BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Hartono Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi asistif merupakan alat yang dirancang atau dimodifikasi secara langsung untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penyandang cacat yang berkaitan dengan Activity Daily Living (ADL) juga berkaitan dengan pembelajaran (akademik). Alat ini sangat dibutuhkan pada tunanetra khususnya dalam hal mobilitas. Keterbatasan tunanetra dalam melakukan mobilitas dapat membuat tunanetra menarik diri dari kegiatan sosial atau pergaulan masyarakat. Ia menyadari bahwa dengan ikutnya dia dalam kegiatan akan merepotkan orang lain, karena orang lain harus membantunya. Bahkan yang lebih ekstrim lagi memungkinkan seorang tunanetra akan menarik diri dari pergaulan kemasyarakatan. Seluruh aspek kehidupan dan kebutuhan seorang tunanetra akan dipengaruhi oleh ketidakmampuan dan terbatasnya tunanetra melakukan mobilitas. Karena itu mobilitas merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar dan harus dimiliki oleh peserta didik tunanetra sebagai suatu keterampilan yang harus menyatu dalam diri tunanetra. Persoalannya sekarang bahwa keterampilan melakukan mobilitas tidak secara otomatis dikuasai tunanetra, tetapi melalui proses latihan yang sistimatis dan kesempatan melakukan gerak serta berpindah dilingkungan. Dengan demikian diperlukan suatu usaha dari lingkungan untuk memberikan pelayanan yang mengarah kepada usaha untuk menghilangkan batas-batas yang menyebabkan keterbatasan pada tunanetra. Mobilitas tunanetra tidak akan optimal bila tidak didukung oleh tubuh yang segar dan sehat. Pendidikan jasmani dan keterampilan Orientasi dan Mobilitas adalah dua hal yang berbeda tujuan, tetapi dalam kehidupan peserta didik tunanetra, kedua kegiatan dan 1
2 keterampilan tersebut tidsak dapat dipisahkan. Dengan kata lain pendidikan Jasmani bagi tunanetra merupakan salah satu kebutuhan. Oleh karena itu penulis ingin merancang sebuah alat yang dinamakan bat glasses guna membantu tunanetra dalam orientasi dan mobilitas. Keberfungsian alat yakni bisa mengantisipasi tunanetra untuk menghindari benda yang dihadapannya dengan memberikan efek getar pada kacamata. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat dikemukakan permasalahan pokok yang menjadi dasar perumusan masalah studi kasus yaitu: 1. Bagaimana desain alat bat glasses yang dirancang guna membantu tunanetra melakukan orientasi dan mobilitas? 2. Bagaimana cara penggunaan alat bat glasses yang sudah dirancang pada tunanetra? 3. Bagaimana perkembangan tunanetra dalam orientasi dan mobilitas setelah diberikan alat bat glasses? C. Tujuan Penulisan Sejalan dengan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk memperoleh hasil gambaran mengenai: 1. Memperoleh desain alat bat glasses yang dirancang guna membantu tunanetra melakukan orientasi dan mobilitas. 2. Mengetahui penggunaan alat bat glasses yang sudah dirancang pada tunanetra. 3. Mengetahui perkembangan tunanetra dalam orientasi dan mobilitas setelah diberikan alat bat glasses. 2
3 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Dasar Tunanetra dan Kebutuhannya Dilihat dari kacamata pendidikan dan rehabilitasi tunanetra adalah mereka yang penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus, dan atau bantuan lain secara khusus. Dilihat dari kemampuan penglihatannya, yang termasuk tunanetra adalah mereka: a. Kelompok yang mempunyai acuity 20/70 feet (6/21 meter) artinya ia bisa melihat dari jarak 20 feet sedangkan peserta didik normal dari jarak 70 feet ini tergolong kurang lihat (Low Vision). b. Kelompok yang hanya dapat membaca huruf E paling besar pada kartu snellen dari jarak 20 feet, sedang orang normal dapat membacanya dari jarak 200 feet (20/200 feet atau 6/60 meter, dan ini secara hukum sudah tergolong buta atau legally blind). c. Kelompok yang sangat sedikitr kemampuan melihatnya sehingga ia hanya mengenal bentuk dan objek. d. Kelompok yang hanya dapat menghitung jari dari berbagai jarak e. Kelompok yang tidak dapat melihat tangan yang digerakan. f. Kelompok yang hanya mempunyai Light Projection (dapat melihat terang serta gelap dan dapat menunjuk sumber cahaya) g. Kelompok yang hanya mempunyai persepsi cahaya (Light Perception) yaitu hanya bisa melihat terang dan gelap. h. Kelompok yang tidak mempunyai persepsi cahaya (No Light Perception) yang disebut dengan buta total (totally blind) 3
