II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation on Non Wood Forest Product (1998) dalam Sofyan (2000), menyatakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sebagai bahan yang diambil dari hutan selain dari kayu dengan ragam bentuk dan sifat yang sangat luas. Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu yang dipakai di lingkungan kehutanan mencakup semua benda biologis termasuk jasa yang berasal dari hutan atau lahan sejenis di luar kawasan hutan dan tidak termasuk kayu dalam berbagai bentuk ( 15/05/2010). Jamur Tiram Jamur tiram atau jamur tiram putih adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada dipinggir (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii atau King Oyster Mushroom (Suriawiria, 2001). Tubuh buah mempunyai tudung yang berubah dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih dengan permukaan yang hampir licin dengan diameter 5-20 cm. Tepi tudung mulus sedikit berlekuk. Spora berbentuk batang berukuran (8-11) (3-4) µm. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Pembudidayaan jamur tiram biasanya dilakukan dengan media tanam serbuk gergaji. Selain campuran pada berbagai jenis masakan, jamur tiram merupakan bahan baku obat statin. Jamur tiram diketahui membunuh dan 6

2 mencerna nematoda yang kemungkinan besar dilakukan untuk memperoleh nitrogen. Klasifikasi Jamur Tiram yaitu: Menurut sistematika secara taksonominya, klasifikasi jamur tiram putih, Kerajaan : Fungi Filum : Basidiomycota Kelas : Homobasidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Agaricaceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus Budidaya Jamur Tiram Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Karena tidak berklorofil, kehidupan jamur mengambil makanan yang sudah dibuat oleh organisme lain yang telah mati (Suhardiman, 1989). Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya lezat mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau Oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat 50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini, setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg vitamin C. Dari hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi. 7

3 Dilihat dari aspek kesehatan, jamur tiram merupakan bahan pangan bergizi berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkan obat modern. Secara ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Berikut gambaran secara umum untuk melakukan kegiatan budidaya jamur tiram, antara lain: Tempat tumbuh Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun lancip atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan miselium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Dalam meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur sebagai sumber mineral dan pengatur ph meter. Campuran bahan-bahan tersebut yang dijadikan sebagai media perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60-65% dengan menambah air bersih agar miselia 8

4 jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik. Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme. Tingkat keasaman (ph) Pertumbuhan jamur tiram dipengaruhi oleh tingkat keasaman medianya. Apabila ph terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. Bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman ph media perlu diatur antara ph 6-7 dengan menggunakan kapur. Suhu udara Dalam budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang sangat penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara C dengan kelembaban 60-70% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara C. Cahaya Miselium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar, sebaiknya selama masa pertumbuhan miselium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat intensitas penyinaran 60-70% cahaya. Sarana Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih Sarana produksi yang diperlukan dalam usaha budidaya jamur tiram putih, yaitu bangunan, rak bambu, peralatan dan bahan-bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan. 9

5 Bangunan Budidaya jamur tiram putih secara komersil memerlukan beberapa bangunan yang diperlukan dalam kegiatan usahanya. Bangunan yang diperlukan terdiri dari ruang persiapan, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang penanaman dan ruang pembibitan. Bangunan tersebut dibuat dari kerangka kayu dengan dinding dari anyaman bambu dan atapnya dari genteng. Dinding bangunan dibuat dari anyaman bambu dengan tujuan memperkecil biaya bangunan, disamping pembuatannya yang mudah, anyaman bambu ini sangat baik dalam pengaturan suhu dan kelembaban ruangan, karena memberikan sirkulasi udara yang baik dari ventilasi anyaman serta dengan masuknya angin melalui jaringan anyaman, dapat mempercepat perkembangan spora jamur. Bangunan ini dapat dipergunakan unutuk jangka waktu 10 tahun. Rak-Rak Bambu Ruangan inkubasi dan penanaman terdiri dari 15 rak yang tersusun dalam dua baris dan pada masing-masing barisnya terdapat empat tingkat rak bendeng. Ukuran unit rak berukuran 20 cm x 100 cm dan tinggi 200 cm, setiap ruangan rak setinggi 50 cm ke arah vertikal diberi penyekat bambu. Pada ruangan rak tersebut log disusun dengan posisi bertumpuk vertikal sampai memenuhi ruangan dan di bawah kaki rak-rak bambu dipasang wadah atau kaleng berisi air untuk menghindari masuknya semut. Peralatan Peralatan dalam budidaya jamur tiram putih pada umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah diperoleh. Fungsi dari beberapa peralatan budidaya jamur tiram putih diantaranya, yaitu : Jarum Inokulasi Jarum inokulasi digunakan untuk menginokulasi miselium jamur ke media, maksudnya mengambil potongan agar-agar yang telah ditumbuhi miselium dan memindahkannnya ke media agar-agar. 10

