BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN SPAM Kampus dapat berfungsi dengan baik apabila dapat terdistribusi dengan baik. Agar air dapat diterima konsumen dengan kecepatan dan tekanan yang memadai maka harus dilakukan analisa tekanan dan kecepatan aliran di setiap titik waterfountain. Tekanan dan kecepatan pada waterfountain bergantung pada ketinggian reservoir karena sistem distribusi yang digunakan dalam SPAM Kampus menggunakan elevated reservoir sehingga memanfaatkan gaya gravitasi Analisis Data Lapangan Data Lapangan yang diperoleh didapat dari survey topografi di daerah layanan SPAM Kampus yaitu di Kampus Kentingan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Gambar Denah Lokasi Pengolahan SPAM 25

2 Instalasi Pengolahan Air Sistem Penyediaan Air Minum Kampus (SPAM Kampus) merupakan pengolahan air yang bersumber dari sumur dalam atau deep well. Dari hasil test pemompaan yang dilakukan sumur yang menjadi sumber air baku memiliki debit 5 L/detik. Air dari sumur dalam akan masuk ke dalam instalasi pengolahan dengan debit 1,25 L/detik. Hasil pengolahan akan diompa dalam elevated reservoir dengan kapasitas tampungan L. Dari penyimpanan dalam reservoir akan didistribusikan dengan memaanfaatkan gravitasi ke seluruh daerah pelayanan. Sesuai Data perencanaan pengolahan disajikan dalam Gambar 4.2 dan Gambar 4.3:

3 27

4 28 Gambar Skema Distribusi Air Minum

5 Data Hasil Survey Jalur Pipa Distribusi Data yang didapatkan adalah elevasi jalur pipa disribusi. Survey dilakukan dengan menggunakan Total Station. Survey dilakukan di sepanjang pipa distribusi, dan pipa dibagi menjadi tiga bagian dengan notasi berbeda yaitu : a. Pipa distribusi loop utama Pipa distribusi pada loop utama adalah pipa yang jalur distribusinya mengelilingi daerah layanan. Pipa loop dalam kampus dimulai dari titik reservoir menuju ke utara yaitu arah Masjid Nurul Huda, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Gedung Pusat, Fakultas Pertanian, kemudian kembali lagi ke titik reservoir. Pipa loop menggunakan pipa HDPE dengan diameter 3 inchi. Dalam sistem distribusi SPAM Kampus, pipa ini merupakan jaringan pipa utama yang akan mendistribusikan air. Panjang total pipa loop 2430 m. b. Pipa distribusi paralel bagian utara Pipa distribusi paralel adalah pipa yang menghubungkan antara pipa distribusi utama loop dengan pipa waterfountain. Pipa distribusi bagian utara meliputi daerah layanan kampus Universitas Sebelas Maret bagian utara yaitu Fakultas Keguruan, Masjid Nurul Huda, Fakultas Kedokteran, Fakultas MIPA dan Fakultas Ekonomi. Pipa distribusi paralel menggunakan pipa HDPE diameter 2 inchi. c. Pipa distribusi paralel bagian selatan Pipa distribusi bagian selatan atau digunakan meliputi daerah layanan kampus Universitas Sebelas Maret bagian utara yaitu Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Seni Rupa dan Desain,Lab Pusat, Fakultas Teknik, Gedung Pusat, Gedung PUSDIKLAT dan Fakultas Pertanian. Pipa distribusi paralel menggunakan pipa HDPE diameter 2 inchi.

6 30 d. Pipa Input Waterfountain Pipa input waterfountain adalah pipa yang disambungkan dari pipa distribusi paralel. Pipa ini akan langsung masuk ke waterfountain. Pipa input digunakan pipa HDPE dengan diameter 1 inchi Elevasi Titik Watertap Survey elevasi setiap gedung dilakukan untuk data perhitungan ketinggian dan tekanan air dari reservoir. Hasil pengolahan data dengan Geographical Information System (GIS) akan disajikan dalam Gambar 4.1 : Gambar Pemetaan Elevasi dengan Geographical Information System (GIS)

7 31 Berdasarkan pemetaan dengan Geographical Information System (GIS) didapatkan elevasi tanah asli dengan jarak setiap 5 meter pada jalur pipa distribusi. Selanjutnya, rekapitulasi elevasi setiap titik watertap adalah elevasi lantai dasar setiap gedung akan disajikan dalam Tabel 4.1 berikut : Tabel Rekapitulasi Elevasi Gedung No Lokasi Gedung Elevasi Dasar 1 UKM 117,775 2 KEMAHASISWAAN 118,63 3 STUDENT CENTER 116,262 4 MASJID NH 119,529 5 VIHARA 115,76 6 GEREJA 113,562 7 PURA 111,849 8 FKIP FKIP A 110,398 FKIP B 109,385 FKIP C 110,224 FKIP D 108,7 FKIP E 115,282 FKIP F 108,082 9 F. HUKUM F.H 1 115,905 F.H 2 114, FISIPOL FISIPOL 1 112,898 FISIPOL 2 109,452 FISIPOL 3 110,109 Dilanjutkan

8 32 Lanjutan Tabel 4.1 No Lokasi Gedung Elevasi Dasar 11 F.EKONOMI F.EKONOMI 1 107,157 F.EKONOMI 4 102, KANTOR POS 110, PASCA SARJANA 105,87 14 LAB. MIPA 102, KEWIRAUSAHAAN 103, PUSKOM 104, GEDUNG PERLENGKAPAN 101, F.KEDOKTERAN F.KEDOKTERAN B 103,736 F.KEDOKTERAN D 108,088 F.KEDOKTERAN E 108,063 F.KEDOKTERAN F 112, F.MIPA F.MIPA 1 112,721 F.MIPA 2 115, STADION 111, GOR 113, F.EKONOMI F.EKONOMI 4 107,359 F.EKONOMI 3 107, F.SASTRA F.SASTRA 1 109,502 F.SASTRA 2 113,821 F.SASTRA 3 113, UPT 2B 103, BNI/KPRI 103, F.TEKNIK F.TEKNIK 2 98,988 F.TEKNIK 3 100,862 F.TEKNIK 4 98,659 F.TEKNIK 5 100,227 F. TEKNIK 6 103, REKTORAT 99, AUDITORIUM 99,7 29 PERPUSTAKAAN 99, LAB.PUSAT 103,051 Dilanjutkan

