TEKNOLOGI PEMANFAATAN HASIL SAMPING INDUSTRI SAWIT UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN PAKAN UNGGAS NASIONAL 1)
|
|
- Hamdani Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Teknologi Pengembangan pemanfaatan Inovasi hasil Pertanian samping 5(2), industri 2012: sawit TEKNOLOGI PEMANFAATAN HASIL SAMPING INDUSTRI SAWIT UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN PAKAN UNGGAS NASIONAL 1) Arnold Parlindungan Sinurat Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59 Bogor 16151, Telp. (0251) , , , Faks. (0251) Diajukan: 24 Januari 2012; Disetujui: 17 Maret 2012 ABSTRAK Biaya pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam industri peternakan unggas. Berbagai upaya telah dilakukan agar industri ini lebih efisien dan menguntungkan. Salah satu di antaranya adalah pemanfaatan bahan pakan inkonvensional berupa hasil samping industri sawit, seperti bungkil inti sawit, lumpur sawit (solid decanter), dan solid heavy phase (SHP). Pada tahun 2007, Indonesia menghasilkan bungkil inti sawit 2 juta ton, lumpur sawit kering 2 juta ton, dan SHP kering 4 juta ton. Beberapa teknologi telah dihasilkan untuk meningkatkan nilai gizi dan mengurangi faktor pembatas penggunaan hasil samping industri sawit, seperti biofermentasi dan proses enzimatis. Biofermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein dan energi metabolis serta menurunkan kandungan serat kasar. Produk hasil fermentasi tersebut sudah diuji penggunaannya dalam ransum ayam broiler, ayam ras petelur, ayam kampung maupun itik. Teknologi enzimatis dapat meningkatkan kecernaan gizi SHP maupun bungkil inti sawit sehingga dapat digunakan dalam jumlah yang lebih banyak. Teknologi ini perlu dikembangkan dan diterapkan agar ketersediaan bahan pakan unggas di dalam negeri meningkat sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan pakan impor. Diperlukan kebijakan yang harmonis antara lembaga penelitian dengan industri dalam penerapan teknologi yang sudah dihasilkan. Pemerintah perlu mendorong pihak industri sawit agar ikut berperan dalam penyediaan bahan pakan dengan meningkatkan kualitas hasil samping industri sawit. Kata kunci: Unggas, pengolahan pakan, hasil samping industri sawit ABSTRACT Technology on the Utilization of Palm Oil Industry By-Products to Increase Availability of National Poultry Feed Ingredients Feed contributes the major portion of cost in the poultry industry. Therefore, many efforts were carried out to increase the profit by improving the efficiency on feed utilization. One of them is by utilization of inconventional feed ingredients such as by-products of palm oil industry, i.e. palm kernel cake, 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2010 di Bogor.
2 66 Arnold Parlindungan Sinurat palm oil sludge, and solid heavy phase. In 2007, Indonesia produced approximately 2 million tons palm kernel cake, 2 million tons dried palm oil sludge, and 4 million tons dried solid heavy phase. Few technologies have been discovered to reduce the constrictions, i.e. biofermentation and enzymatic process. Biofermentation by using Aspergillus niger as inoculant, increased the protein and metabolizable energy and reduced the crude fiber contents. The fermented products have been used in feeding trial on broilers, laying hens, native chickens and ducks. Enzymatic technology improved the digestibility of nutrients (dry matter, energy, and protein) of palm kernel cake and palm oil sludge, hence the byproducts could be included in the broilers and laying hens feed in a higher proportion. This technology needs to be developed to increase the availability of local poultry feed ingredients nationally, to reduce import of feed ingredients, and to minimize pollution in palm oil industry or to achieve zero waste program. Therefore, there is a need for a policy to harmonize the collaboration between the research institute with the industry in applying the technology. Furthermore, the government needs to encourage the palm oil industry to be involved in producing animal feed by improving the quality of palm oil industry by-products. Keywords: Poultry, feed processing, oil mill by products PENDAHULUAN Protein hewani berperan penting dalam kesehatan dan kecerdasan masyarakat. Salah satu studi menyimpulkan bahwa masyarakat yang kaya mengonsumsi lebih banyak produk peternakan dibandingkan dengan masyarakat miskin (Maltsoglou 2007). Data FAO (2009) juga menunjukkan bahwa konsumsi daging di negara maju pada tahun 2007 mencapai ratarata 82,4 kg/kapita/tahun, sedangkan di negara berkembang hanya 30,5 kg/kapita/ tahun. Protein hewani dipenuhi dari konsumsi daging, susu, telur, dan ikan. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan disukai oleh masyarakat karena rasanya enak dan banyak digunakan dalam acara sosial dan adat. Daging yang banyak dikonsumsi masyarakat berasal dari unggas. Pada tahun 2007, konsumsi daging unggas mencapai 4,42 kg/kapita/tahun atau 86% dari konsumsi daging sebesar 5,13 kg/kapita/tahun (Ditjennak 2009b). Dibandingkan dengan negara maju, bahkan dengan negara tetangga Malaysia, konsumsi produk peternakan di Indonesia masih sangat rendah. Konsumsi daging unggas di Malaysia pada tahun 2005 mencapai 35,8 kg/kapita/tahun, sedangkan Indonesia baru 4,5 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur di Indonesia juga rendah, hanya 67 butir atau setara 4,2 kg/kapita/ tahun, sedangkan di Malaysia mencapai 12 kg/kapita/tahun (Warr et al. 2008). Peningkatan produksi ternak unggas menghadapi beberapa masalah, seperti ketergantungan pada impor bibit ayam (ras), bahan pakan (termasuk pelengkap dan imbuhan pakan), peralatan, dan obatobatan. Dalam industri peternakan unggas, pakan merupakan komponen produksi yang memerlukan biaya terbesar, mencapai 70%. Oleh karena itu, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menekan biaya pakan agar industri peternakan unggas lebih efisien dan menguntungkan pelaku bisnis. Dari aspek nutrisi, upaya yang telah dilakukan meliputi pemanfaatan bahan pakan inkonvensional sebagai sumber energi dan atau protein (Sinurat 1999) serta penggunaan imbuhan pakan untuk meningkatkan kecernaan gizi bahan pakan, seperti antibiotik, enzim, probiotik, prebiotik, asam organik, dan zat aktif
3 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit tanaman (Walton 1977; Sinurat et al. 2002, 2003, 2008; Sacranie 2008; Luckstadt 2009). Makalah ini membahas pemanfaatan salah satu bahan pakan inkonvensional, yaitu hasil samping industri sawit sebagai upaya meningkatkan penyediaan bahan pakan lokal, dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan pakan impor. POTENSI HASIL SAMPING INDUSTRI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN UNGGAS Bahan Pakan Unggas Bahan pakan yang umum digunakan dalam formulasi ransum unggas secara komersial di Indonesia yaitu jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung daging dan tulang (MBM), tepung ikan, corn gluten meal, produk samping bioetanol (DDGS), tepung kapur, minyak sawit (CPO), bungkil kelapa, asam amino DL-metionin, asam amino L-lisin, campuran vitamin, campuran mineral mikro, dikalsium fosfat, garam, dan imbuhan pakan. Dari bahan tersebut, jagung, tepung ikan, kalsium fosfat, dan asam amino sebagian masih diimpor. Bungkil kedelai, tepung daging dan tulang, corn gluten meal, dan produk samping bioetanol semuanya masih diimpor. Indonesia mengimpor bahan pakan jagung ton, bungkil kedelai ton, MBM ton, dan tepung ikan ton pada tahun 2007 (Ditjennak 2009a). Kecuali jagung, volume impor bahan pakan lain terus meningkat. Ketergantungan pada bahan pakan impor akan membuat industri peternakan nasional sulit mandiri sehingga akan mengganggu ketahanan pangan. Terjadinya perubahan politik, nilai tukar uang, wabah penyakit, dan gangguan alam di negara asal bahan pakan impor dapat mengganggu industri peternakan unggas di dalam negeri. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan pakan impor harus terus dilakukan. Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan pada bahan pakan impor adalah dengan menggunakan bahan pakan yang jumlahnya melimpah di dalam negeri, seperti hasil samping industri sawit, yaitu bungkil inti sawit, lumpur sawit atau solid decanter, dan solid heavy phase (SHP). Bungkil inti sawit merupakan sisa padatan setelah pemerasan inti sawit untuk mendapatkan minyak inti sawit. Lumpur sawit merupakan limbah dari proses pemerasan buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO), yang diperoleh dengan cara mensentrifusi limbah cair dengan menggunakan alat yang disebut decanter. SHP adalah padatan dari limbah cair setelah pengutipan lumpur sawit. Ketiga bahan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pakan untuk unggas, meskipun belum lazim. Potensi Produksi dan Kandungan Gizi Hasil Samping Industri Sawit Ditinjau dari segi perkembangan luas area pertanaman dan produksi minyak sawit Indonesia maka potensi ketiga bahan pakan tersebut dinilai cukup besar. Bila pada tahun 2007 Indonesia menghasilkan 16,9 juta ton CPO (BPS 2008) maka potensi hasil samping yang diperoleh meliputi 2 juta ton bungkil inti sawit, 2 juta ton lumpur sawit kering, dan 4 juta ton SHP kering (Sinurat dan Manurung 2005) atau 8 juta ton bahan kering. Namun, pada saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan seluruhnya.
