KEMUNDURAN BENIH KEDELAI AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT MENGGUNAKAN ALAT IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI SYARIFA MUSTIKA
|
|
- Ade Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMUNDURAN BENIH KEDELAI AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT MENGGUNAKAN ALAT IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI SYARIFA MUSTIKA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
2
3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Syarifa Mustika NIM A
4 ABSTRAK SYARIFA MUSTIKA. Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami. Dibimbing oleh M RAHMAD SUHARTANTO dan ABDUL QADIR. Kemunduran benih ditandai dengan penurunan viabilitas, vigor dan peningkatan asam lemak bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penurunan viabilitas, vigor dan peningkatan asam lemak bebas benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis antara benih yang telah diusangkan menggunakan Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM dengan penyimpanan alami dan untuk mengetahui hubungan antara viabilitas dan vigor dengan asam lemak bebas. Penelitian terdiri atas dua percobaan yaitu penyimpanan alami dan pengusangan. Penyimpanan alami terdiri atas 5 waktu penyimpanan yaitu 0, 2, 4, 6, 8 minggu dan pengusangan terdiri atas 5 waktu pengusangan 0, 15, 30, 45, 60 menit. Hasil menunjukkan bahwa adanya kesesuaian (korelasi nyata) laju penurunan viabilitas dan vigor antara penyimpanan alami selama 8 minggu dengan pengusangan selama 60 menit, sedangkan pada asam lemak bebas tidak adanya kesesuaian (korelasi tidak nyata) antara penyimpanan alami selama 8 minggu (diasumsikan setelah penyimpanan selama 8 minggu terjadi peningkatan asam lemak bebas) dengan pengusangan selama 30 menit (Anjasmoro) dan 15 menit (Wilis). Hubungan antara viabilitas dan vigor dengan asam lemak bebas berkorelasi negatif, artinya semakin tinggi asam lemak bebas maka viabilitas dan vigor semakin rendah. Kata kunci: asam lemak bebas, viabilitas, vigor
5 ABSTRACT SYARIFA MUSTIKA. Soybean Seed Deterioration Using Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM compared to Natural Storage. Suvervised by M RAHMAD SUHARTANTO and ABDUL QADIR. Seed deterioration characterized by decrease in viability, vigor and an increase in free fatty. This research was conducted to determine the comformity of the decrease in viability, vigor and an increase in free fatty acids of soybean seed of varieties Anjasmoro and Wilis has aging using accelerated aging machine IPB 77-1 MM compared to natural storage and to determine correlation between viability and vigor compared to free fatty acids. The research consisted of two experiments the natural storage and accelerated aging. Natural storage consists of 5 of storage periods of 0, 2, 4, 6, 8 weeks while accelerated aging consists of 5 of aging periods of 0, 15, 30, 45, 60 minutes. The result showed that the conformity (significant) decrease in viability and vigor between natural storage for 8 weeks compared to accelerated aging for 60 minutes, while in free fatty acids absence of conformity (not significant) between natural storage for 8 weeks (assumed after natural storage for 8 weeks will be increase free fatty acids) compared to accelerated aging for 30 minutes (Anjasmoro) and 15 minutes (Wilis). Viability and vigor compared to free fatty acids had negative correlation, it means increase in free fatty acids effect to decrease in viability and vigor. Key word: free fatty acid, viability, vigor
6
7 KEMUNDURAN BENIH KEDELAI AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT MENGGUNAKAN ALAT IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI SYARIFA MUSTIKA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
8
9 Judul Skripsi: Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami Nama : Syarifa Mustika NIM : A Disetujui oleh Dr Ir M R Suhartanto, MSi Pembimbing I Dr Ir Abdul Qadir, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:
10 PRAKATA Segala rahmat dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami dilaksanakan di laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan Maret hingga Juni Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Dr Ir M Rahmad Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang telah memberikan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi 2. Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang telah memberikan arahan dalam pengolahan data penelitian dan penulisan skripsi. 3. Dr Ir Desta Wirnas, SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan akademik kepada penulis. 4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan moril maupun materil. 5. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis 6. Gigih Kridaning Pawestri selaku teman seperjuangan dalam pelaksanaan penelitian. 7. Pak Bambang yang telah membantu dalam pengujian asam lemak bebas 8. Teman-teman semua yang telah memberikan semangat kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2013 Syarifa Mustika
11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Kemunduran Benih 2 Penyimpanan Benih 3 Viabilitas dan Vigor Benih 3 Asam Lemak Bebas 4 Pengusangan Cepat 5 Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM 5 METODE 6 Waktu dan Tempat 6 Alat dan Bahan 6 Analisis Data 6 Pelaksanaan Penelitian 7 Pengamatan 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Kondisi Umum 9 Hubungan antara Kadar Air Penyimpanan Alami dan Pengusangan 9 Daya Berkecambah Benih selama Waktu Penyimpanan Alami dan Waktu Pengusangan 11 Indeks Vigor Benih Selama Waktu Penyimpanan Alami dan Pengusangan 12 Hubungan Viabilitas dan Vigor Benih antara Penyimpanan Alami dengan Pengusangan 14 Hubungan Asam Lemak Bebas antara Penyimpanan Alami dan Pengusangan 15 Hubungan antara Penurunan Viabilitas dan Vigor Benih dengan Asam Lemak Bebas 19 SIMPULAN DAN SARAN 25 Simpulan 25 Saran 25 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 30
12 DAFTAR TABEL 1 Hubungan daya berkecambah dan indeks vigor antara penyimpanan alami dengan pengusangan 14 DAFTAR GAMBAR 1 Alat pengusangan cepat (APC) IPB 77-1 MM 6 2 Hubungan antara KA pengusangan dengan KA penyimpanan alami benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 10 3 Hubungan antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan alami (a) dan antara daya berkecambah dengan waktu pengusangan (b) pada benih kedelai 12 4 Hubungan antara indeks vigor dengan waktu penyimpanan alami (a) dan antara indeks vigor dengan waktu pengusangan (b) pada benih kedelai 13 5 Hubungan antara asam lemak bebas dengan waktu penyimpanan alami benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 16 6 Hubungan antara asam lemak bebas dengan waktu pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 17 7 Hubungan antara asam lemak bebas pengusangan dengan asam lemak bebas penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 18 8 Hubungan antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 20 9 Hubungan antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Hubungan antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Hubungan antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Intruksi kerja APC IPB 77-1 MM 28 2 Hasil uji statistik asam lemak bebas 29