9 33 Lanjutan Tabel 4.1 No Lokasi Gedung Elevasi Dasar 31 LAB.KIMIA 103, F.PERTANIAN F.PERTANIAN A 99,575 F.PERTANIAN B 100,258 F.PERTANIAN C 100,257 F.PERTANIAN D 96,639 LAB.PERTANIAN 1 96,639 LAB.PERTANIAN 2 98, SPMB 98, LEMLIT 99, PSLH 98,66 36 LPPM 99, BOOKSTORE 103, RUMAH DINAS REKTOR 110, Perpipaan Jenis Pipa Pipa yang digunakan dalam sistem distribusi SPAM Kampus adalah jenis pipa HDPE. HDPE (High Density Poly-Ethylene), artinya bahan plastik yang mempunyai kualitas dan tingkat kerapatan yang tinggi. Polyethylene adalah thermoplastic, yang dapat dibentuk pada saat mencapai titik leleh tertentu setelah melalui proses extrusi dan menghasilkan berbagai variasi produk. Bahan ini mempunyai sifat lentur namun sangat ulet (kuat). HDPE tidak mengandung bahan berbahaya, formula yang di pakai dalam pembuatan PE tidak mengandung material yang berbahaya (non toxic), bahan PE direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) dan EEC requirements. Telah digunakan secara luas untuk distribusi air minum, peralatan kesehatan, serta kemasan makanan, materialnya ramah terhadap lingkungan. Memenuhi Standart ISO (International Standard Organization) dan SNI (Standart Nasional Indonesia).HDPE tidak bereaksi secara kimiawi dengan material lain, berbeda dengan logam atau semen, sehingga tidak perlu dibuat lapisan yang bersifat melindungi atau proses coating. Sangat tinggi tingkat resistensi nya dengan korosi, abrasi, maupun kimiawi; juga tahan terhadap asam, caustics, garam dan gas. Pipa HDPE adalah pipa yang

10 34 memiliki ketahanan (durability) sangat baik, telah dibuktikan melalui tes laboratorium bahwa dalam kondisi normal pipa HDPE akan dapat bertahan 40 hingga 50 tahun. Pipa HDPE dapat mengatasi kondisi alam ekstrim pada saat terjadi gempa bumi atau tanah longsor dan telah sukses pada saat uji coba dalam simulasi aktivitas seismik hingga 7 Skala Richter. Sifat HDPE yang tahan terhadap tekanan berulang serta lonjakan yang signifikan melebihi rating tekanan statis pipanya membuatnya sangat cocok di aplikasikan sebagai pilihan pipe line di alam Indonesia dengan kontur yang berbukit-bukit, sungai, rawa, dan daerah rawan gempa seperti di sepanjang pantai barat Sumatera dan selatan Pulau Jawa. HDPE yang kuat namun ringan dan fleksibel membuat nya menjadi lebih mudah untuk di tangani dan di pasang dibandingkan dengan pipa lainnya seperti pipa PVC yang kaku atau pipa ductile iron yang berat. Itu artinya penghematan besar-besaran dalam proses kontruksi pemasangan HDPE sehingga menjadi lebih mudah, cepat dan lebih efisien. Pipa HDPE merupakan bahan pilihan untuk trenchless teknologi (non galian). Berat pipa HDPE yang hanya 1/6 pipa besi membuatnya mudah di tangani dengan jumlah personil minimum tanpa terlalu banyak bantuan alat berat. Dua orang lakilaki dewasa bisa dengan mudah mengangkat pipa HDPE berdiameter 10 misalnya. Pabrikan pipa HDPE memperkirakan usia pipa dapat mencapai 50 tahun. Hal ini tentu saja berkaitan dengan biaya perawatan ataupun penggantian (replacement) di masa mendatang. HDPE yang berbahan dasar plastik tentu tidak berkarat, membusuk atau korosi. Sehingga cairan yang mengalir di dalamnya tidak akan terpengaruh oleh perubahan kimiawi yang di timbulkan oleh proses korosi tersebut. Selain itu pipa HDPE juga sudah mempunyai sertifikat food grade yang artinya sudah bisa di gunakan untuk mengalirkan bahan makanan secara aman.karena sebagian besar pipa HDPE menggunakan metode penyambungan heat fusion yang mana bisa menghasilkan sambungan antar pipa yang kuat, yang bahkan lebih kuat dari pipa nya sendiri (karena ada penambahan ketebalan pada titik sambungan). Pipa HDPE berbeda dari pipa berbahan lain karena "kebocoran air yang diperbolehkan" adalah nol di banding tingkat kebocoran khas dari PVC

11 35 dan pipa besi yang pada umum nya bisa mencapai 10 sampai 20%. Sambungan pada pipa HDPE juga relatif aman karena terbentuk dengan kuat pada waktu proses persenyawaan (heat fusion) ini tentu berbeda dengan pipa lain yang sering bermasalah pada sambungannya Perlengkapan Pipa Macam-macam perlengkapan pipa yang mendukung sistem distribusi air minum antara lain (Anonim,2011) : a. Gate valve Berfungsi untuk mengontrol aliran dalam pipa. Assesoris ini dapat menutup suplai air jika diinginkan dan membagi aliran ke bagian lain. b. Air release valve Berfungsi untuk melepaskan udara yang ada dalam aliran air. Dipasang pada setiap jalur pipa tinggi dan mempunyai tekanan lebih dari 1 atm. c. Blow off valve Adalah gate valve yang dipasang pada setiap dead end atau titik terendah dari setiap jalur pipa. d. Check valve Valve ini dipasang bila pengaliran di dalam pipa diinginkan satu arah. Alat ini dipasang pada pipa tekan antara pmpa dan gate valve. Tujuannya, bila pompa mati maka pukulan akibat aliran balik tidak merusak pompa. e. Manhole/valve chamber Sebagai tempat pemeriksaan atau perbaikan bila terjadi gangguan pada valve. Penempatannya pada tempat assesoris yang penting dan pada jalur pipa pada setiap 3-6 m, terutama pada pipa dengan diameter besar. Ukuran manhole biasaya ± 60 cm x 60 cm.

12 36 f. Bangunan perlintasan pipa. Diperlukan untuk pipa yang memotong sungai atau drainase. g. Thrust block Diperlukan pada pipa yang mengalami beban hidrolik yang tidak seimbang. Misalnya pada pergantian diameter pipa, akhir pipa dan belokan. Gaya ini harus ditahan oleh thrust block untuk menjada agar fitting tidak bergerak. h. Meter tekanan Dipasang pada pompa agar dapat diketahui besarnya tekanan kerja pompa. Kontrol perlu dilakukan untuk menjaga keamanan distribusi dari tekanan kerja pompa dan menjaga kontinuitas aliran. i. Meter air Berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah pemakaian air dan juga sebagai alat pendeteksi kebocoran. j. Sambungan pipa dan perlengkapannya. Sambungan pipa dan perlegkapannya yang digunakan adalah : i. Bell dan spigot Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam bell (socket) pipa lainnya. Untuk menghindari kebocoran, menahan pipa serta memungkinkan defleksi (sudut sambungan berubah) maka dilengkapi dengan gasket. ii. Reducer-increaser Increaser untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter besar sedangkan reducer untuk menyambung dari pipa dengan diameter besar ke diameter kecil.

