persiapan akhir bagi Indonesia berupa penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS. Sedangkan opini auditor, kualitas auditor, kompleksitas operasi, ukuran perusahaan, solvabilitas, dan kinerja perusahaan menjadi faktor-faktor tambahan yang dapat mempengaruhi keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Kerangka pengujian hipotesis parsial penelitian ini dapat dijabarkan seperti format berikut ini: 38

29 IFRS (X 1 ) Opini Auditor (X 2 ) Kualitas Auditor (X 3 ) Kompleksitas Operasi (X 4 ) Keterlambatan penyampaian laporan Ukuran Perusahaan (X 5 ) keuangan (Y) Solvabilitas (X 6 ) Kinerja Perusahaan (X 7 ) Keterangan: X: Variabel Independen Y: Variabel Dependen II.2.2 Perumusan Hipotesis II IFRS Adopsi IFRS berarti melakukan suatu adopsi atas bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya. Sehingga auditor yang 39

30 melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang sudah menerapkan IFRS tersebut dalam pelaporan keuangannya harus dapat memahami dan menguasai aplikasi IFRS, dimana dalam IFRS ini berdasarkan pada principle based yang didalamnya terdapat konsep fair value dan diperlukannya professional judgement. Hoogendoorn (2006) menyatakan bahwa IFRS menghendaki adanya pengungkapan yang luas, sehingga menuntut upaya dan waktu yang lebih besar dalam melaksanakan audit. Carlin, Finch dan Laili (2009) juga menyatakan bahwa kompleksitas IFRS tidak hanya pada perlakuan akuntansi, tetapi juga pada kesulitan untuk mematuhi pelaporan rinci dan ketentuan pengungkapan (Griffin, Lont dan Sun, 2009). Menurut Gamayuni (2009) tantangan untuk mengadopsi IFRS seutuhnya pada tahun 2012 dihadapi oleh kalangan akademisi dan perusahaan di Indonesia. Penerapan IFRS di Indonesia juga menjadi masalah tersendiri, dimana IFRS merupakan suatu standar yang kompleks. Masalah tersebut pertama kali datang dari urusan penerjemahan (Seputar Indonesia.com, 5 Mei 2011). Hal tersebut seperti para akuntan lokal yang mengalami kesulitan dalam penerjemahan IFRS ke bahasa Indonesia. Berikutnya biaya penerapan IFRS juga mahal, terkait biaya yang meliputi perubahan sistem dan infrastruktur bisa mencapai miliaran rupiah. Sehingga pemerintah perlu lebih cepat mensosialisasikan dan mempersiapkan sejumlah regulasi yang mendukung pelaksanaan IFRS. Kurikulum akuntansi di dunia pendidikan juga perlu segera disesuaikan. Serta sosialisasi bahwa implementasi IFRS bukan sekedar 40

31 perubahan standar pelaporan, melainkan juga pembenahan sistem, dan perbaikan seluruh infrastruktur. Dalam PSAK No.1 (revisi 2009) paragraf 8 mengenai komponen laporan keuangan lengkap yang telah berbasis International Accounting Standard (IAS) 1 Presentation of Financial Statements terdapat penambahan laporan posisi keuangan yang menunjukkan saldo awal pada awal periode komparatif dalam hal adanya reklasifikasi atau penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif. Sehingga perusahaan harus menyajikan laporan posisi keuangan pada akhir periode berjalan, akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan), dan permulaan dari periode komparasi terawal. Reklasifikasi pos laporan keuangan seperti perubahan penyajian kepentingan nonpengendali dari yang sebelumnya bukan bagian dari ekuitas menjadi bagian dari ekuitas, sehingga entitas harus menyajikan laporan posisi keuangan awal periode komparatif. Penyesuaian retrospektif dan penyajian kembali secara retrospektif merupakan penyesuaian atas saldo awal saldo laba. Dimana entitas akan menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh dalam periode sajian paling awal dan jumlah komparatif lainnya yang perlu diungkapkan untuk setiap periode sajian sehingga seolah-olah kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya. Dan apabila terdapat kesalahan yang timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau pengungkapan dari periode lalu, maka dikoreksi dengan menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu dimana kesalahan terjadi. Dengan adanya 41