4 i. Sebetulnya bagi kita sebagai guru peserta didik tunanetra yang lebih penting adalah sejauh mana peserta didik tunanetra itu dapat mempungsikan penglihatannya dalam proses belajar mengajar. Definisi yang didasarkan pada ukuran ketajaman penglihatan tidak banyak berfungsi dalam proses pendidikan dan rehabilitasi, dan ini hanya berfungsi untuk kepentingan hukum. Untuk melihat bagaimana kemampuan tunanetra memfungsikan penglihatannya, kita bisa menggunakan data/catatan yang telah ada. Juga bisa melalui observasi langsung selama tunanetra melakukan aktivitas atau juga bisa menanyakan pada orang-orang terdekat, guru, orang tua, dan lainnya. Adanya ketunanetraan pada peserta didik mempunyai akibat langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah akibat yang disebabkan oleh ketunanetraan sedangkan akibat tidak langsung adalah akibat yang disebabkan oleh lingkungan. Akibat yang tidak langsung ini lebih sulit diatasi daripada akibat langsung dari ketunanetraannya. Sebagai adanya akibat langsung dantidak langsung ini menyebabkan adanya kebutuhan khusus. Kebutuhan khusus tunanetra bisa ditinjau dari tiga aspek: a. Fisiologis Peserta didik tunanetra adalah akibat adanya perubahan secara fisiologis dari sebagian aspek dalam organisme. Dengan demikian peserta didik tunanetra mungkin membutuhkan perawatan dan pemeriksaan medis, pengobatan dan evaluasi medis secara umum. Sebagai kegiatan organisme diperlukan latihan gerak dan ekspresi tubuh. b. Personal Ketunanetraan merupakan pengalaman personal, orang diluar dirinya tidak akan merasakan tanpa ia mengalaminya. Meskipun sama-sama mengalami tunanetra, belum tentu sama 4
5 apa yang dirasakannya. Individu yang mengalami ketunanetraan tidak hanya terganggu dan terhambat mobilitasnya tetapi ia juga akan terganggu keberadaannya sebagai individu. Akibat dari ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka efek psikologisnya yang ditimbulkan banyak tergantung pada kapan terjadinya ketunanetraan dan bagimana kwalitas serta karakteristik susunan kejiwaannya. Akibat ketunanetraan sebagai pengalaman personal, maka timbul beberapa kebutuhan yang bersifat personal pula. Kebutuhan tersebut antara lain adalah latihan keterampilan Orientasi dan Mobilitas, keterampilan komunikasi berupa minat untuk berinteraksi dengan lingkungan terutama dalam hal mengolah dan menerima informasi dari lingkungan, keterampilan Sosial yang didalamnya ada keterampilan aktivitas kehidupan sehari-hari dan menolong diri sendiri. Pendidikan dan bimbingan penyuluhan juga merupakan kebutuhan personal secara khusus. Dalam kurikulum tahun 2013 pembelajaran tersebut masuk ke dalam program kekhususan Pengembangan Orientasi Mobilitas, Sosial, dan Komunikasi (OMSK). c. Sosial Ketunanetraan merupakan fenomena sosial. Apabila ketunanetraan terjadi dalam suatu kelompok masyarakat, maka struktur masyarakat akan mengalami perubahan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam kelompok masyarakat. Apabila ketunanetraan terjadi dan muncul dalam suatu keluarga, maka tidak mungkin susunan keluarga kembali seperti sebelumnya. Keluarga akan mengadakan perubahan dan penyesuaian baik secara total maupun sebagian Perubahan dan penyesuaian yang terjadi mungkin berakibat baik dan menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Mungkin pula berakibat buruk terhadap hubungan dan interaksi antar anggota keluarga. Kurang baiknya hubungan 5
6 dan interaksi keluarga karena adanya seorang tunanetra di tengah keluarga, dapat terjadi antara anggota keluarga yang awas maupun antara anggota keluarga yang awas dengan yang mengalami tunanetra. B. Hakikat Teknologi Asistif Teknologi didefinisikan sebagai alat yang menggunakan prinsip atau proses penemuan saintifikasi yang baru ditemukan. Sedangkan adaptif, secara etimologi diartikan sebagai organisme mengatasi tekanan lingkungan untuk bertahan, berkaitan dengan aspek manusia dalam perencanaan produk teknologi adaptif berkaitan dengan Ergonomi yaitu aktivitas penelitian mengenai kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental dan interaksinya dalam sistem manusia mesin alat yang integral. Penyandang cacat dalam melakukan aktivitas motor, sosial, edukasi dan budaya