13 PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.)) merupakan salah satu tanaman kacangkacangan yang sangat penting di Indonesia, karena merupakan bahan dasar makanan dan sumber utama protein nabati. Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena tingginya kebutuhan dalam negeri yang tidak sesuai dengan produktivitas yang rendah. Kebutuhan kedelai setiap tahunnya rata-rata sebesar 2.4 juta ton sedangkan produksi kedelai pada tahun 2011 sebesar 850 ribu ton (BPS 2011). Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan benih bemutu adalah penyimpanan benih. Benih yang disimpan mengalami kemunduran mutu benih yang ditandai dengan penurunan vigor maupun viabilitas benih selama disimpan. Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran mutu benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi (Purwanti 2004). Menurut Justice dan Bass (2002) setiap benih memiliki laju kemunduran yang berbeda tergantung pengaruh genetik, dormansi benih, ketebalan, dan struktur kulit serta komposisi kimia dalam benih. Nilai viabilitas benih dapat diketahui melalui pendekatan fisik, fisiologis, biokimia, sitologi dan matematika. Peubah-peubah viabilitas benih yang didasarkan pada pendekatan fisik diantaranya : (1) bobot 1000 butir benih, (2) berat jenis benih, (3) persentase kerusakan benih dan (4) daya hantar listrik (DHL). Peubah-peubah yang berdasarkan pada pendekatan fisiologis yang biasa digunakan antara lain : daya berkecambah, daya berkecambah setelah didera, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan kadar air benih. Peubah-peubah dengan pendekatan biokimia antara lain adalah uji tetrazolium, kadar etanol benih, kadar asam lemak bebas, laju respirasi benih, perubahan aktifitas enzim, dan tingkat kebocoran zat-zat dari benih. Pengujian viabilitas benih berdasarkan pendekatan fisiologis dan fisik salah satunya yaitu metode pengusangan cepat. Metode pengusangan cepat dilakukan untuk mempercepat kemunduran benih. Kemunduran benih dipercepat dengan perlakuan pada kondisi suboptimum yaitu penderaan terhadap benih agar sesuai dengan kondisi simpan yang sebenarnya seperti suhu dan kelembaban udara tinggi, sehingga terjadi devigorasi benih yaitu penurunan viabilitas benih secara buatan. Penelitian Imaniar (2012) menunjukkan bahwa adanya korelasi negatif antara waktu pengusangan cepat dengan parameter viabilitas dan vigor benih, artinya semakin lama waktu pengusangan maka viabilitas dan vigor benih akan semakin rendah yang menandakan benih mengalami kemunduran dan menyatakan bahwa metode pengusangan fisik lebih konsisten dalam hasil pengusangan dilihat dari konsistensi nilai vigor yang dihasilkan pada tolak ukur yang diamati. Menurut Tatipata et al. (2004) benih kedelai mengalami kemunduran dalam penyimpanan, disebabkan oleh kandungan lemak dan proteinnya yang relatif tinggi sehingga perlu ditangani sebelum disimpan. Kedelai memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37%. Selain protein, benih kedelai juga
14 2 mengandung lemak cukup tinggi, yaitu sebesar 16%. Kandungan protein dan lemak yang tinggi menyebabkan benih kedelai mengalami kemunduran terutama jika kondisi lingkungan simpan kurang menguntungkan (sub optimum). Menurut Copeland dan McDonald (2001) salah satu gejala dari mutu kemunduran benih adalah peningkatan asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas terjadi karena hidrolisis fosfolipid menyebabkan pelepasan gliserol dan asam lemak, dan reaksi ini dipercepat dengan meningkatnya kelembaban benih. Menurut Ketaren (1986) asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa yaitu penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penurunan viabilitas dan vigor serta peningkatan asam lemak bebas benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis yang telah diusangkan menggunakan APC IPB 77-1 MM dengan penyimpanan alami dan untuk mengetahui hubungan antara asam lemak bebas dengan viabilitas dan vigor benih. Hipotesis 1. Adanya kesesuaian penurunan antara viabilitas vigor penyimpanan selama 8 minggu dengan viabilitas vigor pengusangan selama 60 menit dengan menggunakan APC IPB 77-1 MM. 2. Adanya kesesuaian peningkatan antara asam lemak bebas penyimpanan selama 8 minggu dengan asam lemak bebas pengusangan selama 60 menit dengan menggunakan APC IPB 77-1 MM. TINJAUAN PUSTAKA Kemunduran Benih Kualitas benih terbaik didapatkan saat benih mencapai masak fisiologis, yang dicirikan berat kering, viabilitas dan vigor benih maksimum serta kadar air benih yang minimum. Berat kering benih menunjukkan kemampuan benih dalam membentuk biomassa kecambah. Viabilitas benih bisa dilihat dari kemampuan benih untuk berkecambah normal. Kadar air merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan saat pemanenan, pengemasan, penyimpanan dan pemindahan benih. Waktu panen terbaik diperoleh saat kadar air benih minimum. Setelah tercapai masak fisiologis, pada umunya benih mengalami kemunduran bertahap yang pada akhirnya benih tersebut kehilangan viabilitas maupun vigornya dan berujung mati. Proses kemunduran kondisi benih pasca masak fisiologis itulah yang disebut deteriorasi. Deteriorasi tidak dapat dihentikan, tetapi hanya bisa dihambat. Deteriorasi didefinisikan sebagai kemunduran viabilitas benih oleh faktor alami baik di lapang produksi maupun dalam ruang simpan (Sadjad 1993).
15 Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsurangsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor dari dalam benih (Copeland san McDonald 2001). Justice dan Bass (2002) menambahkan, beberapa faktor yang mempengaruhi laju kemunduran benih diantaranya adalah jenis benih, berat dan bagian benih yang terluka, kelembaban dan suhu lingkungan di lapangan, penanganan panen dan kondisi penyimpanan benih. Menurut Tatipata et al. (2004) kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologis kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor. Penyimpanan Benih Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Cikuray (berbiji sedang, kulit berwarna hitam) dan varietas Tidar (berbiji kecil, kulit berwarna kuning) memiliki daya simpan yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning). Daya berkecambah benih varietas Cikuray dan varietas Tidar masih diatas 80% setelah lima bulan penyimpanan, sedangkan daya tumbuh benih varietas Wilis menurun hingga 60% setelah lima bulan penyimpanan (Sukarman dan Raharjo 2000). Kemunduran benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih tanaman lain, dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Vieira et al. 2001). Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau mutu. Menurut Harnowo et al. (1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih kedelai. Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik. Menurut Byrd (1983), kemunduran benih adalah semua perubahan yang terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih. Viabilitas dan Vigor Benih Kualitas benih dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sadjad et al. (1999) menyatakan bahwa viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang ditunjukkan melalui metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Menurut Sumadi (2004), secara sederhana benih bervigor tinggi diartikan sebagai benih yang mampu tumbuh dan berkembang dengan baik walaupun dalam kondisi lingkungan tidak 3
16 4 optimum. Sadjad (1993), menyatakan bahwa vigor adalah kemampuan benih atau bibit tumbuh menjadi tanaman normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum dan di atas normal dalam keadaan yang optimum, atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum; dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum. Sadjad (1993) mengemukakan bahwa vigor benih dalam hitungan viabilitas absolut merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum, dan tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak ideal. Pada dasarnya proses kehilangan vigor benih terjadi bersamaan dengan viailitasnya, tetapi pada tingkatan yang lebih rendah. Menurut Justice dan Bass (2002) laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, bila kondisi penyimpanan memungkinkan pertumbuhannya. Benih merupakan benda hidup yang di dalamnya terdapat berbagai komponen kimiawi seperti karbohidrat, lemak, air dan substrat lain (Sudjindro 1994). Menurut Copeland and McDonald (2002), secara di dalam benih berisi cadangan makanan dan substrat yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih. Sadjad (1994) menyatakan bahwa masuknya air dalam benih tidak selalu diikuti oleh proses pertumbuhan. Perombakan bahan cadangan makanan dapat terjadi tetapi energy yang dihasilkan tidak dimanfaatkan untuk proses translokasi sintesa melainkan terbuang sia-sia sehingga terjadi kemunduran benih dalam kurun waktu penyimpanan. Asam Lemak Bebas Sifat fisikokimia lemak dan minyak berbeda satu sama lain, tergantung pada sumbernya. Secara umum bentuk trigliserilda lemak dan minyak sama, tetapi wujudnya berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar dan disebut minyak jika berbentuk cair pada suhu kamar. Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan (rancidity), karena dapat terhidrolisis dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Pada proses hidrolisis lemak atau minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak atau minyak karena terdapat sejumlah air di dalamnya, sehingga menimbulkan bau tengik. Reaksi demikian dikatalis oleh asam, basa, atau enzim tertentu seperti enzim lipase (Yazid dan Nursanti 2006). Menurut Copeland dan McDonald (2001) salah satu gejala dari mutu kemunduran benih adalah peningkatan asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak bebas terjadi karena hidrolisis fosfolipid menyebabkan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas, reaksi ini dipercepat dengan meningkatnya kelembaban benih. Menurut Ketaren (1986) asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa yaitu penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Wirawan dan Wahyuni (2002) menyatakan bahwa komposisi kimia benih berhubungan dengan mutu daya simpannya. Hasil penguraian lemak tak jenuh di dalam benih akan menghasilkan asam lemak bebas, lalu terurai menjadi radikal bebas yang akan merusak fungsi
