OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK"

Transkripsi

1 OLEH : ISNAWAN BP3K NGLEGOK 0

2 MEDIA TANAM JAMUR KAYU A. Persiapan 1. Bangunan a. Ruang Persiapan Merupakan tempat pembuatan media tanam, yaitu kegiatan pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi. Dapat berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan bahan baku. b. Ruang Inokulasi Yaitu ruang untuk menanam bibit pada media tanam. Harus mudah dibersihkan dan disterilisasikan untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh mikroba atau bakteri yang lain. Diusahakan agar ruangan yang dibuat tidak terlalu banyak ventilasi dan tertutup untuk menghindari serangga dan debu yang terlalu banyak. Untuk sterilasi bisa digunakan alkohol % dan disemprotkan ke dalam ruangan. c. Ruang Inkubasi Ruangan untuk menumbuhkan spora jamur pada media tanam yang sudah diinokulasikan. Ruangan tidak terlalu lembab (60 80%) dan pada suhu C. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik yang sudah diinokulasi. d. Ruang Penumbuhan Merupakan ruangan untuk menumbuhkan jamur. Ruangan ini dilengkapi dengan rak penanaman, kondisi pada C dan kelembaban %. 2. Sarana dan prasarana Peralatan Produksi Cangkul dan sekrop timba dan takaran sprayer punggung dan hand sprayer alat sterilisasi (bisa bangunan/kubus/drum) modifikasi, autoklaf alat pemanas/kompor khusus masker kantong plastik polibag (Jenis Poly Propilene) 0,04 x 18 x 35 Cm karet gelang, kain perca, ring/cincin 3. Bahan-bahan a. Bahan Baku Serbuk kayu yang digunakan sebagai media sebaiknya tidak banyak mengandung minyak, atau bergetah (dapat menghambat pertumbuhan). Contoh kayu yang bisa digunakan adalah: albasia, randu, dan meranti. Diusahakan dengan tingkat keseragaman yang baik agar pertumbuhan spora jamur merata (diayak), serta harus bersih dari kotoran-kotoran lain bahkan unsur minyak/oli/solar (bila terdapat unsur ini maka jamur tidak akan tumbuh). 1

3 b. Bahan Tambahan Bekatul (dedak padi), tepung jagung, tepung biji-bijian Meningkatkan nutrisi media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan Nitrogen. Sebaiknya dipilih masih baru, belum tengik, dan tidak rusak (menggumpal). Kapur tohor (CaCO 3 ) Merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca), mengatur PH media, dan meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Gips (CaSO 4 ) Selain sebagai sumber kalsium dan pengatur PH, juga sebagai bahan untuk memperkokoh media, sehingga tidak mudah rusak. Komposisi/takaran bahan baku dan bahan tambahan No. Nama Bahan Takaran 1. Serbuk gergaji albasia 78 % 2. Bekatul/dedak padi 18 % 3. Bekatul/dedak jagung 2 % 4. Kapur Tohor (CaCO 3 ) 1 % 5. Gips (CaSO 4 ) 1 % B. Pembudidayaan 1. Persiapan Semua bahan dipersiapkan dengan komposisi atau takarannya masing-masing, untuk serbuk kayu terlebih dahulu dilakukan penjemuran atau dikeringkan untuk membunuh bakteri lain dan sekaligus pembersihan kotoran yang besar-besar serta diayak untuk keseragaman ukuran. Hindarkan dari hujan karena dimungkinkan terjadi hujan asam. 2. Pencampuran Setelah ditakar sesuai dengan komposisinya, dilakukan pencampuran dengan bahan-bahan yang lain sampai merata (bekatul padi dan bekatul jagung, kapur dan gips). Pencampuran dapat dilakukan dengan manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Pada proses pencampuran semua bahan diusahakan tidak terdapat gumpalan, karena hal ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan jamur. 2