4 68 Arnold Parlindungan Sinurat Kandungan gizi ketiga bahan hasil samping industri sawit tersebut telah diteliti (Hutagalung 1978; Pasaribu et al. 1998; Sinurat 2003; Sinurat et al. 2006). Lumpur sawit kering mengandung protein kasar 11,94%, metionin 0,14%, lisin 0,31%, lemak kasar 10-14%, dan energi metabolis (TME) kkal/kg. SHP kering mengandung protein kasar 9-11,8%, metionin 0,07%, lisin 0,17%, lemak kasar 15%, dan energi metabolis (AME) kkal/ kg. Bungkil inti sawit mengandung protein 14,19%, metionin 0,41%, lisin 0,49%, dan energi metabolis kkal/kg. Berdasarkan potensi produksi seperti diuraikan di atas maka potensi zat gizi yang dapat dimanfaatkan dari ketiga bahan pakan tersebut adalah ton protein kasar atau setara dengan protein ton bungkil kedelai, Mkal energi metabolis atau setara dengan energi metabolis ton jagung, ton lisin atau setara dengan ton bungkil kedelai, dan ton metionin atau setara dengan ton bungkil kedelai. FAKTOR PEMBATAS PENGGUNAAN HASIL SAMPING INDUSTRI SAWIT SEBAGAI BAHAN PAKAN UNGGAS Meskipun potensi gizi hasil samping industri sawit sangat besar, tidak semua zat gizi tersebut dapat dimanfaatkan oleh unggas karena adanya faktor pembatas dalam bahan tersebut. Lumpur Sawit Proses pengolahan minyak sawit (CPO) menghasilkan limbah cair sekitar 2,5 m 3 /ton. Limbah ini mengandung bahan pencemar (padatan) yang tinggi, yaitu BOD mg/l (Wenten 2004). Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%, sehingga disebut lumpur sawit. Sifat fisik lumpur sawit yang demikian menimbulkan masalah dalam pengangkutan dan penyimpanan sehingga harus dikeringkan terlebih dahulu. Bila dikeringkan, lumpur sawit akan berwarna kecoklatan dan teksturnya kasar dan keras. Lumpur sawit masih belum banyak dimanfaatkan secara ekonomi. Di area perkebunan, lumpur sawit digunakan sebagai penimbun jurang, bahkan sering dibuang sembarangan sehingga menimbulkan polusi bagi masyarakat di sekitar perkebunan (Yeong 1982; Medan Pos 1998). Kandungan air yang cukup tinggi menjadi salah satu faktor pembatas dalam pemanfaatan bahan ini karena membutuhkan upaya pengeringan. Faktor pembatas lain dari penggunaan lumpur sawit sebagai bahan pakan unggas adalah tingginya kadar serat kasar (29,76%) dan kecernaan asam amino yang rendah (Hutagalung 1978). Kandungan gizi lumpur sawit juga sangat bervariasi (Sinurat 2003). Hal ini bergantung pada banyak hal, termasuk perbedaan proses pemisahannya dari minyak sawit. Meskipun demikian, penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan lumpur sawit sebagai bahan pakan unggas. Penelitian di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa lumpur sawit kering dapat digunakan sebanyak 5% dalam ransum ayam pedaging (Sinurat et al. 2000). Pemberian pada taraf yang lebih tinggi dapat menurunkan performa ayam (penurunan konsumsi ransum dan pertumbuhan lebih lambat). Penurunan performa disebabkan oleh meningkatnya kandungan serat kasar dalam ransum
5 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit sejalan dengan makin tingginya kadar lumpur sawit. Penggunaan lumpur sawit kering dalam ransum ayam ras petelur hingga 20% tidak mengganggu produksi telur, bobot telur, efisiensi penggunaan pakan, dan kualitas (HU) telur (Yeong dan Azizah 1987). Angka ini dianggap cukup aman bagi ayam ras petelur, tetapi lumpur sawit yang digunakan mengandung serat kasar yang rendah (16,8%) dan protein yang tinggi (13,0%) dibandingkan dengan kadar serat kasar dan protein lumpur sawit yang umum dilaporkan. Di Nigeria, lumpur sawit juga digunakan untuk pakan ayam yang berkeliaran dengan saran komposisi penggunaan 10-30% dalam ransum (Sonaiya 1995). Sebaliknya, penelitian di dalam negeri (Karo-karo et al. 1994) menunjukkan bahwa pemberian lumpur sawit kering di atas 10% dalam ransum ayam buras pada periode pertumbuhan menurunkan bobot badan ayam dan konsumsi ransum. Penggunaan lumpur sawit kering dalam ransum itik hingga 15% tidak menimbulkan gangguan pertumbuhan, konsumsi ransum, maupun persentase karkas (Sinurat et al. 2001a). Dari uraian di atas disimpulkan bahwa lumpur sawit kering dapat digunakan dalam ransum ayam potong dengan takaran 5%, ayam ras petelur 15-20%, ayam kampung 10%, dan itik 15%. Solid Heavy Phase Solid heavy phase (SHP) belum lazim dihasilkan dalam industri pengolahan sawit. Bahan ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat khusus berupa filter membran keramik untuk mengambil padatan dari cairan limbah sawit setelah pengutipan lumpur sawit, dengan maksud meminimalkan polusi limbah cair dari industri sawit atau penerapan program zero waste (Wenten 2004). Potensi jumlah