13 37 iii. Bend Merupakan asessoris untuk belokan pipa. Sudut belokan yang biasanya digunakan adalah 90 0, 45 0, 22,5 0, dan 11,25 0. iv. Tee Tee digunakan untuk menyambung pipa pada percabangan Sistem Jaringan Distribusi Berikut Gambar 4.4. adalah gambar sistem jaringan distribusi SPAM dengan peta perpipaan yang memiliki diameter berbeda. Gambar Peta Jaringan Perpipaan SPAM SPAM Kampus menggunakan jaringan distribusi loop. Sistem loop adalah jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain

14 38 membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini biasa diterapkan pada (Anonim, 2011) : 1. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan 2. Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah 3. Keadaan topografi yang relatif datar Keuntungan : 1. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan lumpur dapat dihindari (air dapat disirkulasi dengan bebas) 2. Bila terjadi kerusakan, perbaikan, atau pengambilan untuk pemadam kebakaran pada bagian sistem tertentu, maka suplay air pada bagian lain tidak terganggu Kerugian : 1. Sistem perpipaan yang rumit 2. Perlengkapan pipa yang digunakan sangat banyak 4.2. Pembahasan Proyeksi Pertumbuhan Civitas Akademika a. Contoh Perhitungan Pertumbuhan Civitas Akademika 2016 Pn = Po (1 + r) Pn = ( 1+ 0,1) Pn = jiwa

15 39 Tabel Pertumbuhan Civitas akademika Tahun Jumlah Konsumen (jiwa) Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 4.2 pertumbuhan civitas akademika dengan metode geometrik menunjukkan angka yang lebih besar, maka hasil perhitungan petumbuhan civitas akademika yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan air. Jiwa Tahun Gambar Grafik Perrtumbuhan Civitas akademika

16 Kebutuhan Air Contoh Perhitungan Kebutuhan Air minum Harian Tahun 2016 Qrh = P x q Qrh = x 1,5 = L/hari Perhitungan Kebutuhan Air Harian Maksimum Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Harian Tahun 2016 Qhm = fhm x Qrh Qhm = 1,2 x = L/tahun Perhitungan Kebutuhan Air Jam Maksimum dengan : Qjm = fjm x Qhm Qjm : kebutuhan air jam maksimum (liter/jam), fjm : faktor jam maksimum ( 1,1 2), Qhm : kebutuhan air harian maksimum (liter/hari). Contoh Perhitungan Kebutuhan Air Harian Tahun 2016 Qjm = fjm x Qhm Qjm = 1,1 x = L/hari

17 41 Perhitungan jumlah konsumen dan kebutuhan air selanjutnya disajuikan dalam Tabel 4.3 Tahun Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Jumlah Konsumen (jiwa) Kebutuhan Air (L/hari) Kebutuhan Air (L/hari) , , , , , ,55 Sumber : Hasil Perhitungan Berikut Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Konsumen menunjukan bahwa kebutuhan air minum terus meningkat sebanding dengan pertumbuhan konsumen. Civitas Akademika (jiwa) Kebutuhan Air (L/hari) Gambar Grafik Perbandingan Kebutuhan Air dan Pertumbuhan Konsumen

18 Tabel Proyeksi Oprasional SPAM No URAIAN SATUAN A T A H U N PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM 1 Jumlah populasi Jiwa Kebutuhan rata-rata air minum L/hari 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 1,50 3 Kebutuhan Air Minum m3/hari 52,50 57,75 63,53 69,88 76,87 84,55 B 1 PERHITUNGAN KAPASITAS PRODUKSI & JAM OPERASI Kapasitas penyerapan air produksi SPAM Kampus m3/hari 52,50 57,75 63,53 69,88 76,87 84,55 m3/bulan 1.575, , , , , ,55 2 Asumsi kebocoran % 10% 10% 10% 10% 10% 10% 3 Kapasitas Produksi m3/hari 58,33 64,17 70,58 77,64 85,41 93,95 4 Jam Operasi Jam/Hari 6,48 7,13 7,84 8,63 9,49 10,44 Sumber : Hasil Perhitungan 42

19 Fluktuasi Kebutuhan Air Daerah layanan SPAM Kampus yang sangat tergantung dengan aktifitas mahasiswa di lingkungan kampus. Kegiatan pada umumnya dilakukan antara pagi hingga sore hari. Pada waktu tersebut konsumsi air minum lebih banyak daripada ketika malam hari. Dari keseluruhan akivitas dan konsumsi harian tersebut maka dapat diperhitungkan kebutuhan rata-rata harian. Fluktuasi kebutuhan air adalah pengaruh faktor kehilangan air dengan kebutuhan dasar kebutuhan air yang dicatat dalam setiap satuan waktu (jam). Acuan dari perhitungan fluktuasi kebutuhan air adalah kebutuhan harian rata-rata. Berikut Tabel 4.5 adalah perhitungan fluktuasi air pada oprasional 24 jam, dari tabel tersebut dapat diketahui jam oprasional dengan beban puncak pada pengolahan SPAM. Tabel Fluktuasi Air pada Kebutuhan Puncak Waktu Produksi Air (m3/jam) % Konsumsi Volume Resv (m3) Kebutuhan Air (m3) Selisih , , , , , , ,425 1,575 26, ,8 2,625 23, ,125 3,675 18, , ,875 5,25 11, , ,5 7,875 5, , ,125 7,875 2, ,5 15 6,75 7,875-1,125 Dilanjutkan

20 44 Tabel 4.5 Lanjutan Waktu Produksi Air (m3/jam) % Konsumsi Volume Resv (m3) Kebutuhan Air (m3) Selisih , ,25 0, ,5 7 6,825 3,675 3, ,7 2,625 6, ,575 2,625 7, ,575 10, Sumber : Hasil Perhitungan Kehilangan Air Contoh perhitungan kehilangan air tahun 2016 Qkeh = 10%*Q Qkeh = 0,01 x Qkeh = 577,5 L/th Ditinjau dari faktor penyebabnya kebocoran air dibagi menjadi 2 : 3. Teknis Kehilangan air faktor teknis adalah faktor kehilangan air yang disebabkan kesalahan atau kelemahan dalam sistem operasi maupun sistem distribusi air. Misalnya, adanya kebocoran pada pipa atau pada sistem pengolahan. 4. Non Teknis Kehilangan air faktor non teknis adalah faktor kehilangan air yang disebabkan karena kesalahan di luar sistem. Misalnya kesalahan konsumen, sehingga saat minum menyebabkan air terbuang Simulasi dengan Epanet Dari semua data yang didapatkan, jaringan distribusi disimulasikan dengan Epanet 2.0, sehingga didapatkan peta jaringan dengan menampilkan elevasi dan tekanan.

21 45 Tekanan setiap node ditampilkan dalam tabel. Data yang dimasukkan disajikan dalam Tabel 4.6 berikut Tabel Data Input Epanet Data Sumber Keterangan Peta jaringan Perencanaan Node/junction/titik dari komponen distribusi. Geographical Information System Elevasi Geographical Information System Panjang pipa distribusi Geographical Information System Diameter dalam pipa Perencanaan 1",2'' dan 3" Jenis pipa yang digunakan Perencanaan HDPE Umur pipa Sumur, Debit 5 L/detik Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa) Perencanaan 2,5 L/detik Bentuk dan ukuran reservoir. Perencanaan Tabung, 30 m 2 Faktor fluktuasi pemakaian air Perhitungan Ketinggian Resrvoir Trial 20 m, 30 m, dan 40 m.