4 Kadar air adonan dibuat pada kondisi %. Secara sederhana bisa dilihat dengan membuat gumpalan adonan dengan cara mengepalkan adonan. Bila gumpalan mengeluarkan air, maka kandungan air dalam adonan terlalu tinggi. Adonan yang baik bila adonan itu dikepal akan membentuk gumpalan dan mudah dipecahkan atau dihancurkan kembali. Bila terlalu banyak mengandung air akan memacu pertumbuhan mikroba lain yang dapat merusak media. Derajat keasaman dapat diketahui dengan menggunakan kertas PH (lakmus). PH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari 6-7 akan menghambat pertumbuhan jamur. 3. Pengomposan Bertujuan untuk menguraikan senyawa-senyawa kompleks dalam bahan-bahan sehingga diperoleh senyawa yang lebih sederhana yang akan lebih mudah dicerna oleh jamur sehingga memungkinkan pertumbuhan jamur lebih baik. Pengomposan dilakukan dengan menutup rapat adonan bahan (dibumbum) dengan plastik atau terpal selama 2 x 24 jam, (dibolak-balik untuk 24 jam pertama). Pengomposan yang baik dengan indikasi kenaikan suhu sekitar 50 C. Kadar air diatur pada kondisi 60-70% dengan derajat keasaman (PH) Pewadahan Pewadahan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik, dengan tenaga manusia atau alat press. Adonan dimasukkan ke dalam plastik dan harus dipadatkan, karena apabila kurang padat akan menyebabkan hasil panen tidak optimal karena media menjadi cepat busuk. Setelah dipadatkan ujung plastik disatukan dan diberi ring pada bagian leher plastik dan pada lubangnya diberi sumbat berupa plastik yang bersih dan diikat karet. Dengan demikian akan tampak seperti botol 5. Sterilisasi Dilakukan dengan memasukkan semua plastik yang sudah diisi adonan ke dalam drum, steamer, atau autoklaf, ditata sedemikian rupa sehingga mampu menampung media dalam jumlah banyak. Sterilisasi dilakukan selama minimal 10 jam dalam temperatur C dalam drum. Apabila menggunakan autoclaf pada tekanan 1 1,3 atm sterilisasi digunakan selama 2 jam. Sterilisasi dilakukan dalam temperatur C. Beberapa perlakuan berbeda yang perlu diperhatikan sesuai dengan jenis jamurnya. - Jamur tiram memerlukan suhu ± 80 C constan : 4 6 jam - Jamur kuping memerlukan suhu 100 C constan : 6 8 jam - Jamur sitake memerlukan suhu C constan : 8-10 jam - Jamur lingshi memerlukan suhu 120 C constan : jam 3

5 6. Pendinginan Setelah mengalami sterilisasi, didinginkan untuk dipersiapkan dalam proses inokulasi (pemberian bibit jamur). Kondisi media harus dingin, karena apabila masih terasa panas atau suhu terlalu tinggi akan mematikan bibit jamur. Bibit akan mati apabila terkena suhu 40 C. Bisa dilakukan dengan menempatkannya pada rak-rak yang bersih setelah keluar dari drum atau alat sterilisasi. (4-6 jam pendinginan di dalam autoclaf/drum, dan ± 12 jam setelah keluar dari autoclaf/drum). Catatan: Proses pendinginan maximal 3 x 24 jam sejak keluar dari alat sterilisasi. Bila lebih dari itu harus dilakukan strilisasi II sekali lagi. 7. Inokulasi Dilakukan harus pada kondisi yang segala sesuatunya bersih dan steril. Baik alat maupun pelaksananya. Kondisi optimal proses inokulasi adalah media bersuhu 30 C, dan harus selesai maksimal 3 x 24 jam, apabila lebih dari itu harus dilakukan sterilisasi kembali. Bibit yang digunakan dipilih yang baik sehingga akan menghasilkan jamur yang baik pula. Inokulasi dapat dilakukan dengan taburan langsung pada media, yaitu dengan menaburkan bibit yang sudah disiapkan dan ditaburkan pada media yang telah dibuka sampai merata pada permukaannya. Kemudian media ditutup dan disumbat kembali seperti semula untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan spora jamur. Spora jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. 8. Inkubasi Merupakan proses penyimpanan media hasil inokulasi agar spora jamur dapat tumbuh atau memberikan kesempatan bibit untuk berkembang biak. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan spora ini adalah C. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media putih merata oleh miselia jamur. Biasanya akan tampak putih secara merata antara hari sejak dilakukan inokulasi. Perawatan yang perlu dilakukan adalah secara periodik dilihat bagaimana pertumbuhan spora, apakah ada yang berwarna hijau atau berwarna hitam, apabila berwarna hijau harus disisihkan dari yang lain. Warna hijau berarti terjadi kontaminasi dan dapat menular, namun apabila bibitnya kuat, spora jamur tetap dapat menghasilkan jamur dan hasilnyapun tidak akan beracun. Hitam berarti media mati (dapat dibuang atau dibakar), atau bila ada yang lubang harus segera ditutup, atau diperbaiki. Lebih baik dalam ruangan yang tidak terlalu banyak cahaya. Warna hijau dan hitam tidak dapat didaur ulang. 4