SHP diperkirakan dua kali lebih banyak dibandingkan dengan lumpur sawit (Sitompul et al. 2005). SHP berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, berwarna kecoklatan. Sama halnya dengan lumpur sawit, kadar air dan serat kasar yang tinggi (21,45%) merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan SHP sebagai bahan pakan unggas (Sinurat et al. 2006, 2007). Beberapa penelitian penggunaan SHP sebagai pakan unggas telah dilakukan. Dalam suatu percobaan singkat, SHP digunakan dalam ransum ayam petelur sebagai pengganti jagung hingga 30% tanpa menyebabkan penurunan produksi telur, efisiensi penggunaan pakan maupun kualitas telur (Sinurat et al. 2005). Penelitian selanjutnya selama 5 bulan produksi menunjukkan bahwa SHP dapat menggantikan jagung hingga 25% dalam ransum ayam petelur tanpa menurunkan produksi telur, efisiensi penggunaan pakan maupun kualitas telur (Sinurat et al. 2007). Namun, penggunaan SHP kering hanya dapat menggantikan 10% jagung dalam ransum ayam broiler (Sinurat et al. 2006) tanpa menurunkan performa ayam. Agar SHP dapat menggantikan jagung dalam ransum maka kandungan gizi ransum harus mencukupi kebutuhan gizi ternak. Bungkil Inti Sawit Bungkil inti sawit merupakan hasil samping dari pemerasan daging buah inti sawit atau palm kernel. Proses pemerasan minyak secara mekanis menyebabkan jumlah minyak yang tertinggal masih cukup banyak (sekitar 9,6%). Hal ini menye-
6 70 Arnold Parlindungan Sinurat babkan bungkil inti sawit cepat tengik akibat oksidasi lemak yang masih cukup tinggi tersebut. Bungkil inti sawit biasanya terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit dengan jumlah 9,1-22,8% (Chin 2002; Sinurat et al. 2009). Pecahan cangkang mempunyai tekstur yang keras dan tajam. Hal ini menyebabkan bahan ini kurang disukai ternak (kurang palatable) dan dikhawatirkan dapat merusak dinding saluran pencernaan ternak muda. Bungkil inti sawit dapat digunakan untuk pakan ternak (Devendra 1978; Swick dan Tan 1995) sebagai sumber energi atau protein. Namun, penggunaannya untuk pakan unggas terbatas karena tingginya kadar serat kasar (21,7%), termasuk hemiselulosa (mannan dan galaktomanan), serta rendahnya kadar dan kecernaan asam amino. Batas penggunaan bungkil inti sawit dalam campuran pakan unggas bervariasi, yaitu antara 5-10% pada ransum ayam broiler dan bisa digunakan hingga 20-25% dalam ransum ayam petelur (Chong et al. 2008; Sinurat et al. 2009). TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI GIZI HASIL SAMPING INDUSTRI SAWIT DAN PENGGUNAANNYA DALAM RANSUM UNGGAS Adanya faktor pembatas dalam bahan pakan, termasuk hasil samping industri sawit, merupakan pertimbangan penting bagi ahli gizi dalam menggunakan bahan tersebut dalam formulasi ransum. Oleh karena itu, beberapa upaya telah dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi hasil samping industri sawit, sekaligus mengurangi faktor pembatas dalam bahan tersebut. Beberapa teknologi yang dikembangkan di Balitnak diuraikan berikut ini. Teknologi Biofermentasi untuk Meningkatkan Nilai Gizi Pada prinsipnya, teknologi biofermentasi adalah membiakkan mikroorganisme terpilih pada media dengan kondisi tertentu sehingga dapat berkembang dan mengubah komposisi kimia media tersebut menjadi bernilai gizi lebih baik. Teknologi ini sudah dikembangkan untuk meningkatkan nilai gizi hasil samping industri sawit (bungkil inti sawit, lumpur sawit, dan SHP). Penelitian di Malaysia menunjukkan lumpur sawit yang difermentasi secara anaerobic thermo-acidophilic mengandung protein kasar 16,8% dan serat kasar 21,5% (Yeong dan Azizah 1987). Dari serangkaian penelitian di Balitnak disimpulkan bahwa fermentasi lumpur sawit paling efektif bila menggunakan Aspergillus niger, dengan suhu ruang fermentasi 38 o C selama tiga hari dan dilanjutkan dengan proses enzimatis selama dua hari (Pasaribu et al. 1998; Sinurat et al. 1998). Proses ini dapat meningkatkan nilai gizi lumpur sawit seperti protein kasar dari 11,9% menjadi 22,7%, protein sejati dari 10,4% menjadi 17,1%, energi metabolis (TME) dari kkal menjadi kkal/ kg, asam amino metionin dari 0,14% menjadi 0,16%, lisin dari 0,31% menjadi 0,36%, serta menurunkan serat kasar dari 29,8% menjadi 18,6%, ADF dari 44,3% menjadi 33,9%, dan NDF dari 62,8% menjadi 54,0% (Pasaribu et al. 1998; Sinurat et al. 1998; Purwadaria et al. 1999; Bintang et al. 2000). Peningkatan nilai gizi tersebut merupakan hasil perombakan akibat pertumbuhan kapang A. niger, sekaligus akibat enzim pemecah serat yang dihasilkan selama proses fermentasi (Sinurat et al. 1998; Purwadaria et al. 1999; Pasaribu et al. 2001).