22 46 Kemahasiswaan Masjid NH F Hukum IPA SPAM Stadion FISIP F Sastra F Ked FEB FSRD F MIPA Gedung Pusat F Teknik Faperta LPPM Gambar Gambar Pemetaan Elevasi Hasil Simulasi Epanet Berdasarkan hasil simulasi Epanet yang ditampilkan pada Gambar 4.6 didapatkan peta yang menunjukkan warna berbeda pada setiap daerahnya. Warna tersebut sesuai dengan pengelompokkan elevasi tanah.warna merah menunjukkan elevasi lebih dari m, warna biru menunjukkan eleasi antara +109,16 m sampai +111,95 m, warna hijau menunjukkan elevasi antara +102,87 m sampai dengan +109,16 m, warna tosca menunjukkan elevasi antara +99,94 m sampai dengan +102,87 m, dan warna coklat muda menunjukkan elevasi dibawah +99m94 m.

23 47 Letak instalasi pengolahan air (IPA) berada pada warna biru, oleh karenanya apabila produksi air berada pada daerah tersebut maka dibutuhkan bantuan reservoir untuk dapat mendistribusikan air ke daerah yang lebih tinggi atau berwarna merah. Reservoir yang akan disimulasikan adalah setinggi 20m, 30m, dan 40m. Dengan adanya reservoir, air dapat didistribusikan ke semua kampus tanpa harus menggunakan pompa Simulasi dengan Epanet dengan Ketinggian Reservoir 20 m Hasil dari simulasi Epanet 2.0 selama 24 jam dengan ketinggian reservoir 20 m ditampilkan dalam Lampiran B. Tekanan rata-rata yang disajikan dalam Tabel 4.7 berikut: Tabel Contoh Tabel Simulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 20 m

24 48 Pada tabel simulasi Epanet menunjukkan Junc dedepan nama tempat, misalnya Junc UKM berarti titik yang berada pada gedung UKM dengan elevasi 117,88 m memiliki tekanan 23,12 mka. Selanjutkan rekapitulasi simulasi disajikan pada tabel 4.8 Tabel Rekapitulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 20 m No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) 1 UKM ,12 2 KEMAHASISWAAN ,68 3 STUDENT CENTER ,48 4 MASJID NH ,13 5 VIHARA ,68 6 GEREJA ,19 7 PURA ,61 8 FKIP FKIP A ,48 FKIP B ,84 FKIP C ,23 FKIP D ,25 FKIP E ,09 FKIP F ,17 9 F. HUKUM F.H ,96 F.H ,85 10 FISIPOL FISIPOL ,47 FISIPOL ,15 FISIPOL ,55 11 F.EKONOMI F.EKONOMI ,93 F.EKONOMI ,66 12 KANTOR POS ,02 13 PASCA SARJANA ,36 14 LAB. MIPA ,95 15 KEWIRAUSAHAAN ,12 16 PUSKOM ,04 17 GEDUNG PERLENGKAPAN ,01 18 F.KEDOKTERAN F.KEDOKTERAN B ,47 F.KEDOKTERAN D ,19 F.KEDOKTERAN E ,03 F.KEDOKTERAN F ,03 19 F.MIPA F.MIPA ,41

25 49 Tabel 4.8 Lanjutan No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) F.MIPA 2 115,311 26,04 20 STADION 111,605 29,55 21 GOR 113,401 27,16 22 F.EKONOMI F.EKONOMI 4 107,359 38,54 F.EKONOMI 3 107,359 30,01 23 F.SASTRA F.SASTRA 1 109,502 33,31 F.SASTRA 2 113,821 29,58 F.SASTRA 3 113,237 29,14 24 UPT 2B 103,474 37,40 25 BNI/KPRI 103,22 38,97 26 F.TEKNIK F.TEKNIK 2 98,988 41,05 F.TEKNIK 3 100,862 41,07 F.TEKNIK 4 98,659 41,45 F.TEKNIK 5 100,227 40,87 F. TEKNIK 6 103,239 40,99 27 REKTORAT 99,961 40,71 28 AUDITORIUM 99,7 41,26 29 PERPUSTAKAAN 99,724 41,26 30 LAB.PUSAT 103,051 40,13 31 LAB.KIMIA 103,722 37,71 32 F.PERTANIAN F.PERTANIAN A 99,575 41,70 F.PERTANIAN B 100,258 40,69 F.PERTANIAN C 100,257 41,18 F.PERTANIAN D 96,639 41,18 LAB.PERTANIAN 1 96,639 43,99 LAB.PERTANIAN 2 98,396 42,58 33 SPMB 98,569 42,82 34 LEMLIT 99,293 41,81 35 PSLH 98,66 42,82 36 LPPM 99,012 41,97 37 BOOKSTORE 103,479 36,33 38 RUMAH DINAS REKTOR 110,984 29,04 Sumber : Hasil Simulasi Epanet

26 50 Pemetaan daerah berdasarkan tekanan hasil simulasi dengan Epanet ditampilkan pada gambar 4.5 berikut : Masjid NH Kemahasiswaan F Hukum IPA SPAM Stadion FISIP F Sastra F Ked FEB FSRD F MIPA Gedung Pusat F Teknik Faperta LPPM Gambar Simulasi Epanet Pemetaan Tekanan dengan Reservoir 20 m Berdasarkan hasil simulasi Epanet yang ditampilkan pada Gambar 4.5 didapatkan peta yang menunjukkan warna berbeda pada setiap daerahnya. Warna tersebut sesuai dengan pengelompokkan tekanan yang keluar pada watertap. Warna merah menujukkan tekanan lebih dari 44 mka, warna biru menunjukkan tekanan yang

27 51 keluar antara 38 mka sampai dengan 44 mka, warna hijau menunjukkan tekanan 32 mka sampai dengan 38 mka, warna tosca menunjukkan tekanan 26 mka sampai dengan 32 mka, sedangkan warna oranye menunjukkan tekanan kurang dari 26 mka Simulasi dengan Epanet dengan Ketinggian Reservoir 30 m Hasil dari simulasi Epanet 2.0 selama 24 jam dengan ketinggian reservoir 30 m ditampilkan dalam Lampiran B. Tekanan rata-rata yang disajikan dalam Tabel 4.9 berikut: Tabel Contoh Tabel Simulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 20 m Pada tabel simulasi Epanet menunjukkan Junc dedepan nama tempat, misalnya Junc UKM berarti titik yang berada pada gedung UKM dengan elevasi 117,88 m