32 PSAK No.1 yang berbasis IFRS tersebut, dalam menyajikan laporan keuangannya perusahaan perlu memahami, menguasai, dan menerapkan standar akuntansi sesuai peraturan yang sudah berbasis IFRS tersebut. Sehingga dibutuhkan cukup waktu untuk menguasai konsep IFRS terutama oleh manajemen perusahaan yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Yaacob dan Che-Ahmad (2011) menemukan adanya pengaruh signifikan adopsi IFRS terhadap audit delay. Dalam penelitian tersebut membuktikan bahwa kompleksitas IFRS menyebabkan auditor membutuhkan lebih banyak waktu dalam melaksanakan penugasan audit mereka. Sedangkan Margaretta (2011) tidak menemukan hubungan signifikan antara IFRS dengan keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis pertama penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 1 : penerapan IFRS berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. II Opini Auditor Opini auditor atas laporan keuangan yang disajikan perusahaan akan mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Soltani (2002) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima qualified opinion, cenderung untuk menunda penyampaian laporan keuangan dibandingkan dengan 42

33 perusahaan yang menerima unqualified opinion. Ahmad dan Kamarudin (2003) menyatakan qualified opinion dilihat sebagai bad news dan akan memperlambat proses audit. Beberapa penelitian menemukan adanya hubungan positif antara opini auditor terhadap audit delay, antara lain: Subekti dan Widiyanti (2004), Ahmad dan Kamarudin (2003), Yaacob dan Che-Ahmad (2011), Ashton et al., (1987), Carslaw dan Kaplan (1991), Bamber et al., (1993), Soltani (2002). Sedangkan Shukeri dan Nelson (2011) tidak menemukan adanya pengaruh jenis opini auditor terhadap audit delay. Dengan adanya audit delay tersebut juga berdampak pada keterlambatan penyampaian laporan keuangan kepada publik. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis kedua penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 2 : Opini auditor berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. II Kualitas Auditor Kualitas KAP dilihat berdasarkan pada seberapa besar kualitas hasil jasa, yang akan berdampak pada jangka waktu penyelesaian audit. Dalam penelitian ini, kualitas audit diproksi dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, mengacu pada apakah KAP bersangkutan merupakan the big four/bukan. Empat KAP yang disebut juga the big four terdiri dari PricewaterhouseCoopers (PWC), Klynveld Peat Marwick 43

34 Goerdeler (KPMG), Ernst & Young (E & Y), dan Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte). Sedangkan KAP non the big four adalah KAP lokal. Gilling (1977) menyatakan bahwa perusahaan audit besar dapat melakukan audit dengan cepat dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu untuk dapat menyelesaikan auditnya tepat waktu. Perusahaan audit yang besar seperti the big four dianggap memiliki kualitas yang baik karena terkait dengan kinerjanya dalam melaksanakan audit dengan efisien dan tepat waktu, sehingga dengan adanya pelaksanaan audit yang cepat, membuat perusahaan juga tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan auditannya kepada publik. Sehingga perusahaan yang memakai jasa KAP yang memiliki kualitas baik akan dapat menyampaikan laporan keuangan perusahaan yang lebih tepat waktu jika dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang berkualitas. Hasil penelitian Shukeri dan Nelson (2011), Ahmad dan Kamarudin (2003), Subekti dan Widiyanti (2004), Ashton et al., (1987), Gilling (1977), Rachmawati (2008), dan Lawrence dan Glover (1998) menemukan adanya pengaruh kualitas auditor terhadap audit delay, dan Margaretta (2011) juga menemukan hubungan signifikan antara kualitas auditor dengan keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Sedangkan Prabandari dan Rustiana (2007), Al Ajmi (2008) tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung pengaruh kualitas auditor terhadap audit delay, dan Aryati dan Theresia (2005) juga menyatakan bahwa kualitas auditor tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap timeliness. 44

35 Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis ketiga penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 3 : Kualitas auditor berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. II Kompleksitas operasi Tingkat kompleksitas operasi perusahaan kemungkinan dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangannya kepada publik. Kompleksitas operasi perusahaan dapat dilihat berdasarkan jumlah dan lokasi unit operasi (cabang) serta diversifikasi atas lini produk dan pasar, yang dapat mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan auditnya. Owusu Ansah (2000) menemukan bahwa kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangannya kepada publik. Dan Givoly dan Palmon (1982) juga menemukan hubungan signifikan antara kompleksitas operasi terhadap audit delay. Sedangkan Margaretta (2011) tidak menemukan hubungan signifikan kompleksitas operasi terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: 45