7 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit Kualitas produk fermentasi sangat dipengaruhi oleh suhu ruang fermentasi, strain kapang yang digunakan, cara pengeringan, serta lama dan proses fermentasi (Sinurat et al. 1998; Purwadaria et al. 1998, 1999; Pasaribu et al. 2001). Produk fermentasi ini bila dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar selama 12 minggu tanpa mengalami perubahan nilai gizi yang berarti (Pasaribu et al. 2001). Penemuan ini sudah didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan mendapat sertifikat paten No. P pada tanggal 27 Desember 2007, dengan judul invensi Proses Pembuatan Bahan Pakan Ternak Hasil Fermentasi Lumpur Sawit. Proses fermentasi seperti yang dilakukan pada lumpur sawit dapat menurunkan kadar serat kasar SHP dari 21,5% menjadi 16,2%, meningkatkan energi metabolis dari menjadi kkal/kg, meningkatkan protein kasar dari 11,8% menjadi 27,4%, serta meningkatkan asam amino metionin, lisin, arginin, dan treonin (Sinurat et al. 2007). Teknik biofermentasi untuk meningkatkan nilai gizi bungkil inti sawit juga sudah dilakukan beberapa peneliti lain. Fermentasi dengan menggunakan Trichoderma viride selama 14 hari dapat meningkatkan kandungan protein bungkil inti sawit 32%, menurunkan serat kasar 36,5%, dan meningkatkan energi metabolis 9% (Iyayi dan Aderolu 2004). Demikian pula fermentasi bungkil inti sawit dengan kapang pelapuk putih atau Phanerochaete chrysosporium selama 4 hari, dapat meningkatkan energi metabolis dan daya cerna protein, serta menurunkan kadar serat kasar (Sembiring 2006). Teknologi biofermentasi bungkil inti sawit dengan menggunakan A. niger telah dikembangkan di Balitnak (Supriyati et al. 1998). Proses ini meningkatkan kandungan protein kasar dari 14,2% menjadi 36,4%, protein sejati dari 13,6% menjadi 25,1%, menurunkan serat kasar dari 21,7% menjadi 19,8%, serta meningkatkan kecernaan bahan kering dari 40,7% menjadi 51,5%, kecernaan protein dari 63,9% menjadi 71,3%, dan energi metabolis dari menjadi kkal/kg (Supriyati et al. 1998; Bintang et al. 1999). Pengujian pemanfaatan lumpur sawit yang difermentasi sebagai pakan unggas telah dilakukan. Produk fermentasi yang dihasilkan Balitnak dapat digunakan sekitar 10% dalam ransum ayam broiler (Sinurat et al. 2000) maupun ransum ayam buras yang sedang tumbuh (Sinurat et al. 2001c). Pemberian produk fermentasi yang lebih banyak (15%) dapat menurunkan pertumbuhan karena banyaknya asam ribo nukleat (RNA) yang dikonsumsi yang berasal dari sel mikroorgasnisme dalam produk terfermentasi (Sinurat et al. 2000). Berbeda dengan ayam, pemberian produk fermentasi lumpur sawit dalam ransum itik yang sedang tumbuh hingga 15% tidak menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan maupun persentase karkas (Sinurat et al. 2001b). Cara pemberian produk fermentasi lumpur sawit dalam ransum unggas perlu diperhatikan. Pemberian produk fermentasi dalam bentuk kering menghasilkan performa ayam broiler (Sinurat et al. 2001a) maupun ayam buras (Sinurat et al. 2001b) yang lebih baik dibandingkan dengan bila diberikan dalam bentuk basah. Pencampuran produk fermentasi dalam bentuk basah menimbulkan gumpalan sehingga tidak dapat tercampur secara merata dengan bahan pakan lainnya. Penggunaan produk fermentasi SHP untuk menggantikan 25% jagung dalam ransum menyebabkan penurunan pro-
8 72 Arnold Parlindungan Sinurat duksi ayam petelur (Sinurat et al. 2007). Hal ini erat kaitannya dengan kandungan RNA dari sel mikroba, seperti umumnya bahan pakan yang berasal dari sel tunggal (Karasawa 1998). Produk fermentasi bungkil inti sawit dengan menggunakan T. viride dapat digunakan untuk menggantikan 50% jagung dalam ransum ayam petelur (Iyayi dan Aderolu 2004). Produk fermentasi bungkil inti sawit juga dapat menggantikan 50% protein bungkil kedelai dalam ransum ayam petelur (Dairo dan Fasuyi 2008). Demikian pula produk fermentasi bungkil inti sawit dengan kapang pelapuk putih atau P. chrysosporium, dapat digunakan hingga 30% dalam ransum ayam broiler tanpa mengganggu pertumbuhan ayam (Sembiring 2006). Produk fermentasi bungkil inti sawit yang menggunakan A. niger dapat digunakan 5% dalam ransum ayam pedaging (Ketaren et al. 1999) dan 15% dalam ransum itik yang sedang tumbuh (Bintang et al. 1999). Proses Enzimatis untuk Meningkatkan Kecernaan Zat Gizi Enzim merupakan molekul organik (protein) yang dihasilkan oleh makhluk hidup dan berfungsi sebagai katalis atau mempercepat reaksi kimia tertentu. Dalam praktik ilmu nutrisi masa kini, enzim diproduksi dengan bantuan mikroorganisme terseleksi. Enzim yang diproduksi ini (exogenous enzyme) ditambahkan ke dalam pakan atau bahan pakan untuk meningkatkan kecernaan gizi melalui pemecahan struktur molekul yang kompleks menjadi struktur molekul yang lebih sederhana, misalnya dari polisakarida menjadi di- atau monosakarida atau dari protein menjadi asam amino. Penggunaan beberapa jenis enzim untuk meningkatkan nilai gizi SHP sudah dilaporkan (Sinurat et al. 2008a, 2008b). Enzim produksi Balitnak (BS4) yang merupakan crude enzyme atau enzim multi yang belum dimurnikan, dapat meningkatkan energi metabolis SHP dari menjadi kkal/kg, bergantung pada jumlah atau aktivitas enzim yang ditambahkan. Demikian pula enzim tunggal (mannanase) komersial, dapat meningkatkan energi metabolis SHP menjadi kkal/kg dan dengan enzim multi komersial menjadi kkal/kg (Sinurat et al. 2008b). Selain meningkatkan nilai energi metabolis SHP, enzim produksi Balitnak dan enzim multi komersial juga meningkatkan kecernaan protein, sedangkan enzim tunggal komersial tidak dapat meningkatkan kecernaan protein SHP (Sinurat et al. 2008a). SHP yang telah ditambah enzim, bila digunakan dalam ransum ayam petelur dapat menggantikan jagung hingga 25% tanpa menyebabkan penurunan produksi dan kualitas telur (Sinurat et al. 2007, 2008a). Khusus untuk bungkil inti sawit, proses untuk mengurangi cemaran cangkang perlu dilakukan sebelum ditambahkan enzim. Teknik sederhana dengan melakukan penyaringan atau pengayakan dapat mengurangi cemaran cangkang dalam bungkil inti sawit hingga 50% atau dari 15% menjadi 7% (Chin 2002) atau dari 22,8% menjadi 9,92% (Sinurat et al. 2009). Pengurangan cemaran cangkang melalui penyaringan secara langsung dapat meningkatkan nilai gizi bungkil inti sawit melalui penurunan serat kasar dari 17,6% menjadi 13,3%, peningkatan protein kasar dari 14,5% menjadi 15,0%, peningkatan kadar lemak dari 16,1% menjadi 18,6%,