6 9. Penumbuhan Proses penumbuhan dibutuhkan waktu untuk jenis jamur edible adalah kurang lebih 30 hari, kecuali jenis jamur Lentinus edodes adalah hari. Dalam kondisi miselium sudah menjalar memenuhi media (log), akan diikuti dengan munculnya pean head pada permukaan media tanam atau di bagian samping. Fruiting body (pembentukan batang tubuh jamur) diawali dengan cara pemberian oxygen, yaitu membuka sumbat media atau memotong pangkal ring/cincinnya. Prinsipnya adalah memberikan O 2 yang cukup bagi pertumbuhan buah jamur. Kondisi yang baik pada masa penumbuhan adalah pada suhu C dengan kelembaban % (disesuaikan dengan jenis jamur) Catatan: Perlu diingat di dalam pemberian oxygen tidak boleh terlalu cepat membuka keseluruhan permukaan media, jadi harus sedikit demi sedikit. Sebab dengan membuka permukaan media terlalu lebar pada awal penumbuhan mempercepat penguapan, sehingga media kering akan mematikan pean head jamur. 10. Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah kondisi jamur optimal, sebaiknya dilakukan pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. Teknis panen dengan mencabut seluruh rumpun jamur. Sehingga tidak meninggalkan akarnya yang bisa membuat busuk media dan akhirnya tidak dapat berproduksi kembali. Untuk akar yang masih menempel pada buah jamur harus dibersihkan juga. Untuk panen yang baik dijaga jangan sampai terjadi perubahan warna pada ujung daunnya (jamur tiram), atau ujung daun mulai mengering (jamur kuping) 11. Pascapanen Untuk jamur yang sudah dipanen cukup dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja, selain kebersihannya terjaga, daya tahannya juga akan lebih lama. Sedangkan untuk media yang sudah dipanen dapat dibersihkan pada bekas akar-akarnya saja. Dapat dilakukan dengan menggunakan sendok bersih (dikerik) sampai kira-kira kotoran yang ada bekas jamur yang sudah dipanen hilang. Untuk daerah yang kering maka hanya cukup dibuka dan disemprot dengan air bersih untuk mendukung kelembaban. Untuk semprotan air jangan sampai menggenangi media yang sudah pernah panen, karena akan membuat busuk media. Juga jangan sampai terkena buah jamurnya agar kandungan air di dalam jamur tidak terlalu tinggi Penyimpanan jamur yang telah dipanen dapat dimasukkan ke dalam kantong plastik (facum) dimasukkan ke dalam kulkas, hal ini dapat bertahan segar selama 4-6 hari. Penumbuhan berikutnya ± hari untuk jamur edible. Untuk lebih mempercepat tumbuhnya jamur berikutnya bisa dilakukan dengan memberikan lubang secukupnya pada sisi lain media. Untuk jamur kuping hanya cukup menyobek 1-2 Cm disebelah ringnya. 5

