Jurnal Harapan Bangsa Vol. 3 No. 2, Desember 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Harapan Bangsa Vol. 3 No. 2, Desember 2015"

Transkripsi

1 ANALISIS PROMOSI KESEHATAN RANGE OF MOTION DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI ARTRITIS RHEUMATOID DIPANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2015 Oleh : Isrizal Dosen Tetap STIK Bina Husada ABSTRAK Angka kejadian penyakit rematik masih relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi penduduk di Indonesia Sekitar 50 % keluhan nyeri sendi ternyata disebabkan oleh pengapuran, sehingga pengapuran berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan persendian, bahkan bantalan persendian yang aus ini menyebabkan terjadinya gesekan tulang sehingga timbul rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai analisis promosi kesehatan range of motion dalam menurunkan skala nyeri artritis rheumatoid dipanti sosial tresna werdha warga tama Indralaya. Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informasi didapat dengan melakukan wawancara mendalam, dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah 1 kepala panti, 3 perawat panti, 4 lansia panti. Informasi di analisis secara manual. Keabsahan informasi dengan cara triangulasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia melakukan gerakan range of motion setiap hari dan dilakukan gerakan tersebut didalam kamarnya, serta perawatnya juga setiap hari datang kekamar lansia memberikan bantuan terhadap lansia yang sulit melakukan gerakan range of motion (ROM). Tindakan yang dilakukan oleh perawat panti terhadap lansia adalah melakukan penyuluhan artritis rheumatoid dengan mengajarkan tindakan range of motion (ROM) diruangan bimbingan panti setelah selesai senam, seminggu 1 kali. Berdasarkan hasil penelitian maka diharapkan pihak panti khususnya perawat agar dapat memberikan penyuluhan seminggu 3 kali supaya lansianya paham dalam melakukan gerak range of motion (ROM) dipanti. Dan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang penyakit menular seperti TBC dan dermatitis (penyakit pada kulit) dipanti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. Kata Kunci : Promosi Kesehatan, Nyeri Artritis Rheumatoid I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan dan mempunyai dua sisi ilmu dan seni, dari sisi seni yakni praktisi / aplikasi, pendidikan kesehatan merupakan penunjang dari program program kesehatan lain. Artinya setiap program kesehatan misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat dan sanitasi lingkungan sebaginya perlu ditunjang / dibantu oleh pendidikan kesehatan. Maka dari itu sasaran program dan sasaran pendidikan tidak selalu sama oleh karena itu kita harus menetapkan sasaran lansung dan sasaran tidak langsung didalam pendidikan kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran yaitu individu, kelompok maupun keduanya. Pada penderita artritis rheumatoid diseluruh dunia telah mencapai angka 355 juta dari juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang artritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Sekitar 50 % keluhan nyeri sendi ternyata disebabkan oleh pengapuran, sehingga pengapuran berarti menipisnya jaringan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan persendian, bahkan bantalan persendian yang aus ini menyebabkan terjadinya gesekan tulang sehingga timbul rasa nyeri. Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal 188

2 Maka dari itu angka kejadian penyakit rematik masih relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi penduduk di Indonesia. Pada tahun 2004 jumlah pasien rematik mencapai 2 juta orang dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al (2008), prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan ditengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolahraga serta faktor bertambahnya usia. Di Sumatera Selatan jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2008 adalah orang lanjut usia, dengan komposisi orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah ini mengalami peningkatan hingga orang lanjut usia pada tahun 2009 dengan komposisi orang lakilaki dan orang perempuan. Pada tahun 2010 meningkat menjadi orang lanjut usia, dengan komposisi orang laki-laki dan orang perempuan. Di kota Palembang pada tahun 2009 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah orang berada diurutan ke 3 dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2010 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah orang berada diurutan ke 2 dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2011 jumlah angka kejadian artritis rheumatoid adalah orang berada diurutan ke 1 dari sepuluh penyakit terbesar. Ada berbagai terapi untuk mengatasi artritis rheumatoid, baik secara terapi farmakologi maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi merupakan terapi dengan menggunakan obat-obatan, sedangkan terapi nonfarmakologi merupakan metode latihanlatihan seperti latihan Range Of Motions (ROM) untuk menggerakkan tubuh dan untuk mengurangi rasa nyeri pada sendi. Latihan Range Of Motions (ROM) adalah latihan-latihan yang diberikan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi sendi yang berkurang. Latihan ROM ini memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai dengan gerakan normal baik secara aktif maupun pasif. Terapi ROM yaitu latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus. Obat-obat penghilang nyeri artritis biasanya mempunyai efek samping pada lambung seperti iritasi dan perdarahan lambung. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan salah satunya tindakan terapi nonfarmakologi yaitu dengan cara latihan fisik/latihan ROM. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) dapat membantu mengurangi rasa nyeri, menurunkan ketegangan otot, dan dapat memperbaiki gangguan tidur. Latihan relaksasi Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa nyeri dan menghilangkan ketegangan. Panti Werdha warga tama merupakan tempat tinggal lansia yang banyak mengalami keluhan nyeri artritis rheumatoid lansia disana kalau mengalami nyeri rematik lansia hanya bisa berdiam ditempat tidur serta menahan nyeri dibagian sendinya tanpa melakukan pengobatan dari hasil pengambilan data awal di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2014 dengan jumlah seluruh penghuni panti berjumlah 64 orang yang terdiri dari 39 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Angka insiden yang menderita artritis rheumatoid berjumlah 30 orang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti analisis promosi kesehatan Range Of Motion (ROM) dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah analisis promosi kesehatan ROM dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis promosi kesehatan ROM dalam rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun Tujuan khusus 1) Diperolehnya informasi secara mendalam tentang promosi kesehatan ROM terhadap peningkatan pengetahuan lansia dalam rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun ) Diperolehnya informasi secara mendalam tentang promosi kesehatan ROM terhadap peningkatan sikap positif lansia dalam 189 Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal

3 rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun ) Diperolehnya informasi yang mendalam mengenai sarana dan prasarana yang ada untuk melakukan promosi kesehatan ROM terhadap lansia dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun ) Diperolehnya informasi yang mendalam mengenai peran petugas panti dalam promosi kesehatan ROM terhadap lansia rheumatoid pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian: Bagi panti sosial tresna werdha warga tama Indralaya Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan kepada lansia dan pihak panti sosial khususnya tentang penanganan nyeri arthritis reumatoid. di Panti Sosial Trisna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun Diharapkan setelah dilakukannya promosi kesehatan penanganan nyeri arthritis reumatoid pada lansia teratasi Bagi lansia Untuk menambah informasi cara penanganan nyeri arthritis reumatoid dengan cara ROM. II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berusaha menggali informasi secara mendalam dan merupakan suatu cara untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang dari masalah yang diteliti Subjek Penelitian Informan penelitian ini adalah lansia dipanti sosial tresna werdha warga tama Indralaya,pendengaranya masih baik, mampu berbahasa indonesia dan bersedia menjadi informan. 2.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Pendokumentasian hasil wawancara dilakukan pada hari yang sama dengan hasil akhir berupa transkrip hasil wawancara dan menggabungkan hasil rekaman dan catatan lapangan. 2.4 Teknik Analisa Data Prosedur analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membaca transkrip secara berulang-ulang, teliti dan dibuat dalam bentuk matrik setelah dikelompokan sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian dan informasi dikelola secara manual yang disusun untuk menentukan pemecahan masalah. 2.5 Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan informasi dalam penelitian ini dilakukan beberapa strategi, yaitu : triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi metode III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Adapun dari hasil wawancara mendalam terhadap informan kepala panti dan perawat pelaksana di Panti Tresna Werdha Warga Tama Organ Ilir Indralaya Pengetahuan kepala panti dan perawat panti dalam menurunkan skala nyeri rematik pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang kapan dilakukan penyuluhan artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi dalam penanganan nyeri arthritis rheumatoid. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : Dari keterangan kepala panti dan perawat panti dapat diketahui bahwa sebagian besar informan menjelaskan bahwa waktu penyuluhannya dilakukan setiap seminggu 1 kali diruangan bimbingan panti setelah selesai senam. perawat panti benar melakukan penyuluhan di panti setiap seminggu 1 kali setiap selesai senam, penyuluhanya dilakukan diruangan bimbingan. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Adakah SOP latihan rentang gerak sendi dalam penanganan nyeri arthritisrematoid. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan bahwa ada SOP latihan rentang gerak sendi SOP ini dibuat oleh puskesmas yang berkolaborasi dipanti sosial tresna werdha warga tama Indralaya.. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Apa yang diketahui tentang penyakit artritis rheumatoid pada Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal 190