9 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit peningkatan energi metabolis dari menjadi kkal/kg, peningkatan kecernaan protein dari 29,3% menjadi 34,7%, serta peningkatan kadar asam amino (Sinurat et al. 2009). Penambahan enzim produksi Balitnak maupun enzim multi komersial pada bungkil inti sawit yang sudah disaring dapat meningkatkan energi metabolis menjadi kkal/kg dan kecernaan protein menjadi 51,3% (Sinurat et al. 2009). Penambahan enzim tunggal mannanase atau enzim multi komersial (selulose, glukanase, xylanase, dan fitase) dalam ransum yang mengandung bungkil inti sawit meningkatkan kecernaan protein, lemak, abu, dan energi metabolis ransum (Sundu et al. 2004; Iyayi dan Davies 2005; Chong et al. 2008; Sekoni et al. 2008). Dengan penambahan enzim, bungkil inti sawit dapat digunakan dalam ransum ayam broiler sampai 30% atau menyamai performa ayam yang diberi ransum standar (jagung-bungkil kedelai), asalkan formulasi ransum dilakukan berdasarkan asam amino tercerna (Sundu dan Dingle 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ini hingga 20% menghasilkan performa (produksi telur dan efisiensi penggunaan pakan) yang sama atau lebih baik dari ransum kontrol atau ransum yang tidak mengandung bungkil inti sawit (Sinurat et al. 2009). dikembangkan sistem produksi bahan pakan lokal yang berasal dari hasil samping industri sawit. Pihak industri sawit perlu mengetahui bahwa bungkil inti sawit, lumpur sawit, dan SHP dapat diolah menjadi bahan pakan yang bernilai ekonomi. Di samping itu, penerapan teknologi ini sangat relevan untuk mengurangi polusi dalam industri sawit atau untuk mencapai program zero waste dan menciptakan industri yang berwawasan lingkungan. Strategi Pengembangan Sampai saat ini, penggunaan bahan pakan yang berasal dari hasil samping industri sawit masih sedikit. Oleh karena itu, diperlukan strategi agar bahan ini dapat digunakan lebih luas dengan menyebarkan pengetahuan kepada pihak industri sawit, industri pakan, dan peternak tentang penggunaan hasil samping industri sawit sebagai bahan pakan dan teknologi pemanfaatannya. Selain itu, karena hasil samping industri sawit diproduksi jauh dari lokasi industri pakan dan mempunyai beberapa faktor pembatas, perlu dilakukan penerapan teknologi pengolahan untuk mengurangi faktor pembatas dan meningkatkan nilai gizinya di areal produksi (pabrik sawit). ARAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN BAHAN PAKAN ASAL INDUSTRI SAWIT Arah Pengembangan Dengan penerapan teknologi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pakan. Untuk itu, perlu KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Produksi hasil samping industri sawit, ditinjau dari segi jumlah dan kandungan gizinya, sangat potensial untuk dijadikan bahan pakan ternak unggas. Lumpur sawit,
10 74 Arnold Parlindungan Sinurat meskipun sudah umum diproduksi, belum banyak digunakan sebagai bahan pakan unggas. SHP belum umum diproduksi dalam industri pengolahan sawit, namun potensinya cukup besar. Demikian pula bungkil inti sawit, belum banyak digunakan sebagai bahan pakan unggas secara komersial karena adanya beberapa faktor pembatas dalam ketiga bahan tersebut. Teknologi untuk meningkatkan nilai gizi ketiga bahan pakan tersebut meliputi teknologi biofermentasi dan penambahan enzim. Khusus untuk bungkil inti sawit, perlu disaring untuk mengurangi cemaran cangkang sebelum dilakukan fermentasi atau penambahan enzim. Teknologi biofermentasi dapat meningkatkan protein kasar, protein sejati, asam amino, dan energi metabolis serta menurunkan kadar serat kasar ketiga bahan tersebut. Proses enzimatis dapat meningkatkan kecernaan gizi (bahan kering, energi metabolis, dan kecernaan protein) ketiga bahan tersebut. Penerapan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan pakan untuk ternak unggas di Indonesia sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan pakan impor. Implikasi Kebijakan Meskipun hasil penelitian menunjukkan hasil samping industri sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan unggas dan sudah ditemukan teknologi yang dapat meningkatkan nilai gizi bahan tersebut, masih diperlukan upaya agar teknologi ini diterapkan di tingkat industri pakan. Keengganan atau keraguan pihak industri dalam menerapkan hasil penelitian sering kali karena materi yang digunakan dalam penelitian kurang sesuai dengan kondisi di lapangan (jumlah ternak sedikit, manajemen pemeliharaan terkontrol). Oleh karena itu, perlu kebijakan yang dapat menciptakan kerja sama yang harmonis antara lembaga penelitian dan industri dalam penerapan teknologi yang sudah dihasilkan. Kerja sama seperti ini sudah dilakukan di negara maju karena menguntungkan kedua belah pihak. Pemerintah juga perlu mendorong pihak industri sawit agar ikut berperan dalam menyediakan bahan pakan dengan memerhatikan kualitas hasil samping industri sawit. DAFTAR PUSTAKA Bintang, I.A.K., A.P. Sinurat, T. Murtisari, T. Pasaribu, dan T. Purwadaria Penggunaan bungkil inti sawit dan produk fermentasinya dalam ransum itik sedang bertumbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(3): Bintang, I.A.K., A.P. Sinurat, T. Purwadaria, dan T. Pasaribu Nilai gizi lumpur kelapa sawit hasil fermentasi pada berbagai proses inkubasi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1): BPS (Badan Pusat Statistik) Statistik Indonesia Badan Pusat Statistik, Jakarta. 653 hlm. Chin, F.Y Utilization of palm kernel cake as feed in Malaysia. Asian Livestock 26(4): Chong, C.H., I. Zulkifli, and R. Blair Effects of dietary inclusion of palm kernel cake and palm oil, and enzyme supplementation on performance of laying hens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 21(7): Dairo, F.A.S. and A.O. Fasuyi Evaluation of fermented palm kernel meal and fermented copra meal proteins as substitute for soybean meal protein
11 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit in laying hens diets. J. Central Eur. Agric. 9(1): Devendra, C The utilization of feeding stuffs from the oil palm plant. p Proceedings of Symposium on Feeding stuffs for Livestock in South East Asia, Kuala Lumpur, October Ditjennak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2009a. Roadmap Pengembangan Pakan Unggas Menuju Ketahanan Pakan Nasional. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Ditjennak (Direktorat Jenderal Peternakan). 2009b. Statistik Peternakan Ditjennak, Jakarta. FAO (Food Agricultural Organization) Meat Consumption. meat/. [14 April 2009]. Hutagalung, R.I Non-traditional feeding stuffs for livestock. In C. Devendra and R.I. Hutagalung (Eds.). Feeding Stuffs for Livestock in Southeast Asia. Malaysian Society of Animal Production, Serdang, Malaysia. Iyayi, E.A. and Z.A. Aderolu Enhancement of the feeding value of some agroindustrial by-products for laying hens after their solid state fermentation with Trichoderma viride. Afr. J. Biotechnol. 3(3): Iyayi, E.A. and B.I. Davies Effect of enzyme supplementation of palm kernel meal and Brewer s dried grain on the performance of broilers. Int. J. Poult. Sci. 4(2): Karo-karo, S., S. Elieser, A. Misniwaty, dan J. Sianipar Penelitian sistem usaha tani ternak ayam buras di lahan pekarangan petani tanaman pangan. Laporan Akhir Penelitian. Subbalai Penelitian Ternak Sei Putih dan Proyek Pengembangan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Karasawa, Y Adverse effects observed when cell proteins are fed to chickens. p Proceedings of 6 th Asian Pacific Poultry Congress. Japan Poultry Science Association, Nagoya. Ketaren, P.P., A.P. Sinurat, D. Zainuddin, T. Purwadaria, dan I P. Kompiang Bungkil inti sawit dan produk fermentasinya sebagai pakan ayam pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(2): Luckstadt, C Benefits of an acidifier on gut microbiota in broilers. Asian Poult. April: Maltsoglou, I Household Expenditure on Food of Animal Origin: A Comparison of Uganda, Vietnam and Peru. PPLPI Working Paper No. 43. FAO, Rome. pplpi.html. [27 March 2009]. Medan Pos Limbah pabrik kelapa sawit resahkan penduduk. Harian Medan Pos, 2 Januari Pasaribu, T., A.P. Sinurat, T. Purwadaria, Supriyati, dan H. Hamid Peningkatan nilai gizi lumpur sawit melalui proses fermentasi: Pengaruh jenis kapang, suhu dan lama proses enzimatis. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(4): Pasaribu, T., T. Purwadaria, A.P. Sinurat, J. Rosida, dan D.O.D. Saputra Evaluasi nilai gizi lumpur sawit hasil fermentasi dengan Aspergillus niger pada berbagai perlakuan penyimpanan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(4): Purwadaria, T., A.P. Sinurat, T. Haryati, I. Sutikno, Supriyati, dan J. Darma Korelasi antara aktivitas enzim mana-