17 enzim di dalam proses metabolisme benih. Pada akhirnya benih cepat mengalami kemunduran. Pengusangan Cepat Metode pengusangan cepat merupakan salah satu pengujian vigor dan pengujian daya simpan benih. Pengusangan cepat dilakukan dengan penderaan secara fisik maupun kimia. Pengusangan cepat (accelerated aging) dengan menggunakan suhu tinggi C dan RH >90% terhadap benih berukuran besar seperti benih jagung dan kedelai merupakan salah satu uji vigor benih yang digunakan secara resmi oleh International Seed Testing Assosiation (ISTA). Pengusangan cepat adalah percepatan laju kerusakan benih dengan suhu dan RH tinggi (95%), sehingga kadar air meningkat dan menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (ISTA 2007). Menurut Mugnisjah et al. (1994) pengusangan secara fisik dilakukan dengan cara memperlakukan benih pada suhu 40 C dan kelembaban nisbi 100%. Pengusangan cepat secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan larutan etanol jenuh maupun larutan metanol. Kecepatan kehilangan vigor selama penyimpanan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan konsentrasi O 2 atau CO 2. Menurut Harrington dalam Firdaus (2013) setiap penurunan kadar air 1% atau penurunan suhu 5 C dari kondisi penyimpanan normal dapat memperpanjang kondisi simpan benih dua kalinya. Gholami dan Golpayegani (2011) menyatakan bahwa dengan pengusangan cepat, benih mengalami kemunduran dengan sendirinya dengan penggunaan kelembabab dan suhu yang tinggi (RH>90%, suhu 40 C), dengan perlakuan tersebut selama 5 hari terjadi penurunan daya berkecambah dan penurunan aktifitas peroxidase serta peningkatan asam lemak bebas dan kebocoran ion. Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM merupakan alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengusangan cepat baik fisik maupun kimia. Sadjad merekayasa mekanisme pengusangan secara kimia dengan etanol pada tahun 1977 dan memperkenalkan Mesin Pengusangan Cepat (MPC) IPB 77-1 sebagai alat pendugaan daya simpan melalui penelitian akurasinya pada tahun 1982 (Sadjad 1991). Alat ini merupakan modifikasi dari alat sebelumnya MPC IPB 77-1 dan MPC 77-1 M, modifikasi ini dilakukan untuk menyempurnakan sistem pergerakan benih dalam ruang deraan agar lebih efisien dalam rangka uji sistem multiplikasi devigorasi (Suhartanto 1994). Pada tahun 2011, Suhartanto meningkatkan efisiensi Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM sebagai modifikasi lebih lanjut dengan model ukuran yang lebih kecil 60% dari ukuran sebelumnya untuk menghindari kebocoran uap sehingga uap penderaan lebih focus mengenai benih diruang deraan yang lebih kecil. Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM terdapat motor dibagian luar tutup ruang deraan yang dihubungkan dengan pulley (kerekan) untuk menggerakkan poros dalam ruang deraan yang telah dipasang 12 tabung wadah benih. Tabung wadah benih dalam ruang deraan akan berputar sehingga menempatkan benih dalam keadaan non-stationer dan memudahkan uap penderaan mengenai permukaan benih secara menyeluruh saat proses penderaan. 5
18 6 Pada begian luar alat juga terdapat selang uap yang mengalirkan uap dari panci pemanasan air ke dalam ruang deraan. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB pada bulan Maret Juni Alat dan Bahan Alat yang digunakan yaitu Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM (Gambar 1), alat pengecambah benih tipe IPB 72-1, alat ekstraksi asam lemak bebas (soxhlet, blender, buret, labu takar, pipet volumetrik, pipet mikro, timbangan digital dan spatula), alat pengepres kertas tipe IPB 75-1, sealer, timbangan, desikator, oven, cawan, thermohigrometer, handsprayer, dan keranjang plastik. Gambar 1 Alat pengusangan cepat (APC) IPB 77-1 MM Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis yang berasal dari Balai Besar Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, kertas buram, label, plastik, plastik polipropilen (PP), bahan pengujian asam lemak bebas (larutan NaOH 0.01N, kertas thimble, larutan kloroform, larutan PP (phenolphthalein) 5%. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan korelasi. Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan hubungan berbagai peubah viabilitas, vigor, dan asam lemak bebas antara benih setelah diusangkan dengan benih selama penyimpanan alami. Analisis korelasi (r) digunakan untuk melihat seberapa besar peubah (y) dapat dipengaruhi oleh peubah (x) dan melihat keeratan hubungannya. Nilai koefisien korelasi yang mendekati 1 (r 1) menggambarkan adanya korelasi atau keeratan hubungan. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk melihat seberapa besar keragaman peubah (y) dapat
19 digambarkan oleh peubah (x). Nilai R 2 yang tinggi menunjukkan hubungan yang erat secara kuantitatif antara peubah tersebut. Persamaan regresi linier yang diperoleh dari analisis (Walpole 1992) yaitu: Y = a + bx dengan : Y = parameter peubah viabilitas, vigor, dan asam lemak bebas (peubah bebas) a = koefisien regresi b = kemiringan atau gradient X = waktu pengusangan benih dan waktu penyimpanan alami (peubah tetap) Persamaan regresi polinomial yang diperoleh dari analisis (David et al. 1988) yaitu: Y = a 0 + a 1 x + a 2 x a n x n dengan : Y = parameter peubah asam lemak bebas (peubah bebas) a 0,1,2,..n = koefisien regresi x = waktu pengusangan benih (peubah tetap) Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan dua percobaan yaitu percobaan I, pengusangan cepat secara fisik dengan menggunakan penderaan uap panas pada APC IPB 77-1 MM dan percobaan II, penyimpanan benih secara alami pada suhu kamar. Percobaan I yaitu pengusangan cepat secara fisik, dilakukan pengusangan pada dua varietas kedelai (Anjasmoro dan Wilis) menggunakan APC IPB 77-1 MM dengan waktu pengusangan yaitu 0, 15, 30, 45 dan 60 menit dengan tiga ulangan. Pengusangan cepat dengan APC IPB 77-1 MM dilakukan dengan uap panas yang berasal dari proses pemanasan air sebanyak 4 liter yang terdapat dalam panci yang dididihkan dengan kompor listrik selama 2 jam dan menunggu uap panas masuk keruang pengusangan hingga suhu dan kelembaban ruang pengusangan menjadi C dan 87-90% (30 menit). Benih dimasukkan kedalam tabung-tabung pengusangan lalu dimasukkan kedalam ruang pengusangan dan proses pengusangan dimulai dan perlu dilakukan buka tutup kran pembuangan uap panas apabila suhu dan kelembaban dalam ruang pengusangan diluar batas yang diinginkan. Percobaan II yaitu penyimpanan alami, dilakukan penyimpanan alami pada dua varietas kedelai (Anjasmoro dan Wilis) dengan waktu penyimpanan yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu dengan masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Benih kedelai dikemas menggunakan plastik PP dan di-press menggunakan sealer lalu benih dimasukkan ke keranjang plastik dan disimpan dengan kondisi suhu kamar yaitu C dan RH 60-70%. 7