36 Ha 4 : Kompleksitas operasi berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. II Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan total asset perusahaan. Perusahaan yang memiliki total asset yang besar memiliki hubungan dengan ketepatan waktu laporan keuangan. Perusahaan besar dapat melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan besar melaksanakan suatu pengendalian internal yang lebih kuat dan memiliki dorongan untuk mengurangi audit delay, yang memungkinkan proses audit yang dilakukan auditor berlangsung dengan cepat, sehingga tidak terjadi penundaan penyampaian laporan keuangan auditan. Hasil penelitian Aryati dan Theresia (2005), Al ajmi (2008), Rachmawati (2008), dan Margaretta (2011) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Sedangkan Givoly dan Palmon (1982) tidak menemukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu laporan tahunan. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis kelima penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. 46

37 II Solvabilitas Solvabilitas perusahaan dilihat berdasarkan debt to asset ratio (DAR). Semakin tinggi debt to asset ratio, maka mengindikasikan buruknya kesehatan keuangan perusahaan, yang mengakibatkan semakin tingginya risiko finansial suatu perusahaan. Sehingga auditor perlu cukup waktu yang lebih panjang untuk memfokuskan perhatiannya terhadap laporan keuangan yang kurang realible, guna menilai going concern perusahaan kedepannya. Dengan panjangnya proses audit tersebut, dapat berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Hasil penelitian Al ajmi (2008) dan Rachmawati (2008) menunjukkan bahwa solvabilitas memiliki pengaruh terhadap ketepatan pelaporan tahunan. Sementara Carslaw dan Kaplan (1991) menemukan pengaruh solvabilitas terhadap audit delay. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis keenam penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 6 : Solvabilitas berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. II Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan dilihat dari profit atau loss yang dialami oleh perusahaan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian (loss) cenderung untuk menunda menerbitkan laporan keuangannya, karena mereka tidak ingin melaporkan bad news tersebut kepada 47

38 publik yang dapat membahayakan reputasi dan kinerja perusahaaan tersebut di masa yang akan datang. Namun sebaliknya untuk perusahaan yang mengalami profit cenderung untuk segera melaporkan good news tersebut kepada publik, sehingga semakin kecil pula terjadinya keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Shukeri dan Nelson (2011) menemukan hubungan signifikan kinerja perusahaan terhadap audit report lag. Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu dan argumen di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis ketujuh penelitian ini (dinyatakan dalam hipotesis alternatif) sebagai berikut: Ha 7 : Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan perusahaan ke Bapepam. 48

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan (users). Terutama bagi perusahaan perusahaan go public

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan waktu penyampaian laporan keuangan. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan ( annual report) kepada