28 52 memiliki tekanan 33,12 mka. Selanjutkan rekapitulasi simulasi disajikan pada tabel 4.10 Tabel Rekapitulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 30 m No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) 1 UKM 117,775 33,12 2 KEMAHASISWAAN 118,63 32,68 3 STUDENT CENTER 116,262 33,48 4 MASJID NH 119,529 31,13 5 VIHARA 115,76 35,68 6 GEREJA 113,562 35,19 7 PURA 111,849 39,61 8 FKIP FKIP A 110,398 40,48 FKIP B 109,385 41,84 FKIP C 110,224 40,23 FKIP D 108,7 42,25 FKIP E 115,282 40,09 FKIP F 108,082 41,17 9 F. HUKUM F.H 1 115,905 34,96 F.H 2 114,213 36,85 10 FISIPOL FISIPOL 1 112,898 36,47 FISIPOL 2 109,452 41,15 FISIPOL 3 110,109 41,55 11 F.EKONOMI F.EKONOMI 1 107,157 43,93 F.EKONOMI 4 102,209 42,66 12 KANTOR POS 110,041 42,02 13 PASCA SARJANA 105,87 45,36 14 LAB. MIPA 102,303 47,95 15 KEWIRAUSAHAAN 103,136 48,12 16 PUSKOM 104,818 36,04 17 GEDUNG PERLENGKAPAN 101,664 49,01 18 F.KEDOKTERAN F.KEDOKTERAN B 103,736 48,47 F.KEDOKTERAN D 108,088 43,19 F.KEDOKTERAN E 108,063 44,03 F.KEDOKTERAN F 112,727 40,03 19 F.MIPA F.MIPA 1 112,721 35,41

29 53 Tabel 4.10 Lanjutan No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) F.MIPA 2 115,311 46,04 20 STADION 111,605 49,55 21 GOR 113,401 47,16 22 F.EKONOMI F.EKONOMI 4 107,359 48,54 F.EKONOMI 3 107,359 40,01 23 F.SASTRA F.SASTRA 1 109,502 43,31 F.SASTRA 2 113,821 39,58 F.SASTRA 3 113,237 39,14 24 UPT 2B 103,474 47,40 25 BNI/KPRI 103,722 48,97 26 F.TEKNIK F.TEKNIK 2 98,988 51,05 F.TEKNIK 3 100,862 51,07 F.TEKNIK 4 98,659 51,45 F.TEKNIK 5 100,227 50,87 F. TEKNIK 6 103,239 50,99 27 REKTORAT 99,961 50,71 28 AUDITORIUM 99,7 51,26 29 PERPUSTAKAAN 99,724 51,26 30 LAB.PUSAT 103,051 50,13 31 LAB.KIMIA 103,722 47,71 32 F.PERTANIAN F.PERTANIAN A 99,575 51,70 F.PERTANIAN B 100,258 50,69 F.PERTANIAN C 100,257 51,18 F.PERTANIAN D 96,639 51,18 LAB.PERTANIAN 1 96,639 53,99 LAB.PERTANIAN 2 98,396 52,58 33 SPMB 98,569 52,82 34 LEMLIT 99,293 51,81 35 PSLH 98,66 52,82 36 LPPM 99,012 51,97 37 BOOKSTORE 103,479 46,33 38 RUMAH DINAS REKTOR 110,984 39,04 Sumber : Hasil Simulasi Epanet

30 54 Pemetaan daerah berdasarkan tekanan hasil simulasi dengan Epanet ditampilkan pada gambar 4.6 berikut : Masjid NH Kemahasiswaan Stadion F Hukum IPA SPAM FISIP F Sastra F Ked FEB FSRD F MIPA Gedung Pusat F Teknik Faperta LPPM Gambar Simulasi Epanet Pemetaan Tekanan dengan Reservoir 30 m Berdasarkan hasil simulasi Epanet yang ditampilkan pada Gambar 4.5 didapatkan peta yang menunjukkan warna berbeda pada setiap daerahnya. Warna tersebut sesuai dengan pengelompokkan tekanan yang keluar pada watertap. Warna merah menujukkan tekanan lebih dari 44 mka, warna biru menunjukkan tekanan yang

31 55 keluar antara 38 mka sampai dengan 44 mka, warna hijau menunjukkan tekanan 32 mka sampai dengan 38 mka, warna tosca menunjukkan tekanan 26 mka sampai dengan 32 mka, sedangkan warna oranye menunjukkan tekanan kurang dari 26 mka Simulasi dengan Epanet dengan Ketinggian Reservoir 40 m Hasil dari simulasi Epanet 2.0 selama 24 jam dengan ketinggian reservoir 40 m ditampilkan dalam Lampiran B. Tekanan rata-rata yang disajikan dalam Tabel 4.9 berikut: Tabel Contoh Tabel Simulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 40 m Pada tabel simulasi Epanet menunjukkan Junc dedepan nama tempat, misalnya Junc UKM berarti titik yang berada pada gedung UKM dengan elevasi 117,88 m memiliki tekanan 43,12 mka. Selanjutkan rekapitulasi simulasi disajikan pada tabel 4.11

32 56 Tabel Rekapitulasi Tekanan dengan Ketinggian Reservoir 40 m No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) 1 UKM 117,775 43,12 2 KEMAHASISWAAN 118,63 42,68 3 STUDENT CENTER 116,262 43,48 4 MASJID NH 119,529 41,13 5 VIHARA 115,76 45,68 6 GEREJA 113,562 45,19 7 PURA 111,849 49,61 8 FKIP FKIP A 110,398 50,48 FKIP B 109,385 51,84 FKIP C 110,224 50,23 FKIP D 108,7 52,25 FKIP E 115,282 50,09 FKIP F 108,082 51,17 9 F. HUKUM F.H 1 115,905 44,96 F.H 2 114,213 46,85 10 FISIPOL FISIPOL 1 112,898 46,47 FISIPOL 2 109,452 51,15 FISIPOL 3 110,109 51,55 11 F.EKONOMI F.EKONOMI 1 107,157 53,93 F.EKONOMI 4 102,209 52,66 12 KANTOR POS 110,041 52,02 13 PASCA SARJANA 105,87 55,36 14 LAB. MIPA 102,303 57,95 15 KEWIRAUSAHAAN 103,136 58,12 16 PUSKOM 104,818 46,04 17 GEDUNG PERLENGKAPAN 101,664 59,01 18 F.KEDOKTERAN F.KEDOKTERAN B 103,736 58,47 F.KEDOKTERAN D 108,088 53,19 F.KEDOKTERAN E 108,063 54,03 F.KEDOKTERAN F 112,727 50,03 19 F.MIPA F.MIPA 1 112,721 45,41

33 57 Tabel 4.12 Lanjutan No Lokasi Gedung Elevasi Dasar (m) Tekanan (mka) F.MIPA 2 115,311 56,04 20 STADION 111,605 59,55 21 GOR 113,401 57,16 22 F.EKONOMI F.EKONOMI 4 107,359 58,54 F.EKONOMI 3 107,359 50,01 23 F.SASTRA F.SASTRA 1 109,502 53,31 F.SASTRA 2 113,821 49,58 F.SASTRA 3 113,237 49,14 24 UPT 2B 103,474 57,40 25 BNI/KPRI 103,722 58,97 26 F.TEKNIK F.TEKNIK 2 98,988 61,05 F.TEKNIK 3 100,862 61,07 F.TEKNIK 4 98,659 61,45 F.TEKNIK 5 100,227 60,87 F. TEKNIK 6 103,239 60,99 27 REKTORAT 99,961 60,71 28 AUDITORIUM 99,7 61,26 29 PERPUSTAKAAN 99,724 61,26 30 LAB.PUSAT 103,051 60,13 31 LAB.KIMIA 103,722 57,71 32 F.PERTANIAN F.PERTANIAN A 99,575 61,70 F.PERTANIAN B 100,258 60,69 F.PERTANIAN C 100,257 61,18 F.PERTANIAN D 96,639 61,18 LAB.PERTANIAN 1 96,639 63,99 LAB.PERTANIAN 2 98,396 62,58 33 SPMB 98,569 62,82 34 LEMLIT 99,293 61,81 35 PSLH 98,66 62,82 36 LPPM 99,012 61,97 37 BOOKSTORE 103,479 56,33 38 RUMAH DINAS REKTOR 110,984 49,04 Sumber : Hasil Simulasi Epanet