7 C. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur Proses sterilisasi Sebelumnya tempat sterilisasi dibersihkan dulu, berikutnya media dapat ditata dalam tempat sterilisasi, sehingga seluruh polybag media kena uap panas sterilisasi, pertahankan suhu konstan. Sesuaikan waktu steril dengan jamur yang akan ditanam kurang lebih 6 8 jam konstan. Pendinginan dalam stim juga harus diperhatikan 6 12 jam sampai suhu tinggal kurang lebih 60 C, lalu dikeluarkan dari stim dan tempatnya harus sudah disteril sebelumnya. Kondisi ruang inokulasi dan media harus dipertahankan dalam kondisi tetap steril. Proses inokulasi Sebelum kita melakukan inokulasi, kita harus memilih bibit jamur yang benar-benar baik. Pembibitan media tanam dilakukan dengan memberikan satu sendok inokulan (bibit) pada permukaan media yang telah dibuka tutupnya, lakukan secepat mungkin menutup kembali untuk mengurangi terjadinya kontaminasi. Pembibitan pada bibit botol disesuaikan dengan kondisi mediumnya. Pelaksana/pelaku harus dalam kondisi bersih biasanya dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 75% tipis pada dua belah tangan dan pakaian bersih yang digunakan juga harus disemprot tipis, gunakan masker. Suhu dalam ruang inokulasi tidak boleh lebih dari 40 C sebab inokulan dan spora jamur tidak akan tumbuh pada suhu di atas 40 C. Apabila terjadi kenaikan suhu tersebut, proses inokulasi harus dihentikan, pelaku harus keluar dari ruang dan kembali melakukannya setelah suhu benar-benar turun. Kondisi optimal proses inokulasi adalah pada suhu antara 30 C sampai dengan 40 C. Proses inkubasi Ruang inkubasi, untuk suhu, kelembapan dan kebersihannya harus diperhatikan. Bersihkanlah ruang inkubasi secara teratur, perhatikan sinar dan udara yang masuk diatur 10%. Kalu diperlukan lakukan sterilisasi ruangan dengan insektisida organik. Setelah tidak ada bau insektisida yang ada dalam ruang tersebut pindahkanlah media jamur yang sudah diinokulasi, ditata dan disusun sebanyak 3 maksimum. Penyusunan lebih dari 3 akan mempengaruhi spora yang tumbuh pada media tersebut. Suhu yang dibutuhkan bisa di atas 30 C dengan kelembapan 60-75%, proses inkubasi media jamur pada rentang waktu hari. Proses penumbuhan jamur dan pasca panen Setelah spora jamur memenuhi media sudah bisa dipindahkan pada ruang penumbuhan, ditandai dengan warna putih sudah menyebar pada seluruh media. Dalam ruang penumbuhan sebelum media masuk didalamnya, terlebih dahulu harus disteril dengan 6

8 insektisida organik, bisa dengan formalin 2% dan KMNO 4, dilakukan 2 hari sebelum media tumbuh dimasukkan dalam ruang tersebut. Dalam ruang penumbuhan selama proses sterilisasi untuk insektisida harus tertutup rapat. Dua hari kemudian setelah bau insektisida hilang media jamur siap diatur dalam ruang penumbuhan. Media dibiarkan begitu saja agar dapat adaptasi dengan ruang penumbuhan kemudian dilakukan pengabutan dengan air bersih dan penyiraman lantai dasar secukupnya agar suhu dan kelembapan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur dapat terpenuhi. Pada proses pembentukan batang tubuh jamur, sebenarnya dibutuhkan suhu derajat celcius dengan kelembaban 85-95%. Sirkulasi udara dan sinar hanya dibutuhkan 10% dengan perlakuan kondisi tersebut pembentukan batang tubuh jamur akan mengalami pertumbuhan yang sempurna. Setelah 2-3 hari jamur tumbuh dengan segar sudah dapat dipanen. Lakukanlah proses pemetikan hasil panen yang baik serta dengan perasaan yang halus dalam mencabut pelan-pelan batang jamur tersebut sehingga seluruh akar yang menempel pada media dapat terangkat semua. Perlu dingat akar jamur yang tertinggal akan membusuk dan mematikan spora jamur yang akan tubuh berikutnya. Bila pemetikan jamur dilakukan dengan kasar (serampangan) akan banyak akar jamur yang tertinggal dan membusuk dalam media yang menyebabkan kegagalan dan keterlambatan pertumbuhan jamur berikutnya. Untuk itu dimana kita ketahui ada akar jamur yang tertinggal dapat dilakukan pengerikan kalau perlu pemotomgan media jamur sehingga spora dibelakangnya terlihat memutih dan siap tumbuh, Setelah itu lakukan pengabutan setiap hari demikian seterusnya. Jamur yang telah dipanen cukup dibersihkan kotorannya dengan memotong pangkal jamuruntuk dipersiapkan dikonsumsi atau dipasarkan. Dalam kemasan usahakan daun jamur tetap utuh (tidak sobek) dan tidak merubah morfologi jamur tersebut, sehingga konsumen akan lebih puas. Kemasan jamur untuk pasar dapat menggunakan kantong plastik yang tebal atau stereofoam yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau selera konsumen. 7