20 8 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kadar Air Benih Pengujian kadar air benih dilakukan dengan menggunakan metode langsung yaitu dengan oven suhu rendah konstan (103±2 C) selama ±17 jam. Kadar air benih dapat dihitung dengan rumus: KA = (M2 M3) 100% (M2 M1) Keterangan: KA = Kadar air benih (%) M1 = Berat cawan + tutup kosong M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan 2. Daya Berkecambah (DB) Daya Berkecambah adalah persentase total kecambah normal selama pengamatan. Kriteria kecambah normal untuk kedelai adalah perakaran yang terdiri dari akar primer dan sekunder, hipokotil (calon batang yang terletak di bawah kotiledon), kedua kotiledon, epikotil, dan plumula. Pengamatan dilakukan dua kali yaitu pada hari ke-3 dan hari ke-5 setelah dikecambahkan. Daya berkecambah dapat dihitung dengan rumus: DB = KN I + KN II benih yang dikecambahkan 100 % Keterangan: DB = Daya berkecambah (%) KN I = jumlah kecambah normal pada hari ke-3 KN II = jumlah kecambah normal pada hari ke-5 3. Indeks Vigor (IV) Indeks vigor adalah persentase kecambah normal pada hitungan pertama yaitu pada hari ke-3 saja. IV = KN I benih yang dikecambahkan 100% Keterangan: IV = Indeks vigor (%) KN I = jumlah kecambah normal pada hari ke-5 4. Asam Lemak Bebas Pengukuran asam lemak bebas dengan menngunakan metode titrasi volumetrik. Asam lemak bebas dinyatakan dalam persen, dengan menggunakan rumus (SNI ): Asam Lemak Bebas = M x V x T 10 m Keterangan: V = volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi (ml) T = normalitas NaOH m = bobot contoh (g) M = bobot molekul asam lemak
21 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pengusangan Cepat Pengusangan cepat secara fisik yaitu pengusangan cepat dengan menggunakan uap panas yang dihasilkan dari air yang terdapat dalam panci penampung (dipanaskan dengan kompor listrik 600 watt dan dilakukan pemanasan air terlebih dahulu (2 jam)) yang dihubungkan melalui selang dengan Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM. Jika suhu dalam ruang pengusangan mencapai C dan RH 87-90%, maka benih dimasukkan ke ruang pengusangan, lalu proses pengusangan dimulai dan untuk menjaga suhu dan RH tetap stabil perlu dilakukan tutup buka kran keluaran uap panas. Penyimpanan Alami Penyimpanan benih secara alami dilakukan dengan cara menyimpanan benih dalam kondisi suhu kamar yaitu C dan RH 60-70% yang dimasukkan kedalam keranjang plastik. Sebelum disimpan secara alami benih kedelai dikemas terlebih dahulu dalam plastik polipropilen (PP) dan di-press lalu disimpan dalam keranjang plastik dalam kondisi suhu kamar. Hubungan antara Kadar Air Benih Penyimpanan Alami dengan Pengusangan Menurut Kuswanto (2003) kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi daya simpan benih. Kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan dapat menimbulkan beberapa akibat antara lain: meningkatkan laju respirasi benih dan akan meningkatkan suhu. Peningkatan suhu tersebut menyebabkan enzim antioksidan aktif, sehingga akan merombak cadangan makanan. Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang higroskopis, padahal kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih. Hasil analisis regresi antara kadar air benih selama penyimpanan alami dengan kadar air benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) benih kedelai varietas Anjasmoro sebesar 80% (> 80%), artinya 80% dari keragaman kadar air penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman kadar air pengusangan (x). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) benih kedelai varietas Wilis sebesar 82% (> 80%), artinya 82% dari keragaman kadar air penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman kadar air pengusangan (x). Hasil analisis regresi antara kadar air benih selama penyimpanan alami dengan kadar air benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) benih kedelai varietas Anjasmoro sebesar 0.89 (> 0.80) dan berkorelasi nyata. Nilai koefisien korelasi (r) benih kedelai varietas Wilis sebesar 0.90 (> 0.80) dan berkorelasi nyata. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara kadar air penyimpanan dengan kadar air pengusangan (Gambar 2). Hubungan kadar air penyimpanan dengan pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis memiliki nilai korelasi yang nyata sehingga
22 10 terdapat adanya kesesuaian peningkatan kadar air antara penyimpanan dengan pengusangan. Nilai R 2 >80% sehingga dapat dikatakan bahwa dengan pengusangan dapat menduga kadar air pengusangan. a KA Penyimpanan (%) b KA Penyimpanan (%) y = x R² = KA Pengusangan (%) y = x R² = KA Pengusangan (%) Gambar 2 Hubungan antara KA pengusangan dengan KA penyimpanan alami benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Peningkatan kadar air benih setelah pengusangan maupun selama penyimpanan alami terjadi dikarenakan benih bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap air dari udara sekitar. Pada proses pengusangan benih menyerap uap panas dari lingkungan (ruang pengusangan) sehingga dapat meningkatkan kadar airnya. Peningkatan kadar air pada pengusangan lebih cepat dari penyimpanan alami karena suhu dan kelembaban pada ruang pengusangan (45-50 C dan RH 87-90%) lebih tinggi dari penyimpanan alami (26-30 C dan RH 60-70%). Kadar air awal pada penyimpanan sekitar 7.44% dan pengusangan sekitar 22.50% (Anjasmoro) dan KA penyimpanan 7.65% dan pengusangan 22.90% (Wilis),
23 kadar air awal pengusangan lebih tinggi dari kadar air awal penyimpanan alami karena benih sebelum diusangkan dilembabkan terlebih dahulu dengan kertas buram selama ±11 jam. Pelembaban dilakukan agar benih mengalami imbibisi yang dapat memudahkan uap panas masuk ke dalam benih selama proses pengusangan. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa kelembaban lingkungan yang tinggi akan meningkatkan kadar air benih. Peningkatan kadar air menyebabkan peningkatan aktivitas biokimia benih, seperti peningkatan aktivitas enzim hidrolitik yang meningkatkan proses respirasi dan peningkatan asam lemak bebas. Sementara itu suhu tinggi menyebabkan proses laju rekasi kimia dalam benih menjadi lenih cepat. Peningkatan kadar air juga meningkatkan enzim lipoksigenase yang mengoksidasi lemak dan menghasilkan radikal bebas Daya Berkecambah Benih selama Waktu Penyimpanan Alami dan Waktu Pengusangan Hasil analisis regresi antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan alami pada benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis hasilnya menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin lama waktu penyimpanan alami maka daya berkecambah juga semakin rendah. Hasil analisis regresi antara daya berkecambah dengan waktu pengusangan menunjukkan terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin lama waktu pengusangan maka daya berkecambah juga semakin rendah. Justice dan Bass (2002) mengungkapkan pada dasarnya proses kehilangan vigor benih terjadi bersamaan dengan viabilitasnya, tetapi pada tingkatan yang lebih rendah. Laju penurunan daya berkecambah benih yang telah diusangkan lebih cepat dibandingkan laju penurunan daya berkecambah benih dengan penyimpanan alami. Nilai korelasi (r) antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan alami kedelai varietas Anjasmoro yaitu sebesar 0.95 dan varietas Wilis sebesar 0.92, artinya peubah daya berkecambah (y) dipengaruhi oleh penyimpanan alami (x) sebesar 95% dan 92%. Nilai korelasi antara daya berkecambah dengan waktu pengusangan kedelai varietas Anjasmoro yaitu sebesar 0.92 dan varietas Wilis 0.96, artinya peubah daya berkecambah (y) dipengaruhi oleh waktu pengusangan (x) sebesar 92% dan 96%. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan alami dan antara daya berkecambah dengan waktu pengusangan (Gambar 3). 11
24 12 a Daya Berkecambah (%) Anjasmoro y = x R 2 = 0.91 Wilis y = x R 2 = Waktu Penyimpanan Alami (minggu) b Daya Berkecambah (%) Anjasmoro y = x R 2 = 0.85 Wilis y = x R 2 = Waktu Pengusangan (menit) Gambar 3 Hubungan antara daya berkecambah dengan waktu penyimpanan alami (a) dan antara daya berkecambah dengan waktu pengusangan (b) pada benih kedelai Indeks Vigor Benih Selama Waktu Penyimpanan Alami dan Pengusangan Menurut Copeland dan McDonald (2001) nilai indeks vigor adalah nilai perkecambahan pada hitungan pertama, yang merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menentukan vigor benih. Hasil analisis regresi antara waktu penyimpanan alami dengan indeks vigor benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin lama waktu penyimpanan benih secara alami maka indeks vigor benih semakin menurun. Hasil analisis regresi antara waktu pengusangan dengan indeks vigor benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik,