34 58 Pemetaan daerah berdasarkan tekanan hasil simulasi dengan Epanet ditampilkan pada gambar 4.7 berikut : Masjid NH Kemahasiswaan F Hukum IPA SPAM Stadion FISIP F Sastra F Ked FEB FSRD F MIPA Gedung Pusat F Teknik Faperta LPPM Gambar Simulasi Epanet Pemetaan Tekanan dengan Reservoir 40 m Berdasarkan hasil simulasi Epanet yang ditampilkan pada Gambar 4.5 didapatkan peta yang menunjukkan warna berbeda pada setiap daerahnya. Warna tersebut sesuai dengan pengelompokkan tekanan yang keluar pada watertap. Warna

35 59 merah menujukkan tekanan lebih dari 44 mka, warna biru menunjukkan tekanan yang keluar antara 38 mka sampai dengan 44 mka Penggambaran Grafik Perhitungan tekanan yang diperoleh dari simulasi Epanet di tampilkan dalam grafik dengan mengambil sample masing-masing 5 titik dengan elevasi terendah dan tertinggi. Sampel tekanan dengan kondisi ekstrem disajikan dalam Tabel 4.10 berikut : Tabel Sampel Tekanan Reservoir Elevasi Titik Sampel 20 m 30 m 40 m Pressure Pressure Pressure (mka) (mka) (mka) MASJID NH 21,13 31,13 41, KEMAHASISWAAN 22,68 32,68 42, UKM 23,12 33,12 43, STUDENT CENTER 23,48 33,48 43, F. HUKUM 24,96 34,96 44, VIHARA 25,68 35,68 45, F.TEKNIK 2 41,05 51,05 61, F.TEKNIK 4 41,45 51,45 61, SPMB 42,82 52,82 62, LAB.PERTANIAN 2 42,58 52,58 62, LAB.PERTANIAN 1 43,99 53,99 63, F.PERTANIAN D 43,99 53,99 63,99 Perhitungan tekanan pada titik sampel disajikan dalam grafik pada Gambar 4.8. Grafik menunjukkan perbandingan antara tekanan di titik sampel dengan tekanan yang disyaratkan.

36 60 Gambar Grafik Tekanan Terhadap Ketinggian Reservoir Keterangan Lokasi : 1 Ukm 9 F. Hukum 17 G Perlengkapan 25 Bni/Kpri 33 Spmb 2 Kemahasiswaan 10 Fisipol 18 F.Kedokteran 26 F.Teknik 34 Lemlit 3 Student Center 11 F.Ekonomi 19 F.Mipa 27 Rektorat 35 Pslh 4 Masjid Nh 12 Kantor Pos 20 Stadion 28 Auditorium 36 Lppm 5 Vihara 13 Pasca Sarjana 21 Gor 29 Perpustakaan 37 Bookstore 6 Gereja 14 Lab. Mipa 22 F.Ekonomi 30 Lab.Pusat 38 Rumah Dinas Rektor 7 Pura 15 Kewirausahaan 23 F.Sastra 31 Lab.Kimia 8 FKIP 16 PUSKOM 24 UPT 2B 32 F.PERTANIAN

37 61 Dari hasil penggambaran grafik pada Gambar 4.8 didapatkan perbedaan tekanan di titik sample dengan ketinggian reservoir berbeda. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/Prt/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tekanan minimum pada distribusi HDPE adalah 1 bar atau 10 mka. Maka batas mininum distribusi air terpenuhi dengan ketiga desain ketinggian reservoir. Berdasarkan Engineering toolbox tekanan maksimum pada pipa HDPE PN100 adalah 10 bar atau 100 mka. Maka batas tekanan maksimum untuk ketiga desain reservoir terpenuhi, maka apabila akan dilakukan pengembangan berupa penambahan watertap di kampus UNS, semua gedung akan tercapai apabila dilakukan di lantai dasar. Contoh penambahan watretap baru misalnya diakukan di gedung 2 Fakultas Teknik pada lantai 3 dengan asumsi ketinggian tiap lantai adalah 5 m, maka perkiraan elevasi untuk lantai 3 adalah : Z 3 = Z 1 + ( (n-1) x 5 ) = Z 1 + ( 2 x 5 ) = +98, = +108,988 dengan, Z 3 : Elevasi lantai 3 Z 1 : Elevasi lantai dasar n : Lantai Maka, diketahui elevasi lantai 3 adalah +108,988 memiliki tekanan 52,02 mka dan air dapat menjangkau titik tersebut. Hal ini dapat berlaku untuk semua gedung, yaitu apabila akan menambahkan titik baru di lantai dua dan seterusnya dapat dilakukan apabila elevasi lantai tersebut setidaknya sama atau lebih dari sama dengan elevasi gedung terendah di UNS yakni gedung Fakultas Pertanian Gedung D dengan elevasi

Analisis Distribusi Air pada Sistem Penyediaan Air Minum Kampus Universitas Sebelas Maret dengan Epanet

Analisis Distribusi Air pada Sistem Penyediaan Air Minum Kampus Universitas Sebelas Maret dengan Epanet Analisis Distribusi Air pada Sistem Penyediaan Air Minum Kampus Universitas Sebelas Maret dengan Epanet Analisis Distribusi Air pada Sistem Penyediaan Air Minum Kampus Universitas Sebelas Maret dengan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO DISUSUN OLEH: ADE IWAN KURNIAWAN _ 3307100094 1 TEKNIK LINGKUNGAN -ITS Bab I Pendahuluan Latar Belakang * IPA

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP SISTEM PENYALURAN AIR MINUM

TEORI DAN KONSEP SISTEM PENYALURAN AIR MINUM TEORI DAN KONSEP SISTEM PENYALURAN AIR MINUM Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 00 Materi dapat akan diupdate dan dapat diunduh

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-25 Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung Firga Yosefa dan Hariwiko Indarjanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang 4 BAB II LANDASAN TEORI Penyediaan air bersih di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari Kabupaten Gunungkidul diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang kemudian dapat berdampak pada perkembangan

Lebih terperinci

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Jawa Timur Oleh : Muhammad Ali Abdur Rosyid *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak Cakupan pelayanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA Priskila Perez Mosesa Liany A. Hendratta, Tiny Mananoma Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten D150 Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten Ana Tri Lestari dan Hariwiko Indarjanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

SAMPUL SAMPUL DALAM...