6 Sprayer Sprayer digunakan untuk menyemprotkan alkohol 70% ke dalam ruangan agar ruangan menjadi steril. Penyemprotan ini dilakukan satu jam sebelum melakukan inokulasi. Timbangan Timbangan 150 kg digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan media tanam atau media bibit jamur, sedangkan timbangan 2 kg digunakan untuk menimbang hasil panen jamur. Alkohol 70% Alkohol ini digunakan untuk pekerjaan aseptik, misalnya mencelupkan jarum inokulasi, selain itu digunakan untuk mensterilkan tangan yang akan melakukan pekerjaan inokulasi. Saringan Pengayak Saringan pengayak digunakan untuk mengayak serbuk gergaji agar seragam ukurannya dan tidak tercampur dengan bahan ikutan lainnya seperti kayu atau kerikil. Saringan ayakan dapat dibuat dengan menggunakan kawat ayakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter. Autoklaf Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media. Contoh bahan-bahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah kapas, sumber karet, serbuk kayu, baglog, media bibit dan botol bibit. Kapasitas autoklaf yang digunakan adalah 500 baglog. Termometer Alat ini mempunyai fungsi untuk mengukur suhu udara di dalam bangunan atau kumbung jamur. Higrometer Alat ini digantung dalam ruangan dan digunakan untuk mengukur kelembaban ruangan penanaman atau ruang inkubasi. 11

7 Bahan-bahan Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram putih yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur tiram mengandung sejumlah unsur, diantaranya ada yang bermanfaat bagi pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat. Unsur yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur tiram putih antara lain karbohidarat, lignin dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain getah dan zat ekstratif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur tiram putih sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami. Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu adalah sebagai berikut : - Serbuk kayu yang tidak tercampur dengan bahan bakar, contohnya : oli, solar, minyak dan lain-lain. - Serbuk kayu harus berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung getah. - Serbuk kayu harus baru dan kering. Serbuk kayu sebagai bahan baku substrat, setiap harinya digunakan sebanyak 12 karung atau 200 kg dalam keadaan kering, dan dapat menghasilkan sekitar 500 baglog tanam. Pemasukan serbuk kayu dilakukan dengan sistem pemesanan langsung dengan harga per karung adalah Rp Bahan tambahan Bekatul Bekatul merupakan sumber vitamin terutama vitamin B kompleks yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium serta untuk pertumbuhan tubuh buah jamur. Bekatul yang akan dipakai sebagai media tanam harus yang berkualitas baik artinya bekatul tersebut tidak boleh bercampur dengan sekam atau kulit padi dan tidak boleh beku atau yang berwarna hitam. Apabila 12

8 bekatul tersebut kurang baik mutunya maka hal ini dapat menurunkan tingkat produktifitas jamur. Bekatul yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 30 kg, dengan harga Rp per kg. Kapur Kapur digunakan untuk mengatur ph media. Disamping itu, kapur juga sebagai sumber kalsium (Ca). Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat. Banyaknya kapur digunakan adalah 4 kg untuk produksi 500 baglog tanam per hari per sekali proses budidaya dengan harga kapur Rp 500 per kg. Unsur kalsium dan karbon digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur tiram putih bagi pertumbuhannya. Gips Gips digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah rusak. Gips yang diperlukan untuk 500 baglog tanam adalah 1 kg. Harga gips Rp per kg. Proses Budidaya Jamur Tiram Putih Keberhasilan budidaya jamur tiram putih ditentukan oleh proses budidaya yang dilakukan. Proses budidaya jamur tiram putih mulai dari persiapan sampai pemanenan membutuhkan hari. Berapa tahapan proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan, yaitu : Ruang persiapan Ruang atau bangunan persiapan digunakan untuk persiapan pembuatan media tanam. Kegiatan yang dilakukan pada ruang persiapan antara lain : kegiatan pengayakan serbuk kayu, penimbangan serbuk kayu, perendaman serbuk kayu, penirisan serbuk kayu, pencampuran media, pengomposan media, pengantongan media, sterilisai media dan pendinginan media. Ruang persiapan dapat digunakan pula sebagai tempat untuk menyimpan bahan baku dan bahan tambahan apabila skala produksi usaha tidak terlalu besar. Ukuran ruangan 6 m x 5 m x 5 m. Persiapan media merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum dimulainya pembuatan media tumbuh. Pada ruang persiapan dilakukan kegiatan 13