25 artinya semakin lama waktu pengusangan maka indeks vigor benih semakin menurun Laju penurunan indeks vigor benih yang telah diusangkan lebih cepat dibandingkan laju penurunan indeks vigor benih dengan penyimpanan alami. 13 a Indeks Vigor (%) Anjasmoro y = x R 2 = 0.99 Wilis y = x R 2 = Waktu Penyimpanan Alami (minggu) b Indeks Vigor (%) Anjasmoro y = x R 2 = 0.78 Wilis y = x R 2 = Waktu Pengusangan (menit) Gambar 4 Hubungan antara indeks vigor dengan waktu penyimpanan alami (a) dan antara indeks vigor dengan waktu pengusangan (b) pada benih kedelai Nilai korelasi (r) antara waktu penyimpanan alami dengan indeks vigor kedelai varietas Anjasmoro yaitu sebesar 0.99 dan varietas Wilis sebesar 0.98, artinya peubah indeks vigor (y) dipengaruhi oleh penyimpanan alami (x) sebesar 99% dan 98%. Nilai korelasi waktu pengusangan dengan indeks vigor kedelai varietas Anjasmoro yaitu sebesar 0.88 dan varietas Wilis sebesar 0.97, artinya peubah indeks vigor (y) dipengaruhi oleh waktu pengusangan (x) sebesar 88% dan 97%. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat
26 14 antara indeks vigor dengan waktu penyimpanan alami dan antara indeks vigor dengan waktu pengusangan (Gambar 4). Hubungan Viabilitas dan Vigor Benih antara Penyimpanan Alami dengan Pengusangan Benih yang memiliki kadar air tinggi yaitu >14% akan mengalami peroksida lemak akibat aktifitas enzim lipoksigenase dan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas akan merusak lemak membran sehingga permeabilitasnya meningkat. Peningkatan permeabilitas tersebut erat hubungannya dengan kemunduran benih. Selain itu pada kadar air yang tinggi pospolipid akan mengalami hidrolisis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Akumulasi asam lemak bebas yang terus-menerus mengakibatkan penurunan ph seluler, lebih lanjut akan merusak enzim dan menurunkan aktifitasnya (Copeland dan McDonald 2001). Demir dan Mavi (2010) menyatakan bahwa metode pengusangan cepat berkorelasi dengan menurunnya mutu benih pada kondisi penyimpanan suhu tinggi dan RH tinggi. Kapoor et al (2010) juga meneliti tentang deteriorasi benih dengan metode pengusangan cepat, hasil penelitianya menunjukkan bahwa benih yang mengalami deteriorasi berkorelasi positif dengan benih yang mengalami pengusangan. Tabel 1 Hubungan daya berkecambah dan indeks vigor antara penyimpanan alami dengan pengusangan Hubungan penyimpanan x pengusangan persamaan regresi R² r Varietas Anjasmoro DB penyimpanan x DB pengusangan y = x * IV penyimpanan x IV pengusangan y = x * Varietas Wilis DB penyimpanan x DB pengusangan y = x ** IV penyimpanan x IV pengusangan y = x * a Angka yang diikuti (*) nyata pada taraf 5% dan (**) sangat nyata pada taraf 1% Hasil analisis regresi antara daya berkecambah benih selama penyimpanan dan daya berkecambah benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) kedelai varietas Anjasmoro sebesar 90% (> 80%), artinya 90% dari keragaman daya berkecambah penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman daya berkecambah pengusangan (x). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) kedelai varietas Wilis sebesar 97% (> 80%), artinya 97% dari keragaman daya berkecambah penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman daya berkecambah pengusangan (x). Hasil analisis regresi antara daya berkecambah benih selama penyimpanan dan daya berkecambah benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) kedelai varietas Anjasmoro sebesar 0.95 (> 0.80) memiliki korelasi nyata dan varietas Wilis sebesar 0.98 (> 0.80) memiliki korelasi nyata. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara daya berkecambah penyimpanan dengan pengusangan.
27 Hubungan antara daya berkecambah penyimpanan dengan pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis memiliki nilai korelasi yang nyata sehingga terdapat adanya kesesuaian penurunan daya berkecambah antara penyimpanan dengan pengusangan. Nilai R 2 >80% sehingga dapat dikatakan bahwa dengan pengusangan dapat menduga daya berkecambah pengusangan (Tabel 1). Hasil analisis regresi antara indeks vigor benih selama penyimpanan dan indeks vigor benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) kedelai varietas Anjasmoro sebesar 81% (> 80%), artinya 81% dari keragaman daya berkecambah penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman daya berkecambah pengusangan (x). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) kedelai varietas Wilis sebesar 90% (> 80%), artinya 90% dari keragaman daya berkecambah penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh keragaman daya berkecambah pengusangan (x). Hasil analisis regresi antara indeks vigor benih selama penyimpanan dan indeks vigor benih setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) kedelai varietas Anjasmoro sebesar 0.90 (>0.80) memiliki korelasi nyata dan varietas Wilis sebesar 0.95 (> 0.80) memiliki korelasi nyata. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara indeks vigor penyimpanan dengan pengusangan. Hubungan antara indeks vigor penyimpanan dengan pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis memiliki nilai korelasi yang nyata sehingga terdapat adanya kesesuaian penurunan indeks vigor antara penyimpanan dengan pengusangan. Nilai R 2 >80% sehingga dapat dikatakan bahwa dengan pengusangan dapat menduga indeks vigor pengusangan (Tabel 1). Hubungan Asam Lemak Bebas antara Penyimpanan Alami dan Pengusangan Asam Lemak Bebas Selama Penyimpanan Alami dan Pengusangan Menurut Ketaren (1986) asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisa yaitu penguraian lemak atau trigliserida oleh molekul air yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Wirawan dan Wahyuni (2002) menyatakan bahwa komposisi kimia benih berhubungan dengan mutu daya simpannya. Hasil penguraian lemak tak jenuh di dalam benih akan menghasilkan asam lemak bebas, lalu terurai menjadi radikal bebas yang akan merusak fungsi enzim di dalam proses metabolisme benih. Pada akhirnya benih cepat mengalami kemunduran. Hasil analisis regresi antara asam lemak bebas dengan waktu penyimpanan alami pada benih kedelai verietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang positif. Korelasi positif yang terjadi antara kedua peubah tersebut menunjukkan hubungan yang berbanding lurus, artinya semakin lama penyimpanan benih secara alami maka asam lemak bebas semakin meningkat. Benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis pada penyimpanan alami terjadi peningkatan asam lemak bebas tetapi tidak signifikan dan memiliki nilai koefisien b untuk kedelai varietas Anjasmoro sebesar dan varietas Wilis sebesar , setelah uji statistik (Lampiran 2) hasil menunjukkan bahwa nilai asam lemak bebas pada penyimpanan alami tidak berbeda nyata dengan 0 minggu pada 15
28 16 seluruh waktu penyimpanan alami. Nilai korelasi (r) kedelai varietas Anjasmoro sebesar 41% dan Wilis sebesar 79%. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan keeratan hubungan antara peubah tersebut. Nilai korelasi antara asam lemak bebas dengan waktu penyimpanan alami pada varietas Anjasmoro maupun Wilis menunjukkan nilai korelasi yang tidak nyata (Gambar 5). a Asam Lemak Bebas (%) b Asam Lemak Bebas (%) Waktu Penyimpanan Alami (minggu) Waktu Penyimpanan Alami (minggu) y = x R 2 = 0.17 y = x R 2 = 0.63 Gambar 5 Hubungan antara asam lemak bebas dengan waktu penyimpanan alami benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Peningkatan asam lemak bebas menyebabkan peningkatan keasaman sel yang tidak sesuai bagi sel untuk melakukan metabolisme secara normal. Lebih lanjut akan menyebabkan kerusakan protein enzim dan menghilangkan atau menurunkan aktifitasnya (Copeland dan McDonald 2001). Hasil analisis regresi antara asam lemak bebas dengan waktu pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang positif. Korelasi positif yang terjadi antara kedua peubah tersebut menunjukkan hubungan yang berbanding lurus, artinya semakin lama benih diusangkan maka asam lemak bebasnya akan semakin meningkat.