BAB I PENDAHULUAN. (BEI) diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan ( annual report) kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memberikan kontribusi tersendiri bagi pembangunan perekonomian. Kontribusi dari pasar modal itu adalah sebagai penghubung antara pemodal dengan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan. Selain itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat ditandai dengan ketatnya persaingan baik dari kompetitor maupun new entry, menuntut perusahaan untuk terus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama pada perusahaan yang telah go public. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi batas geografis bukan lagi hambatan dalam berbisnis, persaingan bisnis semakin ketat karena kompetitor bukan hanya perusahaan dalam negeri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit Report Lag Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b) BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai perusahaan go public. Sehingga perkembangan perusahaan go BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis di Indonesia beberapa tahun terakhir ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Kepatuhan (Compliance Theory) selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Kepatuhan (Compliance Theory) selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan public di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal sebagai lembaga investasi yang mempunyai fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal sebagai lembaga investasi yang mempunyai fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal sebagai lembaga investasi yang mempunyai fungsi ekonomi dan keuangan semakin diperlukan masyarakat sebagai media alternatif investasi dan penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang ketat saat ini membuat semakin banyak perusahaan yang memerlukan dana untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu cara yang dilakukan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Go Public adalah perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan penawaran saham kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh Undang-Undang Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan informasi yang menyajikan tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian di dunia khususnya Indonesia, mengakibatkan perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang - orang mulai melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cost-benefit, dan materialitas. Relevansi informasi keuangan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. cost-benefit, dan materialitas. Relevansi informasi keuangan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya perusahaan yang go public membuat semakin banyaknya keperluan akan informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut haruslah memberikan manfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. luas, yang disebut dengan go public. Setiap perusahaan go public diwajibkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan dana yang lebih besar. Sumber pendanaan ini dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : PSAK par.7) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono ketepatwaktuan informasi. relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemanfaatan laporan keuangan. Menurut Suwardjono ketepatwaktuan informasi. relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyajian informasi dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat waktu pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan. Nilai dan ketepatan waktu pelaporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI) kini berkembang dengan pesat. Salah satu faktor perkembangannya adalah tingginya permintaan audit terhadap laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Teori kepatuhan merupakan ilmu sosial khususnya dibidang psikologis dan sosiologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori keagenan (agency theory) menjelaskan hubungan antara agen dengan principal. Dalam teori keagenan, agen memilki peran sebagai pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh investor (Puspitasari dan Latrini, 2014). Penyampaian Laporan Keuangan Berkala yang berisi laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perusahaan go public yang ada di Indonesia menyebabkan perusahaan-perusahaan besar membutuhkan sumber dana dari luar. Salah satu cara memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan (Yendrawati dan Rokhman 2008, dalam Dewi, 2013). laporan dalam membuat keputusan-keputusan pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan (Yendrawati dan Rokhman 2008, dalam Dewi, 2013). laporan dalam membuat keputusan-keputusan pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus, terbuka, intregritas, dan tepat waktu (Ang: 1997) dalam Respaty (2001: 1). Ketepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan. perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan. perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini mempengaruhi perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia, sehingga berdampak pada perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan semakin berkembangnya dunia usaha saat ini, pasar modal memiliki peranan tersendiri dalam pembangunan ekonomi, yakni mempertemukan pihak yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu wadah bagi perusahaan publik untuk mencari investor (Jumratul dan Wiratmaja, 2014: 63 dalam Apriyani, 2015). Perusahaan publik harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal berperan penting dalam pembangunan ekonomi pada suatu negara seiring dengan perkembangan perusahaan go public, salah satunya dari sektor manufaktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi-informasi dan pengukuran ekonomi mengenai sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan informasi-informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan go public adalah perusahaan yang menjual sebagian kepemilikan atas perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas, laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal ini ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan (agency theory) menjelaskan adanya pemisahan fungsi antara agen (pihak manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah go public. Seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Seiring pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Seiring pesatnya perkembangan jumlah perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori II.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan mempunyai peranan penting karena laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam setiap pembuatan keputusan yang dilakukan perusahaan Go Public di. operasi perusahaan Husnan, (dalam Kusumo, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam setiap pembuatan keputusan yang dilakukan perusahaan Go Public di. operasi perusahaan Husnan, (dalam Kusumo, 2011). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam era perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan pesat, sehingga perlu melakukan peningkatan strategi investasi di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Menurut Baridwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor dan kreditor dengan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor dan kreditor dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan dibuat untuk kepentingan investor dan kreditor dengan kegunaan untuk mengetahui tingkat prediktibilitas perusahaan tersebut apakah layak atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kepentingan atas informasi tersebut (Belkaui dalam Wicaksono, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan suatu media komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tugas-tugas tertentu bagi prinsipal, prinsipal menutup kontrak untuk memberi imbalan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan prinsipal. Pada teori ini dijelaskan adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan berkaitan dengan permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency theory adalah pendesainan kontrak untuk menyelaraskan kepentingan antara principal dan agent dalam hal terjadi konflik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Publik (PSAK, 2012 : Paragraf 7) Laporan Keuangan adalah laporan yang menyediakan informasi yang menyangkut posisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, opini auditor, tingkat profitabilitas, dan reputasi auditor terhadap audit delay, membutuhkan kajian teori-teori sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna. Informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan dari laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 07

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 07 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 07 (SAK:2007) merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya kompleksitas kegiatan operasi bisnis dan pertumbuhan investasi pada saat ini, para investor memerlukan lebih banyak informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkomunikasikan keaadan keuangan dari hasil operasi. perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkomunikasikan keaadan keuangan dari hasil operasi. perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Namun demikian, informasi

BAB I PENDAHULUAN. (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Namun demikian, informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Namun demikian, informasi baru akan bermanfaat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (pihak perusahaan) dengan pihak di luar perusahaan. Melalui laporan keuangan, manajemen perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut audit