9 yang meliputi penyediaan bahan baku, yaitu sebuk kayu dan bahan tambahan persiapan media tanam seperti bekatul, kapur dan gips yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Selain itu, persiapan alat atau sarana kerja juga perlu dilakukan. Komposisi media tanam yang harus dipersiapkan dan digunakan adalah sebagai berikut : - Serbuk gergaji : 199,6 kg dalam keadaan serbuk bersih - Bekatul (dedak) : 30 kg - Kapur ( CaCO 3 ) : 4 kg - Gips ( CaSO 4 ) : 1 kg Setelah semuanya siap maka segera dibuat rencana kegiatan produksi untuk media tanam yang meliputi : Pengayakan serbuk gergaji Pada prinsipnya pengayakan dilakukan untuk memisahkan serbuk gergaji dari sampah kulit kayu dan potongan kulit kayu yang tidak berguna, bahkan sampah tersebut dapat merusak kantong plastik dan mengakibatkan kontaminasi. Dalam hal ini, ukuran ayakan yang digunakan sama dengan dengan ukuran dalam mengayak pasir. Kawat ayakan yang digunakan berukuran kira-kira 0,5 cm dengan panjang 1,5 m dan lebar 1 m. Pengayakan dilakukan secara manual oleh satu orang tenaga manusia. Lama pengayakan serbuk gergaji adalah 1-2 jam untuk 12 karung atau 200 kg dengan limbah 0,4 kg, sehingga menghasilkan 199,6 kg serbuk gergaji bersih untuk 500 baglog tanam. Adapun manfaat dari pengayakan adalah untuk mendapatkan keseragaman ukuran serbuk gergaji sehingga pada saat dilakukan pencampuran dengan bahanbahan lainnya dapat merata dan penyebaran miselia pada media tanam substrat setelah diinokulasi diharapkan lebih sempurna. Penimbangan Penimbangan dilakukan dengan tujuan mendapatkan komposisi yang tepat dari beberapa bahan-bahan yang akan disiapkan untuk pembuatan media tanam, apabila penimbangan tersebut tidak tepat, maka berdampak pada pertumbuhan dan kualitas jamur yang tidak normal. Jenis timbangan yang dipakai adalah timbangan 150 kg. 14

10 Perendaman Kegiatan perendaman serbuk gergaji mempunyai maksud tujuan untuk menghilangkan zat-zat penghambat pertumbuhan miselium seperti getah, minyak dan lain-lain. Fungsi lain dari perendaman ialah serbuk gergaji menjadi bersih dan lebih lunak serta kandungan kadar airnya lebih stabil. Sebelum melakukan perendaman, bak perendaman terlebih dahulu dibersihkan dari debu, lumut, dan kotoran-kotoran lainnya guna menjaga tidak tercemarnya air yang digunakan untuk merendam serbuk gergaji. Perendaman dilakukan dengan cara serbuk gergaji dimasukkan ke dalam karung terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kehilangan serbuk gergaji selama perendaman. Kemudian serbuk gergaji direndam dalam bak air yang bersih dan ditindih dengan pemberat. Apabila tidak digunakan pemberat, maka serbuk gergaji tersebut akan mengapung. Perendaman dilakukan selama 24 jam. Penirisan Setelah waktu perendaman selesai, selanjutnya dilakukan penirisan dengan cara meletakkan karung berisi sebuk gergaji yang telah direndam di atas para-para agar air yang berlebihan dalam serbuk gergaji tersebut tuntas (tidak banyak menetes). Kadar air yang berlebihan diatas 60% dapat mengakibatkan kontaminasi atau pembusukan media. Selain itu apabila media tanam terlalu basah karena kadar air terlalu tinggi, maka dapat menghambat pertumbuhan miselium. Percampuran Media Tujuan dari fungsi pencampuran media yaitu agar pencampuran komposisi media tanam yang terdiri dari serbuk gergaji + bekatul + kapur (CaCO 3 ) + gips (CaSO 4 ) dapat teraduk merata. Sebelum melakukan kegiatan ini lantai yang akan digunakan untuk pencampuran media tanam harus dibersihkan dahulu agar terhindar dari mikroorganisme pengganggu dan debu. Cara pencampuran media yang dilakukan adalah sebagai berikut: ½ bagian serbuk gergaji dicampur dengan bekatul + kapur + gips diaduk sampai merata dengan menggunakan sekop. Setelah itu hasil pencampuran tersebut dicampur 15