9 Diagram Alir Budi Daya Jamur Kayu Serbuk Kayu Pencampuran bahan Kompos Berhasil Gagal Pewadahan Sterilisasi Pendinginan Inokulasi Pembuangan Rusak Inkubasi Daur ulang Berhasil Penumbuhan Pemanenan Jamur 8

10 Gambar Sederhana Alat Sterilisasi 2 Sarangan 1 Keterangan: 1. Kompor Bisa menggunakan konstruksi kompor minyak gas dalam tabung (dipompa) atau digantung (minyak gas digantung) Gunakan api yang stabil, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk menghemat bahan bakar Sering dibersihkan agar tidak macet pada waktu pembakaran 2. Drum Gunakan drum oli yang bersih dan tebal Berilah sarangan di dalam drum, 1/3 (seper tiga) bagian dari dasar drum Gunakan sarangan dari kayu atau besi Lapisi drum dengan plastik yang mempunyai tebal 0,1 cm untuk melindungi dinding drum dan sekaligus sebagai tutup Gambar Sederhana Media Tanam

11 Keterangan: 1. kantong plastik - dibentuk rapi dan tidak bocor - jenis PP (polip ropilen) : 0.04 x 18 x 35 Cm, bening 2. adonan bahan - dimasukkan secara rapi dan hati-hati sehingga tidak merusak/merobek plastik - harus padat 3. ring - terbuat dari paralon/plastik/bambu - berfungsi untuk tempat sumbat dan takaran bibit 4. kain perca/kapas - dari bahan kaos atau katun - sebagai sumbat media tanam - harus bersih - tidak luntur Catatan: - Usahakan media tanam dalam keadaan rapi, tidak bocor, dan terjaga kebersihannya. - Berilah label pada setiap media tanam apabila sudah diinokulasi. Jamur-jamur yang ditemukan di alam terbuka ini dan belum diketahui jenisnya maupun sifatnya, maka jika akan dikonsumsi perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan keracunan. Untuk mengetahui bahwa suatu jamur dapat dimakan atau tidak, berikut disajikan pengujian jamur secara sederhana. 1. Pada saat jamur dimasak, ke dalam tempat untuk memasak jamur itu dimasukkan barangbarang yang terbuat dari logam perak (misalnya sendok atau garpu). Bila logam ini menghitam maka jamur tersebut diduga mengandung racun. 2. Nasi yang berwarna putih dimasukkan ke dalam masakan jamur. Bila warna nasi berubah menjadi warna kuning maka jamur tersebut diduga mengandung racun. 3. Apabila getah jamur yang beracun dicampur dengan bawang putih maka bawang putih tersebut akan berwarna kehitaman. 4. Sifat-sifat jamur beracun dapat dilihat dari penampakan luarnya. Misalnya warnanya mencolok dan kotor (memberi kesan menjijikkan); mempunyai cincin pada tangkai atau batangnya (kecuali pada jamur merang); terlihat menyala pada malam hari (karena mengandung fosfor yang cukup tnggi). 10

12 KALKULASI BIAYA PEMBUATAN MEDIA TANAM (MT) JAMUR KAYU (1 resep = 1200 polybag besar) Uraian Jumlah Satuan Harga Jumlah Serbuk kayu 28 kr 5, ,000 Bekatul 288 kg 1, ,000 Kapur 28 kg 300 8,400 Plastik Polibag 1200 bh ,000 Cincin 1200 bh ,000 Karet 1.5 kg 10,000 15,000 Minyak tanah 75 ltr 2, ,500 Bibit 50 btl 10, ,000 Tenaga Kerja 1200 hr ,000 lain-lain 150,000 Jumlah 1,849,900 Biaya Produksi 1 buah media tanam: Rp 1.850,- / MT Catatan: Fluktuasi harga menyesuaikan, sehingga setiap waktu bisa berubah Tidak ada standard harga di setiap daerah Spesifikasi ini diberlakukan untuk daerah Blitar KALKULASI MODAL USAHA DAN KEUNTUNGAN UNTUK JAMUR TIRAM 1. Biaya Tetap a. 1 set kubung jamur, (Rp ,-) Sudah termasuk lahan, rak, dan perlengkapan penunjang lain Umur ekonomis 2 tahun, 4 x 6 m, kapasitas 3000 media Untuk 6 kali pemeliharaan, sehingga biaya Penyusutan per 4 (empat) bulan adalah Rp ,- b. 1 set alat sterilisasi Sudah termasuk drum, kompor, dan lain-lain Umur ekonomis 2 tahun Untuk 6 kali pemeliharaan, sehingga biaya penyusutan alat per 4 (empat) bulan adalah Rp ,- Total Biaya Tetap Rp , (A) 2. Biaya Variabel 3000 Media Rp 2500,- Rp ,- TK selama 4 bulan, 2 Rp ,- Rp ,- Total Rp ,-(B) 11