4 lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan bahwa penyakit artritis rheumatoid itu penyakit pada daerah sendi dan kekurangan cairan sinovial dan bisa terjadi kekakuan sendi pada pagi hari dan mengalami pembengkakan di daerah kaki. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Bahaya apa yang diketahui dalam penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan bahwa bahaya penyakit artritis rheumatoid akan mengalami kekakuan pada sendi serta mengalami kelumpuhan pada kaki dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya atau seperti orang normal yang terdiri dari shalat, makan, senam. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang biasanya kapan waktu lansia mengeluh sakit artritis rheumatoid. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan bahwa pada saat pagi hari sering mengeluh sakit, cuaca dingin dan banyak beraktivitas Pengetahuan lansia panti dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi. Sebagian informan menyatakan lansia panti menjelaskan tentang kapan dilakukan penyuluhan artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi dalam penanganan nyeri arthritis rheumatoid. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : bahwa sebagian besar lansia mengatakan perawatnya melakukan penyuluhan tentang arti rematik, bahaya rematik dan tindakan latihan rentang gerak sendi seminggu sekali setiap hari jumat selesai senam diruangan bimbingan. perawat panti benar melakukan penyuluhan di panti setiap seminggu 1 kali setiap selesai senam, penyuluhanya dilakukan setiap hari jumat diruangan bimbingan Semua lansia mengetahui tentang pengertian penyakit rematik dan hasil wawancara mendalam secara umum lansia memberikan informasi pengertian artritis rheumatoid yang dijelaskan dibawah ini: Dari keterangan lansia panti dapat diketahui bahwa sebagian besar informan menjelaskan tentang sakit di bagian kaki pada saat pagi hari serta mengalami kekakuan pada sendi dan cuaca dingin Semua lansia mengetahui tentang Bahaya apa yang diketahui dalam penyakit rematik dan hasil wawancara mendalam secara umum lansia memberikan informasi Bahaya apa yang diketahui dalam penyakit rematik yang dijelaskan dibawah ini: Dari keterangan lansia panti dapat diketahui bahwa sebagian besar informan menjelaskan tentang kaki bisa kaku tidak bisa di gerakkan dan bisa lumpuh lama lama serta lansianya takut kemanamana. Semua lansia mengetahui tentang biasanya kapan waktu mengeluh sakit rematik dan hasil wawancara mendalam secara umum lansia memberikan informasi biasanya kapan waktu mengelu sakit rematik yang dijelaskan dibawah ini: Dari keterangan lansia panti dapat diketahui bahwa sebagian besar informan menjelaskan tentang waktunya pada saat pagi hari, kadang juga sakitnya pada hari dingin mulai sakit, dan ada juga waktu sakitnya pada saat beraktivitas. Dari hasil observasi yang didapatkan benar lansianya mengalami kekakuan pada sendi pada pagi hari pada saat bangun tidur dan kadang juga pada hari dingin serta banyak beraktivitas lansia juga mengalami kekakuan pada sendi Sikap kepala panti dan perawat panti dalam rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Apa yang dilakukan untuk mengatasi penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : Dari keterangan kepala panti dan perawat panti dapat diketahui bahwa sebagian besar informan menjelaskan perawatnya langsung kekamar lansia pada pagi hari serta mengajarkan tindakan latihan rentang gerak sendi dan kalau lansianya banyak beraktivitas di suruh istirahat, jika mengalami bengkak perawat melakukan kompres hangat dan tehnik relaksasi nafas dalam. perawat setiap pagi hari benar langsung berkunjung kekamar kamar lansia dari wisma 1 sampai dengan wisma 12 mengajarkan latihan rentang gerak sendi bagi lansia yang sulit melakukan gerakan tersebut lansung diajarkan gerakan sama perawat panti tersebut. 191 Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal

5 Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Bagaimana cara tindakan dalam menangani penyakit artritis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut: menjelaskan tindakannya kami melakukan penyuluhan kelansia dan memberikan penyuluhan seperti gerakan gerakan latihan rentang gerak sendi dan biasanya penyuluhan tentang latihan rentang gerak sendi itu diberikan seminggu satu kali yaitu setiap hari jumat setelah selesai senam dan gerakan latihan rentang gerak sendi itu di mulai dari bagian kepala sampai ke bagian kaki. perawat panti benar melakukan tindakan kelansia dengan mengunakan latihan rentang gerak sendi yang diajarkan pada saat penyuluhan seminggu sekali setiap hari jumat setelah selesai senam. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Apakah Bapak/Ibu memberi saran kepada lansia untuk mengurangi rasa nyeri artrtitis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan ada saran yang diberikan sama lansia jika datang nyeri artritis rheumatoid jangan hanya berdiam didalam kamar lansia ditekankan untuk melakukan gerakan latihan rentang gerak sendi supaya tidak mengalami kekakuan waktu datang nyeri artritis rheumatoid kemudian lansianya terhindar dari kelumpuhan. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Bagaimana harapan Bapak/Ibu setelah diberikan saran kelansia untuk mengurangi rasa nyeri artritis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : menjelaskan harapannya lansia paham dalam melakukan gerakan latihan rentang gerak sendi dimulai dari bagian kepala sampai bagian kaki serta dapat dipraktekan setiap hari didalam kamar. Sebagian informan menyatakan kepala panti dan perawat panti menjelaskan tentang Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu setelah diberikan saran kelansia untuk mengurangi rasa nyeri artritis rheumatoid pada lansia. Adapun pernyataan informan sebagai berikut : mengatakan informan menjelaskan tanggapanya lansianya dapat melakukan latihan rentang gerak sendi pada saat datang nyeri rematik dan tanpa dibantu oleh perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi tersebut Sikap lansia panti dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Semua lansia menyatakan sikap lansia tentang Apa yang dilakukan kakek /nenek untuk mengatasi penyakit rematik, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa dengan menggunakan latihan rentang gerak sendi yang telah diberikan pada saat penyuluhan dan digunakan pada saat nyeri pada kaki datang serta dibantu oleh perawat yang sering datang kekamar. Semua lansia menyatakan perilaku lansia tentang Bagaimana cara kakek/nenek dalam menangani penyakit rematik, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa dengan menggunakan latihan rentang gerak sendi mulai dari kepala sampai bagian kaki dengan cara bagian kepala ditekuk kekanan dan kekiri satu kali, bagaian tangan ditekuk kekanan dan kekiri dan diputar-putar telapak tangan dan jari tangan ditekuk kekanan dan kekiri kemudian bagian kaki ditekuk kekanan dan kekiri serta diputar-putar tumit kaki. lansia panti benar melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi mulai dari kepala sampai bagian kaki dengan cara bagian kepala ditekuk kekanan dan kekiri satu kali, bagaian tangan ditekuk kekanan dan kekiri dan diputar-putar telapak tangan dan jari tangan ditekuk kekanan dan kekiri kemudian bagian kaki ditekuk kekanan dan kekiri serta diputar-putar tumit kaki didalam kamarnya Semua lansia menyatakan sikap lansia tentang menurut kakek/nenek di panti ini melakukan penyuluhan tentang rematik dan tentang latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa sebagian besar lansia mengatakan perawatnya melakukan penyuluhan tentang arti rematik, bahaya rematik dan tindakan latihan rentang gerak sendi seminggu sekali setiap hari jumat selesai senam diruangan bimbingan. lansia panti benar mengikuti penyuluhan tentang rematik, bahaya rematik dan latihan rentang gerak sendi seminggu sekali setiap hari jumat selesai senam diruangan bimbingan. Semua lansia menyatakan sikap lansia tentang Apakah kakek/nenek menerima saran perawat yang Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal 192