tidak terlepas dari barrier dalam melakukan mobilitasnya. Memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa di zaman informasi ini menuntut guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan teknologi. Sangat penting bagi para guru untuk memiliki keterampilan teknologi yang dibutuhkan agar dapat memanfaatkan kekuatan komputer dan teknologi yang terkait dengannya untuk pengajaran yang efektif. Teknologi dalam bentuk komputer, jaringan informasi, dan multimedia akan memberikan akses kepada setiap orang di masyarakat untuk belajar. Menurut Technology-Related Assistance for Persons with Disabilities Act (1988) Amerika Serikat. "..assisstive technology devices..are any item, place of equepment or product system, whether acquired commercially of the shelf modified, or customized, that is used to increse, maintain, or improve functional capabilities of individuals with disabilities." Sementara itu Wobschall dan Lakin at.al (McBroyer, 2002) mendefinisikan "..assistive technology is just a subset of tools used by 6
7 human being, providing in ways and places that are needed by relatively few people with significant impairment in `normal' physical, sensory, or cognitive abilities." Dengan demikian Assistive technology pada hakikatnya adalah segala macam benda atau alat yang dengan cara dimodifikasi atau langsung digunakan untuk meningkatkan atau merawat kemampuan penyandang cacat (disabled person). C. Pengembangan Teknologi Asistif Teknologi adaptif, disadari sangat spesifik dan bersifat kasuistik, karena didasarkan berdasarkan hasil needs assesment. Namun, walaupun begitu kasus-kasus spesifik juga dapat ditarik secara generalis pada kasus-kasus sejenis dan berdekatan, sehingga walaupun ada adaptasi imtil seri komersial, tapi perubahannya tidak terlalu banyak. Karena prioritas tetap pada nilai kemaslahatan. Dalam rangka menciptakan produk-produk inovatif dan kreatif serta memberdayakan diri melalui identifikasi, menggali dan memanfaatkan potensi dan sumber yang ada, maka peningkatan kualitas pembelajaran dan kreativitas mahasiswa yang mengikuti perkuliahan teknologi adaptif serta dalam rangka mengembangkan jaringan kerjasama produksi, meningkatkan kualitas produk teknologi adaptif sehingga bernilai komersial, sangat penting dilakukan. Apalagi Produk hasil kajian mahasiswa tiap tahun terus tercipta dan cukup inovatif sehinga telah mendukung keunggulan Laboratorium Jurusan PLB dan menunjang perkembangannya sebagai Pusat Pengembangan Potensi Anak, yang memberi pelayanan terapi akademis pada masyarakat. Teknologi Adaptif juga sangat menunjang, karena ternyata mendapat respon positif dari orang tua dan SLB. Beberapa produk telah memiliki nilai komersial tinggi, sehinga Sekolah berani memproduksi karena ada pesanan orang tua siswa. Selama ini produk yang ada di pasaran baik itu teknologi adaptif berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari hari, termasuk yang berkaitan khusus dengan pembelajaran belum sesuai dengan kebutuhan anak 7
8 dan harganya mahal sehingga tidak terjangkau. Produk teknologi juga tidak sesuai dengan kebutuhan kompensatoris dan baru bersifat terapeutik yang kebanyakan tidak diperuntukan bagi penyandang cacat. Jenis produk teknologi adaptif ini dapat dikelompokan kedalam dua jenis alat yaitu; teknologi adaptif yang berkaitan dengan ADL dan teknologi adaptif yang berkaitan dengan pembelajaran (akademik). Selanjutnya kedua jenis produk ini diuraikan sebagai berikut: 1. Teknologi adaptif yang berkaitan dengan kepentingan aktivitas kehidupan sehari-hari Teknologi adaptif ini dikembangkan berdasarkan kompensatoris siswa penyandanga cacat.. Didasarkan atas kebutuhan siswa dalam berbagai aktivitas kehidupan seharihari dari mulai berjalan, makan, mandi, kegiatan di kamar mandi, BAAB/BAAK, dan sebagainya. Alat ini bisa dikembangkan dari alat teknologi yang sudah ada atau belum ada sama sekali. Produk kajian ini kemudian diuji cobakan efektivitasnya sehingga betul-betul sesuai dengan kebutuhan kasus/anak. Beberapa contoh alat/teknologi adaptif ADL hasil mahasiswa PLB yang ngontrak MK.Teknologi adaptif (2007) adalah; Board Parcice Walk, Kusi untuk BAB, nampan berlubang, penahan lutut, Non Slip Tray Set, Egips, Tongkat beroda, papan keseimbangan, Vesti Buler Board, Kursi terapi, Jemari sensoris, sepatu keseimbangan, tongkat penyeberangan, Standing Up- Support, dan sebagainya. 2. Teknologi adaptif ini dikembangkan berdasarkan kepentingan aktivitas akademik Teknologi adaptif ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa penyandang cacat sesuai dengan kompensatoris yang dimilikinya dalam berbagai aktivitas akademik di sekolah. Beberapa contoh produksi mahasiswa 8