29 17 a Asam Lemak Bebas (%) b Asam Lemak Bebas (%) y = x x R 2 = Waktu Pengusangan (menit) y = x x R 2 = Waktu Pengusangan (menit) Gambar 6 Hubungan antara asam lemak bebas dengan waktu pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kedelai varietas Anjasmoro memiliki laju nilai asam lemak bebasnya tidak terjadi peningkatan pada waktu pengusangan 0, 15, dan 30 (tidak berbeda nyata menurut uji statistik) dan mulai meningkat asam lemak bebasnya setelah menit ke-30. Pada kedelai varietas Wilis tidak terjadi peningkatan asam lemak bebas pada waktu pengusangan 0 dan 15 menit dan mulai meningkat asam lemak bebasnya setelah menit ke-15 (tidak berbeda nyata menurut uji statistik). Jadi untuk menghubungkan asam lemak bebas antara pengusangan dengan penyimpanan dilakukan pembagian waktu pengusangan 0 sampai 30 menit menjadi 5 titik (garis putus-putus) pada kedelai varietas Anjasmoro dan waktu pengusangan 0 sampai 15 menit dibagi juga menjadi 5 titik (garis putus-putus) pada kedelai varietas Wilis (Gambar 5) dan diasumsikan setelah penyimpanan alami selama 8 minggu terjadi peningkatan asam lemak bebas untuk kedua varietas. Penyimpanan alami selama 0-8 minggu memiliki kandungan asam lemak bebas tidak berubah yaitu dikisaran % untuk Anjasmoro dan dikisaran % untuk Wilis (Gambar 5) dan selama waktu
30 18 pengusangan 0 30 menit kandungan asam lemak bebas tidak berubah dikisaran % untuk Anjasmoro dan kisaran % untuk Wilis (Gambar 6). Lemak dan minyak dapat mengalami ketengikan (rancidity), karena dapat terhidrolisis dan teroksidasi bila dibiarkan terlalu lama kontak dengan udara. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan lemak karena terdapat sejumlah air di dalamnya sehingga proses hidrolisis akan menghasilkan asam lemak bebas (Yazid dan Nursanti 2006). Hasil analisis regresi antara asam lemak bebas pengusangan dengan asam lemak bebas penyimpanan menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang positif (Gambar 7). a ALB Penyimpanan (%) y = x R² = ALB Pengusangan (%) b ALB Penyimpanan (%) y = x R² = ALB Pengusangan (%) Gambar 7 Hubungan antara asam lemak bebas pengusangan dengan asam lemak bebas penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Nilai koefisien determinasi (R 2 ) antara asam lemak bebas pengusangan dengan asam lemak bebas penyimpanan kedelai varietas Anjasmoro sebesar 18% (<80%), artinya 18% dari keragaman asam lemak bebas penyimpanan (y) dapat
31 digambarkan oleh asam lemak bebas pengusangan (x). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) varietas Wilis sebesar 60% (<80%), artinya 60% dari keragaman asam lemak bebas penyimpanan (y) dapat digambarkan oleh asam lemak bebas pengusangan (x). Hubungan antara asam lemak bebas penyimpanan dengan asam lemak bebas pengusangan pada kedua varietas memiliki nilai korelasi yang tidak nyata, artinya tidak ada kesesuaian nilai asam lemak bebas penyimpanan alami selama 8 minggu dengan pengusangan cepat selama 30 menit (Anjasmoro) dan 15 menit (Wilis), untuk menduga kesesuaian peningkatan asam lemak bebas antara penyimpanan dengan pengusangan perlu dilakukan penyimpanan alami lebih dari 8 minggu (diasumsikan setelah penyimpanan alami selama 8 minggu terjadi peningkatan asam lemak bebas). Hubungan antara Penurunan Viabilitas dan Vigor Benih dengan Asam Lemak Bebas Hubungan antara Daya Berkecambah dengan Asam Lemak Bebas selama Penyimpanan Alami Hasil analisis regresi antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama penyimpanan kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif yang terjadi antara kedua peubah tersebut menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin tinggi nilai asam lemak bebas maka daya berkecambah semakin menurun, Peningkatan asam lemak bebas pada penyimpanan alami dapat menurunkan daya berkecambah penyimpanan alami (Gambar 8). Kadar air awal penyimpanan (0 minggu) sampai akhir penyimpanan (8 minggu) yaitu memiliki kadar air <14% untuk kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis maka proses hidrosis yang terjadi untuk merombak lemak menjadi asam lemak bebas yang menyebabkan kemunduran benih menjadi menurun yang ditandai dengan penurunan viabilitas tetapi masih >80%. Hal ini sesuai dengan Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa benih yang memiliki kadar air tinggi yaitu >14% akan mengalami peroksida lemak akibat aktifitas enzim lipoksigenase dan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas akan merusak lemak membran sehingga permeabilitasnya meningkat. Peningkatan permeabilitas tersebut erat hubungannya dengan kemunduran benih. Selain itu pada kadar air yang tinggi pospolipid akan mengalami hidrolisis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Akumulasi asam lemak bebas yang terus-menerus mengakibatkan penurunan ph seluler, lebih lanjut akan merusak enzim dan menurunkan aktifitasnya. Menurut Copeland dan McDonald (2001) salah satu gejala dari kemunduran benih adalah peningkatan asam lemak bebas, peningkatan asam lemak bebas terjadi karena hidrolisis fosfolipid menyebabkan pelepasan gliserol dan asam lemak, dan reaksi ini dipercepat dengan meningkatnya kelembaban benih. Nilai korelasi (r) varietas Wilis yaitu sebesar 0.89 atau 89% dan Anjasmoro sebesar 0.60 atau 60%. Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama penyimpanan. Nilai korelasi antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama penyimpanan pada benih kedelai varietas Anjasmoro menunjukkan 19
32 20 nilai korelasi yang tidak nyata dan pada varietas Wilis menunjukkan nilai korelasi yang nyata. (Gambar 8). a 100 DB Penyimpanan (%) y = x R 2 = ALB Penyimpanan (%) b 100 DB Penyimpanan (%) y = x R 2 = ALB Penyimpanan (%) Gambar 8 Hubungan antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Hubungan antara Indeks Vigor dengan Asam Lemak Bebas selama Penyimpanan Alami Wirawan dan Wahyuni (2002) menyatakan bahwa komposisi kimia benih berhubungan dengan mutu daya simpannya. Hasil penguraian lemak tak jenuh di dalam benih akan menghasilkan asam lemak bebas, lalu terurai menjadi radikal bebas yang akan merusak fungsi enzim di dalam proses metabolisme benih. Pada akhirnya benih cepat mengalami kemunduran. Hasil analisis regresi antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan alami pada benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan
33 hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin tinggi nilai asam lemak bebas maka indeks vigor semakin menurun (Gambar 9). 21 a 100 IV Penyimpanan (%) y = x R 2 = ALB Penyimpanan (%) b 100 IV Penyimpanan (%) y = x R 2 = ALB Penyimpanan (%) Gambar 9 Hubungan antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Benih yang memiliki kadar air tinggi yaitu >14% akan mengalami peroksida lemak akibat aktifitas enzim lipoksigenase dan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas akan merusak lemak membran sehingga permeabilitasnya meningkat. Peningkatan permeabilitas tersebut erat hubungannya dengan kemunduran benih. Selain itu pada kadar air yang tinggi pospolipid akan mengalami hidrolisis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Akumulasi asam lemak bebas yang terus-menerus mengakibatkan penurunan ph seluler, lebih lanjut akan merusak enzim dan menurunkan aktifitasnya (Copeland dan McDonald 2001). Nilai korelasi (r) antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan pada benih kedelai varietas Wilis yaitu sebesar 0.76
34 22 dan Anjasmoro sebesar Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan alami. Nilai korelasi antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama penyimpanan alami pada kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan nilai korelasi yang tidak nyata (Gambar 9). Hubungan antara Daya Berkecambah dengan Asam Lemak Bebas selama Pengusangan Hasil analisis regresi antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama pengusangan kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin tinggi nilai asam lemak bebas maka daya berkecambah semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Firdaus (2013) bahwa semakin lama waktu pengusangan menyebabkan peningkatan kadar air benih, penurunan kandungan protein terlarut dan peningkatan asam lemak bebas. Nilai korelasi (r) pada varietas Anjasmoro sebesar 0.96 dan Wilis sebesar Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara peubah tersebut. Nilai korelasi antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama pengusangan pada benih kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan nilai korelasi yang nyata (Gambar 10). Kadar air awal pengusangan (0 menit) dan terus meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu pengusangan yaitu memiliki kadar air >14% untuk kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis maka proses hidrosis yang terjadi untuk merombak lemak menjadi asam lemak bebas yang menyebabkan kemunduran benih menjadi menurun yang ditandai dengan penurunan viabilitas dalam hal ini daya berkecambah. Hal ini sesuai dengan Copeland dan McDonald (2001) menyatakan bahwa benih yang memiliki kadar air tinggi yaitu >14% akan mengalami peroksida lemak akibat aktifitas enzim lipoksigenase dan menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas akan merusak lemak membran sehingga permeabilitasnya meningkat. Peningkatan permeabilitas tersebut erat hubungannya dengan kemunduran benih. Selain itu pada kadar air yang tinggi pospolipid akan mengalami hidrolisis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Akumulasi asam lemak bebas yang terus-menerus mengakibatkan penurunan ph seluler, lebih lanjut akan merusak enzim dan menurunkan aktifitasnya. Sehingga peningkatan asam lemak bebas pada pengusangan untuk kedua varietas tersebut lebih tinggi dari penyimpanan alami dan memiliki nilai korelasi yang nyata.