6 diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, adapun pernyataan informan sebagai berikut : bahwa sebagian besar lansia mengatakan perawatnya memberikan saran kalau lansia datang nyeri rematik jangan berdiam dikamar langsung melakukan latihan rentang gerak sendi supaya tidak terjadi kekakuan pada sendi. Semua lansia menyatakan sikap lansia tentang Bagaimana harapan kakek/nenek setelah diberikan saran untuk mengurangi rasa nyeri artritis rheumatoid, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa sebagian besar lansia mengatakan harapanya senang dan lansianya juga sering mempraktekan latihan rentang gerak sendi kemudian perawatnya juga peduli sama lansianya. Semua lansia menyatakan sikap lansia tentang Bagaimana tanggapan kakek /nenek setelah diberikan saran untuk mengurangi rasa nyeri artritis rheumatoid, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa sebagian besar lansia mengatakan tanggapanya lansia memahami latihan rentang gerak sendi dan dilakukan setiap hari dan lansia juga terhindar dari kekakuan pada sendi serta mengalami kelumpuhan Sarana dan prasarana kepala panti dan perawat panti dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Semua perawat dan kepala panti menyatakan sarana dan prasarana tentang Menurut Bapak / Ibu adakah sarana dan prasarana untuk mengatasi penyakit artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan Perawat panti dan kepala panti dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana itu ada yaitu dengan mengunakan bola karet besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, waskom untuk pengompresan dibagian kaki yang bengkak, sendal rematik dan alat untuk jalan ditempat gunanya untuk memperlacarkan aliran darah. perawat panti benar melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi mengunakan bola karet yang besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, waskom untuk pengompresan dibagian kaki yang bengkak, sendal rematik dan alat untuk jalan ditempat gunanya untuk memperlacarkan aliran darah. Semua perawat dan kepala panti menyatakan sarana dan prasarana tentang menurut Bapak/Ibu Adakah hambatan dalam menanggulangi penyakit artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan Perawat panti dan kepala panti dapat dikatakan bahwa hambatanya itu banyak seperti yang kita lakukan penyuluhan latihan rentang gerak sendi lansia ada yang mudah ingat dalam pemberian tindakan latihan rentang gerak sendi dari tahap awal sampai tahap akhir dan ada juga yang tidak paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi. Kemudian lansia yang malas melakukan latihan rentang gerak sendi lansianya dibujuk pelan pelan sama perawatnya Sarana dan prasarana lansia panti dalam rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Semua lansia panti menyatakan sarana dan prasarana tentang Menurut Kakek/Nenek dalam melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi ada menggunakan alat tidak, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan lansia panti dapat dikatakan bahwa dalam melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi menggunakan alat bola karet yang besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, waskom diisinyo air hangat - hangat kuku untuk pengompresan dibagian yang bengkak dikaki dan alat batu refleksi untuk jalan ditempat alat itu gunanya untuk memperlancarkan aliran darah. lansia panti benar mengunakan bola karet yang besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, waskom untuk pengompresan dibagian kaki yang bengkak, sendal rematik dan alat untuk jalan ditempat gunanya untuk memperlacarkan aliran darah. Semua lansia panti menyatakan sarana dan prasarana tentang menurut kakek/nenek Adakah hambatan dalam menanggulangi rematik dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa hambatannya ada lansianya sering lupa dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, tetapi lansianya sering dibantu dalam melakukan latihan rentang gerak sendi sama perawat yang datang kekamarnya samapai lansia paham. 193 Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal

7 3.1.7 Peran perawat panti dan kepala panti dalam rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Semua perawat dan kepala panti menyatakan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan petugas panti terhadap penanganan penyakit artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan Perawat panti dan kepala panti dapat dikatakan bahwa upaya yang dilakukan petugas supaya lansia terhindar dari kekakuan pada sendi akibat penyakit artritis rheumatiod, dan terhindar dari kelumpuhan serta paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi. Semua perawat dan kepala panti menyatakan Apakah Bapak/Ibu mengingatkan dan mengawasi serta memberi motivasi dalam menurunkan nyeri penyakit artritis rheumatoid dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan Perawat panti dan kepala panti dapat dikatakan bahwa petugasnya mengingatkan dan mengawasi lansia pada saat pagi hari dari wisma 1 sampai dengan wisma 12 serta memberi motivasi semangat dan dorongan ke satu per satu lansia itu supaya lansia itu bisa memahami latihan rentang gerak sendi dalam menurunkan nyeri penyakit artritis rheumatoid. perawat panti benar mengingatkan dan mengawasi lansia pada saat pagi hari dari wisma 1 sampai dengan wisma 12 serta memberi motivasi semangat dan dorongan ke satu per satu lansia itu. Semua perawat dan kepala panti menyatakan apakah Bapak/Ibu mendampingi lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : Dari keterangan Perawat panti dan kepala panti dapat dikatakan bahwa perawatnya mendampingi lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi dan lansia yang tidak paham dibantu sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi supaya tepat sasaran dalam melakukan gerakan tersebut. perawat panti benar mendampingi lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi dan lansia yang tidak paham dibantu sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi supaya tepat sasaran dalam melakukan gerakan tersebut Peran perawat panti terhadap lansia panti dalam menurunkan skala nyeri penyakit artritis rheumatoid pada lansia dengan tindakan latihan rentang gerak sendi Semua lansia panti menyatakan upayaupaya apa saja yang telah dilakukan petugas panti terhadap penanganan penyakit rematik dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa upayanya lansianya terhindar dari kekakuan sendi dan tidak menjadi kelumpuhan dan lansianya ditekankan untuk paham melakukan latihan rentang gerak sendi. Semua lansia panti menyatakan Apakah kakek / nenek selalu diingatkan dan diawasi serta diberi motivasi dalam menurunkan nyeri penyakit rematik dengan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa lansianya selalu diingatkan sama perawatnya, diawasi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya selalu memberikan motivasi ke lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi setiap hari pada saat pagi hari. lansia panti benar diawasi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya selalu memberikan motivasi ke lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi setiap hari pada saat pagi hari. Semua lansia panti menyatakan Apakah Kakek/nenek didampingi oleh perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, adapun pernyataan lansia sebagai berikut : bahwa lansianya didampingi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, perawatnya juga takut lansianya salah dalam melakukan gerakan tersebut, dan perawat menekankan lansianya paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya langsung mengajarkan jika lansianya lupa dalam melakuka latihan rentang gerak sendi. lansia panti benar lansianya didampingi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, perawatnya juga takut lansianya salah dalam melakukan gerakan tersebut, dan perawat menekankan lansianya paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya langsung mengajarkan jika lansianya lupa dalam melakuka latihan rentang gerak sendi. 3.2 Pembahasan Pengetahuan Pengetahuan yang diperoleh lansia mengatakan tentang lansia menjelaskan arti dari penyakit rematik itu sakit di bagian sendi kaki pada Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal 194

8 saat pagi hari serta mengalami kekakuan pada sendi dan cuaca dingin. Dimana Artritis Rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan poliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. 16 Menurut Price & Wilson (2006) Artritis Rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori. 7 Artritis Rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada individu-individu yang rentan setelah respons imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenik. Biasanya respons antibodi awal terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respons ini berhasil menghancurkan mikroorganisme namun individu yang mengalami artritis rheumatoid mulai membentuk antibodi lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi yang ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rheumatoid (Rheumatoid Factor). Rheumatoid Faktor menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan. artriris rheumatoid diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun. Wanita lebih sering terkena dari pada pria. Lansia dengan pengetahuan rendah akan lebih sulit untuk melaksanakan cara penanganan penyakit rematik menurut. 9 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) Sikap Sikap yang dimiliki lansia bahwa sebagian besar lansia mengatakan dengan menggunakan gerakan latihan rentang gerak sendi yang telah diberikan pada saat penyuluhan dan digunakan pada saat nyeri pada kaki datang serta dibantu oleh perawat yang sering datang kekamar. Serta pandangan lansia tentang cara penanganan penyakit artrtis rheumatoid dengan menggunakan latihan rentang gerak sendi mulai dari kepala sampai bagian kaki dengan cara bagian kepala ditekuk kekanan dan kekiri satu kali, bagaian tangan ditekuk kekanan dan kekiri dan diputar-putar telapak tangan dan jari tangan ditekukkekanan dan kekiri kemudian bagian kaki ditekuk kekanan dan kekiri serta diputar-putar tumit kaki. Didalam melakukan latihan rentang gerak sendi lansianya harus paham agar tidak mengalami kekakuan pada sendi di daerah kaki serta tidak mengalami kelumpuhan. Menurut Walgito, 23 Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Berdasarkan hasil penelitian dan teori mendukung sikap lansia sebagian besar lansia mengatakan dengan menggunakan latihan rentang gerak sendi yang telah diberikan pada saat penyuluhan dan digunakan pada saat nyeri pada kaki datang serta dibantu oleh perawat yang sering datang kekamar. Serta pandangan lansia tentang cara penanganan penyakit artrtis rheumatoid dengan menggunakan latihan rentang gerak sendi mulai dari kepala sampai bagian kaki dengan cara bagian kepala ditekuk kekanan dan kekiri satu kali, bagaian tangan ditekuk kekanan dan kekiri dan diputar-putar telapak tangan dan jari tangan ditekukkekanan dan kekiri kemudian bagian kaki ditekuk kekanan dan kekiri serta diputar-putar tumit kaki, oleh karena itu sikap lansia sangat diperlukan dalam hal merawat lansia dalam melakuakan latihan rentang gerak sendi khususnya dilingkungan panti sosial tresna werdha warga tama Indralaya Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana lansia dipanti bahwa sebagian besar lansia mengatakan tentang dalam melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi menggunakan alat bola karet yang besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, baskom diisinyo air hangat kuku untuk pengompresan dibagian yang bengkak dikaki dan alat untuk jalan ditempat alat itu gunanya untuk di injak injak untuk memperlancarkan aliran darah Dalam hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo (2007) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adlah fasilitas Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal

9 Berdasarkan hasil penelitian dari teori yang ada sarana dan prasarana dalam melakukan tindakan latihan rentang gerak sendi menggunakan alat bola karet yang besar untuk lansia yang tidak bisa menundukan bagian pinggang, baskom diisinyo air hangat kuku untuk pengompresan dibagian yang bengkak dikaki dan alat untuk jalan ditempat alat itu gunanya untuk ditinjak tinjak untuk memperlancarkan aliran darah, oleh karena itu sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam hal untuk terhindar dari kekakuan pada sendi di daerah kaki Peran Perawat Peran perawat terhadap lansia bahwa sebagian besar lansia mengatakan tentang upayanya supaya lansianya terhindar dari kekakuan sendi dan tidak menjadi kelumpuhan dan lansianya ditekankan untuk paham melakukan latihan rentang gerak sendi. Serta peran petugas lansianya selalu diingatkan sama perawatnya, diawasi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya selalu memberikan motivasi ke lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi setiap hari pada saat pagi hari. Kemudian lansianya didampingi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, perawatnya juga takut lansianya salah dalam melakukan gerakan tersebut, dan perawat menekankan lansianya paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya langsung mengajarkan jika lansianya lupa dalam melakukan latihan rentang gerak sendi. Berdasarkan penelitian yang ada peran petugas yang dilakukan sebagian besar lansia mengatakan upaya petugas tersebut supaya lansianya terhindar dari kekakuan sendi dan tidak menjadi kelumpuhan dan lansianya ditekankan untuk paham melakukan latihan rentang gerak sendi. Serta peran petugas lansianya selalu diingatkan sama perawatnya, diawasi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya selalu memberikan motivasi ke lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi setiap hari pada saat pagi hari. Kemudian lansianya didampingi sama perawat dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, perawatnya juga takut lansianya salah dalam melakukan gerakan tersebut, dan perawat menekankan lansianya paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi serta perawatnya langsung mengajarkan jika lansianya lupa dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, oleh karena itu peran petugas sangat diperlukan dalam hal melakukan latihan rentang gerak sendi tersebut supaya lansianya paham dalam latihan rentang gerak sendi. III. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Pengetahuan pengetahuan lansia dalam latihan rentang gerak sendi untuk mengurangi nyeri artritis rheumatoid serta melakukan latihan rentang gerak sendi itu harus tepat sasaran dan paham dalam melakukan gerakan tersebut, karena bila lansia mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat mendasar dimana pengetahuan lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi akan sangat membantu lansia untuk terhindar dari kekauan pada sendi khususnya pada daerah kaki serta mengalami kelumpuhan Sikap Didalam melakukan latihan rentang gerak sendi harus paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi agar tidak mengalami kekakuan pada sendi di daerah kaki serta tidak mengalami kelumpuhan. oleh karena itu sikap lansia sangat diperlukan dalam hal merawat lansia dalam melakukan latihan rentang gerak sendi khususnya dilingkungan panti sosial tresna werdha warga tama Indralaya Sarana dan prasarana sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam hal untuk terhindar dari kekakuan pada sendi di daerah kaki.hambatannya ada lansianya sering lupa dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, tetapi lansianya sering dibantu dalam melakukan latihan rentang gerak sendi sama perawat yang datang kekamarnya samapai lansia paham Peran perawat peran perawat sangat diperlukan dalam hal melakukan latihan rentang gerak sendi tersebut supaya lansianya paham dalam latihan rentang gerak sendi. 4.2 Saran Disarankan bagi panti sosial tresna werdha warga tama Indralaya diharapkan bagi perawat panti untuk lebih memaksimalkan dalam melakukan penyuluhan terhadap lansia tentang range of motion (ROM) seminggu 3 kali agar lansianya paham dalam melakukan latihan rentang gerak sendi, dan menambah perawat panti untuk merawat lansia Disarankan bagi Lansia panti diharapkan lansia panti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, sarana dan prasarana, peran petugas terhadap lansia khususnya dalam memahami gerakkan range of motion (ROM) yang telah diberikan oleh perawat panti. Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal 196