13 3. Pengeluaran = Biaya Tetap (A) + Biaya Variabel (B) = Rp ,- + Rp ,- = Rp ,- (C) 4. Pendapatan Tingkat kegagalan 10 % dari 3000 media tanam, tinggal 2700 media tanam Nilai BER = 70% (estimasi minimal), sehingga akan dihasilkan jamur sebanyak: 2700 x 700 gr = 1890 kg jamur segar Harga jual minimal jamur segar per kilogram = Rp 8.000,- Pendapatan selama pemeliharaan: = Rp 1890 kg x 8000 = Rp ,- (D) 5. Laba-Rugi = Pendapatan (D) - pengeluaran (C) = Rp ,- - Rp ,- = Rp ,- (Laba) 12

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan lima kali

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH 5.1. Sejarah dan Perkembangan P4S Nusa Indah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah adalah sebuah pusat pelatihan usaha jamur tiram dan tanaman hias

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN DI SUSUN OLEH : NAMA : FAHDI ARDIYAN NIM : 11.11.5492 KELAS : 11-S1T1-12 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah

Lebih terperinci

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR EDIBLE MUSHROOM 1. Mahasiswa berdiskusi secara aktif berbagi pengetahuan yang dimiliki 2. Berpendapat secara bebas dan bertanggung jawab untuk memberikan / mengemukakan persoalan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM Oleh : Masnun, S.Pt, M.Si I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya jamur tiram adalah salah satu usaha pertanian yang saat ini sangat prospektif karena beberapa faktor yaitu:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru. III. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2013, di Rumah Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI Kelurahan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM 0 Pembuatan Kumbung 0 Peralatan dalam Pembuatan Baglog 0 Pembuatan Media Tanam 0 Pencampuran 0 Pengisian Media Ke Kantong Plastik 0 Sterilisasi 0 Inokulasi Bibit 0 Perawatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru, III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau

Lebih terperinci

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH Disusun oleh : Andrianta Wibawa 07.11.1439 BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH I. PENDAHULUAN Jamur terdiri dari bermacam-macam jenis, ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan bagi kehidupan manusia. Jamur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni dilaboratorium Agronomi (laboratorium jamur) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa-timur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor dan 12 perlakuan kombinasi media tumbuh dengan 3 kali ulangan dan tiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor dengan 5 taraf konsentrasi dengan lima kali ulangan, yaitu: Keterangan: M0 M1 M2 M3

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA JAMUR TIRAM STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Dani Ramadan Hatam NIM : 11.11.5414 Kelompok : E Program Studi : S1 Jurusan : TI Dosen : Prof.Dr.M. Suyanto ABSTRAKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah memiliki potensi sumber daya yang berbeda, baik alam maupun manusia. Hal ini dapat mengakibatkan adanya hubungan atau keterkaitan antara daerah satu dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P. ostreatus)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang, Pemilihan lokasi di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di laksanakan di Sumatera Kebun Jamur, Budidaya Jamur, di Jalan, Benteng Hilir, No. 19. Kelurahan, Bandar Khalifah. Deli Serdang. Penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur Dusun Ngaran Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul dan lab. tanah Fakultas

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15

I. METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R. Soebrantas KM 15 I. METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Oktober 2013 di CV. Ravi Nursery Kubang Raya Kampar Riau dan di Laboratorium Patologi, Entomologi,

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

BAB III REKAYASA PENURUNAN GENERASI PDA KE GENERASI BIBIT INDUK F1 3.1. Pembuatan Bibit Induk F1 Bibit induk F1 adalah hasil turunan generasi dari bibit PDA. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian,

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal...