35 23 a 100 DB Pengusangan (%) y = x R 2 = ALB Pengusangan (%) b 100 DB Pengusangan (%) y = x R 2 = ALB Pengusangan (%) Gambar 10 Hubungan antara daya berkecambah dengan asam lemak bebas selama pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Hubungan antara Asam Lemak Bebas dengan Indeks Vigor selama Pengusangan Hasil analisis regresi antara indeks vigor pengusangan dengan asam lemak bebas selama pengusangan pada kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang negatif. Korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin tinggi nilai asam lemak bebas maka indeks vigor semakin menurun. Menurut Copeland dan McDonald (2001) salah satu gejala dari kemunduran benih adalah peningkatan asam lemak bebas, peningkatan asam lemak bebas terjadi karena hidrolisis fosfolipid menyebabkan pelepasan gliserol dan asam lemak, dan reaksi ini dipercepat dengan meningkatnya kelembaban benih. Karena terjadi peningkatan asam lemak bebas maka viabilitas dan vigor benih pun akan menurun.
36 24 a 100 IV Pengusangan (%) y = x R 2 = ALB Pengusangan (%) b 100 IV Pengusangan (%) y = x R 2 = ALB Pengusangan (%) Gambar 11 Hubungan antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama pengusangan benih kedelai varietas Anjasmoro (a) dan Wilis (b) Nilai korelasi (r) varietas dan Anjasmoro sebesar 0.96 dan Wilis sebesar Nilai r yang mendekati 1 (r 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara peubah tersebut. Nilai korelasi antara indeks vigor dengan asam lemak bebas selama pengusangan pada kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis menunjukkan nilai korelasi yang nyata (Gambar 11).
37 25 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat kesesuaian (korelasi nyata) laju penurunan viabilitas dan vigor, sedangkan pada asam lemak bebas tidak adanya kesesuaian (korelasi tidak nyata) antara penyimpanan alami dengan pengusangan pada kedelai varietas Anjasmoro dan Wilis. Hubungan viabilitas dan vigor dengan asam lemak bebas berkorelasi negatif, artinya semakin tinggi asam lemak bebas maka viabilitas dan vigor semakin rendah. Saran Perlu dilakukan penelitian penyimpanan benih secara alami dengan waktu penyimpanan lebih dari 8 minggu untuk mengetahui kapan terjadi peningkatan asam lemak bebas benih kedelai pada penyimpanan alami. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Data Kedelai 2011 [internet].[diacu 2013 Januari 10].Tersedia dari: Byrd H W Pedoman Teknologi Benih. Emid H, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Pembimbing Masa Copeland LO, McDonald MB Principles of Seed Science and Technology 4 th Edition. London (UK): Kluwer Academic Publishers. David G, Kleinbaum, Lawrance L, Kopper, Keith E, Muller Applied Regression Analysis and Other Multivariable Methods second edition. Boston (USA): Kent Publishing Company Demir I, Mavi K Seed vigor evaluation of cucumber (Cucumis sativus L.) seed in relation to seedling emergence. Seed Science and Technology 3(3): Firdaus J Aplikasi Teknologi Near Infrared untuk Pendugaan Viabilitas Benih Padi (Oryza sativa) Varietas Ciherang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Gholami TH, Golpayegani A Effect of seed ageing on physiological and biochemical changes in rice seed (Oryza sativa L.). International Journal of Agriscience 1 (3): Harrington JF Seed Storage and Longevity. New York (USA): Academy Press Harnowo, Fathan D, Muhajir, Muchlis M Adie, Solahudin S Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Hasil dan Mutu Kedelai. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan di Balittan Malang. Hal Imaniar A Pemanfaatan Alat Pengusangan Cepat (APC) untuk Pendugaan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
38 26 [ISTA] International Seed Testing Assosiation Seed Science and Technology. International Rules for Seed Testing. Switzerland: International Seed Testing Assosiation Justice OL, Bass LN Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rennie R, penerjemah. Jakarta (ID): Raja Grafindo. Terjemah dari: Principles and Practices of Seed Storage. Kapoor NA, Siddiqui MA, Amir A, Kumar H Seed deterioration in chickpea (Cicer arietinum L.) under accelerated ageing. Asian J. of Plant Sciences 9(3): Ketaren S Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI Press Kuswanto H Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius Mugnisjah WQ, A Setiawan, Suwarto, C Santiwa Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persaja Purwanti S Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Ilmu Pertanian 11(1): Sadjad S Modifikasi Mesin Pengusangan Cepat IPB Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sadjad S Dari Benih kepada Benih. Jakarta (ID): Gramedia Sadjad S Kuantifikasi Metabolisme Benih. Jakarta (ID): Grasindo Sadjad S, E Murniati, S Ilyas Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta (ID): Grasindo [SNI] Standar Nasional Indonesia Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional Sudjindro Indikasi Kemunduran Viabilitas oleh Dampak Guncangan Pada Benih Kenaf [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Suhartanto M R Studi Sistem Multiplikasi Devigorasi secara Fisik dan Kimia pada Kasus Kemunduran Benih Kedelai (Glycine max L. Merr) Akibat Goncangan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Sukarman, M Rahardjo Karakter Fisik, Kimia dan Fisiologis Benih Beberapa Varietas Kedelai. Buletin Plasma Nutfah 6 (2) : Sumadi Peranan Uji Vigor Benih dalam Peningkatan Produksi Kedelai. Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Tatipata A, Yudono P, Purwantoro A, Mangoendidjojo W Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. JIPI. 11(2):76-87 Vieira. RD, DM Tekrony, DB Egli, M Rucker Electrical conductivity of soybean seeds after storage in several environments. Seed Science and Technology. 29: Walpole RE Pengantar Statistik Edisi ke-3. Bambang S, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemah dari: Introduction to Ststistic 3 rd edition Wirawan B dan S Wahyuni Memproduksi Benih Berkualitas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
39 Yazid E, Nursanti L Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi 27
40 28 Lampiran 1 Intruksi kerja APC IPB 77-1 MM 1. Panci penampung air diisi sebanyak 2 liter air dan pemanasan air dalam panci menggunakan kompor listrik. 2. Tombol pengatur daya dikompior listrik diputar sampai 600 watt. 3. Sensor alat thermohigrometer dimasukkan kedalam ruang deraan untuk mengetahui suhu dan kelembaban ruang deraan selama proses pengusangan 4. Setelan pengatur pengusangan diatur kearah sebelah kanan yang bertuliskan uap air 5. Tombol pengatur waktu pemasukkan uap ke dalam ruang deraan dan tombol timer diatur selama 30 menit untuk proses pemanasan air 6. Alat dinyalakan dengan menekan tombol ON, apabila timer berbunyi menekan tombol OFF lalu dinyalakan lagi dengan menekan tombol ON sampai air mendidih (1.5 jam/ 3 kali timer) 7. Alat dinyalakan kembali untuk proses pemasukkan uap panas keruang deraan dengan cara membuka kran uap panas berwarna biru menuju ruang deraan (30 menit) hingga suhu dalam ruang pengusangan sekitar C dan RH 87-90% 8. Jika timer sudah berbunyi menandakan waktu habis kemudian alat dimatikan 9. Tabung-tabung yang berisi benih yang akan diusangkan kemudian dimasukkan kedalam ruang deraan 10. Tombol pengatur waktu pemasukkan uap panas, waktu pengusangan, dan timer diatur selama 15 menit kemudian alat dinyalakan dan proses pengusangan berlangsung 11. Timer berbunyi kemudian alat dimatikan tabung wadah berisi benih dikeluarkan satu tabung per ulangan dengan tiga ulangan (waktu pengusangan 15 menit) dan ruang deraan ditutup kembali 12. Alat dinyalakan kembali dengan pengaturan yang sama dengan waktu pengusangan 30, 45, 60 menit. 13. Jika suhu didalam ruang deraan akan melewati batas yang diinginkan (45-50 C) maka kran pembuangan uap berwarna merah dibuka. 14. Benih hasil pengusangan tersebut kemudian diamati.