10 4.2.5 Disarankan bagi peneliti Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan informasi, serta menambah wawasan dan pemahaman mengenai range of motion (ROM). Kemudian untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang penyakit penular seperti TBC dan dermatitis (penyak it kulit) dipanti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S, Pendidikan Promosi Dan Perilaku Kesehatan Edisi revisi. Rineka Cipta : Jakarta Purwoastuti, Waspadai Gangguan Rematik. Kanisius : Yogyakarta Badan Pusat Statistik Sumsel, Data Penduduk Kota Palembang. BPS : Palembang Dinas Kesehatan Kota, Profil Kesehatan Lanjut Usia. Kota Palembang Gosana, Terapi Latihan Fisik Penyakit Rematik. Sinar Harapan : Jakarta Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Indralaya, Jumlah Lansia dan Penyakit Artritis Rheumatoid. Palembang Bandiyah, S, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta Tamher, S & Noorkasiani, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Maryam. R. et al, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta Kushariyadi, Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta Corwin, E.J, Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. EGC : Jakarta Asmadi, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta Moleong, LJ. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya : Brunner & Suddart, Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan. EGC : Jakarta 2004 Notoatmodjo, S, Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Rineka Cipta : Jakarta Maryam. R. et al, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta Nugroho, Keperawatan Gerontik. EGC : Jakarta Analisis Promosi Kesehatan Range Of Motion Dalam Menurunkan Skala Nyeri...Isrizal

Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013

Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No. 1, Juli 2013 PENGARUH TERAPI RANGE OF MOTION (ROM) DALAM MENURUNKAN SKALA NYERI PENYAKIT ARTRITIS RHEUMATOID PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2012 Oleh : Sasono Mardiono Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola penyakit di Indonesia mengalami pergeseran, dimana penyakit infeksi dan kekurangan gizi berangsur-angsur turun, dilain pihak penyakit menahun yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat proses alamiah yaitu proses menua dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rheumatoid Arthritis (RA)merupakan penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. RA merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sesungguhnya maupun potensi kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan meningkat diberbagai bidang di Indonesia telah mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Salah satu outcome atau dampak dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Notoatmodjo, 2007). Usia lanjut dikatakan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS PENELITIAN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS Sevilla Rain Dinianti *, Tori Rihiantoro**, Titi Astuti** Perubahan kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya BAB l PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,43% (Maryam, 2008). Semakin seseorang bertambah usia maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi pada semua umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika melaporkan bahwa terdapat sekitar 35 juta pasien rematik (Purwoastuti, 2009). Di Indonesia

Lebih terperinci

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia * EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBIA KABUPATEN BOMBANA Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

DENGAN METODE GERAKAN PERSENDIAN RANGE OF MOTION (ROM) APLIKASI KETERAMPILAN TANGAN BAGI LANSIA PREVENTIF REUMATOID ARTHRITIS DI PSTW

DENGAN METODE GERAKAN PERSENDIAN RANGE OF MOTION (ROM) APLIKASI KETERAMPILAN TANGAN BAGI LANSIA PREVENTIF REUMATOID ARTHRITIS DI PSTW (IbM) DENGAN METODE GERAKAN PERSENDIAN RANGE OF MOTION (ROM) APLIKASI KETERAMPILAN TANGAN BAGI LANSIA PREVENTIF REUMATOID ARTHRITIS DI PSTW Chairil*, Isnaniar,Wiwik norlita, Juli widiyanto,tri Siwi KN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri sendi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh siapapun karena setiap orang di dalam tubuhnya memiliki persendian (Soeroso, 2006). Sendi

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S. LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA KETUA: TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom Ns. Emira Apriyeni, S.kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis) SAP Rematik Ditulis pada Kamis, 24 Maret 2016 02:51 WIB oleh damian dalam katergori SAP tag SAP, gout, rematik, endokrin http://fales.co/blog/sap-rematik.html SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajar : Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang persendian dan menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, serta bisa menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dengan tahap perkembangan usia lanjut merupakan tahap perkembangan dari keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan keluarga. Pada tahap ini menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan perubahan akan terjadi pada tubuh manusia berkaitan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan sampai usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena menua adalah pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian WHO pada pekerja tentang penyakit akibat kerja di 5 (lima) benua tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (musculoskeletal disease)