11 dengan ½ bagian sisa serbuk gergaji yang lain, kemudian ditambah dengan air bersih. Penambahan air dihentikan pada saat kadar air media telah tercukupi, dimana jika media dikepal dengan tangan akan terbentuk gumpalan yang tidak mudah pecah. Pengomposan Pengomposan dilakukan dengan cara menekan campuran serbuk gergaji, kemudian menutupnya secara rapat dengan menggunakan plastik selama satu hari. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan kenaikan suhu menjadi sekitar 50 C. Semakin tinggi suhu dan kelembaban saat pengomposan berlangsung akan mempercepat proses fermentasi media. Tujuan dari pengomoposan ialah untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Senyawasenyawa yang lebih sederhana akan lebih mudah dicerna oleh jamur tiram putih sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur tiram putih lebih baik. Pengantongan Media Media hasil pengomposan dimasukkan ke dalam kantong plastik polipropilen (pp) ukuran 18 cm x 30 cm, dengan ketebalan 0,5-0,6 mm, diameter kantong 15 cm dan tinggi kantong 20 cm. Penggunaan kantong plastik dimaksud untuk menjaga kondisi lembab media dan memudahkan penanganan media selama pertumbuhan. Pemilihan kantong plastik berwarna putih bertujuan untuk mempermudah melihat pertumbuhan miselium. Kantong plastik yang terlalu tipis mudah pecah saat pengantongan, sedangkan kantong plastik yang terlalu tebal mempersulit pengantongan. Adapun prosedur media yaitu sebagai berikut : - Media dimasukkan ke dalam kantong plastik sedikit demi sedikit sambil dipadatkan, apabila media di dalam kantong plastik tidak padat, maka pertumbuhan bibit atau miselium tidak merata. Media yang dimasukkan ke setiap kantong plastik sebanyak 1,3 kg. Cara memadatkan media tersebut secara normal, yaitu ditumbuk dengan botol atau alat lainnya. - Setelah log media dipadatkan, bagian atasnya diberikan cincin leher dan disumbatkan dengan kapas serta ditutup dengan potongan kertas koran yang diikat dengan karet gelang. Dengan demikian bungkusan akan menyerupai 16

12 botol. Perlakuan tersebut sangat berguna agar pada saat penyeterilan dilakukan, log tersebut tidak kemasukan air. Sterilisasi Log media tanam yang akan ditanam bibit jamur harus disterilkan terlebih dahulu. Sterilisasi dilakukan pada suhu C selama delapan jam. Untuk melakukan sterilisasi media digunakan alat pengukus, yaitu autoklaf yang dapat menampung kurang lebih 500 baglog, yang sedikit dimodifikasi dengan menambahkan bambu sebagai pembatas antara air dengan tempat media. Penyusunan baglog di dalam autoklaf dibuat bertingkat dalam posisi tidur sampai memenuhi autoklaf dan ditutup dengan plastik supaya uap panas tidak keluar. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk membebaskan kontaminasi, yaitu mematikan jasad hidup atau bibit jamur liar yang dapat mengganggu pertumbuhan miselium. Akibat dari kurang baiknya sterilisasi dapat menyebabkan kegagalan sekitar 30% pada media tanam. Adapun sebab-sebab kegagalan dalam sterilirsasi, yaitu: - Tekanan uap air panas tidak tercapai. Kondisi ini dapat disebabkan oleh nyala api kompor yang tidak konstan atau stabil, serta dapat juga disebabkan oleh uap panas yang tidak merata karena penyusunan log dalam autoklaf terlalu padat. Oleh karena itu kompor harus selalu dibersihkan dan wadah minyak harus diperhatikan. - Waktu pemanasan terlalu singkat yakni kurang dari 8 jam sehingga spora jamur liar yang ada di dalam media tanam tidak mati. Selain itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menekan kegagalan adalah : - Bahan untuk pembuatan log tanam harus terbebas dari benda asing - Autoklaf harus sterilisasi dan dapat menghasilkan uap air panas dengan temperatur atau tekanan yang sesuai dengan kebutuhan. Pendinginan Media Sebelum dilakukan pemberian bibit atau inokulasi, media yang telah disterilisasi harus didinginkan terlebih dahulu sekitar 8-12 jam. Pendinginan 17