SAMPUL SAMPUL DALAM... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR MAGISTER... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017 PEMILIHAN ALTERNATIF JARINGAN DISTRIBUSI UTAMA (JDU) UNTUK PENGEMBANGAN SPAM REGIONAL DI KABUPATEN SUMEDANG, KABUPATEN MAJALENGKA, KABUPATEN CIREBON DAN KOTA CIREBON

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS Figih Cicilia Mokoginta I. R. Mangangka Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email : Cicilia_mokoginta@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar C369 Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar Ichwan Rahmawan Widodo dan Hari Wiko Indarjanto Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Air Bersih Sistem penyediaan air bersih adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari:

BAB 1 Pendahuluan. Secara umum air yang terdapat di alam yang dapat dikonsumsi oleh manusia bersumber dari: BAB 1 Pendahuluan 1.1. Umum Air merupakan karunia Tuhan yang secara secara alami ada diseluruh muka bumi. Manusia sebagai salah satu makluk yang ada di bumi juga sangat tergantung terhadap air dan untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI Fenny Nelwan E. M. Wuisan, L. Tanudjaja Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: nelwanfenny@ymail.com ABSTRAK Air

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 6.1 Umum Perencanaan suatu sistem distribusi air bersih meliputi : 1. perhitungan kebutuhan air bersih di daerah perencanaan 2. perhitungan

Lebih terperinci

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, N0. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-369 Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar Ichwan Rahmawan Widodo dan Hari Wiko Indarjanto Departemen Teknik

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Pengukuran Sumber Mata Air Pendeman 1

Gambar 5.1 Pengukuran Sumber Mata Air Pendeman 1 debit (L/det) 20 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Perhitungan Debit Sumber 5.1.1 Kondisi Eksisting Debit Sumber Berdasarkan kondisi eksisting, Dusun Jogokerten pada RW 13 mengambil mata air

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON Brian Victori Langi Isri R. Mangangka, Sukarno Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

4.1. PENGUMPULAN DATA

4.1. PENGUMPULAN DATA Metodologi adalah acuan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan yang perlu diambil dalam suatu analisa permasalahan. Penerapan secara sistematis perlu digunakan untuk menentukan akurat atau tidaknya

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY 5.1 Umum Untuk menentukan jangkauan pengembangan jaringan di Niamey, sebuah model dari jaringan eksisting dibuat. Model ini

Lebih terperinci

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD RESERVOAR SLIDE 06 TPAM Yuniati, PhD Peraturan Pemerintah no 15/2006 Pasal 5 ayat 1: SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. Pasal 5 ayat 2: SPAM dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH Ridwan Naway F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Ridwannaway@ymail.com ABSTRAK Kawasan Perumahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Fachruddin Mokoginta Fuad Halim, Lingkan Kawet, M. I. Jasin Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. KUALITAS AIR 1. Kadar besi (Fe) kamar mandi pria Besi V n tetes 0,1 ( mg l ) Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, 08.00 WIB : 0,60 0,30 Siang, 12.30 WIB

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN) Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja, Tommy Jansen Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG

STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG LANDASAN HUKUM UndangUndang Nomor 7 Tahun 04 tentang Sumber Daya Air Peraturan Pemerintah Repbulik Indonesia Nomor : 42 Tahun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY 7.1 Umum Perhitungan rinci perencanaan sistem distribusi air bersih utama wilayah pengembangan kota Niamey mencakup

Lebih terperinci

Perencanaan Air Bersih

Perencanaan Air Bersih Perencanaan Air Bersih Rekayasa Lingkungan Universitas Indo Global Mandiri Norma Puspita, ST.MT. Kebutuhan Air dan Fluktuasi Besarnya air yang digunakan untuk berbagai jenis penggunaan tersebut dikenal

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Desa Sumberdadi Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar

Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Desa Sumberdadi Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar Studi Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Desa Sumberdadi Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar Handika Putrawan 1, Ery Suhartanto 2, Riyanto Haribowo 2 1) Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA

BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA 4.1. Umum Pipa merupakan komponen utama dalam perencanaan sistem distribusi 60 sampai 80 % biaya adalah untuk belanja pipa. Komponen lain yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 3.1 Umum Keberadaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi adalah prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan suatu komunitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan keberlanjutan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih 2.1.1 Sistem perpipaan Sistem ini menggunakan pipa sebagai sarana pendistribusian air. Unit pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Purwokerto terhadap sampel air yang diambil dari mata air Clikutuk Desa Sunyalangu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM 5.1. Umum Kegiatan perencanaan untuk sistem distribusi air minum ada dua kategori yaitu : Perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan

Lebih terperinci

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-355 Studi Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara) Iis Puspitasari dan Alfan Purnomo Departemen Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia. Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Sistem penyediaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Pingkan Esterina Tampanguma Liany A. Hendratta, Jeffry S. F. Sumarauw Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG

EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh: Putu Doddy Heka Ardana 1, Erdi 2 ABSTRAK Bagi manusia air bersih merupakan sesuatu yang

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIK & KATALOG PRODUK WAVIN BLACK

PANDUAN TEKNIK & KATALOG PRODUK WAVIN BLACK PANDUAN TEKNIK & KATALOG PRODUK WAVIN BLACK Aplikasi Pipa Polyethylene untuk Jaringan Air Minum Daftar Isi Pendahuluan Keunggulan dan Manfaat Material Property Standard Kualitas Aplikasi Sistem Jenjang

Lebih terperinci

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN

KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN KOMPONEN PEKERJAAN PIPA GIP PIPA PPR PN-20 POMPA TRANSFER FILTER TANGKI AIR ATAS BOOSTER PUMP GATE VALVE QM FITTING ELBOW FITTING DRAT KRAN FITTING TEE FITTING REDUCER ALAT YANG DIBUTUHKAN WELDING MACHINE

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO Ismail Abdul Hamid Lingkan Kawet, Alex Binilang, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak

III. METODOLOGI. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak 30 III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Desa Bumi Jaya Kec, Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah. Sedangkan waktu pelaksanaanya dari Desember 2012

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH Cristiandi Richardo Mampuk Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA Kondisi air pada jaringan distribusi terbagi menjadi dua parameter penting, yaitu berkaitan dengan kualitasnya dan kondisi hidrolisnya.