Lebih terperinci

PENGARUH RUTINITAS SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI

PENGARUH RUTINITAS SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PENGARUH RUTINITAS SENAM REMATIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA REMATIK DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR JAMBI TAHUN 2015 INFLUENCE OF REGULAR RHEUMATOID EXERCISE TOWARDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang persendian dan menyebabkan inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri, serta

Lebih terperinci

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua GAMBARAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID TERHADAP PERAWATAN NYERI SENDI DI DESA PAYA KULBI KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG Nora Hayani 1 1 Dosen Prodi D-III

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA 1 Yasinta Ema Soke, 2 Mohamad Judha, 3 Tia Amestiasih INTISARI Latar Belakang:

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL Oleh: SURATMAN NIM.J.100.050.005 Diajukan guna untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO pada tahun 2007 proporsi kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usila atau usia lanjut merupakan kelompok yang rentan yang selalu ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Melihat kenyataan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima

Lebih terperinci

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur yang

Lebih terperinci

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk usia lanjut secara dramatis pada abad 21 nanti. Berdasarkan data proyeksi penduduk tahun 1990-2025 dari Badan Pusat

Lebih terperinci

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN

BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN BEDA PENGARUH TERAPI INFRA RED DENGAN PARAFFIN BATH TERHADAP PENGURANGAN NYERI AKIBAT REMATOID ARTRITIS JARI-JARI TANGAN DI BALAI KESEHATAN KARYAWAN ROKOK KUDUS Oleh : KUSWARDANI J 110 070 061 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan oleh alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies nyamuk Aedes Aigepty. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Personal hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh: M A R Y A T I J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT HEPATITIS TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP KELUARGA PENDERITA HEPATITIS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

LATIHAN FISIK MENINGKATKAN RENTANG GERAK SENDI PENDERITA ARTHRITIS PHYSICAL EXERCISE INCREASING JOINT RANGE MOTION ARTHRITIS PATIENT

LATIHAN FISIK MENINGKATKAN RENTANG GERAK SENDI PENDERITA ARTHRITIS PHYSICAL EXERCISE INCREASING JOINT RANGE MOTION ARTHRITIS PATIENT Jurnal Penelitian Keperawatan Volume 1, No. 1, Januari 2015 LATIHAN FISIK MENINGKATKAN RENTANG GERAK SENDI PENDERITA ARTHRITIS PHYSICAL EXERCISE INCREASING JOINT RANGE MOTION ARTHRITIS PATIENT STIKES RS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hati adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang memiliki peran dalam proses penyimpanan energi, pembentukan protein, pembentukan asam empedu, pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. osteoartritis sering mengalami nyeri sendi dan keterbatasan gerak. Tidak seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit rematik bukanlah hal asing lagi di masyarakat. Penyakit ini biasanya banyak diderita oleh lansia. Jenis rematik yang sering ditemui adalah osteoartritis, di

Lebih terperinci

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU LANSIA TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN ASAM URAT DI POSKESDES DESA PARULOHAN KECAMATAN LINTONGNIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 Adelima C R Simamora Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan negara dari berbagai aspek tentunya dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini umumnya menyerang pada paru, tetapi juga dapat menyerang bagian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rematik adalah penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering terjadi pada lansia. Nyeri pada penyakit pada penyakit artritis reumatoid terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS Topik Sub Topik : Nyeri sendi degeneratif (Osteoartritis) : Pengertian Osteoartritis, Penyebab osteoarthritis, Tanda-tanda nyeri sendi (osteoartritis), Cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Perubahan fisiologis akan muncul saat seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup. manusia. Selama manusia hidup tidak pernah berhenti menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring perkembangan jaman. Termasuk ilmu tentang kesehatan yang di dalamnya mencakup bahasan tentang berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUA TENTANG PENYAKIT REUMATIK DENGAN SIKAP LANSIA DALAM MENGATASI KEKAMBUHAN PENYAKIT REUMATIK DI POSYANDU LANSIA KALURAHAN KARANGASEM KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam tubuh manusia terdapat 230 sendi yang menghubungkan 206 tulang, perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan

Lebih terperinci

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MILITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET RENDAH GLUKOSA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR SAMSUL BAHRI ABSTRAK : Masalah kesehatan dipengaruhi

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI

PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI KELURAHAN PAHLAWAN BINJAI Sry Oktaviana Br Sitepu*, Iwan Rusdi** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014 GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD 1* Bejo, 2 Wahyudin 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespondensi penulis : santosobejo43@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama (Riskesdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh : MARIANA NPM :

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh : MARIANA NPM : STUDI KASUS PADA KELUARGA Tn. D YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN PERUBAHAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS REUMATOID ARTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAME KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi global lansia saat ini yaitu setengah dari jumlah lansia di dunia yakni 400 juta jiwa berada di asia. Pada negara berkembang, pertumbuhan lansia melonjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Perilaku merupakan respon dari makhluk hidup terhadap suatu rangsangan yang bisa diamati secara langsung atau tidak langsung, (Notoatmodjo, 2007).

Lebih terperinci