13 dilakukan hingga suhu mencapai C. Apabila suhu media terlalu tinggi, maka bibit yang ditanam akan mati karena kepanasan. Ruang Pembibitan Ruang pembibitan adalah ruangan yang khusus digunakan untuk proses produksi bibit. Ruang ini digunakan bila produksi sudah besar. Ruangan ini seklaigus dijadikan sebagai tempat penyimpanan bibit-bibit jamur yang dibentuk dalam kemasan botol. Menyediakan ruangan pembibitan yang diatur kebersihannya sedemikian rupa sehingga terbebas dari kontaminan. Ruang Inokulasi Ruang Inokulasi adalah ruang yang digunakan untuk kegiatan menanam bibit pada media tanam. Ruang inokulasi harus mudah dibersihkan dan disterilkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba lain. Pada ruang inokulasi diusahakan tidak banyak terdapat ventilasi yang terbuka lebar. Ventilasi sebaiknya dipasang filter atau saringan dari kawat kassa atau kassa plastik. Hal ini untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak yang dapat meningkatkan kontaminan atau adanya mikroba lain. Ruang inokulasi tersebut berukuran 2,5 m x 3 m x 5 m dan digunakan untuk inokulasi media tanam dan bibit jamur. Ruang inokulasi termasuk sangat sederhana dan memiliki luasan yang kecil. Jumlah pekerja yang melakukan inokulasi bibit sebanyak 2-3 orang. Secara keseluruhan ruangan dilapisi dengan kassa plastik yang dipasang pada bambu-bambu pembatas ruangan sehingga kelembaban ruangan berkisar 80-90%. Hal-hal yang mutlak harus dipersiapkan dan diperhatikan untuk keberhasilan kegiatan inokulasi tersebut adalah sebagai berikut : Kondisi ruangan Persyaratan yang harus dipenuhi untuk ruang inokulasi yaitu : a. Harus ruang khusus atau tersendiri. b. Terbuat dari tembok dengan lantai keramik. c. Ruangan harus selalu bersih dari debu dan kotoran. 18

14 d. Ruangan harus steril dengan cara menyemprotkan alkohol 70% dengan menggunakan alat sprayer. Kemudian dengan ruangan tersebut ditutup rapat selama satu jam sebelum dipakai. Alat-alat Kerja Semua peralatan kerja yang diperlukan seperti sendok, alat penusuk dan jarum inokulasi harus disterilkan dengan cara direbus ke dalam air mendidih dan pada saat akan dipakai harus disemprot dengan alkohol 70%. Kemudian dibakar beberapa saat di atas lampu spiritus. Tenaga Pelaksana Karyawan yang menangani pekerjaan inokulasi harus berpengalaman dan menguasai teknik inokulasi serta harus dalam kondisi sehat, bila sedang bekerja harus selalu menjaga kebersihan tangan dan pakaian serta memakai masker. Bibit Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur tiram putih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jamur tiram putih adalah sebagai berikut : - Bibit berasal dari strain atau varietas unggul. - Umur bibit optimal hari. - Warna bibit merata. - Bibit tidak terkontaminasi. - Tubuh buah jamur belum tumbuh. Setelah semua persyaratan untuk inokulasi dipenuhi, selanjutnya kegiatan penginokulasian dapat dilakukan secara aseptik (suci hama) agar hasil pembibitan tidak terkontaminasi oleh mikroba perusak. Teknik inokulasi yang dilakukan adalah dengan cara taburan, yaitu siapkan media tanam yang akan diinokulasi. Suhu media tanam tidak boleh lebih dari 35 C, agar bibit yang ditanam tidak mati. Sterilkan alat inokulasi atau sendok dan peralatan lainnya dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol 70% dan membakarnya di atas nyala lampu spiritus. Buka media tanam pada bagian atas yang terdapat cincin leher dan taburkan bibit ke dalam permukaan media sebanyak dua sendok makan. Pasang 19

15 cincin yang terbuat dari plastik kemudian disumpal dengan kapas, kemudian ditutup dengan kertas koran dan diikat dengan karet gelang. Log media tanam yang sudah diberi bibit dipindahkan ke inkubasi. Ruang Inkubasi Ruang inkubasi adalah ruang yang digunakan untuk menumbuhkan miselium jamur tiram putih pada media tanam yang sudah diinokulasi. Ruang inkubasi biasa disebut dengan ruang spawning. Ruang inkubasi tidak boleh terlalu lembab karena pada masa kegiatan tersebut media tanam masih berada dalam keadaan tertutup kantong plastik sehingga kelembaban berasal dari substrat itu sendiri, bukan dari lingkungan. Suhu ruang inkubasi berkisar antara C dengan tingkat kelembaban 60-80%. Ruang ini dilengkapai dengan rak-rak inkubasi untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. Rak-rak inkubasi dibuat berjejer dan saling berhadapan dengan maksud tujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan ruangan sehingga dapat memuat media maksimum baglog. Ukuran ruang inkubasi 11 m x 6 m x 5 m. Masa inkubasi adalah 3-4 minggu yang ditandai dengan tumbuhnya miselia yang tampak putih merata menyeliputi seluruh bagian log media tanam. Penempatan media inkubasi dibuat rak-rak bambu yang terletak berjejer sehingga dapat dimanfaatkan secara efesien. Ruang Penumbuhan Ruang penumbuhan atau sering disebut juga ruang growing digunakan untuk menumbuhkan jamur tiram putih. Ruang ini dilengkapi dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot atau pengabut yang dipasang pada rak penanaman ataupun pengabut yang terpisah dari rak. Pengabut tersebut berfungsi untuk menyemprotkan air sehingga ruangan dapat diatur dalam kondisi optimal, suhu ruangan C dengan tingkat kelembaban 80-90%. Ruang penumbuhan ini berukuran 14 m x 14 m x 5 m dan dapat memuat media dengan kapasitas maksimum baglog. Pada umunya ruang inokulasi, inkubasi dan penanaman dibuat berdekatan satu sama lain. 20