Lebih terperinci

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet ABSTRAK Peningkatan kebutuhan air di wilayah Kabupaten Badung terutama Kecamatan Kuta dan Kota Denpasar terutama Kecamatan Denpasar Barat disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang pesat. Sehingga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 4. Air Bersih/ Air Minum 1. Metode Pengujian Meter Air Bersih (Ukuran

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH 4.1 Umum Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem distribusi air bersih yaitu berupa informasi mengenai kebutuhan air bersih

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PIPA KELUAR DAN DIMENSI BAK PENAMPUNG PADA ALIRAN AIR SISTEM VACUM ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PIPA KELUAR DAN DIMENSI BAK PENAMPUNG PADA ALIRAN AIR SISTEM VACUM ABSTRAK PENGARUH DIAMETER PIPA KELUAR DAN DIMENSI BAK PENAMPUNG PADA ALIRAN AIR SISTEM VACUM Zainuddin Muchtar Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Tio Herdin Rismawanto Alex Binilang, Fuad Halim Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM III.1. Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Penentuan besar kebutuhan air

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG

BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG IV.1 SUMBER AIR BAKU Air baku yang digunakan dalam sistem produksi air bersih PDAM Kota Bandung saat ini berasal dari 3 (tiga) jenis sumber,

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013 PEMANFAATAN SIG UNTUK MONITORING KEBOCORAN JARINGAN PIPA PDAM DI KABUPATEN DEMAK Rr. Yossia Herlin A. 1), Arief Laila N. S.T.,M.Eng 2), Ir. Sutomo Kahar, M.Si 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

Sistem Plambing Dalam Gedung

Sistem Plambing Dalam Gedung Sistem Plambing Dalam Gedung 1. Pendahuluan Sistem Plambing plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk menyediakan; a. penyediaan air bersih, yaitu menyediakan dan menyalurkan air

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air bersih pada instalasi pengolahan air (IPA) yang digunakan di kawasan Jababeka. 3.2.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (RI SPAM) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015-2030 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2)

ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2) ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2)

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPOSAL PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK MUKTI IMRON ROSADI NRP. 3110 040 710 Dosen Pembimbing Ir. SISMANTO Program Studi D-4 Teknik

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO Fandy Rayyan Dasir Fuad Halim, Lingkan Kawet, M. I. Jasin Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN JUDUL ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet ABSTRAK Kawasan Kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran di masa yang akan datang mengalami beberapa perubahan berupa tata letak kampus dan pengembangan fasilitas tambahan sesuai dengan Master Plan (2017-2026),

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 62 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian awal dilakukan pada periode 10 September 2012 dengan menghimpun data PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar tahun

Lebih terperinci

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 83-90, Mei 2013 83 Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara (Analysis of Water Supply System in

Lebih terperinci

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP

-1- KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP -1- LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KETENTUAN TEKNIS SPAM BJP 1. JENIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1 Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1 Oleh Gede H. Cahyana 2 Adakah peran PDAM dalam penyediaan air minum di dalam gedung? Sebagai sebuah sistem, penyediaan air minum di dalam gedung memang bukanlah tanggung

Lebih terperinci

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat dibawah ini : Ide Studi Penurunan Fe total dan Mn dengan Saringan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Strata I Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN PROYEK UTILITAS AIR BERSIH Pompa Air Pipa Bak Kontrol Sambungan Pipa 1 Sambungan Pipa 2 Pipa Hidrostatik Katup Pompa Air Pemasangan Pipa Air Bersih Pemasangan pipa-ipa datar

Lebih terperinci

Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak

Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak APLIKASI WATERCAD UNTUK PEMODELAN DAN SIMULASI RENCANA PENGEMBANGAN LAYANAN AIR BERSIH UMBULAN II TAHUN 2022 - OFF TAKE SIDOARJO PDAM DELTA TIRTA KABUPATEN SIDOARJO Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati

Lebih terperinci

SUMBER AIR BAKU. Kapasitas Kapasitas Tahun Pembuatan. Kondisi (l/det) (l/det)

SUMBER AIR BAKU. Kapasitas Kapasitas Tahun Pembuatan. Kondisi (l/det) (l/det) SUMBER AIR BAKU Kapasitas Kapasitas Tahun Jenis - Lokasi Sistem Produksi Terpasang Terpakai Pembuatan Kondisi (l/det) (l/det) SB II (Jl. Dermojoyo) Pemompaan 30 30 1984 Baik SB V (Jl. Trunojoyo) Pemompaan

Lebih terperinci

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3 RESERVOIR 14 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan mampu hidup, begitu halnya dengan manusia yang sangat tergantung

Lebih terperinci

Cara Menentukan Diameter Pipa

Cara Menentukan Diameter Pipa Cara Menentukan Diameter Pipa Beberapa Metode Perhitungan Contoh-contoh kasus Perhitungan (Dalam Perpipaan Transmisi Dan Distribusi)? Ukuran Pipa dan Pengaruh (Hidrolis Hidrolis) Pada Sistem 1 Metode Menentukan

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI AIR PDAM GIRI TIRTA SARI (STUDI KASUS PERUMAHAN GRIYA BULUSULUR PERMAI WONOGIRI)

ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI AIR PDAM GIRI TIRTA SARI (STUDI KASUS PERUMAHAN GRIYA BULUSULUR PERMAI WONOGIRI) ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI AIR PDAM GIRI TIRTA SARI (STUDI KASUS PERUMAHAN GRIYA BULUSULUR PERMAI WONOGIRI) 1. Paryono 2. Ir. Hadi Susilo, MM Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO Mohamad Oktora Yassin Lingkan Kawet, Fuad Halim, M. I. Jasin Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

TPAM SLIDE 7 SISTEM DISTRIBUSI. Prepared by Yuniati, PhD

TPAM SLIDE 7 SISTEM DISTRIBUSI. Prepared by Yuniati, PhD TPAM SLIDE 7 SISTEM DISTRIBUSI Prepared by Yuniati, PhD KRITERIA PERENCANAAN DISTRIBUSI Kualitas air yang sampai ke konsumen harus memenuhi standar baku mutu Kuantitas terpenuhi sepanjang waktu (sesuai

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH BENNY SYAHPUTRA 1 ABSTRAK Permasalahan jaringan perpipaan merupakan suatu hal yang rumit dan komplek, disatu sisi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN 4.1 Perancangan Model Alat Pemurnian Biogas Dengan Geram Besi Berdasarkan rancangan awal penggunaan bahan geram besi sebagai alat pemurnian biogas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia. PT. CPI memperhatikan kebutuhan masyarakatyang tinggal di lingkungan PT.

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat Muhammad Chaiddir Hajia Alex Binilang,Eveline M. Wuisan Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Lebih terperinci

Plumbing class PLUMBING. Sistem plambing. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran 16/02/2011 RE

Plumbing class PLUMBING. Sistem plambing. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran. Rancangan Pembelajaran 16/02/2011 RE PLUMBING Welcome Students! t Lecture Note 1 RE 091307 class Apa itu plambing? Apa yang dipelajari di kuliah ini? Tugas besar perencanaan sistem plambing? Department of Environmental Engineering ITS 1 Department

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih 267 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.1 Kesimpulan Instalasi air Bersih Dari analisa Perencanaan instalasi air bersih pada gedung kantor Politekik Kediri diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk 86 BAB IV KAJIAN PEMBIAYAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH 4.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan didapat berdasarkan guna lahan rencana Kabupaten

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.6 Juni 2016 (357-366) ISSN: 2337-6732 PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Dianty Elisa Umboh Eveline M.

Lebih terperinci

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2

σa = Tegangan tarik ijin kg/cm 2 PELAKSANAAN TES DAN INSPEKSI INSTALANSI PENSTOCK 1. Uraian Dengan selesainya pekerjaan pemasangan, telah dilaksanakan tes dan inspeksi sesuai dengan ketentuan dalam dokumen kontrak dan Prosedur metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum Menurut Permen PU No. 18/PRT/M/2007, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan sarana dan prasarana air minum yang meliputi kesatuan fisik (teknis)

Lebih terperinci