9 yang mengikuti perkuliahan teknologi Adaptif (2007) yang berkaitan dengan kegiatan akademik adalah Box Pen, Reglet Low Vision, Kursi Belajar, Alas Buku, Meja Miring, Sabuk untuk Menulis, Alat Penyangga Pensil, Meja Kursi Tunadaksa, Papan Meja Pangku, Kursi Multi Guna, Mejakursi Bina Diri, Lampu Artikulasi, Kursi Disiplin dan sebagainya. Proses produksi melibatkan mitra profesional secara keseluruhan diharapkan menghasilkan produk teknologi berstandard komersial. Mengingat konsep teknologi adaptif relative baru, maka hakikat teknologi adaptif, konsep dan prinsip-prinsipnya perlu dikaji secara mendalam.. Kajian perncanaan produk tidak terlepas dari ergonomic yakni aktivitas penelitian mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental dan interaksinya dalam system manusia mesin alatsecara integral.dimaklumi penyandang cacat dalam melakukan aktivitasnya tidak terlepas dari barrier dalam melakukan mobilitasnya maka potensi pasarnya cukup terbuka. Meskipun demikian kemaslahatan seyogyanya tepat menjadi prioritas dalam mengembangkan teknologi adaptif, sehingga nilai filosofis rancang bangun dan fungsi utamanya merupakan kunci utamanya. Dengan demikian produksi masal tidak sekedar untuk memenuhi pasar tapi lebih dari itu memiliki misi memenuhi kebutuhan kompensatoris, sehingga produksinya diproses melalui kajian terus menerus. 9
10 BAB III DESAIN ALAT A. Profil Alat Nama alat yang dirancang bernama Bat Glasses. Alat ini merupakan kotak berukuran 7x2 cm yang berisi rangkaian dari baterai, sensor jarak, saklar dan vibrator, yang di padukan dengan kacamata. Terdapat jepitan pada kotak tersebut guna untuk dipasangkan pada kacamata. Jika tombol power dinyalakan, maka otomatis sensor jarak dan vibrator akan berfungsi untuk mendeteksi benda yang dihadapannya dengan jarak yang disesuaikan. B. Tujuan Tujuan dibuatnya alat ini adalah untuk memudahkan pengguna khususnya tunanetra dalam orientasi dan mobilitas guna mengantisipasi terjadi nya benturan terhadap objek yang dihadapannya dengan memberikan efek getar pada kacamata. Jarak sensor nya bisa disesuaikan tergantung keinginan tunanetra, sehingga alat ini cukup efektif dan efisien dalam penggunannya. Dilengkapi tombol on/off, jadi ketika sedang tidak dipakai bisa dimatikan guna menghemat baterai. 10
11 C. Material Material inti yang digunakan untuk membuat alat ini adalah sebagai berikut: Sensor inframerah Bateri lipo (mp3) Motor vibrator Saklar Kabel Kacamata Adapun material pelengkap: Penggaris Mika Solder Timah Lem Tembak Jepitan Pilok Charger D. Cara Membuat Alat Adapun cara membuat alat ini sebagai berikut: 1. Buatlah rangkaian seperti gambar berikut 2. Dalam menyambungkan setiap kabelnya, mengunakan solder dan timah. 11
12 3. Kemudian letakan rangkaian tersebut pada alas (penggaris) yang sudah diukur (7 cm), lalu lem menggunakan lem tembak. 4. Jangan lupa sambungkan dengan saklar untuk bisa memakai tombol power, tempelkan diatas baterai menggunakan lem tembak. Sambungkan kabelnya ke baterai dan sensor jarak. 5. Setelah rangkaian beres, tutupi dengan mika untuk membentuk kotak menggunakan lem. 6. Jangan lupa diberi lubang pada bagian: a. belakang, untuk mengatur jarak pada sensor b. samping, untuk charger dan tombol power 7. Pasang penjepit menggunakan lem tembak. 8. Berilah warna agar terlihat menarik menggunakan pilok. 9. Alat siap digunakan! E. Cara Pengoperasian Alat Cara mengoperasikan alat ini cukup sederhana, pengguna cukup memasangkan pada kacamata dengan mencapit gagang kacamata disebelah kiri. Kemudian nyalakan tombol power on untuk memulai mendeteksi benda/sesuatu yang dihadapannya. Pengguna akan merasakan getaran pada kacamata ketika sensor mendeteksi sesuatu yang dihadapannya. Jika setelah selesai digunakan, dapat dimatikan kembali dengan menekan tombol off. 12