41 29 Lampiran 2 Hasil uji statistik asam lemak bebas Percobaan I Varietas Periode simpan (minggu) Penyimpanan Alami Percobaan II Anjasmoro 1.163a 1.147a 1.050a 1.200a 1.223a Wilis 0.993a 0.961a 1.031a 1.01a 1.087a Waktu pengusangan (menit) Varietas 0 1x15 2x15 3x15 4x15 Pengusangan Anjasmoro 1.061c 0.998c 1.046c 1.646b 2.379a fisik Wilis 0.920d 0.986d 1.313c 1.543b 2.129a a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji DMRT)
42 30 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Babana pada tanggal 27 Desember 1991 dari Ayah S. Taufik Alattas dan Ibu Purnama H (almh). Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis menyelesaikan studi di SMA Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlash Lampoko Sulawesi Barat dan pada tahun yang sama penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian Agama RI dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif di berbagai organisasi diantaranya: staf Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada tahun 2011/2012 dan staf Departemen Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) CSS MoRA IPB pada tahun 2011/2012. Selain itu juga pernah menjabat sebagai Redaktur Artistik di majalah I.COM CSS MoRA IPB pada tahun 2011/2012.
Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami
Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami Soybean Seed Deterioration Using Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM Compared to Natural Storage Syarifa
Lebih terperinciKEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI
KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciMETODE. Tempat dan Waktu Penelitian
13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih
4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih
TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A
PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A24080075 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman
2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih
TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10-200 cm dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum
9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode
23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim
15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan
Lebih terperinciKEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI
KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat
10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A
PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) TIPE IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) RIAH BADRIAH A24080076 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah
11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan terluas diantara empat spesies phaseolus yang diusahakan dan semuanya berasal dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian
17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai
II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)
MAKALAH SEMINAR UMUM ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.) Disusun Oleh: MAHFUD NIM: 10/297477/PN/11918 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Prapto Yudhono, M.Sc. JURUSAN
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Darmaga pada bulan Februari April 2012. Bahan dan Alat Bahan
Lebih terperinciPENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI
i PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala
viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL
J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum
Lebih terperinciPENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE
PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE Rahmawati 1) dan Syamsuddin 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Serealia dan 2) Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat ABSTRAK Kemunduran mutu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga
Lebih terperinciPEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC) IPB 77-1 MM UNTUK PENAPISAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA
PEMANFAATAN MESIN PENGUSANGAN CEPAT (MPC) IPB 77-1 MM UNTUK PENAPISAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) RERENSTRADIKA TIZAR TERRYANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Lebih terperinciKemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol
Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol Storability of Soybean (Glycine max L.) Seed After Accelerated Aging Treatment With Ethanol Nitasari
Lebih terperinciPENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) KUNING DAN HITAM PADA BEBERAPA TINGKAT KADAR AIR BENIH RICKY SIDIK PERMANA
PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) KUNING DAN HITAM PADA BEBERAPA TINGKAT KADAR AIR BENIH RICKY SIDIK PERMANA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan
Lebih terperinci47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baku industri, pakan ternak, dan sebagai bahan baku obat-obatan. Di Indonesia,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi, selain itu kedelai juga digunakan sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Secara struktural benih itu sama dengan biji tumbuhan yang dihasilkan dari ovula yang dibuahi. Tetapi secara fungsional benih itu tidak sama dengan biji, sebab benih digunakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas
16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah diisyaratkan dalam Al-Qur an jauh
Lebih terperinciAlat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai
TERRYANA ET AL.: ALAT PENGUSANG CEPAT BENIH KEDELAI Alat Pengusang Cepat IPB 77-1 MM untuk Penapisan Vigor Daya Simpan Benih Kedelai Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM for Soybean Seed Screening Based
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih. Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Pemupukan NPK Majemuk pada Kualitas Benih Benih bermutu yang dihasilkan dari suatu produksi benih ditunjukkan oleh tingginya vigor awal yang merupakan hasil dari faktor
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat
11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. rekalsitran yang masak, kandungan airnya sangat tinggi, dapat mencapai 30-40%
TINJAUAN PUSTAKA Benih karet Biji tanaman karet termasuk biji rekalsitran sehingga perlu dikelola secara cepat dan tepat (Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 2009). Benih rekalsitran yang masak,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,
Lebih terperinciMUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN
MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan
Lebih terperinciPENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI
PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI Indartono Program Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRACT Indartono, in this paper
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap
Lebih terperinciDeteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)
Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT) Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,6 juta ton
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah
3 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Kacang Tanah Faktor-faktor yang ikut berperan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH
Fauziah Koes dan Ramlah Arief: Pengaruh Lama Penyimpanan PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH Fauziah Koes dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara
Lebih terperinciI. HASIL DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal
Lebih terperinciPENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH JAGUNG ( Zea mays L. ) DENGAN ALAT PENGUKUR LAJU RESPIRASI KOSMOTEKTOR MELI NURFARIDA A
PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH JAGUNG ( Zea mays L. ) DENGAN ALAT PENGUKUR LAJU RESPIRASI KOSMOTEKTOR MELI NURFARIDA A24070042 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN UJI CEPAT VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KACANG TANAH
PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) MENGGUNAKAN PENGUKURAN RESPIRASI DENGANN ALAT KOSMOTEKTOR JAHARI BAHARIZKII A24080135 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei
Lebih terperinci(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode penyimpanan benih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor alami. Proses ini disebut deteriorasi. Kemunduran benih dapat juga tejadi oleh tindakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada
Lebih terperinciVIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN
VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN Ika Nurani Dewi 1*, Drs. Sumarjan M.Si 2 Prodi Pendidikan Biologi IKIP Mataram 1* Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor pembatas produksi benih adalah tejadinya kemunduran benih selama penyimpanan. Kemunduran benih ini dapat menyebabkan berkurangnya benih berkualitas
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai
Lebih terperinciMUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Rahmawati et al.: Mutu Benih Jagung di Tingkat Petani dan. MUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Rahmawati, Ramlah Arief dan Herman Subagio Balai Penelitian
Lebih terperinciKajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai
Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Kedelai Awaludin Hipi, Fitratunnisa, dan Nani Herawati BPTP NTB. Jl. Raya Peninjauan Narmada E-mail: awl_h@yahoo.co.id Abstrak Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciPENGUJIAN KADAR AIR BENIH
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Diantara divisi Angiospermae, family Poaceae paling banyak menghasilkan pangan yang berasal dari
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan
Lebih terperinciSTUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH
STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni tahun 2009. 3.2 Bahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum
11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur
Lebih terperinciyang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan
1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan
Lebih terperinciPENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)
PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) THE EFFECT OF DRYING TOWARD QUALITY OF SOYBEAN SEEDS ( Glycine max ( L. ) Merr ) Fauzah Shaumiyah *), Damanhuri dan Nur Basuki
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan
30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Agustus sampai Oktober
Lebih terperinciIV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Berat Kering Biji Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan hasil analisis varian dua jalur terhadap variabel berat kering biji jagung yang berasal dari posisi yang berbeda pada
Lebih terperinciBul. Agrohorti 6 (2) : (2018)
Uji Tetrazolium pada Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) sebagai Tolok Ukur Viabilitas Tetrazolium Test on Winged Bean Seed (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) As Standard Measuring
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37% dan kandungan lemak sebesar 16%
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan
Lebih terperinci