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR.... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... Tanggal... PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR Prosedur Operasional... I. Pemilihan Lokasi Hal I 1 Revisi... I. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi Dan Tujuan Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Jamur Tiram Putih Berdasarkan hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan di Kecamatan Ciampea dan Ciawi, sudah cukup baik dalam penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, karena adanya perlakuan terhadap objek dan adanya kontrol sebagai pembanding. Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG OLEH: ADHITYA NUGROHO 10.11.3831 S1 TI 1D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 A. ABSTRAK Banyaknya permintaan akan jamur merang dikalangan masyarakat akhir-akhir ini sedang

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM disusun oleh : Nama : Fandi Hidayat Kelas : SI TI-6C NIM : 08.11.2051 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnyadi hutan atau di kebun, jamur dapat tumbuh sepanjang tahun, terutama

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perusahaan CV.Wahyu Makmur Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak pada usaha budidaya jamur tiram putih. CV Wahyu Makmur Sejahtera didirikan pada tahun 2005

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR. Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI KABUPATEN BOGOR Novi Wahyuni 1 Siska Fitrianti 2 ABSTRAK Jamur tiram merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH BUDIDAYA JAMUR TIRAM Disusun oleh: Nama : JASMADI Nim : Kelas : S1 TI-2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA JL. Ring road utara, condongcatur, sleman yogyakarta ABSTRAK Budidaya jamur tiram memiliki

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu penelitian 1. Alat dan Bahan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu macam bibit F2 jamur Ganoderma sp. isolat Banyumas 1 koleksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM NASKAH PUBLIKASI A 420090101 Disusun Oleh: NUNING PURI HANDAYANI

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga dan Home industri jamur

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu, telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur sebagai bahan obat-obatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanianyang mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah semua keanekaragaman biologi selain kayu yang digali dari hutan untuk keperluan manusia. The Expert Consultation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai masa depan baik untuk dikembangkan. Hingga kini semakin banyak orang mengetahui nilai gizi jamur

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari) BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan penanaman jamur tiram putih terhadap produktivitas (lama penyebaran miselium, jumlah badan buah dua kali

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Jamur Tiram Putih Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya di hutan atau kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR Disampaikan Oleh: Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro S., SU. MATERI PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR I. Potensi & Prospek Budidaya Jamur A. Keuntungan Budidaya Jamur B. Prospek dan Peluang Budidaya

Lebih terperinci

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT:

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT: Kecap Asin/Manis BAHAN: 1 kg kedelai putih atau hitam 3 gr ragi tempe 3 lbr daun salam 2 btg serai 3 Daun jeruk 1 lembar 4 cm lengkuas 1 sdt pokak 6 kg gula merah 1 ½ lt air untuk melarutkan gula merah

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis aspek aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih di Desa Tugu Selatan dilihat dari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

BAB VI MEMBANDINGAN BIBIT TEBAR F2 MEDIA JAGUNG DENGAN MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU 6.1. Perbandingan Kualitas Bibit F2 Kualitas dari bibit tebar F2 ditentukan oleh beberapa faktor yang antara lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT KKN ITATS Tahun 2010 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT Lokasi pelatihan pembuatan kompos Tempat / Kelurahan Dusun Kelompok Bulurejo Kacangan VII Munggu Gianti Gianti

Lebih terperinci

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih

Kata Kunci: Proporsi, Dedak, Media Tanam, Jamur Tiram Putih Perbedaan Proporsi Dedak Dalam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus florida) Oleh : Abdul Rochman ABSTRAK Jamur tiram putih adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak di konsumsi

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SB091358

TUGAS AKHIR SB091358 TUGAS AKHIR SB091358 EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI MEDIA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) Oleh: Hanum Kusuma Astuti

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo, dan jarak penelitian 15 km dari letak gunung sinabung

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam

5. Perencanaan jenis bibit yang akan ditanam Lampiran 1: Aktivitas Usahatani Tebu Perencanaan Umum 1. Penyediaan Peta a) Peta areal (luas kebun) skala 1:5.000, sebagai peta tembok. b) Peta irigasi, skala 1:25.000, dengan batas-batas areal, batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR. : Sutia Afrinanda : Kelompok : VI

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR. : Sutia Afrinanda : Kelompok : VI LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA JAMUR Nama : Sutia Afrinanda NIM : 1303112292 Kelompok : VI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

Lebih terperinci