13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Nama : Yeremias Kasimirus Daranua TTL : Flores (NTT), 4 Maret 1996 Alamat : Cilimus rt 07/rw 06 Kota Bandung Status : Mahasiswa UPI Jurusan Seni Musik Agama : Kristen Khatolik Hobi : Bermain Musik dan Bermain Bola Riwayat Sekolah: TK Flores Manggarai SDLB Flores Manggarai SMPLB Flores Manggarai (Inklusi) SMALB Flores Manggarai (Inklusi) B. Riwayat Ketunanetraan Ketika berusia 6 tahun, Remi (nama panggilan) mengalamai sebuah insiden yang menyebabkan mata nya menjadi terganggu. Mata Remi terkena kayu yang panas ketika hendak memasak. Setelah diperiksakan ke dokter, mata Remi sudah tidak berfungsi lagi. Jenis ketunanetraan Remi yakni Totally Blind. C. Hasil Uji Coba Alat Alat diujikan kepada Remi seminggu setelah alat dirancang dan siap digunakan. Uji coba dilakukan 2 kali. Pada saat uji coba yang pertama, kelompok melaksanakan uji coba di sebuah ruangan tertutup. Kelompok menjelaskan terlebih dahulu kegunaan alat dan 13
14 bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Setelah diberi pemahaman, barulah Remi mencoba mengimplementasikan alat tersebut. Remi mengikuti intruksi sesuai apa yang telah dijelaskan kelompok. Setelah itu Remi melakukan orientasi dan mobilitas menggunakan alat. Kelompok sengaja menghalangi Remi didepan, guna menguji alat untuk segera mendeteksi dan memberikan efek getar pada kacamata yang dipakau Remi. Percobaan kedua dilakukan diluar ruangan guna menguji kemampuan sensor inframerah dalam mendeteksi benda/sesuatu, apakah ada pengaruh dari cahaya matahari yang bisa mengganggu sensor dalam mendeteksi. Alhasil, tidak ada pengaruh apapun dari cahaya matahari, sensor tetap bisa mendeteksi benda. Dari hasil uji coba alat, pengguna yakni Remi memberikan pendapat setelah menggunakan alat tersebut. Remi mengatakan kalau dari saya, saya sendiri baru melihat alat seperti ini, alat ini sangat terbantu sekali untuk mendeteksi benda-benda yang menghalangi ketika kita berjalan, lebih khusus digunakan bagi yang totally blind seperti saya, lebih tepat digunakan dirumah atau di asrama, karena seringkali saya sulit mencari benda yang disimpan dirumah semisal buku, piring dan lain-lain. Saya merasa cukup nyaman menggunakan alat ini, karena bentuk nya yang kecil, jadi praktis bisa dibawa kemana-mana. Dilengkapi pula tombol power, jadi saya bisa menggunakan alat ini sesuai kebutuhan. Jadi sekali lagi, alat ini sangat membantu. 14
15 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan diatas, bahwa alat bat glasses ini merupakan bagian dari teknologi asistif yang berfungsi untuk memudahkan pengguna khususnya tunanetra dalam orientasi dan mobilitas guna mengantisipasi terjadi nya benturan terhadap objek yang dihadapannya dengan memberikan efek getar pada kacamata. Alat ini setelah dilakukan ujicoba kepada Remi selaku tunanetra totally blind, memberikan dampak yang positif. Inti dari setelah melakukan testimoni kepada Remi yakni alat ini sangat membantu guna mendeteksi benda-benda yang menghalanginya. B. Saran Berdasarkan hasil testimoni dengan Remi, saran dari beliau adalah sebaiknya alat ini diperbaiki kembali agar tidak terjadi konslet pada baterai atau sambungan kabelnya. Juga alat kalau bisa diperbanyak lagi dan disosialisasikan kepada yang lain agar bisa digunakan untuk tunanetra yang membutuhkan alat ini. 15
16 DAFTAR PUSTAKA Nawawi, Ahmad. (2016). NASKAH SPM SLB TUNANETRA 2016 (Revisi). Tersedia. [21 Desember 2016]. Sugiarmin, Mohammad. (2013). Pengembangan Teknologi Asistif. [Online]. Tersedia: MOHAMAD_SUGIARMIN/PENGEMBANGAN_TEKNOLOGI_ASISTI F.pdf. [21 Desember 2016]. Suherman, Yuyus (2013). Pengembangan Teknologi Adaptif. [Online]. Tersedia: [21 Desember 2016] 16
17 BIODATA PENULIS Abdul Gofur ( ) Filemon Septianus ( ) Heri Hermawan ( ) Imron Faturohman ( ) Syahril Hudori ( ) DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS 2014 A FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA 17
18 LAMPIRAN 18
19 19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari hari tidak dapat lepas dari melakukan aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan, hiburan, bepergian dan lain-lain. Kemampuan mobilitas
Lebih terperinciKONSEP DASAR LOW VISION DAN KEBUTUHAN LAYANANNYA
KONSEP DASAR LOW VISION DAN KEBUTUHAN LAYANANNYA Irham Hosni (Disampaikan pada pelatihan guru Low Vision Se Jawa Barat di hotel Naripan Bandung, yang diselenggarakan oleh UPT BPG PLB Dinas Pendidikan Prop.