BAB I PENDAHULUAN. yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini dalam audit sering disebut audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber dana yang paling banyak di dapat dalam mendanai perusahaan adalah dari investor di pasar modal yang menanamkan dananya di perusahaan. Perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sebuah alat penting bagi para pelaku dunia bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang dilakukan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pihak seperti manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan mempunyai peranan penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menentukan keberlangsungan suatu perusahaan (going concern). Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan memiliki peran penting dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan laporan keuangan dapat mencerminkan bagus tidaknya posisi suatu perusahaan sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi menjadi sedemikian kompleks dengan tingkat persaingan yang sangat ketat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berpotensi menjadi pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara internal perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan juga digunakan sebagai wahana dalam mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan selama satu periode. Laporan ini mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah go public.seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah go public.seiring pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam mendukung keberlangsungan suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public.seiring pesatnya

Lebih terperinci

keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan go public. Peningkatan jumlah perusahaan go public diikuti dengan tingginya

keberlangsungan suatu perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan go public. Peningkatan jumlah perusahaan go public diikuti dengan tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan adalah salah satu alat penting yang digunakan untuk mengukur maupun menilai kinerja perusahaan serta mendukung keberlangsungan suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan go public di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Perkembangan perusahaan go

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012 mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut : Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang kiat membuat perekonomian di Indonesia semakin signifikan mengalami perkembangan ini, mendorong semakin berkembangnya pula perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan, utamanya perusahaan yang telah go public. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneitian Laporan Keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen (intern perusahaan) dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan dirancang untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang go public. Semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di. pengambilan keputusan bisinisnya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang go public. Semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di. pengambilan keputusan bisinisnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia saat ini telah mengalami peningkatan yang sangat pesat yang ditandai dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang go public.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai penyedia informasi suatu perusahaan (Suardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penting sebagai penyedia informasi suatu perusahaan (Suardi, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dari informasi keuangan untuk profesi akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dari informasi keuangan untuk profesi akuntansi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia menunjukkan adanya permintaan akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan. Salah satu cara untuk mengukur transparansi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Agency Theory Agency theory adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik atau pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit. yang go public selanjutnya ternyata tidak mudah, hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit. yang go public selanjutnya ternyata tidak mudah, hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan dan laporan audit (timeliness) merupakan syarat utama bagi peningkatan harga pasar saham perusahaan-perusahaan go

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) Auditor Switching dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Tema Hasil 1 Rasmini & Juliantari (2013) 2 Astuti & Ramantha (2014) 3 Ardianingsih (2014) 4 Ismiyaca et al. (2015) Auditor

Lebih terperinci

masa tunda, maka relevansi laporan keuangan makin diragukan. Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang te

masa tunda, maka relevansi laporan keuangan makin diragukan. Chambers dan Penman (1984) dalam Subekti (2004) menunjukkan bahwa pengumuman laba yang te PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, OPINI AUDITOR DAN REPUTASI KAP TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Rio Ferdianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini, kegiatan di Bursa Efek Indonesia semakin berkembang pesat. Seluruh perusahaan yang bergabung diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional maupun untuk mengembangkan perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh perusahaan terdiri dari pinjaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan laporan tahunan (annual report) kepada Bursa Efek Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan audit laporan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG ANALISIS PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2011 Puri Ratna Sari (Binus University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian di tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 %, lebih baik bila

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian di tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 %, lebih baik bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia memperlihatkan hal-hal yang baik setahun belakangan dengan pertumbuhan perekonomian di tahun 2011 yaitu sebesar 6,5 %, lebih baik bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dari proses akuntansi yang berfungsi sebagai media untuk memberikan informasi untuk calon investor, calon kreditor, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan serta merupakan gambaran bentuk kinerja manajemen dalam mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia perekonomian di Indonesia yang sangat pesat, kebutuhan akan informasi yang lengkap, tepat waktu, dan berkualitas tentang suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan (Setiawan, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. pengguna lainnya untuk mengambil keputusan (Setiawan, 2013 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha di Indonesia menyebabkan perusahaanperusahaan besar membutuhkan sumber pendanaan dari luar. Salah satu sumber tersebut adalah penerbitan

Lebih terperinci