12 76 Arnold Parlindungan Sinurat nase dan selulase terhadap kadar serat lumpur sawit hasil fermentasi dengan Aspergillus niger. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(4): Purwadaria, T., A.P. Sinurat, Supriyati, H. Hamid, dan I.A.K. Bintang Evaluasi nilai gizi lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger setelah proses pengeringan dengan pemanasan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(4): Sacranie, A Nutritional strategies to improve poultry health and performance. Int. Poult. Prod. 16: Sekoni, A.A., J.J. Omage, G.S. Bawa, and P.M. Esuga Evaluation of enzyme Maxigrain ) treatment of graded levels of palm kernel meal (PKM) on nutrient retention. Pakistan J. Nutr. 7(4): Sembiring, P Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti sawit dengan Phanerochaete chrysosporium dan Impilkasinya terhadap Performans Ayam Broiler. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Sinurat, A.P.,T. Purwadaria, J. Rosida, H. Surachman, H. Hamid, dan I P. Kompiang Pengaruh suhu ruang fermentasi dan kadar air substrat terhadap nilai gizi produk fermentasi lumpur sawit. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(4): Sinurat, A.P Recent development on poultry nutrition and feed technology and suggestions for topics of researches. Indones. Agric. Res. Dev. J. 21(3): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, P. Ketaren, D. Zainuddin, dan I P. Kompiang Pemanfatan lumpur sawit untuk ransum unggas: Lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5(2): Sinurat, A.P., I.A.K. Bintang, T. Purwadaria, dan T. Pasaribu. 2001a. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas: Lumpur sawit kering dan produk fermentasinya sebagai bahan pakan itik jantan yang sedang tumbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(1): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, J. Darma, I.A.K. Bintang, dan M.H. Togatorop. 2001b. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas: Penggunaan produk fermentasi lumpur sawit sebelum dan setelah dikeringkan dalam ransum ayam pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(2): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, J. Darma, I.A.K. Bintang, dan M.H. Togatorop. 2001c. Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas: Penggunaan produk fermentasi lumpur sawit sebelum dan setelah dikeringkan dalam ransum ayam kampung sedang tumbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(4): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. Togatorop, T. Pasaribu, I.A.K. Bintang, S. Sitompul, dan J. Rosida Respons ayam pedaging terhadap penambahan bioaktif tanaman lidah buaya dalam ransum: Pengaruh berbagai bentuk dan dosis bioaktif lidah buaya terhadap performan ayam pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 7(3): Sinurat, A.P Pemanfaatan lumpur sawit untuk bahan pakan unggas. Wartazoa 13(2): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, M.H. Togatorop, dan T. Pasaribu Pemanfaatan bioaktif tanaman sebagai feed additive pada ternak unggas: Pengaruh pemberian gel lidah buaya
13 Teknologi pemanfaatan hasil samping industri sawit atau ekstraknya dalam ransum terhadap penampilan ayam pedaging. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 8(3): Sinurat, A.P. dan B.P. Manurung Pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit untuk pakan ternak dan aplikasinya di PT Agricinal-Bengkulu. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005, April Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, I W. Mathius, Tyasno, H. Hamid, dan B.P. Manurung Pengembangan teknologi fermentasi limbah sawit (ferlawit) untuk pakan ternak skala produksi komersil. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama antara Balai Penelitian Ternak, Bogor, dan PT Agricinal, Bengkulu. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, dan T. Pasaribu Evaluasi nilai gizi solid heavy phase sebagai pengganti jagung dalam ransum broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 11(3): Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, P. Ketaren, H. Hamid, Emmi, E. Fredrick, Tyasno, Udjianto, dan Haryono Optimalisasi penggunaan solid heavy phase (SHP) hasil bioproses sebagai bahan pakan ayam petelur. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, D. Zainuddin, N. Bermawie, M. Rizal, and M. Raharjo Utilization of plant bioactives as feed additives for laying hens. p Proceedings of the 1 st International Symposium on Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb). Biopharmaca Research Center, Bogor Agricultural University, Bogor. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, I.A.K. Bintang, T. Pasaribu, B.P. Manurung, and N. Manurung. 2008a. Substitution of corn with enzymes treated palm oil sludge in laying hens diet. Proceedings of XXIII World s Poultry Science Congress, Brisbane, Australia. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, P. Ketaren, H. Hamid, Emmi, E. Fredrick, Tyasno, Udjianto, dan Haryono. 2008b. Optimalisasi penggunaan solid heavy phase (SHP) hasil bioproses sebagai bahan pakan ayam petelur. Laporan Penelitian, Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, P. Ketaren, H. Hamid, Emmi, E. Fredrick, Udjianto, dan Haryono Proses Pengolahan Bungkil Inti Sawit dan Evaluasi Biologis pada Ayam. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sitompul, D., Rusman, dan B.P. Manurung Peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui pemanfaatan limbah PKS (pabrik kelapa sawit): Pengalaman PT Agricinal. hlm Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan. Sonaiya, E.B Feed resources for smallholder poultry in Nigeria. World Anim. Rev. 82: Sundu, B. and J. Dingle Use of enzymes to improve the nutritional value of palm kernel meal and copra meal. Proceedings of Queensland Poultry Science Symposium, the University of Queensland, Australia. 11: Sundu, B., A. Kumar, dan J.G. Dingle Perbandingan dua produk enzim komersial pencerna beta-mannan pada ayam pedaging yang mengkonsumsi bungkil kelapa sawit dengan level yang berbeda. hlm Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumber
14 78 Arnold Parlindungan Sinurat Daya Hayati Berkelanjutan. Tadulako University Press, Palu, Indonesia. Supriyati, T. Pasaribu, H. Hamid, dan A. Sinurat Fermentasi bungkil inti sawit secara substrat padat dengan menggunakan Aspergillus niger. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 3(3): Swick, R.A. and P.H. Tan Considerations in using common Asian protein meals. ASA Tech. Bull. 95: 025. Walton, J.R A mechanism of growth promotion: Non-lethal feed antibiotic induced cell wall lesions in enteric bacteria. p In M. Woodbine (Ed.). Antibiotics and Antibiosis. Butterworths, London. Warr, S., G. Rodriguez, and J. Penm Changing food consumption and imports in Malaysia. Opportunities for Australian Agricultural Export. Research Report 08. Australian Bureau of Agricultural and Resource Economics, Canberra. Wenten, I.G Solusi terpadu program zero waste effluent dan integrasi kebun-ternak dalam industri CPO. Dalam B. Haryanto, I W. Mathius, B.R. Prawiradiputra, D. Lubis, A. Priyanti dan A. Djajanegara (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal System Research Network (CASREN), Bogor. Yeong, S.W The nutritive value of palm oil by-products for poultry. p In M.R. Jainudeen and A.R. Omar (Eds.). Animal Production and Health in the Tropics. Penerbit Universiti Pertanian Malaysia, Selangor. Yeong, S.W. and A. Azizah Effect of processing on feeding values of palm oil mill effluent (POME) in nonruminants. p Proceedings of 10 th Annual Conference of MSAP. University Pertanian Malaysia, Selangor.
Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan
Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan I.A.K. BINTANG, A.P. SINURAT, dan T. PURWADARIA Balai Penelitian Ternak, PO BOX 221, Bogor
Lebih terperinciPEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 2. LUMPUR SAWIT KERING DAN PRODUK FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN ITIK JANTAN YANG SEDANG TUMBUH
PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 2. LUMPUR SAWIT KERING DAN PRODUK FERMENTASI SEBAGAI BAHAN PAKAN ITIK JANTAN YANG SEDANG TUMBUH ARNOLD P. SINURAT, I.A.K. BINTANG, T. PURWADARIA, dan T. PASARIBU
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciPEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK BAHAN PAKAN UNGGAS
PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK BAHAN PAKAN UNGGAS ARNOLD P. SINURAT Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor bahan pakan seperti jagung dan bungkil
Lebih terperinciPEMANFATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 1. LUMPUR SAWIT KERING DAN PRODUK FERMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PAKAN AYAM BROILER
PEMANFATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 1. LUMPUR SAWIT KERING DAN PRODUK FERMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PAKAN AYAM BROILER A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, P.P. KETAREN, D. ZAINUDDIN, dan I.P. KOMPIANG
Lebih terperinciPEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 3. PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT SEBELUM DAN SETELAH DIKERINGKAN DALAM RANSUM AYAM PEDAGING
PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 3. PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT SEBELUM DAN SETELAH DIKERINGKAN DALAM RANSUM AYAM PEDAGING A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, T. PASARIBU, J. DARMA,
Lebih terperinciPeningkatan Nilai Gizi Solid heavy phase dalam Ransum Unggas sebagai Pengganti Jagung
Peningkatan Nilai Gizi Solid heavy phase dalam Ransum Unggas sebagai Pengganti Jagung A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, I.A.K. BINTANG dan T. PASARIBU Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 (Diterima
Lebih terperinciSeminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim
POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi
Lebih terperinciMairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.
Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger sebagai Pengganti Jagung dan Bungkil Kedelai dalam Ransum terhadap Retensi Bahan Kering, Bahan Organik dan Serat Mairizal
Lebih terperinciBUNGKIL INTI SAWIT DAN PRODUK FERMENTASINYA SEBAGAI PAKAN AYAM PEDAGING
BUNGKIL INTI SAWIT DAN PRODUK FERMENTASINYA SEBAGAI PAKAN AYAM PEDAGING P.P. KETAREN, A. P. SINURAT, D. ZAINUDDIN, T. PURWADARIA, dan I. P. KOMPIANG Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia
Lebih terperinciLUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA
LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA (Dried Palm Oil Sludge as A Substitute for Rice Bran on Feeding Ruminant) HARFIAH Jurusan Nutrisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan
Lebih terperinciPAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG
0999: Amir Purba dkk. PG-57 PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG Amir Purba 1, I Wayan Mathius 2, Simon Petrus Ginting 3, dan Frisda R. Panjaitan 1, 1 Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi
Lebih terperinciKOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
Lebih terperinciPenggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah
Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah (Utilization of Fermented Palm Kernel Cake for Dairy Cattle) 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 yeni_widiawati14@yahoo.com 2
Lebih terperinciUJI PENDAHULUAN: EFEKTIVITAS Bacillus sp. UNTUK PENINGKATAN NILAI NUTRISI BUNGKIL KELAPA SAWIT MELALUI FERMENTASI
769 Uji pendahuluan: efektivitas Bacillus sp.... (Wahyu Pamungkas) UJI PENDAHULUAN: EFEKTIVITAS Bacillus sp. UNTUK PENINGKATAN NILAI NUTRISI BUNGKIL KELAPA SAWIT MELALUI FERMENTASI ABSTRAK Wahyu Pamungkas
Lebih terperinciPENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN PRODUK FERMENTASINYA DALAM RANSUM ITIK SEDANG BERTUMBUH
PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN PRODUK FERMENTASINYA DALAM RANSUM ITIK SEDANG BERTUMBUH I A. K. BINTANG, A. P. SINURAT, T. MURTISARI, T. PASARIBU, T. PURWADARIA, dan T. HARYATI Balai Penelitian Ternak,
Lebih terperinciYosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian
Penggunaan Lumpur Sawit Fermentasi dengan Neurospora sp dan Suplementasi Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Performa Ayam Ras Petelur di Desa Srikaton Utilization of Palm Oil Sludge Fermented
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sub sektor peternakan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat merupakan fungsi integral dalam pembangunan sektor pertanian secara keseluruhan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan yang sangat berat akibat biaya pakan yang mahal. Mahalnya biaya pakan disebabkan banyaknya industri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Persilangan Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami proses persilangan, ayam ini dapat dipanen lebih cepat yaitu 2 bulan (Munandar dan
Lebih terperinciEVALUASI NILAI GIZI LUMPUR SAWIT HASIL FERMENTASI DENGAN ASPERGILLUS NIGER PADA BERBAGAI PERLAKUAN PENYIMPANAN
Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol.. No.. Th. 1 EVALUASI NILAI GIZI LUMPUR SAWIT HASIL FERMENTASI DENGAN ASPERGILLUS NIGER PADA BERBAGAI PERLAKUAN PENYIMPANAN T. PASARIBU 1, T. PURWADARIA 1, A.P. SINURAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia dewasa ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein yang berasal
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL DALAM PEMBUATAN RANSUM AYAM BURAS
PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL DALAM PEMBUATAN RANSUM AYAM BURAS A. P. SINURAT Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia ABSTRAK Bahan pakan lokal dapat digunakan untuk pembuatan pakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan
Lebih terperinciPengaruh Penambahan ß-Xilanase dan ß-Glukanase terhadap Performans Ayam Broiler
Pengaruh Penambahan ß-Xilanase dan ß-Glukanase terhadap Performans Ayam Broiler I.A.K. BINTANG, A.P. SINURAT dan P. P. KETAREN Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Diterima dewan redaksi 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciNILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA
NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciVI. TEKNIK FORMULASI RANSUM
Teknik Formulasi Ransum VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM Setiap ternak yang dipelihara secara intensif, termasuk unggas harus diberi pakan untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizinya khususnya untuk keperluan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping agroindustri dari pembuatan minyak inti sawit. Perkebunan sawit berkembang pesat di Asia Tenggara, termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi
PENGANTAR Latar Belakang Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi pakan yang berasal dari jagung, masih banyak yang diimpor dari luar negeri. Kontan (2013) melaporkan bahwa
Lebih terperinciPENGARUH SUHU RUANG FERMENTASI DAN KADAR AIR SUBSTRAT TERHADAP NILAI GIZI PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT
PENGARUH SUHU RUANG FERMENTASI DAN KADAR AIR SUBSTRAT TERHADAP NILAI GIZI PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, J. ROSIDA, H. SURACHMAN, H. HAMID, dan I.P. KOMPIANG Balai Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan harga daging ayam selalu fluktuatif. Menurut Prayugo
Lebih terperinciPERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER
PKMI-1-15-1 PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER Pratiwi Erika, Sherly Widjaja, Lindawati, Fransisca Frenny Fakultas Teknobiologi, Universitas katolik
Lebih terperinciJurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 6. No. 3. Th. 2001
PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 4. Penggunaan produk fermentasi lumpur sawit sebelum dan setelah dikeringkan dalam ransum ayam kampung sedang tumbuh A.P. Sinurat, T. Purwadaria, T. Pasaribu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciISBN: Seminar Nasional Peternakan-Unsyiah 2014
EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN FERMENTASI ASAL HIJAUAN DAN PROBIOTIK UNTUK MENEKAN BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN PRODUKSI ITIK PEDAGING KOMERSIAL FASE AWAL PERTUMBUHAN M. AMAN YAMAN, MUHAMMAD DAUD, ZULFAN
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama
KETAREN dan PRASETYO: Pengaruh pemberian pakan terbatas terhadap produktivitas itik silang Mojosari X Alabio (MA) Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kegiatan pemeliharaan ikan, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Pakan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan intensif dan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun
Lebih terperinciSUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT
PENGARUH TAKARAN INOKULUM (Trichoderma viridae) DAN SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT Tjitjah Aisjah Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciINTEGRASI SAPI-SAWIT: UPAYA PEMENUHAN GIZI SAPI DARI PRODUK SAMPING
INTEGRASI SAPI-SAWIT: UPAYA PEMENUHAN GIZI SAPI DARI PRODUK SAMPING (Integration of Cattle with Oil Palm Plantation: The fulfilment of Nutrients Requirement of Catle from By-product) A. SINURAT, T. PURWADARIA,
Lebih terperinciPEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN
PEMANFAATAN AMPAS KELAPA LIMBAH PENGOLAHAN MINYAK KELAPA MURNI MENJADI PAKAN (Fermented Virgin Coconut Oil Waste Product as Feed Source) MISKIYAH, IRA MULYAWATI dan WINDA HALIZA Balai Besar Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu cara pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian dijadikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian
Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk 2010 tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya (BPS, 2010). Peningkatan
Lebih terperinciMakanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)
M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) 1 Bahan-bahan Konsentrat
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI NUTRISI LIMBAH LUMPUR MINYAK SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK
JRL Vol.6 No.2 Hal. 175-186 Jakarta, Juli 2010 ISSN : 2085-3866 PENINGKATAN NILAI NUTRISI LIMBAH LUMPUR MINYAK SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK Sindu Akhadiarto Peneliti di Pusat Teknologi Produksi Pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciPemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal
Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Penyusun: Arnold P Sinurat Sofjan Iskandar Desmayati Zainuddin Heti Resnawati Maijon Purba BADAN
Lebih terperinciEvaluasi Nilai Gizi Fermentasi Lumpur Sawit dengan Penambahan Fosfor dari Sumber yang Berbeda
Evaluasi Nilai Gizi Fermentasi Lumpur Sawit dengan Penambahan Fosfor dari Sumber yang Berbeda TIURMA PASARIBU 1, N. ARINI 2, T. PURWADARIA 1 dan A.P. SINURAT 1 1 Balai Penelitian Ternak, PO BOX 221, Bogor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan
Lebih terperinciINOVASI TEKNOLOGI APLIKATIF MENDUKUNG USAHATERNAK UNGGAS BERDAYASAING
INOVASI TEKNOLOGI APLIKATIF MENDUKUNG USAHATERNAK UNGGAS BERDAYASAING L. HARDI PRASETYO dan BAMBANG SETIADI Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Untuk mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.
Lebih terperinciPada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat:
Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Bahan-bahan Konsentrat Sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat
Lebih terperinciPRODUK FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PAKAN UNGGAS DI INDONESIA
WARTAZOA Vol. 17 No. 3 Th. 2007 PRODUK FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN PAKAN UNGGAS DI INDONESIA TIURMA PASARIBU Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 (Makalah diterima 19 April 2007
Lebih terperinciPeningkatan Nilai Gizi Bungkil Inti Sawit dengan Pengurangan Cangkang dan Penambahan Enzim
JITV Vol. 18 No 1 Th. 2013: 34-41 Peningkatan Nilai Gizi Bungkil Inti Sawit dengan Pengurangan Cangkang dan Penambahan Enzim Sinurat AP, Purwadaria T, Pasaribu T Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS
PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM
Lebih terperinciKOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING
Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah
TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya harga pakan untuk unggas merupakan masalah yang sering dihadapi peternak saat ini. Tidak sedikit peternak yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN
RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL
PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL (The Effect Adding Citric Acid In The Diet As Acidifier On Protein
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) DAN EFISIENSI EKONOMIS PEMELIHARAAN AYAM BROILER JANTAN YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG Salvinia molesta RAWA PENING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor pertanian yang memiliki produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai 250 300 butir/ekor/tahun. Disamping produksi
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia L.) DALAM RANSUM TERHADAP RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA PUYUH PETELUR (Coturnix Coturnix Japonica) Trisno Marojahan Aruan*, Handi Burhanuddin,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Jenis Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan,
Lebih terperinciPERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH
PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin meningkat, tetapi hal ini tidak didukung sepenuhnya oleh sumber bahan pakan yang tersedia. Padahal,
Lebih terperinciProduk Samping Kelapa Sawit sebagai Bahan Pakan Alternatif di Kalimantan Tengah: 1. Pengaruh Pemberian Solid terhadap Performans Ayam Broiler
Produk Samping Kelapa Sawit sebagai Bahan Pakan Alternatif di Kalimantan Tengah: 1. Pengaruh Pemberian Solid terhadap Performans Ayam Broiler ERMIN WIDJAJA 1, WIRANDA G. PILIANG 2, IMAN RAHAYU 2 dan BAMBANG
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciRoeswandy. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU
Pemanfaatan Lumpur Sawit Fermentasi Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Karkas Itik Peking Umur 8 Minggu (Utilization of Oil Palm Sludge Fermented Aspergillus niger in Feed for Carcass of Peking Ducks
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar 2 menunjukkan adanya penambahan biomass dari masing-masing ikan uji. Biomass rata-rata awal ikan uji perlakuan A (0 ml/kg) adalah sebesar 46,9 g sedangkan pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan fungsinya memberikan kesadaran masyarakat akan memenuhi gizi terutama daging dan berpengaruh terhadap perkembangan industri peternakan
Lebih terperinciPakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)
Standar Nasional Indonesia Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate) ICS 65.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciNILAI GIZI BUNGKIL KELAPA TERFERMENTASI DALAM RANSUM ITIK PETELUR DENGAN KADAR FOSFOR YANG BERBEDA
NILAI GIZI BUNGKIL KELAPA TERFERMENTASI DALAM RANSUM ITIK PETELUR DENGAN KADAR FOSFOR YANG BERBEDA A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, A. HABIBIE, T. PASARIBU, H. HAMID, J. ROSIDA, T. HARYATI, dan I. SUTIKNO
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam
Lebih terperinciPEMANFAATAN CASSAPRO (SINGKONG FERMENTASI) DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG PERIODE STARTER
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner2000 PEMANFAATAN CASSAPRO (SINGKONG FERMENTASI) DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG PERIODE STARTER Kata kunci : Penampilan, ayam kampung, cassapro HusmAwI dan MIRNAmi Fakullas
Lebih terperinciFermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat
1 Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat Irfan Zidni 1, Iskandar 2, Yuli Andriani 2, 1 Staf Pengajar di Fakultas Perikanan dan
Lebih terperinciSUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL
SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL Firman RL Silalahi 1,2, Abdul Rauf 3, Chairani Hanum 3, dan Donald Siahaan 4 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan,
Lebih terperinci