Lebih terperinciPRAKARYA. by F. Denie Wahana
PRAKARYA by F. Denie Wahana (Produk Sederhana dengan Teknologi) Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
Lebih terperinci2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orientasi dan mobilitas merupakan kebutuhan yang mendasar bagi tunanetra. Dipahami dari pengertiannya, menurut Rahardja (2010) menyatakan bahwa: Orientasi adalah suatu
Lebih terperinciIDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1 Abstract: Artikel ini dimaksudkan untuk membantu para guru dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan
Lebih terperinciKETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG
KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG Membaca, menulis, mengamati dengan jarak sangat dekat Berjalan banyak tersandung
Lebih terperinciKONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA
KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA Disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Guru PAI Tunanetra di SLB se-indonesia Wisma Shakti Taridi
Lebih terperinciTUNANETRA DAN KEBUTUHAN DASARNYA. Oleh : Irham hosni PLB FIP. yang masih awam. Ini perlu diungkapkan dalam uraian ini, supaya ada kesamaan
TUNANETRA DAN KEBUTUHAN DASARNYA Oleh : Irham hosni PLB FIP 1. TUNANETRA Banyak anggapan yang salah tentang orang tunanetra, khususnya bagi mereka yang masih awam. Ini perlu diungkapkan dalam uraian ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai
Lebih terperinciLAYANAN TERPADU LOW VISION DALAM MENDUKUNG INKLUSI
LAYANAN TERPADU LOW VISION DALAM MENDUKUNG INKLUSI (Model Pusat Layanan Terpadu Low Vision YPWG kerjasama dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat dan RS Mata Cicendo) Irham Hosni (Disampaikan pada Konferensi
Lebih terperinciBAB II TUNANETRA (LOW VISION)
BAB II TUNANETRA (LOW VISION) 2.1. Difabel. Difabel adalah sekelompok masyarakat yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan masyarakat non-difabel, ada yang memiliki kelaianan pada fisiknya saja, ada
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap individu ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki alat indera yang lengkap, terutama mata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA Irham Hosni A. Latar Belakang Kecacatnetraan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan, antara lain keterbatasan dalam berinteraksi
Lebih terperinciTUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI
TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI TUNANETRA Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-503
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-503 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-95W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat indonesia yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai kedudukan yang sama seperti halnya masyarakat yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas
Lebih terperinciDari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:
A. Pokok-Pokok Perkuliahan Low Vision Oleh Drs. Ahmad Nawawi Sub-sub Pokok Bahasan : 1. Definisi dan Prevalensi 2. Ciri-ciri Anak Low Vision 3. Klasifikasi Low Vision 4. Latihan Pengembangan Penglihatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai. berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan memerlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu kebutuhan yang fundamental bagi seorang siswa, karena kegiatan membaca merupakan prasyarat dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan. permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah luar biasa sangatlah penting artinya dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) sejak dini. Pembelajaran bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA Daily Living Skills (DLS) atau Activity Daily Living (ADL) IRHAM HOSNI PLB FIP UPI 1 PENGERTIAN ADL Keterampilan yang dibutuhkan orang untuk
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-803. Edisi 1
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-803 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-89W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya
Lebih terperinciOleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si
TEKNOLOGI ADAPTIF Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si yuyus@upi.edu DESKRIPSI MATERI DAN METODE MATA KULIAH SAAT INI Nama Mata Kuliah : Teknologi Adaptif Nama Mata Kuliah : Teknologi Adaptif SKS /KODE : 2 SKS
Lebih terperinciKONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI
KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA Irham Hosni PLB FIP UPI A. Modifikasi Pembelajaran TUNANETRA Dalam merancang pembelajaran atau Bimbingan Rehabilitasi Tunanetra maka kita harus menemukan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati, S.
JRR Tahun 23, No. 2, Desember 204 06-2 PENGGUNAAN MEDIA BLOCK CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MEMBUAT DENAH PADA SISWA TUNANETRA Oleh: Siti Rachmawati, S.Pd SLB N Semarang ABSTRAK Kemampuan
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-602
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-602 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS- 91W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya
Lebih terperinciPENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF. Oleh : Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF Oleh : Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta PEMBELAJARAN TERJADI KALAU ADA: 1. KOMUNIKASI : TERJADI KALAU ADA KESAMAAN PENGALAMAN. KOMUNIKASI YANG
Lebih terperinciPRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni
PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni Dosen Jurusan PLB Direktur Puslatnas OM PLB UPI DISAMPAIKAN PADA DIKLAT PROGRAM KHUSUS ORIENTAS DAN MOBILITAS Hotel BMI Lembang,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah Terapi dengan Sensor Suhu yang terdiri atas komponen fisik penunjang seperti Dimmer, Timer, Lampu IR Philip,Sensor
Lebih terperinci2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu berhak mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional Bab
Lebih terperinciKETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA
KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS (ADL) Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Lebih terperinciPenyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF)
Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF) Dr. Marjuki, M.Sc. Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Departemen
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-501
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-501 Edisi 1 ID PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-71W sudah sesuai dengan pasal-pasal Petunjuk Dewan
Lebih terperinciKendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik
Telaah Kendala Umumyang dihadapipenyandangdisabilitas* Didi Tarsidi Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik Didi Tarsidi Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia terlahir di dunia dengan kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia terlahir di dunia dengan kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda. Tidak seorangpun terlewatkan dua hal tersebut, seperti mata uang yang selalu memiliki dua
Lebih terperinci2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makan termasuk salah satu kegiatan rutin sehari-hari (activity daily living). Keterampilan makan sangat diperlukan selain untuk memenuhi kebutuhan seharihari
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ini tercantum dalam Undang
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-700
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-700 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-57W sudah sesuai dengan ketentuan Petunjuk Dewan: 1999/5/EC.