16 Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur, setelah berumur hari sudah siap untuk dilakukan penumbuhan. Penumbuhan dilakukan dengan cara membuka plastik media tumbuh yang sudah dipenuhi miselia tersebut. Pada prinsipnya pembukaan media adalah bertujuan memberikan O 2 yang cukup bagi pertumbuhan tubuh buah jamur. Dengan O 2 yang cukup, maka dapat memberikan kesempatan bagi jamur untuk membentuk tubuh buah dengan baik. Pembukaan media dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan menyobek plastik media di bagian atas atau dengan hanya membukanya saja. Satu atau dua minggu setelah media dibuka, biasanya akan tumbuh tubuh buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut selanjutnya dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan yang optimal yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah pada jamur kayu adalah pada suhu C dengan kelembaban 80-90%. Media tanam dan tubuh buah jamur disiram 2-3 kali sehari tergantung kondisi ruangan. Apabila suhu terlalu tinggi dan kelembaban terlalu rendah (biasanya terjadi pada musim panas), maka perlu dilakukan penyiraman air lebih banyak. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer. Setelah selesai penyiraman, air sisa penyiraman dibersihkan untuk mencegah kemungkinan timbulnya hama dan penyakit. Penyakit yang sering menyerang miselium adalah penyakit oncom dengan ciri-ciri berwarna merah muda dan bersifat mudah menyebar serta mematikan perambatan miselium jamur. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan bahan kimia Dithane ataupun minyak tanah. Setelah selesai penyemprotan fungisida maka semua media tanaman tersebut langsung dipisahkkan untuk dibakar supaya spora oncom tidak menyebar ke media lainnya. Sedangkan hama yang sering menyerang tubuh buah jamur di ruang penanaman adalah serangga dan ulat. Pengendalian dilakukan dengan melakukan perendaman kemudian mengeringkannya. Pengendalian hama ini tidak dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida karena dapat merusak kualitas tubuh buah jamur yang dipanen. Pemeliharaan yang teratur akan menghasilkan tubuh buah yang bagus. 21

17 Selain itu, kualitas penumbuhan jamur tiram putih juga dipengaruhi oleh kinerja pemanenan, karena hasil panen yang baik akan meningkatkan kualitas jamur. Untuk itu pemanenan jamur tiram putih yang akan dilakukan harus mempertimbangkan beberapa hal berikut : Penentuan Saat Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur tiram putih mencapai tingkat yang optimal, yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Pemanenan ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh calon jamur atau primordial. Pada saat itu, ukuran jamur tiram putih sudah cukup besar dengan diameter rata-rata 5-10 cm. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegaranya dan mempermudah pemasarannya. Setiap log jamur tiram putih dapat dipanen 1-8 kali pemanenan. Teknik Pemanenan Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumput jamur tiram putih yang ada. Pemanenan tidak dapat dilakukan dengan cara hanya memotong cabang jamur tiram putih yang ukurannya besar saja, sebab dalam satu rumpun jamur tiram putih mempunyai stadia yang sama. Oleh karenanya, apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur tiram putih yang ukurannya besar saja maka jamur tiram putih yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan akan mati (layu atau busuk). Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang jamur tiram putih yang tertinggal. Adanya bagian jamur tiram putih yang tertinggal tersebut dapat membusuk sehingga akan menyebabkan kerusakan media, bahkan dapat merusak pertumbuhan jamur tiram putih yang lain. Penanganan pascapanen Jamur yang sudah dipanen tidak dipotong hingga menjadi bagian per bagian tudung, tetapi hanya dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja. Dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya simpan jamur tiram putih akan lebih lama. Kesegaran jamur hanya bertahan