Lebih terperinciKEMANDIRIAN DAN ADAPTASI ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA
KEMANDIRIAN DAN ADAPTASI ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA JUHANAINI Irham Hosni Dosen PLB FIP UPI Anna_252006@yahoo.co.id E-mail: irham_hosni@yahoo.co.id PENGGESERAN CARA PANDANG TERHADAP
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dari waktu ke waktu menyebabkan banyaknya perubahan di kehidupan masyarakat yang terjadi, seperti halnya di dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciErgonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)
Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe) Company Profile Letak : Pemilik : Pekerja : Jam Kerja : Kapasitas Produksi/hari :... kg kacang kedelai Flowchart Proses Produksi Kacang
Lebih terperinciBAB III ANALISA MASALAH
BAB III ANALISA MASALAH 3.1 MASALAH FISIK MENYANGKUT PROGRAM FASILITAS 3.1.1 Organisasi Ruang Dan Alur Sirkulasi Sekolah Kegiatan belajar mengajar disekolah merupakan aktifitas rutin harian bagi seluruh
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-800. Edisi 1
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-800 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-24W telah memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai Pedoman
Lebih terperinciAKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT
AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT Upaya Menciptakan Fasilitas Umum Dan Lingkungan Yang Aksesibel demi Kesamaan Kesempatan bagi Penyandang Cacat untuk Hidup Mandiri dan Bermasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-801
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-801 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-64W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya
Lebih terperinciPENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN
PENCAHAYAAN DAN WARNA RUANG UNTUK PENYANDANG LOW VISION USIA SEKOLAH DI SLB-A DAN MTSLB-A YAKETUNIS YOGYAKARTA JURNAL TUGAS AKHIR PENGKAJIAN Oleh : Astrid Ghitha Fatharani NIM 121185123 PROGRAM STUDI S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak belum tentu dapat dirasakan oleh semua orang. Berbagai macam perlakuan yang tidak layak sering dirasakan hampir pada semua orang, baik dalam pendidikan,
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Pengantar Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan perealisasian keseluruhan sistem yang meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Pada perancangan
Lebih terperinciPANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PROGRAM KHUSUS : ORIENTASI DAN MOBILITAS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNANETRA (SMPLB-A) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata dan penglihatan adalah indera yang memiliki manfaat dan penting bagi kehidupan seorang manusia. Mata membantu manusia dalam melihat benda-benda yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada saat perjalanan. Rasa aman, nyaman dan terhindar dari bahaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenyamanan dan keselamatan pada saat berjalan merupakan dambaan setiap orang. Rasa nyaman artinya terbebas dari perasaan takut dari ancaman situasi bahaya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB
PENGEMBANGAN PROFESI GURU PLB Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si PLB FIP UPI yuyus@upi.edu Menjadi guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) berarti kita menjadi guru bidang keahlian khusus. Dengan demikian sebagai
Lebih terperinciPanduan penggunamu. NOKIA SU-27W
Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada di manual user (informasi, spesifikasi, keselamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia terus berkembang dan saat ini masyarakat mulai memasukkan kebutuhankebutuhan baru sebagai kebutuhan
Lebih terperinciBina Diri Anak Tunagrahita
Bina Diri Anak Tunagrahita Peristilahan Activity Daily Living Personal Management Self care Self help Di Indonesia: KMD berubah Bina Diri karena merealisasikan diri pada situasi kehidupan rumah, sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah yang akan diteliti dan dikembangkan, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-500
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-500 Edisi 2 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-39W sudah sesuai dengan pasal-pasal Petunjuk Dewan
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-902
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-902 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS- 76W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi
Lebih terperinciNokia Bluetooth Headset BH-208. Edisi 1
Nokia Bluetooth Headset BH-208 3 5 6 7 8 10 11 9 12 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-80W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam setiap perkuliahan, aspek visual merupakan hal yang sangat penting. Pada saat dosen menulis di whiteboard, mahasiswa harus dapat melihat kejelasan tulisan tersebut berdasarkan keterbatasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Oleh karena itu, tidaklah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena banyak nomor yang dipertandingkan dalam cabang ini. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam
Lebih terperinciPANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS
S PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PROGRAM KHUSUS: ORIENTASI DAN MOBILITAS SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNANETRA (SDLB-A) DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH LUAR BIASA DIREKTORAT JENDERAL MANEJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu sebagai salah satu sumber daya yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional tentunya memerlukan pendidikan sebaik dan setinggi mungkin agar
Lebih terperinciMEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG
MEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG A. LATAR BELAKANG Kegiatan kehidupan sehari hari (Activity of Daily
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah mengalami banyak perkembangan, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga dipengaruhi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Alat Dan Bahan Untuk Pembuatan rancangan trainer sistem kelistrikan body mobil toyota maka alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi. 3.1.1. Alat Alat-alat yang dibutuhkan
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-36W)
9239356_HS36W_2_id.fm Page 1 Saturday, September 10, 2005 8:14 PM Buku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-36W) Edisi 2 ID 9239356_HS36W_2_id.fm Page 2 Saturday, September 10, 2005 8:14 PM PERNYATAAN KESESUAIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
Lebih terperinciNokia Bluetooth Headset BH-209. Edisi 2
Nokia Bluetooth Headset BH-209 1 5 2 3 4 7 8 6 11 9 10 Edisi 2 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-97W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait
Lebih terperinciDefinisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href="http://www.upi.edu">universitas Pendidikan Indonesia (UPI)</a>
Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi Oleh Didi Tarsidi universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 1. Definisi Istilah konseling rehabilitasi yang dipergunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi penelitian, populasi dan sampel Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Bandung, dan kota Bandung. Untuk kota Bandung peneliti memilih
Lebih terperinciCICRET BRACELET GELANG PINTAR ANDROID
CICRET BRACELET GELANG PINTAR ANDROID MAKALAH Disusun sebagai tugas Pada Matakuliah Bahasa Indonesia oleh Dhimas Prabowo Setyanugroho 15101077 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI
Lebih terperinci4 LANGKAH MEWUJUDKAN DAPUR BARU. Panduan Perencanaan
4 LANGKAH MEWUJUDKAN DAPUR BARU Panduan Perencanaan 4 langkah untuk mewujudkan kitchen set baru Anda Brosur ini membantu Anda membuat pengukuran, perencanaan, pemesanan dan pemasangan kitchen set IKEA
Lebih terperinciBAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)
BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS) 13.1. Pendahuluan Sistem kelistrikan tambahan merupakan sistem di luar sistem utama namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Faktor keamanan dan kenyamanan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-55W) Edisi 1
9246361_HS55W_2_id.fm Page 1 Friday, December 9, 2005 8:37 PM Buku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-55W) Edisi 1 9246361_HS55W_2_id.fm Page 2 Friday, December 9, 2005 8:37 PM PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan
Lebih terperinciAnalisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra
Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra I. Pendahuluan Benarkah?: 1) Bila orang kehilangan penglihatannya, maka hilang pulalah semua persepsinya. 2) Secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Prosedur Perancangan Prosedur perancangan merupakan langkah langkah dalam pembuatan tugas akhir ini. Dan prosedur perancangan ini digambarkan pada diagram alir berikut:
Lebih terperinciBlind Sonar Sebagai Alat Bantu Berjalan. Bagi Penyandang Tuna Netra. PKM-T (Bidang Penerapan Teknologi)
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Blind Sonar Sebagai Alat Bantu Berjalan Bagi Penyandang Tuna Netra BIDANG KEGIATAN: PKM-T (Bidang Penerapan Teknologi) Diusulkan Oleh : Indra Darmawan Budi Apri Setiawan
Lebih terperinciNokia Bluetooth Headset BH-304. Edisi 1
Nokia Bluetooth Headset BH-304 6 7 8 9 10 611 11 Edisi 1 11 612 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-79W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
INSTRUKSI KERJA PENGOPERASIAN KOMPUTER LABORATORIUM INFORMATIKA DAN KOMPUTER Jurusan Teknik Elektro FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 LABORATORIUM INFORMATIKA DAN KOMPUTER TE FTUB INSTRUKSI
Lebih terperinciNokia Bluetooth Speakers MD-5W. Edisi 1
Nokia Bluetooth Speakers MD-5W 2 3 4 5 6 7 8 8 9 10 11 12 14 13 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk MD-5W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang mempunyai otak untuk berpikir dibandingkan dengan makhluk lainnya. Salah satu metode kinerja otak manusia adalah dengan merasakan
Lebih terperincinonfarmakologi misalnya, teknik
LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,
Lebih terperinciBuku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-900
Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-900 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-25W sudah sesuai dengan ketentuan Petunjuk Dewan: 1999/5/EC.
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu peranan penting dalam kemajuan suatu. bangsa, karena maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, karena maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikanya. Kualitas
Lebih terperinciCapacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability
Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Accessible Infrastructure, Transportation Click to add text and Technology Perundangan. UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2, Setiap
Lebih terperincimapun yang tidak kenal sama sekali. Peranan komunikasi tidak hanya berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu aspek yang terpenting, namun juga kompleks dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya
Lebih terperinci