18 hari. Oleh karena itu, langsung membungkus jamur dalam bentuk segar setelah dilakukan pemanenan. Pemasaran Jamur tiram putih yang dihasilkan lalu dijual dalam bentuk segar, dengan rata-rata penjualan tiap harinya adalah 30 kg/hari. Untuk mempertahankan kesegaran jamur tiram putih hingga sampai ke tangan konsumen, maka pemasaran dilakukan sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko kerugian, karena sifat jamur yang mudah busuk dan rusak. Dalam memasarkan produknya, menjual jamur tiram putih ke pasar lokal seperti pasar Cisarua, pasar Ramayana, pasar Anyar dan pasar Cipanas. Selain dipasarkan ke pasar-pasar lokal tersebut, seringkali konsumen datang langsung ke tempat proses budidaya jamur tiram putih untuk membelinya. Biasanya konsumen yang langsung datang ini, berasal dari Jakarta dan Bandung. Sedangkan produk kemasan stereofoam dipasarkan ke swalayan di Jakarta. Gambaran Umum Jamur Tiram di Indonesia Saat ini jamur tiram sudah memasyarakat dibandingkan dengan jenis jamur lainnya. Hal ini menyebabkan pasarnya pun tidak berada pada kalangan terbatas saja. Permintaan jamur tiram senantiasa meningkat disebabkan karena kebutuhan pasar akan produk jamur tiram kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan. Pasar jamur tiram sangat potensial. Rasanya enak, selain untuk konsumsi dalam negeri, jamur tiram juga menembus pasar ekspor. Kebutuhan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan untuk beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hongkong cukup tinggi. Padahal untuk kebutuhan jamur tiram pasar dalam negeri belum cukup semuanya terpenuhi. Jamur ini tidak hanya dipasarkan dari rumah ke rumah, tetapi juga dipasarkan di toko swalayan. Pada tahun 2010 harga jamur tiram di pasaran bervariasi sekitar Rp Rp 2.000, per log. Ada juga yang menjual Rp per kg, atau harga eceran hingga Rp per kg. ( 15/05/2010). 23

19 Tahapan-tahapan umum dalam budidaya jamur tiram putih, antara lain : Pembuatan substrat tanam Mencampur serbuk kayu dengan bahan-bahan lain seperti bekatul, tepung jagung dan kapur sampai merata (homogen) kemudian diayak. Menambah air hingga kandungan air dalam media menjadi 60-65% lalu tentukan ph-nya dengan kertas lakmus. Memasukkan media tanam ke dalam kantung plastik polypropilene dan memadatkannya lalu bagian atas kantung plastik diberi cincin paralon kemudian dilubangi 1/3 bagian dengan kayu dan ditutup dengan kertas lilin serta diikat dengan karet. Melakukan sterilisasi pada suhu 95 0 C selama 7-8 jam. Mendinginkan media tanam selama 8-12 jam dalam ruangan inokulasi. Penanaman (Inokulasi) Inokulasi dilakukan setelah media tanam dingin dengan suhu antara C. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses penanaman (inokulasi). Sterilisasi semua alat dan bahan yang akan digunakan. Membuka penutup/kertas lilin dan memasukkan bibit dari dalam botol ke dalam media tanam dengan menggunakan stik inokulasi. Menutup kembali penutup/kertas lilin dan mengikat dengan karet. Memindahkan media tanam yang telah ditanami bibit tersebut ke dalam ruangan inkubasi sampai tumbuh miselium jamur, lamanya penumbuhan miselium jamur antara hari. Setelah miselium memenuhi kantong plastik dipindahkan ke ruang produksi dengan membuka tutup kantong plastik dan menyemprot air secara teratur. Pemanenan Dalam rentang waktu hari kemudian dapat dipanen untuk pertama kali, panen berikutnya setiap dua hari sekali secara teratur selama 6 bulan. Bekas batang jamur harus dibersihkan dari substratnya agar tidak terjadi pembusukan yang menyebabkan kerugian. 24

20 Kelayakan Finansial Dari kegiatan suatu usaha akan ditelaah bagaimana sumber-sumber pembiayaan usaha tersebut, bagaimana keuntungan tahunan dan keuntungan total selama usaha, analisis discounted (NPV, BCR, dan IRR), dan undiscountednya, serta analisis sensitivitas akibat perubahan terhadap unsur biaya dan pendapatan (misalkan ada perubahan harga-harga). Menurut Kadariah, et al (1978), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Selain itu usaha agribisnis merupakan usaha yang memerlukan modal usaha yang cukup besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis Usaha Analisis usaha jamur merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha jamur berlangsung. Dalam analisis usaha jamur komponen yang digunakan adalah biaya produksi, penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha jamur. Dalam analisis usaha dilakukan analisis pendapatan usaha, analisis waktu pengembalian modal (payback period), dan Break Event Point (BEP). Analisis pendapatan usaha (laba) adalah total penerimaan (TR = Total Revenue) dikurangi dengan biaya total (TC = Total Cost). Jadi perubahan laba yang akan diperoleh perusahaan tergantung dari perubahan penerimaan (MR = Marginal Revenue) dan perubahan biaya (MC = Marginal Cost) (Sugiarto, et al, 2005). 25

21 Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya jumlah output. Biaya variabel adalah biaya yang berubah dengan berubahnya jumlah output (Lipsey et al, 1995). Analisis payback period digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode payback period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Pudjiastuti, 2004). Break even point (BEP) adalah titik kembali modal yang menunjukkan biaya total yang dikeluarkan perusahaan sama dengan hasil penjualan yang diterimanya. Pada saat BEP dicapai usaha tidak untung dan tidak rugi. BEP dapat dihitung dengan mengetahui biaya tetap, biaya produksi, dan hasil penjualan (Sugiarto, et al, 2002). Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan present value yang telah didiskonto dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah, et al, 1978). Penilaian investasi dalam suatu usaha dilakukan dengan membandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan. Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah didiskonto dari arusarus manfaat dan biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah, et al, 1978). 26

22 Kadariah, et al (1978) mengemukakan bahwa suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : - Net Present Value (NPV) yaitu nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya. - Benefit-Cost Ratio (B/C) adalah nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. - Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (B t ) dan cost (C t ) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek. 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E

PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E PROSPEK BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) STUDI KASUS : KECAMATAN CIAMPEA DAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR IVAN WAHYU HIDAYAT E14104059 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM Karya Ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah LINGKUNGAN BISNIS Disusun Oleh : Nama : Danang Pari Yudhono NIM : 11.12.6017 Kelas

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK 0 MEDIA TANAM JAMUR KAYU A. Persiapan 1. Bangunan a. Ruang Persiapan Merupakan tempat pembuatan media tanam, yaitu kegiatan pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Dapat berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Saat ini jamur yang sangat populer untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. gram jamur kering juga mengandung protein 10,5-30,4%, lemak 1,7-2,2%, kalsium 314 mg, dan kalori 367 (Suwito, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam % BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Jamur Tiram yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dari segi rasa maupun kegunaannya. Produk jamur tiram ini sangat baik karena merupakan salah satu jamur kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna, dan diciptakannya manusia di bumi sebagai kholifah yang seharusnya kita memperhatikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan letaknya yang sangat strategis yaitu pada zona khatulistiwa, maka termasuk salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah merupakan sisa dari bahan yang telah mengalami

Lebih terperinci

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH KUALITAS TEPUNG BERAS SEBAGAI BAHAN BAKU CAMPURAN RAGI TEMPE (Rhizopus oligosporus) DILIHAT DARI HASIL PRODUKSI TEMPE KEDELAI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) E-144 Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur, biasanya orang menyebut jamur tiram sebagai jamur kayu karena jamur ini banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (onfarm\agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dinamakan demikian karena bentuknya seperti tiram atau ovster mushroom. Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah tanaman berspora yang bersifat biotik (hidup) maupun abiotik (tak hidup). Jamur merupakan organisme tidak berkhlorofil. Terdapat empat macam sifat hidup

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR Disampaikan Oleh: Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro S., SU. MATERI PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR I. Potensi & Prospek Budidaya Jamur A. Keuntungan Budidaya Jamur B. Prospek dan Peluang Budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan keberadaannya banyak dijumpai, seperti pada kayu-kayu yang sudah lapuk ataupun di berbagai tanaman

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain I. PENGANTAR A. Latar Belakang Jamur telah digunakan selama ribuan tahun, baik sebagai makanan maupun obat herbal. Studi-studi menunjukkan bahwa jamur bisa meningkatkan produksi dan aktivitas sel-sel darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH 1 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Hanum Kusuma Astuti, Nengah Dwianita Kuswytasari

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih dikenal sebagai jamur yang mudah dibudidayakan didaerah tropik dan subtropik. Jamur tiram ini juga termasuk dalam kelompok jamur yang sering

Lebih terperinci

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto

JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN. Sihati Suprapti dan Djarwanto JAMUR KAYU SUMBER PANGAN SEHAT DARI HUTAN Sihati Suprapti dan Djarwanto PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil sejumlah panas dari suatu barang atau benda lainnya dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) digolongkan ke dalam organisme yang berspora, memiliki inti plasma, tetapi tidak berklorofil. Tubuhnya tersusun dari sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.) Oleh HADIYANTO 10712018 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLETAKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEH DAN KARDUS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Tri Saptari Haryani 1, Ani Apriliyani 2, S.Y. Srie Rahayu 3 Program Studi Biologi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH) Growth And Production Of Oyster Mushroom (Pleorotus ostreatus) Resulting Concentration Giving

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci